1. Angka Lahir di Banyumas, sebagai putra Asisten Wedana di Madukara, Banjarnegara. Raden Angka Prodjosoedirdjo menamatkan sekolahnya di STOVIA pada 1912 dengan predikat cum laude. Pada 20 Mei 1908 perkumpulan Boedi Oetomo berdiri, Raden Angka dipilih menjadi bendahara. Sebagai dokter pemerintah, ia ditugaskan di berbagai tempat. dr. Angka pernah diminta untuk menandatangani sebuah Surat Pernyataan sebagai perintis kemerdekaan agar mendapatkan tunjangan pemerintah, ia menolak dengan jawaban bahwa jasa-jasanya merupakan kewajiban dan tanggung jawab tanpa imbalan. 2. Goembrek Raden Mas Goembrek lahir 21 Juni 1885. Ia bekas dokter pemerintah, tinggal di Jogjakarta. Dalam kepengurusan Boedi Oetomo Cabang Betawi, Goembrek duduk sebagai Komisaris (Pembantu Umum). Namanya disebut di berbagai tulisan sebagai salah seorang pendiri Boedi Oetomo. Namun keaktifannya di pengurus Boedi Oetomo Cabang Betawi masih memerlukan penelitian lanjut. dr. Goembrek ini mulai bekerja di Wonosobo, dan berpindah-pindah beberapa kali: ke Semarang, Kendal, dan Banyumas. Setelah pension ia bekerja lagi memimpin Sanatorium Karangmangu. Kemudian Poliklinik RSU Banyumas di mana ia masih secara sukarela bekerja hingga akhir hayatnya. 3. Goenawan Mangoenkoesoemo Keluarga Mangoenkoesoemo menguasai STOVIA. Diawali oleh yang sulung, Mas Tjipto, yang masuk STOVIA pada 1899 dan lulus 1905. Lalu Mas Goenawan yang masuk pada 1903 dan lulus 1911. Goenawan, sebagai hampir dari semua keluarga ini, memiliki pekerti dan rasa akan Bahasa Belanda. Ditambah pula temperamennya yang tangkas, tulisannya selalu dapat menggembirakan kawan, dan membuat lawan-lawan panas hati dan merah telinga. Mas Goenawan Mangoenkoesoemo adalah tokoh Boedi Oetomo yang paling awal meninggal dunia, pada 1929. Posisinya di Boedi Oetomo sebagai Sekretaris II. Ia menikahi adik dr. Soetomo, R.A. Srijati. “Tuan ini adalah salah seorang dari sekretaris saya yang seterusnya tinggal setia pada Boedi Oetomo dan seterusnya menyokong saya pada hari wafatnya,” tulis dr. Soetomo dalam kenangannya. 4. Mochammad Saleh Mas Mochammad Saleh ikut mendirikan Boedi Oetomo. Meski memang cara penulisan nama tokoh satu ini cukup beragam, versi resmi dari keluarga adalah Dr. Mochammad Saleh bin Sastrodikromo. Di STOVIA, Mochammad Saleh mendapatkan diploma Ind.Arts tahun 1911. Ketika Partai Indonesia Raya (Parindra) dibentuk sebagai hasil fusi PBI, Boedi Oetomo dan beberapa partai lain, ia aktif sebagai Penulis II. Di bulan Agustus 1937 ia ditunjuk sebagai Ketua Pengurus Parindra Cabang Probolinggo. 5. Mohammad Soeleiman Soetomo mengenangnya sebagai kawan berotak encer tapi pemalas, sekaligus aktif berorganisasi. Goenawan masih ingat pada de dikke Soeleman (si gemuk Soeleman) ketika berkisah mengenai kelahiran Boedi Oetomo. Wakil Ketua Boedi Oetomo Cabang Betawi adalah Mas Soeleiman. 6. Soeradji Soeradji bersama Soetomo untuk kali pertama bertemu dr. Wahidin Soediro Hoesodo di Jakarta pada tahun 1907—pertemuan bersejarah yang kemudian menginspirasi pembentukan Boedi Oetomo. Ia lahir pada tahun 1888 di Madiun, dan tercatat dalam data STOVIA lulus pada 1912. Pascalulus, ia bertugas di Bandung, lalu ke daerah Palembang di Sungai Gerong. Ia menikah dengan salah seorang cucu dari dr. Wahidin. Di sana putra sulungnya lahir. Ia pindah ke Kepulauan Riau, lantas ke Pulau Sambu dekat Singapura. Tahun 1916 ia kembali ke Yogyakarta da ditempatkan di Wonogiri sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten. Di tempat ini dr. Soeradji berhasil memberantas penyakit frambusia dan busung lapar.