Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
PERAN PEREMPUAN DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP SUMBANGAN EKONOMI KELUARGA
WULAN MUSTIKA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “PERAN PEREMPUAN DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP SUMBANGAN EKONOMI KELUARGA” benarbenar hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini.
Bogor, Desember 2015
Wulan Mustika NIM. I34120137
ii ABSTRAK WULAN MUSTIKA. Peran Perempuan dalam Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pengaruhnya terhadap Sumbangan Ekonomi Keluarga. MAHMUDI SIWI. Dalam upaya pengarusutamaan gender di Indonesia, pemberdayaan perempuan gencar dilakukan baik oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga non pemerintahan. Pemberdayaan perempuan bertujuan untuk meningkatkan peran perempuan dalam program pemberdayaan masyarakat, selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan perempuan khususnya dalam bidang ekonomi. Kegiatan partisipasi perempuan, tidak hanya sebagai perpanjangan dari tugasnya dalam pekerjaan reproduktif, tetapi bertujuan untuk membuat perempuan mampu memiliki peran produktif. Perempuan dapat memberikan sumbangan ekonomi untuk keluarganya dengan memberikan partisipasi aktif dalam sebuah program yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Studi pustaka ini bertujuan untuk mengetahui peran dan tingkat partisipasi perempuan dalam sebuah program pemberdayaan masyarakat, menganalisis peran perempuan baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam cakupan kelompok yang lebih luas, menganalisis keterkaitan antara program pemberdayaan masyarakat dan tingkat perekonomian keluarga, serta menganalisis keterkaitan antara peran perempuan dalam program pemberdayaan masyarakat dengan tingkat perekonomian keluarga. Kata kunci: pemberdayaan perempuan, pengarusutamaan gender, lembaga swadaya masyarakat
ABSTRACT WULAN MUSTIKA.The Role of Women in the Community Development Program and Its Influence to The Economic Contribution of Family. Supervised by MAHMUDI SIWI. In the effort of gender mainstreaming in Indonesia, women's empowerment intensively conducted both by the government and the non-government institutions. Women's empowerment is aimed to enhance the role of women in community development programs, and also to improve the abilities of women, especially in the economy field. The activities of women’s participation, not only as an extension of their work in reproductive work, but also as an effort to make women being able to have a productive role. Women can contribute to the economic family by providing the active participation in a program that has a goal to improve the family welfare. This literature review is aimed to know the role and the level of women’s participation in a community development program, to analyze the role of women both within the family and in the wider group coverage, to analyze the relationship between the community development program and the level of economic family, and also to analyze the relationship between the role of women in community development program with the level of economic family. Keywords: women’s empowerment, gender mainstreaming, non-governmental organization
iii
PERAN PEREMPUAN DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP SUMBANGAN EKONOMI KELUARGA
Oleh WULAN MUSTIKA I34120137
Laporan Studi Pustaka Sebagai syarat kelulusan KPM 403 Pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
iv
LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh :
Nama Mahasiswa
: Wulan Mustika
NIM
: I34120137
Judul
: Peran Perempuan dalam Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pengaruhnya terhadap Sumbangan Ekonomi Keluarga
dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Petanian Bogor.
Disetujui oleh Dosen Pembimbing
Mahmudi Siwi, SP, MSi Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan :
v
DAFTAR ISI DAFTAR ISI................................................................................................................ v DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... vi DAFTAR TABEL........................................................................................................ vii PRAKATA................................................................................................................... viii PENDAHULUAN ....................................................................................................... Latar Belakang .................................................................................................... Tujuan Penulisan ................................................................................................. Metode Penulisan ................................................................................................
1 1 2 3
RANGKUMAN DAN ANALISIS PUSTAKA ........................................................... Kontribusi Ekonomi dan Peran Ganda Perempuan serta Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan Subjektif................................................................. Peran Aktif Wanita dalam Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Miskin: Studi Kasus pada Wanita Pemecah Batu di Pucunganak Kecamatan Tugu Trenggalek ........................................................................ Faktor-faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Pemberdayaan Perempuan Desa Joho di Lereng Gunung Wilis ........................................... Dampak Partisipasi dalam Kegiatan Kegiatan Kemasyarakatan terhadap Pendapatan Rumah Tangga Perdesaan di Indonesia ..................................... Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Terhadap Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan Life Skill (studi kasus di Lembaga Advokasi Pendidikan Yogyakarta) .................................................................................................. Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Perdesaan Melalui Pengembangan Kewirausahaan ..................................................................... Role of Non Government Organisation (NGO) dan Community Based Organisation (CBO) dalam Penguatan Pengarusutamaan Gender (Studi pada LSM Damar dan Ormas Aisyiyah Bandar Lampung............................ Peran Perempuan dalam Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Studi Kasus Perempuan dalam Pengelolaan Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) pada 2 Kelurahan di Kota Padang .......................................................................... Peran Perempuan dalam Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Studi Kasus Perempuan dalam Pengelolaan Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) pada 2 Kelurahan di Kota Padang .......................................................................... Pelaksanaan Pemberdayaan Perempuan dalam Mewujudkan Keadilan dan Kesetaraan Gender di Bidang Ekonomi pada Masyarakat Jombang ............
4
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN............................................................... Pemberdayaan Masyarakat ............................................................................ Gender dan Pembangunan ............................................................................. Peran Perempuan dalam Pembangunan ........................................................ Peran Lembaga Swadaya Masyarakat dalam Pemberdayaan Masyarakat ....
4
5 7 9
10 12
13
15
17 19 21 21 23 26 28
SIMPULAN ................................................................................................................. 31 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi ................................ 35 Usulan Kerangka Analisis Baru .................................................................... 35 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ RIWAYAT HIDUP................................................................................................
36 38
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka pemikiran kontribusi ekonomi dan peran ganda perempuan serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan subjektif .......... Gambar 2. Kerangka pemikiran peran aktif wanita dalam peningkatan pendapatan rumah tangga miskin .......................................................... Gambar 3. Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberdayaan perempuan Desa Joho di Lereng Gunung Wilis ........... Gambar 4. Kerangka pemikiran dampak partisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan terhadap pendapatan rumah tangga perdesaan di Indonesia .............................................................................................. Gambar 5. Kerangka pemikiran peran lembaga swadaya masyarakat terhadap Pemberdayaan perempuan melalui pelatihan life skill .......................... Gambar 6. Kerangka pemikiran model pemberdayaan perempuan miskin perdesaan melalui pengembangan kewirausahaan ................................ Gambar 7. Kerangka pemikiran Role of Non Government Organisation (NGO) dan Community Based Organisation (CBO) dalam Penguatan Pengarusutamaan Gender (Studi pada LSM Damar dan Ormas Aisyiyah Bandar Lampung) .................................................................. Gambar 8. Kerangka pemikiran Peran Peremopuan dalam Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Studi Kasus Perempuan dalam Pengelolaan Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) pada 2 Kelurahan di Kota Padang .......................................................................................... Gambar 9. Kerangka pemikiran Pelaksanaan Pemberdayaan Perempuan dalam Mewujudkan Keadilan dan Kesetaraan Gender di Bidang Ekonomi pada Masyarakat Jombang .................................................................... Gambar 10.Kerangka pemikiran Analisis Pengembangan Usaha Mikro dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan di Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara ....................................................................................... Gambar 11.Prospek peran perempuan dalam era global .......................................... Gambar 12.Kerangka Analisis Pustaka ....................................................................
5 7 8
10 11 13
15
17
19
20 28 30
vii
DAFTAR TABEL Tabel 1. Tiga Model Pengembangan Masyarakat.............................................. Tabel 2. Woman in Development dan Gender and Development……………… Tabel 3. Tiga Alat Analisis Gender.................................................................... Tabel 4. Perbedaan Organisasi Kemasyarakatan dan Organisasi Non Pemerintah……………………………………………………………. Tabel 5. Analisis Pustaka....................................................................................
22 24 26 29 32
viii
PRAKATA Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Pustaka dengan judul “Peran Perempuan dalam Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pengaruhnya terhadap Sumbangan Ekonomi Keluarga” untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403). Dalam penyusunan studi pustaka ini, penulis menyadari banyak pihak yang terlibat dan mendukung penulis. Maka dari itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada bapak Mahmudi Siwi, SP, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu membimbing, memberikan saran dan inspirasi yang terus membangun semangat penulis. Tidak lupa terimakasih kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Ahmad Saepudin dan Ibu Yanti Murdianti yang senantiasa memberikan dorongan, dukungan, dan doa yang tidak pernah berbatas. Tulisan ini semoga dapat memberikan dorongan semangat untuk jauh lebih baik bagi adik tercinta, Riyadh Ahmad Faridz yang telah selalu mendukung penulis. Selain itu, terima kasih atas segala dukungan dan semangat yang diberikan terutama Riza Ryanda, Widya Hasian, Yunita Wini dan Yudhiansyah Eka sebagai rekan satu bimbingan. Tidak lupa untuk Lamboys yang senantiasa sedang berjuang bersama. Terimakasih kepada pengurus HIMASIERA 2015, terutama divisi Journalistic yang juga selalu mendukung penulis. Dan tentunya untuk seluruh rekan SKPM 49 yang telah memotivasi penulis selama ini. Dan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap kajian mengenai Peran Perempuan dalam Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pengaruhnya terhadap Sumbangan Ekonomi Keluarga ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangsih bagi khazanah ilmu pengetahuan.
Bogor, Desember 2015
Wulan Mustika NIM. I34120137
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak yang tersebar di sekitar 17.508 pulaunya. Menurut BPS (2010) jumlah penduduk Indonesia adalah 237.641.326 jiwa. Bertempat tinggal di daerah perdesaan sebanyak 119.321.070 jiwa (50,21 persen) dan di daerah perkotaan sebanyak 118.320.256 jiwa (49,79 persen). Jumlah desa di Indonesia yang tercatat BPS (2012) berjumlah 79.075 desa dengan jumlah penduduk miskin masih banyak dan terkonsentrasi di pedesaan. Penyebaran penduduk di perkotaan dan pedesaan tentunya berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat desa, pemerintah tengah giat melaksanakan berbagai program pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembangunan yang memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di lingkungannya, yakni mulai dari aspek intelektual (sumber daya manusia), aspek material dan fisik, sampai kepada aspek manajerial1. Beberapa program diantaranya diperuntukkan bagi sektor pertanian. Di Indonesia, pertanian justru menjadi lambang kemiskinan akibat orientasi pembangunan yang mengedepankan sektor manufaktur non pertanian dan properti (Busyairi 2008). Padahal pertanian merupakan salah satu sektor utama dalam pembangunan negara terutama di pedesaan. Menurut Peraturan Menteri No. 3 tahun 2015 mengenai Pendampingan Desa, yang dimaksud dengan pemberdayaan desa. “Pemberdayaan Masyarakat Desa upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.”
Upaya pemberdayaan pun tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, melainkan beserta prakarsa lembaga lainnya. Salah satunya, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Menurut Raharjo (2004) di Indonesia kemunculan lembaga yang bersemangat NGO (Non Governmental Organization) diawali oleh kondisi yang tercipta lewat keberhasilan program pembangunan berencana semenjak tahun 70’an. Kegiatan pembangunan era ORBA telah menciptakan sejumlah kesenjangan, diantaranya kesenjangan pembangunan desa-kota. Dalam situasi semacam ini LSM mencoba pelbagai upaya untuk ikut serta dalam kegiatan pembangunan masyarakat desa. Seperti kegiatan dan program pemberdayaan yang dilaksanakan pemerintah, tujuan dari program yang dicanangkan LSM adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya pedesaaan. LSM bertindak sebagai fasilitator yaitu pihak yang mampu membantu anggota komunitas agar mereka berpartisipasi dalam program pengembangan masyarakat. Dengan memberikan inspirasi, semangat, rangsangan, inisiatif, energi, dan motivasi sehingga mampu bertindak (Nasdian 2014).
1
Rahayu. Tanpa tahun. Pembangunan Perekonomian Nasional Melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa. [internet]. Diunduh pada Rabu, 9 September 2015, 20.18. dapat diunduh di : http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/moon/Mixed/Pemberdayaan-masyarakat-desa.pdf
2 Hal yang perlu diperhatikan dalam sebuah program pemberdayaan dan pembangunan adalah hadirnya kesetaraan gender. Terkadang perempuan dikesampingkan peran dan keterlibatannya dalam sebuah program pemberdayaan dan pembangunan dengan anggapan perempuan tidak memiliki kemampuan yang cukup dibandingkan dengan laki-laki. Amal (1989) dalam Ihromi (1995) menjelaskan berbagai pandangan dari feminisme marxis yang memiliki perspektif wanita sebagai ‘kelas sosial’ tersendiri karena pekerjaan yang mereka lakukan. Yang dalam sistem kapitalisme, pekerjaan wanita yang hanya memproduksi barang yang bernilai guna sederhana (simple-use values), misalnya makanan yang dimasak sendiri dan berbagai hasil sederhana lainnya tidak memperoleh penghargaan yang semestinya, dan bahkan diremehkan sebagai bukan pekerjaan atau pekerjaan yang ‘non-produktif’. Hal yang dianggap ganjalan oleh paham Feminisme Marxis ini membuat pendapat bahwa wanita juga diberi kesempatan untuk memiliki peran dalam kegiatan ekonomi. Tidak menutup kemungkinan, Feminisme Marxis pun membuka kesempatan pada kaum perempuan untuk memiliki peran dalam sebuah program pemberdayaan. Adanya isu pengarusutamaan gender (PUG) menempatkan perempuan pada posisi yang tidak lagi dalam situasi ketidak-adilan, salah satunya dalam peran dan partisipasinya dalam pogram pemberdayaan. menurut pendapat Hubeis (2010) bahwa pemahaman Gender dalam konteks Gender and Development (GAD) adalah pencapaian kesetaraan dan kesederajatan atau kesederajatan dan keadilan dalam tatanan kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara. Hal ini sejalan dengan banyaknya program pemberdayaan yang diperuntukkan bagi kaum perempuan. Dikutip dari Hubeis (2010) pemberdayaan perempuan sebagai kebijakan pemerintah bertujuan untuk memampukan perempuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan secara aktif tanpa menghapusi peran reproduktif mereka, dinyatakan dalam GBHN 1999. Berdasarkan posisi perempuan dalam konteks keluarga, peran yang ditampilkan oleh perempuan sangat tergantung pada proses interaksi yang terjadi di lingkungan keluarga yang merupakan kelompok primer. Hingga perempuan tidak saja bekerja di sektor domestik, melainkan dapat menerima program pemberdayaan. Topik ini menarik untuk diteliti, mengingat sudah banyaknya lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang membantu masyarakat khususnya daerah pedesaan dalam upaya pembangunan. Dengan harapan pembangunan tersebut dapat menyentuh lapisan masyarakat pedesaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan, bahkan melalui kaum perempuan sebagai implementasi dari pengarusutamaan gender (PUG) di Indonesia. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan Studi Pustaka ini ialah agar dapat mengetahui peran dan tingkat partisipasi perempuan dalam sebuah program pemberdayaan masyarakat, menganalisis peran perempuan baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam cakupan kelompok yang lebih luas. menganalisis keterkaitan antara program pemberdayaan masyarakat dan tingkat perekonomian keluarga, serta menganalisis keterkaitan antara peran perempuan dalam program pemberdayaan masyarakat dengan tingkat perekonomian keluarga.
3 Metode Penulisan Metode yang dilakukan dalam melakukan studi pustaka ini ialah berupa metode analisis data sekunder. Adapun data sekunder tersebut merupakan hasil penelitian yang berupa jurnal ilmiah, buku teks, skripsi, tesis ataupun disertasi yang relevan dengan topik studi pustaka. Selanjutnya kajian pustaka tersebut dibaca, diringkas, dan dianalisis serta dikritisi hingga menjadi sebuah ringkasan yang sesuai dengan teori-teori yang ada dan relevan yang kemudian dapat ditarik kerangka teoritis yang menjadi dasar perumusan masalah untuk kepentingan penelitian ilmiah berikutnya.
4
RANGKUMAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1.
Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi
: Kontribusi Ekonomi dan Peran Ganda Perempuan serta Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan Subjektif : 2012 : Jurnal : Elektronik : Herien Puspitawati, Megawati Simanjuntak, Latifatul Hayati : : : : Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen : Vol. 4, No 1; 11-18 : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/64506/ji kk%20vol5%20no1.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Tanggal diunduh
: Sabtu, 3 Oktober 2015.
Ringkasan Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada riset dari FPBN yang menyatakan bahwa dari 92 perusahaan di daerah Tanggerang dan Bekasi, 62 persen pegawai diantaranya merupakan tenaga buruh kontrak dan setengah dari jumlah tersebut merupakan buruh perempuan. Menurut Herzog, et.al. (1998) dalam Puspitawati, et.al (2012) perempuan yang terlibat dalam peran ganda seperti aktivitas kelompok, meningkatkan kesejahteraan subjektif. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kontribusi ekonomi istri terhadap pendapatan keluarga, peran ganda dan strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga, dan kesejahteraan subjektif. Serta, menganalisis variabel yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga. Variabel yang digunakan ialah, data karakteristik keluarga (umur, lama pendidikan, pekerjaan, besar keluarga, pendapatan keluarga, dan pengeluaran keluarga), kontribusi ekonomi perempuan, peran ganda, dan kesejahteraan subjektif keluarga. Penelitian ini dilakukan di daerah kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan melibatkan 60 responden. Hasil dari penelitian ini adalah istri masih mendapatkan pendapatan dari sumber pekerjaan utama saja dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan. Kontribusi perempuan dalam pendapatan keluarga adalah rata-rata sekitar 51,0 persen. Sebagian besar istri merupakan perempuan yang berperan ganda dan berkerja sebagai buruh karena alasan ekonomi. Perempuan sebaiknya meningkatkan pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif keluarga. Selain itu, perempuan yang memiliki peran ganda harus menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Dari penelitian ini ditemukan bahwa, kontribusi perempuan dalam ekonomi rumah tangga diperlukan. Dan hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan.
5 Analisis Penelitian ini sudah menjawab apa yang ingin dibuktikan pada rumusan masalah. Kemudian, ditemukan pula bahwa kontribusi perempuan dalam ekonomi rumah tangga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan, baik untuk kebutuhan pangan maupun non pangan. Kekurangan dari penelitian ini adalah dalam analisis pengaruh karakteristik keluarga, strategi peneyimbangan keluarga dan pekerjaan, serta peran ganda terhadap kesejahteraan, model yang disusun hanya mampu menganalisis kurang dari 20 persen pengaruh karakteristik keluarga.
Karakteristik Keluarga: 1. Umur 2. Lama pendidikan 3. Pekerjaan 4. Besar keluarga 5. Pendapatan keluarga 6. Pengeluaran keluarga
Keterangan:
Kontribusi Ekonomi Perempuan (X1) : Pendapatan istri per bulan
Peran Ganda Perempuan (X2): Jumlah Peran perempuan di dalam dan luar rumah
Kesejahteraan Subjektif (Y1): 1. Kesejahteraan fisik 2. Kesejahteraan Sosial 3. Kesejahteraan psikologis
Hubungan Pengaruh
Gambar 1. Kerangka Pemikiran kontribusi ekonomi dan peran ganda perempuan serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan subjektif. 2
Judul
Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi);
: Peran Aktif Wanita dalam Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Miskin : Studi Kasus pada Wanita Pemecah Batu di Pucunganak Kecamatan Tugu Trenggalek : 2008 : Jurnal : Elektronik : Sugeng Haryanto : : : : Jurnal Ekonomi Pembangunan : Vol. 9, No 2; 216-227
6 hal Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/1 55/6.%20Sugeng%20Haryanto%20%28Peran%20Aktif%2 0Wanita%29.pdf?sequence=1&isAllowed=y : Sabtu, 3 Oktober 2015
Ringkasan Penelitian ini dilakukan berlatar belakang pada potret keluarga miskin yang pada umumnya mengerahkan seluruh sumber daya manusia dalam keluarga untuk memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini terjadi pada wanita atau istri dalam suatu rumah tangga miskin. Salah satu contoh kasusnya adalah wanita pemecah batu, di Desa Pucanganak, Kecamatan Tugu Trenggalek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi pendapatan pekerja wanita pemecah batu terhadap pendapatan keluarga, mengetahui penggunaan pendapatan pekerja wanita pemecah batu, dan untuk mengetahui curahan waktu kerja pekerja wanita pemecah batu. Peningkatan partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi disebabkan karena adanya perubahan pandangan dan sikap masyarakat tentang sama pentingnya pendidikan wanita dan pria, serta makin disadarinya perlunya kaum wanita untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Selain itu, adanya kemauan wanita untuk mandiri dalam bidang ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selain kontribusi dalam kegiatan ekonomi keluarga, peran wanita dalam kegiatan sosial pun dianggap menjadi bagian yang sangat penting. Penelitian ini dilaksanakan di desa Pucanganak Kecamatan tugu Trenggalek. Sampel untuk responden diambil secara sengaja (purpossive random sampling) dengan menentukan pekerja wanita pemecah batu yang berada di daerah tersebut. Partisipasi wanita dalam bidang ekonomi keluarga yang paling mudah dimasuki adalah ke dalam sektor informal. Dari penelitian ini, hasil yang didapat adalah pendapatan yang diperoleh pekerja wanita tersebut dirasakan sudah cukup, dan kontribusinya sudah cukup signifikan. Pendapatan wanita pemecah batu juga dianggap sebagai pendapatan keluarga yang akan digunakan sebagai sumber dari pemenuhan kebutuhan keluarga. Selain itu, meskipun peran sebagai pemecah batu ini dianggap sebagai salah satu sumber pendapatan, waktu yang dialokasikan untuk kegiatan ini relatif flesksibel dengan alokasi waktu selama 5-8 jam perhari Analisis Penelitian ini sudah dapat menjawab rumusan masalah yang diajukan. Namun, tidak dijelaskan bagaimana proses pemilihan sample responden dan berapa jumlah pasti dari seluruh pekerja pemecah batu di Trenggalek ini. Tidak dijelaskan pula indikator yang menjelaskan bahwa pendapatan perempuan pemecah batu dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga.
7
Karakteristik RT Miskin
Peran Aktif Wanita (X1)
1. Pendidikan Istri Rendah
1. Sektor Formal 2. Sektor Informal
2. Penerima BLT
Pendapatan Keluarga (Y1) Besarnya pendapatan yang diperloeh suami dan istri Gambar 2. Kerangka pemikiran peran aktif wanita dalam peningkatan pendapatan rumah tangga miskin. 3
Judul
Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Faktor-faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Pemberdayaan Perempuan Desa Joho di Lereng Gunung Wilis : 2013 : Jurnal : Elektronik : Crisvi Pratama : : : : Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik : Vol. 1, No 1; : http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers3%20Crisvi%20KMP%20V1%20N1%20JanApril%202013.pdf.html : Sabtu, 3 Oktober 2015
Ringkasan Penelitian ini menjelaskan faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi keberhasilan pemberdayaan perempuan dengan melakukan pengorganisasian dengan tujuan untuk meningkatkan bargaining perempuan. Disebutkan pula faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan diantaranya peran serta pemerintah yang memiliki kekuatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama dengan otonomi daerah. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yang sudah marak di Indonesia dalam pergerakan sosial dengan tujuan untuk membantu masyarakat khususnya dalam kegiatan pemberdayaan berbasis daerah. Pendampingan yang dimaksudkan untuk menyertai proses pembentukkan dan penyelenggaraan kelompok. Local Community
8 Organization merupakan kelompok masyarakat berdaya yang diharapkan taraf hidupnya lebih baik dibandingkan masyarakat lainnya. Koperasi merupakan salah satu bagian penting dari pemberdayaan masyarakat, karena koperasi merupakan akses untuk memperoleh kredit bagi masyarakat. Peran swasta sebagai satu implikasi dari Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan untuk masyarakat. Kebutuhan akan penghargaan menjadi salah satu hal yang memotivasi perempuan desa Joho untuk mau ikut bergerak untuk menunjukkan bahwa mereka bisa melakukan sesuatu yang sama dengan apa yang dapat dilakukan oleh kaum laki-laki dan layak untuk dilibatkan dalam kegiatan di desa. Pratisipasi perempuan yang cukup tinggi. Dimana prempuan iktu merumuskan sendiri program atau kegiatan apa yang tepat dan harus mereka lakukan, mengawal proses pelaksanaannya, melaksanakan kegiatan sendiri sesuai dengan aturan yang mereka buat, serta ikut melakukan evaluasi tentang apa yang telah mereka lakukan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Informan ditentukan dengan teknik purposive. Sehingga informan yang dipilih adalah informan yang dianggap paling mengetahui dan memahai permasalahan yang sedang dikaji. Selain itu digunakan teknik snowball yang berguna untuk mendapatkan pendalaman informasi. Analisis: Penelitian ini sesuai dengan tujuannya untuk menganalisis faktor-faktor keberhasilan dari sebuah program pemberdayaan, sehingga hanya mendalami analisis mengenai faktornya saja. Tidak ada analisis mengenai dampak, pengaruh, maupun keterkaitan antara faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi keberhasilan program tersebut. Sehingga yang dapat diketahui dari penelitian ini hanya jenis jenis faktornya saja. Faktor-Faktor dalam Pemberdayaan Perempuan (X1) 1. Peran Pemerintah 2. Peran LSM 3. Peran Swasta 4. Pendampingan 5. Local Community Organization 6. Koperasi 7. Pendidikan 8. Partisipasi
Keberhasilan Program Pemberdayaan Perempuan (Y1)
Keterangan: Hubungan Pengaruh
Gambar 3. Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberdayaan perempuan Desa Joho di Lereng Gunung Wilis
9
4
Judul
Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh
: Dampak Partisipasi dalam Kegiatan Kegiatan Kemasyarakatan terhadap Pendapatan Rumah Tangga Perdesaan di Indonesia : 2014 : Jurnal : Elektronik : Ahmadrismawan Nasution, Ernan Rustiadi, Bambang Juanda, dan Setia Hadi : : : -
: Jurnal Sosiohumaniora : Vol. 16, No 3; 222-227 : http://jurnal.unpad.ac.id/sosiohumaniora/article/view/5760/3072 : Sabtu, 3 Oktober 2015 Pukul 19.05
Ringkasan : Penelitian ini dilakukan berdasarkan adanya program PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) yang ditujukan untuk menanggulagi kemiskinan dengan memanfaatkan modal sosial. Modal sosial pun dianggap satu hal yang penting bagi masyarakat miskin di perdesaan. Penelitian ini dilakukan untuk memahami hubungan dua arah antara Modal Sosial yang diidentifikasi dari kegiatan arisan, kegiatan keagamaan, dan kegiatan kemasyarakatan dengan pendapatan rumah tangga pedesaan yang diukur dari pengeluaran perkapita. Tujuan dari penelitian ini adalah utnuk menganalisis dampak partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan terhadap pengeluaran pendapatan, dan menganalisis faktor yang mempengaruhi rumah tangga untuk berpartisipasi dalam organisasi kemasyarakatan. Hasil dari penelitian tersebut adalah modal sosial yang didefinisikan sebagai partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan memiliki dampak positif yang signifikan pada pendapatan rumah tangga perdesaan yang diukur dari pengeluaran perkapita. Dampak partisipasi terhadap pengeluaran perkapita ditemukan lebih tinggi dibandingkan dengan modal manusia yang diukur dari lama sekolah kepala rumah tangga. Pengeluaran perkapita rumah tangga juga memiliki pengaruh positif terhadap keanggotaan rumah tangga dalam organisasi kemasyarakatan. Dari hasil temuan di atas, terdapat hubungan dua arah antara parisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan dengan pendapatan rumah tangga pedesaaan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder yaitu data Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Sosial Budaya dan Pendidikan yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2012, dan Pendataan Potensi Desa tahun 2011. Pengeluaran perkapita rumah tangga diukur dari konsumsi rumah tangga untuk makanan dan bukan makanan. Indikator kesejahteraan dinyatakan secara nominal. Untuk menjaga konsistensi, pajak tidak dimasukkan dalam pengeluaran rumah tangga. Modal sosial diukur dari partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan.
10 Analisis Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder saja. Sehingga analisis data yang didapat hanya berdasarkan pada survei pendataan potensi desa pada tahun 2011-2012. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2014 yang memungkinkan dalam waktu dua tahun telah terjadi perubahan dari data sensus yang telah ada. Alangkah lebih baik jika penelitian pun didukung dengan analisis data primer, misalnya dengan menggunakan kuesioner kepada responden.
Modal Sosial (X1) 1. Karakteristik Sosial Demografi 2. Karakteristik Pendidikan 3. Status Lapangan Usaha Rumah Tangga 4. Kondisi Tempat Tinggal 5. Infrastuktur Pedesaan
Pendapatan Rumah Tangga Pedesaan (Y1) Pendapatan Perkapita Rumah Tangga
Keterangan : Hubungan saling pengaruh Gambar 4. Kerangka pemikiran dampak partisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan terhadap pendapatan rumah tangga perdesaan di Indonesia. 5
Judul
Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh
: Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Terhadap Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan Life Skill (studi kasus di Lembaga Advokasi Pendidikan Yogyakarta) : 2009 : Jurnal : Elektronik : Kiromim Baroroh : : : -
: Jurnal Dimensia : Vol. 3, No 1; 19-51 : http://journal.uny.ac.id/index.php/dimensia/article/view/3407 : Minggu, 22 November pukul 00.12
11 Ringkasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Lembaga Advokasi Pendidikan Yogyakarta (LAPY) dalam memberdayakan perekonomian perempuan, serta menganalisis faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan perempuan program life skill menjahit. Dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang bertempat di kantor LAPY, tempat pelatihan dan tempat usaha/ rumah peserta. Informan dari penelitian ini adalah peserta pelatihan, tutor pelatihan, dan pengurus LAPY. Teknik analisis data yang digunakan diantaranta reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah peran LAPY dalam memberdayakan perekonomian perempuan melalui life skill dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan menjahit sampai permagangan dan pemberian modal usaha sebagai fasilitator dan motivator. Selain itu, faktor pendukung pendampigan program pemberdayaan perempuan adalah kerja sama antara pengurus LSM dan masyarakat sasaran, serta adanya pihak ketiga yaitu adanya pihak lain (BMT Beringharjo) yang bersedia memberikan modal. Adanya faktor penghambat diantaranya, faktor yang berasal dari kelompok sasaran program seperti kurangnya kesadaran dan kemauan untuk menerapkan pengetahuan tentang kewirausahaan, keterbatasan modal untuk meningkatkan penguasaan teknologi, kurangnya kemampuan untuk memanfaatkn dunia usaha karena keraguan UKM untuk meningkatkan usaha, dan kurangnya akses terhadap sumber teknologi dan pengetahuan. Selain itu, adanya faktor penghambat dari dalam LSM yaitu sistem perekrutan peserta belum dilakukan konsisten sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, pengurus LSM yang mempunyai profesi lain tidak dapat berkonsentrasi memberikan pendampingan, kurangnya relawan yang bersedia melakukan pendampingan secara berkesinambungan. Analisis: Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data dengan pendekatan kualitatif yang secara rinci telah menjelaskan keadaan dan keberlangsungan program yang digagas LAPY. Hasil penelitian kualitatif menunjukkan banyak faktor yang berpengaruh terhadap kinerja program dari LAPY. Penelitian ini akan lebih baik jika digunakan data kuantitatif untuk mengukur keberhasilan program yang telah dijalankan oleh LAPY tersebut. Faktor Pendukung (X1) 1. kerjasama antara LSM, Pemerintah dan Penerima Program. 2. Adanya Pihak pemberi bantuan dana
2.
Keberhasilan Program Pemberdayaan Perempuan LAPY (Y1)
Faktor Penghambat (X2) 1. Kelompok Sasaran Program : kurangnya kesadaran, kurangnya modal 2. LSM LAPY : perekrutan kurang konsisten, kurangnya relawan.
Gambar 5. Kerangka pemikiran peran lembaga swadaya masyarakat terhadap pemberdayaan perempuan melalui pelatihan life skill.
12
6
Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi
Tanggal diunduh
: Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Perdesaan Melalui Pengembangan Kewirausahaan : 2011 : Jurnal : Elektronik : Susi Ratnawati : : : -
: Jurnal Kewirausahaan : Vol. 5, No 2; 1-10 : http://lp3m.widyakartika.ac.id/lp3m/wpcontent/uploads/2012/10/MODEL-PEMBERDAYAANPEREMPUAN-MISKIN-PERDESAAN-MELALUIPENGEMBANGAN-KEWIRAUSAHAAN.pdf : Sabtu, 21 November 2015 Pukul 17.58
Ringkasan Saat ini tercatat penduduk miskin absolut di Indonesia mencapai 36,1 juta jiwa. Sekitar 16,6 % dari populasi yang lebih banyak perempuan. Hal ini menyatakan bahwa kemiskinan dekat dengan perempuan. Pendapatan mereka kebanyakan kurang dari Rp.10.000 setiap harinya. Kemiskinan perempuan diakibatkan pula oleh sulitnya akses mereka untuk mendapatkan sumber daya, akses keuangan dan kredit. Sehingga seringkali mereka mengandalkan hibah program pengentasan kemiskinan baik dari pemerintah maupun dari LSM. Akibatnya mereka tergantung, usaha tidak berkesinambungan, terjepit hutang dan tetap berada dalam lingkaran kemiskinan. Terdapat lima faktor yang saling berhubungan dan berpengaruh dalam pemberdayaan perempuan, diantaranya adalah kesejahteraan, akses sumberdaya, partisipasi, keadaan kritis dan kontrol. Selain kelima faktor tersebut, pengembangan lembaga keuangan mikro juga diperlukan. Tugas dari pemberdayaan perempuan adalah dengan memfasilitasi perempuan untuk berkelompok dan mengembangkan kegiatan simpan pinjam. Serta membuka akses terhadap sumberdaya agar mereka dapat memiliki kontrol terhadap diri dan berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat. Serta membangun perempuan untuk dapat mengontrol proses pengambilan keputusan dan alokasi sumberdaya dalam masyarakat. Dalam hal ini, perempuan memiliki posisi sentral dalam kegiatan ekonomi produktif. Langkah-langkah pemberdayaan perempuan yang dilakukan diantaranya, adalah (1) Penyadaran kritis tentang hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara dan perempuan dalam pembangunan, (2) Mencerdaskan perempuan perdesaan agar menydari potensi dan kelemahan mereka dan lingkungannya, serta (3) Memberikan ruang dan kesempatan bagi perempuan dalam setiap tahapan pelaksanaan program. Yaitu, dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelestarian.
13 Analisis Penelitian ini hanya dilakukan berdasarkan studi literatur, namun masih belum banyak literatur yang menguatkan hasil dari penelitian ini. Perlu banyak literatur yang ditambahkan sehingga validitas dari penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. Dibutuhkan pula studi kasus yang menjelaskan situasi dari perempuan miskin yang diberdayakan sehingga dapat dibandingkan dengan situasi dari tempat lain untuk menguatkan hasil penelitian ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi . Pemberdayaan Perempuan (X1) 1. kesejahteraan 2. akses sumberdaya 3. partisipasi 4. kesadaran kritis 5. kontrol
Keterangan :
Pemberdayaan Perempuan (X2) 1. penyadaran Kritis 2. mencerdaskan perempuan perdesaan 3. memberikan ruang dan kesempatan untuk perempuan
Pengentasan Kemiskinan Perempuan (Y) Membuat pelatihan dan memberikan modal untuk sektor wirausaha
hubungan pengaruh
Gambar 6. Kerangka pemikiran model pemberdayaan perempuan miskin pperdesaan melalui pengembangan kewirausahaan. 7
Judul
Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh
: Role of Non Government Organisation (NGO) dan Community Based Organisation (CBO) dalam Penguatan Pengarusutamaan Gender (Studi pada LSM Damar dan Ormas Aisyiyah Bandar Lampung) : 2014 : Jurnal : Elektronik : Martharia Putri U.T : : : -
: Jurnal Kebijakan dan Pembangunan : Vol. 1, No 1; 21-27 : http://pasca.unila.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/1.pdf : Sabtu, 21 November 2015 Pukul 19.44
Ringkasan Kemunculan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah reaksi atas melemahnya peran kontrol lembaga-lembaga negara. Menurut Meuthia Ganie- Rochman (2002 dalam Culla:2006) pola hubungan LSM pada masa ini sebagai pola hubungan yang
14 konfliktual, dimana dari sisi pemerintah juga berupaya mencampuri dan memengaruhi organisasi, cara kerja, dan orientasi. LSM secara umum diartikan sebagai sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. Kegiatan LSM dewasa ini pun mulai menyentuh isu-isu gender di Indonesia. Pengarusutamaan gender yang telah disepakati Indonesia dalam Millenium Development goals (MDGs) merupakan sebuah strategi yang secara rasional dan sistematis untuk mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Peran dari LSM/ NGO dan CBO adalah untuk mencapai bagaimana membingkai isu-isu dari masyarakat dengan cara menterjemahkanisu tersebut dan melakukan advokasi. LSM dan CBO merupakan implementasi dari CSO (Civil Society Organisation). Konsep perjuangan CSO sendiri ialah menjadi sebuah wadah bagi partisipasi masyarakat untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat sipil. Ammy pollard dan Julius Court (2005) menjelaskan 3 Peran dari CSO (Civil Society Organisation) adalah Inspire, Inform, dan Improve. Inspire berarti CSO dapat menginspirasi masyarakat untuk suatu isu-isu atau pun pilihan-pilihan tertentu serta mempertanyakan terhadap kebijakan-kebijakan yang diberlakukan. Selain itu CSO berfungsi untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang hal baru atau pun kebijakan baru. Fungsi yang terakhir adalah melakukan improvisasi atau dalam artian menambahkan, mengoreksi, ataupun mengubah kebijakan yang berkaitan dengan isuisu tertentu. Penelitian ini dilakukan berdasarkan studi kualitatif pada dua CSO yang berada di Kabupaten Bandar Lampung, yaitu LSM Damar dan Ormas Aisyiyah. Hasil dari studi ini adalah LSM dan Ormas tersebut telah menterjemahkan konsep dari 3I tersebut melalui berbagai program kerja dan kegiatan-kegiatan, serta berkontribusi dalam proses pembuatan kebijakan dan menggunakan fakta-fakta yang ada sebagai upaya perjuangan kepentingan. Analisis Kedua CSO ini bergerak dalam bidang yang sama, yaitu membela isu-isu yang berkaitan dengan hak perempuan. Maka maksud dari penelitian mengenai peran kedua CSO tersebut terhadap pengarusutamaan gender telah berhasil. Namun, masih terdapat kekurangan dalam penelitian ini. Seperti tidak dipaparkannya mengenai program dari kedua CSO yang dapat dibandingkan, jumlah anggota dan karakteristik anggota yang menentukan kinerja dari kedua CSO tersebut. Peran Civil Society Organisations (X) 1. Inspire 2. Inform 3. Improve
Gambar 7.
Pengarusutamaan Gender(Y)
1. Kesetaraan dalam bidang Politik 2. Kesetaraan dalam bidang Pendidikan 3. Kesetaraan dalam bidang Ekonomi 4. Kesetaraan dalam bidang Hukum
Kerangka pemikiran Role of Non Government Organisation (NGO) dan Community Based Organisation (CBO) dalam Penguatan Pengarusutamaan Gender (Studi pada LSM Damar dan Ormas Aisyiyah Bandar Lampung)
15
8
Judul
Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh
: Peran Perempuan dalam Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Studi Kasus Perempuan dalam Pengelolaan Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPMMP) pada 2 Kelurahan di Kota Padang : 2012 : Jurnal : Elektronik : Armel Yentifa : : : -
: Jurnal Akuntansi dan Manajemen : Vol. 7, No 1; 43-59 : http://ojs.polinpdg.ac.id/index.php/JAM/article/view/576/ 565 : Sabtu, 21 November 2015 Pukul 19.56
Ringkasan Salah satu upaya pemerintah adalah mengimplementasikan salah satu dari Millenium Developmental Goals yaitu pengentasan kemiskinan. Pada tahun 2004, penduduk miskin di Sumatera Barat mencapai hampir 500.000 jiwa atau sekitar 10,4 persen . Di Kota Padang pada tahun yang sama tercatat sekitar 31.800 jiwa atau sekitar 4,07 persen dari penduduknya. Tidak ada upaya berarti untuk mengentaskan kemiskinan, melaikan keluarga miskin mengandalkan bantuan dari program penanggulangan kemiskinan yang dicanangkan pemerintah. Kondisi ini mengakibatkan pemerintah memberikan perhatian khusus kepada Kota Padang dengan melaksanakan kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP). Dalam PNPM-MP ini perempuan berperan aktif dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi serta sebagai penerima manfaat pelaksana program.kekhawatiran muncul dikarenakan dana rentan bergulir salah sasaran dan cenderung bersifat nepotisme. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji peran perempuan dalam mengelola dana PNPM-MP terutama pinjaman modal dana bergulir, serta akan melihat hambatan dan tantangan serta strategi mengatasinya sehingga tujuan pokok pelaksanaan PNPM-MP tercapai dan dapat mengatasi masalah kemiskinan di Kota Padang. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang mengasilkan data deskriptif. Infiorman didapat dengan cara purposive sampling (sample disengaja). Adanya faktor yang mempengaruhi peran perempuan dalam program PNPMMP ini mengakibatkan munculnya upaya untuk menanggulangi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhinya diantaranya adalah persepsi masyarakat mengenai dana pinjaman PNPM-MP yang tidak perlu dikembalikan dan sasaran
16 penerima program yang kurang merata dan rentan dengan KKN. Sehingga perlu diperharikan upaya-upaya yang dapat menghilangkan faktor-faktor tersebut. Hasil dari penelitian ini ialah peran perempuan di kedua kelurahan yang dibandingkan tergolong cukup baik karena perempuan berperan aktif dan memiliki partiisipasi tinggi. Terdapat pula tantangan dari implementasi program yang dijalankan sepenuhnya oleh perempuan ini. Tantangan tersebut adalah, adanya persepsi masyarakat tentang uang pinjaman yang dirsa tidak perlu dikembalikan karena dirasa merupakan hak dari keuarga miskin. Selain itu sasaran dari program ini terkadang tidak tepat dan mengandung unsur nepotisme. Strategi yang dilakukan oleh perempuan yang menggerakkan program ini adalah dengan mengubah paradigma masyarakat dan proaktif menagih kredit yang bermasalah. Analisis Penelitian ini telah menjawab tujuan yang dirumuskan karena menunjukkan bahwa peran perempuan dalam program PNPM-MP pada dua kelurahan di Kota Padang telah baik. Selain itu, ditunjukkan pula presentase yang didapatkan dari hasil penelitian kualitatf yang menggambarkan nilai yang mendekati pasti tentang hasil dari penelitian kualitatif ini. Namun tidak dijelaskan teori yang mendasari dari pengukuran dari peran perempuan tersebut. Sehingga hanya menunjukkan tantangan dari pengelolaan dana bergulir saja. Variabel X dari penelitian ini menujukkan beberapa tantangan dalam mengelola dana bergulir yaitu sasaran penerima dan persepsi masyarakat. Kemudian berpengaruh pada peran perempuan dalam kegiatan PNPM-MP tersebut. Tantangan (X1) : 1. Persepsi Masyarakat 2. Sasaran Penerima Program.
Strategi Mengatasi Tantangan Pengelolaan Dana Bergulir (X2) : 1. mengubah paradigma masyarakat 2. proaktif menagih kredit bermasalah
Peran Perempuan dalam PNPM-MP (Y) :
1.merencanakan, 2. Melaksanakan 3. mengawasi 4. penerima manfaat pelaksana program Gambar 8. Kerangka pemikiran Peran Peremopuan dalam Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Studi Kasus Perempuan dalam Pengelolaan Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) pada 2 Kelurahan di Kota Padang 1.
17
9
Judul
Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh
: Pelaksanaan Pemberdayaan Perempuan dalam Mewujudkan Keadilan dan Kesetaraan Gender di Bidang Ekonomi pada Masyarakat Jombang : : Jurnal : Elektronik : Rosseriayu Munerati Putri, Sjamsiar Sjamsuddin, Farida Nurani : : : -
: Journal of Public Administration Research (JOPAR) : Vol. 1, No.1 : http://jopar.ub.ac.id/index.php/jopar/article/view/114/119 : Sabtu, 21 November 2015 Pukul 19.56
Ringkasan Dewasa ini telah muncul kesadaran perempuan atas ketertinggalan mereka dalam kehidupan publik, kemudian kesadaran ini mendorong kaum perempuan untuk memperjuangkan haknya dalam mengaktualisasikan dirinya, berperan dalam pembangunan dan mendapat akses yang sama. Dan dalam rangka mengimplementasikan pengarusutamaan gender (PUG) dalam pembangunan nasional dan panduan pelaksanaannya dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender (KKG), geliat pergerakan perempuan sudah mulai terlihat di berbagai daerah. Kabupaten Jombang merupakan percontohan bagi kabupaten lainnya dalam permasalahan perempuan atau lebih spesifik lagi kepada kesetaraan gender. Menurut penelititian sebelumnya, kabupaten ini memiliki masalah yaitu minimnya pendapatan suami. Maka agar suatu perekonomian keluarga dapat terpenuhi, peran perempuan sangat diharapkan sebagai penunjang. Melalui program peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan yang menjadi salah satu program dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Jombang, pemerintah Kabupaten Jombang berusaha untuk meningkatkan kemampuan perempuan. Penelitian ini menggunakan data dari penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Analisis data menggunakan Model Interaktif oleh Miles dan Huberman yaitu dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah, pelaksanaan pemberdayaan perempuan dalam perwujudan KKG bidang ekonomi yang dilakukan oleh BPPKB Kabupaten Jombang berjalan dengan baik dan maksimal karena perempuan di Jombang telah merasakan adanya suatu pemberdayaan perempuan. BPPKB dalam hal ini sebagai penyelenggara program berperan sebagai pihak yang membantu meningkatkan partisipasi perempuan dengan memberikan program untuk meningkatkan peran serta dan kesetaraan gender
18 dalam pembangunan, meningkatkan kegiatan bimbingan manajemen perempuan dalam mengelola usaha dan meningkatkan keterampilan perempuan. Adanya faktor pendukung dan penghambat yang berpengaruh dalam upaya peningkatan keadilan gender dan kesetaraan ekonomi tidak lepas dari adanya faktor internal dan eksternal yang terlibat di dalamnya. Factor pendukung tersebut diantaranya, dana APBD I dan II, dukungan dari sumber daya manusia yang memadai, dan sarana dan pra-sarana yang mendukung. Factor eksternal yang mendukung ialah adanya keterlibatan masyarakat khususnya kaum aktif dalam setiap kegiatan pelatihan maupun sosialisasi terkait dengan pembinaan dan keterampilan yang dilakukan oleh BPPKB. Tidak hanya peserta, fasilitator yang membantu BPPKB juga berperan sangat penting. Selain factor pendorong, factor penghambat juga dapat berpengaruh terhadap kinerja BPPKB. Diantaranya jumlah petugas dari BPPKB yang sedikit, serta segi pendidikan masyarakat Jombang yang kurang memahami tentang keadilan dan kesetaraan gender. Analisis Penelitian ini telah dengan jelas memaparkan kinerja dari BPPKB dalam upaya meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam mewujudkan keadilan gender dan kesetaraan ekonomi. Bahasa yang digunakan dalam pembahasan mudah dipahami dan menjelaskan secara rinci mengenai hasil penelitian kualitatif ini.
1. 2. 3. 4. 5.
Faktor pendukung : Dana APBD Sumber Daya Manusia Sarana dan Pra-Sarana Fasilitator Partisipasi Peserta
Faktor penghambat : 1. Jumlah petugas BPPKB sedikit 2. Tingkat pendidikan masyarakat Jombang minim.
Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender BPPKB 1. 2.
Program peingkatan peran serta dan kesetaraan gender Kegiatan bimbingan manajemen perempuan dalam mengelola usaha 3. Program peningkatan keterampilan
Gambar 9. Kerangka pemikiran Pelaksanaan Pemberdayaan Perempuan dalam Mewujudkan Keadilan dan Kesetaraan Gender di Bidang Ekonomi pada Masyarakat Jombang
10
Judul
Tahun Jenis Pustaka
: Analisis Pengembangan Usaha Mikro dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan di Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara : 2012 : Jurnal
19 Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Judul Buku Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh Ringkasan
: : : : :
Elektronik Tely Dasaluti, Aida Vitayala S. Hubeis, Eko Sri Wiyono -
: Jurnal Manajemen IKM : Vol. 5, No.2, 157-165 : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/article/viewFi le/1986/5214 : Sabtu, 21 November 2015 Pukul 22.40
Penelitian ini berlatar belakang atas adanya kesamaan upaya pengentsan kemiskinan yang bertujuan untuk perempuan seperti yang dilakukan oleh peraih nobel M. Yunus dalam program Grameen Bank yang melakukan pemberdayaan ekonomi bagi kaum papa dengan berpusat pada perempuan yang bertekun pda pembuatan keranjang bamboo. Grameen bank berhasil memberdayakan 96% perempuan sebagai nasabah mayoritasnya. Perempuan di pulau kecil dianggap kurang diberdayakan di Indonesia. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengidentifikasi produk-produk usaha mikro berbasis potensi SDM dan SDA yang mendukungb pemberdayaan perempuan di pulau kecil. Serta untuk mengidentifikasi jenis-jenis usaha mikro berbasis potensi sumber daya lokal dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil. Selain itu, bertujuan untuk menganalisis pola pengembangan usaha mikro dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil. Kajian dilaksanakan di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara. Pengumpulan survei dan wawancara terhadap panelis yang terdiri atas pihak pemerintah dan swasta guna mengetahui persepsinya terhadap pengembangan usaha mikro. Penentuan contoh digunakan dengan metode purposive sampling dan analisis dilakukan dengan metode Multiple Criteria Analysis(MCA) dan analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari kajian ini adalah teridentifikasi tiga produk unggulan yang dimiliki Pulau Bunaken diantaranya adalah kerjainan tradisional, makanan olahan dan sablon kaos yang mayoritas diperuntukkan bagi wisatawan yang datang ke Pulau Bunaken. Tipe usaha yang ada di Pulau Bunaken adalah usaha mandiri, usaha secara kelompok dan usaha bermitra. Strategi unggulan yang diperoleh dalam pengembangan usaha mikro dengan metode AHP menunjukkan bahwa diperoleh prioritas unggulan untuk tujuan pengembangan usaha mikro adalah peningkatan ekonomi keluarga. Analisis: Kajian ini telah menjelaskan bagaimana pengembangan usaha Kecil di Pulau Bunaken dengan sangat baik. Seluruh rumusan masalah terjawab dan data yang didapat dijelaskan secara merinci sehingga memudahkan pembaca untuk memahami maskud dari kajian ini. Namun, hanya menjelaskan produk apa saja yang menjadi unggulan tetapi tidak menujukkan bagaimana pengaruhnya terhadap dukungan pemberdayaan perempuan.
20
Produk Unggulan : 1. Kerajinan Tradisiolnal 2. Makanan Olahan 3. Sablon Kaos
Gambar 10.
Tipe Usaha : 1. Usaha Mandiri 2. Usaha Kelompok 3. Usaha Bermitra
Strategi Unggulan: Peningkatan Tingkat Ekonomi Keluarga
Kerangka pemikiran Analisis Pengembangan Usaha Mikro dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan di Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara
21
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Pemberdayaan Masyarakat Suharto (2010) menjelaskan bahwa pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment) berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kemudian, pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung (Ife 1995) dalam Suharto (2010). Dalam Suharto (2010) dikemukakan pendapat Parsons et.al (1994) yang mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada : (1) sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi perubahan sosial yang lebih besar. (2) sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan diri dan orang lain. Serta (3) pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan. Dikutip dari Ratnawati (2011) pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras (hard working), kemandirian (self-reliance), hemat (efficiency), keterbukaan (open mind), sikap tanggung jawab (responsible), adalah merupakan bagian pokok dari pemberdayaan ini. Selain itu, tujuan dari pemberdayaan adalah untuk memperkuat kekuasaan masyarakat khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil) (Suharto 2010). Selain itu disebutkan pula penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P yaitu : Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan, dan Pemeliharaan (Suharto, 1997) dalam (Suharto 2010). Pemungkinan merupakan upaya untuk menciptakan suasana atau iklim memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Penguatan yaitu dengan memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah. Perlindungan untuk melindungi masyarakat dari penindasan kelompok kuat. Penyokongan dengan memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Serta pemeliharaan situasi kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antar berbagai kelompok dalam masyarakat. Menurut Suharto (2010), pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Berikut model pengembangan masyarakat:
22 Tabel 1. Tiga Model Pengembangan Masyarakat PARAMETER
Orientasi Tujuan
PENGEMBANGAN MAYARAKAT LOKAL Kemandirian, integrasi dan kemampuan masyarakat (tujuan proses) Keseimbangan, kurang kemampuan dalam relasi dan pemecahan masalah Kepentingan umum atau perbedaan-perbedaan yang dapat diselaraskan
PERENCANAAN SOSIAL
AKSI SOSIAL
Perubahan struktur kekuasaan, lembaga dan sumber (tujuan proses & tugas) Ketidakadilan, kesengsaraan, ketidakmerataan, ketidaksetaraan Konflik pengertian yang tidak dapat diselaraskan: ketiadaan sumber Realist-individualist Struktur kekuasaan sebagai sasaran aksi, dominasi elit kekuasaan harus dihilangkan Sebagian atau sekelompok anggota masyarakat tertentu
Konsepsi mengenai kepentingan umum Orientasi terhadap struktur kekuasaan
Rational-unitary
Pemecahan masalah sosial yang ada di masyarakat (tujuan tugas/hasil) Masalah sosial nyata: kemiskinan, pengangguran, kenakalan remanja Kepentingan yang dapat diselaraskan atau konflik kepentingan Idealist-unitary
Struktur kekuasaan sebagai kolaborator, perwakilan
Struktur kekuasaan sebagai pekerja dan sponsor
Sistem klien atau sistem perubahan
Masyarakat secara keseluruhan
Konsepsi mengenai klien atau penerima pelayanan Peranan masyarakat
Warga masyarakat atau negara
Seluruh atau sekelompok masyarakat, termasuk masyarakat fungsional Konsumen
Asumsi mengenai struktur masyarakat dan kondisi masalah Asumsi mengenai kepentingan masyarakat
Peranan pekerja sosial
Partisipan dalam proses pemecahan masalah Pemungkin, koordinator, pembimbing
Konsumen atau penerima pelayanan Peneliti, analis, fasiltator, pelaksanaan program Mobilisasi organisasi formal
Media perubahan
Mobilisasi kelompokkelompok kecil
Strategi perubahan
Pelibatan masyarakat dalam perencanaan masalah
Penentuan masalah dan keputusan melalui tindakan rasional para ahli
Teknik perubahan
Konsensus dan diskusi kelompok, partisipasi, brain storming, role playing, bimbingan dan penyuluhan
Advokasi, andragogy, perumusan kebijakan, perencanaan program
Sumber: Suharto (1997) dalam Suharto (2010)
Korban
Pelaku, elemen, anggota Aktivis advokasi: agitator, broker, negotiator Mobilisasi organisasi masa dan politik Katalisasi dan pengorganisasian masyarakat untuk mengubah struktur kekuasaan Konflik atau unjuk rasa, konfrontasi atau tindakan langsung, mobilisasi massa, analisis kekuasaan, mediasi, agitasi, negosiasi, pembelaan
23 Ismawan (2003) dalam Baroroh (2009) menyebutkan terdapat 5 (lima) program pengembangan yang dapat disusun untuk mendorong keberhasilan penyelenggaraan kelompok swadaya yang disalurkan melalui tenaga-tenaga pendamping kelompok, yaitu : (1) Program pemberdayaan sumberdaya manusia yang meiputi berbagai kegiatan pendidikan dan latihan untuk anggota maupun untuk pengurus yang mencakup pendidikan dan latihan. (2) Program pengembangan kelembagaan kelompok dengan membantu menyusun peraturan-peraturan. (3) Program pemupukan modal swadaya dengan membangun sosial dan kredit anggota dengan menghubungkan masyarakat dengan lembaga keuangan. (4) Program pengembangan usaha, dan (5) Program penyediaan informasi tepat guna. Gender dan Pembangunan Dikutip dari Nugroho (2008) istilah gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller (1968) untuk memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang bersifat sosial budaya dengan pendefinisian yang berasal dari ciriciri biologis. Gender menurut Puspitawati, Dkk (2012) adalah mengacu pada peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang dikonstruksikan oleh masyarakat. Termasuk dalam konsep gender adalah harapan-harapan masyarakat mengenai ciri-ciri, sikap, dan perilaku perempuan dan laki-laki (feminimitas dan maskulitas). Peran dan harapan tersebut dapat dipelajari, dapat berubah dari waktu ke waktu dan bervariasi menurut budaya masing-masing masyarakat. Dalam konteks pemberdayaan, hal yang sering disinggung oleh berbagai pihak adalah pemahaman mengenai gender yang dibuat seakan-akan kata gender adalah perempuan dan menunjuk pada biologis perempuan. Hubeis (2010) menyebutkan bahwa pemahaman gender dalam konteks GAD (Gender and Development) adalah pencapaian kesetaraan dan kesederajatan dan keadilan, dalam tatanan kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Maka, dengan kata lain ketika berbicara tentang gender berarti membicarakan adalah tentang relasi sosial perempuan dan lakilaki. Berbicara tentang gender tidak sama dengan berbicara tentang jenis kelamin biologis perempuan dan laki-laki. Memasuki era reformasi, pemerintah mengeluarkan Inpres No.9/2000 tentang pengarusutamaan gender dalam pembangunan. Ruang lingkup Pengarusutamaan Gender mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
Pembentukan Pelaksanaan Pembentukan mekanisme pelaksanaan pengarusutamaan gender antara lain: a) Forum komunikasi b) Kelompok kerja c) Panitia pengarah (steering committee) d) Tim penggerak pengarusutamaan gender (gender focal point) Pemantauan Monitoring dan Evaluasi.
Nugroho (2008) menjelaskan bahwa setelah adanya kebijakan ini, paradigma pembangunan Indonesia mengalami sebuah pergeseran penting, ke arah pembangunan yang meletakkan kesetaraan gender di intinya (mainstream). Pergeseran paradigma ini
24 berjalan bersamaan dengan pergeseran paradigma pembangunan dan pembangunan perempuan pada khususnya, dari paradigma Women in Development (Perempuan dalam Pembangunan) ke Gender and Development (Gender dan Pembangunan). Tabel 2. Women in Development dan Gender and Development (Nugroho 2008) URAIAN Pendekatan
WID Berusaha mengintegrasikan perempuan ke dalam proses pembangunan. Perempuan
GAD Berusaha memberdayakan dan mentransformasi hubungan tak setara antara pria dan wanita. Hubungan antara Pria dengan Fokus Wanita Hubungan kekuatan yang setara Permasalahan Pengesampingan perempuan dari proses pembangunan. yang menghalangi pembangunan yang layak dan partisipasi penuh perempuan Pembangunan yang lebih Sasaran Pembangunan yang layak dan efektif dan efisien. berkelanjutan Pria dan wanita berbagi dalam pengambilan keputusan dan kekuasaan. Strategi Menerapkan proyek Mengidentifikasi dan proyek perempuan, unsurmemperuntukkan kebutuhan unsur perempuan, dan jangka pendek yang ditentukan proyek-proyek terpadu. oleh pria dan wanita untuk meningkatkan koordinasi Meningkatkan mereka. produktivitas dan penghasilan perempuan. Mengidentifikasi dan memperuntukkan kepentingan Meningkatkan kemampuan pria dan wanita untuk jangka perempuan dalam panjang. mengelola rumah tangganya. Fakih (1996) mengemukakan pandangan tentang WID dan Developmentalism. WID dianggap sebagai bagian dari diskursus pembangunan. Gagasan ini dianggap sebagai satu-satunya jalan guna memperbaiki status dan nasib perempuan di dunia ketiga. Namun, kemudian banyak orang yang menyangsikannya. WID yang merupakan strategi arus utama developmentalism lebih menghasilkan perjinakkan dan pengekangan perempuan dunia ketiga dibanding membebaskannya. Asusmsi utama WID adalah penyebab keterbelakangan perempuan adalah karena mereka tidak berpartisipasi dalam pembangunan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa WID merupakan strategi dan diskursus developmentalism untuk melanggengkan dominasi dan penindasan perempuan di Dunia Ketiga dengan upaya menjinakkan (cooptation) dan pengekangan (regulation) perempuan Selain pendekatan dari Woman in Development (WID) dan Gender and Development (GAD) pendekatan lainnya yang dikemukakan oleh Hubeis (2010) adalah, diantaranya:
25 1. Pendekatan Kesejahteraan (Social Welfare Approach) yang merupakan pendekatan pembangunan yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Tujuan peningkatan kesejahteraan ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan dan keluarganya. 2. Pendekatan Penyamaan Hak adalah pendekatan pertma dari pendekatan WID. Yang ditujukan untuk meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan. Pendekatan ini diarahkan pdaa upaya pencapaian kesamaan pengembangan peran perempuan agar dapat berperan aktif dalam pembangunan seperti halnya laki-laki. 3. Pendekatan Anti Kemiskinan merupakan pendekatan kedua dari WID yang memusatkan perhatian pada upaya pendistribusian kebutuhan dasar masyarakat dengan cara yang lebih adil. Diarahkan kepada perempuan yang berpendapatan rendah agar dapat meningkat produktivitasnya. 4. Pendekatan Efisiensi merupakan pendekatan ketiga dari WID yang memusatkan perhatian pada upaya mengatasi kemerosotan perekonomian dunia dengan mempertimbangkan kontribusi perempuan sebagai bagian penting dalam pembangunan ekonomi. 5. Pendekatan Penguatan dilatarbelakangi oleh kegagalan pendekatan persamaan hak dalam meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan. Ditujukan untuk meningkatkan kembali peran perempuan dalam pembangunan. Isna dan Firdaus (2004) mengemukakan salah satu teknik analisis yang dikembangkan sebagai metode pemberdayaan perempuan dengan lima kriteria analisis kesejahteraan milik Sarah Hlupekile Longwe (Teknik Longwe), diantaranya : kesejahteraan, akses, kesadaran kritis, partisipasi, dan kontrol. Merupakan alat untuk melihat tahapan pemberdayaan. Semakin bertahap dari pemberdayaan sampai penguasaan. Selain teknik Longwe, dikutip dari Prastiwi dan Sumarti (2012) menjelaskan dua teknik lain, yaitu teknik model Harvard dan teknik model Moser. Model Harvard dikembangkan oleh Harvard Institute for International Development yang didasarkan pada efisiensi WID yang merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender paling awal. Komponen dasar dalam model Harvard yaitu : Profil kegiatan (produktif, reproduktif, dan sosial budaya) yang didasarkan pada pembagian kerja dan data terpilah, profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat, faktor yang mempengaruhi akses dan kontrol, serta analisis siklus proyek. Model Moser adalah teknik analisis yang membantu perencana atau peneliti dalam menilai, mengevaluasi, dan merumuskan usulan dalam tingkat kebijaksanaan program yang lebih peka gender dengan menggunakan pendekatan persoalan perempuan (kesetaraan, keadilan, anti kemiskinan, efisiensi, penguatan atau pemberdayaan). Komponen dasar model Moser diantaranya, adalah : tiga peran gender, kontrol dan pengambilan keputusan, kebutuhan strategis dan praktis gender, matriks WID dan GAD, serta pelibatan organiasasi untuk pemastian pemasukan kebutuhan strategis gender dan kebutuhan praktis.
26 Tabel 3. Tiga Alat Analisis Gender Teknik Longwe
Model Harvard
Model Moser
1. Penguasaan (Kontrol) 2. Partisipasi dalam pengambilan keputusan. 3. Kesadaran Kritis 4. Akses terhadap sumber daya dan manfaat 5. kesejahteraan
1. Pembagian kerja Produktif, Reproduktif, dan Sosial Budaya. 2. Akses dan Kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam masyarakat. 4. Analisis siklus proyek.
1. Pembagian Peran Produktif, Reproduktif dan Sosial Budaya. 2. Kebutuhan Praktis (Kondisi) 3. Kebutuhan Strategis (Posisi) 4. Matriks WID dan GAD 5. Pelibatan organisasi untuk pemastian pemasukan kebutuhan strategis gender dan kebutuhan praktis gender
Peran Perempuan dalam Pembangunan Sebelum membahas mengenai peran perempuan dalam pembangunan, perlu dipahami pula peran gender dalam kehidupan masyarakat. Hubeis (2010) menjelaskan adanya tiga peran gender untuk perempuan dan laki-laki yang diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Peran Reproduktif (Peran Domestik) adalah peran yang dilakukan oleh seseorang untuk melakukan kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan sumberdaya insani (SDI) dan tugas kerumahtanggaan seperti menyiapkan makanan, mengumpulkan air, mencari kayu bakar, berbelanja, memelihara kesehatan dan gizi keluarga, mengasuh dan mendidik anak. Peran ini bersifat rutin dan dilakukan dalam rumah tangga, sehingga tidak diperhitungkan sebagai pekerjaan produktid karena tidak dibayar (unpaid work) 2. Peran Produktif menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa untuk dikonsumsi dan diperjualbelikan (petani, nelayan, konsultasi, jasa, pengusaha, dan wirausaha). Pembagian kerja dalam peran produktif dapat memperlihatkan dengan jelas perihal perbedaan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan. Jenis pekerjaan yang dinilai sebagai pekerjaan produktif terkait pada pekerjaan yang diperhitungkan melalui sistem perhitungan nasional. 3. Peran Masyarakat (sosial) adalah peran yang terkait dengan kegiatan jasa dan partisipasi politik. Kegiatan jasa yang bersifat relawan biasanya dilakukan oleh perempuan. Sedangkan peran politik adalah peran yang terkait dengan status dan kekuasaan seseorang pada organisasi tingkat desa atau tingkat yang lebih tinggi. Sampai saat ini masih banyak anggapan masyarakat bahwa peran reproduktif merupakan peran kewajiban perempuan. Namun, pada saat yang sama perempuan dtuntut untuk memiliki peran produktif dan sosial pula. Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa peran perempuan dalam pembangunan dianggap penting. Pasca keikutsertaan negara Indonesia dalam Millenium Developmental Goals yang salah satu poinnya mencetuskan kesetaraan gender, Indonesia mulai menggalakan program guna
27 memberdayakan perempuan. Ratnawati (2011) menyebutkan bahwa pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota msyarakat, tetapi juga pranatapranatanya. Disebutkan pula bahwa perempuan wajib diberdayakan karena perempuan dianggap mempunyai kempentingan yang sama dalam pembangunan, dan juga merupakan pengguna hasil pembangunan yang haknya sama dengan laki-laki. Pengarusutamaan gender bermakna sebagai penguatan keterlibatan aktif perempuan dalam pembangunan dengan menghubungkan kemampuan dan kontribusi mereka dengan isu-isu pembangunan makro atau agenda pembangunan nasional (Hubeis 2010). Langkah-langkah pemberdayaan perempuan dimulai dari penyadaran kritis tentang hak dan kewajibannya, serta upaya untuk mencerdaskan perempuan dan memberikan ruang dan kesempatan bagi perempuan untuk terlibat dalam setiap tahapan pelaksanaan program pemberdayaan. Namun, pemberdayaan tak serta-merta dapat dilakukan tanpa adanya upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perempuan. Menurut Hubeis (2010) peningkatan kualitas dan kuantitas perempuan khususnya di bidang ekonomi dapat dilakukan melalui kegiatan peningkatan kemampuan dan profesionalisme, etos dan produktivitas kerja, kewirausahaan, manajemen dan kepemimpinan. Selain itu perlu diciptakan iklim yangr kondusif agar wanita dapat berperan dalam pembangunan secara optimal. Perempuan harus dapat meningkatkan akses modal/kredit, informasi pasar, dan jaringan produksi serta pemasaran. Dan adanya upaya untuk memperoleh dukungan berbagai pihak dalam dunia usaha, dengan menciptakan iklim yang kondusif untuk meningkatkan kemandirian, antara lain dengan kemitraan usaha. Selain ketiga peran yang dipaparkan sebelumnya, Hubeis (2010) memaparkan pula analisis peran perempuan dalam keluarga. Diantaranya: 1. Peran Tradisi yang menempatkan perempuan dalam fungsi reproduksi dengan pembagian kerja yang sangat jelas yaitu perempuan bekerja di rumah dan laki-laki di luar rumah. 2. Peran transisi yang mempolakan peran tradisi lebih utama dari peran yang lain. Pembagian tugas mengikuti aspirasi gender, tetapi eksistensi mempertahankan keharmonisan dan urusan rumahtangga tetap tanggung jawab perempuan. 3. Dwiperan yang memposisikan perempuan dalam kehidupan dua dunia, yaitu menempatkan peran domestik dan publik dalam posisi sama penting. Yang membutuhkan dukungan moral dari suami. 4. Peran egalitarian yang menyita waktu dan perhatian perempuan untuk kegiatan di luar. 5. Peran kontemporer merupakan dampak pilihan perempuan untuk mandiri dalam kesendirian.
28
Peran Domestik/ PD Pekerjaan produktif tidak langsung
Perempuan Peran Publik / PP Pekerjaan Produktif Langsung
PD
PD > PP
PP
PD = PP
PD + PP
PD < PP
Alternatif Peran
Variasi Peran
Gambar 11 . Prospek peran perempuan dalam era global. Meskipun perempuan berpartisipasi dalam kegiatan publik, pekerjaan domestik masih tetap tidak berubah. Bedanya hanya pada tingkat pelaksanaan yang apakah sepenuhnya bertanggungjawab atau memperoleh bantuan dari anggota keluarga lain. Peran Lembaga Swadaya Masyarakat dalam Pemberdayaan Masyarakat Selain gencarnya pengarusutamaan gender, eksistensi Non Govermental Organization atau dikenal pula dengan Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai salah satu upaya untuk mencapai pengarusutamaan gender juga semakin tinggi. Baroroh (2009) meenyebutkan bahwa istilah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berasal dari suatu seminar yang diselenggarakan Sekretariat Bina Desa (SBD) di Ungaran, Jawa Tengah 1978. Di kalangan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB, kelompok, lembaga, atau organisasi tersebut disebut Non-Government Organization (NGO) yang kemudian dalam suatu konferensi (1976) Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) diterjemahkan menjadi ORNOP (Organisasi Non Pemerintah). Selanjutnya disebutkan pula bahwa dalam mencari istilah Indonesia bagu NGO, ditemukan istilah yang sering dipakai oleh Kementerian Kerjasama Internasional Jerman (Barat) yaitu Self Help Promoting Institute (SHPI) dan Self Help Organization (SHO). Ismawan (2003) dalam Baroroh (2009) mengemukakan pendapat Prof. Sajogyo yang memperkenalkan istilah Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LSPM) untuk SHPI dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk SHO. SHO sendiri dimaksudkan sebagai organisasi yang didirikan dengan tujuan untuk membantu diri sendiri. Selain itu istilah LSM didefinisikan secara tegas dalam Intruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) No. 8/1990 yang ditujukan kepada seluruh Gubernur di Indonesia tentang pembinaan Lembaga Swadaya Masyarakat. Inmendagri menyebutkan bahwa LSM adalah organisasi yang anggotanya adalah masyarakat Indonesia yang secara sukarela atau kehendak sendiri berniat bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi/lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya. Kini telah banyak Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam bidang pemberdayaan perempuan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan peran perempuan. Disamping peran perempuan dalam pembangunan, peran LSM dan organisasi non pemerintah lainnya pun sangat penting dalam keberhasilan pengarusutamaan gender. LSM dan organisasi non pemerintah lain berfungsi sebagai fasilitator dalam program-program pemberdayaan masyarakat. Amy Pollard dan Julius Court (2005) dalam PU.T (2014) menyebutkan tiga peran yang dilakukan oleh para Civil Society Organisation (CSO) yaitu Inspire, Inform, dan Improve. CSO menginspirasi masyarakat untuk suatu isu-isu ataupun pilihan-
29 pilihan tertentu serta mempertanyakan terhadap kebijakan-kebijakan yang diberlakukan. Selain itu, berfungsi pula sebagai pemberi informasi kepada masyarakat tentang hal-hal baru ataupun kebijakan-kebijakan baru. Fungsi yang terakhir adalah melakukan improvisasi atau dalam artian menambahkan, mengkoreksi, ataupun merubah kebijakan yang berkaitan dengan isu-isu tertentu. Culla (2006) dalam Putri U.T (2014) menjelaskan adanya perbedaan organisasi kemasyarakatan dan organisasi non-pemerintah. Perebedaan tersebut diantaranya : Tabel 4. Perbedaan Organisasi Kemasyarakatan dan Organisasi Non-Pemerintah. Organisasi Masyarakat Semua organisasi yang dibentuk oleh masyarakat sebagai warga negara untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional (UU No.8/1985) Perkumpulan orang-orang yang bekerja sama secara terlembaga melalui struktur yang ketat terorganisasi. Kepengurusan organisasi berjenjang dan substantif, khususnya antara pusat dan cabang.
Non Government Organisation (NGO) Wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat (Irmen dagri No.9/1990)
Kelompok-kelompok masyarakat baik yang terorganisasi maupun tidak terorganisasi dengan struktur tidak harus rumit. Kepengurusan organisasi lebih terbuka, kenyal dan tidak formal termasuk hubungan antara organisasi induk dan cabang serta pengurus daerah. Umumnya memiliki susunan keanggotaan Tidak harus memiliki keanggotaan mengikat. sangat ketat, terdaftar, dan mengikat.
Sumber : Culla (2006) dalam Putri U.T (2014)
30
KERANGKA ANALISIS PUSTAKA
Karakteristik Keluarga (X1)
Kontribusi Ekonomi Perempuann(X2)
Strategi dalam pemberdayaan perempuan (X1)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan perempuan
Peran Ganda Perempuan (X3)
Kesejahteraan Subjektif (Y)
Pendapatan Keluarga (Y)
Keberhasilan Program Pemberdayaan perempuan (Y)
Pengarusutamaan Gender (Y)
Faktor penghambat Tantangan Program Pemberdayaan (X2)
Gambar 11. Kerangka Analisis Pustaka
Peran CSO (X1)
(X)
Pengentasan Kemiskinan (Y)
Faktor Lain
Faktor Pendukung
Modal Sosial
Peran Perempuan (X2)
31
KESIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Merujuk hasil studi dan analisis pustaka yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat dibutuhkan sebagai salah satu upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adanya isu-isu pengarusutamaan gender menempatkan posisi perempuan dalam tingkat yang setara dengan laki-laki dan dapat diberikan kesempatan untuk menerima peran penting dalam program pemberdayaan. Sesuai dengan tugasnya, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berperan sebagai wadah bagi masyarakat untuk memberikan inspirasi, informasi, dan menambahkan atau bahkan mengubah kebijakan yang berkaitan dengan isu-isu tertentu. Seperti hasil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, istri masih mendapatkan pendapatan dari sumber pekerjaan utama saja dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan.. Sebagian besar istri merupakan perempuan yang berperan ganda dan berkerja sebagai buruh karena alasan ekonomi. Berkat hal ini, maka perempuan sebaiknya meningkatkan pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif keluarga. Selain itu, perempuan yang memiliki peran ganda harus menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Terdapat beberapa analisis dari peran gender yang dapat diukur dengan berbagai teknik. Seperti teknik Longwe, Harvard, dan Moser. Ketiganya bertujuan untuk mengukur tiga peran utama perempuan (reproduktif, produktif, dan sosial), serta mengukur peran perempuan dari mulai akses hingga kontrol. Ada pula faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan perempuan. Seperti faktor internal atau faktor yang berasal dari perempuan penerima program. Diantaranya tingkat pendidikan, modal sosial, dan peran perempuan dalam keluarga. Selain itu faktor eksternal seperti faktorfaktor ekonomi dan sarana-prasarana. Serta faktor-faktor lainnya seperti fasilitator dan lembaga penyelenggara. Setelah menganalisis pustaka, ditemukan bahwa hal yang menarik untuk dikaji adalah peran perempuan dalam upaya peningkatan ketahanan keluarga melalui program pemberdayaan. Program tersebut dapat berupa porgram yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan, upaya peningkatan sarana dan prasarana, atau pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan perempuan dalam bidang ekonomi.
32
Setelah melakukan studi dan analisis pustaka, terdapat metodologi, variabel pengaruh dan terpengaruh, serta hasil penelitian yang dapat disajikan dalam bentuk tabel. Tabel 5. Analisis Pustaka Metodologi
No 1.
Judul Kontribusi Ekonomi dan Peran Ganda Perempuan serta Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan Subjektif
Penulis Herien Puspitawati, Megawati Simanjuntak, Latifatul Hayati
Tahun 2012
Kualitatif
2.
Peran Aktif Wanita dalam Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Miskin : Studi Kasus pada Wanita Pemecah Batu di Pucunganak Kecamatan Tugu Trenggalek Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pemberdayaan Perempuan Desa Joho di Lereng Gunung Wilis
Sugeng Haryanto
2008
Kualitatif
Crisvi Pratama
2013
Kualitatif
Dampak Partisipasi dalam Kegiatan Kemasyarakatan
Ahmadrismawan Nasution, Ernan Rustiadi, Bambang
2014
Kualitatif
3.
4.
Hipotesis Kontribusi ekonomi Istri berpengaruh pada pendapatan keluarga
Variabel X 1. Karakteristik keluarga: 2. Kontribusi Ekonomi Perempua 3. Peran ganda perempuan
Variabel Y Kesejahteraan keluatga
Hasil Semakin tinggi istri memprioritaskan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga, maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif yang dipersepsikan oleh istri.
Terdapat kontribusi yang diberikan wanita pemecah batu terhadap perekonomian keluarga. Adanya beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan program pemberdayaan perempuan di Desa Joho Adanya dampak partisipasi
1. Karakteristik Rumah Tangga Miskin 2. Peran Aktif Wanita
Pendapatan Keluarga
Pendapatan yang diperoleh wanita pekerja pemecah batu memiliki kontribusi sebagai salah satu sumber pemenuhan kebutuhan keluarga.
Faktor-faktor dalam pemberdayaan perempuan
Keberhasilan program pemberdayaan perempuan
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan pemberdayaan perempuan adalah adalnya peran dari berbagai pihak, pendampingan, koperasi, pendidikan, dan partisipasi.
Modal sosial
Pendapatan rumah tangga pedesaan
Modal sosial memiliki dampak positif yang signifikan pada pendapatan
33
Judul terhadap Pendapatan Rumah Tangga Perdesaan Indonesia
Penulis Juanda, dan Setia Hadi.
5.
Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Terhadap Pemberdayaan Perempuan melalui Pelatihan Life Skill (studi kasusu di Lembaga Advokasi Pendidikan Yogyakarta)
Kiromim Baroroh
2009
Kualitatif
6.
Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Perdesaan melalui Pengembangan Kewirausahaan
Susi Ratnawati
2011
Kualitatif
Hipotesis dalam kegiatan masyarakat terhadap pengeluaran pendapatan Lembaga Advokasi Pendidikan Yogyakarta (LAPY) memiliki peran dalam memberdayaka n perekonomian perempuan -
7.
Role of Non Government Organisation (NGO) dan Community Based Organisation (CBO) dalam Penguatan Pengarusutamaan Gender (Studi pada LSM Damar dan Ormas Aisyiyah Bandar Lampung) Peran Perempuan dalam
Martharia Putri U.T
2014
Kualitatif
-
Armel Yentifa
2012
Kuantitatif dan
Perempuan
8.
Tahun
Metodologi
No
Variabel X
Variabel Y
Hasil rumah tangga perdesaaan yang diukur dari pengeluaran perkapita
1. Faktor pendukung. 2. faktor penghambat
Keberhasilan program pemberdayaan perempuan LAPY
Peran LAPY dalam memberdayakan perekonomian perempuan melalui life skill dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan menjahit sampai permagangan dan pemberian modal usaha sebagai fasilitator dan motivator.
1. faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan perempuan 2. pemberdayaan perempuan Peran Civil Society Organisation (CSO)
Pengentasan kemiskinan perempuan
Pengarusutamaa n Gender
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam upaya pemberdayaan perempuan, diantaranya adanya kesejahteraan, akses sumberdaya, partisipasi , kesadaran kritis dan kontrol. LSM dan Ormas tersebut telah menterjemahkan konsep 3I melalui berbagai porgram kerja dan kegiatan, serta berkontribusi dalam proses pembuatan kebijakan dan menggunakan fakta-fakta yang ada sebagai upaya perjuangan kepentingan.
1. Tantangan
Peran
Peran perempuan dalam
34
No
9.
10.
Judul Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Studi Kasus Perempuan dalam Pengelolaan Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) pada 2 Keluurahan di Kota Padang. Pelaksanaan Pemberdayaan Perempuan dalam Mewujudkan Keadilan dan Kesetaraan Gender di Bidang Ekonomi pada Masyarakat Jombang. Analisis Pengembangan Usaha Mikro dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan di Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara.
Penulis
Tahun
Metodologi kualitatif
Hipotesis memiliki peran akif dalam pelaksanaan kegiatan PNPM-MP
Variabel X dalam melaksanakan Program. 2. Strategi Mengatasi Tantangan.
Variabel Y Perempuan dalam PNPMMP
Hasil PNPM-MP tergolong cukup baik karena dapat mengatasi tantangan dengan melakukan berbagai strategi/
Rosseriayu Munerati Putri, Sjamsiar Sjamsuddin, Farida Nurani.
-
Kualitatif
-
1. Faktor Pendukung Program. 2. Faktor Penghambat Program
Keberhasilan program peningkatan peran serta kesetaraan Gender BPPKB.
Adanya faktor pendukung dn pemnghambat program yang berpengaruh terhadap keberhasilan program peningkatan peran serta kesetaraan dari BPPKB.
Tely Dasaluti, Aida Vitayala S. Hubeis, Eko Sri Wiyono
2012
Kualitatif
Produk-produk usaha mikro dapat mendukung pemberdayaan perempuan di pulau kecil
1. Tipe Usaha Mikro 2. Strategi Unggulan
Produk Usaha Mikro
Tiga produk unggulan dari Pulau Bunaken dapat mendukung pemberdayaan perempuan tersebut.
35 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi Program pemberdayaan perempuan sangat diharapkan dapat berpengaruh pada peran perempuan dalam peningkatan kesejahteraan keluarganya dengan memberikan kontribusi terhadap perekonomian keluarga. Oleh karena itu, berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat diambil beberapa pertanyaan analisis, antara lain : 1. 2. 3.
Bagaimana peran perempuan dalam program pemberdayaan masyarakat yang diselenggarakan oleh organisasi non-pemerintah tersebut? Sejauhmana keberhasilan program tersebut dalam meningkatkan peran perempuan dan kontribusinya dalam perekonomian keluarga? Bagaimana tingkat pendapatan perempuan dan kontribusinya terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga?
Usulan Kerangka Analisis Baru Kerangka analisis dibuat berdasarkan hasil analisis yang didapat dari studi pustaka. Kerangka analisis ini menjelaskan tentang hubungan antara peran perempuan dalam suatu program pemberdayaan dari lembaga non-pemerintah terhadap kontribusi perempuan dalam perekonomian keluarga dalam rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga untuk mengentaskan kemiskinan khususnya di wilayah perdesaan
Karakteristik Keluarga Miskin (X1) X1.1. Tingkat pendidikan X1.2. Penerima bantuan X1.3. Jumlah anggota keluarga X1.4. Jenis pekerjaan X1.5. jumlah pendapatan
Peran Perempuan dalam Program Pemberdayaan (X2) : X2.1 Peran Reproduktif X2.2. Peran Produktif X2.3 Peran Sosial
Kontribusi Perempuan dalam Perekonomian Keluarga (Y1) : Y1. Tingkat Pendapatan Perempuan Y2. Jumlah Pendapatan Perempuan untuk kebutuhan keluaraga.
36
DAFTAR PUSTAKA Baroroh K. 2009. Peran Lembaga Swadaya Masyarakat terhadap Pemberdayaan Perempuan Melalui Pelatihan Life Skill(Studi Kasus di Lembaga Advokasi Pendidikan Indonesia Yogyakarta). Jurnal Dimensia. 3 (1), 19-51. [Internet]. [Diunduh pada : Minggu, 22 November Pukul 00.12]. dapat diunduh di : http://journal.uny.ac.id/index.php/dimensia/article/view/3407
[BPS]. 2013. Badan Pusat Statistik. Dapat diakses melalui www.bps.go.id. Busyairi. 2008. Republik Salah Urus (Menguak Nasib Buram Petani Indonesia). Jakarta(ID) : RMBOOKS. Dasaluti T, Hubeis A, Wiyono E. 2012. Analisis Pengembangan Usaha Mikro dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan di Bunaken, Kota Manado Sulawesi Utara. Jurnal Manajemen IKM. 5 (2), 157-165. [Internet] [Diunduh pada : Sabtu, 21 November 2015]. Dapat diunduh di : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/article/viewFile/1986/5214 Fakih, M. 1996. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajat Ihromi, T O. 1995. Kajian Wanita dalam Pembangunan. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia Haryanto. 2008. Peran Aktif Wanita dalam Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Miskin : Studi Kasus pada Wanita Pemecah Batu di Pucunganak Kecamatan Tugu Trenggalek, Jurnal Ekonomi Pembangunan.[Internet] [Diunduh Pada Sabtu 3 Oktober 2015]. Dapat diunduh di : https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/155/6.%20Sugeng% 20Haryanto%20%28Peran%20Aktif%20Wanita%29.pdf?sequence=1&isAllo wed=y Isna A, Firdaus S. 2004. Prospek Pemberdayaan Perempuan di Desa Tumiyang Kabupaten Banyuman (Studi Evaluasi Implementasi Program P2MD). Jurnal Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Politik FISP Unsoed. [Internet]. [Diunduh Pada Kamis, 17 Desember 2015, 19.00 WIB]. Dapat diunduh di : journal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Pembangunan/article/viewFile/70/69 Nasdian, F. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta (ID) : Yayasan Pustaka Obor Indonesia Nasution A, Rustiadi E, Juanda B, Hadi S. 2014. Dampak Partisipasi dalam Kegiatankegiatan Kemasyarakatan terhadap Pendapatan Rumah Tangga Perdesaan di Indonesia. Jurnal Sosiohumaniora. 16(3), 22-27. [Internet] [Diunduh pada : Sabtu, 3 Oktober 2015]. Dapat diunduh di : http://jurnal.unpad.ac.id/sosiohumaniora/article/view/5760/3072
Nugroho. 2008. Gender dan Strategi Pengarus-utamaannya di Indonesia. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar
37 Pratama. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pemberdayaan Perempuan Desa Joho di Lereng gunung Wilis. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik 1 (1), [Internet]. [Diunduh Pada Sabtu, 3 Oktober 2015]. Dapat diunduh di : http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers3%20Crisvi%20KMP%20V1%20N1%20Jan-April%202013.pdf.html Ratnawati S. 2011. Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Perdesaan Melalui Pengembangan Kewirausahaan. Jurnal Kewirausahaan 5 (2), 1-10. [Internet]. [Diunduh Pada Sabtu, 21 November 2015 pukul 17.58]. dapat diunduh di : http://lp3m.widyakartika.ac.id/lp3m/wp-content/uploads/2012/10/MODELPEMBERDAYAAN-PEREMPUAN-MISKIN-PERDESAAN-MELALUIPENGEMBANGAN-KEWIRAUSAHAAN.pdf Prastwi, Sumarti. 2012. Analisis Gender terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan CSR di Bidang Pemberdayaan Ekonomi Lokal PT. Holcim Indonesia, Tbk. Sodality, jurnal sosiologi pedesaan. [Internet] [diunduh pada Kamis, 17 Desember 2015, 2045 WIB]. Dapat diunduh di http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/5804 Puspitawati, Simanjuntak, Hayati. 2012. Kontribusi Ekonomu dan Peran Ganda Perempuan serta Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 4 (1), 11-18 [Internet].[diunduh pada Sabtu, 3 Oktober 1025] dapat diunduh di : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/64506/jikk%20vol5%20no1. pdf?sequence=1&isAllowed=y
Putri UT, M. 2014. Role of Non Government Organisation (NGO) dan Community Based Organisation (CBO) dalam Penguatan Gender (Studi pada LSM Damar dan Ormas Aisyiyah Bandar Lampung). Jurnal Kebijakan dan Pembangunan 1(1), 21-27. [Internet]. [Diunduh pada : Sabtu, 21 November 2015]. Dapat diunduh di : http://pasca.unila.ac.id/wpcontent/uploads/2013/07/1.pdf
Putri R, Sjamsuddin S, Nurani F. Tanpa Tahun. Pelaksanaan Pemberdayaan Perempuan dalam Mewujudlkan Keadilan dan Kesetaraan Gender di Bidang Ekonomi pada Masyarakat Jombang. Journal of Public Administration Research. 1 (1). [Internet]. [Dinduh pada Sabtu, 21 November 2015]. Dapat diunduh di : http://jopar.ub.ac.id/index.php/jopar/article/view/114/119 Raharjo. 2004. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta Suharto. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung(ID): PT Refika Aditama Yentifa A. 2012. Peran Perempuan dalam Program Penanggulangan Kesmiskinan Perkotaan (Studi Kasus Perepuan dalam Pengelolaan Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) pada 2 Kelurahan di Kota Padang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. 7(1), 43-59). [Internet] [Diunduh Pada : Sabtu, 21 November 2015]. Dapat diunduh di : http://ojs.polinpdg.ac.id/index.php/JAM/article/view/576/565
38
RIWAYAT HIDUP Penulis Lahir di Kota Cimahi, 16 November 1994. Merupakan putri pertama dari pasangan Ahmad Saepudin dan Yanti Murdiyanti, memliki satu adik laki-laki bernama Riyadh Ahmad Faridz. Penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2006 di SDN Harapan III Kota Cimahi, dan sekolah menengah pertama di SMPN 2 Kota Cimahi pada tahun 2009. Setelah itu, penulis melanjutkan sekolah ke jenjang sekolah menengah atas di SMKN 11 Kota Bandung dan menekuni jurusan Teknik Komputer dan Jaringan dan lulus pada tahun 2012. Kemudian, kini penulis meneruskan pendikan sarjana di departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Di samping mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis pernah menjabat sebagai Presiden Komunitas mengajar Sanggar Juara pada tahun 2014 dan sebagai direktur divisi jurnalistik Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) 2015. Dalam kegiatan kepanitiaan penulis mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan sebagai staff divisi acara dalam Connection 2014, the 2nd Connection, dan Gebyar Nusantara. Selain terlibat dalam kegiatan organisasi dan kepanitiaan, penulis mengembangkan bakat dalam bidang tarik suara dan menjadi salah satu dari 5 besar Grand Finalis IPB Art Contest (IAC) 2015 untuk mata lomba solo vocal pop putri.