1.docx

  • Uploaded by: yulita
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 869
  • Pages: 3
1. Kedudukan Ilmu, Filsafat, dan Agama a. Filsafat Secara etimologis (asal-usul kata) filsafat berasal dari kata yunani philia (=love, cinta) dan sophia (=wisdom, kebijaksanaan). Jadi ditinjau dari pada arti etimologis istilah ini berarti cinta pada kebjaksanaan.[1] Pengertian filsafat secara garis besar adalah ilmu yang mendasari suatu kosep berfikir manusia dengan sungguh-sungguh untuk menemukan suatu kebenaran yang kemudian dijadikan sebagai pandangan hidupnya. Sedangkan secara khusus filsafat adalah suatu sikap atau tindakan yang lahir dari kesadaran dan kedewasaan seseorang dalam memikiran segala sesuatu secara mendalam dengan melihat semuanya dari berbagai sudut pandang dan korelasinya. b. Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman yang disusun dalam satu system untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang hal yang sedang dipelajari.[2] Dengan demikian ilmu pengetahuan dapat dikatakan sebagai pengetahuan yang ilmiah. Pengetahuan yang telah disusun secara sistematis untuk memperoleh suatu kebenaran. Ilmu pengetahuan merupakan ilmu pasti. eksak, terorganisir, dan riil. c. Agama Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja religare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.[3]

Baik ilmu, filsafat maupun agama bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan dengan satu hal yang sama), yaitu kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenarantentang alam dan manusia Filsafat dengan wataknya sendiri pula menghampiri kebenaran, baik tentang alam, manusia dan Tuhan. Demikian pula dengan agama, dengan karakteristiknya pula memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia tentang alam, manusia dan Tuhan.[4] Walau demikian baik ilmu, filsafat, maupun agama juga mempunyai hubungan lain. Yaitu ketiganya dapat digunakan untuk memecahkan masalah pada manusia. Karena setiap masalah yang di hadapi hadapi oleh manusia sangat bermcam-macam. Ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan dengan agama seperti contohnya cara kerja mesin yang dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan.

2. Relasi dan Relevansi Antara Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama 1. Jalinan Filsafat dan Agama Terdapat beberapa asumsi terkait dengan jalinan filsafat dengan agama. Asumsi tersebu didasarkan pada anggapan manusia sebagai makhluk social. Saifullah memberikan ikhtisar dalam bagan yang lebih terperinci mengenai perbandingan jalinan agama dan filsafat.

Table perbandingan antara agama dan filsafat Agama

Filsafat

a. Agama adalah unsur mutlak dan a. Filsafat adalah salah satu unsure sumber kebudayaan. kebudayaan. b. Agama adalah ciptaan Tuhan.

b. Filsafat adalah hasil spekulasi manusia.

c. Filsafat menguji asumsi-asumsi science, dan science mulai dari asumsi tertentu. c. Agama adalah sumber-sumber asumsi dari filsafat dan ilmu pengetahuan d. Filsafat mempercayakan sepenuhnya (science). kekuatan daya pemikiran. d. Agama mendahulukan kepercayan dari e. Filsafat tidak mengakui dogma-dogma pada pemikiran. agama sebagai kenyataan tentang kebenaran. e. Agama mempercayai akan adanya kebenaran dan khayalan dogma-dogma agama.

Dengan demikian terlihat bahwa peran agama dalam meluruskan filsafat yang spekulatif terhadap kebenaran mutlak yang terdapat dalam agama. Sedangkan peran filsafat terhadap agama adalah membantu keyakinan manusia terhadap kebenaran mutlak itu dengan pemikiran yang kritis dan logis.[5]

2. Jalinan Filsafat dan Ilmu Antara filsafat dan ilmu mempunyai persamaan, dalam hal bahwa keduanya merupakan hasil ciptaan kegiatan pikiran manusia, yaitu berfikir filosofis, spkulatif dan empiris ilmiah. Namun ke-eksakan pengetahuan filsafat tidak mungkin diuji seperti pengetahuan ilmu. Yang pertama tersusun dari hasil riset dan eksperimen antara ilmu dan filsafat juga mempunyai perbedaan, terutama untuk filsafat menuntukan tujuan hidup sedangkan ilmu menentukan sarana untuk hidup. Filsafat disebut sebagai induk dari ilmu pengetahuan. Hal ini didasarkan pada perbedaan berikut ini

1. Mengenai lapangan pembahasan 2. Mengenai tujuannya 3. Mengenai cara pembahasannya 4. Mengenai kesimpulannya a. Persamaan Antara ilmu, filsafat dan agama ketiganya mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh kebenaran. Walaupun dalam mencari kebenaran tersebut baik ilmu, filsafat maupun agama mempunyai caranya sendiri-sendiri. Ilmu dengan metodenya mencari kebenaran tentang alam, termasuk manusia dan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Filsafat dengan wataknya menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia yang tidak dapat dijawab oleh ilmu. Sedangkan agama dengan kepribadiannya memberikan persoalan atas segala persoalan yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam, manusia maupun tentang tuhan.[6]

C. Relasi Ilmu Pengetahuan dan Agama Ilmu Pengetahuan dan Agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan manusia. Dikatakan terkait karena keduanya tidak dapat bergerak dan berkembang apabila tidak ada alat dan tenaga utama yang berada di dalam diri manusia. Alat dan tenaga utama manusia adalah akal pikir dan keyakinan sehingga dengan kedua hal tersebut manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi dirinya.[38] Ilmu pengetahuan dapat bergerak dan berkembang berkat adanya akal pikiran manusia, sedangkan agama dapat bergerak dan berkembang berkat adanya keyakinan. Dikatakan reflektif karena ilmu pengetahuan dan agama baru dapat dirasakan faedahnya dalam kehidupan manusia apabila keduanya merefleksi dalam diri manusia.[39] Ilmu mendasarkan pada akal pikir lewat pengalaman dan indra, sedangkan agama mendasarkan pada keyakinan terhadap otoritas wahyu.[40] Ilmu Pengetahuan yang sejati haruslah mendasarkan pada agama. Apabila ilmu pengetahuan tidak berdasarkan pada agama dan hanya semata-mata berdasarkan pada akal pikir saja, ilmu pengetahuan tersebut tidak akan memuat kebenaran ojektif karena yang memberikan penerangan dan putusan adalah akal pikiran.[41] Sementara itu, kesanggupan akal pikiran terbatas sehingga ilmu pengetahuan yang hanya berdasarkan pada akal pikir semata-mata tidak akan sanggup memberi kepuasan bagi manusia, terutama dalam rangka pemahamannya terhadap yang gaib.[42]

Related Documents


More Documents from "Kevin Bran"

Timah.docx
October 2019 21
1.docx
October 2019 25
2017.docx
October 2019 19
Mod.iicont.adm.ii (1).pdf
November 2019 18