ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN (LUKA BAKAR, DERMATITIS)
TUGAS MAKALAH MATA KULIAH KMB III
DISUSUN OLEH KELOMPOK III : Ayunda Amalia
(010217A005)
Desi Retnowati
(010217A009)
Emiliana Tawuru M (010217A013) Junita Fransiska Sae (010217A021) Ni Kadek Noviani
(010217A025)
Rianto Trisaputro
(010217A027)
Siti Aisah
(010217A030)
Subagyo
(010217A031)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2018
0
BAB I PENDAHULUAN
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan Sejumlah fungsi organ tubuh dapat ikut terpengaruh. Luka bakar bisa mempengaruhi otot,tulang, saraf, dan pembuluh darah. Sistem pernapasan dapat juga rusak, kemungkinan adanya penyumbatan udara, gagal nafas dan henti nafas. Karena luka bakar mengenai kulit, maka luka tersebut dapat merusak keseimbangan cairan atau elektrolit normal tubuh, temperatur tubuh,pengaturan suhu tubuh, fungsi sendi, dan penampilan fisik. Pasien luka bakar yang selamat akan mendapat jaringan parut, infeksi, kehilangan tulang dan massa otot, penyembuhan luka yang buruk,serta penyembuhan yang lama. Kehilangan jaringan kulit menyebabkan regulasi panas dan penyembuhan luka menjadi lebih sulit,. Luka bakar kecil juga menyebabkan morbiditas yang signifikan, seperti hilangnya fungsi tangan atau kecacatan pada wajah. Sebagai tambahan terhadap kerusakan fisik yang disebabkan oleh luka bakar, pasien juga bisa menderita permasalahan psikologis dan emosional yang dimulai sejak peristiwa terjadi dan bisa bertahan dan berlangsung untuk jangka waktu yang lama. Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011).
1
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Sistem Integumen
1. Struktur Kulit Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar. Kulit merupakan bagian tubuh yang perlu mendapat perhatian khusus untuk memperindah kecantikan, selain itu kulit dapat membantu menemukan penyakit yang diderita pasien. Kulit disebut juga integumen atau kutis yang tumbuh dari dua macam jaringan yaitu jaringan epitel yang menumbuhkan lapisan epidermis dan kelenjar pengikat(penunjang) yang menumbuhkan lapisan dermis(kulit dalam). Kulit mempunyai susunan serabut saraf yang teranyam secara halus berguna untuk merasakan sentuhan atau sebagai alat raba dan merupakan indikator untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan pada kulit. Lapisan kulit terdiri atas: a. Epidermis (Kulit Ari) Lapisan paling luar terdiri atas lapisan epitel gepeng. Unsur utamanya
adalah
sel
–
sel
tanduk (keratinosit) dan
2
sel melanosit. Lapisan epidermis tumbuh terus karena lapisan sel induk yang berada di lapisan bawah bermitosis terus menerus, sedangkan lapisan paling luar epidermis akan terkelupas atau gugur. Epidermis dibina oleh sel-sel epidermis terutama serat-serat kolagen dan sedikit serat elastis. Kulit ari(epidermis) terdiri atas beberapa lapis sel. Sel-sel ini berbeda dalam beberapa tingkat pembelahan sel secara mitosis. Lapisan permukaan dianggap sebagai akhir keaktifan sel, lapisan tersebut terdiri atas 5 lapis. 1) stratum korneum (stratum corneum) : lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel tenduk(keratinasi), gepeng, kering, dan tidak berinti. Sitoplasmanya diisi dengan serat keratin, makin keluar letak sel makin gepeng seperti sisik lalu terkelupas dari tubuh. sel yang terkelupas akan digantikan oleh sel yang lain. 2) stratum lusidum (stratum lucidum) : lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang sangat gepeng dan bening. Membran yang membatasi sel-sel tersebut sulit terlihat sehingga lapisannya secara keseluruhan seperti kesatuan yang bening. 3) stratum granulosum (stratum granulosum) : lapisan ini terdiri atas 2-3 lapis sel poligonal yang agak gepeng dengan inti di tengah dan sitoplasmanya berisi butiran (granula) keratohialin atau gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi masuknya benda asing, kuman, dan bahan kimia masuk kedalam tubuh. 4) stratum spinosum (strarum spinosum) : lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel berbentuk kubus dan poligonal, inti terdapat di tengah dan sitoplasmanya berisi berkas-berkas serat yang terpaut pada desmosom (jembatan sel). Seluruh sel terikat rapat lewat serat-serat tersebut sehingga secara keseluruhan lapisan sel-selnya berduri. Lapisan ini untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar,
3
tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak kaki. 5) stratum malpigi (stratum malpighi) : unsur-unsur lapis taju yang mempunyai susunan kimia yang khas. Inti bagian basal lapis taju mengandung kolestrol dan asam-asam amino. Stratum malpighi merupakan lapisan terdalam dari epdermis yang berbatasan dengan dermis di bawahnya dan terdiri atas selapis sel berbentuk kubus (batang). b. Dermis (Kulit Jangat) Batas dermis yang sukar ditentukan karena menyatu dengan lapisan subkutis(hipodermis), ketebelannya antara 0,5-3 mm, beberapa kali lebih tebal dari epidermis, dan dibentuk dari komponen jaringan pengikat. Derivat dermis terdiri atas bulu, kelenjar minyak, kalenjar lendir, dan kelenjar keringat yang membenam jauh kedalam dermis. Kulit jangat bersifat ulet dan elastis yang berguna untuk melindungi bagian yang lebih dalam. Pada perbatasan antar kulit ari dan kulit jangat terdapat tonjolan-tonjolan kulit kedalam kulit ari (epidermis) yang disebut papil kulit jangat. Kulit jangat terdiri atas serat-serat kolagen, dan serabut-serabut elastis, dan serabut-serabut retikulin. Serat-serat ini bersama pembuluh darah dan pembuluh getah bening membentuk anyaman-anyaman yang memberikan perdarahan untuk kulit. Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut : 1) Lapisan
papilla:
mengandung
lekuk
–
sehingga stratum malpigi juga ikut melekuk.
lekuk
papilla
Lapisan ini
mengandung lapisan pengikat longgar yang membentuk lapisan bunga karang disebut lapisan stratumspongeosum. Lapisan papila terdiri atas serat kolagen halus, elastin dan retikulin yang tesusun membentuk jaringan halus yang terdapat di bawah epidermis. Lapisan ini memegang peranan penting dalam peremajaan dan penggandaan unsur-unsur kulit. Serat retulin
4
dermis membentuk alas dari serbut yang menyisip ke dalam membran basal dibaawah epidermis. Pada umumnya, papil-papil kulit jangat sangat rendah, tetapi pada telapak kaki dan telapak tangan papil tinggi, tebal, dan banyak sehingga tampak berhimpitan membentuk rigi-rigi yang menonjol di permukaan kulit ari, dan membentuk pola sidik jari tangan dan jari kaki. Setiap papil dibentuk oleh nyaman serabut halus yang mengandung serabut elastin. Pada bagian ini telihat lengkung-lengkung kapiler dan ujung-ujung saraf perasa. 2) Lapisan retikulosa: lapisan retikulosa mengandung jaringan pengikat rapat dan serat kolagen. Sebagian besar lapisan ini tersusun bergelombang, mengandung sedikit serat retkulin, dan banyak serat elastin. Sesuai dengan arah jalan serat-serat tersebut terbentuklah garis ketegangan kulit. Bahan dasardermis merupakan bahan matrik amorf yang memebenam pada serat kolagen dan elastin. Turunan kulit glikosaminoglikans hialuronat dan dermatan
utama
kulit
sulfat dengan
adalah asam
perbandingan
yang
beragam di berbagai tempat, bahan dasar ini bersifat sangat hidrofilik. Lapisan ini terdiri atas anyaman jaringan ikat yang lebih tebal dan di dalamnya ditemukan sel-sel fibrosa, sel histiosit, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf, kandung rambut kelenjar sebasea, kelenjar keringat, sel lemak, dan kelenjar otot penegak rambu. c. Hipodermis Hipodermis adalah lapisan bawah kulit (fasia superfisialis) yang terdiri atas jaringan pengikat longgar, kompenennya serat longgar, elastis dan sel lemak. Sel-sel lemak membentuk jaringan lemak pada lapisan adiposa yang terdapat susunan lapisan subkutan untuk menentukan mobilitas kulit diatasnya. Bila terdapat lobulus lemak yang merata, hipodermis membentuk bantal lemak disebut pannikulus
5
adiposus. Pada daerah perut, lapisan ini dapat mencapai ketebalan tiga cm, sedangkan pada kelopak mata, penis, dan skrotum, lapisan subkutan tidak mengandung lemak. Bagian superfisial hipodermis mengandung kelenjar keringat dan folikel rambut. Dalam lapisan hipodermis terdapat anyaman pembuluh arteri, pembuluh vena, dan anyaman saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit di bawah dermis. Lapisan ini mempunyai ketebalan bervariasi dan mengikat kulit secara longgar terhadap jaringan di bawahnya.
2. Fungsi Kulit Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis.
3. Struktur dan Fungsi Rambut Berupa benang keratin elastis yang berkembang dari epidermis tersebar di seluruh tubuh kecuali telapak kaki dan telapak tangan, permukaan dorsal falang distal, sekitar lubang dubur, dan urogenital. Setiap rambut mempunyai batang yang bebas dan akar yang tertanam dalam kulit, akar rambut dibungkus oleh folikel rambut yang berbentuk tabung terdiri atas bagian yang berasal dari epidermis (epitel) dan bagian yang berasal dari dermis (jaringan ikat). Pada ujung bawah folikel menggembung membentuk bulbus rambut, beberapa kelenjar sebasea, dan seberkas otot polos (erektor pili). Kontraksi otot ini menyebabkan tegaknya rambut sebab rambut terpancang miring berbentuk sudut tumpul. Struktur rambut
6
1) Medula: merupakan bagian tengah rambut yang longgar terdiri atas 23 lapis sel kubis mengerut sama lain dipisahkan oleh ruang berisi udara dan bulu halus pendek jenis bulu roma. Sebagai rambut kepala dan rambut pirang tidak mempunyai medula, sel-selnya sering mengandung pigmen, keratin sel-sel medula termasuk keratin lunak. 2) Korteks: merupakan bagian utama rambut yang terdiri atas beberapa lapis sel gepeng dan panjang berbentuk gelondong membentuk keratin keras. Fibril keratin tersusun sejajar, sedangkan granula pigmen terdapat di dalam dan diantara sel-selnya. Rambut hitam mengandung pigmen teroksidasi udara yang terkumpul di dalam ruang antara sel korteks dan mengubah warna rambut. 3) Kutikula: terdapat pada permukaan selapis sel tipis dan jernih. Kutikula tidak berinti kecuali yang terdapat pada akar rambut, selselnya tersusun seperti genteng atap dengan ujung menghadap ke atas. Penampang melintang rambut beragam sesuai dengan ras, rambut lurus bangsa mongol, eskimo, dan indian amerika tampak bundar pada potongan melintang, rambut berombak pada beberapa bangsa kaukasia, afrika dan irian penampangnya lonjong. Folikel rambut Merupakan selubung yang terdiri atas sarung jaringan ikat bagian luar (sarung akar dermis) yang berasal dari dermis dan sarung akar epitel bagian dalam berasal dari epidermis. Folikel yang mengembung membentuk bulbus rambut dan berhubungan dengan papilla tempat persatuan akar rambut dan selubungnya. Sarung akar asal dermis: 1) Lapisan paling luar: berkas serat kolagen kasar yang memanjang sesuai dengan lapisan retikulum dermis. 2) Lapisan tengah: lebih tebal sesuai dengan lapisan papila dermis. Lapisan ini padat sel dan mengandung serat jaringan ikat halus yang tersusun melingkar.
7
3) Lapisan
dalam: berupa
sabuk
homogen
sempit
yang
disebut glassy membran basal di bawah epidermis Sarung akar asal epidermis (epitel) mempunyai lapisan luar yang menyambung dengan lapis-lapis dalam epidermis yang sesuai dengan lapislapis permukaan yang sudah berkembang. Sarung akar rambut luar mempunyai selapis sel poligonal yang menyerupai sel-sel stratum spinosum epidermis. Sarung akar rambut dalam, sarung berzat tanduk membungkus. Akar rambut yang sedang tumbuh dan menghasilkan keratin lunak yang juga ditemukan pada epidermis. Sarung ini tidak tampak lagi diatas muara kelenjar sebasea dalam folikel. Susunan rambut 1) Batang rambut: merupakan bagian rambut yang terdapat di luar kulit. Kalau dibuat potongan, sebuah rambut akan terlihat dari luar ke dalam. a) Selaput rambut (kutikula): merupakan lapisan yang paling luar, terdiri atas sel-sel tanduk yang tersusun seperti sisik ikan, dapat diketahui kalau rambut disasak dengan baik. Rambut yang sering disasak akan meregangkan hubungan sel-sel selaput rambut sehingga merusak selaput rambut dan cairan mudah masuk ke dalam rambut. b) Kulit rambut : korteks rambut merupakan lapisan kulit yang paling tebal terdiri atas lapisan tanduk berbentuk kumparan tersusun memanjang dan mengandung butir-butir mielin. Sel tanduk terdiri atas serabut keratin, masing-masing sel tanduk yang disebut fibril diuraikan menjadi satuan serat yang lebih halus disebut mikrofibril. Rambut mempunyai sifat daya elastisitas akan bertambah apabila dibasahkan dan dihangatkan. c) Sumsum rambut (medula): bagian yang paling dalam dibentuk oleh sel tanduk, bentuknya seperti anyaman dengan rongga berisi udara. Bagian ini sangat tipis mengandung medula dan sum-sum
8
rambut ini hanya terdapat pada rambut yang tebal misalkan pada alis, kumis, dan sebagian rambut kepala. 2) Akar rambut: merupakan bagian rambut yang tertanam miring dalam kulit, terselubung oleh kandung rambut (folikel rambut). Akar ini tertanam sangat dalam hingga dapat mencapai lapisan hipodermis. 3) Kandungan rambut: tabung yang menyelubungi akar rambut mulai dari permukaan kulit sampai pada bagian bawah umbi rambut. Pada selubung ini terdapat unsur: a) Unsur dari lapisan dermis. Jaringan ikat yang berasal dari lapian dermis atau kulit jangat yang membentuk 3 lapisan: lapisan serabut kolagen, lapisan serabut elastis yang teratur mengandung pembuluh darah dan saraf, dan lapisan serabut sirkuler yang tersusun selang seling dengan sel yang berbentuk kumparan dan selaput bening(hialin) yang tidak mempunyai bentuk tertentu. b) Unsur lapisan epidermis. Terdapat pada umbi rambut yang terdiri atas lapisan-lapisan kandung akar luar dan kandung akar dalam. Kandungan
akar
dalam
tersusun
dari
luar
ke
dalam
(lapisan hanle) terdiri atas selapis sel kuboid dengan inti gepeng, terdiri atas 1-2 lapis sel tanduk gepeng yang mengandung inti dan selaput kutikula. Kandungan akar rambut bentuknya seperti sisik ikan dan berlapis seperti umbi makin ke atas makin tipis, pada ketinggian muara kelenjar lapisan ini tidak ada lagi. 4) Papil rambut: bagian bawah folikel rambut berbentu lonjong serti telur yang ujung bawahnya terbuka berisi jaringan ikat tanpa serabut elastis, ke dalamnya masuk pembuluh kapiler untuk mensuplay nutrisi ke umbi rambut. Diantara sel-sel papil terdapat sel-sel melanosit yang menghasilkan pigmen melanin yang memberi warna pada kiulit yang disebarkan ke dalam korteks dan medula rambut. 5) Umbi rambut (tunas rambut); adalah bagian akar rambut yang melebar dan merupakan sel bening yang terus-menerus bertanbah banyak dan berkembangbiak secara mitosis. Daerah ini subur,
9
kedekatan
dengan
pembuluh-pembuluh
papil
rambut,
dan
menghasilkan sel-sel baru untuk korteks rambut mengganti sel-sel yang sudah tua. 6) Otot penegak rambut: muskulus erektor pili adalah otot penegak rambut yang terdiri atas otot polos yang terdapat pada kandung rambut dengan perantaraan serabut elastis. Bila otot ini berkontraksi, rambut akan tegak dan kelenjar akan mengalami kompresi sehingga isinya di dorong keluar untuk melumas rambut. 7) Pertumbuhan rambut: terjadi sebagai hasil mitosis sel-sel matriks yang berasal dari epidermis dan belum berdiferensiasi yang terletak di atas sekitar puncak papila rambut. Sel-sel pada dasar folikel akan menjadi sarung akar rambut luar. Sel-sel matriks rambut: merupakan stratum malpigi epidermis yang akhirnya menjadi sel-sel berzat tanduk. Pada epidermis bahan keratin lunak terjadi terus-menerus. Rambut mempunyai masa pertumbuhan tertentu, untuk rambut kepala 0-3 tahun, sedangkan bulu mata 3-4 bulan. Akar rambut lepas dari matriks dan rambut rontok tertarik keluar setelah istirahat folikel memasuki masa pertumbuhan dan berhubungan dengan papil baru selanjutnya rambut-rambut baru tumbuh dari folikel yang terbentuk tersebut. Fungsi rambut: 1) Sebagai pelindung, pada muara lubang telinga/hidung terhadap bendabenda yang masuk serta melindungi kulit terhadap sinar ultraviolet dan panas. 2) Mengatur suhu: pengaturan panas dengan cara bulu badan menyimpan panas. 3) Pembuangan keringat dan air: karena permukaan yang lebih luas, rambut akan membantu penguapan keringat. 4) Pengaturan emosi: apabila mengalami ketakutan bulu tengkuk berdiri. 5) Sebagai alat perasa: rambut membesar rangsangan sentuhan terhadap kulit.
10
4. Struktur dan Fungsi Kuku Merupakan lempeng yang membentuk pelindung pembungkus permukaan dorsal falang terakhir jaringan dan jari kaki. Berdasarkan struktur dan hubungan dengan dermis dan epidermis, pertumbuhan kuku terjadi sepanjang
garis
datar
lengkung
dan
sedikit
miring
terhadap
permukaan pada bagian proksimalnya. 1) Struktur Kuku Alat kuku berproliferasi membentuk matriks kuku. Epidermis yang tepat di bawahya menjadi dasar kuku yang berbentuk U bila dilihat dari atas, diapit oleh lapisan kulit yang merupakan dinding kuku. Dasar kuku yang mengandung lapisan-lapisan epidermis dan dermis, di bawahnya mempunyai rabung memanjang. Di sini terdapat kelenjar keringat dan folikel. Sel-selnya banyak mengandung fibril sitoplasma yang hilang pada tahap akhir setelah menjadi homogen (berstruktur sama) lalu menjadi zat tanduk, dan menyatu dengan lempeng kuku. Tidak pernah dijumpai granula keratohialin di dalam sel matriks dan keratin kuku. Pada lapisan kuku mengandung melanosit sehingga lempeng kuku mungkin berpigmen pada ras hitam. Lempeng kuku terdiri atas sisik epidermis yang menyatu erat dan tidak mengelupas, badan kuku berwarna bening sehingga kelihatan kemerahan karena ada pembuluh kapiler darah di dalam dasar kuku. Sel-sel stratum korneum meluas dari dinding kuku ke permukaan lempeng kuku sebagai epikondrium atau kutikula. Dengan
bertambahnya
sel-sel
baru
dalam
akar
kuku
menghasilkan geseran lambat lempeng kuku di atas dasar kuku. Laju pertumbuhan kuku rata-rata 0,5 mm per minggu. Pertumbuhan ini lebih pesat pada jari tangan daripada jari kaki dan bila lempeng kuku dicabut paksa asalkan matriksnya tidak rusak kuku akan tumbuh kembali. 2) Fungsi Kuku
11
Kuku adalah bagian tubuh binatang yang terdapat atau tumbuh di ujung jari.Kuku tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat mulai tumbuh dari ujung jari.Kulit
ari pada
pangkal
kuku
berfungsi
melindungi
dari
kotoran.Fungsi utama kuku adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku
sama
dengan rambut yang
antara
lain
terbentuk
dari keratinproteinyang kaya akan sulfur. Sejak dulu, sudah ada teknik mendiagnosis penyakit lewat kuku.Selain
lewat
kuku,
penyakit
juga
dapat
dideteksi
lewat mata, lidah, pemeriksaan darah, faeses dan air seni.Penafsiran penyakit lewat kuku ini sebenarnya sudah dilakukan orang sejak zaman Hippocrates. Berikut
beberapa
kejanggalan
kuku
yang
dapat
membantu doktermendiagnosis suatu penyakit:
Warna kebiruan pada pangkal kuku menandakan kurang beresnya sirkulasi darah dan merupakan gejala penyakit jantung.
Bila separuh bagian dekat ujung kuku berwarna merah muda atau coklat sementara kulit ari berwarna putih, itu merupakan gejala penyakit gagal ginjal kronis.
Bila timbul kerutan horizontal dan kuku tampak kusam, itu menandakan
kurang
seperti campak, cacar
gizi
atau
air, gondok,
gejala jantung
suatu serta
penyakit kondisi
seperti sindrom Reynaud (kejang pada urat jari tangan dan kaki akibat sangat kedinginan).
Lapisan merah membujur pada kuku, menandakan perdarahan pada pembuluh kapiler. Garis-garis ganda merupakan gejala penyakit darah tinggi (hipertensi).
Bila pertumbuhan kuku tampak lambat, tebal dan mengeras serta kekuning-kuningan, menandakan gangguan getah bening atau penyakit pencernaan kronis.
12
Timbulnya bintik-bintik tak beraturan pada kuku, menandakan adanya penyakit psoriasis (penyakit kulit kronis).
Bila ada lengkungan berlebihan pada pangkal kuku dan sekitar ujung
kuku,
itu
penyakit TBC, emfisema (gangguan
menandakan pada
gejala paru-paru),
penyakit kardiovaskuler atau hati.
B. Luka Bakar Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat trauma panas, elektrik, kimia dan radiasi (Smith, 1998). Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi dan radiasi elektromagnetic. (Effendi.C, 1999). Menurut Smeltzer dan Bare (2001), luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun tidak langsung pada jaringan kulit yang tidak menutup kemunginan sampai ke organ dalam, yang disebabkan kontak langsung dengan sumber panas yaitu api, air atau uap panas, bahan kimia,radiasi, arus listrik, dan suhu sangat dingin. Sedangkan menurut Moenajat (2001), luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Jadi luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas, kimia, elektrik maupun radiasi. Berat ringannya luka bakar ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut : 1. Presentasi area atau luas luka bakar pada permukaan tubuh 2. Kedalaman luka bakar 3. Anatomi luka bakar 4. Usia klien 5. Trauma yang menyertai Metode Rule of Nines untuk menentukan daerah permukaan tubuh total (Body surface Area : BSA) untuk orang dewasa adalah :
13
1. Kepala dan leher : 9% 2. Ekstremitas atas kanan : 9% 3. Ekstremitas atas kiri : 9% 4. Ekstremitas bawah kanan : 18%, 5. Ekstremitas bawah kiri : 18% 6. Badan bagian depan : 18% 7. Badan bagian belakang : 18% 8. Genetalia : 1 % Sedangkan rumus ‘Rule of Nine’ atau ‘Rule of Wallace’ pada anak-anak yaitu: 1. Kepala dan leher
: 18 %
2. Lengan masing-masing 9% : 18 % 3. Badan depan 18%, badan belakang 18 % : 36 % 4. Tungkai masing-masing 13,5% : 27 % 5. Genetalia/perineum
:1%
Klasifikasi luka bakar berdasarkan kedalamannya dibagi menjadi : 1. Luka bakar derajat 1 karakteristik luka bakar derajat 1: a. Kedalaman : ketebalan partial superfisial, hanya mengenai lapisan epidermis. b. Luka tampak berwarna pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat). c. Kulit tampak memucat bila ditekan. d. Edema minimal e. Tidak ada blister f. Terasa nyeri g. Dapat sembuh spontan kurang leih 3-7 hari. 2. Luka bakar derajat 2 Dibedakan menjadi 2 yaitu superficial partial thickness dan deep partial thickness. Karakteristik luka bakar derajat 2:
14
Kedalamannya : lebih dalam dari ketebalan pasrtial dan superfisial dalam. Penyebabnya: kontak dengan bahan air atau bahan padat, jilatan api pada pakaian, sentuhan langsung bahan kimia atau sinar ultra violet. Penampilan : terdapat gelembung (blister /bula) besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar dan pucat bila ditekan dengan ujung jari, bila gelembung pecah maka akan terlihat kulit berwarna kemerah-merahan. Warna : berbintik-bintik yang kurang jelas, putuh, coklat, pink atau merah coklat. Perasaan : sangat nyeri Waktu penyembuhan: superficial partial thickness ± 14-21 hari dan deep partial thickness ±21-28 hari. 3. Luka bakar derajat 3 Karakteristik luka bakar derajat 3: Kedalamannya : mengenai semua lapisan kulit, lemak subkutan dan dapat juga mengenai perukaan otot, persarafan dan pembuluh darah, serta tulang. Penyebab : kontak dengan bahan cair atau padat, jilatan api pada pakaian, sentuhan langsung bahan kimia, maupun kontak dengan arus listrik. Penampilan : luka bakar tampak kering disertai kulit mengelupas dengan tekstur kasar atau keras, pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas, jarang ada gelembung, dinding sangat tipis, tidak membesar dan tidak pucat bila ditekan. Luka taampa bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau hitam dan terdapat edema. Sensasi nyeri: sedikit nyeri atau bahkan tidak terasa nyeri karena serabutserabut saraf telah rusak, dan rambut mudah lepas bila di cabut. Waktu penyembuhan : sulit terjadi penyembuhan luka secara spontan, dengan waktu penyembuhan sekitar 3-5 bulan serta memerlukan trasplantasi kulit. Etiologi Luka bakar
15
Menurut Abdul M dan Agus Sarwo P (2013), luka bakar dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah: 1. Suhu Tinggi Luka bakar karena panas (suhu tinggi) merupakan luka bakar yang disebabkan karena terpapar atau kontak dengan api, cara panas atau objek-objek panas lainnya seperti gas dan bahan padat. 2. Bahan Kimia Adanya kontak jaringan kulit dengan asam atau basa kuat (zat kimia). Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya cidera karena zat kimia. 3. Sengatan Listrik Adanya kontak antara tubuh manusia dengan energi listrik. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh. 4. Radiasi Luka bakar radiasi disebabkan oleh karena tubuh terpapar dengan sumber radioaktif. Manifestasi Klinik Berat ringannya luka bakar tergantung pada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka bakar. 1. Luka bakar derajat 1 Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah, nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak. Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memutih dan belum terbentuk bula. 2. Luka bakar derajat 2 Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya tempak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri. 3. Luka bakar derajat 3
16
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna putih dan lembut atau hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut/bulu di tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya. Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan. Jaringan yang terbakar bisa mati. Jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar, maka cairan akan merembes dari pembuluh darah dan menyebabkan pembengkakan. Pada luka bakar yang halus, kehilangan sejumlah besar cairan karena perembesan tersebut bisa menyebabkan terjadi syok. Tekanan darah sangat rendah yang mengalir ke otak dan organ lain sangat sedikit. Patofisiologi Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah, dapat mengakibatkan gangguan hemodinamika, jantung, paru, ginjal serta metabolik akan berkembang lebih cepat. Dalam beberapa detik saja setelah terjadi jejas yang bersangkutan, isi curah jantung akan menurun, mungkin sebagai akibat dari refleks yang berlebihan serta pengembalian vena yang menurun. Kontaktibilitas miokardium tidak mengalami gangguan. Segera setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruhh pembuluh darah meningkat, sebagai akibatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang dari ruang pembuluh darah masuk ke dalam jaringan interstisial, baik dalam tempat yang luka maupun yang tidak mengalami luka. Kehilangan ini terjadi secara berlebihan dalam 12 jam pertama setelah terjadinya luka dan dapat mencapai sepertiga dari volume darah. Selama 4 hari yang pertama sebanyak 2 pool albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan.
17
Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal. Albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan. Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium a. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran
darah
yang
banyak
sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan ada nya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya
kehilangan
turun
dapat
kerusakan
yang
cairan terjadi
diakibatkan
oleh
sedangkan
Ht
sehubungan
dengan
panas terhadap pembuluh
darah. b. Leukosit :
Leukositosis
dapat
terjadi
sehubungan
dengan
adanya infeksi atau inflamasi. c. GDA Untuk
(Gas mengetahui
Penurunan
Darah adanya
Arteri)
:
kecurigaaan cedera inhalasi.
tekanan
oksigen
18
(PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida. d. Elektrolit Kalium
Serum dapat
meningkat
pada
awal
:
sehubungan deng
an cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin
menurun
i
terjadi
dapat
karena saat
kehilangan
cairan,
hiperterm
konservasi ginjal dan hipokalemi
dapat terjadi bila mulai diuresis. e. Natrium
Urin
mengindikasikan
:
Lebih
kelebihan
besar
cairan,
dari
20
mEq/L
kurangdari 10 mEqAL
menduga ketidakadekuatan cairan. f. Alkali
Fosfat
:
Peningkatan
Alkali
Fosfat
sehubungandengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium. g. Glukosa Serum :
Peninggian Glukosa Serum menunjukkan
respon stress. h. Albumin Serum :
Untuk
mengetahui
adanya
kehilangan
protein pada edem cairan. i. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan. 2. Loop aliran volume :
Memberikan pengkajian non-invasif terhadap
efek atau luasnya cedera. 3. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia. 4. Fotografi : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama
19
di unit gawat darurat, penanganan diruang intensif atau bangsal. Tindakan yang diberikan antara lain adalah terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topical. Pemberian obatobatan topical anti mikrobial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi akan menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan memberikan obat-obatan topical secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih menjadi penyebab kematian pasien.( Effendi. C, 1999). 1. Terapi cairan : Pedoman pemberian cairan Per oral Penderita dengan luka bakar tak luas (< 15% grade II) Infus (IVFD) : pada luka bakar > 15% Rumus pemberian cairan dan elektrolit (Baxter / Parkland 1968) RL = 4cc X BB X % LB ½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam 1 post trauma ½ jumlah cairan diberikan dalam 16 jam berikutnya Untuk luka bakar > 50% Diperhitungkan = luka bakar 50% Dewasa
:
Hari 1 : Rl = 4cc X BB X % LB Setelah 18 jam : dextran 500-1000cc, bila pasase usus baik (bising usus +) ( oral dimulai Hari ke II : sesuai kebutuhan dan keadaan klinis penderita Anak – anak : Resusitasi : 2cc X BB (kg) X %LB = A cc Kebutuhan faali : < 1 th : BB X 100cc 1-3 th : BB X 75cc = B cc 3-5 th : BB X 50cc Kebutuhan total = ( resusitasi + ( faali = A + B Diberikan dalam keadaan tercampur RL : dextran : 17 : 3
20
8 jam I : ½ (A + B) cc 16 jam II : ½ (A + B) cc 2. Skin Graft Skin graft adalah tindakan mengambil/memindahkan sebagian kulit dari daerah yang tidak cedera (uninjured area) ditubuh, ke daerah tubuh yang terluka. Dengan kata lain, skin graft adalah tindakan pencangkokan kulit. Kulit yang diambil pada daerah yang tidak cedera disebut juga situs donor. Tindakan ini biasanya dilakukan dalam berbagai situasi klinis, seperti luka traumatis, cacat akibat reseksi onkologi (pengangkatan tumor), rekonstruksi luka bakar, konginital, dan
vitiliigo
(kulit
kehilangan
melanin.
Skin
graft
biasanyadigunakanpadakasus-kasussepertiluka bakar yang luas (luka bakar derajat tiga) (Shimizu & Kishi, 2012).
C. Dermatitis Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011). 1. Klasifikasi Dermatitis a ntara lain : a. Contact Dermatitis Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005). Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk,
penderita
akan
mengalami
bentol-bentol
yang
meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
21
b. Neurodermatitis Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang
karena
berbagai
ransangan
pruritogenik. (Adhi
Djuanda,2005) Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher. c. Seborrheich Dermatitis Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson. d. Statis Dermatitis Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005) Yang
muncul
dengan
adanya
varises,
menyebabkan
pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab. e. Atopic Dermatitis Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anaka, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan
22
riwayat atopi pada keluarga atau penderita(D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial).kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami
ekskoriasi
dan
likenifikasi,
distribusinya
dilipatan(fleksural). (Adhi Djuanda,2005) Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa.
2. Etiologi Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan kimia (contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen), misalnya dermatitis atopik.(Adhi Djuanda,2005) Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan .Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus. Segera periksa ke dokter jika kita mengalami selulit dan eksim.
3. Patofisiologi Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa
23
jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut. Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu : a. Fase Sensitisasi Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE (Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten protein. Protein ini terletak pada membran sel Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte
24
Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell). Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus regional dan terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of Diferantiation 4+) dan molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek HLADR dari
sel
Langerhans, sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan protein heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik, misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor antigen tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi pengenalan antigen (antigen recognition). Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan IL-1 (interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2. Kemudian IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me mory T cells, yang akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan memasuki fase elisitasi bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini pada manusia berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit. Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempunyai resiko untuk mengalami dermatitis kontak alergik. b. Fase elisitasi Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat.
25
Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak sebagai dermatitis. Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans dan sel keratinosit serta pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel T serta mencegah kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan.
4. Manifestasi Klinik Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tgas an terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak atau beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema.Edema sangat jelas pada kulit yang longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna .Infiltrasi biasanya terdiri atas papul. Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi.Disana-sini terdapat sumber dermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai infeksi.Dermatitis sika (kering) berarti tiak madidans bila gelembung-gelumbung mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi
kering
disebut
ematiti sika.Pada stadium
tersebut
terjadi
26
deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele telihat hiperpigmentai tau hipopigmentasi.
5. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium b. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin c. Urin : pemerikasaan histopatologi d. Penunjang (pemeriksaan Histopatologi) Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostik karena gambaran histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab lain. Pada dermatitis akut perubahan pada dermatitis berupa edema interseluler (spongiosis), terbentuknya vesikel atau bula, dan pada dermis terdapat dilatasi vaskuler disertai edema dan infiltrasi perivaskuler sel-sel mononuclear. Dermatitis sub akut menyerupai bentuk akut dengan terdapatnya akantosis dan kadangkadang parakeratosis. Pada dermatitis kronik akan terlihat akantosis, hiperkeratosis, parakeratosis, spongiosis ringan, tidak tampak adanya vesikel dan pada dermis dijumpai infiltrasi perivaskuler, pertambahan kapiler dan fibrosis. Gambaran tersebut merupakan dermatitis secara umum dan sangat sukar untuk membedakan gambaran histopatologik antara dermatitis kontak alergik dan dermatitis kontak iritan. Pemeriksaan ultrastruktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan antigen, seperti dinitroklorbenzen (DNCB) topikal dan injeksi ferritin intrakutan, tampak sejumlah besar sel langerhans di epidermis. Saat itu antigen terlihat di membran sel dan di organella sel Langerhans. Limfosit mendekatinya dan sel Langerhans menunjukkan aktivitas metabolik. Berikutnya sel langerhans yang membawa antigen akan tampak didermis dan setelah 4-6 jam tampak rusak dan jumlahnya di epidermis berkurang. Pada saat yang sama migrasinya ke kelenjar getah bening setempat meningkat. Namun demikian penelitian terakhir mengenai gambaran
27
histologi, imunositokimia dan mikroskop elektron dari tahap seluler awal pada pasien yang diinduksi alergen dan bahan iritan belum berhasil menunjukkan perbedaan dalam pola peradangannya.
6. Penatalaksanaan Pada prinsipnya penatalaksanaan yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit. a. Pencegahan Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan deterjen. b. Pengobatan 1) Pengobatan topikal Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsipprinsip umum pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep. 2) Pengobatan sistemik Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik.
28
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan Sejumlah fungsi organ tubuh dapat ikut terpengaruh. Luka bakar bisa mempengaruhi otot,tulang, saraf, dan pembuluh darah. Sistem pernapasan dapat juga rusak, kemungkinan adanya penyumbatan udara, gagal nafas dan henti nafas. Karena luka bakar mengenai kulit, maka luka tersebut dapat merusak keseimbangan cairan atau elektrolit normal tubuh, temperatur tubuh,pengaturan suhu tubuh, fungsi sendi, dan penampilan fisik.
B. Saran Kami berharap agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami dengan baik tentang Anatomi Fisiologi Sistem Integumen (luka bakar, dermatitis).
29
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid dan Agus Sarwo P. 2013. Buku Pintar Perawatan Pasien Luka Bakar. Yogyakarta. Penerbit Gosyen Publishing.
David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam : Surabaya Plastic Surgery.
Djuanda S, Sularsito. (2005). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi III. Jakarta: FK UI: 126-31.
Effendi, C. (1999). Perawatan Pasien Luka Bakar. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Price, A. Sylvia.2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer dan Bare. 2002. Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. Philadelpia.
Syarifuddin.2009. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta:Salemba Medika.
Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC. Jakarta.
Shimizu R dan Kishi K. 2012. Skin Graft. Plastic Surgery Internatonal.
Yefta Moenadjat, dkk : Luka Bakar, Edisi I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2008.
30