Consulting I Facilitating I Implementing
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I.
PERKENALAN TANAMAN JARAK ............................................................ 1 1. Tanaman Jarak ................................................................................. 1 2. Iklim dan Syarat Tumbuh ..................................................................... 3 3. Potensi Tanaman Jarak ....................................................................... 4
II.
DESKRIPSI LOKASI ............................................................................. 7
III.
AREAL TANAM KT1............................................................................ 8 1. Kondisi Tanaman............................................................................... 8 a. Pemupukan ................................................................................. 8 b. Pengendalian Hama & Penyakit......................................................... 10 2. Kondisi Produksi ............................................................................... 11 3. Kondisi Pemeliharaan ......................................................................... 11 4. Kondisi Media Tanam.......................................................................... 12 5. Kondisi Sarana & Prasarana .................................................................. 13 6. Kondisi Karyawan .............................................................................. 14
IV.
KONDISI PEMBIBITAN ......................................................................... 15
V.
AREAL BELUM TERTANAM (KT1 & KT2)................................................... 15 1. Kondisi Klas Tanah............................................................................. 18 2. Kondisi Vegetasi Lahan ....................................................................... 20 3. Kondisi pH Tanah .............................................................................. 20
VI.
ASPEK HUKUM DAN SOSIAL.................................................................. 21
VII.
ANALISA KEKUATAN DAN KELEMAHAN PERKEBUNAN KT1 & KT2.................... 23 1. Analisa Kekuatan .............................................................................. 23 2. Analisa Kelemahan ............................................................................ 24
VIII.
SARAN –SARAN PERBAIKAN .................................................................. 25
IX.
LAMPIRAN FOTO............................................................................... I
X.
LAMPIRAN INPUT DATA ...................................................................... II
XI.
LAMPIRAN PETA ............................................................................... III
Jatropha curcas L.
0
Consulting I Facilitating I Implementing
I.
PERKENALAN TANAMAN JARAK 1. Tanaman Jarak Jarak pagar (Jatropha curcas L.) akhir-akhir ini menjadi komoditas primadona karena berpotensi sebagai penghasil bahan bakar nabati (BBN). Selain jarak pagar, BBN juga dapat diperoleh dari kelapa sawit, kelapa, biji kapas, canola, dan rapeseed (untuk biodiesel), serta ubi kayu, tebu, dan sagu (untuk bioetanol). Jarak pagar sudah lama dikenal oleh masyarakat sebagai tanaman obat dan penghasil minyak. Saat ini banyak masyarakat dan investor yang tertarik untuk mengembangkan jarak pagar sehingga perlu diinformasikan wilayah-wilayah yang potensial baik ditinjau dari segi biofisik lahan, iklim maupun lingkungan. Evaluasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa lahan yang sesuai untuk jarak pagar dapat dikelompokkan menjadi kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Tanaman jarak pagar termasuk tanaman pionir yang dapat dengan mudah tumbuh pada lahan marginal sekalipun dan berpotensi tinggi sebagai tanaman penghasil minyak untuk bahan bakar yang terbarukan. Ciri umum tanaman ini adalah tanaman perdu atau pohon kecil, bercabang-cabang tidak teratur, tinggi sekitar 1–7 meter. Batangnya berkayu, silindris, bercabang, berkulit licin, memiliki tonjolan tonjolan bekas tangkai daun yang gugur. Bila dipatah-patahkan atau terluka, batangnya akan mengeluarkan getah putih, kental dan agak keruh. Daunnya daun tunggal, tersebar di sepanjang batangnya. Permukaan atas dan bawah daun berwarna hijau, tetapi permukaan bawah lebih pucat dari permukaan atas. Daun lebar, berbentuk jantung atau bulat telur melebar, dengan panjang dan lebar hampir sama, yaitu sekitar 5– 15 cm. Helai daun bertoreh, berlekuk bersudut 3 atau 5. Pangkal daun berlekuk dan ujungnya meruncing. Tulang daun menjari dengan 5–7 tulang utama. Tangkai daun panjang, sekitar 4–15 cm. Bunga majemuk bentuk malai, berwarna kuning kehijauan, berkelamin tunggal, berumah satu. Baik bunga jantan maupun betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, muncul di ujung batang atau di ketiak daun. Kelopak 5 buah berbentuk bulat telur, panjang sekitar 4 mm. Benang sari mengelompok pada pangkal, warna kuning. Tangkai putik pendek berwarna hijau, dan kepala putik melengkung keluar berwarna kuning. Mahkota 5 buah, berwarna agak keunguan. Buahnya berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameter 2–4 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika sudah masak. Buah terbagi menjadi 3 ruang, masing-masing ruang berisi 1 biji. Biji berbentuk bulat lonjong, berwarna coklat kehitaman, dan mengandung banyak minyak.
Jatropha curcas L.
1
Consulting I Facilitating I Implementing
Foto Tanaman Jarak (Jatropha curcas L.)
Foto Buah dan Biji Jarak
Kandungan kimia : −
Triakontranol,
alfa-amirin,
kaempesterol,
beta-sitosterol,
7-keto-betasitosterol,
stigmasterol, stigmas-5-en-3-beta-7-alfadiol, viteksin, isoviteksin, dan asam sianida (HCN). −
Daun mengandung saponin, flavonoida, tannin dan senyawa polifenol.
−
Batang mengandung sponin, flavonoida, tannin dan senyawa – senyawa polifenol.
−
Getahnya mengandung tannin 11–18 %.
Jatropha curcas L.
2
Consulting I Facilitating I Implementing
−
Bijinya mengandung berbagai senyawa alkaloida, saponin, dan sejenis protein beracun yang disebut kursin. Biji mengandung 35–45 % minyak lemak, yang terdiri dari berbagai trigliserida asam palmitat, stearat, dan kurkanolat.
2. Iklim dan Syarat Tumbuh Jarak pagar dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi pertumbuhan yang baik dijumpai pada tanah-tanah ringan atau lahan dengan drainase dan aerasi yang baik (terbaik mengandung pasir 60-90%). Tanaman jarak pagar dapat beradaptasi di lahan marginal dan dapat tumbuh pada tanah berbatu, berpasir, berliat, dan pada lahan yang tererosi (Mal dan Joshi 1991). Tanaman ini dapat pula dijumpai di wilayah perbukitan atau sepanjang saluran air dan batas kebun (Heller 1996; Arivin et al. 2006). Menurut Okabe dan Somabhi (1989), jarak pagar yang ditanam pada tanah bertekstur lempung berpasir menghasilkan biji lebih tinggi daripada di tanah bertekstur lainnya. Di daerah yang sangat kering, umumnya tinggi tanaman hanya 2-3 m. Jarak pagar dapat tumbuh pada tanah yang ketersediaan air dan unsur-unsur haranya terbatas atau lahan marginal, tetapi lahan yang berdrainase baik merupakan tempat yang sesuai bagi tanaman ini untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal. Bila perakarannya sudah berkembang, jarak pagar toleran terhadap kondisi tanah masam atau alkalin (terbaik pada pH tanah 5,50-6,50) (Heller 1996; Arivin et al. 2006). Jones dan Miller (1992) menyatakan untuk mendapatkan produksi yang tinggi pada tanah miskin hara dan alkalin, tanaman perlu dipupuk dengan pupuk anorganik maupun organik, yang mengandung sedikit kalsium, magnesium, dan sulfur. Pada daerah-daerah dengan kandungan fosfat rendah, penggunaan mikoriza dapat membantu pertumbuhan tanaman jarak. Perkembangan jarak pagar sangat luas, awalnya dari amerika tengah, kemudian menyebar ke Afrika dan Asia. Luasnya perkembangan jarak pagar disebabkan oleh kemudahan dalam pertumbuhannya. Menurut Hambali. E, dkk (2007), Jarak pagar dapat hidup dan berkembang dari dataran rendah sampai dataran tinggi, curah hujan yang rendah maupun tinggi (300 - 2.380 ml/tahun), rentang suhu 20 - 26 oC. Karena sifat tersebut, tanaman jarak pagar mampu tumbuh pada tanah berpasir, bebatu, lempung ataupun tanah liat, sehingga jarak pagar dapat dikembangkan pada lahan kritis.
Jatropha curcas L.
3
Consulting I Facilitating I Implementing
3. Potensi Tanaman Jarak Seiring dengan semakin terbatasnya cadangan bahan bakar yang tak dapat diperbaharui seperti minyak dan gas bumi, maka usaha untuk mencari bahan bakar alternatif semakin intensif dilakukan. Pemerintah pada berbagai kesempatan telah sering mengajak kita untuk bersama-sama memikirkan hal yang dimaksud. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka tanaman jarak pagar menjadi semakin lebih populer didiskusikan. Tanaman ini dapat dipilih sebagai tanaman yang mampu menghasilkan bahan bakar pengganti minyak dan gas bumi, bahkan juga dapat digunakan untuk bahan baku industri sabun dan kosmetik. Berdasarkan penelitian, dari satu hektar tanaman castor monokultural dapat dihasilkan bijih castor kering 1200-1500 Kg/tahun untuk varietas castor genjah/tengahan, dan 25003000 Kg/tahun bijih castor kering untuk castor varietas berumur dalam. Dalam satu musim, panen castor dapat dilakukan berulang kali dengan memperhatikan tanda-tanda siap panen seperti kulit buah yang mulai kering dan pada batas-batas ruangan bijih sudah mulai kering. Pada panen pertama biasanya belum bisa diperoleh hasil yang maksimal. Hasil terbanyak dan terbagus biasanya akan diperoleh pada panen kedua dan ketiga. Oleh karena itu, bijih castor yang diperoleh dari panen tahap ini biasanya disisihkan sebagian untuk benih pada pola tanam berikutnya. Bijih yang dipilih untuk benih biasanya bijih jarak yang cukup berisi dan tidak terserang hama atau penyakit. Sebagai perhitungan kasar produksi minyak jarak mentah, crude jatropha oil (CJO), dari 25 % /biji kering maka dapat diperoleh minyak hasil ekstraksi sebesar 1,875 - 2,5 ton minyak /ha/tahun. Baku mutu dari bijih jarak yang selama ini berlaku di Indonesia adalah baku perdagangan SP-36-1976, yang disajikan dalam Tabel dibawah ini. Tabel Baku mutu bijih castor Indonesia Karakteristik Syarat Bijih castor rusak Maks. 2,0 %-bobot/bobot Bijih castor pecah Maks. 4,0 %-bobot/bobot Benda-benda asing Maks. 0,5 %-bobot/bobot Kadar minyak Min. 47,0 %-bobot/bobot Kadar air Maks. 7,0 %-bobot/bobot Bilangan asam Maks. 3,0 %-bobot/bobot Sumber: “Prospek Pasar dan Budidaya Jarak”, Sujatmaka, Penebar Swadaya, 1991
Jatropha curcas L.
4
Consulting I Facilitating I Implementing
Keterangan: −
Bijih castor rusak adalah bijih yang tidak pecah tetapi berjamur, dimakan serangga, muda, keriput, atau hangus.
−
Bijih castor pecah adalah bijih yang terbelah menjadi dua bagian atau lebih, dengan pecahan yang tertahan di atas saringan berukuran 2 mm.
−
Benda-benda asing adalah segala benda yang tidak termasuk bijih, dan bijih pecah yang lolos saringan berukuran 2 mm.
Sedangkan baku mutu bijih castor yang dipakai sebagai persyaratan penerimaan oleh PT Kimia Farma Semarang adalah: −
Kadar minyak minimum 45%,
−
Kadar air maksimum 6%,
−
Kadar kotoran maksimum 2%,
−
Jumlah bijih rusak maksimum 3%,
−
Jumlah asam lemak bebas sebagai asam risinoleat, maks. 3%,
−
Bijih dikemas dalam karung goni yang tertutup rapat.
Proses ekstraksi jarak pagar menjadi minyak dilakukan secara mekanik menggunakan mesin press, baik sederhana dengan skala kecil maupun skala produksi industri. Pengolahan biji jarak menjadi minyak jarak tidak terlalu sulit dan membutuhkan investasi yang tidak terlalu mahal. Dengan mesin berkapasitas 50 Kg/Jam, 1 set peralatan pengolahan biji jarak memerlukan biaya investasi sebesar Rp. 50.000.000 (Lima Puluh Juta Rupiah) serta 1 unit reaktor biodisel dengan kapasitas 1.500 Lt/hari dengan harga Rp. 800.000 (delapan ratus ribu rupiah).
Jatropha curcas L.
5
Consulting I Facilitating I Implementing
Berikut flowcart pengolahan biji jarak
Keunggulan Biodiesel 1. Angka Cetane tinggi (>50), yakni angka yang menunjukan ukuran baik tidaknya kualitas Solar berdasarkan sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin. Semakin tinggi bilangan Cetane, semakin cepat pembakaran semakin baik efisiensi termodinamisnya. 2. Titik kilat tinggi, yakni temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap Biodiesel menyala, sehingga Biodiesel lebih aman dari bahaya kebakaran pada saat disimpan maupun pada saat didistribusikan dari pada solar 3. Tidak mengandung sulfur dan benzene yang mempunyai sifat karsinogen, serta dapat diuraikan secara alami 4. Menambah pelumasan mesin yang lebih baik daripada solar sehingga akan memperpanjang umur pemakaian mesin 5. Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi dan tidak memerlukan modifikasi mesin apapun 6. Mengurangi asap hitam dari gas asap buang mesin diesel secara signifikan walaupun penambahan hanya 5% - 10% volume biodiesel kedalam solar
Jatropha curcas L.
6
Consulting I Facilitating I Implementing
II. DESKRIPSI LOKASI Nama Perusahaan
: THE GREEN ENER-TECH CO., LTD
Nama Kebun
: KT1
Lokasi Kebun
: Propinsi
Jarak tempuh
:- Kampong Thom – simpang jalan Propinsi = 20 Km (jalan
= Kampong Thom, Cambodia
propinsi kondisi aspal) - Simpang jalan propinsi – kebun KT1 = 17 Km (kondisi pasir dengan timbunan laterit) - Total jarak tempuh = 37 Km (± 1 jam menggunakan mobil) Data – data kebun Pola pembangunan
: Inti
Kondisi areal - Ketinggian
= 22-48 mdpl (altimeter).
- Topografi
= Datar (kelerengan 0° - 8°).
- Klas tanah
= Hasil Laboratorium dan Soil Map (Cultural hydromorphics)
- Tekstur tanah
= Pasir, Liat (Hasil Laboratorium)
- pH tanah
= 5 – 7,1 ( pH meter ).
Kondisi tanaman - Jenis bibit
= Preah Vihear; Chinese; Thailand
- Jarak tanam
= 2 m x 3 m.
- Populasi per ha
= 1.600 pohon.
Areal Statement Komposisi Areal Tanam (5-6 bulan) Sub Total Areal I Pembukaan Lahan : Belum dikerjakan Sedang dikerjakan Sub Total Area II Total Area Tertanam & LC Areal Prasarana : Emplasment Pembibitan Danau Sub Total Prasarana (III) GRAND TOTAL
Luas (Ha) 104 104 933.39 0 933.39 998.39 0.30 0.94 0.37 1.61 1,000
Keterangan : Dari luas tanam 104 ha, 65 Ha berada dalam luasan 1.000 Ha dan 39 ha diluar kawasan 1.000 Ha. Jatropha curcas L.
7
Consulting I Facilitating I Implementing
Nama Kebun
: KT2
Lokasi Kebun
: Propinsi
Jarak tempuh
:- Kampong Thom – simpang jalan Propinsi = 25 Km (jalan
= Kampong Thom, Cambodia
propinsi kondisi aspal) - Simpang jalan propinsi – kebun KT2 = 20 Km (kondisi pasir dengan timbunan laterit dan aspal tipis) - Total jarak tempuh = 45 Km (± 1 jam menggunakan mobil) Data – data kebun Pola pembangunan
: Inti
Kondisi areal - Ketinggian
= 17-49 mdpl (altimeter).
- Topografi
= Datar (kelerengan 0° - 8°).
- Klas tanah
= Hasil Laboratorium dan Soil Map (Grey hydromorphics, Red yellow podzols, Plinthite podzols)
- Tekstur tanah
= Pasir, Liat (Hasil Laboratorium)
- pH tanah
= 6,8 – 7,1 ( pH meter ).
Areal Statement
= 13.000 Ha, areal pembukaan lahan belum dikerjakan
III. AREAL TANAM KT1 1. Kondisi Tanaman Pada umumnya usia tanaman Jarak di lahan ditanam pada usia 5-6 bulan setelah tanam. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) seharusnya mulai berbunga pada usia 4 bulan dan mulai membentuk buah pada usia 5-6 bulan dan pada usia 6 bulan tersebut sudah memiliki buah. Apabila dibandingkan kondisi areal tanam maka kondisi tanaman di kebun KT1 berdasarkan kondisi buah masih dibawah standar pertumbuhannya. Tinggi tanaman berada di antara 30-50 cm dan diameter batang rata-rata 4-5 cm. Kondisi daun secara visual umumnya menunjukkan gejala “yellowing” dan tangkai daun mengalami gejala rontok (mudah lepas dari batang). Sebagian permukaan daun menunjukkan gejala atau bercak di permukaan daun dan bentuk daun juga mengalami keriting atau mengkerut (malformasi). Beberapa penyebab dari kondisi tersebut adalah : a. Pemupukan Pertumbuhan tanaman yang dibawah standar daun akan menguning disebabkan oleh faktor pemupukan yang kurang tepat. Jatropha curcas L.
8
Consulting I Facilitating I Implementing
Berdasarkan informasi dari staff kebun KT1 bahwa pemupukan hanya dilakukan dengan menggunakan pupuk organik (merek Arrow) yang diproduksi oleh Vietnam dengan kandungan : Komposisi Amin acids Nitrophond Potassium Magnesium Oxide Cu Zn Mn Fe Co Mo
Kandungan 1% 0.1% 7500 ppm 1500 ppm 65 ppm 65 ppm 55 ppm 20 ppm 7 ppm 1 ppm
Komposisi pupuk organik tersebut umumnya didominasi oleh mikro element (unsur mikro) yang sebenarnya pada usia-usia tanaman muda seperti pada kebun KT1 masih sangat memerlukan unsur makro seperti Nitrogen, P2O5 dan K2O. Menurut Ihwan U. Firdaus dalam Analisa Investasi Jarak, bahwa tanaman Jarak memerlukan pupuk setara 200 Kg Urea, 100 Kg TSP dan 50 Kg KCL diberikan 3 kali dalam setahun dengan aplikasi membuat lubang pupuk menggunakan tugal disebelah kiri dan kanan tanaman dengan jarak 5-10 cm dari batang dengan kedalaman 7 cm. Sedangkan pupuk organik yang sekarang diaplikasikan di KT1 dengan cara penyemprotan total (total spraying) ke tanaman dengan dosis 5 liter untuk 2,5 Ha. Sebaiknya pada lahan bertekstur pasir yang memiliki proses pencucian tinggi menyebabkan unsur hara yang diberikan secara semprot dan tugal akan segera tercuci sebelum terserap secara maksimal oleh tanaman dan pada lahan pasir permasalahan yang dihadapi adalah kapasitas ikat air (water holding capacity) yang rendah.
Jatropha curcas L.
9
Consulting I Facilitating I Implementing
Pada kondisi ini dilakukan aplikasi pupuk Slow Release dapat berupa pupuk organik berbentuk granular
dan
mengandung unsur hara makro, sebagai contoh pupuk
organik Green Botane yang memiliki kandungan unsur hara makro yang terdiri dari : Komposisi N Total C Organic P2O5 K2O MgO CaO Boron
Kandungan 2.00% 20.00% 2.30% 1.70% 1.00% 6.00% 0.01%
Pada saat tanampun sebaiknya diberikan pupuk-pupuk organik untuk memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kemampuan media tanah untuk memegang hara dan air. Dosis yang dapat digunakan untuk pemeliharaan tanaman jarak diperkenankan adalah 400-600 gr/pokok/tahun. b. Pengendalian Hama & Penyakit Gejala keriting atau mengkerut (malformasi) didaun tanaman jarak disebabkan oleh Tungau (famili Eriophydae dan Tarsonomidae ; ordo Acarina) hidup pada permukaan bawah daun dan pucuk daun yang masih muda. Hama tungau paling berbahaya pada masa vegetatif dan serangannya kadang-kadang berat. Gejala serangan yaitu daun menjadi berwarna kekuning-kuningan kemudian karat, daun mengeriput dan kemerahan lalu gugur dan pada akhirnya tanaman akan mengalami hambatan pada pertumbuhan, daun yang terserang menjadi salah bentuk atau tidak normal (malformasi). Pengendalian dilakukan secara kimiawi menggunakan pestisida jenis akarisida (sistemik) berbahan aktif propargit dan amitras dengan dosis 1-2 cc dalam 1 liter air. Sanitasi di areal pertanaman dengan cara mengumpulkan daun yang terserang kemudian dibakar. Gejala bercak pada daun dengan adanya titik hitam kecil atau titik coklat yang dikelilingi cincin berwarna hijau pucat berbentuk bulat atau agak bulat pada daun, bercak muncul secara sporadis di permukaan daun. Bercak dapat membesar bagian tengah berwarna coklat pucat dikelilingi warna coklat tua. Bercak-bercak yang sudah
Jatropha curcas L.
10
Consulting I Facilitating I Implementing
tua pada stadia lanjut menyebabkan daun menjadi kering dan mudah jatuh/ rontok, penyakit ini disebut bercak daun coklat, penyebabnya Cercospora ricinella. Pengendalian penyakit ini menggunakan fungisida berbahan aktif Karbendazim atau Mankozeb, merek dagang terkenal adalah Dithane M-45 dosis yang digunakan adalah 1-2 gr/ltr air. Sanitasi kebun juga harus dilakukan dengan membuang dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang penyakit. Masalah pengendalian hama dan penyakit ini perlu dilakukan dengan organisasi yang baik yang dimulai dengan deteksi serangan dan penggunaan insektisida atau fungisida yang teratur sesuai rotasi dan tingkatan insektisida, apabila serangan hanya bersifat sporadis pengendalianpun harus dilakukan dengan sporadis/ spot spraying untuk menekan biaya pengendalian hama karena hama tidak dapat dimusnahkan melainkan dikendalikan populasinya. 2. Kondisi Produksi Sekilas pada kondisi tanaman telah dibahas bahwa produksi berupa buah pada tanaman Jarak di kebun KT1 masih dibawah standar dengan kondisi pada umumnya. Namun pengamatan visual menunjukkan bahwa tangkai buah pertandan cukup banyak yaitu 6 (standar 6-12 tangkai). Kondisi hilangnya produksi ini dapat dikarenakan adanya layu pada tangkai batang buah yang disebabkan jamur Cercospora yang pada stadia tinggi pada daun dapat menyerang tangkai buah, hal ini didukung oleh kelembaban yang tinggi di areal perkebunan KT1 7085%. Pengendalian dapat dilakukan bersamaan dengan penyakit bercak daun coklat. Bunga juga dapat mengalami rontok dikarenakan suhu udara yang tinggi di areal kebun KT1. hasil pengukuran pada suhu 380C, suhu yang melebihi 350C dapat menyebabkan rontok bunga pada tanaman Jarak. 3. Kondisi Pemeliharaan Kondisi secara umum lokasi KT1 masih bergulma sedang (medium). Gulma umumnya berada diantara guludan (baris tanaman) atau pada interrow. Jenis gulma yang dominan umumnya rumput-rumputan yaitu Cyperus difformis dan sebagian Cynodon dactylon. Dominasi rumput ini disebabkan kurangnya tenaga kerja dan sistem pengendalian yang masih menggunakan sistem manual yaitu koret. Cara pengendalian yang efektif yaitu Jatropha curcas L.
11
Consulting I Facilitating I Implementing
sistem pengendalian chemical menggunakan herbisida sistemik merek dagang Round up Biosorb dengan bahan aktif Glyphosate dengan gulma sasaran daun sempit dan rumputrumputan dengan dosis aplikasi 2-3 l/ Ha diaplikasikan dengan knapsack sprayer. Untuk membantu mengurangi tingkat panas disekitar batang tanaman, pada saat pengendalian gulma manual dapat dilakukan di dalam guludan (baris tanaman) dengan kored dan ditumpuk atau ditimbun disekitar batang tanaman, hal ini dapat digunakan sebagai pengurang panas disekitar tanaman dan dapat dijadikan pupuk organik bagi tanaman untuk perbaikan tekstur tanah (sebagai mulsa organik). Kegiatan tumpangsari tanaman Jarak dengan tanaman sereh (Andropogon nardus Linn) sebaiknya dihentikan karena tanaman sereh tersebut memiliki sifat racun (allelopati) terhadap tanaman lainnya dan sangat merugikan pada saat tanaman Jarak tersebut telah dewasa karena perkembangan akar akan terhambat oleh akar tanaman sereh (Andropogon nardus Linn). 4. Kondisi Media Tanam Kondisi media tanam yang sangat mendukung adalah kelerengan yang cukup baik. Areal tanam umumnya datar (0-8%). Tekstur tanah secara visual adalah pasir secara dominan, walaupun dibeberapa tempat mengandung liat (hasil laboratorium). Kondisi pasir ini sebenarnya masih layak untuk tanaman Jarak. Menurut Anny Mulyani dalam Potensi Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan Jarak Pagar di Indonesia, bahwa Jarak Pagar dapat tumbuh pada sema jenis tanah, tetapi pertumbuhan yang baik dijumpai pada tanahtanah ringan atau lahan dengan drainase dan aerasi yang baik (terbaik mengandung pasir 60-90%) dan Ihwan U. Firdaus dalam Analisa Investasi Jarak, bahwa tanaman Jarak yang ditanam di tanah Regosol (pasir) akan menghasilkan minyak dengan kadar yang lebih tinggi daripada tanaman Jarak yang ditanam di tanah grumusol. pH tanah di areal KT1 berkisar antara 5-7 (pH terbaik 5,5-6,5) untuk menaikkan pH tersebut pada beberapa tempat dapat diaplikasikan pupuk Dolomite 500 gr/pokok pada saat tanam.
Jatropha curcas L.
12
Consulting I Facilitating I Implementing
5. Kondisi Sarana dan Prasarana Areal kebun KT1 telah dibentuk blocking area tanam dengan ukuran perblok 3,75 Ha (lebar 187,5m; panjang 211 m), jarak tanam 2 x 3 m. 2 m jarak antar tanaman dan 3 m jarak antar baris (guludan), arah baris tanam adalah timur-barat. Arah baris tanam ini cukup baik karena tanaman Jarak sangat memerlukan sinar matahari selama 10 jam/hari. Masalah yang ada antara lain jalan antar blok yang terlalu kecil, lebar main road (arah timur-barat) hanya 3 m sedangkan collection road (arah utara-selatan) hanya 2m dan tidak diperkeras hanya pasir. Jalan ini sebaiknya dilebarkan , Main Road menjadi 15 m dan Collection Road menjadi 7 m dan sebaiknya dipadatkan. Jalan ini sangat dipergunakan untuk transportasi bahan-bahan pendukung (pupuk dan lain-lain) dan tenaga kerja serta hasil panen nantinya. Pada areal tanam telah dibuat kanal dengan ukuran 3 m bagian atas, 1 m lebar bawah dan kedalaman 2 m. Kedalaman air pada saat diukur adalah 1 m, kanal dibuat dengan panjang 6.125 m namun belum ditembuskan ke sungai. Pembuatan kanal ini sudah merupakan progress water management, hal ini menunjukkan bahwa di areal tanam/ planted kedalaman air dari permukaan tanah telah lebih dari 75 cm (cukup signifikan dibandingkan dengan areal non-planted), namun yang dikhawatirkan oleh kebun pada bulan Desember s/d Maret adalah bulan-bulan kering di Cambodia oleh karena itu kanal belum ditembuskan ke sungai sebagai areal tempat menampung air (sekat-sekat tanah). Berdasarkan Peta Soil Map Cambodia 1997, bahwa areal kebun KT1 merupakan jenis tanah Cultural Hydromorphics (banding hasil laboratorium). Jenis tanah Hydromorphics ini menurut Dr. Ir. Sarwono Hardjowigeno dalam Ilmu Tanah 1987 merupakan jenis tanah yang dipengaruhi air sehingga berwarna kelabu, gley dll., hanya mempunyai epipedon ochrik, histik; horison kambik, kalsik atau gipsik dan masuk ke dalam Great Group Gleysol (Sistem FAO/UNESCO). Menunjukkan bahwa jenis tanah ini sangat memiliki kandungan air di dalam tanahnya, oleh karena itu pada areal unplanted (belum tertanam) kondisi air dipermukaan tanah berkisar dari 20-60 cm dari permukaan tanah bahkan akan tergenang pada saat curah hujan tinggi. Maka untuk mengatasi hal ini sangat diperlukan adanya water management (drainase sistem) seperti pada areal tanam. Namun untuk menghindari kekurangan air pada saat musim kemarau/ bulan kering (Desember s/d Jatropha curcas L.
13
Consulting I Facilitating I Implementing
Maret) perlu dilengkapi dengan pintu-pintu air di kanal tersebut atau dam-dam sederhana dari karung goni. Bahkan bila dimungkinkan dibuat sumur-sumur bor dibeberapa tempat untuk dialirkan ke interrow (antar guludan) pada saat bulan kering tersebut. Sumur bor tersebut dapat dilengkapi dengan pompa air dan tangki-tangki air sebagai tempat menampung air sementara dan menghemat pemakaian mesin pompa. Semua usaha water management bertumpu bahwa tanaman Jarak memerlukan kedalaman air tanah minimum lebih dari 75 cm dan sangat tidak menyukai areal tergenang karena akar tanaman Jarak akan membusuk, sangat memerlukan drainase dan aerasi yang baik (mudah melepaskan air). Tetapi kekurangan airpun akan menyebabkan tanaman ini mengalami penghambatan pertumbuhan dan serangan hama penyakit. Hasil penilaian terhadap kesesuaian lahan pada areal tertanam KT1 disajikan pada tabel di bawah ini. KT1 Sub Class Land Suitability Actual Maintenance
NO. SAMPLE PLANTED SAMPLE 1 SAMPLE 2 SAMPLE 3
S2-h1p1 S2-h1p1 S2-h1p1a2
D D D
Potential S1 S1 S1
6. Kondisi Karyawan Berdasarkan informasi lisan staff kebun KT1 jumlah karyawan adalah: karyawan staf 25 orang, sedangkan karyawan lapangan adalah karyawan lepas (BHL) yang bersifat musiman, apabila musim tanam dapat menjalankan 200 – 300 karyawan per hari namun pada saat pemeliharaan seperti saat ini hanya 3 – 4 orang per hari. Waktu kerja dalam 1 minggu adalah hari Senin s/d Jumat sedangkan Sabtu dan Minggu tidak kerja (libur), waktu kerja adalah jam 07.00 s/d 11.00 dan bekerja kembali dari jam 13.00 s/d 17.00 total jam adalah 8 jam per hari. Gaji karyawan BHL tergantung dari jenis pekerjaan, pendapatan per hari karyawan adalah 2 – 4
U$ dolar per hari. Karyawan BHL tersebut berasal dari perkampungan disekitar
perkebunan KT1, sehingga perolehan tenaga kerja dapat mudah didapatkan. Umumnya
Jatropha curcas L.
14
Consulting I Facilitating I Implementing
kehidupan mata pencaharian penduduk sekitar kebun KT1 adalah sebagai petani dan beternak. IV. KONDISI PEMBIBITAN Areal pembibitan di kebun KT1 hanya berupa bibit untuk sulaman dan jumlah bibit sulit dilakukan penghitungan karena sebagian bibit digunakan untuk percobaan R&D Departemen. Dalam 1 bedeng bibit ditanam 5.000 pohon dengan bulan tanam tertua September 2008. Jenis bibit menurut pengurus kebun KT1 belum diketahui apakah jenis unggul, namun terdiri dari beberapa jenis bibit (Thailand, Chinese, Preah Vihear). Penggunaan media untuk polibag sudah cukup baik yaitu dengan menggunakan pupuk kandang dari sapi dan polibag kecil berwarna putih. Menurut hasil penelitian Heri Istana dan Impron Sadikin dalam Cara Pengujian Media Tumbuh pada Pembibitan Tanaman Jarak Pagar bahwa Media Campuran Pembibitan Jarak Pagar yang penting baik memiliki campuran tanah+pasir+pupuk kandang dengan perbandingan 3:1:1 dalam kantong plastik bening, tinggi bibit dapat mencapai 19 cm dan bobot basah daun 14, 729g/ tanaman. Dikarenakan tanaman Jarak Pagar merupakan tanaman daun lebar, maka tempat pembibitan sebaiknya diberi naungan atau atap dengan bahan jerami atau paranet. Proses pemeliharaan yang paling penting yaitu penyiraman 2 kali sehari pagi dan sore, penyiangan dan proses seleksi. V. AREAL BELUM TERTANAM (KT1 & KT2) Pola atau metoda untuk areal belum tertanam adalah metoda Kelas Kesesuaian Lahan. Penilaian kesesuaian lahan adalah tahapan penelitian lahan untuk penggunaan tertentu dari lahan tersebut, dimana tahapan penelitian lahan untuk penggunaan tertentu dari lahan tersebut, dimana faktor-faktor pembatas penggunaan lahan diidentifikasikan, kemudian dilakukan cara-cara untuk mengatasi atau menekan faktor-faktor pembatas sedemikian rupa sehingga tercapai produktifitas yang optimal. Sejumlah faktor pembatas yang diperhatikan dalam penilaian kesesuaian lahan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang disebut faktor pembatas pertumbuhan tanaman antara lain meliputi curah hujan, bulan kering, ketinggian di atas permukaan laut, bentuk topografi dll.
Jatropha curcas L.
15
Consulting I Facilitating I Implementing
Setiap Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) dicirikan oleh sejumlah faktor pembatas tertentu yang akan menentukan produksi dari tanaman yang diusahakan. Disamping penilaian KKL secara aktual maka dinilai juga KKL potensialnya. KKL aktual ditentukan berdasarkan kepada parameter-parameter lahan sesuai kondisi lahan pada saat survey dilakukan, sedangkan KKL potensial adalah kelas lahan setelah dilakukan perbaikan terhadap faktor pembatas yang ada. Tabel Klasifikasi Kesesuaian Lahan (Modifikasi Sistem FAO, 1976) Klasifikasi Kesesuaian Lahan Kelas S1 (Sangat Sesuai = Highly Suitable) Kelas S2 (Cukup Sesuai = Moderatly Suitable) Kelas S3 (Sesuai Bersyarat = Marginally Suit-able) Kelas N1 (Tidak Sesuai Saat Ini = Conditionally Not Suitable) Kelas N2 (Tidak Sesuai Permanen = Permanently Not Suitable)
Jatropha curcas L.
Persyaratan yang Diperlukan Unit lahan mempunyai tidak lebih dari satu pembatas ringan (optimal) Unit lahan mempunyai lebih dari satu pembatas ringan dan/atau tidak mempunyai lebih dari satu faktor pembatas sedang Unit lahan mempunyai lebih dari satu pembatas dan/atau tidak mempunyai lebih dari satu faktor pembatas berat Unit lahan mempunyai dua atau lebih pembatas berat yang masih dapat diperbaiki
Unit lahan mempunyai faktor pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki.
16
Consulting I Facilitating I Implementing
Tabel Kriteria Kesesuaian Lahan untuk tanaman Jarak (Jatropha curcas L.) Karakteristik Lahan
No.
Satuan
Kelas Kesesuaian Lahan S1
S2
S3
N
700-1400
1400 -1800 600-700
>1800 500-600
< 500
4-5
6-8
>8
24 - 75
20 – 24 75-90
<20 >90
C
24-30
20 – 24 30-32
16 – 20 >32
<16
mdpl
<400
400-600
600-700
>700
1
Curah Hujan (h)
mm
2
Bulan Kering (k)
3
Kelembaban (p)
4
Temperatur rata (f)
5
Ketinggian (l)
6
Bentuk Wilayah dan Lereng (w)
%
<8
8-16
16-30
>30
7
Batuan/Kerikil di permukaan dan di dalam tanah (b)
%
<5
5 - 15
15 – 40
> 40
8
Kedalaman Tanah (s)
cm
> 75
60-75
30-50
< 30
ak,s,ah,h
k
% rata-
Tempat
Efektif
0
9
Tekstur Tanah (t)
ak,s,ah,h
10
Kelas Drainase (d)
baik sampai agak terhambat
11
Kemasaman (a)
Tanah
6,0 - 7,0
agak cepat cepat, terhambat 5,5 - 6,0 7,0 – 7,2
k cepat, sangat terhambat
<5,5 >7,2
Keterangan : Tekstur : h = halus; ah = agak halus; s = sedang; ak = agak kasar
Jatropha curcas L.
17
Consulting I Facilitating I Implementing
Hasil pengamatan pada areal belum tertanam KT1 & KT2 umumnya menunjukkan kondisi yang tidak terlalu berbeda Tabel Resume Land Suitability and Potential KT1 & KT2 KT 2 Sub Class Land Suitability
NO. SAMPLE Actual UNPLANTED SAMPLE 1 SAMPLE 2 SAMPLE 3 SAMPLE 4 SAMPLE 5 SAMPLE 6 KT1 UNPLANTED SAMPLE 4 SAMPLE 5 SAMPLE 6 SAMPLE 7
Maintenance
Potencial
S2-h1p1s1a1 S2-h1p1f2s1a1 S2-h1p1f2s1 S2-h1p1 S2-h1p1 S2-h1p1
D,P D,P D,P D D D
S1 S1 S1 S1 S1 S1
S2-h1p1s1t1 S2-h1p1s1 S2-h1p1s2 S3-h1p1s3
D D D D,P
S1 S1 S1 S2
1. Kondisi Klas Tanah (Soil Map) Klas tanah berdasarkan soil map pada kebun KT1 adalah Cultural hydromorphics baik pada areal tanam dan belum tertanam sedangkan pada KT2 didominasi oleh Grey hydromorphics dan sebagian Red-Yellow podzols serta Plinthite podzols. Tanah hydromorphics merupakan areal tanah yang dipengaruhi air oleh karena itu baik pada areal kebun KT1 maupun KT2 terutama areal belum tertanam memiliki ketinggian air dari permukaan 20 - <75 cm (kebun KT1), sedangkan pada kebun KT2 berada pada 64 - <100 cm (Hasil Land Suitability Evaluation). Sedangkan kondisi rata-rata curah hujan (tahun 2007) adalah 1.634 mm pertahun (data curah hujan ini sebaiknya terdiri dari rata-rata 5 tahun kebelakang), dengan 4 bulan kering (dibawah 100 mm perbulan). Tanaman Jarak lebih baik tumbuh pada curah hujan rata-rata pertahun pada 700-1.400 mm pertahun. Berdasarkan pada kedua faktor pembatas tersebut yaitu curah hujan dan kedalaman air dari permukaan tanah pada kedua lokasi kebun KT1 & KT2 khususnya areal belum tertanam sangat diperlukan adanya perbaikan drainase (water management). Pada saat bulan basah areal dapat tergenang karena curah hujan dapat melebihi batas kesesuaian lahan tanaman Jarak dan kedalaman air tanah yang kurang dari 75 cm. Jatropha curcas L.
18
Consulting I Facilitating I Implementing
Pada bulan kering dapat mengalami kekeringan karena areal pasir memiliki daya ikat air (water holding capacity) yang sangat kecil. Pembuatan kanal sangat diperlukan pada areal ini dengan kanal ukuran 4 x 4 x 4 m terutama pada areal yang memiliki kedalaman permukaan air tanah <60 cm dan pada kedalaman air tanah <75 cm dengan ukuran 3 x 3 x 3 m (ukuran parit disesuaikan dengan tekstur tanah). Kanal-kanal ini bertujuan untuk menurunkan permukaan air tanah menjadi > 75 cm (Kelas lahan S1) untuk mempertahankan kedalaman air tanah ini dapat diukur dengan alat Pieziometer.
Gambar : Model Pieziometer. Untuk mempertahankan kondisi kedalaman air tanah juga dapat digunakan berbagai macam jenis pintu air yang dapat dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan pada saat bulan basah dan bulan kering ataupun dapat digunakan dam kecil yang dibuat dengan karung goni untuk mempertahankan air pada saat musim kemarau. Pintu air dibuka pada saat bulan-bulan basah dan ditutup pada saat bulan-bulan kering. Bulan-bulan kering di Cambodia pada bulan Desember s/d Maret dan bulan basah pada bulan April s/d November. Monitoring ketinggian air tanah ini dilakukan oleh alat Pieziometer dan pintu-pintu air tersebut.
Jatropha curcas L.
19
Consulting I Facilitating I Implementing
Apabila terjadi kekurangan air yang tidak mampu lagi ditahan oleh pintu-pintu air tersebut, maka sangat diperlukan sekali adanya sumur bor dibuat dibeberapa tempat dilengkapi dengan tangki air dan setiap sumur bor dilengkapi dengan pompa air dan selang –selang dari tangki untuk dialirkan ke areal antar guludan (interrow) di dalam kebun. Tangki dan mesin pompa air pada sumur ini baru digunakan pada saat – saat tertentu apabila kondisi kekeringan sangat dialami oleh tanaman Jarak (evaporasi berlebihan). 2. Kondisi Vegetasi Lahan Kondisi vegetasi diareal belum tertanam kebun KT1 & KT2 umumnya hampir sama. Kondisi hutan sekunder umumnya berkisar antara 10% dengan dominan tanaman kayu berdiameter kurang dari 30 cm. Areal didominasi oleh semak belukar dan areal konversi (pernah dibuka oleh masyarakat sekitar) sekitar 80-90%. Gulma semak belukar dan areal konversi ini didominasi jenis rumput-rumputan (daun sempit), gulma senduduk (Melastoma sp. & Clidemia sp.), gulma putihan (Eupathorium sp) dan
Cromolaena odorata.
Dibeberapa tempat areal konversi ditemukan gulma alang-alang (Imperata sp) secara sheet dan spot areal. Penyebaran gulma alang-alang ini sangat berbahaya dan sangat diutamakan pengendaliannya pada saat pembukaan lahan (LC) dengan menggunakan chemical (Glyphosate). Sistim pembukaan lahanpun tidak terlampau sulit yaitu dengan mekanis (Buldozer) dibantu chainsaw untuk memotong pohon yang diameternya lebih dari 30 cm sekaligus dengan pembuatan kanal oleh Excavator, yang sebaiknya dibuat blocking sistim terdahulu dan jalan-jalan utama sebagai penghubung (transportasi). 3. Kondisi pH Tanah Pada beberapa tempat kondisi pH tanah melebihi 7 di areal belum tertanam di kebun KT2 yaitu cenderung basa. Hal ini
dapat ternetralisir atau turun menjadi 6,5
apabila telah diaplikasi pupuk compound slow release yang mengandung nitrogen yang dapat menyebabkan tanah menjadi sedikit asam (pH tanah akan turun).
Jatropha curcas L.
20
Consulting I Facilitating I Implementing
VI.
ASPEK HUKUM DAN SOSIAL Perkebunan Jatropha di Kampong Thom – Cambodia dibangun setelah adanya Kontrak Kerja Sama antara Pemerintahan Cambodia dengan Green Ener-Tech Co., Ltd. Masa Kontrak Kerja Sama berakhir selama 70 tahun dengan luas areal sekitar 14.000 Ha. dan lokasi perkebunan terbagi pada dua kebun yaitu lokasi Kebun Kampong Thom 1 (KT – 1) seluas ± 1.000 Ha yang sudah tertanam ± 100 Ha dan Lokasi Kebun Kampong Thom 2 (KT – 2) seluas ± 13.000 Ha yang kondisinya masih berupa lahan kosong dengan ditumbuhi vegetasi liar. 1. Perizinan Perizinan yang dimiliki oleh Green Ener-Tech Co., Ltd berupa Kontrak Kerja Asli yang dilampiri dengan Peta Lokasi Kerja dan ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal 2 Mei 2008 (Kontrak Kerja Sama terlampir) . Green Ener-Tech Co., Ltd dalam isi kontrak adalah sebagai pelaksana dalam pembangunan Perkebunan Jatropha, jadi tidak perlu lagi melakukan pengurusan Izin Usaha Perkebunan dll, tetapi Green Ener-Tech Co., Ltd harus menunjukan kemampuan dalam melaksanakan pembangunan perkebunan tersebut, karena didalam isi kontrak ada target yang harus diselesaikan, termasuk kewajiban dan hak dari pada Green EnerTech Co., Ltd. 2. Perolehan Lahan -
Green Ener-Tech Co., Ltd tidak perlu melakukan pengurusan dalam perolehan lahan, karena didalam Kontrak Kerja sudah dilampirkan Peta Lokasi Kerja yang akan dibangun Perkebunan Jatropha,
-
Green Ener-Tech Co., Ltd tidak perlu membayar sejumlah dana kepada Pemerintah Cambodia dalam perolehan lahan karena Green Ener-Tech Co., Ltd hanya sebagai pelaksana kerja dan Pemerintah Cambodia yang menyediakan lahan.
3. Kasus Sosial Klaim Lahan Pada umumnya setiap usaha yang bergerak dibidang Agrobisnis atau Forestry pasti ada permasalahan sosial, karena usaha tersebut berkaitan dengan penggunaan lahan atau tanah, dan pekerjaan masyarakat Kampong Thom - Cambodia Jatropha curcas L.
adalah
petani jadi
21
Consulting I Facilitating I Implementing
dalam mempertahankan kehidupannya tidak terlepas dari usaha perladangan atau pertanian. Permasalahan Kasus Sosial yang terjadi di KT-2 adalah adanya Klaim Lahan yang dilakukan masyarakat Kampong Thom - Cambodia dengan cara mengkapling dan membuat pagar terhadap lahan yang akan dikerjakan oleh masyarakat. Dasar Klaim Dasar Klaim masyarakat melakukan klaim lahan karena masyarakat butuh lahan sebagai tanah garapan . Sebagai tidak lanjut dari kasus klaim lahan, maka Green Ener-Tech Co., Ltd harus membuat laporan secara tertulis kepada Pemerintah Cambodia melalui Instansi yang terkait dalam Kontrak Kerjasama tersebut. Untuk menyikapi permasalahan Klaim Lahan tersebut. Green Ener-Tech Co., Ltd harus meminta perlindungan kepada Pemerintah Cambodia berupa : 1. Jaminan dari Pemerintah Cambodia
bahwa lahan tersebut bebas dari perkara
klaim lahan oleh pihak manapun. 2. Jaminan tidak ada gangguan operasional dilapangan. Berikut adalah teknis untuk mencegah terjadinya klaim lahan dan gangguan dari masyarakat : •
Sosialisasi kepada masyarakat yang dilakukan oleh Pemerintah Cambodia dengan didampingi oleh Green Ener-Tech Co., Ltd
•
Meminta pernyataan tertulis dari Pimpinan masyarakat tentang larangan bagi masyarakat untuk melakukan klaim lahan diperkebunan Green Ener-Tech Co., Ltd dan pernyataan tidak mengganggu operasional dilapangan.
•
Memasang tanda larangan ( Pamflet ) yang berisikan peringatan kepada masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan perkebunan apapun diatas lahan Perkebunan Jatropha, tanpa persetujuan dari Pemerintah Cambodia.
•
Memberdayakan masyarakat setempat dengan cara memberikan pekerjaan dilapangan serta memberikan pelatihan
Jatropha curcas L.
22
Consulting I Facilitating I Implementing
•
Melaksanakan Communite Development dengan cara bermitra kerja dengan masyarakat sekitar dan memberikan bantuan sarana Pendidikan dan Ibadah serta Olah Raga.
•
Enclave terhadap lahan jika ada masalah klaim lahan terlalu berat.
4. Dukungan Masyarakat Terhadap Investor Pada saat berkunjung di KT – 1 disekitar kebun tidak dijumpahi adanya kelompok masyarakat, tetapi pada saat berkunjung di KT – 2, TIM Green Ener – Tech Co., Ltd telah mendatangi dua desa, desa pertama terdiri dari 400 Kepala Keluarga ( KK ) dan desa yang ke dua terdiri dari 200 Kepala Keluarga ( KK ), masyarakat pada umumnya belum mengenal keberadaan Green Ener – Tech Co., Ltd hal ini karena belum adanya sosialisasi tentang rencana pembangunan Perkebunan Jatropha. Dan masyarakat menyampaikan kepada TIM Green Ener – Tech Co., Ltd jika ada investor yang berencana membangun usaha disekitar desa, maka seluruh masyarakat pasti mendukung dan siap menjadi tenaga kerja lapangan jika kelak dibutuhkan, hal ini dikarenakan sudah sekian lama tidak satupun investor yang berusaha disekitar desa di Provinsi Kamphong Thom dan juga kehidupan masyarakat sekitar tergolong miskin karena hanya bergantung kepada hasil pertanian yang masih tradisional.
VII.
ANALISA KEKUATAN DAN KELEMAHAN PERKEBUNAN KT1 & KT2 1. Analisa Kekuatan −
Lokasi sangat strategis karena dekat dengan jalan Propinsi jarak terjauh hanya ± 20 Km (KT1) sedangkan KT1 hanya ± 17 Km. Jalan Propinsi sudah diaspal sedangkan dari jalan Propinsi ke dalam kebun KT1 & KT2 umumnya pasir dengan timbunan laterit,
−
Disekitar lokasi kebun dekat dengan pemukiman masyarakat terutama di areal jalan masuk dari jalan Propinsi ke areal kebun sehingga mudah untuk mencari tenaga kerja,
−
Kondisi areal topografi yang datar (0 - 8%) cukup baik untuk pertumbuhan tanaman Jarak,
−
Kondisi areal pada ketinggian tempat < 400 mdpl, cukup baik untuk pertumbuhan tanaman Jarak,
Jatropha curcas L.
23
Consulting I Facilitating I Implementing
−
Kondisi batuan dipermukaan tanah yang kurang dari 5% sangat baik untuk pertumbuhan tanaman Jarak,
−
Masyarakat
sekitar
lokasi
kebun
sangat
mendukung
untuk
pembangunan
perkebunan Jarak dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat, −
Lokasi kebun KT1 maupun KT2 berada dalam satu hamparan sehingga mampu mengurangi biaya transportasi lapangan (tenaga kerja dan bahan aplikasi lapangan) dan dari segi koordinasi & keamanan kebun akan lebih baik.
2. Analisa Kelemahan −
Areal kebun KT1 & KT2 umumnya memiliki struktur tanah berupa pasir sedikit liat dengan kelas tanah dominan Hydromorphics yaitu tanah yang sangat dipengaruhi air sehingga pada saat hujan dapat menyebabkan penggenangan dan pada saat musim kering mengalami kekeringan karena tekstur pasir memiliki daya ikat air yang sangat kecil (water holding capacity),
−
Pemupukan tanaman tidak berlangsung secara benar karena pada saat tanaman muda (kebun KT1) pemupukan hanya menggunakan unsur-unsur mikro sehingga tanaman mengalami gejala yellowing dan menghambat pertumbuhan secara normal,
−
Sistim pengendalian hama belum dilakukan secara benar dan tepat, terutama dalam segi pelaksanaan dan tepat dosisnya sehingga hama dan penyakit banyak dijumpai di areal tanam (kebun KT1),
−
Sangat minimnya ketersediaan alat berat di kebun menyebabkan proses pembuatan sarana & prasarana menjadi terhambat. Alat berat umumnya sudah berusia tua sehingga boros dalam biaya operasinya.
−
Kurangnya tenaga kerja profesional di dalam kebun dari tingkat staff pelaksana lapangan sampai manajer kebun menyebabkan transfer ilmu agronomi sangat sulit dilaksanakan,
−
Kurang tersedianya material pendukung di lokasi perkebunan seperti jenis-jenis pupuk, tanah (top soil) untuk pembibitan dan sumberdaya alam lainnya untuk pendukung pembuatan prasarana & sarana kebun.
Jatropha curcas L.
24
Consulting I Facilitating I Implementing
XII. SARAN – SARAN PERBAIKAN −
Membuat adanya Juklak dan Juknis sebagai panduan dalam pelaksanaan pekerjaan di perkebunan KT1 & KT2,
−
Menempatkan
tenaga-tenaga
kerja
yang
mengerti
dan
memahami
dalam
pelaksanaan agronomis sesuai kebutuhan pelaksanaan Juklak dan Juknis yang telah dibuat terutama tingkat manajer kebun hingga staff lapangan, −
Merancang dan membuat water management terutama pada areal-areal belum tertanam di kebun KT1 & KT2, sedangkan pada areal kebun KT1
dirancang
pembuatan sumur bor dan tangki-tangki air untuk mempersiapkan tanaman pada kondisi bulan kering pada bulan Desember hingga Maret kedepan, −
Mempercepat proses pemupukan dengan pupuk organik (compound) yang bersifat slow release dan mengandung unsur-unsur makro pada areal tanam kebun KT1.
−
Mempercepat pengendalian hama dan penyakit di areal tanam dengan mengacu kepada sistim pengendalian hama tanaman yang benar dengan tepat dosis, sasaran dan
jenis
pestisida
yang
digunakan
sehingga
gulma
areal
mampu
mengurangi
biaya
pengendalian hama, −
Mempercepat
pengendalian
di
tanam
dengan
melaksanakan
pengendalian gulma chemical di antar guludan (interrow) dan manual (kored) di sekitar titik tumbuh (memberikan pupuk organik pada tanaman), −
Membongkar tanaman sereh yang menjadi tumpang sari tanaman Jarak karena dapat bersifat racun (allelopati),
−
Apabila investasi memerlukan biaya tinggi disarankan untuk berinvestasi di negara Indonesia.
Jatropha curcas L.
25