167032105.pdf

  • Uploaded by: Nuzulprima Diyelladhea
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 167032105.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 41,091
  • Pages: 211
Universitas Sumatera Utara Repositori Institusi USU

http://repositori.usu.ac.id

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Tesis Magister

2019

Pengaruh Dukungan Sosial, Self Efficacy dan Distress Emosi Terhadap Perilaku Perawatan Diri pada Penderita DM Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 Situmorang, Susy Hariaty Universitas Sumatera Utara http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/10993 Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL, SELF EFFICACY DAN DISTRESS EMOSI TERHADAP PERILAKU PERAWATAN DIRI PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI PUSKESMAS KOTA MATSUM KOTA MEDAN TAHUN 2018

TESIS

Oleh

SUSY HARIATY SITUMORANG 167032105

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

THE INFLUENCE OF SOCIAL SUPPORT, SELF EFFICACY AND EMOTIONAL DISTRESS ON SELF CARE BEHAVIOR IN PATIENTS WITH DM TYPE 2 AT PUSKEMAS KOTA MATSUM, MEDAN, IN 2018

THESIS

By

SUSY HARIATY SITUMORANG 167032105

MASTER IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL, SELF EFFICACY DAN DISTRESS EMOSI TERHADAP PERILAKU PERAWATAN DIRI PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI PUSKESMAS KOTA MATSUM KOTA MEDAN TAHUN 2018

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.KM) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Promosi Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUSY HARIATY SITUMORANG 167032105

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Judul Tesis

: Pengaruh Dukungan Sosial, Self Efficacy dan Distress Emosi terhadap Perilaku Perawatan Diri pada Penderita DM Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018

Nama Mahasiswa Nomor Induk Mahasiswa Program Studi Peminatan

: : : :

Susy Hariaty Situmorang 167032105 S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Promosi Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D) Ketua

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) Anggota

Ketua Program Studi S2

Dekan

(Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D)

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

Tanggal Lulus: 23 Agustus 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Telah diuji Pada tanggal : 23 Agustus 2018

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota

: Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D : 1. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M 2. Prof. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D 3. Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERNYATAAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL, SELF EFFICACY DAN DISTRESS EMOSI TERHADAP PERILAKU PERAWATAN DIRI PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI PUSKESMAS KOTA MATSUM KOTA MEDAN TAHUN 2018

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 23 Agustus 2018

Susy Hariaty Situmorang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penyakit Diabetes Melitus (DM) saat ini menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar di dunia karena berdampak pada menurunnya produktivitas dan mutu sumber daya manusia. Motivasi pasien DM tipe 2 dapat berfluktuasi disebabkan oleh dukungan dan keyakinan dirinya sehingga dapat menimbulkan masalah psikologis. Masalah psikologis ini dapat mempengaruhi klien untuk melakukan perawatan diri. Perilaku perawatan diri yang berjalan kurang baik akan berdampak pada keberhasilan penatalaksanaan pasien DM. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum dan sampel sebanyak 49 orang. Data diperoleh dengan wawancara kuesioner dan observasi. Analisis data bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square dan multivariat dengan uji statistik regresi logistik berganda pada α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan dukungan sosial (pvalue 0,002), self efficacy (p-values 0,011), dan distress emosi (p-values 0,004) dengan perilaku perawatan diri pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan. Variabel yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap perilaku perawatan diri pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan adalah dukungan sosial dengan p=0,049 dan exp (B) sebesar 7,097. Penderita DM tipe 2 yang memiliki dukungan sosial akan melakukan perawatan diri sebesar 24% dibandingkan penderita yang tidak memiliki dukungan sosial. Disarankan kepada petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan sosialisasi kepada penderita DM tipe 2 tentang pentingnya perilaku perawatan diri dan layanan kesehatan yang ada dikolaborasikan dengan aspek psikologis dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kejadian diabetes khususnya di Puskesmas Kota Matsum. Kata Kunci: Dukungan Sosial, Diabetes Melitus, Perilaku Perawatan Diri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRACT

Diabetes Mellitus today has become the biggest health problem in the world as it affects on the reduction of productivity and human resources. Motivation of diabetes mellitus type two patients can be fluctuated depending upon the support and self confidence that lead to psychological problems. These psychological problems can influence patients to perform good self- care. A poor self-care will have influence on the success of diabetes mellitus patient ma nagement. This is an analytical research with cross-sectional design. The population was all diabetes mellitus type two patients at Matsum helath centre, and the samples were 49 persons. The data were collected through interview, questionnaires and observation. Bivariate analysis was performed by using chi-square test and the multivariate analysis was done by using Multiple Logistic Regression testing at ɑ = 95%. The results of the research showed that there was a correlation of social support (p-value 0.002), self efficacy (p-values 0.011), and emotional distress (pvalue 0.004) with self care behavior in diabetes mellitus type two patients at helath centre Kota Matsum, Medan. The variable with the most dominant influence on self care behavior of the patients were social support with p= 0.049 and exp (B) 7.097. DM type 2 patients who received social support will take self care 24% higher than those who did not have any social support. It is suggested that health personnel improve socialization to diabetes mellitus type two patients about the importance of self care behavior; and that health services be collaborated with psychological and social aspects so that it can reduce the prevalence of diabetes, particularly in Matsum helath centre.

Keywords: Social Support, Diabetes Mellitus, Self Care Behavior

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus Juru Selamat dan Penolongku, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Pengaruh Dukungan Sosial, Self Efficacy dan Distress Emosi terhadap Perilaku Perawatan Diri pada Penderita DM Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018”. Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 4. Destanul Aulia, S.K.M., M.BA, M.Ec, Ph.D selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 5. Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D selaku ketua pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penyempurnaan tesis ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku Anggota Pembimbing yang telah membimbing penulis dan penyempurnaan tesis ini. 7. Prof. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D dan Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D selaku Komisi Penguji yang telah memberikan arahan dalam penyempurnaan tesis ini. 8. drg.Hj. Usma Polita Nasution M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar, yang telah memberikan izin penelitian dan memberikan informasi terkait dalam penyelesaian tesis ini. 9. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan. 10. Seluruh Pegawai di Kantor Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah banyak membantu dan turut berpartisipasi dalam penelitian ini. 11. Terima kasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada orangtua Bapak dan Mama, karena kasih sayang, didikan, dukungan, semangat, serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini. 12. Teristimewa buat suamiku Thomas Efrata Pandawa Tarigan M.Pd.K yang selalu memberikan motivasi, perhatian, kasih sayang, dan dukungan dalam segala hal kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 13. Sahabat-sahabat seperjuangan S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Lambok Nita Situmorang, Venny Yuasnita Damanik dan teman-teman lain yang tidak dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

disebut satu persatu khususnya Peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Angkatan tahun 2016 yang telah membantu dan memberikan masukan serta saran untuk kesempurnaan tesis ini. 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini. Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu maupun pustaka yang ditinjau, penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan pengembangan lanjut agar benar-benar bermanfaat. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan penulisan tesis ini, serta sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian dan penulisan karya ilmiah di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan dibidang promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Medan, 23 Agustus 2018 Penulis,

Susy Hariaty Situmorang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RIWAYAT HIDUP

Susy Hariaty Situmorang dilahirkan di Medan pada tanggal 30 Agustus 1988. Anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Halomoan Situmorang dan Besniaty Sihombing. Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan SD Negeri I Pabaki IV Kota Bandung tahun 1995-2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negeri 6 Kota Bandung tahun 2001-2004, SLTA di SMA Khatolik St. Petrus Kota Medan tahun 2004-2007, S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel tahun 2007-2011, dan pada tahun 2016 melanjutkan pendidikan di Program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Pengalaman bekerja penulis pernah menjadi staf pengajar di Akademi Kebidanan dan Keperawatan Darmo Medan dan Staf Pengajar di Akademi Kebidanan dan Keperawatan Dewi Maya tahun 2011-2013.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ........................................................................................................... i ABSTRACT ........................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv DAFTAR ISTILAH .............................................................................................. xvi BAB 1.

PENDAHULUAN .............................................................................

1

Latar Belakang .......................................................................... Rumusan Masalah .................................................................... Tujuan Penelitian ..................................................................... Manfaat Penelitian ...................................................................

1 12 12 12

1.1. 1.2. 1.3. 1.4. BAB 2.

TINJAUAN TEORI .......................................................................... 14 2.1. Perilaku ..................................................................................... 2.1.1 Defenisi Perilaku ............................................................ 2.1.2 Perilaku Kesehatan ......................................................... 2.1.3 Determinan Perilaku Kesehatan ..................................... 2.1.4 Domain Perilaku ............................................................. 2.2. Dukungan Sosial ...................................................................... 2.2.1 Pengertian Dukungan Sosial .......................................... 2.2.2 Bentuk Dukungan Sosial ................................................ 2.2.3 Sumber-Sumber Dukungan Sosial ................................. 2.2.4 Pentingnya Dukungan Sosial.......................................... 2.2.5 Faktor-Faktor yang Menghambat Pemberian Dukungan Sosial .............................................................................. 2.3. Keyakinan Kemampuan Diri (Self Efficacy) ............................ 2.3.1 Definisi Self-Efficacy ..................................................... 2.3.2 Sumber Self-Efficacy ...................................................... 2.3.3 Proses-proses Self-Efficacy ............................................ 2.3.4 Dimensi Self-Efficacy ..................................................... 2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy ...................... 2.4. Konsep Diabetes Distress ........................................................ 2.4.1 Pengertian .......................................................................

14 14 14 15 15 21 21 22 24 25 26 27 27 27 28 30 30 32 32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.4.2 Faktor yang Berhubungan dengan Diabetes Distress .... 33 2.4.3 Sub Skala Emosional Diabetes Distress ....................... 34 2.4.4 Pengukuran Tingkat Stres .............................................. 35

2.5. Diabetes Mellitus ..................................................................... 2.5.1 Diagnosis ........................................................................ 2.5.2 Klasifikasi ...................................................................... 2.5.3 Penyebab ........................................................................ 2.5.4 Komplikasi ..................................................................... 2.5.5 Penatalaksanaan ............................................................. 2.6. Konsep Perawatan Diri (Self Care) ......................................... 2.6.1 Aplikasi Teori Orem pada DM ...................................... 2.6.2 Pengertian Perawatan Diri (Self Care) ........................... 2.6.3 Perilaku Perawatan Diri pada Diabetes Mellitus ........... 2.6.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Diri ................................................................................. 2.6.5 Pengukuran Perawatan Diri ............................................ 2.7. Landasan Teori ........................................................................ 2.8. Kerangka Konsep ..................................................................... 2.9. Hipotesis Penelitian ................................................................. BAB 3.

55 58 58 63 63

METODE PENELITIAN .................................................................. 65 3.1. Jenis Penelitian ......................................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................ 3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................... 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 3.3.1 Populasi .......................................................................... 3.3.2 Kriteria Subyek Penelitian ............................................. 3.3.3 Sampel ............................................................................ 3.4. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 3.4.1 Data Primer .................................................................. 3.4.2 Data Sekunder ............................................................... 3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran .......................... 3.6. Metode Analisis Data ...............................................................

BAB 4.

38 39 41 43 45 47 50 50 52 55

65 65 65 66 66 66 66 67 68 68 69 69 70

HASIL PENELITIAN ........................................................................ 72 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian .................................................... 4.2. Analisis Univariat ................................................................... 4.2.1 Responden Penelitian ...................................................... 4.2.1.1. Umur Responden ............................................... 4.2.1.2. Jenis Kelamin ....................................................

72 72 73 73 73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.2.1.3. Pendidikan ........................................................ 4.2.1.4. Pekerjaan ........................................................... 4.2.1.5. Status Merokok .................................................. 4.2.1.6. Konsumsi Obat ................................................. 4.2.1.7. Lama Menderita DM ........................................ 4.2.2 Dukungan Sosial ............................................................ 4.2.2.1. Appraisal Support ............................................. 4.2.2.2. Tangiabel Support ............................................. 4.2.2.3. Self Esteem Support ........................................... 4.2.2.4. Belonging Support ............................................ 4.2.3 Self Efficacy ................................................................... 4.2.3.1. Magnitude ......................................................... 4.2.3.2. Generality ......................................................... 4.2.3.3. Strength ............................................................. 4.2.4 Distress Emosi ............................................................... 4.2.4.1. Beban Emosi ..................................................... 4.2.4.2. Keterkaitan Tenaga Kesehatan ......................... 4.2.4.3. Kesulitan Perawatan Diri .................................. 4.2.4.4. Interpersonal Distress ....................................... 4.2.5 Persentase Jawaban Responden ..................................... 4.2.5.1. Dukungan Sosial ............................................... 4.2.5.2. Self Efficacy ....................................................... 4.2.5.3. Distress Emosi .................................................. 4.2.5.4. Perilaku Perawatan Diri .................................... 4.3. Analisis Bivariat ....................................................................... 4.3.1 Hubungan Dukungan Sosial ........................................... 4.3.2 Hubungan Self Efficacy ................................................... 4.3.3 Hubungan Distress Emosi ............................................... 4.4. Analisis Multivariat .................................................................. BAB 5.

74 74 75 76 76 77 77 78 78 78 79 79 80 80 81 81 81 82 82 83 83 87 91 95 97 98 98 99 100

PEMBAHASAN ............................................................................... 103 5.1. Responden Penelitian ................................................................. 5.2. Karakteristik Responden ........................................................... 5.2.1. Umur Responden ........................................................... 5.2.2. Jenis Kelamin Responden .............................................. 5.2.3. Pendidikan ..................................................................... 5.2.4. Pekerjaan Responden ..................................................... 5.3. Konsumsi Obat .......................................................................... 5.4. Lama Menderita DM ................................................................. 5.5. Dukungan Sosial ........................................................................ 5.6. Self Efficacy ............................................................................... 5.7 Distress Emosi ...........................................................................

103 104 104 105 106 107 108 109 111 114 115

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5.8 Pengaruh Dukungan Sosial dengan Perilaku Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan .................................................................. 5.9 Pengaruh Self efficacy dengan Perilaku Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan ................................................................................ 5.10 Pengaruh Distress Emosi dengan Perilaku Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan .................................................................. 5.11 Implikasi Penelitian.................................................................... 5.12 Keterbatasan Penelitian .............................................................. BAB 6.

117

120

124 128 129

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................

132

6.1. Kesimpulan................................................................................. 6.2. Saran ...........................................................................................

132 133

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

135

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR TABEL

No.

Judul

Halaman

3.1

Variabel, Cara dan Alat Ukur, Skala Ukur, dan Hasil Ukur ....................

69

4.1

Distribusi Frekuensi Umur Responden Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 .................

73

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ....

73

4.2

4.3

Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ............... 74

4.4

Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ................ 74

4.5

Distribusi Frekuensi Status Merokok Responden pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 75

4.6

Distribusi Frekuensi Konsumsi Obat Responden pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 . 76

4.7

Distribusi Frekuensi Lama Menderita DM Responden pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 . 76

4.8

Distribusi Dukungan Sosial pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ................................. 77

4.9

Distribusi Appraisal Support pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ................................ 77

4.10

Distribusi Tangiabel Support pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 .............................. 78

4.11

Distribusi Self Estem Support pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ................................ 78

4.12

Distribusi Belonging Support pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ................................. 79 Distribusi Self Efficacy pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas

4.13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ...................................................

79

4.14

Distribusi Magnitude pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ................................................... 80

4.15

Distribusi Generality pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ................................................... 80

4.16

Distribusi Strength pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ............................................................ 80

4.17

Distribusi Distress Emosi pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ................................. 81

4.18

Distribusi Beban Emosi pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ................................................... 81

4.19

Distribusi Keterkaitan Tenaga Kesehatan pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ............... 82

4.20

Distribusi Kesulitan Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ................................

82

4.21

Distribusi Interpersonal Distress pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ................................ 83

4.22

Distribusi Perilaku Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ................................. 83

4.23

Distribusi Item Pertanyaan Appraisal Support pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ............... 84

4.24

Distribusi Item Pertanyaan Tangiabel Support pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 .............. 85

4.25

Distribusi Item Pertanyaan Self Estem Support Pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 .............. 86

4.26

Distribusi Item Pertanyaan Belonging Support pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 .............. 87

4.27

Distribusi Item Pertanyaan Self Efficacy pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 .............. 87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.28

Distribusi Item Pertanyaan Generality pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ............................ 88

4.29

Distribusi Item Pertanyaan Strength pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ................................ 90

4.30

Distribusi Item Pertanyaan Beban Emosi Pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 .............. 92

4.31

Distribusi Item Pertanyaan Keterkaitan Tenaga Kesehatan pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ............................................................................................... 92

4.32

Distribusi Item Pertanyaan Kesulitan Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ................................................................................................................... 93

4.33

Distribusi Item Pertanyaan Interpersonal Distress pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 94

4.34

Distribusi Item Pertanyaan Perilaku Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ................................................................................................................... 95

4.35

Hubungan Dukungan Sosial dengan Perilaku Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ............................................................................................... 98

4.36

Hubungan Self Efficacy dengan Perilaku Perawatan Diri Pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ................................................................................................................... 99

4.37

Hubungan Distress Emosi dengan Perilaku Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 ............................................................................................... 99

4.38

Analisis Regresi Logistik Berganda .........................................................

100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR GAMBAR

No.

Judul

Halaman

2.1

Diagram Pengendalian DM dan Penyakit Metabolik lainnya................. 48

2.2

Kerangka Teori Penelitian ...................................................................... 60

2.3

Kerangka Teori ....................................................................................... 62

2.4

Kerangka Konsep .................................................................................... 63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Judul

Halaman

1. Kuesioner Penelitian ......................................................................................... 139 2. Master Data ...................................................................................................... 148 3. Lampiran SPSS ................................................................................................ 158 4. SK Pembimbing ................................................................................................ 189

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR SINGKATAN

AADE

: American Association Diabetes Educator

ADA

: American Diabetic Association

CRIPE

: Continous, Rhythmical, Interval, Progressive, Endurance Trainning

DASS 42

: Depression, Anxiety, Stress Scale 42

DDS

: Diabetes Diabetes Scale

DM

: Diabetes Mellitus

GDPT

: Glukosa Darah Puasa Terganggu

IDDM

: Insulin-Dependent Diabetes mellitus

IDMPS

: International Diabetes Management Practice Study

IGT

: Impaired Glucose Tolerance

IMT

: Indeks Massa Tubuh

KAD

: Kondisi Ketoasidosis Diabetika

KGD

: Kadar Glukosa Darah

PTM

: Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular

SDSCA

: Summary of Diabetes Self Care Activities

SMBG

: Self-Monitoring Blood Glucose

TGT

: Toleransi Glukosa yang Terganggu

TGT

: Toleransi Gula Terganggu

TTGO

: Tes Toleransi Glukosa Oral

WHO

: World Health Organization

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) saat ini menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar di dunia karena berdampak pada menurunnya produktivitas dan mutu sumber daya manusia (Zahtamal, 2007; Trisnawati dan Setyorogo, 2013). Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit jangka panjang atau kronis yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah (glukosa) jauh di atas normal. Data global menunjukkan bahwa terdapat 415 juta penderita DM di seluruh dunia (1 dari 11 orang menderita DM) dan diperkirakan akan menjadi 642 juta orang pada tahun 2040. Diperkirakan 1 dari 10 orang dewasa akan menderita diabetes pada tahun 2040. Saat ini setiap 6 detik 1 orang meninggal akibat diabetes jumlah kematian orang dewasa yang tertinggi di dunia adalah karena penyakit DM yaitu sebesar 5 juta kematian, jauh melebihi angka kematian yang disebabkan HIV/AIDS, tuberkolosis dan malaria (IDF, 2016). Penyakit DM adalah penyakit progresif yang ditandai dengan ketidakmampuan tubuh dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Penyakit ini bersifat kronis akibat dari pankreas tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Berdasarkan sekresi insulin endogen, terdapat 2 kategori utama DM, yaitu tipe 1 dan tipe 2. DM tipe 1 terjadi akibat penghancuran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

autoimun dari sel β penghasil insulin di pulau Langerhans pada pankreas dan ditandai dengan sedikitnya produksi insulin, lebih sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Peningkatan yang konstan (2,5-3% per tahun) dari jumlah diabetes tipe 1 yang telah dilaporkan di seluruh dunia, terutama terjadi pada kelompok anak kurang dari 4 tahun (Bilous; Donelly 2014). DM tipe 2 atau sering disebut dengan diabetes lifestyle disebabkan kurangnya sensitifitas jaringan sasaran (otot, jaringan adiposa, dan hepar) berespon terhadap insulin. Penurunan sensitifitas respon jaringan ini dikenal dengan resisten insulin dengan atau tanpa hiperinsulinemia. Sedangkan diabetes gestasional adalah hiperglikemia yang didapatkan saat kehamilan. Jenis DM yang paling banyak diderita adalah DM Tipe 2 yaitu hampir 90% dari seluruh diabetes (Kemenkes, 2014). Penyakit DM dan komplikasinya merupakan masalah yang besar terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia dan berdampak bagi produktifitas manusia secara langsung. Diabetes Mellitus menjadi ancaman bagi status pembangunan kesehatan. Penderita DM memiliki angka harapan hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan populasi normal. Penyakit ini juga mengakibatkan penderitanya mengalami keadaan disabilitas, kehilangan produktivitas serta menjadi beban bagi individu, keluarga dan masyarakat. Komplikasi penyakit DM bisa berupa akut yaitu hipoglikemi dan penyakit kronis seperti jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal, impotensi, kaki gangren yang bisa mengakibatkan kaki harus diamputasi, dan penyakit lainnya (Perkeni, 2011). Selain permasalahan fisik, penyakit ini juga dapat mengakibatkan permasalahan lain seperti masalah psikologis, sosial maupun ekonomi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Komplikasi DM yang berlangsung lama dapat mengakibatkan adanya peningkatan biaya perawatan dan pengobatan terutama pada pasien yang mengalami stroke, kebutaan, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, amputasi dan infeksi (Holt et al, 2010). Menurut Laporan International Diabetes Federation (IDF) tahun 2015, Indonesia termasuk dalam 10 besar jumlah penderita DM terbanyak di dunia. Tahun 2015 menduduki peringkat ke 7 dengan rata-rata jumlah penderita sebanyak 10 juta jiwa (8,7-10,9 juta) dan diperkirakan menjadi peringkat ke 6 pada tahun 2040 dengan rata-rata jumlah penderita 16,2 juta jiwa (14,3-17,7 juta). Prevalensi DM di Indonesia tahun 2015 sebanyak 8,7%, mengalami peningkatan sebanyak empat kali lipat dibandingkan data Riskesdas 2013 yang hanya sebesar 2,1% (IDF, 2016). Faktor risiko Diabetes Mellitus bisa dikelompokkan menjadi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras dan etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan DM, riwayat persalinan dengan BB bayi lebih dari 4000 gram ataupun riwayat Bayi Berat Lahir Rendah (< 2500 gram). Faktor risiko yang dapat dimodifikasi sering dikaitkan dengan perilaku hidup yang tidak sehat, seperti diet tidak seimbang/ tidak sehat yang menyebabkan berat badan lebih maupun obesitas abdominal/sentral, aktivitas fisik, hipertensi, stress dan merokok (Kemenkes, 2014). DM type 2 berkembang pada semua umur bahkan pada masa anak-anak dan remaja. Frekuensi diabetes meningkat terutama di negara berkembang disebabkan oleh perubahan gaya hidup dari tradisional dan agrikultur menjadi budaya perkotaan/ barat. Hal ini dapat terlihat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dengan banyaknya kasus DM tipe 2 di daerah perkotaan (urban) dibandingkan pedesaan (rural). Namun, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 memperlihatkan bahwa proporsi kejadian DM di perdesaan tidak lebih rendah daripada di perkotaan. Proporsi DM di pedesaan sebanyak 7%, sedangkan di perkotaan sebesar 6,8%. Untuk mencegah terjadinya komplikasi kronis, diperlukan pengendalian penyakit DM yang baik. Aspek pencegahan, perawatan diri, dan dukungan sosial bagi penyandang DM saat ini menjadi perhatian utama dan perlu dikembangkan (IDF, 2016). Tingkat produktivitas penyandang DM tipe 2 sangat dipengaruhi

oleh

pengelolaan penyakitnya. Jika pengelolaan dilakukan secara komprehensif maka kualitas hidup penyandang DM dapat tetap optimal (Soewondo & Tahapary, 2013). Penyakit DM tidak dapat disembuhkan, tetapi kadar gula darah dapat dikendalikan melalui terapi farmakologi dan nonfarmakologi yang sering disebut dengan 4 pilar penatalaksanaan DM yaitu : edukasi, perencanaan makan, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis. Pengelolaan DM yang bertujuan untuk mempertahankan kadar

gula

darah

dalam

rentang

normal

dapat

dilakukan

dengan

cara

nonfarmakologis, meliputi pengendalian berat badan, olahraga dan pengelolaan diet/ makan (Perkeni, 2011). Salah satu upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DM tipe 2 adalah melalui edukasi, yaitu dengan meningkatkan pengetahuan tentang DM dan faktor risikonya. Pengetahuan seseorang terhadap suatu penyakit dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku sehat. Penelitian oleh Zahtamal dkk (2007)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

menunjukkan bahwa pengetahuan seseorang tentang DM menjadi faktor protektif. Rendahnya pengetahuan tentang DM menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi penyakit ini. Pemberian program edukasi pada penderita DM dirasakan masih memiliki keterbatasan karena peran dari keikutsertaan peserta masih sedikit. Survei oleh American Association Diabetes Educator (AADE) memperlihatkan bahwa rata-rata kunjungan program ini adalah 50 kunjungan per bulan dan hanya 19% yang mencapai 51-100 kunjungan perbulan. Data dari International Diabetes Management Practice Study (IDMPS) di Indonesia memperlihatkan bahwa terdapat lebih dari 60% penderita DM yang tidak mengikuti program edukasi kesehatan (Soewondo & Tahapary, 2013). Berdasarkan

data

dari

Badan

Penelitian

Pengembangan

Kesehatan

(Balitbangkes, 2007) bahwa ada sekitar 75% penderita diabetes tidak mengetahui bahwa dirinya menderita DM sehingga tidak mendapat pengobatan dan perawatan yang cukup. Berdasarkan faktor perubahan perilaku makan, diet/ makan yang tidak sehat/ seimbang diyakini menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus DM tipe 2, ditandai dengan perubahan pola makan dari tradisional ke pola makan modern dengan konsumsi makanan dan minuman berisiko yang mengandung lemak, gula, dan garam yang tinggi tanpa diimbangi buah dan sayuran sebagai sumber serat. Suatu studi mengenai peran diet yang melibatkan lebih dari 10.000 partisipan berusia 35-55 tahun tersebut menemukan bahwa diet minuman bersoda (soft drink), burger, sosis, dan rendah serat dalam porsi yang besar berkontribusi terhadap 5,7% resistensi insulin (Bilous & Donelly, 2014). Faktor risiko utama terjadinya DM tipe 2 adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

obesitas dan kurangnya aktivitas fisik. Tingkat aktivitas fisik yang rendah akan mempengaruhi terjadinya DM tipe 2. Hal ini dapat disebabkan karena aktivitas fisik/ olahraga meningkatkan sensitivitas insulin dan membantu untuk mencegah obesitas. Diabetes Prevention Programme dan Diabetes Prevention Study di Amerika Serikat dan Finlandia telah membuktikan bahwa perubahan atau modifikasi gaya hidup dengan olahraga tingkat sedang dan penurunan berat badan dapat secara drastis mengurangi perburukan kondisi dari Toleransi Gula Terganggu (TGT) atau Impaired Glucose Tolerance (IGT) menjadi diabetes tipe 2 (Bilous & Donelly, 2014). Hal ini sejalan dengan dengan laporan WHO tahun 2015 yang menyatakan bahwa sekitar 3,2 juta kematian di dunia disebabkan aktivitas fisik yang tidak cukup. Berdasarkan Riskesdas tahun 2007, aktivitas fisik pada kelompok umur > 10 tahun sebanyak 48,2% dan prevalensinya mengalami penurunan menjadi 26,1 % pada hasil Riskesdas 2013. Beberapa studi epidemiologi yang semakin banyak juga memperlihatkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian DM tipe 2. Kunci utama terapi DM tipe 2 adalah melalui penyesuaian diet dan gaya hidup untuk mencegah dan mengatasi obesitas, strategi farmakologis dan nonfarmakologis untuk menurunkan kadar glukosa dan pengobatan untuk mengurangi risiko kardiovaskular terutama menurunkan tekanan darah dan kolestrol (Bilous & Donelly, 2014). Penanganan yang diberikan berupa program yang cukup ketat dan membutuhkan kemampuan self-care yang baik dan dititik beratkan sebagai upaya untuk mengontrol kadar gula darah. Secara umum diketahui bahwa tingkat kepatuhan dalam pengobatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

penyakit kronis dan perubahan gaya hidup merupakan masalah yang sulit dan hanya mencapai sekitar 50%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan dalam satu pengobatan tidak berhubungan dengan kepatuhan pada pengobatan lainnya. Sebagai contoh, kepatuhan dalam pengobatan medis lebih besar dibandingkan dengan kepatuhan dalam perubahan gaya hidup (Alam et al, 2016). Bentuk aktifitas perawatan diri yang merupakan kepatuhan dalam perubahan gaya hidup meliputi pengaturan nutrisi, aktifitas fisik, pemantauan kadar glukosa darah mandiri (Naderimagham et al, 2012; Schmitt et al, 2013). Penelitian yang berhubungan dengan perilaku perawatan diri penyandang DM dilakukan oleh Sukkarieh (2011) di Libanon. Penelitian yang menggunakan Summary of Diabetes Self Care Activities (SDSCA) mengukur aktifitas perawatan diri dalam 7 hari terakhir. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaturan diet rata-rata 3,07 hari, olahraga 1,36 hari, pemantauan kadar gula darah 2,49 hari, perawatan kaki 1,18 hari dan kepatuhan terhadap obat 6,58 hari. Kondisi ini menggambarkan bahwa masih rendahnya kepatuhan penyandang diabetes terhadap perilaku perawatan diri. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan diri diantaranya yaitu dukungan sosial, self efficacy dan distress emosi. Kurangnya dukungan sosial berdampak pada rendahnya aktifitas penyandang DM, distress emosional yang lebih besar, dan ketidakteraturan dalam kebiasaan diet (Goetz et al, 2012). Seperti yang ditemukan oleh Handayani dan Dewi (2009) mengemukakan adanya gangguan psikologis pada orang yang terdiagnosa penyakit diabetes mellitus yaitu depresi, kecemasan, kehilangan minat, mudah marah, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

tersinggung. Kadar gula yang tidak terkontrol, secara langsung maupun tidak langsung bisa menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi dimana ini juga akan menjadi salah satu faktor pemicu depresi karena orang dengan gangguan disfungsi ereksi akan cenderung rendah diri dan sulit menerima dirinya sendiri. Disfungsi ereksi sebagai ketidakmampuan yang konsisten untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksi untuk memuaskan hubungan seksual (Dody, 2013). Adapun faktor- faktor yang juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi pada pria dapat dibagi dua yaitu faktor psikis dan organ. Penyebab faktor psikis dilatarbelakangi oleh faktor kejenuhan, kekecewaan, hilangnya daya tarik terhadap pasangan, dan trauma seksual. Disfungsi ereksi pada penderita DM merupakan komplikasi yang terabaikan. Hal ini terjadi karena adanya faktor psikosial yang juga berperan pada fungsi seksual. Selain itu, adanya konsep bahwa disfungsi ereksi merupakan akibat dari proses penuaan juga menyebabkan hal ini sering diabaikan oleh dokter. Ditambah lagi, pengaruh sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat menyebabkan seksualitas menjadi suatu hal yang tabu untuk diperbincangkan. Padahal, disfungsi ereksi pada penderita DM merupakan penanda kondisi kontrol gula darah yang buruk. Penelitian yang dilakukan Putra, Nur dan Jon pada tahun 2017 menghasilkan bahwa ada hubungan dengan tingkat keeratan kuat antara diabetes distress dengan perilaku perawatan diri pada penyandang DM tipe 2. Nilai korelasi bersifat negatif yang berarti semakin tinggi diabetes distress maka semakin rendah perilaku perawatan diri, dan ini membuktikan bahwa orang yang memiliki kestabilan emosi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yang baik akan melakukan perawatan diri dengan baik pengaruh yang disebabkan oleh faktor psikologis terhadap diabetes, dimana keadaan terlalu memendam emosi atau terlalu mudah marah bisa meningkatkan induksi terjadinya diabetes. Klien dengan suasana hati seperti cemas, frustrasi, depresi, mudah marah, dapat memperburuk diabetes. Penelitian yang dilakukan Endang (2010) menghasilkan bahwa terdapat gambaran distorsi kognitif dan perilaku pengelolaan diabet secara negatif yang mengikutinya dan konsekuensinya pada pola proses kognitif-emosi-perilaku. Hasil penelitian lain yang dilakukan Kartika dan Husnat di tahun 2008 pada pasien Diabetes Mellitus secara kualitatif didapatkan data emosional negatif yang muncul tidak lama setelah program diet DM diterapkan pada 3 responden penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kadar gula darah dengan pengendalian emosi dan hubungannya bersifat terbalik yaitu bila kadar gula darah tinggi maka pengendalian emosi akan rendah, sebaliknya bila kadar gula darah rendah maka pengendalian emosi akan tinggi (Aini, 2017). Pada tingkat psikologis, stress berupa penolakan, khawatir, perasaan tidak berdaya serta stigma buruk tentang penyakit stres juga mampu menghasilkan perasaan negatif atau tidak konstruktif terhadap diri. Secara intelektual dapat berpengaruh terhadap persepsi dan kemampuan individu dalam memecahkan masalah. Pada pasien DM, self efficacy merupakan keyakinan pasien dalam bertindak dan berperilaku sesuai dengan harapan yang diinginkan oleh pasien maupun tenaga kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Penelitian yang dilakukan Rahman, Aulia dan Sukmarini (2017) mendapatkan hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Self efficacy dengan kepatuhan. Hubungannya kedua variabel tersebut positif dan sangat kuat. Hal ini menjelaskan bahwa semakin baik efikasi diri maka semakin baik pula kepatuhan pasien dalam melakukan perawatan diri. Penyakit DM di Kota Medan lebih banyak terjadi pada perempuan yaitu sebesar 1295 kasus. Hal ini membutuhkan perhatian dan tindak lanjut untuk pencegahan dan pengobatan, karena peningkatan prevalensi DM tipe 2 akan diikuti peningkatan komplikasi penyakit lainnya. Permasalahan penyakit DM dan akibat yang ditimbulkannya telah mendapat perhatian dunia, termasuk Pemerintah Indonesia. Kementrian Kesehatan juga telah mengembangkan beberapa program dalam pencegahan

dan

penanggulangan

penyakit

DM

seperti:

pencegahan

dan

penanggulangan faktor risiko; penemuan dini dan tata laksana kasus; surveilans epidemiologi; serta komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang DM (Kemenkes, 2014). Kementerian Kesehatan juga telah mengintegrasikan program pengendalian DM dalam program pengendalian penyakit tidak menular terintegrasi, antara lain: pendekatan faktor risiko penyakit tidak menular terintegrasi di fasilitas pelayanan primer (Pandu PTM); membentuk Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular); dan Sosialisasi Aksi CERDIK, PATUH dan Balai Gaya Hidup Sehat (Kementerian Kesehatan, 2011). Dalam mendukung program pengelolan DM, Dinas Kesehatan Kota Medan telah melakukan upaya pencegahan penyakit DM melalui sosialisasi program

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

CERDIK, memberikan pelatihan pada masyarakat dan memberikan alat untuk mengecek gula darah di Posbindu PTM. Berdasarkan laporan pola penyakit di Puskesmas Kota Matsum diketahui penyakit DM menempati urutan nomor 2 dari 10 kunjungan penyakit degeneratif. Dari hasil survei pendahuluan di Puskesmas Kota Matsum 7 orang dari 10 pasien DM tidak melakukan olahraga atau aktifitas fisik dikarenakan malas, sibuk dan adanya penyakit lain seperti asam urat. Selain itu, pengelolaan DM tipe 2 selama ini di puskesmas hanya bergerak pada kesehatan fisik yaitu mencegah komplikasi akut dan kronik, sedangkan aspek psikologis dan sosial belum terjangkau. Faktor lainnya yaitu tipe atau karakter orang Indonesia yang selalu membutuhkan dukungan dari orang lain terutama dalam kondisi sakit terbukti dari hasil wawancara peneliti terhadap 10 pasien DM 6 orang mengatakan bahwa mereka sering lupa minum obat dan tidak diingatkan bahkan malas untuk aktifitas fisik atau olahraga karena tidak ada teman dan 7 orang mengatakan mereka tidak yakin akan bisa sembuh. Selain itu dari wawancara dengan 15 pasien DM 11 dari mereka mengatakan bahwa mereka menjadi cepat marah dan mudah tersinggung karena merasa cemas dan merasa tidak berguna kepada keluarganya sehingga mereka malas untuk berobat dan merasa hidup tidak ada artinya dan selalu menjadi benalu bagi keluarganya. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui adakah pengaruh dukungan sosial, self efficacy dan stabilitas emosi terhadap perilaku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

perawatan diri pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: untuk menganalisis adakah pengaruh dukungan sosial, self efficacy dan distress emosi terhadap perilaku perawatan diri pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum.

1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis adakah pengaruh dukungan sosial, self efficacy dan distress emosi terhadap perilaku perawatan diri pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum.

1.4. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan ada manfaatnya terutama: a. Dengan diketahuinya hubungan dukungan sosial, self efficacy dan distress emosi terhadap perilaku perawatan diri pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum maka pengelolaan DM tipe 2 dapat dikolaborasikan dengan aspek psikologis dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kejadian diabetes. b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan di Klinik Diabetes Mellitus dalam menurunkan angka penyakit Diabetes Mellitus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

c. Sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan sekaligus menambah wawasan secara nyata bagi penulis. d. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian yang berhubungan dengan perawatan diri pada penderita DM tipe 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1

Perilaku

2.1.1. Defenisi Perilaku Perilaku yaitu suatu respon seseorang yang dikarenakan adanya suatu stimulus/ rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2012). Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup merupakan respon seseorang yang belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan perilaku terbuka merupakan respon dari seseorang dalam bentuk tindakan yang nyata sehingga dapat diamati lebih jelas dan mudah (Fitriani, 2011). 2.1.2. Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan merupakan suatu respon dari seseorang berkaitan dengan masalah kesehatan, penggunaan pelayanan kesehatan, pola hidup, maupun lingkungan sekitar yang mempengaruhi (Notoatmodjo, 2007). Menurut Becker, 1979 yang dikutip dalam Notoatmodjo (2012), perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga: a. Perilaku hidup sehat (healthy life style) Merupakan perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan dengan gaya hidup sehat yang meliputi makan menu seimbang, olahraga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yang teratur, tidak merokok, istirahat cukup, menjaga perilaku yang positif bagi kesehatan. b. Perilaku sakit (illness behavior) Merupakan perilaku yang terbentuk karena adanya respon terhadap suatu penyakit. Perilaku dapat meliputi pengetahuan tentang penyakit serta upaya pengobatannya. c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) merupakan perilaku seseorang ketika sakit. Perilaku ini mencakup upaya untuk menyembuhkan penyakitnya. 2.1.3. Determinan Perilaku Kesehatan a. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors) Faktor-faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah terjadinya suatu perilaku. Yang termasuk faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan lain-lain. b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) Faktor-faktor pemungkin merupakan faktor-faktor yang merupakan sarana dan prasarana untuk berlangsungnya suatu perilaku. Yang merupakan faktor pemungkin misalnya lingkungan fisik dan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan setempat. c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) Faktor-faktor penguat adalah faktor yang memperkuat terjadinya suatu perilaku. Yang merupakan faktor pendorong dalam hal ini adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas yang lain dalam upaya mempromosikan perilaku kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.1.4. Domain Perilaku Bloom dalam Syah (2008) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah atau domain perilaku ini, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor) yang dikenal dengan Konsep Taksonomi Bloom. Selanjutnya pada tahun 1990 dikembangkan oleh muridnya yang bernama Lorin Anderson dan hasil perbaikan dipublikasi pada tahun 2001. Salah satu alasan mengapa Anderson merevisi Taksonomi Bloom karena salah satu tahap yaitu tahap sintetis dan analisis sangat sulit sekali untuk dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Hasil perbaikan oleh Anderson dalam Konsep Taksonomi Bloom adalah sebagai berikut: 1.

Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut

Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya

kemampuan

menghafal,

memahami,

mengaplikasi,

menganalisis,

mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Terdapat 6 aspek atau jenjang proses berfikir dalam ranah kognitif, yaitu mulai dari tingkatan yang paling rendah hingga tingkatan yang paling tinggi. Adapun aspek-aspek tersebut adalah: a) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)/C1 Knowledge adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah. b) Pemahaman (comprehension)/C2 Pemahaman diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. c)

Penerapan (application)/C3 Penerapan

adalah

kesanggupan

seseorang

untuk

menerapkan

atau

menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman. d)

Analisis (analysis)/C4 Analisis yaitu kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu

bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

e)

Penilaian /penghargaan/evaluasi (evaluation)/C5 Penilaian atau evaluasi merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah

kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada. f)

Berkreasi (Create)/C6 Berkreasi merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif

dalam taksonomi Bloom. Create tidak harus selalu bermakna menciptakan „sesuatu yang baru‟, tapi create juga bisa berarti merancang, membangun, merencanakan, menyempurnakan, memproduksi, menemukan, memperkuat dan memperindah (Syah, 2008). 2.

Afektif Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan

kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif menjadi lebih rinci dalam lima jenjang, yaitu: a. Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Receiving atau attending adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Misalnya kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attending disebut juga sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. b. Responding (menanggapi) Responding mengandung arti adanya partisipasi aktif. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving, dimana seseorang tidak hanya menerima namun dapat menanggapi rangsangan yang ada. c. Valuing (menilai atau menghargai) Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di ditanamkan (internalized) dalam dirinya, dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. d. Organization (mengatur atau mengorganisasikan) Mengatur atau mengorganisasikan adalah proses mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya (Syah, 2008). Contoh nilai efektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan KTR (Kawasan Tanpa Rokok) di lingkungan sekolah. e. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai) Characterization by evalue or calue complex yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Pada tahap ini, proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap seseorang telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshophy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini seseorang telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dan dapat diramalkan. 3.

Psikomotor Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan

(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku) (Syah, 2008). Kecakapan psikomotor adalah segala aktivitas jasmaniah yang konkret dan mudah diamati, baik kualitasnya maupun kuantitasnya, karena sifatnya yang terbuka. Namun kecakapan psikomotor tidak terlepas dari kecakapan afektif, dengan kata lain kecakapan psikomotor seseorang merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya (Syah, 2008). Sebagai contoh, kemampuan psikomotor yang dibina dalam belajar kimia misalnya berkaitan dengan keterampilan menggunakan alat di laboratorium pada saat praktikum, melakukan pengamatan, menyampaikan hasil temuan, dan lain-lain.

2.2 2.2.1

Dukungan Sosial Pengertian Dukungan Sosial

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dukungan sosial adalah informasi atau umpan balik dari orang lain yang menunjukkan bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihargai, dan dihormati, dan dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan kewajiban yang timbal balik (King, 2012). Sedangkan menurut Ganster (dalam Apollo & Cahyadi, 2012) dukungan sosial adalah tersedianya hubungan yang bersifat menolong dan mempunyai nilai khusus bagi individu yang menerimanya. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga. Keluarga juga didefinisikan sebagai kelompok individu yang tinggal bersama dengan atau tidak adanya hubungan darah, pernikahan, adopsi dan tidak hanya terbatas pada keanggotaan dalam suatu rumah tangga (Friedmen, 2010). 2.2.2 Bentuk Dukungan Sosial Beberapa bentuk dukungan sosial menurut Cohen & Hoberman (dalam Isnawati & Suhariadi, 2013) yaitu: A. Appraisal Support Yaitu adanya bantuan yang berupa nasehat yang berkaitan dengan pemecahan suatu masalah untuk membantu mengurangi stressor. B. Tangiable support Yaitu bantuan yang nyata yang berupa tindakan atau bantuan fisik dalam menyelesaikan tugas. C. Self esteem support

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dukungan yang diberikan oleh orang lain terhadap perasaan kompeten atau harga diri individu atau perasaan seseorang sebagai bagian dari sebuah kelompok diamana para anggotanya memiliki dukungan yang berkaitan dengan self-esteem seseorang. D. Belonging support Menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari suatu kelompok dan rasa kebersamaan. Dukungan sosial memiliki tiga jenis manfaat, yaitu bantuan yang nyata, informasi, dan dukungan emosional menurut Taylor (King, 2012): 1)

Bantuan yang nyata Keluarga dan teman dapat memberikan berbagai barang dan jasa dalam situasi

yang penuh stres. Misalnya, hadiah makanan seringkali diberikan setelah kematian keluarga muncul, sehingga anggota keluarga yang berduka tidak akan memasak saat itu ketika energi dan motivasi mereka sedang rendah. Bantuan instrumental itu bisa berupa penyediaan jasa atau barang selama masa stres. Sedangkan menurut Apollo & Cahyadi (2012) bantuan yang nyata disebut dengan bentuk bantuan instrumental, yaitu berupa bantuan uang dan kesempatan. 2)

Informasi Individu yang memberikan dukungan juga dapat merekomendasikan tindakan

dan rencana spesifik untuk membantu seseorang dalam copingnya dengan berhasil. Teman-teman dapat memerhatikan bahwa rekan kerja mereka kelebihan beban kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dan menganjurkan cara-cara beginya untuk mengelola waktu lebih efisien atau mendelegasikan tugas lebih efektif. Bantuan informasi ini bisa berupa memberikan informasi tentang situasi yang menekan, seperti pemberitahuan tentang informasi mengenai pelaksanaan tes, dan hal tersebut akan sangat membantu. Informasi mungkin sportif jika ia relevan dengan penilaian diri, seperti pemberian nasehat tentang apa yang harus dilakukan (Taylor, 2009). Sedangkan menurut Apollo & Cahyadi (2012) dukungan informatif yang dimaksudkan adalah berupa nasehat, sugesti, arahan langsung, dan informasi. 3)

Dukungan emosional Dalam situasi penuh stres, individu seringkali menderita secara emosional dan

dapat mengembangkan depresi, kecemasan, dan hilang harga diri. Teman-teman dan keluarga dapat menenangkan seseorang yang berada dibawah stres bahwa ia adalah orang yang berharga yang dicintai oleh orang lain. Mengetahui orang lain peduli memungkinkan seseorang untuk mendekati stres dan mengatasinya dengan keyakinan yang lebih besar. Dukungan emosional berupa penghargaan, cinta, kepercayaan, perhatian, dan kesediaan untuk mendengarkan (Apollo & Cahyadi, 2012). Perhatian emosional yang diekspresikan melalui rasa suka, cinta atau empati, misalnya ketika dalam pertengkaran dengan seorang yang dicintai, maka ekspresi perhatian dari kawan sangatlah membantu (Taylor, 2009). 2.2.3 Sumber-Sumber Dukungan Sosial Sumber-sumber dukungan sosial menurut Goldberger & Breznitz (dalam Apollo & Cahyadi, 2012) adalah orang tua, saudara kandung, anak-anak, kerabat,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

pasangan hidup, sahabat rekan sekerja, dan juga tetangga. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wentzel dalam (Apollo & Cahyadi, 2012) bahwa sumber-sumber dukungan sosial adalah orang-orang yang memiliki hubungan yang berarti bagi individu, seperti keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan sekerja, saudara, dan tetangga, teman-teman dan guru di sekolah. Dukungan sosial dapat berasal dari pasangan atau patner, anggota keluarga, kawan, kontak sosial dan masyarakat, teman sekelompk, jamaah gereja atau masjid, dan teman kerja atau atasan anda di tempat kerja (Taylor, 2009). Dukungan orang tua berhubungan dengan kesuksesan akademis remaja, gambaran diri yang positif, harga diri, percaya diri, motivasi dan kesehatan mental. Dukungan sosial orang tua dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu dukungan yang bersifat positif dan dukungan yang bersifat negatif. Dukungan positif adalah perilaku positif yang ditunjukkan oleh orang tua, dukungan yang bersifat negatif adalah perilaku yang dinilai negatif yang dapat mengarahkan pada perilaku negatif anak. 2.2.4 Pentingnya Dukungan Sosial Dukungan sosial bisa efektif dalam mengatasi tekanan psikologis pada masa sulit dan menekan. Misalnya, dukungan sosial membantu mahasiswa mengatasi stresor dalam kehidupan kampus. Dukungan sosial juga membantu memperkuat fungsi kekebalan tubuh, mengurangi respons fisiologis terhadap stres, dan memperkuat fungsi untuk merespons penyakit kronis (Taylor, 2009). Hubungan sosial dapat membantu hubungan psikologis, memperkuat praktik hidup sehat, dan membantu pemulihan dari sakit hanya ketika hubungan itu bersifat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

sportif. Dukungan sosial mungkin paling efektif apabila ia “tidak terlihat”. Ketika kita mengetahui bahwa ada orang lain yang akan membantu kita, kita merasa ada beban emosional, yang mengurangi efektivitas dukungan sosial yang kita trima. Tetapi ketika dukungan sosial itu diberikan secara diam-diam, secara otomatis, berkat hubungan baiik kita, maka ia dapat mereduksi stres dan meningkatkan kesehatan. (Taylor, 2009). Menurut Kumalasari & Ahyani (2012) dukungan sosial selalu mencakup dua hal yaitu sebagai berikut: a.

Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia, merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas).

b.

Tingkat kepuasan akan dukungan sosial yang diterima yaitu berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas). Dukungan sosial bukan sekedar pemberian bantuan, tetapi yang penting adalah

bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan tersebut. Hal itu erat hubungannya dengan ketepatan dukungan sosial yang diberikan, dalam arti bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat bantuan bagi dirinya karena sesuatu yangaktual dan memberikan kepuasan. 2.2.5 Faktor-faktor yang Menghambat Pemberian Dukungan Sosial Faktor-faktor yang menghambat pemberian dukungan sosial adalah sebagai berikut (Apollo & Cahyadi, 2012):

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

a. Penarikan diri dari orang lain, disebabkan karena harga diri yang rendah, ketakutan untuk dikritik, pengaharapan bahwa orang lain tidak akan menolong, seperti menghindar, mengutuk diri, diam, menjauh, tidak mau meminta bantuan. b. Melawan orang lain, seperti sikap curiga, tidak sensitif, tidak timbal balik, dan agresif. c. Tindakan sosial yang tidak pantas, seperti membicarakan dirinya secara terus menerus, menganggu orang lain, berpakaian tidak pantas, dan tidak pernah merasa puas.

2.3 Keyakinan Kemampuan Diri (Self-Efficacy) 2.3.1

Definisi Self-Efficacy Konsepn self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura yang dikenal

dengan teori sosial kognitif pada tahun 1986. Self efficacy ialah keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya dalam mencapai tujuan tertentu sesuai harapan (Bandura, 1997 dalam Kusuma & Hidayati, 2013). Self efficacy pada pasien DM berfokus pada keyakinan penderita DM untuk berperilaku yang mendukung perbaikan penyakitnya (Ngurah & Sukmayanti, 2014). 2.3.2 Sumber Self-Efficacy Self-efficacy berkembang melalui empat sumber utama, yaitu: 1) Pengalaman telah dilalui dan pencapaian prestasi Pengalaman akan kesuksesan adalah sumber yang paling besar pengaruhnya terhadap self efficacy individu karena didasarkan pada pengalaman otentik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pengalaman akan kesuksesan menyebabkan self efficacy individu meningkat, sementara kegagalan yang berulang mengakibatkan menurunnya self efficacy. Beberapa kesulitan dan kegagalan diperlukan untuk mengajarkan bahwa kesuksesan membutuhkan usaha, seseorang yang memiliki keyakinan akan sukses maka akan mendorongnya untuk bangkit dan berusaha (Ariani, 2011; Wantiyah, 2010). 2) Pengalaman individu lain Pengamatan individu akan keberhasilan individu lain pada bidang tertentu akan meningkatkan self efficacy individu tersebut pada bidang yang sama. Seseorang dapat belajar dari pengalaman individu tersebut untuk mendapatkan seperti yang didapatkan oleh orang tersebut (Ariani, 2011; Rhondianto, 2012). 3) Persuasi verbal Persuasi verbal dipergunakan untuk meyakinkan individu dan mempengaruhi bagaimana seseorang bertindak atau berperilaku. Dengan persuasi verbal, individu mendapatkan sugesti bahwa ia mampu mengatasi masalah yang akan dihadapi (Ariani, 2011; Kusuma & Hidayati, 2013). 4) Keadaan fisiologis dan emosional Kondisi emosi dan keadaan fisiologis yang dialami individu mempengaruhi self efficacy seseorang dalam mengambil keputusan. Keadaan fisik seperti nyeri, kelemahan, dan ketidaknyamanan dianggap sebagai hambatan fisik yang dapat mempengaruhi efikasi diri seseorang. Kondisi emosional juga dapat mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan (Wantiyah, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.3.3

Proses-proses Self-Efficacy Bandura (1994) menyatakan bahwa self efficacy terbentuk melalui 4 proses

yaitu: 1) Proses kognitif Efikasi diri mempengaruhi bagaimana pola pikir yang dapat mendorong atau menghambat perilaku seseorang. Sebagian besar individu dalam bertindak akan berpikir terlebih dahulu. Seseorang yang mempunyai efikasi diri yang tinggi akan memvisualisasikan skenario keberhasilan sebagai panduan positif dalam mencapai tujuannya, sedangkan seseorang yang memiliki efikasi rendah lebih banyak membayangkan kegagalan yang menghambat dalam mencapai tujuan (Rini, 2011; Wantiyah, 2010). 2) Proses motivasi Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan berperilaku sesuai tujuan di dasari oleh aktivitas kognitif. Proses motivasi terbentuk dalam 3 teori pemikiran yaitu causal attribution (atribusi penyebab), outcome expectancies (harapan akan hasil), dan goal theory (teori tujuan). Keyakinan mempengaruhi atribusi kausal seseorang, di mana jika individu memiliki efikasi rendah, mereka cenderung menganggap kegagalan akibat dari rendahnya kemampuan diri (Rini, 2011). 3) Proses afeksi Afeksi terjadi secara alami dalam diri individu dan berperan dalam menentukan pengalaman emosional. Keyakinan seseorang akan kemampuannya mempengaruhi seberapa stress/depresi yang dapat diatasi. Seseorang yang yakin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dapat mengendalikan masalah maka dia tidak akan mengalami gangguan pola pikir, tetapi pada seseorang yang tidak percaya dapat mengatasi masalah maka akan mengalami kecemasan yang tinggi (Ariani, 2011). 4) Proses seleksi Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan individu untuk menyeleksi tingkah laku dan lingkungan yang sesuai dengan kemampuannya. Seseorang akan menghindari sebuah aktivitas dan lingkungan bila orang tersebut tidak mampu melakukannya. Bagi mereka yang siap dengan berbagai tantangan dan situasi, maka mereka menilai dirinya mampu untuk melakukannya (Rini, 2011). 2.3.4

Dimensi Self-Efficacy Dimensi self efficacy menurut Bandura terdiri dari 3 dimensi. Dimensi yang

pertama yaitu magnitude, dimensi ini berfokus pada tingkat kesulitan terkait dengan usaha yang dilakukannya (Rhondianto, 2012). Dimensi yang kedua adalah generality, dimensi ini berkaitan dengan luasnya cakupan tingkah laku yang diyakini mampu dilakukan (Ariani, 2011). Dimensi yang ketiga adalah strength, dimensi ini berfokus pada kekuatan/keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam pengelolaan penyakitnya (Rini, 2011; Rhondianto, 2012). 2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy Beberapa faktor yang mempengaruhi dengan self efficacy, yaitu: 1) Usia self efficacy berkembang seiring dengan bertambahnya usia, dengan bertambahnya pengalaman dan perluasan lingkungan pergaulan (Wantiyah, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Menurut Potter dan Perry usia 40-65 tahun disebut sebagai tahap keberhasilan, yaitu waktu untuk pengaruh maksimal, membimbing, dan menilai diri sendiri, sehingga pasien memiliki self efficacy yang baik (Ariani, 2011). 2) Tingkat pendidikan Salah satu proses pembentukan self efficacy adalah melalui proses kognitif (Ariani, 2011). Penelitian Wu et al., (2006) menunjukan bahwa dengan tingkat pendidikan tinggi maka memiliki self efficacy dan perilaku perawatan yang baik. Pasien DM dengan pendidikan tinggi lebih mudah mengakses informasi terkait penyakitnya sehingga lebih yakin dalam melakukan perawatan diri untuk mencegah terjadinya komplikasi yang diakibatkan oleh DM (Ngurah & Sukmayanti, 2014). 3) Lama menderita DM Pasien yang menderita DM ≥ 11 tahun memiliki self efficacy lebih baik dari penderita DM <10 tahun, hal ini disebabkan karena penderita DM tersebut telah berpengalaman mengelola penyakitnya (Wu et al., 2006). Menurut Bai et al., (2009) hal ini terjadi karena pasien dapat mempelajari perilaku perawatan diri berdasarkan pengalaman yang sudah diperolehnya sehingga pasien memiliki keyakinan dalam aktivitas self care nya. 4) Penghasilan Status sosial ekonomi dan pengetahuan mengenai DM mempengaruhi seseorang untuk melakukan manajemen perawatan diri (Firmansyah, 2015). Faktor penghasilan berkontribusi dalam self efficacy karena hal tersebut membantu dalam mendapatkan akses pelayanan kesehatan (Rondhianto, 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5) Dukungan keluarga Pasien DM tipe 2 yang berad dalam lingkungan keluarga dan diperhatikan oleh anggota keluarganya dapat meningkatkan motivasi dan kepatuhan dalam melaksanakan perawatan diri, adanya dukungan keluarga sangat membantu pasien DM dalam meningkatkan keyakinannya dalam melakukan perawatan diri (Kusuma & Hidayati, 2013; Pertiwi, 2015). 6) Depresi Depresi berhubungan dengan kondisi emosional seseorang, dimana kondisi emosional ini mempengaruhi dalam pengambilan keputusan terkait efikasi dirinya (Peilouw & Nursalim, 2013). Pasien DM tipe 2 yang mengalami depresi cenderung lebih mudah menyerah dengan keadaannya dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami depresi (Kusuma & Hidayati, 2013). 7) Motivasi Motivasi adalah dorongan yang berasal dari dalam diri ataupun dari luar individu untuk melakukan tugas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma dan Hidayati menyatakan bahwa responden yang memiliki motivasi baik memiliki peluang 4,313 efikasi diri baik dibandingkan dengan motivasi rendah, hal ini mempengaruhi dalam manajemen DM. 2.4 Konsep Diabetes Distress 2.4.1 Pengertian Diabetes distress merupakan masalah emosional yang unik yang berhubungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

langsung dengan beban dan kekhawatiran dari hidup dengan penyakit kronis. Kondisi ini ditandai dengan „khawatir, frustrasi, kekhawatiran, dan mungkin sedikit kelelahan‟. Emosi ini dapat terkait, misalnya, kekhawatiran tentang pengobatan yang tepat atau berkomunikasi secara efektif dengan penyedia layanan kesehatan (Gebel, 2013). 2.4.2 a.

Faktor yang Berhubungan dengan Diabetes Distress Usia Usia dewasa berpengaruh terhadap tingginya diabetes distres. Usia dewasa memiliki tambahan stres terhadap tanggung jawab sebagai kepala keluarga, pekerjaan, dan ekonomi dan diabetes juga dapat berkontribusi terhadap tingginya tingkat stres, sehingga menjadi penting untuk menilai stres yang berkaitan dengan diabetes (misalnya, kesusahan terkait interpersonal dan beban emosi) (Wardian, 2014).

b.

Indeks Massa Tubuh Indeks massa tubuh berkorelasi signifikat terhadap diabetes distress setelah mengontrol variabel lain. Stigma kelebihan berat badan berhubungan erat dengan tekanan psikologis, sehingga pelayanan kesehatan perlu membantu pasien untuk menjaga berat badan agar mengurangi diabetes distres dan memiliki efek pada diet dan aktivitas fisik, efikasi diri (Wardian, 2014).

c.

Pelayanan kesehatan profesional Pelayanan kesehatan terlibat dalam mendukung penyandang DM tipe 2 dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

meningkatkan efikasi diri untuk meningkatkan keterlibatan dalam melakukan self-care. Orang dengan diabetes perlu belajar ketrampilan dan strategi dalam melakukan aktivitas mandiri sampai mereka mampu menguasainya, sehingga penyandang DM tipe 2 dapat mengubah perilaku serta kebiasaan buruk yang tidak kondusif terhadap kesehatan (Wardian, 2014). d.

Efikasi Diri Efikasi diri merupakan kepercayaan diri pasien dalam melakukan perilaku perawatan diri. Efikasi diri yang positif dikaitkan dengan manajemen mandiri diabetes, sehingga pasien dengan tingkat efikasi diri yang baik akan meningkatkan perawatan diri serta mengalami penurunan distres diabetes dan meninkatkan kepercayaan diri dalam melakukan manajemen perawatan diri untuk meningkatkan hasil kesehatan (Wardian, 2014)

2.4.3 Sub Skala Emosional Diabetes Distress a.

Beban Emosional Penyandang DM yang mengalami beban emosional akan merasa lelah mental dan fisik setiap harinya. Mereka dalam keadaan marah, takut, dan tertekan ketika mereka memikirkan tentang diabetes dan mereka berfikir bahwa diabetes mengendalikan hidup mereka. Mereka cenderung khawatir terhadap komplikasi panjang dan kewalahan dengan tuntutan hidup dengan diabetes (Mascott, 2015).

b.

Keterkaitan dengan Tenaga Kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Hubungan baik dengan tenaga kesehatan perlu meyakinkan dalam pemahaman terkait diabetes dan perawatan diabetes. Terkadang tenaga kesehatan memiliki harapan yang tidak realistis terhadap penyandang DM. mereka ingin mengubah gaya hidup sesuai dengan diagnosa DM tanpa mempertimbangkan pentingnya kesadaran diri dan kesiapan mengubah diri (Mascott, 2015). c.

Kesulitan Perawatan Diri Domain Kesulitan dalam perawatan diri merupakan perasaan bersalah terhadap ketidakmampuan atau rasa tidak percaya diri penyandang DM terhadap pengelolaan diabetes. Penderita DM kewalahan dalam melakukan perawatan diri sehingga mereka berpikiran berlebihan dan menjadikan beban mental tersendiri, sehingga diperlukan keyakinan dan efektifitas diri tentang bagaimana kita hidup dengan baik walaupun terkena diabetes (Mascott, 2015).

d.

Interpersonal Distres Interpersonal Distres merupakan perasaan bahwa orang-orang terdekat tidak cukup mendukung upaya perawatan diri dan tidak mengerti kesulitan hidup dengan diabetes. Orang terdekat perlu memberi dukungan emosional bagi penderita DM sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri dalam melakukan aktivitas perawatan diri (Mascott, 2015).

2.4.4 Pengukuran Tingkat Stres Instrumen penelitian memiliki peran pentng dalam sebuah penelitian. Instrumen berperan penting dalam pengumpulan data dalam suatu penelitian yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

nantinya dikumpulkan serta ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner untuk alat ukur stres. (Notoadmojo, 2012). a. Depression, Anxiety, Stress Scale 42 (DASS 42) Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang dialami seseorang. Tingkatan stres diukur dengan menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lavibond & Lavibond (1995). DASS 42 merupakan penilaian terhadap subjektifitas emosional negatif dari depresi, cemas dan juga stres yang muncul pada individu. Instrumen ini terdiri dari 42 pertanyaan dengan 3 sub variabel, yaitu fisik, emosi/psikologis, dan perilaku. Pertanyaan tentang stres sejumlah 14 pertanyaan dengan intrepretasi tingkatan stres secara berurutan yaitu normal, ringan, sedang, berat, dan sangat berat. (Psychology Foundation of Australia, 2010). Jumlah skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (normal); 30-59 (ringan); 60-89 (sedang); 90119 (berat); >120 (Sangat berat) (Lovibond & Lovibond, 1995). b.

Skala penilaian penyesuaian sosial (Social Readjusment Rating Scale)/ Skala Holmes Holmes dan Rahe memperkenalkan alat ukur ini pertama kali pada tahun 1967. Skala ini menghitung jumlah stres yang dialami oleh seseorang dengan menambahkan nilai relatif stres yang disebut dengan unit perubahan hidup. Skala ini didasarkan pada premis bahwa peristiwa baik atau buruk dalam kehidupan seseorang dapat mempengaruhi tingkatan stres dan membuat seseorang lebih rentan terhadap suatu penyakit dan masalah kesehatan mental

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(Hidayat, 2006). Nieven dalam Permana (2013) menyebutkan kelemahan dari alat ukur ini: 1) Penggunanya hanya pada satu dimensi yaitu stres; 2) Tidak menggambarkan penilaian kognitif 3) Beberapa Item dalam skala pengukuran tidak memisahkan antara pemicu dan efek dari stres; 4) Skala ukur tidak relevan karena pengembanganya sudah lebih dari 35 tahun yang lalu. 5) Peneliti sulit untuk mengetahui pengaruh stres terhadap kejadian suatu penyakit. c. Perceived Stress Scale Perceived stress scale adalah alat ukur psikologis yang biasanya digunakan untuk mengukur persepsi tentang stres. Alat ukur ini menilai sejauh mana kehidupan seseorang dapat tergolong sebagai stres. Alat ini dirancang untuk mengetahui bagaimana terjadinya stres secara tak terduga. Perceived stres scale terdiri dari 10 pertanyaan tentang perasaan dan pikiran selama sebulan terakhir. Pertanyanya mudah dipahami dan bersifat umum. Alat ini dapat digunakan semua orang minimal usia setara anak SMP (Cohen, 1994 dalam Putri, 2012). d. Diabetes Distress Scale (DDS) Tingkat stres pada pasien DM dapat diukur dengan menggunakan instrumen Diabetes Diabetes Scale (DDS). Instrumen ini terdiri dari 17 masalah potensial pada instrumen DDS yang biasanya menimbulkan stres pada pasien diabetes. Penilaian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

keparahan stres dinilai dengan cara menghitung nilai rata-rata dari skor yang telah dikumpulkan (skor total dibagi 17). Apabila nilai rata-rata kurang dari 2 dikategorikan sebagai normal, nilai 2,0-2,9 dikategorikan sebagai stres sedang, dan nilai lebih dari atau sama dengan 3 dikategorikan sebagai stres berat, sehingga memerlukan penanganan klinis untuk menurunkan tingkat stres tersebut. Instrumen ini terdiri dari empat sub skala yang terdiri dari beban emosi, kesulitan terkait tenaga kesehatan, kesulitan terkait penanganan dan perawatan, kesulitan terkait hubungan interpersonal. Pengelompokan tersebut untuk mempermudah pemberian pelayanan sesuai dengan prioritas (Polonsky, 2005 dalam Hanif, 2012). Uji validitas pada tiap pertanyaan pada instrumen DDS adalah r = 0,99, dan korelasi pertanyaan dan subskala adalah r = 0,82. Nilai alpha cronbach’s pada DDS didapatkan α > 0,87 (Polonsky, 2005 dalam Hanif, 2012). Uji validitas dan Reabilitas DDS dalam Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh Hanif (2012) didapatkan nilai r antara 0,534-0,607. Hasil Uji reabilitas yang dilakukan diperoleh nilai crobach’s alpha sebesar α > 0,874. DDS memilik kelebihan dibandingan instrumen stres sebelumnya yakni lebih ringkas dan memungkinkan membandingan langsung empat jenis sub item yang ada pada DDS dan berguna dalam perencanaan klinis (Polonsky, 2005). 2.5 Diabetes Milletus Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multietiologi (banyak penyebab) yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi dan disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lemak,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dan protein yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (PERKENI, 2015). Pada pasien DM, kemampuan tubuh untuk bereaksi dengan insulin menurun, atau pankreas dapat menghentikan produksi insulin sama sekali. Keadaan ini dapat menimbulkan hiperglikemi yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperosmolar nonketotik. Hiperglikemi jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi mikrosirkuler yang kronis seperti penyakit ginjal dan mata, serta komplikasi neuropati seperti penyakit saraf. Tanda atau gejala-gejala khas pada penderita DM sangat bervariasi sehingga menyebaban seseorang tidak menyadari perubahan yang terjadi dalam tubuhnya antara lain sebagai berikut: rasa haus yang berlebihan (polidipsi), poliuri (banyak kencing), poliphagi (banyak makan), penurunan bobot badan. Keempat gejala ini sering ditemukan pada penderita DM disamping gejala khusus lainnya seperti: kelelahan, luka sulit sembuh, pruritus (gatal-gatal), infeksi, katarak, gejala saraf, gangguan serangan jantung (Bilous, Donelly, 2014; Dewi, 2014). 2.5.1

Diagnosis Diagnosis DM harus di dasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah dan

tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik menggunakan bahan darah plasma vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan sebaiknya dilakukan di laboratorium klinik terpercaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(yang melakukan program pemantauan kendali mutu secara teratur). Walau demikian dapat juga dipakai bahan darah utuh (whole blood), vena atau kapiler dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO (Soegondo dkk, 2007). Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik DM dilakukan pada individu yang memperlihatkan gejala/ tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi seseorang yang tidak menunjukkan gejala, tetapi memiliki risiko terkena DM. Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok dengan salah satu risiko DM sebagai berikut: Usia ≥ 45 tahun Usia lebih muda, terutama dengan indeks massa tubuh (IMT) > 23 kg/m2, yang disertai dengan faktor risiko seperti: kurang aktifitas, obesitas, riwayat keluarga dengan DM, hipertensi (≥140/90mmHg), kolesterol HDL ≤ 35 mg/dL dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dL, adanya riwayat toleransi glukosa yang terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar. Pemeriksaan ini berguna untuk menjaring pasien DM, TGT (Toleransi Glukosa Darah Terganggu), dan GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu), sehingga dapat dilakukan langkah yang tepat. Pasien dengan TGT dan GDPT merupakan tahapan sementara menuju DM Adanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TGT berkaitan dengan resistensi insulin dan berisiko dengan penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan dislipidemia (Soegondo dkk, 2007). Pemeriksaan diagnostik pada pasien DM tipe 2 didapatkan hasil pemeriksaan sebagai berikut: kadar serum elektrolit abnormal, Kadar Glukosa Darah (KGD) puasa > 126 mg/dl atau 7 mmol/L, leukosit meningkat, kadar keton meningkat, HbA1c > 6%, BUN meningkat, kreatinin meningkat, kolesterol (Trigliserida, LDL, dan VDL) meningkat, kolesterol HDL menurun, glukosuria, albuminemia, asidosis dan ketonuria (Lewis et al 2007). Kriteria diagnosis DM yang dianjurkan American Diabetes Association) yaitu bila terdapat salah satu atau lebih hasil pemeriksaan gula darah dibawah ini (ADA, 2003 dalam Holt et al 2010) : 1. Kadar gula darah sewaktu (plasma vena) lebih atau sama dengan 200 mg/dL (> 11,1 mmol/L) 2. Kadar gula darah puasa (plasma vena) lebih atau sama dengan 126 mg/dL (>7,0 mmol/L); 3. Kadar glukosa plasma lebih atau sama dengan 200 mg/dL pada 2 jam sesudah makan (>11,1 mmol/L) dan disertai dengan gejala DM. 2.5.2. Klasifikasi Klasifikasi DM yang kini dianjurkan adalah klasifikasi etiologis dari ADA (American Diabetic Association) tahun 2003. Klasifikasi oleh ADA didasarkan pada pengetahuan mutakhir tentang patogenesis DM dan gangguan toleransi glukosa. Klasifikasi ini telah disahkan oleh World Health Organization (WHO, 2006) dan telah dipakai oleh seluruh dunia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

a.

DM Tipe 1 DM tipe 1 atau yang tergantung insulin (Insulin-Dependent Diabetes

mellitus/IDDM) adalah gangguan autoimun dimana sering terjadi penghancuran selsel ẞ pankreas penghasil insulin. Penderita yang terkena DM tipe 1 biasanya mengalami penurunan berat badan dan biasanya onset tanda serta gejala timbul mendadak disertai insulinopenia sebelum usia 30 tahun. Penderita bergantung pada terapi insulin dan cenderung lebih mudah mengalami ketosis. (Rubenstein et al, 2007). b.

DM Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus/ NIDDM) Merupakan jenis DM yang paling sering dijumpai, sekitar 90% dari pasien

diabetes. Pada pasien DM tipe 2 banyak yang mengalami obesitas, terjadi pada usia dewasa, dengan gejala yang ringan sehingga penegakan diagnosis bisa saja baru dilakukan pada stadium penyakit yang sudah lanjut, seringkali ditemukan komplikasi seperti retinopati atau penyakit kardiovaskuler. Insentivitas jaringan terhadap insulin (resistensi insulin) dan tidak adekuatnya respon sel ẞ pankreas terhadap glukosa plasma

yang

khas,

menyebabkan

produksi

glukosa

hati

berlebihan

dan

penggunaannya yang terlalu rendah oleh jaringan. Ketosis sering tidak terjadi karena pasien memiliki jumlah insulin yang cukup untuk mencegah lipolisis. Meskipun pada awalnya bisa dikendalikan dengan diet dan obat hipoglikemik oral, banyak pasien yang akhirnya memerlukan insulin tambahan, sehingga menjadi penderita DM tipe 2 yang membutuhkan insulin (Rubenstein et al, 2007). c.

Diabetes Gestasional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Merupakan gangguan intoleransi glukosa yang dimulai sejak kehamilan. Sebagian besar wanita yang mengalami diabetes saat hamil memiliki homeostatis glukosa yang normal pada awal pertama kehamilan dan menjadi defisiensi insulin relatif pada akhir kehamilan, sehingga terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia menghilang pada sebagian besar wanita setelah melahirkan, namun mereka memiliki peningkatan resiko menyandang DM tipe 2 (Rubenstein et al, 2007). Penetapan diagnosis DM gestasional berdasarkan hasil pemberian glukosa secara oral selama kehamilan (Holt et al, 2010). d.

Diabetes Tipe Lain Merupakan kategori penyakit diabetes dengan komplikasi lain yang merupakan

manifestasi dari diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2 (Dewi, 2014). Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan munculnya DM tipe lain seperti kelainan pada fungsi sel beta dan kerja insulin akibat gangguan genetik, penyakit pada kelenjar eksokrin pankreas, obat atau zat kimia, infeksi, kelainan imunologi, dan sindrom genetik lain yang berhubungan dengan DM. 2.5.3. Penyebab Diabetes dapat disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah kurangnya produksi insulin yang biasa terjadi karena adanya kelainan bawaan dari sejak lahir yang dikenal dengan DM tipe 1. Penyebab lainnya adalah kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin, yang sering dikaitkan dengan gaya hidup seseorang dan dikenal sebagai DM tipe 2 (Dewi, 2014). DM tipe 2 berhubungan dengan adanya resistensi dan sekresi insulin yang tidak adekut. Resistensi insulin adalah keadaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dimana keadaan reseptor insulin pada sel, yang normalnya merespons pada insulin, tidak bekerja dengan baik. Resistensi insulin terjadi akibat tidak adanya respon dari sel jaringan terhadap konsentrasi insulin yang normal. Insulin tidak mampu meningkatkan pengambilan glukosa ke dalam jaringan otot dan lemak yang mengakibatkan peningkatan KGD. Untuk mempertahankan agar KGD normal, sel beta pankreas melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan produksi insulin. Peningkatan kebutuhan insulin akan mempengaruhi fungsi kelenjar pankreas dalam mensekresi insulin. Ada faktor penting yang perlu diperhatikan sebagai penyebab terjadinya penyakit DM tipe 2, yaitu: 1. Faktor individu atau genetik etnis yang menyebabkan kerawanan pada kejadian DM 2. Kerusakan sel & pancreas 3. Berkurangnya kerja hormon insulin di dalam jaringan/ resistensi insulin (Dewi, 2014). Faktor risiko DM bisa dikelompokkan menjadi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras, etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan DM, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan > 4000 gram dan bayi berat lahir rendah < 2500 gram. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi berkaitan dengan perilaku hidup yang tidak sehat, diet tidak sehat (unhealthy diet) dengan tinggi gula dan rendah serat, berat badan lebih, obesitas abdominal/sentral, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dislipidemia, riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Gula Darah Puasa Terganggu (GDP terganggu), dan merokok (Kemenkes RI, 2014). Penyebab utama DM Tipe 2 di era globalisasi ini adalah perubahan gaya hidup. Salah satu aspek yang paling menonjol adalah tingginya konsumsi makanan „gaya barat‟. Makanan berlemak masuk dalam menu harian negara- negara Asia jauh sebelum era globalisasi. Karbohidrat refine, seperti mie/pasta, roti, sereal mendominasi makanan kita. Demikian juga banyak makanan yang mengandung tinggi gula dan minyak yang sebagian dihidrogenasi. Makanan modern saat ini banyak mengandung nitrat dan pengawet (FK UI, 2015). 2.5.4. Komplikasi Upaya pencegahan dan penanganan penyakit DM perlu diprioritaskan untuk mencegah komplikasi penyakit lain yang lebih serius, seperti impotensi, penyakit jantung, stroke, hipertensi, gagal ginjal, dan kerusakan sistem saraf. Komplikasi akut yang dapat ditimbulkan penyakit DM memerlukan tindakan segera, sedangkan komplikasi kronik bersifat menahun dan biasanya muncul setelah penderita mengidap DM selama 5-10 tahun. a. Komplikasi Akut Komplikasi akut yang biasanya terjadi adalah koma yang pada umumnya disebabkan oleh kondisi ketoasidosis diabetika (KAD), koma hiperglikemia, koma karena hipoglikemia. Pada KAD dan koma hiperglikemia, biasanya pasien mengalami kadar gula yang melebihi normal bisa mencapai sampai 400 mg/dl,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dehidrasi, dan perasaan seperti berputar atau drowsiness sampai kondisi koma. KAD dan hiperglikemia memerlukan terapi insulin untuk menurunkan kadar gula darah dengan cepat. Sementara itu, hipoglikemia mengalami penurunan kadar gula darah hingga kurang dari 50 mg/dl. Hal ini bisanya terjadi karena pemberian insulin yang berlebihan (Soegondo dkk, 2007). b. Komplikasi Kronik Komplikasi kronis yang sering dikenal dengan komplikasi menahun dibedakan menjadi 2 golongan, komplikasi mikrovaskuler dan komplikasi makrovaskuler. c. Komplikasi Mikrovaskuler Merupakan komplikasi yang khas dari diabetes, disebabkan oleh kondisi hiperglikemia yang tidak terkontrol. Komplikasi mikrovaskuler mengenai pembuluh darah kecil sehingga menjadi kaku atau menyempit dan akhirnya organ kekurangan suplai darah. Organ-organ yang biasanya terkena seperti ginjal, mata dan saraf-saraf perifer, komplikasi pada mata seperti retinopati, komplikasi pada ginjal (nefropati), dan komplikasi pada saraf tepi (neuropati). Nefropati diabetika merupakan jenis gangguan ginjal yang diakibatkan karena pasien sudah menderita DM dalam jangka waktu yang lama. Pada stadium awal biasanya ginjal tidak menunjukkan gejala atau keluhan. Tanda yang biasanya ditemui pertama kali adalah adanya protein di dalam urin atau albuminuria. Stadium selanjutnya ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah yang dapat diikuti dengan pembengkakan kaki karena penimbunan cairan. Pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

stadium akhir dapat terjadi gagal ginjal. Penyandang DM mempunyai risiko 7 kali lebih mudah mengidap gagal ginjal terminal, dan 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan akibat kerusakan retina daripada pasien non DM (Soegondo, dkk, 2007). d. Komplikasi Makrovaskuler Umumnya terjadi karena kelainan kadar lemak darah. Komplikasi makrovaskuler yang tidak terkendali menyebabkan meningkatnya kadar trigliserida darah (hipertrigliserida) dan perubahan kadar kolesterol darah secara kualitatif. Komplikasi makrovaskuler mengenai pembuluh darah arteri yang lebih besar dan dapat mengakibatkan atherosclerosis. Atherosklerosis bisa mengakibatkan penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, dan ganggrene pada kaki. Penyandang DM mempunyai risiko untuk terjadinya penyalit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah otak 2 kali lebih besar, 5 kali lebih mudah menderita ulkus/ gangren daripada pasien non DM (Soegondo, dkk, 2007). Gangrene pada kaki sering terjadi pada penderita diabetes disebabkan beberapa hal. Pertama, pengidap diabetes mudah terkena infeksi karena terjadi penurunan reaksi sel-sel limfosit, kadar gula yang tinggi (media yang baik untuk berkembangnya mikroorganisme) dan gangguan pada vaskuler. Kedua, adanya atherosclerosis menyebabkan aliran darah menjadi terganggu. Ketiga, adanya neuropati mengakibatkan fungsi sensorik (alat perasa/ peraba) menjadi menurun fungsinya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.5.5. Penatalaksanaan Penyakit DM dapat memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka diperlukan program pengendalian DM tipe 2. Penyakit ini bisa dicegah dengan mengendalikan faktor risiko (Kemenkes, 2011). Pengendalian DM dan penyakit metabolik lainnya dapat digambarkan pada diagram berikut ini :

Gambar 2.1.Diagram Pengendalian DM dan Penyakit Metabolik lainnya Sumber: Kementerian Kesehatan (2014)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Untuk

mengendalikan

Diabetes,

Kementerian

Kesehatan

telah

mengintegrasikan program pengendalian DM dalam program pengendalian penyakit tidak menular terintegrasi, antara lain (Kemenkes, 2014): Pendekatan faktor risiko penyakit tidak menular terintegrasi di fasilitas pelayanan primer (Pandu PTM). a.

Membentuk Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular) untuk memudahkan melakukan deteksi dini penyakit diabetes. Posbindu PTM meupakan program pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular berbasis masyarakat yang bertujuan meningkatkan kewaspadaan dirinya, keluarga dan masyarakat lingkungan sekitarnya.

b.

Aksi CERDIK dan PATUH dan Balai Gaya Hidup Sehat, yaitu dengan : Program CERDIK, yaitu: C

: Cek Kesehatan secara teratur untuk mengendalikan berat badan agar tetap ideal dan tidak mudah sakit, periksa tekanan darah,kadar gula darah dan kolesterol secara teratur.

E

: Enyahkan asap rokok dan jangan merokok.

R

: Rajin melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, seperti berolahraga, berjalan kaki, membersihkan rumah. Upayakan dilakukan dengan baik, benar, teratur, dan terukur.

D

: Diet sehat dengan kalori yang seimbang, dengan cara mengkonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang, konsumsi buah sayur, minimalkan konsumsi gula, hindari makanan/ minuman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

manis atau yang berkarbonisasi. I

: Istirahat yang cukup.

K

: Kelola stress dengan baik dan benar. Program PATUH, yaitu : -

P : Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter.

-

A : Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur

-

T : Tetap diet sehat dengan gizi seimbang.

-

U : Upayakan beraktivitas fisik dengan aman

-

H : Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya.

Program pengendalian DM yang terintegrasi ini diharapkan dilaksanakan diseluruh wilayah di Indonesia termasuk Provinsi Sumatera Utara. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara telah melakukan upaya pencegahan penyakit DM melalui sosialisasi program CERDIK, memberikan pelatihan pada masyarakat dan memberikan alat untuk mengecek gula darah di Pos Pembinaan Terpadu atau Posbindu, melatih petugas dan melakukan pertemuan dengan organisasi masyarakat. Diharapkan masyarakat dapat perduli dan selalu mewaspadai penyakit DM dengan menerapkan gaya hidup sehat seperti menjaga pola makan, olahraga teratur, dan tidak merokok.

2.6. Konsep Perawatan Diri (Self-care) 2.6.1 Aplikasi Teori Orem pada DM Klien dewasa dengan Diabetes Melitus menurut teori self-care Orem dipandang sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk merawat dirinya sendiri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

untuk

melaksankan

perawatan

diri,

memelihara

kesehatan

dan

mencapai

kesejahteraan. Klien Diabetes Mellitus mampu mencapai kesejahteraan atau kesehatan yang optimal dengan mengetahui perawatan yang sesuai dengan kondisi penyakitnya

(Afelya,

2014).

Oleh

karena

itu,

perawat

berperan

sebagai

pendukung/pendidik bagi klien dewasa dengan diabetes melitus terkontrol untuk tetap mempertahankan kemampuan optimalnya dalam mencapai sejahtera (Afelya, 2014). Klien dengan kondisi tersebut membutuhkan perawatan diri yang bersifat kontinum atau berkelanjutan. Adanya perawatan diri yang baik akan mencapai kondisi yang sejahtera, klien membutuhkan 3 kebutuhan selfcare berdasarkan teori Orem yaitu: a. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal) kebutuhan yang umumnya dibutuhkan oleh klien selama siklus hidupnya dalam mempertahankan kondisi yang seimbang/homeostasis yang meliputi kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, istirahat, dan interaksi sosial serta menghadapi resiko yang mengancam kehidupan. Pada klien DM, kebutuhan tersebut mengalami perubahan yang dapat diminimalkan dengan melakukan selfcare antara lain melakukan latihan/olahraga, diet yang sesuai, dan pemantauan kadar glukosa darah (Afelya, 2014). b. Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri pengembangan), klien dengan DM mengalami perubahan fungsi perkembangan yang berkaitan dengan fungsi perannya. Perubahan fisik pada klien dengan DM antara lain, menimbulkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

peningkatan dalam berkemih, rasa haus, selera makan, keletihan, kelemahan, luka pada kulit yang lama penyembuhannya, infeksi vagina, atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya tinggi) (Afelya, 2014). c. Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri penyimpangan kesehatan), kebutuhan yang berkaitan dengan adanya penyimpangan kesehatan seperti adanya sindrom hiperglikemik yang dapat menimbulkan kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), hipotensi, perubahan sensori, kejang-kejang, takikardi, dan hemiparesis. Pada klien dengan DM terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan yang harus dipenuhi dengan kemampuan yang dimiliki. Klien DM akan mengalami penurunan pola makan dan adanya komplikasi yang dapat mengurangi keharmonisan pasangan (misal infeksi vagina dan bagian tubuh lainnya) (Afelya, 2014). 2.6.2 Pengertian Perawatan Diri (Self Care) Self-care dapat diartikan sebagai wujud perilaku seseorang dalam menjaga kehidupan, kesehatan, perkembangan dan kehidupan sekitarnya (Baker &Denyes, 2008). Self-care merupakan perilaku yang dipelajari dan merupakan suatu tindakan atau respon atas suatu kebutuhan (DeLaune &Ladner, 2002). Self- care adalah hasil dari tindakan yang diarahkan untuk diri sendiri atau terhadap lingkungan dalam urutan untuk mengatur fungsi seseorang dalam kepentingan hidup seseorang yang terintegrasi sejahtera (Orem 1985 dalam Nursalam, 2013) Perawatan diri yang dilakukan dengan dukungan dari penyedia layanan kesehatan akan mencapai hasil yang optimal. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perawatan diri diabetes merupakan suatu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

proses evolusi dari berkembangnya pengetahuan atau kesadaran untuk belajar survive terhadap kompleksnya penyakit diabetes melitus dalam konteks sosial (Shrivastava et al, 2013 dalam Emilia, 2014). Dari beberapa definisi, dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa perawatan diri merupakan tindakan yang dilakukan secara mandiri untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit dan mempertahankan kesehatan. 2.6.3 Perilaku Perawatan Diri pada Diabetes Mellitus Menurut American Assosiation Diabetes Educators (AADE, 2014). Bentuk aktifitas perawatan diri pada penyandang DM ada 7 yang meliputi: makan sehat (Diet), aktivitas fisik (exercise), monitoring kadar glukosa darah, manajemen obat, kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), koping yang sehat (healthy coping), mengurangi risiko (risk reduction). a. Makanan Sehat (diet) Makan sehat mengacu makan berbagai makanan untuk diet seimbang, dan juga termasuk didalamnya makanan yang sehat, pemiilihan makanan, memahami ukuran porsi yang ideal, dan frekuensi makan (AADE, 2014). Tujuan dari diet DM adalah membantu diabetisi untuk mencegah komplikasi yang lebih berat serta memperbaiki kebiasaan makan untuk mendapatkan kontrol metabolisme yang lebih baik yang didasarkan pada status gizi klien DM tersebut. Perubahan pola makan pada klien DM harus dilakukan secara konsisten sehingga tujuan dari pengaturan makan (diet) tercapai (Mahendra et al, 2008). b. Aktivitas Fisik (olahraga)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita DM berdurasi 30 menit dalam 35 kali seminggu dan sesuai CRIPE (continous, rhythmical, interval, progressive, endurance trainning) (ADA, 2015). Jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh klien DM tipe 2 seperti olahraga ringan dengan cara berjalan kaki selama 30 menit, olahraga cepat seperti jogging dan olahraga sedang seperti berjalan cepat selama 20 menit. Klien dengan kadar glukosa darah > 250 mg/dL, sebaiknya tidak melakukan aktivitas fisik karena akan meningkatkan kadar glukosa darah dan benda keton (PERKENI, 2011). c. Pemantauan kadar glukosa darah Monitoring kadar gula darah secara teratur merupakan salah satu bagian dari penatalaksanaan DM yang penting dilakukan oleh klien DM tipe 2. Oleh karena itu klien DM tipe 2 harus memahami alasan dan tujuan dari pemantauan kadar gula darah secara teratur tersebut sehingga akan meningkatkan keterlibatan klien secara langsung dalam pengelolaan penyakitnya (PERKENI, 2011). Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri/sendiri yang disebut dengan self-monitoring blood glucose (SMBG). SMBG memungkinkan klien untuk mendeteksi dan mencegah hiperglikemia atau hipoglikemia, serta berperan dalam memelihara normalisasi glukosa darah, sehingga pada akhirnya akan mengurangi komplikasi diabetik jangka panjang (Smeltzer & Bare, 2008). d.

Manajemen Obat Manajemen diet dan latihan fisik / jasmani sebenarnya sudah sangat cukup

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

efektif untuk dapat mengontrol keadaan metabolik pasien DM Tipe 2, akan tetapi kebanyakan dari pasien DM Tipe 2 kurang disiplin dalam mengikuti program manajemen diet dan latihan fisik yang telah dirancang oleh tenaga kesehatan, sehingga dokter harus memberikan pengobatan farmakologi untuk memperbaiki keadaan hiperglikemik pasien DM Tipe 2. Sehingga diperlukan manajemen obat bagi pasien DM Tipe 2 (PERKENI, 2011). e.

Koping yang sehat Diabetes dapat mempengaruhi secara fisik dan emosional. Hidup dengan

diabetes setiap hari dapat membuat klien DM tipe 2 merasa kecil hati, stres atau bahkan depresi. Hal tersebut merupak respon alami karena memiliki perasaan khawatir terhadap penyakit diabetes. metode koping yang sehat yang dapat digunakan untuk melalui masa-masa sulit tersebut seperti mengikuti kegiatan keagamaan, olahraga, meditasi, hobi (AADE, 2014). f.

Mengurangi Risiko (Risk Reduction) Mengenali risiko diabetes dapat membantu klien DM tipe 2 untuk mencegah

komplikasi yang dapat terjadi kapan saja. Klien DM tipe 2 dapat mengurangi risiko serangan jantung, stroke, kerusakan ginjal dan saraf, dan kehilangan penglihatan dengan menjaga gula darah, cek kolesterol dan tekanan darah. Berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan untuk membantu mengurangi risiko dan menghindari masalah kesehatan lainnya adalah menghindari rokok, pergi ke dokter secara teratur; mengunjungi dokter mata sekali dalam setahun, mengunjungi dokter gigi, melakukan perawatan kaki dan mengenali gejala-gejala diabetes (AADE, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.6.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perawatan Diri Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi klien dalam melakukan self care diabetes yaitu: a. Usia Beberapa hasil penelitian menjelaskan hubungan antara usia dengan perawatan diri pada penyandang diabetes. Usia mempunyai hubungan yang positif terhadap self-care diabetes. Semakin meningkat usia seseorang maka akan meningkat pula aktifitas self-care diabetes. Peningkatan usia menyebabkan terjadinya peningkatan tingkat kedewasaan/ kematangan cara berfikir seseorang sehingga klien dapat berfikir secara rasional tentang manfaat dari melakukan self- care (Sousa & Zauszniewski, 2005). Penyakit DM tersebut memiliki implikasi yang luas bagi lansia maupun keluarganya, terutama munculnya keluhan yang menyertai, penurunan kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas keseharian, dan menurunnya partisipasi sosial lansia (Palestin, 2010). b. Jenis kelamin Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan aktifitas perawatan diri. Laki-laki lebih cenderung melakukan aktifitas fisik dan olahraga secara teratur dibanding perempuan (Ortiz et al, 2010). Hal ini disebabkan karena laki-laki memiliki fisik dan kekuatan otot yang lebih besar dibanding perempuan. Pada satu sisi, perempuan lebih menunjukkan kepatuhan terhadap diet dan konsen terhadap komplikasi penyakit DM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(Baumann et al, 2010). c. Lama menderita DM Lama menderita diabetes berpengaruh terhadap perilaku perawatan diri. Penyandang DM dengan waktu menderita DM yang lebih lama menyebabkan mereka mampu untuk melakukan perawatan diri dengan baik. Lama menderita DM yang melebihi 9 tahun dapat mempengaruhi kepatuhan DM terhadap medikasi. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa kemampuan melakukan perawatan diri ini didapat melalui pengalaman dan perubahan kondisi yang dapat menimbulkan pemahaman bagi penyandang DM dalam penatalaksanaan penyakit DM (Rantung, 2013). d. Sosial ekonomi Sosial ekonomi seseorang berpengaruh terhadap tingkat self-care diabetes. Hubunganya dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi maka perilaku self-care diabetes akan meningkat (Bai et al, 2007). Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang membutuhkan biaya sangat mahal untuk perawatanya. Jika seseorang dengan status ekonomi yang rendah menyebabkan klien/penyandang kesulitan umtuk melakukan kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan (Kusnawati, 2011). e. Aspek emosional Aspek emosional yang dialami oleh klien DM tipe 2 dapat berpengaruh dalam melakukan aktivitas perawatan diri diabetes. Klien yang mampu memanajemen emosional yang terjadi akibat penyakitnya maka akan memudahkan klien untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

melakukan perawatan DM yang harus dijalankan dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu untuk aspek emosional dapat menentukan keberhasilan program perawatan bagi klien DM tipe 2 sehingga klien mampu beradaptasi dengan kondisi penyakitnya dan menjalankan perawatan mandiri (Kusnawati, 2011). f. Keyakinan terhadap efektifitas penatalaksanaan diabetes Keyakinan

terhadap

efektifitas

penatalaksanaan

diabetes

merupakan

pemahaman klien tentang pentingnya self care diabetes dalam pengelolaan klien DM tipe 2 (Xu Yin et al, 2008). Klien yang memiliki keyakinan positif tentang aktifitas self care diabetes merupakan tindakan yang mampu membantu dalam perawatan diabetes maka klien akan yakin untuk melakukan perilaku perawatan diri dalam kehidupanya sehari-hari. Perilaku perawatan diri diabetes tersebut akan menjadi sebuah tanggung jawab klien dalam membantu menstabilkan penyakitnya, sehingga klien akan selalu memperhatikan self care diabetes (Kusniawati, 2011). g. Dukungan sosial keluarga Adanya dukungan sosial dari orang-orang yang berada di sekitar akan menentukan terjadinya perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2007 dalam Wahyi, 2012). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan self care management DM. Responden yang mendapat dukungan baik dari keluarga berpeluang 5 kali melakukan self care management daripada responden yang mendapatkan dukungan keluarga yang kurang baik (Kusniawati, 2011). 2.6.5 Pengukuran Perawatan Diri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pengukuran self care diabetes menggunakan kuesioner Summary of Diabetes Self-Care Activity (SDSCA) yang dikembangkan oleh Toobert, Hampson & Glasgow (2000) dan telah diterjemahkan dan dimodifikasi oleh Kusniawati (2011). Kuesioner ini terdiri dari 14 pertanyaan terkait aktifitas self care diabetes pada klien DM tipe 2 yang meliputi diet (pengaturan pola makan), latihan fisik, monitoring gula darah, penggunaan obat dan perawatan kaki. Instrumen ini terdiri dari 8 alternatif jawaban yaitu 0 hari sampai dengan 7 hari. Pertanyaan favourable terdiri dari 12 pertanyaan, yaitu pada pertanyaan nomor 1- 4 dan 7-14 (Kusniawati, 2011). 2.7 Landasan Teori Penelitian ini dilandasi oleh dua teori yaitu Theory of Planned Behaviour dikembangkan di tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan diperluas oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein. Mulai tahun 1980 teori tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku manusia dan untuk mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih mengena. Berdasarkan teori tersebut dikatakan bahwa penentu terpenting perilaku seseorang ialah intensi untuk berperilaku. Intensi individu untuk menampilkan suatu perilaku adalah kombinasi dari sikap untuk menampilkan perilaku tersebut dan norma subjektif. Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari beliefs yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku. Kepercayaan-kepercayaan yang termasuk dalam norma-norma subjektif disebut juga kepercayaan normatif (normative beliefs). Hal ini merujuk pada budaya yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

tergambar pada tekanan sosial yang dianggap penting, sehingga jika orang-orang lain yang relevan memandang bahwa menampilkan perilaku tersebut sebagai sesuatu yang positif dan seseorang tersebut termotivasi untuk memenuhi harapan orang-orang lain yang relevan, maka itulah yang disebut dengan norma subjektif yang positif begitu pula sebaliknya. Seorang individu akan berniat menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang-orang lain yang penting berfikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Seseorang yang penting bisa pasangan, keluarga, atasan atau sahabat dan ini merupakan bentuk dukungan sosial. TPB memperhitungkan bahwa tidaklah semua perilaku di bawah kendali dan bahwa perilaku-perilaku tersebut berada pada suatu titik dari sepenuhnya di bawah kendali sampai sepenuhnya di luar kendali. Individu mungkin memiliki kendali sepenuhnya ketika tidak terdapat hambatan apapun untuk menampilkan suatu perilaku. Faktor-faktor pengendali tersebut terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal antara lain ketrampilan, kemampuan, informasi, emosi, stres, dsb. Faktor-faktor eksternal meliputi situasi dan faktor-faktor lingkungan. Secara ringkas mengenai teori ini digambarkan dalam skema berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian Sumber: Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50, p. 179-211. Penderita DM tipe 2 harus mengalami banyak perubahan dalam hidupnya, mulai dari olah raga, kontrol gula darah, minum obat, dan pembatasan diet yang harus dilakukan secara rutin sepanjang hidupnya. Perubahan hidup yang mendadak membuat penderita DM menunjukkan beberapa reaksi psikologis yang negatif seperti marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat, dan stres (Bener, 2011). Menurut Orem (2001) dalam Baker dan Denyes (2008) terdapat tiga komponen self care yaitu : a.

Kemampuan dasar dan disposisi (foundational capabilities and disposition) Kemampuan dasar meliputi sensasi, persepsi, dan memori, sedangkan disposisi meliputi pemahaman seseorang mengenai dirinya sendiri,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kesadaran diri dan citra diri atau motivasi seseorang dalam mencapai tujuan untuk perawatan diri sesuai dengan karakteristik dan maknanya bagi kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Kecerdasan umum juga diidentifikasi sebagai kemampuan dasar yaitu kemampuan individu secara umum untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir secara rasional dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya. b.

Komponen kekuatan atau tenaga (power components) Kemampuan

spesifik

untuk

mempertahankan

kesehatan

yang

berhubungan dengan tindakan perawatan diri. c.

Kemampuan untuk melakukan perawatan diri (capabilities to perform self care operations) Kemampuan seseorang untuk terus melakukan perawatan diri baik untuk diri mereka sendiri maupun orang lain sangat bervariasi, dimana hal ini dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan status kesehatan, tingkat pendidikan, pengalaman dan budaya. Self care berhubungan erat dengan basic conditioning factor yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kebutuhan self care seperti usia, jenis kelamin, status perkembangan, status kesehatan, sosiokultural, sistem pelayanan kesehatan, sistem keluarga, pola keluarga, pola hidup, lingkungan dan ketersediaan sumber.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Teori Planned Behaviour Faktor risiko DM tipe 2  Jenis kelamin  Usia  Lama menderita DM  Status Ekonomi Diabetes Distress Emosi

Faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan diri : 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Sosial ekonomi 4. Lama menderita DM 5. Aspek Emosional 6. Self- Efficacy 7. Dukungan Sosial keluarga

Perawatan Diri Pasien DM 1. Diet 2. Aktivitas Fisik 3. Monitoring Gula darah 4. Manajemen Obat 5. Perawatan Kaki 6. Problem Solving 7. Koping yang Sehat 8. Mengurangi Resiko

Indikator Stres pada DM  Beban Emosi  Distres berkaitan dengan tenaga kesehatan  Distres akibat perawatan dan penanganan DM  Distres berhubungan dengan hubungan interpersonal

Teori SelfCare Orem

Gambar 2.3 Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Theory Of Planned Behaviour dan Orem (2001) dalam Baker dan Denyes (2008)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.8 Kerangka Konsep Berdasarkan pada landasan teori diatas, maka pada penelitian ini dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagi berikut: Variabel Independen

   

Variabel Dependen

Dukungan Sosial Appraisal Support Tangiable Support Self Esteem Support Belonging Support

Self Efficacy

  

Perilaku Perawatan Diri Pada Penderita DM Tipe 2

Magnitude Generality Strength

   

Distress Emosi Beban Emosional Keterkaitan Dengan Tenaga Kesehatan Kesulitan Perawatan Diri Interpersonal Distress

Gambar 2.4 Kerangka Konsep 2.9 Hipotesis Penelitian 1. Ada pengaruh dukungan sosial, self efficacy, dan distress emosi terhadap perilaku perawatan diri pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2. Tidak ada pengaruh dukungan sosial, self efficacy, dan distress emosi terhadap perilaku perawatan diri pada penderita DM Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain cross

sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dukungan sosial, self efficacy dan distress emosi terhadap perilaku perawatan diri pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum.

3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kota Matsum dengan alasan: 1) Hasil survei pada 7 orang dari 10 pasien DM tidak melakukan olahraga atau aktifitas fisik dikarenakan malas, sibuk dan adanya penyakit lain. 2) Pengelolaan DM tipe 2 selama ini di puskesmas hanya bergerak pada kesehatan fisik yaitu mencegah komplikasi akut dan kronik, sedangkan aspek psikologis dan sosial belum terjangkau. 3) Hasil wawancara peneliti terhadap 10 pasien DM 6 orang mengatakan bahwa mereka sering lupa minum obat dan tidak diingatkan bahkan malas untuk aktifitas fisik atau olahraga karena tidak ada teman dan 7 orang mengatakan mereka tidak yakin akan bisa sembuh. 4) Hasil wawancara dengan 15 pasien DM 11 dari mereka mengatakan bahwa mereka menjadi cepat marah dan mudah tersinggung karena merasa cemas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dan merasa tidak berguna kepada keluarganya sehingga mereka malas untuk berobat dan merasa hidup tidak ada artinya dan selalu menjadi benalu bagi keluarganya. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan Oktober 2017 sampai dengan selesai. Jadwal penelitian ditentukan sejak survei awal yang dilakukan sampai penelitian ini berakhir.

3.3

Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di Puskesmas Kota Matsum sejak tahun 2017-2018.. 3.3.2. Kriteria Subyek Penelitian Kriteria subyek penelitian dapat dibagi menjadi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sampel (Notoadmodjo, 2012). a. Kriteria inklusi Sampel pada penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum dengan kriteria sebagai berikut : 1)

Didiagnosa menderita DM Tipe 2;

2)

Usia 40-65 tahun

3)

Mampu melakukan aktivitas mandiri;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4)

Mampu berkomunikasi dengan baik;

5)

Berdomisili di wilayah kerja puskesmas Kota Matsum.

6)

Lama menderita DM minimal ≥ 1 Tahun

b. Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab sehingga tidak dapat menjadi responden penelitian (Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu : 1)

Pasien yang seminggu sebelum penelitian sakit atau baru saja keluar rumah sakit;

2)

Pasien DM tipe 2 yang mengalami keterbatasan fisik.

3)

Memiliki penyakit penyerta, contohnya : Stroke

3.3.3. Sampel Sampel penelitian ini adalah penyandang diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas Kota Matsum yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan cara quota sampling. Quota sampling merupakan pengambilan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria/ciri-ciri tertentu dalam penelitian sampai jumlah (kuota) yang diinginkan terpenuhi (Setiadi, 2007). Peneliti menggunakan rumus Lemeshow et al., 1997 yang dikutip Sudibyo, 2012 untuk menentukan besar sampel.

n

Z 1 -/2 2 p :1 - p d2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Keterangan: n d

= besar subjek = presisi/tingkat ketepatan absolute yang diinginkan peneliti, di mana dalam penelitian ini diharapkan presisi adalah 10%

Z 1-α/22 = proporsi yang dicapai yaitu 0,5 Dengan rumus di atas didapat perhitungan sebagai berikut:

1,96 2 0,5.0,25 n 0,12 n = 48.02 = 49 Orang Jumlah sampel penelitian adalah 49 orang sampel yang didapat dari 49 orang pertama yang tercantum di dalam data puskesmas. Peneliti mendatangi rumah masing-masing responden berdasarkan alamat dan data yang sudah didapatkan di Puskesmas Kota Matsum.

3.4

Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari kuisioner dukungan sosial, kuisioner self efficacy, penilaian diabetes distress menggunakan kuisioner Diabetes Distress Scale (DDS) dan perilaku perawatan diri melalui lembar kuesioner Summary of Diabetes Self Care Activities (SDSCA). Data primer lain dalam penelitian ini yaitu karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia, lama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

menderita DM, status merokok, pendidikan, pekerjaan. 3.4.2. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari Puskesmas Kota Matsum mengenai jumlah kunjungan dan jumlah pasien di wilayah kerjanya. 3.5

Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran Definisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefenisikan

variabel-variabel yang mempengaruhi Perilaku Perawatan Diri Pada Penderita DM Tipe 2 Di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan. Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran Variabel bebas Umur

Cara dan Kategori Skala Ukur Alat Ukur Tentang lama hidup dalam tahun Kuesioner <46 tahun Ordinal terhitung sejak tanggal kelahiran > 46 tahun sampai pengukuran dilakukan. Jenis Pernyataan responden tentang Kuesioner Laki- laki Nominal Kelamin jenis kelaminnya yang Perempuan dikonfirmasi dengan penampilan fisik yang bersangkutan < 6 bulan Lama Pernyataan responden tentang Kuesioner Ordinal > 6 bulan Menderita jumlah waktu dalam tahun Penyakit responden menderita DM (sejak didiagnosa sampai saat penelitian) Merokok Status Pernyataan responden tentang Kuesioner Nominal Merokok apakah responden merokok atau Tidak merokok tidak Pendidika Tingkatan pendidikan yang Kuesioner Rendah Nominal n ditempuh mulai dari dari SD, SMP, SD, SMP SMA/MA, dan S1. Tinggi SMA/MA, dan S1 Dukungan Informasi atau umpan balik dari orang Kuesioner Ada Interval Sosial lain yang Definisi Operasional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 3.1 (Lanjutan) Variabel Cara dan Skala Definisi Operasional Kategori bebas Alat Ukur Ukur Dukungan menunjukkan bahwa seseorang (skor 87dicintai dan diperhatikan, 116) dihargai, dan dihormati, dan dilibatkan dalam jaringan Tidak Ada komunikasi dan kewajiban Dukungan yang timbal balik. (skor <87) Self Pernyataan diri responden tentangKuesioner Baik (skor Interval Efficacy kepercayaan diri akan 60-80) kemampuannya dalam upaya Kurang Baik pengelolaan DM (skor <60) DistressPernyataan diri responden tentangKuesioner Tinggi (skor Interval Emosi beban yang dialami terkait 42-56) dengan penyakitnya Rendah (skor <42) Kegiatan yang dilakukan Perilaku Kuesioner Melakukan Interval Perawatan secara mandiri oleh (skor 42-56) penyandang DM Tipe 2 yang Diri Tidak meliputi diet/pengaturan pola melakukan makan, aktivitas fisik, (skor <42) pemantauan kadar glukosa darah, penggunaan obat dan perawatan kaki yang dilakukan dalam 7 hari terakhir. 3.6

Metode Analisis Data Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan komputer, yaitu

dengan: 1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan dengan analisis deskriptif untuk melihat karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Data katagorik akan dilihat distribusi frekuensi dengan ukuran presentase atau proporsi. Hasil analisis data akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

disajikan dalam bentuk tabel atau narasi. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan dengan memakai uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Jika p<0,05 maka dapat dikatakan variabel bebas memiliki hubungan dengan variabel terikat. 3. Analisis Multivariat Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui faktor penyebab yang paling dominan dalam memengaruhi perilaku perawatan diri, yaitu dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Variabel yang akan dianalisis yaitu variabel yang memiliki nilai p < 0,25.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Puskesmas Kota Matsum terletak di Jalan Amaliun No. 75 Kelurahan Kota Matsum IV Kecamatan Medan Area dengan luas wilayah Kelurahan yaitu 112,40 Ha, dimana jumlah penduduk 48.452, dan jumlah lingkungan 75. Batas-batas wilayah kerja puskesmas Kota Matsum yaitu, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sei Rangas Permata II, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Pasar Merah Timur, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sukaramai I dan II, Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kota Matsum III. Puskesmas Kota Matsum didirikan pada tahun 1963 sebagai Balai Pengobatan Umum, yang kemudian diresmikan pada tanggal 24 Februari 1983 menjadi Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Kota Medan. Puskesmas Kota Matsum meliputi 4 Kelurahan yaitu Kelurahan Kota Matsum I, Kelurahan Kota Matsum II, Kelurahan Kota Matsum IV, Kelurahan Sei Rangas Permata. Letak strategis Puskesmas Kota Matsum berada di perkotaan Kota Medan yang mudah di jangkau dengan alat transportasi.

4.2. Analisa Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui jumlah/ frekuensi dan persentsase dari setiap variabel yang diteliti.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.2.1. Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus tipe 2 yang ada di puskesmas Kota Matsum sebanyak 49 orang. Gambaran karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, status merokok, konsumsi obat dan lamanya menderita DM. 4.2.1.1.

Umur Responden Umur responden penderita diabetes melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota

Medan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori < 46 tahun ≥ 46 tahun Total

n 8 41 49

% 16,3 83,7 100

Pada Tabel 4.1 terlihat mayoritas responden sebanyak 41 orang atau 83,7% adalah responden yang berusia ≥ 46 tahun dan paling sedikit adalah responden yang berusia < 46 tahun yaitu sebanyak 8 orang atau 16,3%. 4.2.1.2.

Jenis Kelamin Jenis kelamin responden penderita diabetes melitus di Puskesmas Kota

Matsum Kota Medan yaitu: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori Laki-laki Perempuan Total

n 12 37 49

% 24,49 75,51 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.2 menunjukkan banyaknya pasien berdasarkan jenis kelamin. Mayoritas responden sebanyak 37 orang atau 75,51% adalah responden yang jenis kelaminnya perempuan dan paling sedikit adalah responden yang jenis kelaminnya laki-laki yaitu sebanyak 12 orang atau 24,49%. 4.2.1.3.

Pendidikan Untuk mengetahui pendidikan responden pada penderita diabetes melitus di

Puskesmas Kota Matsum Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori

n 8 13 27 1 49

Tamat SD/sederajat SLTP/sederajat SLTA/sederajat Akademi/PT Total

% 16.33 26.53 55.10 2.04 100

Tabel 4.3 menunjukkan banyaknya pasien berdasarkan pendidikan. Mayoritas responden sebanyak 27 orang atau 55,10% adalah responden yang pendidikannya SLTA/sederajat

dan

paling sedikit

adalah

responden

yang

pendidikannya

Akademi/PT yaitu hanya 1 pasien atau 2,04%. 4.2.1.4. Pekerjaan Pekerjaan responden pada penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan yaitu: Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori Tidak bekerja Buruh

n 14 7

% 28.57 14.29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.4 (Lanjutan) Kategori

n 6 20 1 1 49

Petani Wiraswasta/Pedagang Pegawai swasta PNS Total

% 12.24 40.82 2.04 2.04 100

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas menunjukkan banyaknya pasien berdasarkan pekerjaan. Mayoritas responden sebanyak 20 orang atau 40,82% adalah responden yang pekerjaannya sebagai “Wiraswasta/Pedagang” dan paling sedikit adalah responden yang pekerjaannya sebagai “Pegawai swasta dan PNS” yaitu masingmasing sebanyak 1 pasien atau 2,04%. 4.2.1.5.

Status Merokok Untuk melihat status merokok responden pada penderita diabetes melitus di

Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Status Merokok Responden pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori Ya Tidak Total

n 14 35 49

% 28,57 71,43 100

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan banyaknya pasien berdasarkan status merokok. Mayoritas responden sebanyak 35 orang atau 71,43% adalah responden yang statusnya tidak merokok dan paling sedikit adalah responden yang statusnya merokok yaitu sebanyak 14 pasien atau 28,57%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.2.1.6.

Konsumsi Obat Untuk melihat komsumsi obat responden pada penderita diabetes melitus di

Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Konsumsi Obat Responden pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori Resep Dokter Obat herbal Tidak mengkonsumsi obat Total

n 8 7 34 49

% 16.33 14.29 69.39 100

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan banyaknya pasien berdasarkan konsumsi obat. Mayoritas responden sebanyak 34 orang atau 69,39 % adalah responden yang tidak mengkonsumsi obat dan paling sedikit adalah responden yang konsumsi obatnya herbal yaitu sebanyak 7 pasien atau 14,29%. 4.2.1.7.

Lama Menderita DM Untuk melihat lama menderita DM responden pada penderita diabetes melitus

di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan yaitu: Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Lama Menderita DM Responden pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori < 5 tahun ≥ 5 tahun Total

n 2 47 49

% 4.08 95,92 100

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan banyaknya pasien berdasarkan lamanya menderita DM. Mayoritas responden sebanyak 47 orang atau 95,92 % adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

responden yanglama menderita DM ≥ 5 tahun dan sebanyak 2 orang atau 4,08% adalah responden yang lama menderita DM nya < 5 tahun. 4.2.2. Dukungan Sosial Dukungan sosial meliputi appraisal support, tangiabel support, self esteem support, dan belonging support. Dukungan sosial ini terbagi menjadi dua kategori seperti pada tabel berikut: Tabel 4.8 Distribusi Dukungan Sosial pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori Ada Dukungan Tidak Ada Dukungan Total

n 38 11 49

% 77,6 22,4 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki dukungan sosial sebanyak 38 orang (77,6%) dan tidak ada dukungan sosial sebanyak 11 orang (22,4%). 4.2.2.1 Appraisal Support Appraisal support terdiri dari ada support dan tidak ada support. Hasil kategori dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.9 Distribusi Appraisal Support pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori Ada Support Tidak Ada Support Total

n 41 8 49

% 83,7 16,3 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Hasil tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 41 orang (83,7%) responden mendapat support dan 8 orang (16,3%) tidak memperoleh support. 4.2.2.2 Tangiabel Support Hasil analisis univariat mengenai tangiabel support membagi variabel ini menjadi ada dan tidak ada support. Tabel 4.10 Distribusi Tangiabel Support pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori Ada Support Tidak Ada Support Total

n 40 9 49

% 81,6 18,4 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa adanya support sebanyak 40 orang (81,6%) dan tidak ada support sebanyak 9 orang (18,4%) 4.2.2.3 Self Estem Support Pembagian kategori self esteem support dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 4.11 Distribusi Self Estem Support pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori Ada Support Tidak Ada Support Total

n 38 11 49

% 77,6 22,4 100

Tabel di atas menjelaskan bahwa sebanyak 38 orang (77,6%) responden memperoleh support dan tidak memperoleh support sebanyak 11 orang (22,4%) 4.2.2.4 Belonging Support Belonging support terbagi menjadi ada dan tidak ada support, seperti yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dijelaskan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.12 Distribusi Belonging Support pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori Ada Support Tidak Ada Support Total

n 42 7 49

% 85,7 14,3 100

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mendapatkan support yaitu sebanyak 42 orang (85,7%) dan 7 orang (14,3%) tidak mendapatkan support. 4.2.3. Self Efficacy Self efficacy terdiri atas magnitude, generality, dan strength. Self Efficacy dikategorikan menjadi baik dan kurang baik. Adapun hasilnya tersaji pada tabel berikut: Tabel 4.13 Distribusi Self Efficacy pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori Baik Kurang Baik Total

n 35 14 49

% 71,4 28,6 100

Tabel ini menjelaskan bahwa sebanyak 35 orang (71,4%) responden memiliki self efficacy baik dan sebanyak 14 orang (28,6%) memiliki self efficacy kurang. 4.2.3.1 Magnitude Magnitude merupakan kesulitan dalam melakukan sesuatu yang terbagi atas dua yaitu tidak ada kesulitan dan ada kesulitan. Tabel 4.14 Distribusi Magnitude pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kota Matsum Kota Medan Kategori Tidak ada kesulitan Ada kesulitan Total

n 36 13 49

% 73,5 26,5 100

Hasil analisis univariat pada tabel ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami kesulitan sebanyak 36 orang (73,5%) dan mengalami kesulitan sebanyak 13 orang (26,5%). 4.2.3.2 Generality Tabel berikut ini akan menjelaskan mengenai generality yang terbagi menjadi yakin dan tidak yakin. Tabel 4.15 Distribusi Generality pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori Yakin Tidak yakin Total

n 35 14 49

% 71,4 28,6 100

Tabel ini menerangkan bahwa sebanyak 35 orang (71,4%) merasa yakin dan sebanyak 14 orang (28,6%) merasa tidak yakin. 4.2.3.2 Strength Tabel 4.16 Distribusi Strength pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori n % Yakin 34 69,4 Tidak yakin 15 30,6 Total 49 100 Tabel ini menginformasikan bahwa responden yang merasa yakin sebanyak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

34 orang (69,4%) dan tidak yakin sebanyak 15 orang (30,6%). 4.2.4. Distress Emosi Distress emosi dikategorikan menjadi distress emosi rendah dan distress emosi tinggi. Hasil kategori tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.17 Distribusi Distress Emosi pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori Rendah Tinggi Total

n 37 12 49

% 75,5 24,5 100

Tabel di atas menjelaskan bahwa sebanyak 37 orang (75,5%) memiliki distress emosi tinggi dan 12 orang (24,5%) distress emosi rendah. 4.2.4.1 Beban Emosi Beban emosi terdiri dari ada dan tidak ada beban yang dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.18 Distribusi Beban Emosi pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori Tidak ada beban Ada beban Total

n 36 13 49

% 73,5 26,5 100

Responden yang tidak ada beban sebanyak 36 orang (73,5%) dan responden yang memiliki beban sebanyak 13 orang (26,5%). 4.2.4.2 Keterkaitan Tenaga Kesehatan Keterkaitan tenaga kesehatan dibagi menjadi terkait dan tidak terkait. Hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

analisis pada Tabel 4.19 berikut ini: Tabel 4.19 Distribusi Keterkaitan Tenaga Kesehatan pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori Terkait Tidak terkait Total

n 37 12 49

% 75,5 24,5 100

Responden yang terkait dengan tenaga kesehatan sebanyak 37 orang (75,5%) dan 12 orang (24,5%) tidak terkait dengan tenaga kesehatan. 4.2.4.3 Kesulitan Perawatan Diri Kesulitan dalam perawatan diri terbagi menjadi sulit dan tidak sulit yang diterangkan pada tabel berikut ini: Tabel 4.20 Distribusi Kesulitan Perawatan Diri Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori Tidak Sulit Sulit Total

n 38 11 49

% 77,6 22,4 100

Hasil analisis pada tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki kesulitan sebanyak 11 orang (22,4%) dan yang paling banyak tidak memiliki kesulitan sebesar 38 orang (77,6%). 4.2.4.4 Interpersonal Distress Interpersonal distress terbagi atas didukung dan tidak didukung. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.21 Distribusi Interpersonal Distress pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Kategori Didukung Tidak Didukung Total

n 40 9 49

% 81,6 18,4 100

Tabel ini menunjukkan bahwa responden yang didukung sebanyak 40 orang (81,6%) dan responden yang tidak didukung sebanyak 9 orang (18,4%). 4.2.5 Perilaku Perawatan Diri Perilaku perawatan diri terbagi atas melakukan dan tidak melakukan. Hasil penelitian ini memperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.22 Distribusi Perilaku Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan

Kategori Melakukan Tidak Melakukan Total

n 40 9 49

% 81,6 18,4 100

Tabel di atas menjelaskan bahwa sebanyak 40 orang (81,6%) melakukan perawatan diri dan 9 orang (18,4%) tidak melakukan perawatan diri. 4.2.5. Persentase Jawaban Responden berdasarkan Item Pertanyaan Kuesioner Berikut ini dijelaskan analisis univariat dari masing-masing item pertanyaan kuesioner. 4.2.5.1 Dukungan Sosial Dukungan sosial terdiri dari appraisal support, tangiabel support, self esteem support, dan belonging support.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1. Appraisal Support Tabel 4.23 Distribusi Item Pertanyaan Appraisal Support pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan No.

Pertanyaan

n

%

1

2

5

1

2

1

Jarang

Sering n

Selalu

%

n

%

10,2 34

69,4

9

18,4

4

8,2

31

63,3

13

26,5

2

4

8,2

35

71,4

9

18,4

1

2

5

10,2 35

71,4

8

16,3

1

2

4

8,2

38

77,6

6

12,2

1

2

4

8,2

31

63,3

13

26,5

1

2

4

8,2

31

63,3

13

26,5

0

0

9

18,4 29

59,2

11

22,4

1

2

4

8,2

75,5

7

14,3

1.

4.

Keluarga memberi saran supaya saya kontrol ke dokter 2. Keluarga memberi saran untuk mengikuti edukasi diabetes 3. Keluarga memberikan informasi baru tentang diabetes kepada saya Keluarga membantu saya untuk menghindari makanan yang manis 5. Keluarga mengingatkan saya tentang jadwal diet yang teratur 6. Keluarga menyarankan untuk memeriksakan mata saya ke dokter 7. Keluarga mendorong saya untuk memeriksakan kaki saya ke dokter 8. Keluarga mendorong saya untuk periksa gigi ke dokter 9. Keluarga membantu ketika saya cemas dengan diabetes

Tidak pernah n %

37

Tabel di atas menunjukkan bahwa keluarga memberikan dukungan appraisal support kepada penderita diabetes melitus. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang mayoritas menjawab sering dan selalu. 2. Tangiabel Support Adapun hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.24 Distribusi Item Pertanyaan Tangiabel Support pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan

No. 1.

2.

3. 4.

Pertanyaan Informasi dari keluarga membuat saya merasa mudah memahami tentang diabetes Keluarga mengingatkan saya untuk mengontrol gula darah jika saya Lupa Keluarga membantu usaha saya untuk olah raga Keluarga mendorong saya untuk mengikuti rencana diet/makan

Keluarga mengingatkan saya untuk 5. memesan obat diabetes Keluarga menyediakan makanan sesuai 6. diet saya Keluarga mendukung usaha saya untuk 7. makan makanan sesuai diet Keluarga memahami cara membantu 8. saya dalam mengatasi diabetes Keluarga membantu untuk membayar 9. pengobatan diabetes

Tidak pernah n %

Jarang

Sering

Selalu

n

%

n

%

n

%

1

2

5

10,2

31

63,3

12

24,5

1

2

3

6,1

36

73,5

9

18,4

1

2

5

10,2

34

69,4

9

18,4

1

2

7

14,3

23

46,9

18

36,7

1

2

5

10,2

27

55,1

16

32,7

1

2

7

14,3

27

55,1

14

28,6

1

2

6

12,2

25

51

17

34,7

1

2

5

10,2

37

75,5

6

12,2

1

2

2

4,1

38

77,6

8

16,3

Tabel ini menunjukkan bahwa keluarga memberikan tanggiable support kepada penderita diabetes mellitus. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang sebagian besar menjawab kategori sering dan selalu. 3. Self Estem Support Tabel berikut menjelaskan mengenai jawaban responden tentang self esteem support:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.25 Distribusi Item Pertanyaan Self Estem Support pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan

No

Pertanyaan

Keluarga mengerti saat saya mengalami masalah yang berhubungan dgn diabetes 2. Keluarga mendengarkan jika saya bercerita tentang diabetes 3. Keluarga mengerti perasaan saya saat mengalami diabetes Keluarga makan makanan 4. yang tidak boleh saya makan didekat saya 5. Keluarga merasa kesusahan terhadap diabetes yang saya alami 6. Meminta bantuan kepada keluarga membuat saya merasa mudah dalam mengatasi masalah diabetes

Tidak pernah n %

n

%

n

%

n

%

0

0

5

10,2

30

61,2

14

28,6

0

0

3

6,1

31

63,3

15

30,6

0

0

4

8,2

35

71,4

10

20,4

1

2

5

10,2

36

73,5

7

14,3

1

2

4

8,2

35

71,4

9

18,4

1

2

4

8,2

35

71,4

9

18,4

Jarang

Sering

Selalu

1.

Tabel ini menunjukkan bahwa keluarga memberikan self esteem support kepada penderita diabetes mellitus. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang sebagian besar menjawab kategori sering dan selalu. 4. Belonging Support Tabel berikut menjelaskan mengenai jawaban responden tentang belonging support:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.26 Distribusi Item Pertanyaan Belonging Support pada penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan

No. 1. 2.

3. 4.

Pertanyaan Keluarga merasa terganggu dengan diabetes saya Saya merasakan kemudahan meminta bantuan keluarga untuk mendukung perawatan diabetes saya Keluarga tidak menerima bahwa saya menderita diabetes Keluarga membantu ketika saya cemas dengan diabetes

Keluarga mengerti ketika saya sedih 5. dengan diabetes

Tidak pernah n %

n

%

n

%

n

%

0

0

2

4,1

35

71,4

12

24,5

0

0

5

10,2

42

85,7

2

4,1

1

2

3

6,1

36

73,5

9

18,4

1

2

5

10,2

27

55,1

16

32,7

1

2

3

6,1

38

77,6

7

14,3

Jarang

Sering

Selalu

Tabel ini menunjukkan bahwa keluarga memberikan belonging support kepada penderita diabetes mellitus. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang sebagian besar menjawab kategori sering dan selalu. 4.2.5.2 Self Efficacy Self efficacy terdiri atas magnitude, generality, dan strength. 1. Magnitude Tabel berikut ini menjelaskan mengenai jawaban responden tentang magnitude: Tabel 4.27 Distribusi Item Pertanyaan Self Efficacy pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan

No. 1.

Pertanyaan Saya mampu melakukan aktivitas

Tidak Yakin n %

Kurang Yakin n %

n

%

1

4

21

42,9

2

8,2

Yakin

Sangat Yakin n % 23

46,9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.27 (Lanjutan)

No.

2.

3.

4.

Pertanyaan fisik yang ringan untuk menjaga kesehatan saya (contohnya : joging, berkebun, latihan peregangan) Saya tidak mampu melakukan aktivitas fisik yang lebih banyak, jika dokter menginstruksikannya untuk memperbaiki kondisi kesehatan saya Saya mampu menjaga pola makan yang sehat (diet DM) walaupun saya tidak berada di rumah Saya mampu menjaga pola makan sehat (diet DM), ketika saya sedang merasa tertekan/ stress/cemas

Tidak Yakin n %

Kurang Yakin n %

Sangat Yakin n %

n

%

2

4,1

6

12,2

18

36,7

23

46,9

1

2

11

22,4

9

18,4

28

57,1

2

4,1

8

16,3

7

14,3

32

65,3

Yakin

Tabel ini menjelaskan bahwa sebagian besar responden merasa sangat yakin dalam mengatasi penyakit diabetes mellitus yang menyerang dirinya. 2. Generality Tabel 4.28 Distribusi Item Pertanyaan Generality pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan No. 1.

Pertanyaan Saya mampu memeriksakan kadar gula darah saya jika diperlukan

Tidak Yakin n % 2

Kurang Yakin n %

n

%

Sangat Yakin n %

4,1 12 24,5

3

6,1

32 65,3

Yakin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.28 (Lanjutan)

No.

Pertanyaan

Kurang Yakin n %

n

%

4,1 10 20,4

7

14,3 30 61,2

15 30,6

8

16,3 25

2

4,1 12 24,5

5

10,2 30 61,2

2

4,1

7

14,3

20

40,8 20 40,8

2

4,1

4

8,2

17

34,7 26 53,1

1

2

9

18,4

15

30,6 24

Yakin

Sangat Yakin n %

2.

4.

5.

6.

7.

Saya mampu memilih makanan yang sehat dan terbaik sesuai dengan diet DM untuk menjaga kondisi kesehatan Saya 3. Saya mampu menjaga berat badan saya dalam batasan Berat Badan Ideal (BBI) Saya mampu melakukan pemeriksaan terhadap kaki saya secara mandiri (misal: ada luka, mengupas, dll) Saya mampu untuk tetap menjaga pola makan yang sehat sesuai diet DM Ketika saya melakukan aktivitas fisik lebih dari biasanya, saya mampu melakukan penyesuaian dengan pola makan Saya mampu memilih makanan dari makanan yang beragam dan tetap menjaga pola makan yang sehat, ketika saya tidak berada di rumah, misal: memilih makanan yang ada di rumah makan/restoran

Tidak Yakin n %

2

1

2

51

49

Tabel ini menjelaskan bahwa sebagian besar responden merasa sangat yakin dalam mengatasi penyakit diabetes mellitus yang menyerang dirinya. 3. Strength Tabel berikut ini menjelaskan mengenai jawaban responden tentang strength:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.29 Distribusi Item Pertanyaan Strength pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan

No. 1.

2.

3.

4.

Pertanyaan Ketika saya merasa kadar gula saya terlalu tinggi (misal: sering kencing, sering merasa haus, badan terasa lemah, dll) saya mampu memperbaiki kadar gula darah saya ke dalam kadar gula normal (misal: mengganti makanan yang saya biasa saya makan atau makan makanan yang berbeda , olahraga dll) Ketika saya merasa kadar gula darah saya terlalu rendah (mual, keringat dingin, gangguan konsentrasi, jantung berdebar-debar) saya mampu memperbaiki kadar gula darah saya ke dalam kadar gula normal (misal: mengganti makanan yang biasa saya makan atau makan makanan yang berbeda) Saya mampu memilih makanan dari beragam makanan yang ada dan tetap menjaga pola makan yang sehat Saya mampu mengikiuti pola makan yang sehat (diet DM) yang dianjurkan oleh tim kesehatan

Tidak Yakin n %

Kurang Yakin n %

n

%

1

2

8

16,3

16

32,7

24

1

2

10 20,4

11

22,4

27 55,1

1

2

15 30,6

8

16,3

25

1

2

13 26,5

7

14,3

28 57,1

Yakin

Sangat Yakin n %

49

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.29 (Lanjutan)

No. 5.

6.

7.

8. 9.

Pertanyaan

Saya mampu menjaga pola makan yang sehat (diet DM) walaupun saya makan di acara pesta (perkawinan, khitanan, dll) Saya mampu memilih makanan yang sehat dari beragam makanan yang ada ketika saya makan di luar rumah atau pada saat makan di tempat pesta Saya mampu datang ke tempat layanan kesehatan 4 kali dalam setahun untuk memonitor oenyakit diabetes saya Saya mampu meminum obat sesuai aturan minumnya Saya mampu mempertahankan program pengobatan yang diberikan kepada saya walaupun saya dalam kondisi sakit

Tidak Yakin n %

Kurang Yakin n %

n

%

Sangat Yakin n %

1

2

13 26,5

1

14,3

28 57,1

1

2

10 20,4

10

20,4

28 57,1

1

2

12 24,5

2

4,1

34 69,4

1

2

13 26,5

7

14,3

28 57,1

5

10,2

6

19

38,8

19 38,8

12,2

Yakin

Tabel ini menunjukkan bahwa mayoritas responden banyak yang merasa sangat yakin dengan melakukan perawatan diabetes mellitus. 4.2.5.3 Distress Emosi Distress emosi terdiri dari beban emosi, keterkaitan dengan tenaga kesehatan, kesulitan perawatan diri, dan interpersonal distresi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1. Beban Emosi Tabel berikut ini menjelaskan mengenai jawaban responden tentang beban emosi: Tabel 4.30 Distribusi Item Pertanyaan Beban Emosi pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan

No 1.

2.

Pertanyaan Saya tidak bisa menerima saat pertama kali di diagnosa terkena penyakit diabetes mellitus. Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap penyakit yang saya alami.

Tidak Pernah n %

n

%

n

%

n

%

1

2

10

20,4

6

12,2

32

65,3

1

2

10

20,4

5

10,2

33

67,3

Jarang

Sering

Selalu

Tabel tersebut menjelaskan bahwa responden sering memiliki beban emosi terkait penyakit diabetes melitus ini. 2. Keterkaitan Tenaga Kesehatan Tabel berikut ini menjelaskan mengenai jawaban mengenai keterkaitan tenaga kesehatan dalam melakukan perawatan diri yang dilakukan pada penderita diabetes mellitus. Tabel 4.31 Distribusi Item Pertanyaan Keterkaitan Tenaga Kesehatan pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan

No. 1.

Pertanyaan Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal dengan pengobatan diabetes.

Tidak Pernah n %

n

%

n

%

n

%

1

11

22,4

2

4,1

35

71,4

2

Jarang

Sering

Selalu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.31 (Lanjutan)

No.

Pertanyaan

2.

Saya merasa telah menghabiskan energi untuk menjalani pengobatan diabetes. Saya merasa tidak sabar ketika mengalami penundaan untuk melakukan kontrol kadar gula darah. Saya sangat yakin dengan pengobatan diabetes mellitus yang saya jalani.

3.

4.

Tabel

berikut

ini

Tidak Pernah n %

n

%

n

%

n

%

1

2

10

20,4

3

6,1

35

71,4

1

2

10

20,4

11

22,4

27

55,1

1

2

11

22,4

8

16,3

29

59,2

menjelaskan

Jarang

bahwa

Sering

responden

sering

Selalu

merasakan

ketidaknyamanan dalam melakukan perawatan diri dimana mereka selalu merasa kesal dan tidak sabar serta merasa lelah dalam menjalaninya. 3. Kesulitan Perawatan Diri Tabel berikut ini menjelaskan mengenai jawaban mengenai kesulitan perawatan diri dalam melakukan perawatan diri yang dilakukan pada penderita diabetes mellitus. Tabel 4.32 Distribusi Item Pertanyaan Kesulitan Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan

No. 1.

Pertanyaan Saya merasa sulit untuk bersantai sejak menderita penyakit diabetes.

Tidak Pernah n %

n

%

n

%

n

%

2

9

18,4

3

6,1

35

71,4

4,1

Jarang

Sering

Selalu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.32 (Lanjutan)

No. 2.

3. 4.

Pertanyaan Saya merasa cemas terhadap penyakit diabetes mellitus yang saya alami. Saya merasa sulit untuk beristirahat Saya merasa sulit untuk melakukan terapi diet makanan

Tidak Pernah n %

n

%

n

%

n

%

2

4,1

6

12,2

7

14,3

34

69,4

2

4,1

1 0

20,4

5

10,2

32

65,3

2

4,1

9

18,4

6

12,2

32

65,3

Jarang

Sering

Selalu

Tabel berikut ini menjelaskan bahwa responden selalu merasakan kesulitan dalam melakukan perawatan diri. 4. Interpersonal Distress Tabel berikut ini menjelaskan mengenai jawaban mengenai interpersonal distress dalam melakukan perawatan diri yang dilakukan pada penderita diabetes mellitus. Tabel 4.33 Distribusi Item Pertanyaan Interpersonal Distress pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan

No. 1.

2.

3.

Pertanyaan Saya mudah tersinggung sejak menderita penyakit diabetes mellitus. Saya sulit untuk sabar dalam melakukan terapi atau pengobatan diabetes mellitus Saya mengalami gangguan tidur pada

Tidak Pernah n %

n

%

n

%

2

4,1

6

12,2

21

42,9

20 40,8

2

4,1

3

6,1

22

44,9

22 44,9

1

2

5

10,2

15

30,6

28 57,1

Jarang

Sering

Selalu n

%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.33 (Lanjutan)

No.

Pertanyaan malam hari sejak di diagnosa menderita diabetes. Nafsu makan saya berkurang sejak saya menjalani pengobatan diabetes mellitus

4.

Tidak Pernah n %

n

%

n

%

1

4

8,2

16

32,7

2

Jarang

Sering

Selalu n

%

28 57,1

Tabel berikut ini menjelaskan bahwa responden selalu merasakan gangguan dan keluhan selama mengalami diabetes melitus. 4.2.5.4 Perilaku Perawatan Diri Tabel berikut ini menjelaskan mengenai jawaban mengenai perilaku perawatan diri yang dilakukan pada penderita diabetes mellitus. Tabel 4.34 Distribusi Item Pertanyaan Perilaku Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan No.

Pertanyaan

1.

Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu mengikuti perencanaan makan (diet) sesuai dengan yang dianjurkan Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu membatasi jumlah kalori yang di makan sesuai dengan anjuran untuk mengontrol Diabetes Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari

2.

3.

1 hari %

2-3 hari n %

4-5 hari n %

6-7 hari n %

2

4,1

4

8,2

3

6,1

40

81,6

2

4,1

2

4,1

7

14,3

38

77,6

2

4,1

5

10,2

13

26,5

29

59,2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.34 (Lanjutan) No.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Pertanyaan

Bapak/Ibu mengatur pemasukan makanan yang mengandung karbohidrat. Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu makan sayuran. Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu makan makanan yang mengandung tinggi lemak (seperti daging, makanan yang mengandung minyak atau mentega dan lainlain Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu makan makanan selingan yang banyak mengandung gula (seperti kue, biskuit, selai,dll). Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu melakukan latihan fisik sedikitnya dalam waktu 20-30 menit. Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu melakukan latihan ringan seperti jalan kaki di sekitar rumah. Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu memeriksa gula darah di pelayanan kesehatan maupun secara mandiri

1 hari %

2-3 hari n %

4-5 hari n %

6-7 hari n %

2

4,1

4

8,2

5

10,2

38

77,6

2

4,1

2

4,1

21

42,9

24

49

2

4,1

1

2

23

46,9

23

46,9

2

4,1

2

4,1

14

28,6

31

63,3

1

2

2

4,1

15

30,6

31

63,3

1

2

4

8,2

19

38,8

25

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.34 (Lanjutan) No.

Pertanyaan

di rumah. 10. Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu minum obat sesuai dengan petunjuk dokter 11. Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu memeriksa kaki 12. Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu membersihkan kaki 13. Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu mengeringkan sela-sela jari kaki setelah dicuci. 14. Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu memeriksa bagian dalam sandal/sepatu yang akan digunakan.

1 hari %

2-3 hari n %

4-5 hari n %

6-7 hari n %

2

4,1

4

8,2

20

40,8

23

46,9

2

4,1

3

6,1

16

32,7

28

57,1

2

4,1

2

4,1

17

34,7

28

57,1

1

2

2

4,1

18

36,7

28

57,1

1

2

4

8,2

13

26,5

31

63,3

Tabel ini menjelaskan bahwa responden sering melakukan perawatan diri mengenai diabetes melitus selama 5-6 hari dalam seminggu.

4.3 Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial, self efficacy, dan distress emosi dengan perilaku perawatan diri pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Kota Matsum Medan. 4.3.1 Dukungan Sosial Berikut ini akan dijelaskan hubungan dukungan sosial dengan perilaku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

perawatan diri pada penderita diabetes. Tabel 4.35 Hubungan Dukungan Sosial dengan Perilaku Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Melakukan Dukungan Sosial Ada Dukungan Tidak ada dukungan

n 35 5

% 92,1 45,5

Tidak Melakukan n % 3 7,9 6 54,5

PR

95% CI

p

14,000

2,62874,590

0,002

Tabel silang antara dukungan sosial dan perilaku perawatan diri pada penderita diabetes melitus menunjukkan bahwa dari 38 responden dengan

ada dukungan,

sebanyak 35 responden (92,1%) melakukan perawatan diri, sedangkan dari 11 responden dengan tidak ada dukungan sebanyak 6 responden (54,5%) tidak melakukan perawatan diri. Berdasarkan hasil uji diperoleh nilai p = 0,002 hal ini berarti nilai p < 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan dukungan sosial dengan perilaku perawatan diri pada penderita diabetes di Puskesmas Kota Matsum. Nilai PR menunjukkan sebesar 14,000 menunjukkan bahwa responden yang mendapat dukungan akan melakukan perawatan diri 14 kali lebih besar dibandingkan responden yang tidak mendapat dukungan. 4.3.2 Self Efficacy Berikut ini akan dijelaskan hubungan self efficacy dengan perilaku perawatan diri pada penderita diabetes.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.36 Hubungan Self Efficacy dengan Perilaku Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Self Efficacy Baik Kurang

Melakukan n 32 8

% 91,4 57,1

Tidak Melakukan n % 3 8,6 6 42,9

PR

95% CI

p

8,000

1,635-39,142

0,011

Tabel silang antara self efficacy dan perilaku perawatan diri pada penderita diabetes melitus menunjukkan bahwa dari 35 responden dengan self efficacy baik, sebanyak 32 responden (91,4%) melakukan perawatan diri, sedangkan dari 14 responden dengan self efficacy kurang sebanyak 6 responden (54,5%) tidak melakukan perawatan diri. Berdasarkan hasil uji diperoleh nilai p = 0,011 hal ini berarti nilai p < 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan self efficacy dengan perilaku perawatan diri pada penderita diabetes melitus. Nilai PR sebesar 8,000 menjelaskan bahwa responden yang memiliki self efficacy baik akan melakukan perawatan diri 8 kali lebih besar daripada responden yang kurang memiliki self efficacy. 4.3.3 Distress Emosi Tabel 4.37 Hubungan Distress Emosi dengan Perilaku Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Distress Emosi Rendah Tinggi

Melakukan n 34 6

% 91,9 50

Tidak Melakukan n % 3 8,1 6 50

PR

95% CI

p

11,333

2,209-58,147

0,004

Tabel silang antara distress emosi dan perilaku perawatan diri pada penderita diabetes melitus menunjukkan bahwa dari 37 responden dengan

distress emosi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Rendah, sebanyak 34 responden (91,9%) melakukan perawatan diri, sedangkan dari 12 responden dengan distress emosi tinggi sebanyak 6 responden (50%) tidak melakukan perawatan diri. Berdasarkan hasil uji diperoleh nilai p = 0,004 hal ini berarti nilai p < 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan distress emosi dengan perilaku perawatan diri pada penderita diabetes melitus. Nilai PR sebesar 11,333 menjelaskan bahwa responden yang memiliki distress emosi rendah akan melakukan perawatan diri 11 kali lebih besar daripada responden yang memiliki distress emosi tinggi. 4.4 Analisis Multivariat Adapun variabel yang dianalisis ke dalam model multivariat (regresi logistik berganda) adalah dukungan sosial, distress emosi, dan self efficacy karena dari hasil uji bivariat menunjukkan bahwa ketiga variabel ini memiliki nilai p < 0,25. Tabel 4.38 Pemilihan Kandidat Model untuk Tahap Prediksi Multivariat Variabel Dukungan Sosial Self Efficacy Distress Emosi *Variabel yang menjadi kandidat

P 0,002* 0,011* 0,004*

Dalam penelitian ini variabel yang memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam regresi logistik adalah dukungan sosial, self efficacy dan distress emosi. Tabel 4.39 Analisis Regresi Logistik Berganda No. 1. 2. 3. 4.

Variabel

Β

p

Exp (B)

95% CI Lower Upper 1,011 49,843 0,836 38,738 0,258 14,410

Dukungan Sosial 1,960 0,049 7,097 Distress Emosi 1,739 0,079 5,691 Self Efficacy 0,656 0,523 1,927 Konstanta -3,109 Dari hasil uji multivariat dengan mempergunakan regresi logistik ganda

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

diperoleh hasil analisis pada tabel 4.39 membuktikan dukungan sosial merupakan variabel yang paling dominan memengaruhi perilaku perawatan diri pada pada penderita diabetes melitus karena memiliki nilai p= 0,049 dengan Exp (B) sebesar 7,097 dengan 95% CI 1,011-49,843. Variabel dukungan sosial bernilai positif menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan yang searah (positif) terhadap perilaku perawatan diri pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan. Jadi dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa perilaku perawatan diri akan meningkat jauh lebih tinggi apabila dukungan sosial ditingkatkan. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda, variabel dukungan sosial diperoleh nilai Exp (B) sebesar 7,097 pada Confidence Interval 95% yaitu antara 1,011 sampai 49,843, sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial terhadap perilaku perawatan diri semakin kuat kemungkinan 7,097 kali akan melakukan perawatan diri. Maka diperoleh persamaan regresi logistik berganda seperti berikut ini: Y= konstanta + a1x1 + a2x2 +….aixi Y= -3,109 + 1,960 Y= -1,149 Perkiraan probabilitasnya yaitu:

P

1 1  e y





Nilai probabilitas sebesar 24% menunjukkan bahwa responden yang memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dukungan sosial memiliki peluang 24% akan melakukan perawatan diri dan sedangkan sisanya sebesar 76% dipengaruhi oleh faktor lain yang diabaikan penulis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 5 PEMBAHASAN

Pembahasan ini berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh dukungan sosial, self efficacy dan distress emosi terhadap perilaku perawatan diri pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum. Hal ini dikarenakan diabetes melitus merupakan penyakit yang berdampak pada menurunnya produktivitas dan mutu sumber daya manusia sehingga dapat mengganggu stabilitas dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Penderita diabetes melitus tidak terlepas dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kesehatannya menjadi lebih buruk dan juga dapat semakin baik. Peranan keluarga dan tenaga kesehatan tentu sangat mempengaruhi keberhasilan dalam menanggulangi penyakit diabetes melitus ini

5.1. Responden Penelitian Responden penelitian ini adalah Penderita diabetes melitus yang berobat ke Puskesmas Kota Matsum dan berada di wilayah kerja Puskesmas tersebut. Pemilihan responden berdasarkan kriteria atau ciri-ciri yang ditentukan oleh peneliti. Cara mengetahui bahwa penderita merupakan pasien dari Puskesmas Kota Matsum yaitu dengan cara melihat di buku status yang ada di Puskesmas dan menyesuaikan dengan wilayah kerja Puskesmas tersebut. 103 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5.2. Karakteristik Responden 5.2.1. Umur Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang distribusi responden berdasarkan umur (Tabel 4.1) terlihat bahwa mayoritas responden sebanyak 41 orang atau 83,7% adalah responden yang berusia ≥46 tahun dan paling sedikit adalah responden yang berusia < 46 tahun yaitu sebanyak 8 orang atau 16,3%. Hal ini karena pada rentang usia tersebut, termasuk ke dalam golongan lanjut usia awal sehingga mulai mengalami penurunan fungsi organ termasuk pankreas yang mengakibatkan produksi insulin mulai menurun dan biasanya pada rentang usia tersebut pola hidup mulai menurun/kurang baik. Hal ini sejalan dengan yang dipaparkan oleh Awad, et al., (2013) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa penderita diabetes terbanyak di rentang usia 51-60 tahun dan secara umum penderita paling banyak didapatkan pada usia 45-60 tahun. Menurut peneliti kelompok umur belum tentu memengaruhi perilaku individu, termasuk dalam hal perilaku perawatan diri pada penderita DM, banyak hal yang melatar belakangi pengetahuan individu yang berkaitan dengan perilaku perawatan diri penderita DM Tipe 2 termasuk seperti ketersediaan fasilitas, keramahan petugas kesehatan, kenyamanan dan sebagainya. Penderita DM umumnya mulai terjadi pada dewasa madya (45-60 tahun) disebabkan oleh proses penuaan yang menyebabkan fungsi organ tubuh menurun sehingga organ tubuh tidak dapat bekerja secara optimal. Hal ini sejalan dengan penelitian Wahyuni (2010) yang menyatakan umumnya tubuh manusia akan secara fisiologis menurun setelah usia 40 tahun. Menurut Wahyuni

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2010), DM sering terjadi setelah usia tersebut terutama pada usia setelah 45 tahun. Pada usia tersebut terjadi juga penurunan atau resistensi insulin sehingga pengendalian glukosa darah kurang optimal (Jelantik & Hariyati, 2014). 5.2.2. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang distribusi responden berdasarkan jenis kelamin (Tabel 4.2) menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 37 orang atau 75,51% adalah responden yang jenis kelaminnya perempuan dan paling sedikit adalah responden yang jenis kelaminnya laki-laki yaitu sebanyak 12 orang atau 24,49%. Berdasarkan Data Statistik Indonesia menunjukkan Penyakit DM di Kota Medan lebih banyak terjadi pada perempuan yaitu sebesar 1295 kasus. Hal ini berkaitan dengan wanita lebih beresiko mengidap penyakit diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar serta adanya hubungan faktor proses hormonal yang lebih besar dibandingkan

laki-laki

berkaitan

dengan

sindroma

siklusbulanan

(premenstrualsyndrom), pasca-menopause yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi. Perubahan hormonal yang terjadi pada perempuan yaitu dimana telah terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron akibat menopause. Estrogen pada dasarnya berfungsi untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah dan meningkatkan penyimpanan lemak, serta progesteron yang berfungsi menormalkan kadar gula darah dan membantu menggunakan lemak sebagai energi. Hal ini sejalan dengan seperti yang dipaparkan oleh Rivandi,etal., (2015) yang menyatakan bahwa proporsi penderita DM lebih tinggi terjadi pada wanita

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dibandingkan laki-laki

berkaitan dengan peluang peningkatan IMT dan faktor

hormonal. 5.2.3. Pendidikan Tingkat pendidikan menyatakan pendidikan formal yang telah dilalui oleh responden yang terbagi menjadi tamat SD, SLTP, SLTA, PT. Tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang dalam mencari perawatan dan pengobatan penyakit yang dideritanya, serta memilih dan memutuskan tindakan yang akan dan harus dijalani untuk mengatasi masalah kesehatannya. Sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang maka kesadaran untuk mencari pengobatan dan perawatan akan semakin tinggi pula (Nurcahyati, 2011). Semakin tinggi pendidikan seseorang maka dia akan cenderung untuk berperilaku positif karena pendidikan yang diperoleh dapat meletakkan dasar-dasar pemahaman dan perilaku dalam diri seseorang (Azwar, 2005). Tingkat pendidikan seseorang merupakan salah satu faktor predisposing seseorang dalam berperilaku. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih baik untuk menerima terapi yang dijalani dan lebih mampu untuk beradaptasi dengan kondisi yang dijalani (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian menunjukkan (Tabel 4.3) banyaknya pasien berdasarkan pendidikan. Mayoritas responden sebanyak 27 orang atau 55,10% adalah responden yang pendidikannya SLTA/sederajat dan paling sedikit adalah responden yang pendidikannya Akademi/PT yaitu hanya 1 pasien atau 2,04%. Teori ilmu perilaku dalam Health Educational Planning a Diagnostic Approach menyatakan bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kualitas hidup merupakan cara untuk menilai kondisi kesehatan seseorang, di mana sehat itu sendiri dinyatakan secara fisik, mental dan sosial. Pendidikan merupakan salah satu dari aspek predisposing di mana predisposing ini merupakan salah satu yang memengaruhi seseorang dalam berperilaku, sehingga tingkat pendidikan adalah satu dari banyak faktor yang dapat dikaitkan dengan kualitas hidup pasien. 5.2.4. Pekerjaan Berdasarkan (Tabel 4.4) menunjukkan bahwa terdapat 14 orang (28,57%) tidak berkerja. Hal ini karena pekerjaan berkaitan dengan aktivitas fisik, dimana pasien lebih dominan tidak bekerja danhanya berdiam di rumah/melakukan aktivitas ringan sehingga kurangnya aktivitas fisik yang dapat lebih beresiko terkena diabetes. Hal ini disebabkan karena aktivitas fisik yang kurang menyebabkan resistensi insulin sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyakit diabetes (Merentek, 2006). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zainuddin dkk (2015) dimana penderita diabetes lebih dominan adalah ibu rumah tangga karena berkaitan dengan aktivitas fisik yang dilakukan oleh ibu rumah tangga kemungkinan besar lebih sedikit (ringan) dibanding orang yang memiliki aktifitas pekerjaan diluar rumah. Menurut peneliti aktifitas fisik mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul

diabetes

mellitus dan

Lisiswanti et al (2016) menyatakan bahwa aktivitas fisik dapat memperbaiki kendali glukosa secara menyeluruh, dimana saat melakukan

aktivitas fisik terjadi

peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif sehingga secara langsung dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

menurunkan glukosa darah. Berdasarkan Department of Health (2013), ibu rumah tangga termasuk aktivitas fisik ringan. Pada saat tubuh melakukan aktivitas, glukosa digunakan sebagai sumber energi sebaliknya jika kurang bergerak zat makanan hanya ditimbun sebagai lemak dan gula (Juliansyah et al., 2014). Aktivitas fisik juga membantu hormon insulin mengabsorsi glukosa ke dalam sel tubuh termasuk ke otot untuk energi (NIDDK, 2014). Status pekerjaan dinilai berdasarkan adanya tanggung jawab responden dalam menafkahi keluarga. Bekerja adalah bagi responden yang masih aktif bekerja atau masih dalam usia bekerja yaitu <60 tahun namun berhenti karena penyakit yang diderita atau responden yang bekerja di rumah. Tidak bekerja adalah responden yang memang tidak memiliki pekerjaan atau responden yang telah pensiun atau purna masa kerja (Bestari, 2015). Pasien yang berstatus bekerja memiliki jumlah terbanyak yaitu 35 responden.

5.3. Konsumsi Obat Berdasarkan (Tabel 4.6) menunjukkan banyaknya pasien berdasarkan konsumsi obat. Mayoritas responden sebanyak 34 orang atau 69,39% adalah responden yang tidak mengkonsumsi obat dan paling sedikit adalah responden yang konsumsi obatnya herbal yaitu sebanyak 7 pasien atau 14,29%. Hal ini disebabkan karena responden terbiasa tidak minum obat secara rutin hanya ketika merasakan gejala saja sehingga lupa, sibuk/gugup berangkat bekerja serta ketiduran. Hal ini juga sejalan dengan yang dinyatakan oleh Alfian R (2015) dalam penelitiannya bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kebanyakan pasien mengabaikan akan pentingnya pengobatan antidiabetik oral karena beberapa faktor dan faktor penyebab ketidakpatuhan paling dominan adalah faktor lupa.

5.4. Lama Menderita DM Berdasarkan (Tabel 4.7) menunjukkan banyaknya pasien berdasarkan lamanya menderita DM. Mayoritas responden sebanyak 47 orang atau 95,92% adalah responden yanglama menderita DM ≥ 5 tahun dan sebanyak 2 orang atau 4,08% adalah responden yang lama menderita DM nya < 5 tahun. Berdasarkan hasil Penelitian Yusra (2011) menyatakan bahwa lama menderita diabetes melitus tepanjang adalah 18 tahun dan terpendek adalah 1 tahun. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wenet al (2004) yang menyatakan responden yang diteliti pada lama menderita diabetes melitus tipe 2 rata–rata 11 tahun. Pasien dengan diabetes melitus tipe 2 menderita diabetes > 10 tahun, hal ini sesuai karakteristik responden bahwa sebesar 36,7% responden adalah lanjut usia. Umur sangat erat kaitannya dengan kenaikan kadar gula darah dan lama menderita DM, semakin bertambah umur maka akan peningkatan prevalensi diabetes melitus dan gangguan toleransi glukosa akan semakin tinggi. Semakin bertambah umur seseorang maka kemampuan jaringan dalam mengambil glukosa darah semakin menurun (Suiraoka, 2012). Sehingga seseorang dengan diabetes melitus tipe 2 hanya dapat mempertahankan kadar gula dalam darah agar tetap normal dan penyakit ini akan diderita seumur hidup pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kenyataannya bahwa seseorang menjelaskan lama menderita DM pada saat diagnosa ditegakkan, sehingga hal tersebut kurang memberikan gambaran tentang lamanya menderita DM, padahal mungkin saja penyakit diabetes sudah terjadi sebelumnya. Lama menderita DM sering dihubungkan dengan terjadinya komplikasi. Komplikasi biasanya mulai timbul setelah klien menderita DM selama lebih dari 5 tahun. Penelitian ini menunjukkan bahwa rata- rata responden menderita DM kurang dari 5 tahun, sehingga klien belum berisiko terjadinya komplikasi akan tetapi tidak menutup kemungkinan komplikasi dapat terjadi akibat faktor yang lain seperti obesitas, displipidemia, merokok dan lain- lain (Kusniawati,2010). Penderita diabetes dengan durasi menderita DM lebih dari 5 tahun memiliki resiko 16,787 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien kurang 5 tahun (Subekti, 2007). Menurut peneliti lama menderita DM yang nantinya akan berhubungan dengan terjadinya hiperglikemi berkepanjangan. Pasien DM yang memiliki durasi DM lebih lama akan lebih baik dari segi pengetahuan dan adaptasi terhadap penyakitnya, hal

ini

disebabkan banyaknya pengalaman

dan

sering terpaparnya informasi

mengenai DM. Penelitian terdahulu oleh Bai, et al. (2009) yang mengatakan bahwa penderita DM dengan durasi DM lebih lama memiliki self care yang lebih baik dibandingkan dengan penderita yang memiliki durasi lebih pendek. Penelitian yang dilakukan Phitri dan Widyaningsih (2013) menyatakan bahwa seseorang yang sudah lama menderita sehingga

mampu

DM

akan

merespon

mempunyai pengetahuan

dan

pengalaman

terhadap penyakitnya dengan rajin melakukan

pengobatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5.5

Dukungan Sosial Dukungan sosial adalah bentuk bantuan yang diberikan oleh individu satu

kepada individu yang lain. Bentuk bantuan yang dimaksud adalah bentuk bantuan yang terlihat dan pemberian rasa cinta, kasih sayang dan kenyamanan kepada seseorang. King (2012) juga menambahkan bahwa dukungan sosial adalah informasi atau umpan balik dari orang lain yang menunjukkan bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, diharga, dan dihormati, dan dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan kewajiban yang timbal balik. Sedangkan Menurut Cohen & Hoberman (dalam Isnawati & Suhariadi (2013) dukungan sosial mengacu pada berbagai sumber daya yang disediakan oleh hubungan antar pribadi seseorang, dan bentuk dukungan sosial yaitu appraisal support, tangiable support, self esteem support, belonging support. Pemberian dukungan sosial dapat berasal dari pasangan atau patner, anggota keluarga, kawan, kontaksosial dan masyarakat, teman sekelompok, jamaah gereja atau masjid, dan teman kerja atau atasan anda di tempat kerja (Taylor, dkk., 2009). Hasil penelitian dukungan sosial dan perilaku perawatan diri pada penderita diabetes mellitus menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan sosial dengan perilaku perawatan diri. Nilai OR menunjukkan sebesar 14,000 menunjukkan bahwa responden yang mendapat dukungan akan melakukan perawatan diri 14 kali lebih besar dibandingkan responden yang tidak mendapat dukungan. Menurut peneliti demikian pula pada penderita diabetes melitus, bila dia mendapatkan dukungan sosial berupa bantuan instrumental, bantuan informasi,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

bantuan emosional, dan bantuan pengahargaan dari orang yang berharga dalam hidup seperti orang tua, saudara, pasangan, teman dekat, tenaga kesehatan dan lain-lain, maka individu akan merasa diperhatikan, dicintai, diberi kasing sayang, dan merasa berharga, sehingga kecemasan yang ada dalam diri individu akan dapat dikendalikan atau di control dalam hal perawatan dirinya. Dan hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana terlihat pada (Tabel 4.11) sebanyak 38 orang (77,6%) mendapat self esteem support dan 11 orang (22,4%) tidak memperoleh self esteem support dimana self esteem support adalah dukungan yang diberikan oleh orang lain terhdap perasaan atau harga diri individu. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara dukungan sosial dengan perilaku perawatan diri pada penderita DM tipe 2, karena bila individu mendapatkan dukungan sosial maka dengan begitu rasa akan terjadi peningkatan perilaku perawatan diri terlihat dari hasil penelitian ini dimana terdapat pengaruh antara dukungan sosial dengan perilaku perawatan diri . Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan sosial dengan perilaku perawatan diri dengan nilai p-value (0,002) dimana hasilnya adalah responden yang memiliki dukungan sosial melakukan perawatan diri sebanyak 35 orang atau (71,4%). dan responden yang tidak ada dukungan sosial hanya 5 orang (10,2%) yang melakukan perawatan diri. Hal tersebut juga didukungan dengan pernyataan Apollo & Cahyadi (2012) bahwa manfaat dukungan sosial adalah mengurangi kecemasan, depresi, dan simtom-simtom gangguan tubuh bagi orang yang mengalami kegagalan dalam pekerjaan atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

tindakan dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu dukungan sosial sangatlah penting dalam hal untuk mereduksi kecemasan yang dialami oleh individu terlebih dalam bentuk belonging support dimana belonging support adalah menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari keluarga itu sendiri terlihat pada (Tabel 4.12) dimana menunjukkan bahwa sebagian besar responden mendapatkan belonging support yaitu sebanyak 42 orang (85,7%) dan 7 orang (14,3%) tidak mendapatkan belonging support. Berdasarkan perolehan skor dukungan sosial pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum (Tabel 4.8), didapatkan hasil dari 49 responden menunjukkan bahwa responden yang memiliki dukungan sosial sebanyak 38 orang (77,6%) dan tidak ada dukungan sosial sebanyak 11 orang (22,4%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Damayanti, dkk (2014) yang menunjukkan bahwa setengah responden menunjukkan dukungan sosial mendukung (favorable) sebanyak (50%). Begitu pula dalam penelitian Irhayani (2012) dimana kategorisasi variabel dukungan sangat tinggi dengan frekuensi 38 responden (92,7%). Dukungan sosial sangat membantu pasien DM tipe 2 untuk dapat meningkatkan keyakinan akan kemampuannya untuk mengatasi penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 yang dialaminya. Hal ini dapat menimbulkan perasaan aman dan nyaman. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung sehingga pasien dapat mengembangkan koping yang baik terhadap stressor yang ada mengenai masalah fisik, psikologis maupun sosial yang dihadapi (Kusuma, 2011). Pasien yang kurang dapat merasakan dukungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dalam keluarganya akan berdampak pada kualitas hidupnya karena berdampak pada berkembangnya penilaian negatif terhadap diri sendiri, kurang termotivasi untuk menjaga kesehatannya, kurangnya bantuan dalam perawatan diri dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dari keluarga sehingga kualitas hidupnya akan semakin memburuk (Kusuma, 2011).

5.6

Self Efficacy Self efficacy menurut Bandura (2004) adalah keyakinan seseorang tentang

kemampuan mereka untuk menghasilkan tindakan yang ingin dicapai dan mempunyai pengaruh pada kehidupan mereka. Keyakinan tentang Self efficacy akan memberikan dasar motivasi, kesejahteraan dan prestasi seseorang. Self efficacy akan menentukan bagaimana seseorang merasa,berfikir, memotivasi dirinya dan berperilaku. Menurut Bandura (2004), terdapat empat sumber yang mempengaruhi Self efficacy diantaranya 1. Pencapaian Prestasi (performance

accomplishment),

Keyakinan diri akan timbul ketika penderita DM mengalami keberhasilan dalam merawat diri, sementara keyakinan diri berkurang ketika penderita tidak berhasil dalam merawat diri. 2. Pengalaman orang lain (vicarios experiences). Keyakinan penderitadapat

meningkat ketikapenderita DM

melihat

penderita

lain

yang

memiliki DM dapat merawat diri. Keyakinan timbul bahwa penderita DM mampu berhasil untuk merawat diri. 3. Persuasiverbal (verbal persuasion), pemberian motivasi atau dukungan yang dianggap penderita DM memiliki pengaruh besar seperti darikeluarga, teman, dokter,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

perawat. 4. Respon fisiologis (physiological responses). Lansia akan terlihat stress dan tegang ketika tidak mampu merawat diri, Mood yang positif akan meningkatkan keberhasilan penderita DM dalam perilaku merawat diri sebaliknya keputusaaan akan menyebabkan kegagalan dalam perilaku merawatdiri pada penderita DM. Berdasarkan perolehan skor self efficacy pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Kota Matsum, didapatkanm hasil dari 49 responden terdapat 71,4% responden memiliki self efficacy yang baik dan terdapat 28,6% responden memiliki self efficacy yang kurang. Menurut hasil penelitian Mc Auley et al., (2006) bahwa self efficacy memberikan kontribusi terhadap pemahamanyang lebih baik dalam proses perubahan perilaku kesehatan sehingga self efficacy sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan, perilaku dan keterampilan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara self efficacy dengan perilaku perawatan diri dengan nilai p-value (0,011) dimana hasilnya adalah responden yang memiliki self efficacy yang baik akan melakukan perawatan diri sebanyak 32 orang atau (91,4%) dan responden yang tidak memiliki self efficacy kurang akan melakukan perawatan diri hanya 8 orang (57,1%). Penelitian ini sejalan adalah penelitian Hu dan Arau, (2013), Self efficacy telah diakui sebagai faktor utama yang berpengaruh dalam melakukan perawatan diri serta manajemen penyakit kronis.

5.7

Distress Emosi Diabetes Melitus merupakan penyakit kronik yang dapat dikaitkan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

sebagai salah satu penyebab stres psikologis bagi klien DM. Bertambahnya komplikasi yang diderita oleh penderita DM akan semakin mempengaruhi psikologis dari klien dengan DM. Stres yangterlalu lama akan berdampak buruk terhadap kontrol glikemik. Klien DM tipe 2 harus mengubah gaya hidup mulai dari aktivitas fisik, kontrol gula darah, minum obat, dan pembatasan diet yang harus dilakukan setiap hari. Perubahan yang mendadak akan memunculkan reaksi psikologis yang negatif seperti marah, perasaan tidak berguna, kecemasan dan stress. Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti menunjukan bahwa tingkat depresi pada pasien Diabetes Melitus tipe II yaitu sebanyak 37 orang (75,5%) memiliki distress emosi rendah dan 12 orang (24,5%) distress emosi tinggi. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kuminingsih

(2013) di RSUD

Ambarawa yaitu 20 orang mengalami depresi ringan (37,7%), depresi sedang sebanyak 19 orang (35,8%) dan depresi

berat

sebanyak 14 orang

(26,4%).

Kemudian diperkuat oleh penelitian lain oleh Safitri, D (2013) dalam penelitiannya yang dilakukan di RSUD Surakarta menunjukan pasien yang tidak mengalami gejala depresi sebanyak 0%, 58,6% responden mempunyai depresi tingkat ringan yaitu 51 orang, depresi tingkat sedang sebanyak 41,4% yaitu 38 orang dan depresi berat sebanyak 0% dengan total responden 87 orang. Perbedaan di atas mungkin terjadi karena perbedaan tempat penelitian, dan perbedaan instrument penelitian. Menurut penelitian Waleed (2014) yang dilakukan di Palestina bahwa kebanyakan pasien yang menderita depresi adalah perempuan, memiliki banyak penyakit, pengangguran, pendidikan yang rendah, rendahnya kepatuhan terhadap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

pengobatan, dan individu yang nilai BMI nya abnormal. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis multivariate yang dilakukannya hanya pendidikan yang rendah, pengangguran, dan memiliki banyak penyakit, dan rendahnya tingkat kepatuhan terhadap pengobatan yang memiliki nilai yang signifikan dibanding yang lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini dimana penderita DM paling banyak adalah perempuan sebanyak 75,51 %.

5.8

Pengaruh Dukungan Sosial dengan Perilaku Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Dukungan sosial adalah informasi atau umpan balik dari orang lain yang

menunjukkan bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihargai, dan dihormati, dan dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan kewajiban yang timbal balik (King, 2012). Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga. Hasil penelitian dengan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda didapatkan hasil ada pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial dengan perilaku perawatan diri pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 dengan p-value 0,000. Dengan  = 0,05 maka p-value< sehingga H0 ditolak. Mengacu pada hasil uji statistik tersebut dapat dijelaskan bahwa adanya pengaruh dukungan sosial terhadap perilaku perawatan diri pada penderita diabetes melitus. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Naderimagham et al (2012) yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

menjelaskan bahwa dengan adanya dukungan sosial (informasional, emosional dan instrumental), kemampuan penyandang DM tipe 2 untuk

melakukan

aktifitas

perawatan diri meningkat. Berkaitan dengan perilaku perawatan diri, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata respondenm secara umum sudah melakukan aktifitas perawatan diri, tetapi belum secara maksimal dilakukan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap beberapa aspek perawatan diri masih tergolong rendah. Sedangkansesuai dengan penatalaksanaan diabetes,

aktifitas perawatan diri

akanmencapai hasil yang optimal dan tercapai kontrol glikemik yang adekuat jika dilakukan setiap hari (PERKENI, 2011). Hasil analisis hubungan antara dukungan sosial dengan perilaku perawatan diri menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan sosial dengan perilaku perawatan diri penyandang DM tipe 2. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yan dilakukan oleh Jones, Utz, Wiliams, Hinton, Alexander, Moore, Blankenship, Steeves & Oliver (2008) tentang interaksi keluarga dan teman pada orang Amerika dan Afrika yang didiagnosa DM tipe 2 mempunyai pengaruh terbesar dalam pengobatan dan penatalaksaan DM tipe 2. Menurut Salvicion (1989) dalam Chayatin (2009), dukungan keluarga merupakan dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. Sesuai dengan fungsi pemeliharaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Secara lebih spesifik dukungan sosial sangat berperan aktif untuk menurunkan mortalitas dan dapat meningkatkan status kesehatan. Menurut peneliti dukungan sosial menjadi salah satu faktor yang paling penting dalam menunjang perilaku perawatan diri penyandang DM tipe 2 dikarenakan dengan adanya dukungan sosial baik dari keluarga ataupun lingkungan dalam arti tenaga kesehatan maka tingkat perawatan diri pada penderita diabetes melitus akan semakin baik. Sumber dukungan yang ada dapat dilakukan keluarga dengan cara mengenal adanya gangguan kesehatan secepat mungkin seperti pada saat anggota keluarga menderita penyakit Diabetes Mellitus. Keluarga selalu saling membantu dalam memberikan perawatan, pada penelitian ini juga didapatkan anggota keluarga yang memiliki ekonomi yang tinggi dapat memodifikasi rumah dan memberi kesempatan pada anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus untuk memilih fasilitas yang diinginkan, serta memberikan motivasi untuk menjalankan pengobatannya. Seringkali keluarga mengambil tindakan yang tidak tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri (Susanti, 2013). Menurut Friedman (2010) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi untuk mendukung keluarganya dan selalu siap untuk memberikan pertolongan jika diperlukan. Peran keluarga sebagai sistem pendukung dalam mengatasi masalah penderita diabetes mellitus menjadi pribadi yang lebih adaptif dalam menyikapi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

masalahnya (Delamater, 2006). Sehingga dapat disimpulkan bahwa keluarga sangat penting membantu individu dalam menyelesaikan masalah. Penelitian yang dilakukan oleh Goz et al (2007), bahwa pada pasien DM memerlukan pengontrolan untuk mempengaruhi gaya hidup pasien untuk menggunakan terapi insulin ataupun obatobatan yang lain, makanan, pengukuran gula darah dan latihan. Hal ini dapat tercapai dengan adanya keterlibatan keluarga dan partisipasi dari mereka. Dari hasil penelitian serta pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga merupakan sistem pendukung bagi penderita diabetes sehingga dapat memberikan pengaruh yang besar untuk mengontrol gaya hidup dan mampu memberikan dukungan yang positif baik dari segi fisik, psikologil, emosional serta informasi yang penting terkait dengan masalah kesehatan seperti halnya penyakit diabetes mellitus (DM). 5.9 Pengaruh Self efficacy dengan Perilaku Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Self efficacy ialah keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya dalam mencapai tujuan tertentu sesuai harapan (Bandura, 1997 dalam Kusuma & Hidayati, 2013). Self efficacy pada pasien DM berfokus pada keyakinan penderita DM untuk berperilaku yang mendukung perbaikan penyakitnya (Ngurah & Sukmayanti, 2014). Hasil penelitian dengan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda didapatkan hasilada pengaruh yang signifikan antara self efficacy dengan perilaku perawatan diri pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018 dengan p-values = 0,011.Dengan  = 0,05 maka p-value<

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

sehingga H0 ditolak. Mengacu pada hasil uji statistik tersebut dapat dijelaskan bahwa adanya pengaruh self efficacy terhadap perilaku perawatan diri pada penderita diabetes melitus. Penelitian dari Findlow, Seymour dan Huber (2012), menyatakan bahwa individu dengan efikasi diri yang tinggi akan mengalami peningkatan yang signifikan terhadap kepatuhan pengobatan, diet rendah garam, terlibat dalam aktivitas fisik, tidak merokok, dan melakukan manajemen berat badan.Menurut penelitian Hu & Arao, (2013), Efikasi diri telah diakui sebagai faktor utama yang berpengaruh dalam melakukan perawatan diri serta manajemen penyakit kronis. Hal yang sama diungkap oleh Lee et al, (2009) dalam penelitiannya yang berpendapat bahwa efikasi diri merupakan faktor yang berkontribusi paling

signifikan dalam melakukan

manajemen perawatan diri pada diabetes, selain itu untuk mengontrol diabetes peningkatan efikasi diri dapat dimodifikasi secara personal. Keyakinan yang dimiliki menandakan kesiapan untuk merubah perilakunya dan kesiapan tersebut mampu memengaruhi kemampuan untukmelakukan perilaku tertentu.

Keyakinan tersebut yang dinamakan efikasi diri.Pakseresht, Mead,

Gittelsohn, Roache dan Sharma (2010), mengatakan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan diri dan kemampuan diri untuk melakukan suatu perilaku dengan berhasil. Efikasi diri membantu seseorang untuk menentukan pilihan dan mempunyai komitmen dalam mempertahankan tindakan yang dipilihnya. Penderita yang memiliki keyakinan terhadap kemampuan mereka dalam melakukan manajemen diri akan lebih mungkin untuk melakukan tugas- tugas tersebut. Oleh karena itu individu dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

efikasi diri yang tinggi akan lebih mampu untuk mengelola penyakitnya (Sulistyaningsih, 2012). Self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan individu pada kemampuannya dalam mengatur dan melakukan tugas-tugas tertentu untuk mendapat hasil yang sesuai harapan (Kusuma & Hidayati, 2013). Self-efficacy akan

mempengaruhi

bagaimana seseorang berpikir, merasa, memotivasi dirinya, dan bertindak (Purwanti, 2013). Salah satu faktor predisposisi dalam perilaku kesehatan adalah keyakinan (Notoatmodjo, 2007). Menurut teori Health Belief Model (HBM) jika seseorang hanya memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu tanpa adanya selfefficacy yang tinggi maka kecil kemungkinan seseorang tersebut akan melakukan tindakan atau perilaku tersebut (Edberg, 2010 dalam Rondhianto, 2012). Dari hasil penelitian juga didapat bahwa bahwa ada hubungan self efficacy dengan perilaku perawatan diri pada penderita diabetes melitus. Nilai PR sebesar 8,000 menjelaskan bahwa responden yang memiliki self efficacy baik akan melakukan perawatan diri 8 kali lebih besar daripada responden yang kurang memiliki self efficacy. Peneliti berasumsi bahwa efikasi diri merupakan bagian penting dalam manajemen perawatan diri dan berhubungan dengan manajemen berat badan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakaukan oleh Al-qutab et al., (2011) menyatakan bahwa efikasi diri sangat berperan terhadap proses pencarian pengobatan. Menurut hasil penelitian McAuley et al.,(2006) bahwa efikasi diri memberikan kontribusi terhadap pemahaman yang lebih baik dalam proses perubahan perilaku kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

sehingga efikasi dirisangat penting untuk meningkatkan pengetahuan, perilaku dan keterampilan (Varekamp et al., 2009). Tingginya efikasi diri yang ada pada dalam diri seseorang tidak lepas darifaktor-faktor yang mempengaruhinya. Bandura (2006) mengungkapkan tinggi rendahnya efikasi diri seseorang dalam tiap tugas sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor yangberpengaruh dalam mempersepsikan kemampuan diri individu. Menurut Bandura (2006) ada beberapa yang mempengaruhi efikasi diri yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengalaman. Kemampuan untuk memotivasi diri dan melakukan perilakuyang bertujuan berdasarkan atas aktivitas kognitif, kemampuan kognitif seseorang akanmembentuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menjaga kesehatan diri sendiri (Potter & Perry, 2006). Hal ini didukung oleh penelitian Prasetyo (2012) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi self care management (manajemen perawatan diri) pada asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi,dimana self care manegement (manajemen perawatan diri) dipengaruhi oleh efikasi diri seseorang, hasil penelitian menujukan berdasarkan tingkat pendidikan bahwa responden yang berpendidikan SD memiliki peluang 3,8 kali melakukan self care management (manajemen perawatan diri) yang baik dibanding responden yang tidak sekolah. Pada pasien DM perubahan perilaku sangat diperlukan untuk mencapai tujuan dari pengelolaan DM yaitu kadar gula dalam batas normal. Efikasi diri merupakan salah satu faktor kunci untuk mencapai perubahan perilaku. Pada pasien DM, efikasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

diri merupakan keyakinan pasien dalam bertindak dan berperilaku sesuai dengan harapan yang diinginkan oleh pasien maupun tenaga kesehatan. Efikasi diri dapat memberikan pengaruh

terhadap perubahan

perilaku dengan

mempengaruhi

bagaimana seseorang berpikir, memotivasi diri, dan bertindak. Salah satu proses pembentukan self-efficacy adalah melalui proses kognitif (Ariani, 2011). Menurut penelitian yang dilakukan Ngurah dan Sukmayanti (2014) bahwa responden memiliki self-efficacy yang baik pada tingkat pendidikan SMA (33.33%). Hal ini terjadi karena mereka lebih matang terhadap perubahan pada dirinya sehingga lebih mudah menerima pengaruh positif dari luar termasuk informasi kesehatan (Ngurah & Sukmayanti, 2014). Terlihat dari hasil pendidikan terakhir yang dimiliki penderita DM Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum adalah SMA yakni sebanyak 27 responden (55,10%). 5.10 Pengaruh Distress Emosi dengan Perilaku Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Diabetes distress merupakan masalah emosional yang unik yang berhubungan langsung dengan beban dan kekhawatiran dari hidup dengan penyakit

kronis.

Kondisi ini ditandai dengan „khawatir, frustrasi, kekhawatiran, dan mungkin sedikit kelelahan‟. Emosi ini dapat terkait, misalnya, kekhawatiran tentang pengobatan yang tepat atau berkomunikasi secara efektif dengan penyedia layanan kesehatan (Gebel, 2013). Hasil penelitian dengan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda didapatkan hasil ada hubungan yang signifikan antara distress emosi dengan perilaku perawatan diri pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas Kota

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Matsum Kota Medan Tahun 2018 dengan p-values = 0,004. Dengan  = 0,05 maka pvalue< sehingga H0 ditolak. Stres memiliki efek pada perilaku perawatan diri atau manajemen diabetes yang tidak sepenuhnya dipahami oleh pelayanan kesehatan. Dampak stres merupakan variabel perancu yang mampu mempengaruhi kemampuan seseorang untukmengelola penyakit diabetes, sehingga memiliki dampak yang buruk terhadap kontrol metabolic dan kesejahteraan psikologis. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pranata (2016) mengenai hubungan diabetes distres dengan perilaku perawatan diri pada penyandang diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara diabetes distress dengan perilaku perawatan diri pada penyandang DM tipe2 di wilayah kerja Puskesmas Rambipuji. Hasil uji statistic dengan menggunakan spearman rank menunjukkan nilai p value 0,000 dan r= -0,63. Menunjukkan bahwa arah korelasi negatif dengan kekuatan kuat, dalam hal ini menunjukkan bahwa semakin baik dukungan keluarga maka perilaku distresnya semakin rendah. DM memberikan dampak psikologis dan juga fisiologis. Pada tingkat fisik dapat berupa stres dalam mengelola perawatan diri seperti diet, aktifitas fisik, mengatasi gejala dan pengobatan. Pada tingkat psikologis, stress berupa penolakan, khawatir, perasaan tidak berdaya serta stigma buruk tentang penyakit. Asumsi peneliti stres juga mampu menghasilkan perasaan negatif atau tidak konstruktif terhadap diri. Secara intelektual dapat berpengaruh terhadap persepsi dan kemampuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

individu dalam memecahkan masalah. Menurut Fisher(1982) dalam Nasriati (2013) diabetes dan stres merupakan dua hal yang saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Hidup dengan diabetes setiap hari dapat membuat klien DM tipe 2 merasa kecil hati, stres atau bahkan depresi (American Association of Diabetes Educator, 2014). Hal ini dapat memberikan beban psikososial bagi penderita maupun anggota keluarganya. Respon psikologis yang negatif terhadap diagnosis bahwa seseorang mengidap penyakit ini dapat berupa penolakan atau menyangkal, marah, dan merasa berdosa (Novitasari, 2012). Penderita DM yang sudah memiliki komplikasi akan menambah kecemasan pada penderita karena dengan adanya komplikasi akan membuat penderita mengeluarkan lebih banyak biaya sehingga memberikan beban ekonomi serta pandangan negatif tentang masa depan (Shahab, 2006). Dampak psikologis dari penyakit diabetes mulai dirasakan oleh penderita sejak awal terdiagnosis oleh dokter dan penyakit tersebut telah berlangsung beberapa bulan atau lebih dari satu tahun. Penderita mulai mengalami perubahan psikis diantaranya adalah stres pada DM merupakan penyakit kronik menahun yang dapat dikaitkansebagai penyebab stres psikologis bagi penyandang DM (Harista, 2015). Bertambahnya tingkat penyakit yang diderita oleh penderita DM maka akan semakin mempengaruhi psikologis klien DM, dibandingkan dengan populasi umum. Klien DM memiliki tingkat stres yang lebih tinggi, dan sebagaimana tingkat stress meningkat, kontrol glikemik semakin memburuk (Eom, et.al, 2011 dalam Wohpa, 2015). Hidup dengan diabetes setiap hari dapat membuat klien DM tipe 2 merasa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kecil hati, stres atau bahkan depresi. Hal tersebut merupakan respon alami karena memiliki perasaan khawatir terhadap penyakit diabetes (AADE, 2014). Rubin d an Peyrot (2001) dalam Wardian (2014) menjelaskan bahwa isu- isu psikososial memiliki efek pada self-management dan self-care diabetes yang tidak sepenuhnya dipahami oleh tenaga kesehatan. Terdapat hubungan signifikan antara aspek emosional dengan rendahnya tingkat kemandirian sesorang untuk melakukan aktivitas perawatan diri. Hambatan psikososial terkait dengan diabetes distress dan rendahnya tingkat kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas perawatan diri disebabkan oleh beberapa faktor seperti efikasi diri. Penelitian Wingert et al (2015) mengemukakan bahwa efikasi diri yang tinggi meningkatkan kepatuhan seseorang untuk melaksanan aktivitas perawatan diri. Dari hasil penelitian juga didapat bahwa ada hubungan distress emosi dengan perilaku perawatan diri pada penderita diabetes melitus. Nilai PR sebesar 11,333 menjelaskan bahwa responden yang memiliki distress emosi rendah akan melakukan perawatan diri 11 kali lebih besar daripada responden yang memiliki distress emosi tinggi. Menurut peneliti individu

yang mengalami diabetes melitus dalam

mengendalikan keadaan hiperglikemi diperlukan perubahan pola hidup dan diet. Namun hal ini bagi penderita diabetes yang masih awal sangat sulit dilakukan karena selama berpuluh- puluh tahun yang lalu kebiasaan yang telah mereka lakukan harus dirubah menuju perubahan pola hidup yang sehat. Bagi pasien

diabetes yang

menjalani perubahan pola hidup sehat secara singkat bukanlah hal yang mudahdan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

membuat individu akan merasa stres bahkan depresi (Smeltzer & Bare, 2006). Kondisi pada orang yang menderita diabetes seperti merasakan khawatir, tertekan, dan merasa terbebani dengan penyakitnya, maka

membutuhkan dukungan dari

seseorang. Stress memang dibutuhkan oleh individu dalam derajat tertentu agar tetap sehat. Akan tetapi apabila stress melewati batas optimal penerimaan tubuh, stress dalam menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan individu dan dapat pula menimbulkan penyakit. Oleh sebab itu perlu adanya penanganan agar stress tidak semakin meningkat. Penanganan stress dapat diberikan dengan adanya dukungan keluarga. Dukungan yang diberikan keluarga dapat menurunkan stress pada penderita Diabetes Mellitus. Menurut kajian psikologi kesehatan (Taylor, 2009 dalam Irhayani 2012) menunjukkan bahwa hubungan yang bersifat support atau dukungan yang berasal dari lingkungan sosial maupun keluarga dapat meredam efek stress, membantu individu mengatasi stress dan mendapatkan kesehatan yang lebih baik. Dukungan tersebut bisa didapat dari orang- orang yang terdekat seperti keluarga, suami, istri, ataupun anak. Diharapkan dengan adanya dukungan tersebut stres menjadi berkurang dan

pengobatan pasien diabetes menjadi teratur

dan

disiplin. Hal ini juga didukung dengan penelitan Irfan &Wibowo (2015) bahwa salah satu penyelesaian untuk mengurangi tingkat stres yang dialami penderita diabetes adalah dengan mencari dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

diharapkan membuat stres menjadi sebagai sesuatu yang positif.

5.11 Implikasi Penelitian Penelitian ini dapat menjadi dasar bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan

dibidang penyakit degenerative. Hasil

penelitian

ini

menunjukkan adanya pengaruh dukungan sosial terhadap perilaku perawatan diri pada penderita DM tipe 2. Berdasarkan penelitian ini dibutuhkan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek psikososial serta mampu meberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif dengan melibatkan peran serta keluarga. Selain itu perlunya intervensi terkaitan keterlibatan keluargadan seluruh tim kesehatan sebagai sebuah kolaborasi dan pendekatan saat memberikan pelayanan kepada penderita DM tipe 2.

5.12 Keterbatasan Penelitian a. Pengambilan data dilakukan sebelum responden melakukan pemeriksaan tepatnya pada saat pasien menunggu dipanggil untuk pemeriksaan. Keterbatasan yang dialami adalah beberapa responden kurang konsentrasi dalam mengisi kuisioner karena menunggu dipanggil oleh perawat dan takut antriannya terlewatkan. b. Kebenaran pengisian kuisioner ini sangat dipengaruhi oleh kejujuran, pemahaman dan daya ingat responden terhadap dukungan yang diterima, serta keyakinan dalam dirinya sendiri. Berdasarkan hal tersebut gangguan dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

konsentrasi dan daya ingat akan mempengaruhi jawaban yang diberikan responden.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh dukungan sosial, self efficacy dan distress emosi terhadap perilaku perawatan diri pada penderita DM Tipe 2 di Puksesmas Kota Matsum yang telah dilakukan, maka kesimpulan dalam penelitian ini ialah : 1. Sebagian besar responden berada pada rentang usia sebanyak

≥ 46 tahun yakni

85.71% berjenis kelamin wanita, responden yang telah

menyelesaikan pendidikan pada jenjang SMA/Sederajat yakni sebanyak 55.10%, bekerja sebagai wiraswasta yakni sebanyak 40.82%, tidak merokok sebanyak 71.43%, dan tidak mengonsumsi obat sebanyak 69.39%, dan telah menderita DM ≥ 5 tahun sebanyak 95,92%. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial (p-value 0,002), self efficacy (p-values = 0,011), distress emosi (p-values = 0,004) dengan perilaku perawatan diri pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas Kota Matsum Kota Medan Tahun 2018. 3. Variabel yang paling memengaruhi perilaku perawatan diri adalah variabel dukungan sosial yaitu sebesar sebesar 24% menunjukkan bahwa responden yang memiliki dukungan sosial kemungkinan 24% akan melakukan perawatan diri dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki dukungan sosial.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

6.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan ialah : 1. Bagi puskesmas diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan tentang pentingnya perawatan diri serta pemeriksaan gula darah secara rutin ke puskesmas, sehingga pasien selalu rutin mengikuti jadwal kunjungan ke puskesmas guna melakukan pemeriksaan gula darah. Puskesmas juga diharapkan membuat program pembinaan bagi keluarga yang tinggal bersama pasien DM dan memberikan informasi kepada keluarga mengenai cara memberikan dukungan serta bentuk dukungan yang dibutuhkan pasien yang menderita penyakit diabetes melitus tipe 2 selain dukungan juga diberitahukan kepada keluarga tentang pentingnya keyakinan diri dan bahaya stress pada penderita DM Tipe 2. 2. Bagi keluarga penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan diabetes melitus tipe 2, serta diharapkan dapat meningkatkan kesadaran bagi keluarga agar lebih memperhatikan aktivitas perawatan diri pada pasien diabetes melitus tipe 2 serta meningkatkan keyakinan diri (self efficacy) pada penderita DM dengan menambahkan dukungan yang baik bagi penderita. 3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian selanjutnya dengan desain atau jenis penelitian yang lainnya agar dapat mengidentifikasi lebih dalam tentang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

faktor- faktor lain yang mempengaruhi perilaku perawatan diri pada pasien diabetes melitus tipe 2. 4. Kepada penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Matsum diharapkan mempertahankan perilaku perawatan diri dengan baik. Penderita juga memperhatikan faktor-faktor yang mendukung perilaku perawatan diri. Faktor tersebut adalah memiliki keyakinan diri yang positif, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial yang ada kuat, menjaga kondisi kesehatan, menerima dukungan sosial, dan sumber-sumber material. Dengan demikian diharapkan penderita DM dapat menjalani pengobatan maupun kehidupannya dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR PUSTAKA A Potter, & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC. ADA (American Diabetes Association). (1997). About Blood Pressure. American Heart Association. _______________________________. (2015). Standar of medical care in diabetes2015. Diabetes Care,38. Alam, D. S., Talukder, S. H., Muhammad Ashique, H. C., Ali, T. S., Ahmed, S., Pervin, S., Niessen, L. W. (2016). Overweight and Abdominal Obesity as Determinants of Undiagnosed Diabetes and Pre-Diabetes in Bangladesh. BMC Obesity, 3doi:http://dx.doi.org/10.1186/s40608-016-0099-z Alfian, R., (2015), Layanan Pesan Singkat Pengingat Untuk Meningkatkan Kepatuhan Minum Obat Dan Kontrol Glikemik Pasien Diabetes Melitus Di RSUD Dr. H. Moch., Ansari Saleh Banjarmasin, Jurnal Media Farmasi, 129-138. Andayani, Ibrahim & Asdie. 2010. Patogenesis dan Terapi Diabetes Mellitus Tipe2. MEDIKA, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Arief, M., 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan.Surakarta: LPP UNS Press Awad, Nadyah dkk, 2013, Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poliklinik Endokrin Bagian/SMF FK-UNSRAT RSU Prof. Dr. R.D Kandou Manado Periode Mei 2011-Oktober 2011, Jurnal e-Biomedik, Vol. 1 (1) : 45 – 49. Balitbangkes Depkes RI. (2007). Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Bandura A. Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman and Company; 1997 Bestari, A.W. 2015. Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Psien Penyakit Ginjal Kronis (PGK) Hemodialisis Berdasarkan WHOQOL BREF (Penelitian 133 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

di Instalasi Hemodialisis RSU Haji Surabaya Tahun 2015). Skripsi. Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya. Brunner, Suddart. 2005. Keperawatan Medikal Bedah (Edisi Delapan). Jakarta: EGC Bilous Rudy., Donelly Richard. (2014). Buku Pegangan Diabetes Edisi ke 4. Bumi Medika. Jakarta. Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC Depkes RI. (1999). Indonesia Sehat 2010. Departemen Kesehatan. Jakarta. Delamater, 2006, Improving Patient Adherence, Hal. 71-77, New York. _________. (2009). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Diabetes Melitus. Edisi ketiga. Departemen Kesehatan. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (RISKESDAS). Gebel, E. 2013. Diabetes Distress. [Serial Online]. Diakses tanggal 15 maret 2018. Didapat dari http://www.diabetes.org/living-withdiabetes/complications /mental- health/diabetes-ditress.html. Goetz, et al. (2012). The importance of social support for people with type 2 diabetes – a qualitative study with general practitioners, practice nurse and patients. http://www.egms.de/static/en/journals/psm/2012 Diunduh tanggal 21 November 2017. Guyton & Hall. 2013. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Hurlock, E. B. (2004). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. In R. M. Sijabat (Ed.). Jakarta: Erlangga Holt, Richard, I.G.et al. (2010). Textbook of Diabetes. Fourth Edition. Chicester. West Sussex: Wiley-Blackwel. A John Wiley & Sons,ltd Jelantik I.M.G., Haryati E., 2014. Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan Dan Hipertensi Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah. 8(1):39-44 International Diabetes Federation (IDF). (2013). IDF Diabetes Atlas Sixth Edition.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Julainsyah, T., Elita V., dan Bayhakki. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Mekanisme Koping Pasien Diabetes Mellitus. JOM PSIK, 1(2). Jones et al. (2007).Early onset type 2 diabetes: risk factors, clinical impact andmanagement.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4205573/ diakses tanggal 13 Maret 2018 jam 15.51 WIB. ______________________________. (2016). Diabetes Voice, Global Perspective On Diabetes, Building Solutions To Manage The Diabetes Crisis. Volume 61, diakses tanggal 13 November 2017 jam 18.13 WIB. Kusniawati. (2011). Analisis Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Self Care Diabetes Pada Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Tangerang . Tesis. FIK UI. Depok Kusuma, H. 2011. Hubungan Antara Depresi dan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS yang Menjalani Perawatan di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tesis. Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok. Kemenkes RI. (2011), Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. Kemenkes RI. (2013), Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. ____________. (2014). Situasi dan Analisis Diabetes. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, diakses tanggal 13 Maret 2018 jam 15.51 WIB. Naderimagham, S., Niknami, S., Abolhassani, F., Hajizadeh, E., Montazeri, A. 2012. Development and psycometric properties of a new social support scale for self care in middle-aged patients with type II diabetes (S4-MAD) [serial online]. http://www.biomedcentral.com/1471-2458/12/1035/prepub. [11 okt 2017]. Notoadmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Notoadmojo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta: RinekaCipta __________________. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Novitasari, R. 2012. Diabetes Melitus Medical Book.Yogyakarta : Nuha Medika.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. PERKENI. (2006). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Perkumpulan Endokrin Indonesia. Jakarta. __________. (2011). Revisi Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Perkumpulan Endokrin Indonesia. Jakarta. ____________. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia Tahun 2015. Perkumpulan Endokrin Indonesia. Jakarta. Pemerintah Canangkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) diakses http://www.depkes.go.id/article/view/16111600003/pemerintah-canangkangerakan-masyarakat-hidup-sehat-germas-.html tanggal 12 Maret 2018 jam 16.59 WIB Phitri, HE., Widyaningsih. (2013). Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Penderita Diabetes Melitus Dengan Kepatuhan Diet Diabetes Melitus di RSUD AM. Parikesit Kalimantan Timur, Volume 1,No1,Mei 2013, 58 –74. Pranata, Ari J. (2016). Hubungan Diabetes Distres Dengan Perilaku Perawatan Diri Pada Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember. Skripsi. Program Studi Keperawatan. Universitas Jember. Rivandi, J.2015. Penyakit Ginjal Diabetik, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid II, Pusat Penerbi tan Departemen Ilmu Penyaki t Dalam, FKUI, Jakarta, Hal . 545-547 Ridwan. (2010). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta Safaria, T & Saputra, N. (2009). Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda. Jakarta: Bumi Aksara. Sarafino, E. P., & Smith, T.W. (2011). Health Psychology Biopsychological Interactions. Jhon Wiley & Sons, Inc. Schmitz Norbert, Gariepy G, Smith KJ, etc. Longitudinal Relationships Between Depression And Functioning In People With Type 2 Diabetes. 2014: 47: 172179.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Shaffer, D. R. (1985). Development Psychology. Belmont, California: Wodsworth Publishing Company, Inc. Shofiah, S., & Kusuma, H. (2014). Hubungan Antara Pengetahuan dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus (DM) dalam Penatalaksanaan di Wilayah Kerja Puskesmas Srondol Kecamatan Banyumanik Semarang. Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah. Smeltzer SC, Bare BG. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2. Ed.10. Jakarta: EGC; 2008 Soewondo.P., Ilyas, E,.dkk. (2007). Hidup Sehat Dengan Diabetes, Panduan bagi Penyandang Diabetes, Keluarganya dan Petugas Kesehatan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Cetakan ke-2. Jakarta Soewondo, P., Ferrario, A., & Tahapary, D. L. (2013). Challenges in diabetes management in indonesia: A literature review. Globalization and Health, 9, 63. doi:http://dx.doi.org/10.1186/1744-8603-9-63 Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Suiraoka IP. (2012). Penyakit Degeratif Mengenal Mencegah dan Mengurangi Faktor Risiko. Yogyakarta: Nuha Medika Susanti, M.L., Sulistyarini, T. (2013). Dukungan Keluarga Meningkatkan Pasien Diabetes Melitus di Ruang Rawat Inap RS Baptis Kediri. Jurnal STIKES, 6(1). Supriyadi, D., Kusyati, E. dan Sulistyawati, E. (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Demonstrasi Terhadap Kemampuan Merawat Kaki Pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Managemen Keperawatan,1(1): 3947. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Tindakan Komprehensif (Untuk Perbaikan Kinerja dan Pengembangan Ilmu Tindakan). Bandung: Alfabeta. Taylor, S.E., (2003). Health Psychology. New York : McGraw Hill. Trisnawati, S. K., & Setyorogo, S. (2013). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1), 6-11, diakses tanggal 23 Oktober 2017 jam 15.46 WIB

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Yusuf, M. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenada Media Yusra, Aini. (2011). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Tesis. FIK UI. Depok. WHO. (1998). Health Promotion Glossary. Jakarta. ____. (2003). Adherence To Long Term Therapies, Evidence for Action. Diakses tanggal 7 Maret 2018 jam 19.11 WIB ______. (2006). Preventing Chronic Disease 2 Vital Investement. Public Health of Canada. World Health Organization. (2009). Global Health Risks: Mortality and Burden of Disease Attributable to Selected Major Risks. World Health Organization. World Health Organisation (WHO). (2015). Country and Regional Data on Diabetes. Diakses pada 23 Juni 2018, dari http://www.who.int/diabetes/facts/world_ figures/en/. Warsito, H. (2004). Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Penyesuaian Akademik dan Prestasi Akademik. Jurnal Psikologi, 14 (2), 92-109. Zahtamal, dkk. (2007). Faktor-Faktor Risiko Pasien Diabetes Melitus di RS Arifin Achmad Riau. Berita Kesehatan Masyarakat Volume 23. No 23:142-147, diakses tanggal 12 April 2016 jam 20.27 WIB. Zainuddin, M.,Utomo, W., Herlina. (2015). Hubungan Stress dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. JOM.Vol.2.(1).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 1 KUISIONER PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL, SELF EFFICACY DAN DISTRESS EMOSI TERHADAP PERILAKU PERAWATAN DIRI PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI PUSKESMAS KOTA MATSUM KOTA MEDAN TAHUN 2018 Petunjuk Pengisian : 1) Bacalah dengan cermat dan teliti setiap bagian pernyataan dalam kuesioner ini. 2) Isilah titik-titik yang tersedia dengan jawaban yang benar. 3) Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai dengan kondisi yang dialami oleh Bapak/Ibu dengan cara memberikan tanda check list (v) pada pilihan jawaban yang dipilih.

I.

Karakteristik Demografi Responden 1) Nama (Inisial)………………………………………………… 2) Umur : ………………..tahun 3) Jenis kelamin : Laki-laki 4)

Perempuan

Pendidikan : a.

Tidak tamat SD

b.

Tamat SD/sederajat

c.

SLTP/sederajat

d.

SLTA/sederajat

e.

Akademi/PT

f.

Lain-lain ....................

5)

Pekerjaan : a.

Tidak bekerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

b.

Buruh

c.

Petani

d.

Wiraswasta/pedagang

e.

Pegawai swasta

f.

PNS

g.

TNI/POLRI

h.

Lain-lain ....................

6)

Status Merokok : Ya

7)

Konsumsi Obat

8)

Tidak

a.

Resep Dokter

b.

Obat Herbal

c.

Tidak mengkonsumsi obat Lamanya menderita DM : …………….Tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

II.

DUKUNGAN SOSIAL

Petunjuk Pengisian Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu dalam menghadapi situasi hidup seharihari. Terdapat 3 pilihan jawaban .yang disediakan untuk setiap pertanyaan yaitu: : Jika pernyataan tersebut sering dilakukan keluarga (rentang nilai 0-10 dinilai 9-10) Sering : Jika pernyataan tersebut sering dilakukan keluarga (rentang nilai 0-10 dinilai 7-8) Jarang : Jika peryataan tersebut jarang dilakukan keluarga (rentang nilai 0-10 dinilai 5-6) Tidak Pernah : Jika pernyataan tersebut tidak pernah dilakukan keluarga (rentang nilai 0-10 dinilai 0-4) Selalu

Selanjutnya Bapak/Ibu diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu selama satu minggu belakangan ini. Tidak ada jawaban yang benar maupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Bapak/ Ibu yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu. No

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pernyataan

Tidak Pernah

Jarang

Sering

Selalu

Appraisal Support Keluarga memberi saran supaya saya kontrol ke dokter Keluarga memberi saran untuk mengikuti edukasi diabetes Keluarga memberikan informasi baru tentang diabetes kepada saya Keluarga membantu saya untuk menghindari makanan yang manis Keluarga mengingatkan saya tentang jadwal diet yang teratur Keluarga menyarankan untuk memeriksakan mata saya ke dokter Keluarga mendorong saya untuk memeriksakan kaki saya ke dokter Keluarga mendorong saya untuk periksa gigi ke dokter Keluarga mendorong saya untuk memeriksakan kesehatan saya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

25 26 27 28 29

Tanggiable Support Informasi dari keluarga membuat saya merasa mudah memahami tentang diabetes Keluarga mengingatkan saya untuk mengontrol gula darah jika saya lupa Keluarga membantu usaha saya untuk olah raga Keluarga mendorong saya untuk mengikuti rencana diet/makan Keluarga mengingatkan saya untuk memesan obat diabetes Keluarga menyediakan makanan sesuai diet saya Keluarga mendukung usaha saya untuk makan makanan sesuai diet Keluarga memahami cara membantu saya dalam mengatasi diabetes Keluarga membantu untuk membayar pengobatan diabetes. Self Esteem Support Keluarga mengerti saat saya mengalami masalah yang berhubungan dengan diabetes Keluarga mendengarkan jika saya bercerita tentang diabetes Keluarga mengerti perasaan saya saat mengalami diabetes Keluarga makan makanan yang tidak boleh saya makan didekat saya Keluarga merasa kesusahan terhadap diabetes yang saya alami Meminta bantuan kepada keluarga membuat saya merasa mudah dalam mengatasi masalah diabetes Belonging Support Keluarga merasa terganggu dengan diabetes saya Saya merasakan kemudahan meminta bantuan keluarga untuk mendukung perawatan diabetes saya Keluarga tidak menerima bahwa saya menderita diabetes Keluarga membantu ketika saya cemas dengan diabetes Keluarga mengerti ketika saya sedih dengan diabetes

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

III. KUISIONER EFIKASI (Diabetes Management Self Efficacy Scale; DMSES) Petunjuk Pengisian Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat 4 pilihan jawaban .yang disediakan untuk setiap pertanyaan yaitu: 1 : sangat yakin 2 : yakin 3: kurang yakin 4 : tidak yakin Selanjutnya Bapak/Ibu diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda silang (√) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman Bapak/ibu. Tidak ada jawaban yang benar maupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Bapak/ Ibu yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu. No

Pernyataan

1

2

3

4

Magnitude 1

2

3 4

5 6

7 8

9

Saya mampu melakukan aktivitas fisik yang ringan untuk menjaga kesehatan saya (contohnya : joging, berkebun, latihan peregangan) Saya tidak mampu melakukan aktivitas fisik yang lebih banyak, jika dokter menginstruksikannya untuk memperbaiki kondisi kondisi kesehatan saya Saya mampu menjaga pola makan yang sehat ( diet DM) walaupun saya tidak berada di rumah Saya mampu menjaga pola makan sehat (diet DM), ketika saya sedang merasa tertekan/ stress/cemas Generality Saya mampu memeriksakan kadar gula darah saya jika diperlukan Saya mampu memilih makanan yang sehat dan terbaik sesuai dengan diet DM untuk menjaga kondisi kesehatan saya Saya mampu menjaga berat badan saya dalam batasan Berat Badan Ideal (BBI) Saya mampu melakukan pemeriksaan terhadap kaki saya secara mandiri (misal: ada luka, mengupas, dll) Saya mampu untuk tetap menjaga pola makan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

10

11

12

13

14

15 16

17

18

19 20

yang sehat sesuai diet DM Ketika saya melakukan aktivitas fisik lebih dari biasanya, saya mampu melakukan penyesuaian dengan pola makan Saya mampu memilih makanan dari makanan yang beragam dan tetap menjaga pola makan yang sehat, ketika saya tidak berada di rumah, misal: memilih makanan yang ada di rumah makan/restoran Strenght Ketika saya merasa kadar gula saya terlalu tinggi (misal: sering kencing, sering merasa haus, badan terasa lemah, dll) saya mampu memperbaiki kadar gula darah saya ke dalam kadar gula normal (misal: mengganti makanan yang saya biasa saya makan atau makan makanan yang berbeda , olahraga dll) Ketika saya merasa kadar gula darah saya terlalu rendah (mual, keringat dingin, gangguan konsentrasi, jantung berdebar-debar) saya mampu memperbaiki kadar gula darah saya ke dalam kadar gula normal (misal: mengganti makanan yang biasa saya makan atau makan makanan yang berbeda) Saya mampu memilih makanan dari beragam makanan yang ada dan tetap menjaga pola makan yang sehat Saya mampu mengikiuti pola makan yang sehat (diet DM) yang dianjurkan oleh tim kesehatan Saya mampu menjaga pola makan yang sehat (diet DM) walaupun saya makan di acara pesta (perkawinan, khitanan, dll) Saya mampu memilih makanan yang sehat dari beragam makanan yang ada ketika saya makan di luar rumah atau pada saat makan di tempat pesta Saya mampu datang ke tempat layanan kesehatan 4 kali dalam setahun untuk memonitor oenyakit diabetes saya Saya mampu meminum obat sesuai aturan minumnya Saya mampu mempertahankan program pengobatan yang diberikan kepada saya walaupun saya dalam kondisi sakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

IV. KUISIONER DISTRESS EMOSI Petunjuk Pengisian Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat 4 pilihan jawaban .yang disediakan untuk setiap pertanyaan yaitu: 1 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah. 2 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang. 3 : Sangat sesuai dengan saya. 4 : Selalu setiap kali Selanjutnya Bapak/Ibu diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman Bapak/ibu selama satu minggu belakangan ini. Tidak ada jawaban yang benar maupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Bapak/ Ibu yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu. No

1

2 3

4

5

6

7

Pernyataan

Tidak Pernah

Jarang

Sering

Selalu

Beban Emosi Saya tidak bisa menerima saat pertama kali di diagnosa terkena penyakit diabetes mellitus. Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap penyakit yang saya alami. Saya merasa sulit untuk beristirahat Keterlaitan Dengan Tenaga Kesehatan Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal dengan pengobatan diabetes. Saya merasa telah menghabiskan energi untuk menjalani pengobatan diabetes. Saya merasa tidak sabar ketika mengalami penundaan untuk melakukan kontrol kadar gula darah. Saya sangat yakin dengan pengobatan diabetes mellitus yang saya jalani.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

8 9 10 11

12 13

14

15

Kesulitan Perawatan Diri Saya merasa sulit untuk bersantai sejak menderita penyakit diabetes. Saya merasa cemas terhadap penyakit diabetes mellitus yang saya alami. Saya merasa sulit untuk beristirahat Saya merasa sulit untuk melakukan terapi diet makanan. Interpersonal Distress Saya mudah tersinggung sejak menderita penyakit diabetes mellitus. Saya sulit untuk sabar dalam melakukan terapi atau pengobatan diabetes mellitus Saya mengalami gangguan tidur pada malam hari sejak di diagnosa menderita diabetes. Nafsu makan saya berkurang sejak saya menjalani pengobatan diabetes mellitus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

V. KUESIONER AKTIVITAS PERAWATAN DIRI Petunjuk Pengisian Pertanyaan di bawah ini menanyakan mengenai aktivitas perawatan diri yang Anda lakukan selama 7 hari terakhir ini untuk penyakit diabetes. Berilah tanda (√) sesuai dengan jumlah hari yang anda lakukan. NO

PERNYATAAN 1

1

2

3

4 5

6

7

8

9

10 11 12 13 14

2

JUMLAH HARI 3 4 5 6

7

Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu mengikuti perencanaan makan (diet) sesuai dengan yang dianjurkan Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu membatasi jumlah kalori yang di makan sesuai dengan anjuran untuk mengontrol Diabetes Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu mengatur pemasukan makanan yang mengandung karbohidrat. Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu makan sayuran. Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu makan makanan yang mengandung tinggi lemak (seperti daging, makanan yang mengandung minyak atau mentega dan lain-lain Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu makan makanan selingan yang banyak mengandung gula (seperti kue, biskuit, selai,dll). Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu melakukan latihan fisik sedikitnya dalam waktu 20-30 menit. Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu melakukan latihan ringan seperti jalan kaki di sekitar rumah. Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu memeriksa gula darah di pelayanan kesehatan maupun secara mandiri di rumah. Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu minum obat sesuai dengan petunjuk dokter Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu memeriksa kaki Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu membersihkan kaki Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu mengeringkan sela-sela jari kaki setelah dicuci. Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu memeriksa bagian dalam sandal/sepatu yang akan digunakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MASTER DATA No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

as1 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4

as2 2 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4

as3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4

as11 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3

Dukungan Sosial as16 as18 as19 2 2 2 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4

as20 2 2 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 4 4 4

as26 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3

Skor As 18 20 31 27 27 18 27 27 27 27 27 27 25 27 27 27 27 27 26 27 27 27 27 27 27 27 27 27 18 27 34 34 36 35 33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

3 3 3 3 3 4 1 4 3 3 3 3 4 4

4 4 3 3 3 4 1 4 4 3 3 3 4 4

3 3 3 3 3 4 1 4 3 3 3 3 4 4

3 3 3 2 3 4 1 3 3 3 4 3 4 3

3 3 3 3 3 4 1 3 3 3 3 3 3 4

4 4 3 3 3 4 1 4 4 3 3 3 4 4

4 4 3 3 3 4 1 4 4 3 3 3 4 4

4 4 3 2 3 4 3 4 4 3 2 3 4 4

3 3 3 3 3 4 1 4 3 3 3 3 4 4

31 31 27 25 27 36 11 34 31 27 27 27 35 35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MASTER DATA DUKUNGAN SOSIAL (DS) DUKUNGAN SOSIAL (DS) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43

ts 7 2 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 4 4 3 2 3 4 1 4

ts 8 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 1 4

ts 9 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 4 1 3

ts10 2 2 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 1 4

ts14 2 2 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 1 4

ts22 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 4 4 4 4 4 4 2 3 4 1 4

ts23 2 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 1 3

ts28 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 1 3

ts29 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 1 4

skorts 20 25 31 30 32 18 27 27 27 27 27 27 24 27 27 27 27 24 22 27 27 27 27 27 27 27 27 27 19 27 34 34 36 35 34 32 32 31 22 27 36 9 33

ses4 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4

ses5 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4

ses6 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 4 3 4

ses12 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 2 3 3 3 3 3 4 1 4

ses13 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 1 4

ses15 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 1 4

skorses 15 16 19 19 20 12 18 18 18 18 18 18 17 17 18 17 18 17 16 18 18 18 18 18 18 18 18 18 14 18 24 24 24 22 21 20 20 20 17 18 24 12 24

bs17 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3

bs21 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3

bs24 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 1 4

bs26 2 2 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 1 4

bs27 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 1 3

skorbs 11 12 17 16 15 10 15 15 15 15 15 15 14 15 15 15 15 14 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 11 15 19 19 20 19 19 17 17 16 15 15 20 9 17

Skor Ds 64 73 98 92 94 58 87 87 87 87 87 87 80 86 87 86 87 82 79 87 87 87 87 87 87 87 87 87 62 87 111 111 116 111 107 100 100 94 79 87 116 41 108

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

44 45 46 47 48 49

4 3 4 3 3 4

3 3 3 3 4 4

3 3 4 3 4 4

4 4 4 3 4 4

4 4 3 3 4 4

4 4 4 3 4 4

4 4 4 3 4 4

3 3 3 3 3 2

3 3 3 3 3 4

32 31 32 27 33 34

4 4 3 3 4 2

4 4 3 3 4 3

3 3 4 3 4 4

3 3 3 3 4 4

3 3 3 3 4 4

3 3 3 3 4 4

20 20 19 18 24 21

4 3 3 3 4 4

3 3 3 3 3 3

3 3 3 3 4 4

4 4 3 3 4 4

3 3 3 3 4 3

17 16 15 15 19 18

100 94 93 87 111 108

MASTER DATA PERILAKU PERAWATAN Perilaku Perawatan

Karakteristik

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

R1 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4

R2 4 4 4 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4

R3 3 3 3 3 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 4 3 4 4 3 3 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4

R4 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4

R5 4 3 3 3 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3

R6 3 3 3 3 3 1 4 4 3 4 4 4 2 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3

R7 3 3 4 4 3 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 3 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4

R8 3 3 4 4 3 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4

R9 3 3 3 3 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 4 3 4 4 3 2 4 4 2 4 4 4 4 4 3 3

R10 4 3 3 3 3 1 4 4 3 4 4 4 4 2 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 2 2 3

R11 4 4 3 3 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3

R12 4 4 3 3 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3

R13 3 3 4 3 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4

R14 3 3 4 4 3 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4

Total Skor 49 46 49 48 46 14 56 56 51 56 56 56 54 54 56 49 49 36 38 42 56 50 54 56 50 40 56 56 33 56 54 54 56 54 53 50

Umur 43 40 53 51 55 54 62 43 54 55 50 51 44 45 60 56 52 50 51 53 54 55 54 57 50 51 46 47 42 50 60 61 59 55 50 50

Jenis Kelamin 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2

Pendidikan 2 3 4 4 4 4 3 2 5 3 2 3 4 4 4 4 4 2 2 3 2 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 2 4 4

Kerja 2 1 1 2 2 3 4 3 2 3 4 2 2 1 4 1 4 1 1 1 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 1 1 4 4 6 5

Rokok 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2

Obat 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 1 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 1 3 1 3

Lama Derita 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

4 4 2 3 4 1 4 4 4 4 3 4 4

4 4 3 3 4 1 4 4 4 3 3 4 4

4 4 2 3 4 1 4 4 4 4 3 4 4

4 4 2 3 4 1 3 4 4 4 3 4 4

3 3 3 3 4 1 3 3 3 3 3 3 2

3 3 3 3 4 1 4 3 3 3 3 3 4

4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 2

4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3

3 3 2 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4

3 3 3 3 4 1 4 3 3 3 3 4 4

3 3 3 2 4 1 4 3 3 3 3 4 4

3 3 3 3 4 1 4 3 3 3 3 4 4

4 3 3 2 4 3 3 4 3 3 3 4 4

4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 2 4 2

50 49 38 40 56 24 53 50 49 46 41 54 49

53 56 54 55 50 52 60 40 50 52 55 52 51

2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2

4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4

3 4 4 1 1 4 1 1 4 4 1 4 4

2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2

3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3

2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2

MASTER DATA SELF EFFICACY Magnitude

Generality

Strength

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

m8 3 2 3 3 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 2

m11 4 2 3 3 3 1 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2

m13 3 3 2 2 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3

m17 4 3 3 3 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2

skorm 14 10 11 11 13 5 14 15 15 16 16 16 15 15 16 16 14 9 12 12 15 14 16 16 14 14 16 16 9

g1 4 2 2 2 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2

g4 4 2 2 2 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2

g6 4 2 2 2 4 2 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2

g7 4 2 2 2 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2

g9 4 2 3 3 3 1 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2

g12 4 3 3 3 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2

g14 3 3 2 2 3 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3

skorg 27 16 16 16 24 8 24 26 27 28 28 28 26 26 28 28 27 14 19 21 26 27 27 28 27 27 28 28 15

s2 3 3 2 2 3 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3

s3 4 2 2 3 4 2 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2

s5 4 2 2 2 3 2 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 2 2 3 3 4 4 4 4 2 3 4 2

s10 4 3 2 2 4 2 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 4 3 3 4 2

s15 4 3 2 2 4 2 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 4 3 3 4 2

s16 3 3 2 2 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3

s18 4 2 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2

s19 4 2 2 2 4 2 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2

s20 3 3 1 2 3 1 1 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 2 2 4 4 3 4 4 4 3 3 4 2

skors 33 23 17 19 33 16 23 34 32 33 36 35 34 33 36 36 36 18 23 28 31 33 34 36 34 29 32 36 20

Total Skor SE 74 49 44 46 70 29 61 75 74 77 80 79 75 74 80 80 77 41 54 61 72 74 77 80 75 70 76 80 44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

4 4 4 4 2 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4

4 4 4 4 2 2 3 3 3 3 3 4 1 4 3 3 3 3 4 4

4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 4 4 1 4 2 4 4 4 4 4

4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4

16 16 16 16 8 8 10 10 10 10 14 16 6 16 12 14 14 14 16 16

4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 3 4 1 4 4 4 4 3 4 4

4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 3 4 1 4 4 4 3 3 4 4

4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 3 4 1 4 4 4 4 3 4 4

4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 3 4 1 3 4 4 4 3 4 4

4 4 4 4 2 2 3 3 3 3 3 4 1 3 3 3 3 3 3 2

4 4 4 4 2 2 3 3 3 3 3 4 1 4 3 3 3 3 3 4

4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 2

28 26 26 28 14 14 16 16 16 18 21 28 9 26 26 26 24 21 26 24

4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3

4 4 4 4 3 2 3 2 3 2 4 4 1 4 2 3 4 4 4 4

4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 4 4 1 4 2 4 3 4 4 4

4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4

4 4 3 4 2 2 2 2 2 2 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4

4 4 3 4 2 2 2 2 2 2 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4

4 3 3 4 2 3 3 1 2 3 3 4 3 4 1 4 3 3 4 3

36 35 33 36 19 19 20 17 19 21 34 36 13 36 29 35 33 34 36 34

80 77 75 80 41 41 46 43 45 49 69 80 28 78 67 75 71 69 78 74

MASTER DATA DISTRESS EMOSI (DE) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Beban Emosi be1 be2 skorbe 4 4 8 4 4 8 2 4 6 2 2 4 3 2 5 2 2 4 2 2 4 2 2 4 3 2 5 4 4 8 4 3 7 4 4 8 4 4 8 3 4 7 4 4 8 4 4 8 4 4 8 2 2 4 2 3 5 3 2 5 3 3 6 4 3 7

ktekes4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 2 2 3 2 4

Keterkaitan Tenaga Kesehatan ktekes5 ktekes7 ktekes13 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4

skorktkes 16 16 12 9 9 8 8 9 9 16 16 16 15 12 16 16 16 8 9 12 11 16

Distress Emosi (DE) Kesulitan Perawatan Diri krawat3 krawat6 krawat9 krawat10 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4

skorrawat 16 15 16 8 9 4 9 8 8 16 16 16 16 16 16 16 16 8 9 12 16 16

id8 4 3 3 3 3 1 2 2 2 4 4 4 2 4 4 3 3 3 3 3 4 4

Interpersonal Distress id11 id12 id14 skorid 3 3 3 13 3 3 3 12 3 4 4 14 3 2 2 10 3 3 3 12 1 1 1 4 2 2 2 8 2 2 2 8 3 3 3 11 4 4 4 16 4 4 4 16 4 4 4 16 2 4 4 12 4 4 4 16 4 4 4 16 3 4 4 14 3 4 4 14 3 2 2 10 3 3 3 12 3 3 3 12 4 4 4 16 4 3 3 14

Total skorDE 53 51 48 31 35 20 29 29 33 56 55 56 51 51 56 54 54 30 35 41 49 53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

4 4 4 2 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4

8 8 8 5 7 8 4 8 8 8 8 8 8 8 8 8 4 8 8 2 8 8 8 8 8 8 8

4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 2 3 2 4 4 1 4 2 3 4 4 4 4

4 4 4 2 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 1 4 2 4 3 4 4 4

16 16 16 14 15 16 8 16 16 16 16 15 16 15 12 15 9 16 16 4 16 12 15 15 16 16 16

4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 1 4 4 4 4 3 4 4

4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 1 4 4 4 3 3 4 4

4 4 4 4 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 2 3 4 1 4 4 4 4 3 4 4

3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 1 3 4 4 4 3 4 4

15 16 16 16 15 16 8 16 14 14 16 16 16 16 16 16 9 12 16 4 15 16 16 15 12 16 16

3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 1 3 3 3 3 3 3 2

4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 1 4 3 3 3 3 3 4

4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 2

4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3

15 16 14 14 16 16 11 16 16 16 16 16 16 14 14 14 12 12 16 8 15 14 14 12 12 14 11

54 56 54 49 53 56 31 56 54 54 56 55 56 53 50 53 34 48 56 18 54 50 53 50 48 54 51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANALISIS UNIVARIAT

Frequency Table

Kategori appraisal suppport Frequency Valid

Ada support (skor 27-36)

Valid Percent

Cumulative Percent

41

83.7

83.7

83.7

8

16.3

16.3

100.0

49

100.0

100.0

Tidak ada support (skor<27) Total

Percent

kategori tangiabel support Frequency Valid

Ada support (skor 27-36)

Valid Percent

Cumulative Percent

40

81.6

81.6

81.6

9

18.4

18.4

100.0

49

100.0

100.0

Tidak ada support (skor<27) Total

Percent

kategori self esteem suppport Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Ada suppport (skor 18-24)

38

77.6

77.6

77.6

Tidak ada support (skor <18)

11

22.4

22.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

kategori belonging support Frequency Valid

ada support (skor 15-20) Tidak ada support (skor <15) Total

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

42

85.7

85.7

85.7

7

14.3

14.3

100.0

49

100.0

100.0

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kategori dukungan sosial Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

mendukung (skor 87-116)

38

77.6

77.6

77.6

tidak mendukung (skor < 87)

11

22.4

22.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

kategori magnitude Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

tidak ada kesulitan (skor 1216)

36

73.5

73.5

73.5

ada kesulitan (skor < 12)

13

26.5

26.5

100.0

Total

49

100.0

100.0

kategori generality Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

yakin (skor 21-28)

35

71.4

71.4

71.4

tidak yakin (skor<21)

14

28.6

28.6

100.0

Total

49

100.0

100.0

kategori strength Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

yakin (skor 27-36)

34

69.4

69.4

69.4

tidak yakin (skor < 27)

15

30.6

30.6

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kategori self efficacy Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

yakin (skor 60-80)

35

71.4

71.4

71.4

tidak yakin (skor <60)

14

28.6

28.6

100.0

Total

49

100.0

100.0

kategori perilaku perawatan Frequency Valid

Melakukan (skor 42-56)

Valid Percent

Cumulative Percent

40

81.6

81.6

81.6

9

18.4

18.4

100.0

49

100.0

100.0

tidak melakukan (skor < 42) Total

Percent

kategori beban emosi Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak ada beban (skor 6-8)

36

73.5

73.5

73.5

ada beban (skor <6)

13

26.5

26.5

100.0

Total

49

100.0

100.0

kategori keterkaitan tenaga kesehatan Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

terkait (skor 12-16)

37

75.5

75.5

75.5

tidak terkait (skor <12)

12

24.5

24.5

100.0

Total

49

100.0

100.0

kategori kesulitan perawatan diri Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak sulit (skor 12-16)

38

77.6

77.6

77.6

sulit (Skor <12)

11

22.4

22.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kategori interpersonal distress Frequency Valid

didukung (skor 12-16)

Valid Percent

Cumulative Percent

40

81.6

81.6

81.6

9

18.4

18.4

100.0

49

100.0

100.0

tidak didukung (skor <12) Total

Percent

Kategori Distress Emosi Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Ada emosi (skor 42-56)

37

75.5

75.5

75.5

tidak ada emosi (skor <42)

12

24.5

24.5

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Frequencies Frequency Table Jenis Kelamin Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

Laki-laki

12

24.5

24.5

24.5

Perempuan

37

75.5

75.5

100.0

Total

49

100.0

100.0

Pendidikan Frequency Valid

Tamat SD

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

8

16.3

16.3

16.3

Tamat SMP

13

26.5

26.5

42.9

Tamat SMA

27

55.1

55.1

98.0

AKademi/PT

1

2.0

2.0

100.0

49

100.0

100.0

Total

Pekerjaan Frequency Valid

tidak bekerja

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

14

28.6

28.6

28.6

Buruh

7

14.3

14.3

42.9

Petani

6

12.2

12.2

55.1

wiraswasta/pedagang

20

40.8

40.8

95.9

pegawai swasta

1

2.0

2.0

98.0

PNS

1

2.0

2.0

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Status Merokok Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

Ya

14

28.6

28.6

28.6

Tidak

35

71.4

71.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

Konsumsi Obat Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Resep Dokter

8

16.3

16.3

16.3

Obat Herbal

7

14.3

14.3

30.6

Tidak Mengonsumsi Obat

34

69.4

69.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

Lama Menderita DM Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

< 5 tahun

2

4.1

4.1

4.1

>= 5 tahun

47

95.9

95.9

100.0

Total

49

100.0

100.0

kelompok umur Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

< 46 tahun

8

16.3

16.3

16.3

>= 46 tahun

41

83.7

83.7

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANALISIS UNIVARIAT ITEM PERTANYAAN Frequency Table Keluarga memberi saran supaya saya kontrol ke dokter Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

5

10.2

10.2

12.2

Sering

34

69.4

69.4

81.6

Selalu

9

18.4

18.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga memberi saran untuk mengikuti edukasi diabetes Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

4

8.2

8.2

10.2

Sering

31

63.3

63.3

73.5

Selalu

13

26.5

26.5

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga memberikan informasi baru tentang diabetes kepada saya Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

4

8.2

8.2

10.2

Sering

35

71.4

71.4

81.6

Selalu

9

18.4

18.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Keluarga membantu saya untuk menghindari makanan yang manis Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

5

10.2

10.2

12.2

Sering

35

71.4

71.4

83.7

Selalu

8

16.3

16.3

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga mengingatkan saya tentang jadwal diet yang teratur Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

4

8.2

8.2

10.2

Sering

38

77.6

77.6

87.8

Selalu

6

12.2

12.2

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga menyarankan untuk memeriksakan mata saya ke dokter Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

4

8.2

8.2

10.2

Sering

31

63.3

63.3

73.5

Selalu

13

26.5

26.5

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Keluarga mendorong saya untuk memeriksakan kaki saya ke dokter Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

4

8.2

8.2

10.2

Sering

31

63.3

63.3

73.5

Selalu

13

26.5

26.5

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga mendorong saya untuk periksa gigi ke dokter Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

Jarang

9

18.4

18.4

18.4

Sering

29

59.2

59.2

77.6

Selalu

11

22.4

22.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga membantu ketika saya cemas dengan diabetes Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

4

8.2

8.2

10.2

Sering

37

75.5

75.5

85.7

Selalu

7

14.3

14.3

100.0

Total

49

100.0

100.0

Informasi dari keluarga membuat saya merasa mudah memahami ttg diabetes Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

5

10.2

10.2

12.2

Sering

31

63.3

63.3

75.5

Selalu

12

24.5

24.5

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Keluarga mengingatkan saya untuk mengontrol gula darah jika saya Lupa Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

3

6.1

6.1

8.2

Sering

36

73.5

73.5

81.6

Selalu

9

18.4

18.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga membantu usaha saya untuk olah raga Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

5

10.2

10.2

12.2

Sering

34

69.4

69.4

81.6

Selalu

9

18.4

18.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga mendorong saya untuk mengikuti rencana diet/makan Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

7

14.3

14.3

16.3

Sering

23

46.9

46.9

63.3

Selalu

18

36.7

36.7

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga mengingatkan saya untuk memesan obat diabetes Frequency Valid

Tidak pernah

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

5

10.2

10.2

12.2

Sering

27

55.1

55.1

67.3

Selalu

16

32.7

32.7

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Keluarga menyediakan makanan sesuai diet saya Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

7

14.3

14.3

16.3

Sering

27

55.1

55.1

71.4

Selalu

14

28.6

28.6

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga mendukung usaha saya untuk makan makanan sesuai diet Frequency Valid

Tidak pernah

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

6

12.2

12.2

14.3

Sering

25

51.0

51.0

65.3

Selalu

17

34.7

34.7

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga memahami cara membantu saya dalam mengatasi diabetes Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

5

10.2

10.2

12.2

Sering

37

75.5

75.5

87.8

Selalu

6

12.2

12.2

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga membantu untuk membayar pengobatan diabetes Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

2

4.1

4.1

6.1

Sering

38

77.6

77.6

83.7

Selalu

8

16.3

16.3

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Keluarga mengerti saat saya mengalami masalah yang berhubungan dgn diabetes Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

Jarang

5

10.2

10.2

10.2

Sering

30

61.2

61.2

71.4

Selalu

14

28.6

28.6

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga mendengarkan jika saya bercerita tentang diabetes Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

Jarang

3

6.1

6.1

6.1

Sering

31

63.3

63.3

69.4

Selalu

15

30.6

30.6

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga mengerti perasaan saya saat mengalami diabetes Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

Jarang

4

8.2

8.2

8.2

Sering

35

71.4

71.4

79.6

Selalu

10

20.4

20.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga makan makanan yang tidak boleh saya makan didekat saya Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

5

10.2

10.2

12.2

Sering

36

73.5

73.5

85.7

Selalu

7

14.3

14.3

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Keluarga merasa kesusahan terhadap diabetes yang saya alami Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

4

8.2

8.2

10.2

Sering

35

71.4

71.4

81.6

Selalu

9

18.4

18.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

Meminta bantuan kepada keluarga membuat saya merasa mudah dalam mengatasi masalah diabetes Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

4

8.2

8.2

10.2

Sering

35

71.4

71.4

81.6

Selalu

9

18.4

18.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga merasa terganggu dengan diabetes saya Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Jarang

2

4.1

4.1

4.1

Sering

35

71.4

71.4

75.5

Selalu

12

24.5

24.5

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya merasakan kemudahan meminta bantuan keluarga untuk mendukung perawatan diabetes saya Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Jarang

5

10.2

10.2

10.2

Sering

42

85.7

85.7

95.9

Selalu

2

4.1

4.1

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Keluarga tidak menerima bahwa saya menderita diabetes Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

3

6.1

6.1

8.2

Sering

36

73.5

73.5

81.6

Selalu

9

18.4

18.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga membantu ketika saya cemas dengan diabetes Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

5

10.2

10.2

12.2

Sering

27

55.1

55.1

67.3

Selalu

16

32.7

32.7

100.0

Total

49

100.0

100.0

Keluarga mengerti ketika saya sedih dengan diabetes Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

3

6.1

6.1

8.2

Sering

38

77.6

77.6

85.7

Selalu

7

14.3

14.3

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya mampu melakukan aktivitas fisik yang ringan untuk menjaga kesehatan saya (contohnya : joging, berkebun, latihan peregangan) Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak yakin

1

2.0

2.0

2.0

kurang yakin

4

8.2

8.2

10.2

yakin

21

42.9

42.9

53.1

sangat yakin

23

46.9

46.9

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Saya tidak mampu melakukan aktivitas fisik yang lebih banyak, jika dokter menginstruksikannya untuk memperbaiki kondisi kondisi kesehatan saya

Frequency Valid

tidak yakin kurang yakin

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

2

4.1

4.1

4.1

6

12.2

12.2

16.3

Yakin

18

36.7

36.7

53.1

sangat yakin

23

46.9

46.9

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya mampu menjaga pola makan yang sehat ( diet DM) walaupun saya tidak berada di rumah Frequency Valid

tidak yakin

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

1

2.0

2.0

2.0

11

22.4

22.4

24.5

9

18.4

18.4

42.9

sangat yakin

28

57.1

57.1

100.0

Total

49

100.0

100.0

kurang yakin Yakin

Saya mampu menjaga pola makan sehat (diet DM), ketika saya sedang merasa tertekan/ stress/cemas Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

tidak yakin

2

4.1

4.1

4.1

kurang yakin

8

16.3

16.3

20.4

Yakin

7

14.3

14.3

34.7

sangat yakin

32

65.3

65.3

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya mampu memeriksakan kadar gula darah saya jika diperlukan Frequency Valid

tidak yakin

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

2

4.1

4.1

4.1

12

24.5

24.5

28.6

3

6.1

6.1

34.7

sangat yakin

32

65.3

65.3

100.0

Total

49

100.0

100.0

kurang yakin Yakin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Saya mampu memilih makanan yang sehat dan terbaik sesuai dengan diet DM untuk menjaga kondisi kesehatan Saya Frequency Valid

tidak yakin

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

2

4.1

4.1

4.1

10

20.4

20.4

24.5

7

14.3

14.3

38.8

sangat yakin

30

61.2

61.2

100.0

Total

49

100.0

100.0

kurang yakin Yakin

Saya mampu menjaga berat badan saya dalam batasan Berat Badan Ideal (BBI) Frequency Valid

tidak yakin

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1

2.0

2.0

2.0

15

30.6

30.6

32.7

8

16.3

16.3

49.0

sangat yakin

25

51.0

51.0

100.0

Total

49

100.0

100.0

kurang yakin yakin

Saya mampu melakukan pemeriksaan terhadap kaki saya secara mandiri (misal: ada luka, mengupas, dll) Frequency Valid

tidak yakin

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

2

4.1

4.1

4.1

12

24.5

24.5

28.6

5

10.2

10.2

38.8

sangat yakin

30

61.2

61.2

100.0

Total

49

100.0

100.0

kurang yakin yakin

Saya mampu untuk tetap menjaga pola makan yang sehat sesuai diet DM Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak yakin

2

4.1

4.1

4.1

kurang yakin

7

14.3

14.3

18.4

yakin

20

40.8

40.8

59.2

sangat yakin

20

40.8

40.8

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Ketika saya melakukan aktivitas fisik lebih dari biasanya, saya mampu melakukan penyesuaian dengan pola makan Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak yakin

2

4.1

4.1

4.1

kurang yakin

4

8.2

8.2

12.2

yakin

17

34.7

34.7

46.9

sangat yakin

26

53.1

53.1

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya mampu memilih makanan dari makanan yang beragam dan tetap menjaga pola makan yang sehat, ketika saya tidak berada di rumah, misal: memilih makanan yang ada di rumah makan/restoran Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak yakin

1

2.0

2.0

2.0

kurang yakin

9

18.4

18.4

20.4

yakin

15

30.6

30.6

51.0

sangat yakin

24

49.0

49.0

100.0

Total

49

100.0

100.0

Ketika saya merasa kadar gula saya terlalu tinggi (misal: sering kencing, sering merasa haus, badan terasa lemah, dll) saya mampu memperbaiki kadar gula darah saya ke dalam kadar gula normal (misal: mengganti makanan yang saya biasa saya makan atau makan makanan yang berbeda , olahraga dll)

Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak yakin

1

2.0

2.0

2.0

kurang yakin

8

16.3

16.3

18.4

yakin

16

32.7

32.7

51.0

sangat yakin

24

49.0

49.0

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Ketika saya merasa kadar gula darah saya terlalu rendah (mual, keringat dingin, gangguan konsentrasi, jantung berdebar-debar) saya mampu memperbaiki kadar gula darah saya ke dalam kadar gula normal (misal: mengganti makanan yang biasa saya makan atau makan makanan yang berbeda) Frequency Valid

tidak yakin

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1

2.0

2.0

2.0

kurang yakin

10

20.4

20.4

22.4

yakin

11

22.4

22.4

44.9

sangat yakin

27

55.1

55.1

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya mampu memilih makanan dari beragam makanan yang ada dan tetap menjaga pola makan yang sehat Frequency Valid

tidak yakin

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1

2.0

2.0

2.0

15

30.6

30.6

32.7

8

16.3

16.3

49.0

sangat yakin

25

51.0

51.0

100.0

Total

49

100.0

100.0

kurang yakin yakin

Saya mampu mengikiuti pola makan yang sehat (diet DM) yang dianjurkan oleh tim kesehatan Frequency Valid

tidak yakin kurang yakin yakin

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1

2.0

2.0

2.0

13

26.5

26.5

28.6

7

14.3

14.3

42.9

sangat yakin

28

57.1

57.1

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Saya mampu menjaga pola makan yang sehat (diet DM) walaupun saya makan di acara pesta (perkawinan, khitanan, dll) Frequency Valid

tidak yakin kurang yakin

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1

2.0

2.0

2.0

13

26.5

26.5

28.6

yakin

7

14.3

14.3

42.9

sangat yakin

28

57.1

57.1

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya mampu memilih makanan yang sehat dari beragam makanan yang ada ketika saya makan di luar rumah atau pada saat makan di tempat pesta Frequency Valid

tidak yakin

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1

2.0

2.0

2.0

kurang yakin

10

20.4

20.4

22.4

yakin

10

20.4

20.4

42.9

sangat yakin

28

57.1

57.1

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya mampu datang ke tempat layanan kesehatan 4 kali dalam setahun untuk memonitor oenyakit diabetes saya Frequency Valid

tidak yakin

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1

2.0

2.0

2.0

12

24.5

24.5

26.5

2

4.1

4.1

30.6

sangat yakin

34

69.4

69.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

kurang yakin yakin

Saya mampu meminum obat sesuai aturan minumnya Frequency Valid

tidak yakin kurang yakin yakin sangat yakin

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1

2.0

2.0

2.0

13

26.5

26.5

28.6

7

14.3

14.3

42.9

28

57.1

57.1

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Saya mampu meminum obat sesuai aturan minumnya Frequency Valid

tidak yakin

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1

2.0

2.0

2.0

13

26.5

26.5

28.6

7

14.3

14.3

42.9

sangat yakin

28

57.1

57.1

100.0

Total

49

100.0

100.0

kurang yakin yakin

Saya mampu mempertahankan program pengobatan yang diberikan kepada saya walaupun saya dalam kondisi sakit Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

tidak yakin

5

10.2

10.2

10.2

kurang yakin

6

12.2

12.2

22.4

yakin

19

38.8

38.8

61.2

sangat yakin

19

38.8

38.8

100.0

Total

49

100.0

100.0

Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu mengikuti perencanaan makan (diet) sesuai dengan yang dianjurkan Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

1 hari

2

4.1

4.1

4.1

2-3 hari

4

8.2

8.2

12.2

4-5 hari

3

6.1

6.1

18.4

6-7 hari

40

81.6

81.6

100.0

Total

49

100.0

100.0

Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu membatasi jumlah kalori yang di makan sesuai dengan anjuran untuk mengontrol Diabetes Frequency

Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

1 hari

2

4.1

4.1

4.1

2-3 hari

2

4.1

4.1

8.2

4-5 hari

7

14.3

14.3

22.4

6-7 hari

38

77.6

77.6

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu mengatur pemasukan makanan yang mengandung karbohidrat. Frequency

Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

1 hari

2

4.1

4.1

4.1

2-3 hari

5

10.2

10.2

14.3

4-5 hari

13

26.5

26.5

40.8

6-7 hari

29

59.2

59.2

100.0

Total

49

100.0

100.0

Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu makan sayuran. Frequency Valid

Percent

1 hari

2

2-3 hari

4

4-5 hari

5

6-7 hari

38

Total

49

4.1

Cumulative Percent

Valid Percent 4.1

4.1

8.2

8.2

12.2

10.2

10.2

22.4

77.6

77.6

100.0

100.0

100.0

Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu makan makanan yang mengandung tinggi lemak (seperti daging, makanan yang mengandung minyak atau mentega dan lain-lain Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

1 hari

2

4.1

4.1

4.1

2-3 hari

2

4.1

4.1

8.2

4-5 hari

21

42.9

42.9

51.0

6-7 hari

24

49.0

49.0

100.0

Total

49

100.0

100.0

Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu makan makanan selingan yang banyak mengandung gula (seperti kue, biskuit, selai,dll).

Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

1 hari

2

4.1

4.1

4.1

2-3 hari

1

2.0

2.0

6.1

4-5 hari

23

46.9

46.9

53.1

6-7 hari

23

46.9

46.9

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu makan makanan selingan yang banyak mengandung gula (seperti kue, biskuit, selai,dll).

Frequency Valid

1 hari

Percent 2

4.1

Cumulative Percent

Valid Percent 4.1

4.1

2-3 hari

1

2.0

2.0

6.1

4-5 hari

23

46.9

46.9

53.1

6-7 hari

23

46.9

46.9

100.0

Total

49

100.0

100.0

Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu melakukan latihan fisik sedikitnya dalam waktu 20-30 menit. Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

1 hari

2

4.1

4.1

4.1

2-3 hari

2

4.1

4.1

8.2

4-5 hari

14

28.6

28.6

36.7

6-7 hari

31

63.3

63.3

100.0

Total

49

100.0

100.0

Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu melakukan latihan ringan seperti jalan kaki di sekitar rumah. Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

1 hari

1

2.0

2.0

2.0

2-3 hari

2

4.1

4.1

6.1

4-5 hari

15

30.6

30.6

36.7

6-7 hari

31

63.3

63.3

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu memeriksa gula darah di pelayanan kesehatan maupun secara mandiri di rumah. Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

1 hari

1

2.0

2.0

2.0

2-3 hari

4

8.2

8.2

10.2

4-5 hari

19

38.8

38.8

49.0

6-7 hari

25

51.0

51.0

100.0

Total

49

100.0

100.0

Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu minum obat sesuai dengan petunjuk dokter Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

1 hari

2

4.1

4.1

4.1

2-3 hari

4

8.2

8.2

12.2

4-5 hari

20

40.8

40.8

53.1

6-7 hari

23

46.9

46.9

100.0

Total

49

100.0

100.0

Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu memeriksa kaki Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

1 hari

2

4.1

4.1

4.1

2-3 hari

3

6.1

6.1

10.2

4-5 hari

16

32.7

32.7

42.9

6-7 hari

28

57.1

57.1

100.0

Total

49

100.0

100.0

Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu membersihkan kaki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

1 hari

2

4.1

4.1

4.1

2-3 hari

2

4.1

4.1

8.2

4-5 hari

17

34.7

34.7

42.9

6-7 hari

28

57.1

57.1

100.0

Total

49

100.0

100.0

Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu mengeringkan selasela jari kaki setelah dicuci. Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

1 hari

1

2.0

2.0

2.0

2-3 hari

2

4.1

4.1

6.1

4-5 hari

18

36.7

36.7

42.9

6-7 hari

28

57.1

57.1

100.0

Total

49

100.0

100.0

Dalam satu minggu terakhir ini berapa hari Bapak/Ibu memeriksa bagian dalam sandal/sepatu yang akan digunakan. Frequency Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

1 hari

1

2.0

2.0

2.0

2-3 hari

4

8.2

8.2

10.2

4-5 hari

13

26.5

26.5

36.7

6-7 hari

31

63.3

63.3

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya tidak bisa menerima saat pertama kali di diagnosa terkena penyakit diabetes mellitus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Frequency Valid

Tidak pernah

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

10

20.4

20.4

22.4

Sering

6

12.2

12.2

34.7

Selalu

32

65.3

65.3

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap penyakit yang saya alami. Frequency Valid

Tidak pernah

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

10

20.4

20.4

22.4

Sering

5

10.2

10.2

32.7

Selalu

33

67.3

67.3

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal dengan pengobatan diabetes. Frequency Valid

Tidak pernah

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

11

22.4

22.4

24.5

Sering

2

4.1

4.1

28.6

Selalu

35

71.4

71.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya merasa telah menghabiskan energi untuk menjalani pengobatan diabetes. Frequency Valid

Tidak pernah

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

10

20.4

20.4

22.4

Sering

3

6.1

6.1

28.6

Selalu

35

71.4

71.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Saya merasa tidak sabar ketika mengalami penundaan untuk melakukan kontrol kadar gula darah. Frequency Valid

Tidak pernah

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

10

20.4

20.4

22.4

Sering

11

22.4

22.4

44.9

Selalu

27

55.1

55.1

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya sangat yakin dengan pengobatan diabetes mellitus yang saya jalani. Frequency Valid

Tidak pernah

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

11

22.4

22.4

24.5

Sering

8

16.3

16.3

40.8

Selalu

29

59.2

59.2

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya merasa sulit untuk bersantai sejak menderita penyakit diabetes. Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

2

4.1

4.1

4.1

Jarang

9

18.4

18.4

22.4

Sering

3

6.1

6.1

28.6

Selalu

35

71.4

71.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya merasa cemas terhadap penyakit diabetes mellitus yang saya alami. Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

2

4.1

4.1

4.1

Jarang

6

12.2

12.2

16.3

Sering

7

14.3

14.3

30.6

Selalu

34

69.4

69.4

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya merasa sulit untuk beristirahat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Frequency Valid

Tidak pernah

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

2

4.1

4.1

4.1

Jarang

10

20.4

20.4

24.5

Sering

5

10.2

10.2

34.7

Selalu

32

65.3

65.3

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya merasa sulit untuk melakukan terapi diet makanan Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

2

4.1

4.1

4.1

Jarang

9

18.4

18.4

22.4

Sering

6

12.2

12.2

34.7

Selalu

32

65.3

65.3

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Saya mudah tersinggung sejak menderita penyakit diabetes mellitus.

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

2

4.1

4.1

4.1

Jarang

6

12.2

12.2

16.3

Sering

21

42.9

42.9

59.2

Selalu

20

40.8

40.8

100.0

Total

49

100.0

100.0

Tidak pernah

Saya sulit untuk sabar dalam melakukan terapi atau pengobatan diabetes mellitus Frequency

Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid Percent

Tidak pernah

2

4.1

4.1

4.1

Jarang

3

6.1

6.1

10.2

Sering

22

44.9

44.9

55.1

Selalu

22

44.9

44.9

100.0

Total

49

100.0

100.0

Saya mengalami gangguan tidur pada malam hari sejak di diagnosa menderita diabetes.

Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

5

10.2

10.2

12.2

Sering

15

30.6

30.6

42.9

Selalu

28

57.1

57.1

100.0

Total

49

100.0

100.0

Nafsu makan saya berkurang sejak saya menjalani pengobatan diabetes mellitus Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Tidak pernah

1

2.0

2.0

2.0

Jarang

4

8.2

8.2

10.2

Sering

16

32.7

32.7

42.9

Selalu

28

57.1

57.1

100.0

Total

49

100.0

100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANALISIS BIVARIAT Kategori Distress Emosi * kategori perilaku perawatan Crosstab kategori perilaku perawatan Melakukan (skor 4256) Kategori Distress Emosi

Ada emosi (skor 4256)

Count

tidak melakukan (skor < 42)

Total

34

3

37

% within Kategori Distress Emosi

91.9%

8.1%

100.0%

% of Total

69.4%

6.1%

75.5%

tidak ada emosi (skor Count <42) % within Kategori Distress Emosi

6

6

12

50.0%

50.0%

100.0%

% of Total

12.2%

12.2%

24.5%

Total

Count

40

9

49

% within Kategori Distress Emosi

81.6%

18.4%

100.0%

% of Total

81.6%

18.4%

100.0%

Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction

a

1

.001

7.996

1

.005

9.279

1

.002

10.606 b

Likelihood Ratio

Asymp. Sig. (2sided)

df

Exact Sig. (2sided)

Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b

N of Valid Cases

Exact Sig. (1sided)

.004 10.389

1

.004

.001

49

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.20. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Kategori Distress Emosi (Ada emosi (skor 42-56) / tidak ada emosi (skor <42)) For cohort kategori perilaku perawatan = Melakukan (skor 42-56) For cohort kategori perilaku perawatan = tidak melakukan (skor < 42) N of Valid Cases

Lower

Upper

11.333

2.209

58.147

1.838 .162

1.035 .048

3.262 .551

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kategori self efficacy * kategori perilaku perawatan Crosstab kategori perilaku perawatan Melakukan (skor 4256) Kategori self efficacy

yakin (skor 60-80)

tidak yakin (skor <60)

Total

Count

tidak melakukan (skor < 42)

Total

32

3

35

% within Kategori self efficacy

91.4%

8.6%

100.0%

% of Total

65.3%

6.1%

71.4%

8

6

14

% within Kategori self efficacy

57.1%

42.9%

100.0%

% of Total

16.3%

12.2%

28.6%

40

9

49

% within Kategori self efficacy

81.6%

18.4%

100.0%

% of Total

81.6%

18.4%

100.0%

Count

Count

Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio

Exact Sig. (2sided)

a

1

.005

5.720

1

.017

7.141

1

.008

7.840 b

Asymp. Sig. (2-sided)

df

Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b

N of Valid Cases

Exact Sig. (1sided)

.011 7.680

1

.011

.006

49

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.57. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Kategori self efficacy (yakin (skor 6080) / tidak yakin (skor <60)) For cohort kategori perilaku perawatan = Melakukan (skor 42-56) For cohort kategori perilaku perawatan = tidak melakukan (skor < 42) N of Valid Cases

Lower

Upper

8.000

1.635

39.142

1.600

1.005

2.547

.200

.058

.691

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kategori dukungan sosial * kategori perilaku perawatan Crosstab kategori perilaku perawatan Melakukan (skor 42-56) Kategori dukungan sosial

mendukung (skor 87-116)

Count

Total

35

3

38

% within Kategori dukungan sosial

92.1%

7.9%

100.0%

% of Total

71.4%

6.1%

77.6%

5

6

11

45.5%

54.5%

100.0%

10.2%

12.2%

22.4%

40

9

49

% within Kategori dukungan sosial

81.6%

18.4%

100.0%

% of Total

81.6%

18.4%

100.0%

tidak mendukung Count (skor < 87) % within Kategori dukungan sosial % of Total Total

tidak melakukan (skor < 42)

Count

Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction

a

1

.000

9.466

1

.002

10.589

1

.001

12.382 b

Likelihood Ratio

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)

df

Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b

N of Valid Cases

Exact Sig. (1sided)

.002 12.129

1

.002

.000

49

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.02. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Kategori dukungan sosial (mendukung (skor 87-116) / tidak mendukung (skor < 87)) For cohort kategori perilaku perawatan = Melakukan (skor 42-56) For cohort kategori perilaku perawatan = tidak melakukan (skor < 42) N of Valid Cases

Lower

Upper

14.000

2.628

74.590

2.026

1.054

3.897

.145

.043

.487

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANALISIS MULTIVARIAT Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B Step 1

a

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp(B )

Lower

Upper

KatDS

1.960

.994

3.883

1

.049 7.097

1.011

49.843

KatDE

1.739

.979

3.157

1

.076 5.691

.836

38.738

katSE

.656

1.026

.409

1

.523 1.927

.258

14.410

-3.109

.757

16.885

1

.000

Constant

.045

a. Variable(s) entered on step 1: KatDS, KatDE, katSE.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

More Documents from "Nuzulprima Diyelladhea"

167032105.pdf
June 2020 2