2013-1-14201-841409030-bab4-28072013061245.pdf

  • Uploaded by: Yeny Etika Sari
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 2013-1-14201-841409030-bab4-28072013061245.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 3,770
  • Pages: 20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. H. Aloei Saboe merupakan Rumah Sakit Umum terbesar yang ada di wilayah Provinsi Gorontalo dengan tipe B yang berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 Kelurahan Wongkaditi Timur, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo, terletak diarea lahan seluas 54.000 M2. Rumah Sakit ini juga merupakan salah satu Rumah Sakit alternatif dan rujukan utama untuk berobat bagi masyarakat di Provinsi Gorontalo serta sebagian masyarakat dari luar Provinsi Gorontalo, Seperti masyarakat dari Provinsi Sulawesi Tengah (Kab. Buol dan Kab. Parigi Moutong) dan masyarakat Provinsi Sulawesi Utara (Kab. Bolaang Mongondow Utara), dimana daerahdaerah tersebut berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Gorontalo. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo memiliki Sumber daya manusia, tenaga perawat sebanyak 360 orang dimana berdasarkan strata pendidikan Ners 30 orang, Sarjana Keperawatan 22 orang, D3 Keperawatan 293 orang dan SPK 15 orang. Ruang interna (G3 bawah) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe terdapat 17 kamar pasien dengan jumlah bed sebanyak 36 bed yang dibagi dalam 3 tim kerja. Tim kerja 1 terdapat 13 kamar dengan jumlah bed pasien sebanyak 13 bed, tim

37

38

kerja 2 terdapat 1 kamar dengan jumlah bed pasien sebanyak 6 bed, dan tim kerja 3 terdapat 3 kamar dengan jumlah bed pasien sebanyak 17 bed, dimana 2 kamar berisi masing-masing 6 bed pasien dan 1 kamar berisi 5 bed pasien. 4.1.2 Karakteristik responden Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga perawat yang bekerja diruang Interna (G3 bawah) yang berjumlah 28 orang. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purpossive sampling maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 27 orang, dimana 1 tenaga perawat yang tidak dijadikan sampel tersebut merupakan perawat yang memegang jabatan struktural sebagai Manager Unit dan hal tersebut tidak tidak sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai karakteristik responden penelitian. 1. Karakteristik responden berdasarkan umur Umur responden dibagi menjadi enam kelompok umur yaitu kelompok umur 20-22 tahun, 23-25 tahun, 26-28 tahun, 29-31 tahun, 32-34 tahun dan 35-37 tahun. Distribusi berdasarkan umur responden tampak pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarakan Umur Di Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Umur (Tahun) 20-22 23-25 26-28 29-31 32-34 35-37 Total Sumber : Data Primer 213

Jumlah N 5 6 7 7 1 1 27

% 18,5 22,2 25,9 25,9 3,7 3,7 100

39

Dari hasil analisis didapatkan bahwa dari 27 responden yang diteliti diruang Interna (G3 Bawah) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo untuk kelompok umur 20-22 tahun sebanyak 5 responden (18,5%), untuk kelompok umur 23-25 tahun sebanyak 6 responden (22,2%), untuk kelompok umur 26-28 tahun sebanyak 7 responden (25,9%), untuk kelompok umur 29-31 tahun sebanyak 7 responden (25,9%), untuk kelompok umur 32-34 tahun sebanyak 1 responden (3,7%), dan untuk kelompok umur 35-37 tahun sebanyak 1 responden (3,7%). Jadi distribusi tertinggi terdapat pada kelompok umur 26-31 tahun yaitu sebanyak 14 responden (51,8%), sementara distribusi terendah ada pada kelompok umur 32-37 tahun yaitu sebanyak 2 responden (7,4%). 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarakan Jenis Kelamin Di Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total

Jumlah N 1 26 27

% 3,7 96,3 100

Sumber : Data Primer 2013

Dari hasil analisis didapatkan bahwa dari 27 responden yang diteliti diruang Interna (G3 Bawah) RSUD Prof. Dr. H. Aloie Saboe Kota Gorontalo, yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1 responden (3,7%) dan perempuan sebanyak 26 responden (96,3%). Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah responden yang

40

berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit dibandingkan jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan. 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Distribusi responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarakan Pendidikan Di Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Pendidikan D-III Keperawatan S1 Keperawatan Total

Jumlah N 24 3 27

% 88,9 11,1 100

Sumber : Data Primer 2013

Dari hasil analisis didapatkan bahwa dari 27 responden untuk tingkat pendidikan D-III Keperawatan sebanyak 24 responden (88,9%) dan untuk tingkat pendidikan S1 Keperawatan sebanyak 3 responden (11,1%). Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah responden yang berpendidikan S1 Keperawatan lebih sedikit dibandingkan jumlah responden yang berpendidikan D-III Keperawatan. 4. Karakteristik responden berdasarkan status ketenagaan Distribusi berdasarkan status ketenagaan responden tampak pada tabel 4.4 di bawah ini. Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarakan Status Ketenagaan Di Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Status Ketenagaan Tenaga Bakti/Sukarela PNS Total Sumber : Data Primer 2013

Jumlah n 10 17 27

% 37 63 100

41

Dari hasil analisis didapatkan bahwa dari 27 responden terdapat 10 responden (37,0%) tenaga bakti/sukarela (honorer) dan sebanyak 17 responden (63,0%) adalah pegawai negeri sipil (PNS). Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah responden yang berstatus PNS lebih banyak dibandingkan jumlah responden yang berstatus sebagai tenaga bakti/sukarela (honorer). 5. Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan Distribusi berdasarkan status perkawinan responden dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarakan Status Perkawinan Di Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Status Perkawinan Kawin Belum Kawin Total

Jumlah n 15 12 27

% 55,6 44,4 100

Sumber : Data Primer 2013

Dari hasil analisis didapatkan bahwa dari 27 responden terdapat 15 responden (55,6%) yang sudah menikah/kawin dan yang belum menikah/kawin sebanyak 12 responden (44,4%). Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah responden yang sudah menikah/kawin lebih banyak dibandingkan jumlah responden yang belum menikah/kawin. 6. Karakteristik responden berdasarkan lama kerja Lama kerja responden dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok 0-3 tahun, kelompok 4-7 tahun, dan kelompok 8-10 tahun. Distribusi berdasarkan lama kerja responden dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini.

42

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarakan Lama Kerja Di Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Lama Kerja (Tahun) 0-3 4-7 8-10 Total

Jumlah n 16 7 4 27

% 59,2 25,9 14,8 100

Sumber : Data Primer 2013

Dari hasil analisis didapatkan bahwa dari 27 responden untuk kelompok lama kerja 0-3 tahun sebanyak 16 responden (59,2%), untuk kelompok lama kerja 4-7 tahun sebanyak 7 responden (25,9%), dan untuk kelompok lama kerja 8-10 tahun sebanyak 4 responden (14,8%). Jadi distribusi tertinggi terdapat pada kelompok lama kerja 0-3 tahun yaitu sebanyak 16 responden (59,2%), sementara distribusi terendah ada pada kelompok lama kerja 8-10 tahun yaitu sebanyak 4 responden (14,8%). 4.1.3 Hasil analisis univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan dan melihat distribusi serta frekuensi dari pengetahuan responden, motivasi kerja responden, beban kerja responden, dan penerapan asuhan keperawatan. Analisa data univariat dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) dan disajikan dalam bentuk tabel. 1. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tampak pada tabel 4.7 di bawah ini.

43

Tabel 4.7 Distribusi Berdasarakan Pengetahuan Responden Di Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Pengetahuan Baik Kurang Total

Jumlah n 23 4 27

% 85,2 14,8 100

Sumber : Data Primer 2013

Dari hasil analisis didapatkan bahwa dari 27 responden untuk pengetahuan baik mengenai asuhan keperawatan ada 23 responden (85,2%) dan untuk pengetahuan kurang mengenai asuhan keperawatan ada 4 responden (14,8%). Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah responden yang berpengetahuan baik mengenai asuhan keperawatan lebih banyak dibandingkan jumlah responden yang berpengetahuan kurang mengenai asuhan keperawatan. 2. Distribusi responden berdasarkan motivasi kerja Distribusi responden berdasarkan motivasi kerja tampak pada tabel 4.8 di bawah ini. Tabel 4.8 Distribusi Berdasarakan Motivasi Kerja Responden Di Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Motivasi Kerja Tinggi Rendah Total

Jumlah n 17 10 27

% 63 37 100

Sumber : Data Primer 2013

Dari hasil analisis didapatkan bahwa dari 27 responden yang mempunyai motivasi kerja tinggi sebanyak 17 responden (63,0%) dan yang mempunyai motivasi kerja rendah sebanyak 10 responden (37,0%). Jadi dapat disimpulkan

44

bahwa jumlah responden yang mempunyai motivasi kerja rendah lebih sedikit dibandingkan jumlah responden yang mempunyai motivasi kerja tinggi. 3. Distribusi responden berdasarkan beban kerja Distribusi responden berdasarkan beban kerja dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini. Tabel 4.9 Distribusi Berdasarakan Beban Kerja Responden Di Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Beban Kerja Tinggi Rendah Total

Jumlah n 4 23 27

% 14,8 85,2 100

Sumber : Data Primer 2013

Dari hasil analisis didapatkan bahwa dari 27 responden yang mempunyai beban kerja tinggi sebanyak 4 responden (14,8%), dan yang mempunyai beban kerja rendah sebanyak 23 responden (85,2%). Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah responden yang mempunyai beban kerja tinggi lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah responden yang mempunyai beban kerja rendah. 4. Distribusi responden berdasarkan penerapan asuhan keperawatan Distribusi responden berdasarkan penerapan asuhan keperawatan tampak pada tabel 4.10 di bawah ini. Tabel 4.10 Distribusi Berdasarakan Penerapan Asuhan Keperawatan Responden Di Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Penerapan Asuhan Keperawatan Baik Kurang Total Sumber : Data Primer 2013

Jumlah n 19 8 27

% 70,4 29,6 100

45

Dari hasil analisis didapatkan bahwa dari 27 responden untuk penerapan asuhan keperawatannya baik sebanyak 19 responden (70,4%) dan untuk penerapan asuhan keperawatannya kurang sebanyak 8 responden (29,6%). Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah responden yang baik penerapan asuhan keperawatannya lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden yang penerapan asuhan keperawatannya kurang. 4.1.4 Hasil analisis bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh antara pengetahuan, motivasi kerja, dan beban kerja terhadap penerapan asuhan keperawatan di ruang Interna (G3 Bawah) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Analisis data secara statistik dilakukan dengan uji fisher’s exact test, dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). 1. Pengaruh pengetahuan perawat terhadap penerapan asuhan keperawatan Pengaruh pengetahuan responden terhadap penerapan asuhan keperawatan disajikan pada tabel 4.11 dibawah ini. Tabel 4.11 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Penerapan Asuhan Keperawatan Di Ruang Interna (G3 Bawah) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013

Pengetahuan Baik Kurang Total

Penerapan Asuhan Keperawatan Baik Kurang n % n % 19 100 4 50 0 0 4 50 19 100 8 100

Sumber : Data Primer 2013

Total n 23 4 27

% 85,2 14,8 100

p value

Contingency Coefficient

0,004

0,541

46

Dari hasil analisa data menunjukkan bahwa dari 27 responden, yang mempunyai pengetahuan baik dan penerapan asuhan keperawatannya juga baik sebanyak 19 responden (100%), sedangkan yang mempunyai pengetahuan baik tetapi penerapan asuhan keperawatannya kurang ada 4 responden (50%). Untuk responden yang mempunyai pengetahuan kurang dan penerapan asuhan keperawatannya juga kurang ada 4 responden (50%), sementara yang mempunyai pengetahuan kurang tetapi penerapan asuhan keperawatannya baik tidak ada. Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik fisher’s exact test diperoleh p value = 0,004 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pengetahuan perawat terhadap penerapan asuhan keperawatan. Nilai dari Contingency Coefficient diperoleh 0,541 (54,1%) yang berarti mendekati angka 1 dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang erat dari pengetahuan perawat terhadap penerapan asuhan keperawatan. 2. Pengaruh motivasi kerja terhadap penerapana asuhan keperawatan Pengaruh motivasi kerja responden terhadap penerapan asuhan keperawatan dapat dilihat pada tabel 4.12 dibawah ini. Tabel 4.12 Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Penerapan Asuhan Keperawatan Di Ruang Interna (G3 Bawah) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Motivasi Kerja Tinggi Rendah Total

Penerapan Asuhan Keperawatan Baik Kurang n % n % 16 84,2 1 12,5 3 15,8 7 87,5 19 100 8 100

Sumber : Data Primer 2013

Total n 17 10 27

% 63 37 100

p value

Contingency Coefficient

0,001

0,561

47

Dari hasil analisa data menunjukkan bahwa dari 27 responden, yang mempunyai motivasi kerja tinggi dengan penerapan asuhan keperawatannya baik ada 16 responden (84,2%) dan yang mempunyai motivasi kerja tinggi tetapi penerapan asuhan keperawatannya kurang sebanyak 1 responden (12,5%). Sementara untuk responden yang mempunyai motivasi kerja rendah dengan penerapan asuhan keperawatannya juga kurang ada 7 responden (87,5%) dan yang mempunyai motivasi kerja rendah tetapi penerapan asuhan keperawatannya baik ada 3 responden (15,8%). Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik fisher’s exact test diperoleh p value = 0,001 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh motivasi kerja terhadap penerapan asuhan keperawatan. Nilai dari Contingency Coefficient diperoleh 0,561 (56,1%) yang berarti mendekati angka 1 dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang erat dari motivasi kerja terhadap penerapan asuhan keperawatan. 3. Pengaruh beban kerja terhadap penerapan asuhan keperawatan Pengaruh beban kerja responden terhadap penerapan asuhan keperawatan dapat dilihat pada tabel 4.13 dibawah ini. Tabel 4.13 Pengaruh Beban Kerja Terhadap Penerapan Asuhan Keperawatan Di Ruang Interna (G3 Bawah) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013

Beban Kerja Tinggi Rendah Total

Penerapan Asuhan Keperawatan Baik Kurang n % n % 0 0 5 62,5 19 100 3 37,5 19 100 8 100

Sumber : Data Primer 2013

Total n 5 22 27

% 18,5 81,5 100

p value

Contingency Coefficient

0,001

0,592

48

Pada hasil analisis data menunjukkan bahwa dari 27 responden, yang mempunyai beban kerja tinggi dan penerapan asuhan keperawatannya kurang ada 5 responden (62,5%), sementara yang mempunyai beban kerja tinggi tetapi penerapan asuhan keperawatannya baik tidak ada. Yang mempunyai beban kerja rendah dan penerapan asuhan keperawatannya baik sebanyak 19 responden (100%), sementara untuk responden yang mempunyai beban kerja rendah dan penerapan asuhan keperawatannya kurang ada 3 responden (37,5%). Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik fisher’s exact test diperoleh p value = 0,001 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh beban kerja terhadap penerapan asuhan keperawatan. Nilai dari Contingency Coefficient diperoleh 0,592 (59,2 %) yang berarti mendekati angka 1 dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang erat dari beban kerja terhadap penerapan asuhan keperawatan. 4. Tingkat keeratan pengaruh masing-masing faktor Menurut Sugiyono (2011), pedoman untuk memberikan interpretasi koefisine korelasi dibagi dalam 5 tingkatan, yaitu sangat rendah (0,00-0,199), rendah (0,20-0,399), sedang (0,40-0,599), kuat (0,60-0,799) dan sangat kuat (0,80-1,000). Tingkat keeratan pengaruh dari masing-masing faktor yang mempengaruhi penerapan asuhan keperawatan dapat dilihat pada tabel 4.14

49

Tabel 4.14 Tingkat Keeratan Pengaruh Dari Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Asuhan Keperawatan Di Ruang Interna RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Variabel Beban Kerja Motivasi Kerja Pengetahuan

Contingency Coefficient 0,592 0,561 0,541

Tingkat Pengaruh Sedang Sedang Sedang

Sumber : Data Primer 2013

Dari tabel 4.14 diatas dapat dilihat bahwa semua faktor (pengetahuan, motivasi kerja, beban kerja) memiliki pengaruh terhadap penerapan asuhan keperawatan dengan tingkat pengaruh “Sedang” dan bernilai positif yang memiliki urutan berdasarkan value dari contingency coefficient yakni pertama beban kerja 0,592 (59,2%), kedua motivasi kerja 0,561 (56,1%), dan yang ketiga pengetahuan 0,541 (54,1%). 4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengaruh pengetahuan terhadap penerapan asuhan keperawatan Pada hasil penelitian terdapat 19 responden memiliki pengetahuan yang baik serta penerapan asuhan keperawatan yang baik pula, hal ini disebabkan karena adanya perhatian langsung dari kepala ruangan sehingga responden merasa penerapan asuhan keperawatan itu penting dan merupakan kewajibannya seorang perawat. Adapun hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan mengatakan bahwa penilaian asuhan keperawatan dilakukan setiap hari pada prepost conference dan evaluasi kegiatan pelayanan keperawatannya dilakukan sebulan sekali. Selain itu juga untuk meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan dari bidang keperawatan sering mengadakan pelatihan asuhan keperawatan yang diberi

50

nama “Refreshing Askep” yang diadakan sebulan sekali, pelatihan tersebut diikuti oleh seluruh perawat primer. Disamping itu juga kepala ruangan menyatakan bahwa setiap kali ada seminar atau pelatihan mengenai keperawatan, ruangan interna (G3 bawah) selalu mengirim delegasi untuk mengikuti kegiatan tersebut contohnya pada seminar nasional keperawatan “Aplikasi NANDA, NOC dan NIC Dalam Penerapan Standar Asuhan Keperawatan” yang diadakan oleh PPNI Provinsi Gorontalo pada tanggal 20 April 2013 kemarin dari ruangan Interna (G3 bawah) mengirim delegasi sebanyak 25 orang. Untuk meningkatkan pengetahuan perawat dalam hal asuhan keperawatan, kepala ruangan juga menyediakan bukubuku literatur seperti NANDA, NOC dan NIC. Menurut Aditama (2002), Pengetahuan sangat berpengaruh dalam menerapkan asuhan keperawatan, untuk itu perawat dituntut agar selalu mengembangkan ilmunya sehingga pelayanan keperawatan dapat terlaksana dengan baik. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Notoatmodjo (2008), bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku dan tindakan seseorang. Menurut Elita (2005), bahwa penerapan pengetahuan eksplisit melalui simulasi, eksperimen, atau belajar sambil kerja. Cara-cara tersebut menambah nilai terhadap informasi sehingga dapat menghasilkan tindakan. Dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

51

Dari hasil penelitian juga terdapat 4 responden yang mempunyai pengetahuan baik tetapi penerapan asuhan keperawatannya kurang. Peneliti berasumsi bahwa hal tersebut dikarenakan kurangnya motivasi kerja responden sehingga responden tidak mempunyai keinginan untuk melakukan penerapan asuhan keperawatan dengan baik. Selain itu juga terdapat 4 responden yang mempunyai pengetahuan serta penerapan asuhan keperawatannya kurang. Hal ini disebabkan karena kurangnya minat belajar responden, responden tidak mempunyai keinginan untuk mengakses teori-teori baru dalam bidang keperawatan khususnya mengenai asuhan keperawatan. Menurut Meliono (2007), bahwa seseorang yang kurang memahami sesuatu tidak dapat melakukan suatu tindakan yang baik. Seperti yang terlihat dari penelitian ini, menunjukkan bahwa responden yang kurang memahami tentang tinjauan teoritis mengenai penerapan asuhan keperawatan tidak mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan baik. Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh kasmiati (2010), yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan penerapan dokumentasi keperawatan. Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat para ahli diatas maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi penerapan asuhan keperawatan di ruang Interna (G3 bawah) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

52

Sehingga pada kesimpulannya, untuk melakukan penerapan asuhan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan ilmu pengetahuan yang berkembang, maka disarankan kepada responden untuk lebih meningkatkan pengetahuannya baik dalam bidang formal maupun informal demi memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas kepada pasien, sehingga tidak merugikan pasien dalam pelaksanaannya. Pada intinya pengetahuan yang baik dapat menjadi tolak ukur dari suatu pelaksanaan, maka pelaksanaan yang baik dan benar harus didasari oleh pengetahuan dan pengalaman. 4.2.2 Pengaruh motivasi kerja terhadap penerapan asuhan keperawatan Dari hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat 1 responden yang mempunyai motivasi kerja tinggi tetapi penerapan asuhan keperawatannya kurang. Hal ini disebabkan karena tingginya beban kerja serta tidak adanya imbalan yang sesuai dengan prestasi kerja yang mereka lakukan. Sesuai hasil wawancara dengan kepala ruangan juga mengatakan bahwa tahun 2012 kemarin pihak rumah sakit selalu memberikan reward kepada tenaga perawat yang mempunyai prestasi kerja baik atau melakukan penerapan asuhan keperawatan dengan baik, namun pada tahun 2013 ini tidak ada lagi reward yang diberikan dikarenakan kondisi kas keuangan rumah sakit yang kosong. Menurut Aditama (2002), faktor yang mempengaruhi motivasi kerja adalah komponen upah gaji, pekerjaan, pengawasan, promosi karir, kelompok kerja dan kondisi. Menurut teori motivasi dua faktor yang dikemukakan oleh Herzberg dalam Nursalam (2002), yaitu karyawan dapat dimotivasi oleh pekerjaannya sendiri

53

didalamnya terdapat kepentingan yang disesuaikan dengan tujuan organisasi. Herzberg menyimpulkan bahwa ketidakpuasan dan kepuasan kerja dalam bekerja muncul dari dua faktor yang berbeda yaitu faktor lingkungan dan pekerjaan itu sendiri. Faktor lingkungan tidak memberikan motivasi tetapi dapat menimbulkan ketidakpuasan kerja. Faktor ini tidak dapat meningkatkan prestasi kerja, tetapi dapat menurunkan prestasi kerja. Faktor-faktor penyebab kepuasan atau yang memotivasi termasuk prestasi, pengakuan, tanggung jawab, dan kemajuan semuanya berkaitan dengan isi pekerjaan dan imbalan prestasi kerja. Selain itu juga terdapat 3 responden yang mempunyai motivasi kerja rendah tetapi penerapan asuhan keperawatannya baik. Hal ini disebabkan karena responden menyadari betapa pentingnya penerapan asuhan keperawatan yang baik sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada pasien. Menurut Mangkunegara (2002), bahwa salah satu yang berperan dalam peningkatan motivasi adalah rasa tanggung jawab. Hasil Penelitian ini Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pajaka (2006), yang mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi perawat dengan penerapan dokumentasi keperawatan. Menurut Nursalam (2002), bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku.

54

Dari hasil penelitian dan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa makin tinggi motivasi kerja perawat makin baik pula penerapan asuhan keperawatannya. Olehnya itu untuk meningkatkan motivasi kerja sebaiknya pihak rumah sakit perlu memberikan insentif secara merata kepada tenaga perawat dan jika perlu berikan reward kepada mereka yang berprestasi dalam bidang keperawatan. 4.2.3 Pengaruh beban kerja terhadap penerapan asuhan keperawatan Dari hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat 3 responden yang mempunyai beban kerja rendah dan penerapan asuhan keperawatannya kurang. Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan karena rendahnya motivasi responden untuk menerapkan asuhan keperawatan yang baik dan benar sesuai dengan tinjauan teoritis serta kurangnya kesadaran dalam diri responden bahwa penerapan asuhan keperawatan merupakan tanggung jawab terhadap pasien. Selain itu juga terdapat 5 responden yang mempunyai beban kerja tinggi dan penerapan asuhan keperawatannya kurang. Hal ini disebabkan karena banyaknya pasien yang harus dilayani dan tidak sesuai dengan jumlah perawat yang ada. Sesuai hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan mengatakan bahwa untuk kebutuhan tenaga perawat jika berdasarkan perbandingan rasio antara perawat dan pasien menurut DEPKES RI jumlah perawat diruangan Interna (G3 bawah) kekurangan 1 tenaga perawat. Kepala ruangan juga mengatakan bahwa beban kerja dirasakan tinggi jika terjadi extra bed artinya jumlah pasien melebihi jumlah bed yang ada dalam ruangan Interna (G3 bawah), namun hal ini

55

bisa diatasi dengan cara barteran perawat dari ruangan lain, misalnya perawat dari ruang anak. Hal ini berbanding lurus dengan Sunaryo (2004), mengatakan bahwa beban kerja dapat diartikan dimana perawat merawat banyak pasien dan banyak mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi. Menurut Aditama (2002), bahwa beban kerja tinggi dinilai dari tidak adanya ketersediaan waktu untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh kasmiati (2010), yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja perawat dengan pelaksanaan penerapan dokumentasi keperawatan. Dari hasil penelitian dan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa makin rendah beban kerja perawat makin baik pula penerapan asuhan keperawatannya, sebaliknya makin tinggi beban kerja perawat maka makin kurang atau rendah penerapan asuhan keperawatannya. Untuk mengatasi beban kerja yang tinggi, sebaiknya pihak rumah sakit merekrut tenaga perawat agar sebanding dengan jumlah pasien yang ada disetiap ruang rawat inap, agar pelaksanaan kerja dapat terstruktur dengan baik. 4.3 Keterbatasan Penelitian Sebagaimana penelitian yang lain, penelitian ini juga tidak lepas dari keterbatasan. Adapun keterbatasan penelitian ini sebagai berikut : 4.3.1 Instrumen penelitian Instrumen penelitian dalam item pertanyaan ini berupa kuesioner yang dibuat oleh peneliti sendiri dan bukan merupakan kuesioner standar, dimana

56

seluruh pertanyaan atau pernyataan yang ditanyakan kepada responden untuk setiap variabel kemungkinan belum mencakup secara detail dari semua aspek yang menyangkut variabel tersebut. Sehingga untuk menghindari bias maka sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas. 4.3.2 Sampel penelitian Sampel dalam penelitian ini sangat terbatas disebabkan karena hanya berfokus pada satu ruangan saja yakni ruang interna (G3 bawah) sehingga belum bisa mewakili seluruh perawat yang ada di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

More Documents from "Yeny Etika Sari"