KASUS KOMUNITAS
Desa Karang Asih merupakan bagian keluarhan Pampangan yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Sehat Jaya. Secara struktural Desa Karang Asih teridir atas 7 RT dengan jumlah penduduk 766 orang, terdiri dari 332 lakilaki dan 434 perempuan. Jumlah balita di desa tersebut 85 orang. Dari pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa PSIK Universitas Sriwijaya, 75 % mengalami diare. Desa tersebut baru saja mendapatkan musibah banjir 1 minggu yang lalu. Fasilitas kesehatan seperti puskesmas belum berjalan seperti biasa. Yang ada hanya posko kesehatan di pengungsian. Untuk membantu mengatasi permasalahan ini mahasiswa melakukan pengkajian kepada ibu-ibu yang anaknya mengalami diare di pengungsian. Adapun metode pengumpulan data oleh mahasiswa saat pengkajian adalah focus group discuussion (FGD). Mahasiswa berperan sebagai muderator, fasilitator, dan observer/notulen. Peserta FGD ini terdiri dari 6 orang, yaitu ibu-ibu dengan anak yang mengalami diare. FGD ini dilakukan di posko pengungsian pada hari kamis, 6 maret 2014. Dimulai pukul 10.00 – 12.00 WIB.
Muderator
: “Assalamu’alaikum. Selamat pagi ibu”
Ibu-ibu
: “Wa’alaikumsalam.”
Muderator
: “Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan berdiskusi mengenai diare. Selanjutnya diskusi ini akan dipimpim oleh saudari Lia. Kepada saudari Lia saya persilahkan.”
Fasilitator
: “Terima kasih atas kesempatannya. Ibu-ibu yang luar biasa, apa yang ibu ketahui tentang diare.”
Ibu Astuti
: “Diare itu mencret-mencret dek. BABnya sering. Terus cair.”
Fasilator
: “Bagus sekali pendapat Ibu Astuti. Baiklah kalau menurut Ibu Beti, gimana?”
Ibu Beti
: “Kalau melihat anak saya, anak saya mules, suka keluar keringat dingin, dan keliatan pucat.”
Fasilitator
: “Benar sekali bu, beberapa gejala diare seperti yang ibu sebutkan tadi, ada lagi yang ingin memberikan pendapat?”
Ibu Cut
: “Saya dek. Anak saya itu sekarang rewel terus males makan.”
Ibu Desi
: “Iya dek, anak saya juga gitu. Kenapa ya dek?”
Fasilitator
: “Kira-kira ada yang tahu penyebabnya?”
Ibu Eno
: “Kalau saya perhatikan semenjak banjir, anak-anak pada suka berenang di tempat banjir.”
Ibu Fatin
: “Betul tuh. Anak saya itu susah banget disuruh berhenti kalau sudah main air.”
Ibu Cut
: “Kalau saya langsung saya cubit biar dia berhenti main air.”
Fasilitator
: “Terima kasih pendapatnya ibu-ibu. Diare itu buang air besar yang lebih dari tiga kali dalam sehari dengan bentuk tinja cair dengan atau tanpa adanya darah. Tanda dan gejalanya seperti yang ibu sebutkan tadi seperti lemes, makannya sedikit, keluar keringat dingin, rewel, biasanya juga cepat haus. Penyebabnya bisa karena anak yang suka berenang di banjir. Air banjirkan kotor banyak kumannya. Terus ada yang tahu gak penyebab yang lainnya?”
Ibu Astuti
: “Mungkin karena makanan ya dek. Soalnya makanya di dapur umum. Yah adek tahu sendirilah gimana cara masaknya.”
Ibu Eno
: “Iya bu, disini air bersihnya susah didapet. Jadi kami suka nyuci piring pake air banjir. Yah mau gimana lagi.”
Fasilitator
: “Oke, yang ibu sebutkan tadi bisa juga menyebabkan diare. Sekarang apa dong yang harus kita lakukan untuk mengatasi diare?”
Ibu Fatin
: “Kalo anak saya, saya paksa makan. Makanan dari dapur umum saya haluskan pake sendok.”
Ibu Cut
: “Kalo saya sih, saya kasih perutnya pake minyak gosok biar anget.”
Fasilitator
: “Benar sekali bu. Ada lagi yang tahu cara mengatasinya?”
Ibu Beti
: “Kalo anak saya, saya kasih teh manis. Karena kalo dikasih makanan dia muntahin lagi.”
Ibu Desi
: “Dek, saya pernah denger, katanya sih kalau diare dikasih oralit. Oralit itu apa dek?”
Fasilotator
: “Bagus sekali pertanyaannya bu. Ada yang tahu apa itu oralit?”
Ibu Eno
: “Setahu saya itu oralit itu yang bungkus abu-abu itu loh. Terus tinggal di tambah air.”
Ibu Astusti
: “Saya kemarin sempet nanya ke posko kesahatan. Katanya persedian oralitnya sudah habis.”
Fasililator
: “kira-kira ada yang tahu gak, kalau oralit itu bisa kita buat sendiri. ada yang tahu cara buatnya.”
Ibu Desi
: “Oh.. oralit bisa kita buat sendiri. saya baru tahu loh.”
Fasilitator
: “Jadi, ibu-ibu belum ada yang tahu ni. Baiklah kalau begitu saya ajarkan cara membuatnya. Pertama masukan 3 sendok makan gula kedalam gelas yang berisi air. Lalu tambahkan 1 sendok teh garam. Mudahkan ibu-ibu.”
Ibu Beti
: “Oh ternyata mudah ya dek.”
Ibu Fatin
: “Iya yah bahannya mudah didaptkan.”
Ibu Astuti
: “Saya mau tanya, itu airnya pake air biasa atau air hangat dek?”
Fasilitator
: “Itu pake air hangat. Diaduk sampe larut ya. Jangan lupa, diiring dengan minum air putih. Karena kalau diare cairan tubuhnya berkurang. Makanya harus diimbangi dengan minum air putih.”
Ibu Eno
: “Oh gitu ya. Terus kalau makanannya gimana dek?”
Fasilitator
:“Makanan yang lembut. Jangan yang pedas-pedas. Terus makannya musti teratur 3 kali sehari. Jangan dikasih makan mie dulu ya bu. Terus anaknya diperhatikan untuk tidak main air banjir. Untuk anak yang belum terkena diare, pencegahan apa yang harus dilakukan?”
Ibu Desi
: “Makan makanan yang bersih.”
Ibu Astuti
: “Anak tidak boleh main di air kotor.”
Ibu Cut
: “Dek, kalau boleh kasih saran, adakan program bermain untuk anak di pengungsian. Jadi mereka tidak main air banjir lagi.”
Fasilitator
: “Baiklah saya tampung sarannya. Nanti kami coba kami ajukan lagi untuk program selanjutnya. Terus juga jangan lupa, yang paling penting jangan lupa cuci tangan sebelum dan setelah makan, sesudah buang air besar dan kecil, dan setelah bermain. Ada yang tahu cara cuci tangan yang benar?”
Ibu Cut
: “Cuci tangannya pake sabun, terus bilas dengan air.”
Fasilitator
: “Benar sekali bu. Selanjutnya saya peragakan ya cara cuci tangan yang benar. Ibu-ibu ikuti ya” (memperagakan cara cuci tangan)
Ibu Astuti
: “Oh gini ya cara cuci tangan yang benar. Nanti saya mau ajarkan ke anak-anak saya.”
Fasilitator
: “Baiklah. Cukup sekian diskusi kita pada hari ini. Saya kembalikan kepada moderator.”
Moderator
: “Menarik sekali ya diskusikita pada hari ini ini. Selanjutanya kepada observer untuk menyimpulkan diskusi kita pada hari ini.”
Observer
: “Baiklah, kesimpulan dari diskusi kita pada hari ini yaitu, diare adalah BAB yang lebih dari 3 kali sehari dengan tinja yang cair. Tanda dan gejalanya meliputi lemas, sakit perut, mudah haus, nafsu makan menurun, panas, dan lain-lain. Cara mengatasinya dengan istirahat yang cukup, minum oralit diiringi dengan minum air putih, dan makan secara teratur. Adapaun pencegahan yang dilakukan yaitu cuci tangan sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air keci dan besar, dan sesudah bermain. Selanjutnya makan makanan yang bersih. Hindari bermain air kotor.”
Moderator
: “Itulah kesimpulan dari diskusi kita pada hari ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih juga kepada ibi-ibu yang sudah berpartisipasi dalam diskusi ini. Saya tutup dengan Assalamu’alaikum.”
Ibu-ibu
: “Wa’alaikumsalam.”