130406053.pdf

  • Uploaded by: fazra risky nasution
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 130406053.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 14,084
  • Pages: 88
Universitas Sumatera Utara Repositori Institusi USU

http://repositori.usu.ac.id

Departemen Arsitektur

Skripsi Sarjana

2018

Perancangan Hotel Resort Berastagi (Pendekatan Desain Arsitektur Neo-Vernakular) Sebayang, Andre A. Universitas Sumatera Utara http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/10500 Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara

PERANCANGAN HOTEL RESORT BERASTAGI (Pendekatan Desain Arsitektur Neo-Vernakular)

SKRIPSI

OLEH ANDRE A. SEBAYANG 130406053

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

Universitas Sumatera Utara

PERANCANGAN HOTEL RESORT BERASTAGI (Dengan Pendekatan Desain Arsitektur Neo-Vernakular)

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH ANDRE A. SEBAYANG 130406053

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Hotel Resort Berastagi disediakan agar para wisatawan yang bermalam di Berastagi dapat merasakan dan menikmati keindahan daerah Berastagi. Dengan klasifikasi hotel bintang tiga, jumlah kamar 100 dan 5 tipe kamar yang berbeda diharapkan dapat menampung para wisatawan yang berkunjung. Hotel ini juga menyediakan sarana-sarana rekreasi yang nyaman dan menarik bagi para pengunjungnya. Kolam renang, area pertemuan, area olahraga menjadi

fasilitas-fasilitas

penunjang

lainnya.

Selain

untuk

menikmati

keindahan alam Berastagi, hotel ini juga disediakan untuk memperkenalkan Suku Karo sebagai budaya yang memiliki daya tarik tersendiri. Konsep yang dipakai adalah dari Rumah Tradisional Siwaluh Jabu yaitu Rumah Adat Suku Karo yang didesain agar tetap mengikuti modernisasi perkembangan zaman saat ini sehingga tidak dianggap ketinggalan zaman. Konsep Delapan keluarga yang dikombinasikan sehingga menjadi delapan ruangan bangunan. Diharapkan dengan menerapkan tema Arsitektur Neo-Vernakular Karo dapat melestarikan kearifan lokal budaya setempat dan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung ke Berastagi.

Kata kunci : Hotel Resort, Siwaluh Jabu, Karo, Berastagi

i

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Berastagi is one of the tourist destinations in North Sumatera. Therefore, adequate lodging is required for the convenience of tourists. Hotel Resort Berastagi is provided so that the tourists who stay in Berastagi can feel and enjoy the beauty of Berastagi. With a three-star hotel classification, number of rooms is 100 and 5 different types of rooms that can accommodate the tourists who visit. The hotel also provides recreational facilities that are comfortable and appealing for the visitors. Swimming pool, meeting area, and sports area are other supporting facilities. In addition to enjoy the beauty of Berastagi, this hotel is also provided to introduce the Karo Tribe as a culture that has its own charm. The concept used is the concept of Traditional House Siwaluh Jabu and is designed to remain in accordance with modernization In order to maintain the cultural tourism, the hotel applies the theme of Neo-Vernacular Architecture. By applying the theme, Karo is expected to preserve local culture. It is expected that the hotel can provide a special attraction for the tourists who visit Berastagi.

Keywords: Hotel Resort, Siwaluh Jabu, Karo, Berastagi.

ii

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Pengasih, karena hanya oleh Kasih dan Penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dan perancangan yang berjudul Hotel Resort Berastagi pada waktunya untuk mengakhiri studi dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik, pada Universitas Sumatera Utara Alur Profesi. Penyelesaian tulisan ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Sehingga penulis pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, bimbingan dan dukungan kepada penulis yang diantaranya: 1. Ibu Ir. Morida Siagian, MURP, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Perancangan Arsitektur VI dan skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, saran, dukungan serta meluangkan waktunya dalam proses penulisan untuk penyususan skripsi ini. 2. Ibu Ir. Basaria Talarosha, MT dan Bapak Ir. Samsul Bahri, MT selaku Dosen Penguji yang memberikan saran dan kritik kepada penulis terhadap skripsi ini. 3. Ibu Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc selaku Ketua Program Studi Departemen Arsitektur dan Ibu Beny O.Y. Marpaung, ST, MT, Ph.D selaku sekretaris Program Studi Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. 4. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan staf Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara atas semua kritik, saran dan bantuannya selama masa perkuliahan. 5. Bapak Ganti Sebayang dan Ibu Bertha Purba selaku orang tua terkasih yang telah memberikan doa, nasihat, motivasi, dan dorongan untuk menyelesaikan studi dan skripsi di Universitas Sumatera Utara. 6. Teman-teman terbaik dan seperjuangan penulis di Arsitektur 2013 Imanta, Ivo, Rafael, Hadi, Ivany, dan Arvinta yang sudah turut membantu penulis dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini. 7. Pihak-pihak lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang turut membantu dan memberikan semangat kepada penulis.

iii Universitas Sumatera Utara

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat kepada semua pihak.

Medan,

Oktober 2018

Penulis,

Andre A. Sebayang 130406053

iv Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Permasalah Perancangan ................................................................ 3 1.3 Tujuan Perancangan ........................................................................ 3 1.4 Sistematika Pembahasan ................................................................. 4 1.5 Kerangka Berpikir ............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terminologi Judul ............................................................................ 6 2.2 Kriteria Pemilihan Lokasi ................................................................. 6 2.3 Tinjauan Fungsi ............................................................................... 7 2.3.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan .......................................... 9 2.3.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang .................. 10 2.3.3 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang.............................. 13 2.3.4 Studi Banding Arsitektur Fungsi Sejenis................................. 14 2.4 Tinjauan Tema ................................................................................. 18 2.4.1 Pengertian Tema .................................................................... 18 2.4.2 Interpretasi Tema ................................................................... 35 2.4.3 Keterkaitan Tema dengan Judul ............................................. 35 2.4.4 Studi Banding Arsitektur Tema Sejenis .................................. 36

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pemilihan Lokasi ................................................................. 42 3.2 Metode/Pendekatan Penyelesaian Masalah Perancangan ............ 43 3.3 Perumusan Ide/Gagasan ................................................................. 43 v

Universitas Sumatera Utara

3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................... 44

BAB IV DESKRIPSI PROYEK 4.1 Judul Proyek .................................................................................... 46 4.2 Luasan ............................................................................................. 46 4.3 Batasan Kawasan ............................................................................ 48 4.4 Fungsi Sekitar/Eksisting .................................................................. 49

BAB V ANALISA PERANCANGAN 5.1 Analisa Perancangan Ruang Luar/Tapak ....................................... 50 5.2 Analisa Tata Ruang Dalam ............................................................. 52 5.3 Analisa Massa dan Perwajahan ...................................................... 53 5.4 Analisa Struktur ............................................................................... 53 5.5 Analisa Utilitas ................................................................................. 54

BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar .................................................................................. 55 6.2 Konsep Program Ruang .................................................................. 57 6.3 Konsep Ruang Luar/Tapak .............................................................. 64 6.4 Konsep Massa dan Perwajahan ...................................................... 65 6.5 Konsep Struktur ............................................................................... 65 6.6 Konsep Utilitas ................................................................................. 67

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan ...................................................................................... 71 7.2 Saran ............................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 73 LAMPIRAN

vi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Tamu Wisatawan Menurut Asal Negara ............................ 2 Tabel 2.1 Kegiatan Pengguna Hotel ........................................................... 10 Tabel 2.2 Kebutuhan Ruang Hotel Resort .................................................... 11 Tabel 2.3 Perbandingan Arsitektur Vernakular dan Neo-Vernakular............. 22 Tabel 2.4 Fasilitas pada Joglo Plawang Hotel............................................... 42 Tabel 2.5 Perbandingan Komponen Bangunan ........................................... 20 Tabel 3.1 Perbandingan Antara Data Primer dan Data Sekunder................. 48 Tabel 6.1 Tamu Hotel Sekitar Berastagi ...................................................... 58 Tabel 6.2 Jumlah Kamar Hotel yang Tersedia .............................................. 59 Tabel 6.3 Besaran Ruang Kamar Hotel ........................................................ 60 Tabel 6.4 Besaran Ruang Fasilitas Hotel ...................................................... 60

ix

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Kerangka Berfikir .......................................................... 5 Gambar 2.1 The Westin Trillium House, Blue Mountain ................................ 15 Gambar 2.2 Fasilitas Pendukung Hotel .......................................................... 16 Gambar 2.3 Hotel Le Meridien Jimbaran Bali................................................. 16 Gambar 2.4 Groundplan LKe Meridien Hotel ................................................. 17 Gambar 2.5 Celebration Pavilion ................................................................... 17 Gambar 2.6 Denah Bale Banjar dan Suasana ............................................... 18 Gambar 2.7 Saltwater Lagoon Pool ............................................................... 18 Gambar 2.8 Restoran dan Bar Hotel .............................................................. 19 Gambar 2.9 Pola Perkampungan Karo secara Umum ................................... 26 Gambar 2.10 Pola Mata Angin terhadap Siwaluh Jabu .................................. 26 Gambar 2.11 Rangka Atap Rumah Adat Karo ............................................... 27 Gambar 2.12 Aksonometri Rumah Adat Karo ................................................ 29 Gambar 2.13 Ornamen pada Atap Rumah Adat Karo.................................... 30 Gambar 2.14 Skema Rumah Adat Karo ......................................................... 31 Gambar 2.15 Ornamen pada Dinding Rumah Adat Karo ............................... 33 Gambar 2.16 Jenis Atap Rumah Sianjung-Anjung ......................................... 34 Gambar 2.17 Jenis Atap Rumah Mecu .......................................................... 35 Gambar 2.18 Struktur Rumah Adat Karo ....................................................... 36 Gambar 2.19 Suasana Eksterior dan Interior Joglo Plawang Hotel ............... 38 Gambar 2.20 Sketsa Eksterior dan Interior Bandara Soekarno Hatta ............ 40 Gambar 2.21 National Theatre Malaysia ........................................................ 41 Gambar 4.1 Peta Lokasi Perancangan .......................................................... 47 Gambar 4.2 Lokasi Site dari Foto Satelit ........................................................ 48 Gambar 4.3 Ukuran Lahan ............................................................................. 48 Gambar 4.4 Batasan Sekitar/Eksisting ........................................................... 49 Gambar 4.5 Fungsi Sekitar Lokasi / Eksisting ................................................ 50 Gambar 5.1 Analisa Tata Guna Lahan ........................................................... 51 Gambar 5.2 Analisa Potensi Lahan................................................................ 52 Gambar 5.3 Ornamen Suku Karo .................................................................. 54 Gambar 6.1 Rumah Adat Siwaluh Jabu ......................................................... 55

vii Universitas Sumatera Utara

Gambar 6.2 Denah dan Skematik Rumah Adat Siwaluh Jabu ....................... 56 Gambar 6.3 Pola Rumah Adat Siwaluh Jabu ................................................. 57 Gambar 6.4 Konsep Siwaluh Jabu Pada Hotel .............................................. 57 Gambar 6.5 Konsep Tapak pada Hotel .......................................................... 64 Gambar 6.6 Konsep Perwajahan pada Hotel ................................................. 65 Gambar 6.7 Konsep Struktur pada Hotel ....................................................... 66 Gambar 6.8 Detail Pile Cap yang Digunakan ................................................. 67 Gambar 6.9 Konsep Penghawaan ................................................................. 68 Gambar 6.10 Konsep Distribusi Elektrikal ...................................................... 68 Gambar 6.11 Konsep Plumbing Air Kotor ...................................................... 69 Gambar 6.12 Konsep Pencegahan Kebakaran .............................................. 70

viii Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Perkembangan zaman pada era modern saat ini menimbulkan dampak yang banyak ke berbagai bidang tak terkecuali bidang pariwisata. Sektor pariwisata sendiri tidak terlepas dari adanya rasa penat dalam menjalani kehidupan dan rutinitas sehari-hari membuat rasa tenang dan bebas dari letihnya kehidupan sehari-hari. Hal ini membuat manusia ingin beristirahat dan bersantai sejenak serta menikmati indahnya alam ciptaan Sang Pencipta. Dengan semakin besarnya kebutuhan manusia akan pariwisata maka sektor ini patut mendapat sorotan utama. Di Indonesia sendiri, sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memiliki pendapatan tertinggi. Dalam 4 tahun terakhir, sektor pariwisata menjadi terbesar ke-4 dalam

hal

penerimaan

devisa

bagi

Negara.

Pemerintah

sendiri

menargetkan mendapatkan 240 triliun dari sektor ini pada tahun 2019. Pencapaian ini bahkan melewati sektor minyak dan gas (migas) yang selama ini menjadi pendapatan devisa tertinggi Negara.Hal ini dianggap menjadi sangat wajar karena Indonesia sendiri memiliki banyak sekali tempat destinasi untuk wisatawan dalam maupun luar negeri. Dari Sabang sampai Marauke terdapat lebih dari seribu tempat wisata. Selain karena memiliki faktor alam yang luar biasa indahnya, Indonesia juga memiliki beraneka ragam suku dan budaya. Potensi lainnya juga terdapat pada sejarah maupun kesenian bangsa Indonesia. Sumatera Utara sendiri memiliki banyak destinasi wisata yang dapat menarik banyak wisatawan berkunjung kesini. Salah satunya yaitu Kota Berastagi. Berastagi merupakan salah satu kota yang menjadi destinasi wisatawan apabila berkunjung ke Sumatera Utara. Keindahan Kota Berastagi merupakan hal yang menjadi pemikat wisatawan berkunjung ke daerah sini. Disini ada banyak destinasi wisata yang dapat di kunjungi yaitu Gunung Sibayak, Gundaling, Pemandian alam air panas Sidebukdebuk, Taman Alam Lumbini, Kebun Strowbery, Tahura, dan lain-lain. Berastagi juga terkenal dengan tingkat budaya nya yang tinggi. Suku Karo menjadi yang dominan di Berastagi. Data terbaru menunjukkan 85% UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

1

penduduk Berastagi merupakan Suku Karo. Wisata budaya salah satu wisata yang menjadi menarik di Berastagi selain wisata alam dan agro wisata. Selain itu, Berastagi sendiri merupakan daerah yang dilewati apabila kita ingin mengunjungi destinasi wisata lainnya di Sumatera Utara. Danau Toba, Air Terjun Sipiso-piso, Taman Simalem Resort, dan lainnya. Wisatawan mancanegara maupun dalam negeri akan terlebih dahulu di suguhkan oleh panorama yang indah di Berastagi sebelum mencapai tujuan destinasi lainnya. Hal ini tentu membuat kota Berastagi perlu memiliki suatu tempat beristirahat serta menjadi pusat informasi bagi turisturis yang akan berkunjung. Menurut data BPS tahun 2015, Wisatawan yang berkunjung ke Kota Berastagi semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya karena banyak penduduk sekitar kota Berastagi tidak perduli dengan lingkungan sekitar mereka. Di trotoartrotoar jalan utama banyak pedagang kaki lima yang berjualan disekitar jalan yang membuat pandangan mata terhadap jalan menjadi tidak enak dipandang. Tabel 1. Jumlah tamu wisatawan menurut asal Negara

Tahun Asal Negara 2008

2009

2010

2011

Domestik

146 787

136 171

84 715

132 306

Asing

23 578

19 774

14 668

33 020

Sumber : BPS Kab. Karo

Pemerintah Kabupaten Karo juga pada sekarang ini sudah mulai mengembangkan sektor pariwisata di Kabupaten Karo terkhususnya di Berastagi agar kota ini tetap menjadi tujuan destinasi wisatawan. Diharapkan dengan adanya Hotel Resort di sekitar jalan boulevard ini, Kota Berastagi kembali menjadi tujuan utama wisatawan asing maupun dalam negeri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

2

1.2.

Permasalahan Perancangan Ada beberapa masalah yang muncul pada pada perancangan Hotel Resort di Berastagi, yaitu : 

Bagaimana menciptakan sebuah penginapan yang dapat dinikmati oleh pengunjung



Bagaimana memanfaatkan setiap potensi yang ada pada site



Bagaimana menciptakan sirkulasi yang baik untuk menghubungkan beberapa fungsi yang berbeda



Bagaimana menciptakan tempat wisata yang dapat melestarikan budaya setempat



Bagaimana memilih material dalam perancangan yang sesuai dengan konsep neo-vernakular



Bagaimana menciptakan ruang luar dan ruang dalam yang baik dan nyaman bagi para pengunjung



Bagaimana pemilihan struktur bangunan sehingga dapat mendukung bangunan dari segi kekuatan maupun estetika dan kebutuhan

1.3.

Tujuan Perancangan Adapun maksud dan tujuan dari perancangan Hotel Resort ini, adalah : 

Merancang akomodasi tempat beristirahat untuk para turis dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang aman dan nyaman bagi para penggunanya



Melestarikan

kebudayaan

setempat

sehingga

wisatawan

dapat

menikmati budaya lokal sekitar Berastagi 

Merancang sebuah tempat untuk wisatawan sehingga mereka dapat menikmati keindahan alam Kota Berastagi

1.4.

Sistematika Pembahasan BAB I Pendahuluan Berisi latar belakang, maksud dan tujuan, masalah perancangan, kerangka berpikir dan sistematika penulisan laporan BAB II Tinjauan Pustaka Berisi terminologi judul, tinjauan fungsi dan elaborasi tema

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

3

BAB III Metodologi Berisi tentang uraian langkah-langkah kegiatan penelitian yang akan ditempuh.

Menjelaskan

diagnosis/analisis

kerangka

yang

akan

pendekatan, digunkaan

metode, untuk

dan

teknik

menghasilkan

desain/rancangan bangunan BAB IV Deskripsi Proyek Berisi tentang lokasi, peraturan-peraturan yang berlaku pada lokasi perancangan, luasan dan kondisi eksisting sekitar BAB V Analisa Perancangan Berisi tentang analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan tema serta kesimpulan BAB VI Konsep Perancangan Berisi tentangkonsep dasar, konsep perancangan tapak, konsep perancangan bangunan, konsep perancangan struktur bangunan, dan konsep perancangan utilitas bangunan BAB VII Perancangan Arsitektur Berisi tentang hasil rancangan berupa gambar rancangan arsitektur dan maket DAFTAR PUSTAKA Berisi tentanng sumber berupa pengarang, tahun terbit, judul buku/artikel/website LAMPIRAN Berisi tentang sumber-sumber penting yang diambil dalam merancang dan hasil perancangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

4

1.5.

Kerangka Berfikir Latar Belakang Pengembangan Pariwisata Kabupaten Karo, Revitalisasi Kota Berastagi,

Maksud dan Tujuan Mengembangkan Pariwisata Kab. Karo, Melestarikan Budaya Lokal, Memaksimalkan Potensi Alam

Tinjauan Pustaka Tinjauan Fungsi dan Tinjauan Tema berdasarkan :

Judul :

Tema :

Lokasi :

Fungsi :

Hotel Resort di Berastagi dengan Konsep Neo-Vernakular

Arsitektur NeoVernakular

Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara

Hotel Resort

Analisa Analisa Tapak, Analisa Fungsional, Analisa Ruang Dalam, Analisa Massa Perwajahan, Analisa Struktur, Analisa Utilitas

Konsep Perancangan Tinjauan Fungsi dan Tinjauan Tema Konsep Dasar, Program Ruang, Tapak, Massa dan perwajahan, Struktur, Utilitas

Desain Perancangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

5

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1.

Terminologi Judul Judul yang diangkat pada proyek kali ini adalah : Perancangan Hotel Resort di Berastagi. Berastagi yang merupakan salah satu destinasi wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan belakangan semakin menurun. Hal ini banyak disebabkan oleh kawasan sekitaran Berastagi sendiri yang tidak dirawat keindahan alam nya oleh pemerintah setempat maupun warga sekitar dan wisatawan yang berkunjung. Adanya ruko-ruko sekitaran jalan boulevard yang dijadikan sebagai lapak untuk pedagang kaki lima berjualan menjadikan citra kota ini menjadi jelek. Dengan adanya hotel resort di sekitar Kota Berastagi akan menaikkan citra kota dan dapat merevitalisasi Kota Berastagi menjadi lebih ramai lagi. Pengertian Judul akan dijabarkan sebagai berikut : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perancangan adalah penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh serta proses pengaturan rencana untuk membuat suatu gagasan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hotel adalah sebuah bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat menginap dan tempat makan bagi para wisatawan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Resort adalah sebuah tempat wisata atau rekreasi yang sering dikunjungi orang dimana pengunjung datang untuk menikmati potensi alamnya. Berastagi adalah suatu suatu kecamatan di Kabupaten Karo. Berastagi merupakan kota terbesar kedua di dataran tinggi Karo setelah Kota Kabanjahe.

2.2.

Kriteria Pemilihan Lokasi Untuk mendirikan suatu hotel resort yang baik, sebaiknya diawali dengan kegiatan studi kelayakan. Bila hasil studi kelayakan tersebut ternyata layak untuk mendirikan suatu resort hotel, maka perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan teknis yang harus dipenuhi sebagai bahan perencanaan pembangunan tersebut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

6

Lokasi resort hotel harus sehat yang berarti: 1. Lokasi tidak terletak pada daerah perindustrian yang banyak menimbulkan polusi udara. 2. lokasi tidak berada daerah yang bertanah rawa atau berlumpur atau tanah yang berpasir, dan elemen-elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi yaitu terkait kelembaban udara, kelembaban udara harus mencapai kenetralan antara 55-65%. 3. Lokasi dekat dengan tujuan wisata di Berastagi seperti Gundaling, pasar buah, dan agrowisata

2.3.

Tinjauan Fungsi Secara harfiah, kata hotel dulunya berasal dari kata hospitium (bahasa latin), yang artinya ruangan tamu. Dalam jangka waktu lama kata hospitium mengalami proses perubahan pengertian yaitu menjadi hostel. Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan orang-orang yang ingin mendapatkan kepuasan, kata hostel lambat laun berubah menjadi hotel seperti yang kita kenal sekarang. Menurut SK Menparpostel Nomor KM34/HK 103/MPPT1987 bahwa Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makanan dan minuman, serta jasa lainnya untuk umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam keputusan pemerintah. Menurut Hotel Proprietors Act , (1956) , hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan , minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang – orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus , maksudnya perjanjian seperti membeli barang yang disertai dengan perundingan – perundingan sebelumnya. Resort merupakan tempat wisata yang dikunjungi oleh orang dimana pengunjung datang untuk menikmati potensi alamnya. Hotel Resort adalah sebuah hotel yang terletak di kawasan wisata yang memiliki potensi alam dengan fasilitas rekreasi, olahraga dan hiburan yang biasanya jauh dari pusat kota. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

7

Jadi dapat disimpulkan bahwa hotel adalah akomodasi berupa penginapan, makan, dan minum bagi orang-orang yang membutuhkan jasa tersebut yang dikelola secara komersial dan berada dalam koridor peraturan dan pengawasan pemerintah. Menurut Neufert ( 2002), jenis hotel berdasarkan lokasinya dibagi kedalam 4 jenis, yaitu : a. City Center Hotel .Termasuk hotel mewah, hotel yang digunakan untuk

pertemuan-pertemuan

besar

dan

hotel

untuk

ini

pelayanan

para

tamu

kepariwisataan. b.

Hotel

for

Motorists.

Hotel

jenis

utamanya

diperuntukkan bagi para pengendara mobil atau sepeda motor, lokasinya terletak pada persimpangan jalan raya di pinggiran kota. c. Airport Hotel. Perencanaannya mirip dengan hotel for motorist, perbedaannya hanya pada pelayanan pengadaan makanan khusus untuk penumpang pesawat udara. d. Resort Hotel. Terdapat di tepi pantai, di daerah gunung atau di daerah sumber air panas. Biasanya direncanakan untuk melayani akomodasi pengunjung dalam rombongan paket wisata tertentu dengan penataan penerimaan tamu yang banyak pada masa liburan akhir pekan atau mereka yang berkunjung hanya semalam. Menurut Neufert (2002), Jenis-jenis hotel resort : a. Resort town/city resort hotel yaitu hotel resort yang berada di kota. b. Beach resort/sea side resort yaitu Hotel resort yang terletak di pantai atau tepi laut, dengan fokus utamanya adalah laut itu sendiri sebagai obyek yang rekreatif. c. Golf resort yaitu Hotel resort yang memiliki fasilitas yang berkaitan dengan olahraga golf.Biasanya terletak juga pada area golf tersebut. d. Spa resort yaitu Hotel resort yang memiliki fasilitas spa sebagai salah satu akomodasi hotel dan sebagai daya tarik utama. e. Ski resort yaitu Hotel resort yang berada pada area rekreasi ski, biasanya menyediakan fasilitas olahraga salju dengan olahraga utamanya adalah ski. f. Health resort (sanatorium) yaitu Hotel resort yang menyediakan fasilitas utama yang berhubungan dengan kesehatan.Misalnya adalah hotel resor yang dilengkapi dengan fasilitas hydrotherapi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

8

g. Mountain resort yaitu Hotel resort yang berada di pegunungan dengan nuansa tatanan lereng gunung, terdapat di sebuah kota dengan fasilitas yang menunjang pada aspek kepariwisataannya.

2.3.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan Deskripsi pengguna dan kegiatan adalah proses penentuan kegiatan yang akan dilakukan di hotel resort.Pengguna hotel resort terdiri dari wisatawan dan pengelola. Wisatawan terbagi atas wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Pengelola terdiri dari general manager, karyawan hotel dan karyawan teknisi. Deskripsi pengguna Hotel adalah sebagai berikut : a. Wisatawan yang menginap / tamu hotel

b. Wisatawan yang tidak menginap / tamu hotel

c. Pengelola hotel

d. Karyawan hotel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

9

Kegiatan pada hotel resort dibagi menjadi 5 kelompok kegiatan, dimana kegiatan utama adalah menginap dan wisata. Tabel 2.1. Kegiatan Hotel

No. 1

Kelompok Kegiatan Utama

Uraian Kegiatan - Menginap - Wisata

2

Pelayanan

- Absensi kedatangan/kepulangan pengelola

3

Pengelolaan

- Menerima kedatangan pengunjung - Pertolongan pertama pada kecelakaan - Kegiatan administratif - Kegiatan pengawasan - Kegiatan operasional - Kegiatan keamanan

4

Teknikal

- Kegiatan pengawasan - Kegiatan pemeliharaan - Kegiatan perawatan & kebersihan - Kegiatan plumbing dan sanitasi

5

Kegiatan

- Indoor - Outdoor Sumber : Data Penulis, 2017

2.3.2. Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

10

Tabel dibawah ini menunjukkan hubungan antara pendekatan kelompok ruang pengguna dan zona terhadap kebutuhan ruang hotel resort Tabel 2.2. Kebutuhan Ruang

No

Pengguna

Zona

Kebutuhan Ruang Standart Deluxe Suite Standart twin Deluxe twin Suite Cottage R. General Manager R. Sekretaris R. Manajer Keuangan R. Manajer Personalia R. Manajer Marketing R. Manajer Operasional R. Manajer Teknik R. Manajer Pengadaan brg R. Rapat R. Tunggu R. Arsip Pantry Ruang Linen Ruang Laundry Ruang Jemur Ruang Pegawai Ruang Makan Gudang Loading Dock Ruang Sampah Toilet/WC Ruang Makan Kasir Dapur Ruang Saji Ruang Chef Gudang basah Gudang kering Gudang alat Tempat cuci piring

1

Penghuni hotel

Private

2

Pengelola

Semi Private

3

Pegawai Tata Graha

Service

4

Restoran

Publik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

11

5

Bar dan Café

Publik

6

Kolam Renang

Publik

7

Area Komersial

Publik

8

Pijat dan refleksi

Publik

9

Fitness center

Publik

10

Front office

Service

11

Utilitas

Service

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kamar Mandi Area duduk Meja bar dan pantryy Kasir Toilet/WC R. Registrasi Kolam Renang Anak Kolam Renang Dewasa Ruang ganti Ruang bilas Ruang Locker Toilet/WC Drug store Money changer Kantor Biro perjalanan Toko souvenir Resepsionis Ruang pijat Ruang sauna Ruang ganti Locker Toilet/WC Ruang registrasi Ruang fitness Ruang ganti Ruang bilas Lobby Resepsionis Front office Bell boy station Lounge R. Genset R. Panel kontrol R. PABX R. pompa Water Tank R. Sampah R. Trafo R. Tandon air Gudang

Universitas Sumatera Utara

12

12

Keamanan

R. satpam R. CCTV

Service Sumber : Data Penulis, 2017

2.3.3. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang Penyelenggaraan pariwisata sangat erat kaitannya dengan Hotel. Hotel pada saat ini bukan saja sebagai akomodasi pada wisatawan semata. Hotel pada saat ini sudah menjadi salah satu daerah tujuan wisata. Namun, keberhasilan

suatu

hotel

tidak

terlepas

dari

bagaimana

mereka

mengoptimalkan potensipotensi yang ada di daerah sekitarnya. Potensi– potensi tersebut dapat diadopsi dan menerapkannya pada hotel sehingga menghasilkan keharmonisan antara bangunan dan alam sekitar. Menurut SK Menparpostel No.KM 34/HK 103/MPPT- 87, hotel merupakan suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam keputusan pemerintah. Sedangkan menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan RI No., PM 10/PW-301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977, hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan, berikut makan dan minum. Sehingga. Berdasarkan Surat Keputusan Menpar tersebut dalam merancang sebuah hotel diperlukan beberapa syarat dan ketentuan serta kriteria agar terpenuhinya klasifikasi sebuah hotel bintang tiga. Klasifikasi dan persyaratan tersebut harus dipenuhi sehingga akan dirancang sebuah Hotel Resort Berastagi yang diharuskan memenuhi persyaratan tersebut. Klasifikasi hotel di Indonesia sesuai dengan peraturan pemerintah, Deparpostel dan dibuat oleh Dirjen Pariwisata dengan SK : Kep-22/U/VI/78, hotel-hotel di Indonesia dibedakan menjadi hotel bintang dan non bintang. Hotel non bintang adalah hotel yang tidak memenuhi kelas pada hotel bintang. Hotel yang akan dirancang adalah Hotel dengan satandart bintang 3. Dibawah ini adalah kriteria hotel bintang 3 menurut Peraturan menteri UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

13

pariwisata

dan

Ekonomi

kreatif

Republik

Indonesia

Nomor

PM.53/HM.001/MPEK/2013 tentang standar usaha hotel: a. Jumlah kamar minimal 50 kamar (temrasuk minimal 3 suite room, 48 m2) b. Ukuran kamar minimum termasuk kamar mandi 24 m2 untuk kamar single dan 28 m2 untuk kamar double c. Ruang public luas 3m2 x jumlah kamar tidur, minimal terdiri dari kamar mandi, ruang makan (>100 m2) dan bar (>45m2) d. Pelayanan akomodasi yaitu berupa penitipan barang berharga, penukaran uang asing, postal service dan antar jemput. e. Fasilitas penunjang berupa ruang linen (>0,5m2 x jumlah kamar), ruang laundry (>40m2), dry cleaning (>20m2), dapur (>60% dari seluruh luas lantai ruang makan). f. Fasilitas tambahan : pertokoan, kantor biro perjalanan, maskapai perjalanan, drugstore, salon, function room, banquet hall, serta fasilitas olahraga dan sauna.

2.3.4. Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Fungsi Sejenis Untuk merancang horel resort, maka diperlukan referensi studi banding dengan hotel yang telah ada sebelumnya. The Westin Trillium House, Hotel Le Meridien Jimbaran Bali dipilih untuk menjadi pertimbangan dalam menentukan konsep desain yang akan dirancang. A. The Westin Trillium House, Blue Mountain The Westin Trillium House, Blue Mountain merupakan hotel bintang IV yang terletak di 220 Gord Canning Drive, The Blue Mountains, ON L9Y 0V9, Kanada.

Perspektif bangunan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Groundplan

Universitas Sumatera Utara

14

Lantai 2

Lantai 3

Lantai4

Lantai 5

Gambar 2.1. The Westin Trillium House, Blue Mountain Sumber : www.thewestintrilliumhouse.com

B. Hotel Le Meridien Jimbaran Bali Hotel ini berada di di Jimbaran, Uluwatu ,Bali. Hotel ini adalah bearada di tepi pantai Uluwatu. Budaya dan kesenian yang ada di sekitarnya menjadi magnet bagi wisatawan untuk mengunjungi daerah ini. Pertunjukan budaya yang sering dipertunjukkan di daerah tersebut adalah kesenian khas Bali seperti Tari kecak, tari kecak api dan pertunjukan budaya lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

15

Gambar 2.3. Hotel Le Meridien Jimbaran Bali Sumber : www.lemeridienbalijimbaran.com

Hotel dibangun pada tahun 2012. Hotel terdiri atas 5 lantai. Hotel berada di dekat laut namun tidak berbatasan langsung dengan laut. Dari kamar Hotel kita bisa melihat langsung pemandangan ke arah laut. Jumlah kamar Hotel adalah 118 kamar dan memiliki satu bar dan dua restoran dan beberapa fasilitas penunjang lainnya.

Gambar 2.4. Groundplan Sumber : www.lemeridienbalijimbaran.com

Hotel ini juga menyediakan beberapa fasilitas-fasilitas yang membuat pengunjung semakin nyaman untuk menginap disini. Beberapa diantaranya adalah :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

16

Celebration Pavilion Ruangan ini berada di roof top hotel.Digunakan untuk pertemuan, resepsi dan kegiatan perayaan lainya. Ruangan ini memilki ukuran 150 m2 dengan kapasitas 50 orang.

Gambar 2.5. Celebration Pavilion Sumber : www.lemeridienbalijimbaran.com

Bale Banjar Ruangan ini berada di roof top hotel. Digunakan untuk pertemuan resepsi dan kegiatan perayaan lainnya. Memiliki ukuran yang lebih besar yakni 215 m2 dengan kapasitas pengunjung 150 orang.

Gambar 2.6. denah Bale Banjar dan suasa Sumber : www.lemeridienbalijimbaran.com

Saltwater Lagoon Pool Kolam renang yang sangat luas yang berada di tengah bangunan. Kolam ini memiliki luas sekitar 1300 m2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

17

Gambar 2.7. Saltwater Lagoon Pool Sumber : www.lemeridienbalijimbaran.com

Restoran dan bar hotel Restoran dan bar hotel berada pada area H gambar ground plan. Restoran di desain dengan konsep yang menarik dan elegan.

Gambar 2.8. Restoran dan bar hotel Sumber : www.lemeridienbalijimbaran.com

2.4.

Tinjauan Tema Pada proyek Hotel Resort di Berastagi ini, perancang mengambil tema Arsitektur Neo-Vernakular. Pengertian dari Arsitektur Neo-Vernakular sendiri akan dijabarkan sebagai berikut :

2.4.1. Pengertian 2.4.1.1. Pengertian Arsitektur Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Arsitektur adalah seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan. Vitruvius dalam buku nya De Architectura menyebutkan bahwa arsitektur adalah kesatuan dari kekuatan/kekokohan (firmitas), keindahan (venustas), dan kegunaan/fungsi (utilitas) Menurut James C. Snyder arsitektur adalah lingkungan binaan yang dapat dihasilkan oleh dan menjadi tempat manusia berbudaya. Arsitektur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

18

terutama berkaitan dengan lingkungan binaan dalam tiga skala: lebih kecil dari bangunan – bangunan – lebih besar dari bangunan.

2.4.1.2. Pengertian Vernakular Kata Vernakular berasal dari vernaculus (latin) berarti asli (native). Maka vernakular arsitektur dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat. Paul Oliver dalam bukunya Ensikolopedia Arsitektur Vernakular menjabarkan bahwa arsitektur vernakular konteks dengan lingkungan sumber daya setempat yang dibangun oleh suatu masyarakat dengan menggunakan

teknologi

sederhana

untuk

memenuhi

kebutuhan

karakteristik yang mengakomodasi nilai ekonomi dan tantanan budaya masyarakat dari masyarakat tersebut. Arsitektur vernakular ini terdiri dari rumah dan bangunan lain seperti lumbung, balai adat dan lain sebagainya. Menurut Turan dalam buku Vernacular Architecture, arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi etnik, serta dibangun berdasarkan pengalaman, menggunakan teknik dan material local serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu terbuka untuk terjadinya transformasi. Bernard Rudofsky (1964) dalam bukunya “Architecture without Architect” menuliskan …”Vernacular architecture does not go through fashion cycles. It is nearly immutable, indeed, unimprovable, since it serves its purpose to perfection”. Sedangkan Amos Rapoport (1969) dalam bukunya “House, Form, and Culture”, mengartikan arsitektur vernakular sebagai “folk tradition”. “Vernacular architecture is a generalized way of design derived from Folk Architecture, it uses the design skills of Architects to develop Folk Architecture” (Bruce Allsopp–1977:6). Dengan demikian arsitektur vernakular yang merupakan pengembangan diri dari arsitektur rakyat memiliki nilai ekologis, arsitektonis dan alami karena mengacu pada kondisi, potensi iklim, budaya, dan masyarakat lingkungannya. (Victor Papanek 1995:113-138). UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

19

Arsitektur dibangun untuk mampu menjawab kebutuhan manusia dan mengangkat derajat hidupnya menjadi lebih baik, sehingga tidak dapat dilepaskan dari perkembangan kebudayaan. Arsitektur itu sendiri adalah buah dari budaya (Mario Salvadori/ Ruskin-1974:12). Perkataan „tradisi‟ sebenarnya berasal dari bahasa latin “tradotransdo”, yang berarti “sampaikanlah kepada yang lain”. Banyak orang mencoba mendefinisikan apa itu tradisi. Namun aspek yang tak dapat dipungkiri bahwa dalam tradisi ada makna untuk melanjutkan ke generasi berikutnya. Oleh sebab itu istilah „vernakular‟ dan „tradisi‟ sering kali dipakai bersamaan untuk saling melengkapi. Penghayatan akan tradisi tidak berarti mengharuskan kita hidup kembali seperti di masa lampau. Namun penjiwaan akan sebuah tradisi yang baik akan lebur dalam pikiran kita dan mampu mendorong seorang arsitek untuk menciptakan suatu karya yang mempunyai karakter yang kuat. Romo Manguwijaya dalam buku Wastu Citra juga memberikan pendapat yang hampir senada mengenai definisi dari arsitektur vernakular itu sendiri. Menurut beliau, arsitektur vernakular itu adalah pengejawentahan yang jujur dari tata cara kehidupan masyarakat dan merupakan cerminan sejarah dari suatu tempat. Jadi arsitektur vernakular bukanlah semata-mata produk hasil dari ciptaan manusia saja, tetapi lebih penting adalah hubungan antara manusia dengan lingkungannya. 2.4.1.3. Pengertian Arsitektur Neo-Vernakular Neo atau New berarti baru, masa peralihan. Sehingga, Arsitektur neo-vernakular berarti suatu lingkungan binaan yang didalamnya ditonjolkan bentuk-bentuk yang mengacu pada “bahasa setempat” dengan mengambil elemen-elemen arsitektur yang ada ke dalam bentuk modern. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsipprinsip bangunan vernakular, melainkan menampilkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya). Arsitektur neo-vernakular merupakan sebuah proses mengadopsi kembali arsitektur vernakular dengan mentransformasikan/ memperbarui tampilan fisik (bentuk bangunan dan struktur) serta non-fisik (sejarah, simbolis dan makna) arsitektur vernakular yang disesuaikan dengan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

20

kebutuhan pada masa kini akan tetapi tetap memperhatikan keselarasan antara budaya, lingkungan dan teknologi. Menurut Arifin (2010) dalam Faisal dkk (2012) yang diperhatikan dalam proses menerapkan pendekatan dalam arsitektur neo-vernakular adalah interpretasi desain yaitu pendekatan melalui analisis tradisi budaya dan peninggalan arsitektur setempat yang dimasukkan kedalam proses perancangan yang terstruktur yang diwujudkan dalam bentuk termodifikasi sesuai dengan zaman sekarang, ragam dan corak desain yang digunakan dengan pendekatan simbolisme, aturan dan tipologi. Struktur tradisional yang digunakan mengadaptasi bahan bangunan yang ada di daerah dan menambah elemen estetis yang diadaptasi sesuai dengan fungsi bangunan. Tabel 2.3. Tabel Perbandingan antara Tradisional, Vernakular, dan NeoVernakular

Perbandingan Ideologi

Tradisional

Vernakular

Neo Vernakular

Terbentuk

oleh Terbentuk

tradisi

yang tradisi turun temurun arsitektur yang sudah

diwariskan secara

tetapi

oleh Penerapan

terdapat ada

dan

elemen

kemudian

turun- pengaruh dari luar sedikit

atau

temurun,

baik fisik maupun banyaknya

berdasarkan

nonfisik,

kultur

bentuk mengalami

dan perkembangan

kondisi lokal.

pembaruan

arsitektur tradisional. suatu

menuju

karya

yang

modern. Prinsip

Tertutup

dari Berkembang

setiap Arsitektur

waktu

untuk bertujuan

perubahan zaman,

terpaut merefleksikan

yang

melestarikan

unsur-

pada satu kultur lingkungan, budaya unsur lokal yang telah kedaerahan, dan dan mempunyai peraturan norma-norma

daerah dan arsitektur

dari terbentuk

secara

dimana empiris oleh tradisi tersebut dan

mengembang-

berada. Transformasi kannya menjadi suatu

keagamaan yang dari kental

sejarah

situasi

kultur langgam

yang

homogen ke situasi modern.

Kelanjutan

yang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

lebih dari

arsitektur

Universitas Sumatera Utara

21

heterogen.

Ide Desain

vernakular

Lebih

Ornamen

mementingkan

pelengkap,

fasat

sebagai Bentuk desain lebih tidak modern.

atau meninggalkan nilai-

bentuk, ornamen nilai setempat tetapi sebagai

suatu dapat

keharusan.

melayani

aktifitas masyarakat didalam. Sumber : Data Olahan Penulis, 2017

Maka dapat dipahami bahwa pada dasarnya prinsip arsitektur neovernakular adalah melestarikan unsur-unsur lokal sehingga bentuk dan sistemnya terutama yang berkaitan dengan iklim setempat, seperti penghawaan, pencahayaan alami, antisipasi terhadap hujan. Prinsip dari arsitektur Neo-Vernakular ini adalah metode pendekatan terhadap regionalisme yang merupakan aspek mendasar. Dalam pendekatan ini Arsitektur Neo-Vernakular yang digunakan adalah Arsitektur Tradisional Batak Karo.

2.4.1.4. Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular Dalam bukunya menurut Arifin (2010),

yang perlu diperhatikan

dalam penerapan pendekatan dalam arsitektur neo- vernakular adalah : 

Interpretasi desain yaitu pendekatan melalui analisa tradisi budaya

dan peninggalan arsitektur setempat yang dimasukkan kedalam proses perancangan yang terstruktur lalu kemudian diwujudkan dalam bentuk yang termodifikasi sesuai dengan zaman sekarang. 

Ragam

pendekatan

dan

corak

simbolisme,

desain aturan,

yang dan

digunakan tipologi

adalah

untuk

dengan

memberikan

kedekatan dan kekuatan pada desain. 

Struktur tradisional yang digunakan mengadaptasi bahan bangunan

yang ada didaerah dan menambah elemen estetis yang diadaptasi sesuai dengan fungsi bangunan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

22

2.4.1.5. Prinsip Desain Arsitektur Neo-Vernakular Dalam bukunya menurut Arifin (2010), adapun prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara terperinci, yaitu : 

Hubungan Langsung: merupakan pembangunan yang kreatif dan

adaptif terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari bangunan sekarang. 

Hubungan Abstrak: meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan

yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur. 

Hubungan Lansekap: mencerminkan dan menginterprestasikan

lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim. 

Hubungan Kontemporer: meliputi pemilihan penggunaan teknologi,

bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur 

Hubungan Masa Depan: merupakan pertimbangan mengantisipasi

kondisi yang akan datang 2.4.1.6. Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular M. Nawawiy (2004) dalam bukunya Arsitektur Vernakular, Raibnya Para Dewa, seperti yang telah disebutkan di atas bahwa penerapan arsitektur Neo-Vernakular terdiri dari 2 aspek yaitu: aspek fisik dan aspek non fisik, dimana kedua aspek tersebut diterapkan dalam implementasi terhadap perancangan bangunan, baik sendiri-sendiri maupun secara bersamaan

membentuk

suatu

komposisi

rancang

bangun

yang

komprehensif. a. Aspek fisik Yang dimaksud aspek fisik disini adalah bentuk tampilan bangunan yang dilihat keberadaanya dengan mata dan mempunyai wujud dan bentuk tertentu. Kemudian bila kita kaitkan dengan aspek fisik dalam penerapan arsitektur Neo-Vernakular yang meliputi lokasi dan tapak, bentuk bangunan, bahan bangunan dan kontruksi. Berarti bahwa elemen-elemen tersebut yang merupakan suatu respon terhadap alam pada bangunan tradisional masa lalu, ditampilkan kembali pada bangunan modern dengan fungsi pada elemen-elemen tersebut tetap sama yaitu sebagai suatu usaha/ respon sebuah bangunan modern terhadap kondisi lingkungan dan iklim setempat. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

23

b. Aspek non-fisik Yang dimaksud aspek non fisik adalah yang terkait didalam tradisi, adat istiadat, maupun aktivitas dari masyarakat yang erat dengan budaya setempat. Elemen-elemen yang dapat dieksplorasi ke dalam arsitektur modern meliputi : a. Bentuk bangunan Pada

masa

lalu

bangunan

rumah

tradisional

umumnya

mempunyai atap yang tinggi dan tritisan yang lebar, hal ini sebagai salah

satu

cara

mengatasi

curah

hujan

yang

tinggi

dan

mengantisipasi terhadap panas matahari. Kemudian implementasi dalam bangunan modern penggunaan atap yang tinggi dan lebar merupakan

suatu

bentuk

transformasi

dari

bentuk-bentuk

vernakular. b. Ornamen Setiap Suku maupun etnik kebudayaan tertentu pasti memiliki ornamen yang menjadi karakter ataupun ciri khas dari suatu kebudayaan. Dimana setiap ornamen terkandung makna/ arti tertentu yang merupakan implementasi dari kebudayaan itu sendiri. Sehingga ornamen sebagai elemen yang dapat dieksplorasi dapat memberikan kekhasan terhadap bangunan yang akan dirancang sesuai dengan unsur kebudayaan yang terkandung. c. Material Pemilihan

material

yang

akan

digunakan

juga

sangat

menentukan arsitektur tradisional yang dipilih karena melalui pemilihan material yang tepat, maka dapat dikatakan bangunan tersebut merupakan refleksi dari suatu arsitektur tradisional.

2.4.1.8.

Arsitektur Karo a. Pola Perkampungan Karo Pola perkampungan karo secara umum mengelompok atau berbaris mengikuti alur sungai sehingga peletakan rumah didasarkan pada aliran sungai, dimana pintu utama atau depan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

24

menghadap kehulu sungau dan bagian belakang atau pintu belakang rumah manghadap ke hilir sungai.

Gambar 2.9. Pola Perkampungan Karo secara umum Sumber : sorasirulo.com

b. Arah Rumah Tradisional Pada masyarakat karo mereka mengenal mata angin yang disebut “Desa Siwaluh”, pada awalnya rumah dibuat dengan arah kenjahe-kenjulu, sesuai dengan arah pengaliran sungai disuatu kampung, pengertian kenjahe kenjulu berbeda dengan utara selatan, arah hilir disebut kenjahe sering disebut juga kahe-kahe atau jahe-jahe dan arah kenjulu disebut kolu-kolu atau julu (Masri Singalimbun 1960 : 149 No. 839 & 151 No. 847)

. Gambar 2.10. Pola Mata Angin terhadap Siwaluh Jabu Sumber : sorasirulo.com

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

25

Semua pangkal kayu utama yang digunakan pada rumah tradisional berada disebelah kenjahe, dimana ditempatkan jabu raja, yang dianggap sebagai pangkal atau asal dari rumah. Jabu raja tersebut terletak disebelah kiri pintu hilir (ture jahe), sedang menurut pendapat lain (“Percikan Budaya Karo” hal 2) jabu raha atau jabu benana kayu terletak pada kanan pintu hulu (ture jahe) diarah timur (purba), tempat matahari terbit.

c. Tipologi Rumah Adat Karo M. Nawawiy (2004) dalam buku Raibnya Para Dewa, mengatakan, menurut bentuk atap terdapat dua tipologi rumah yaitu rumah biasa dan rumah Raja . Pembagian lain adalah rumah dengan atap (Tersek) tak bertingkat (Rumah Kurung Manik), rumah beratap satu tingkat (Sada Tersek), dan rumah dengan atap bertingkat dua dilengkapi dengan menara (Anjung-anjung). Secara umum Rumah Karo berbentuk empat persegi panjang dengan dua buah teras (ture) sebagai pintu utama, yaitu pintu yang menuju hulu (Ture Julu) dan pintu yang menuju hilir (Ture Jahe) sebagai pintu kedua. Bagian-bagian atapnya berbentuk perpaduan trapesium dimana bagian depan atap berbentuk segi tiga yang disebut dengan wajah rumah (ayo atau lambe-lambe), dan bagian dinding yang juga berbentuk trapesium yang ditopang oleh dinding papan berbentuk lunas perahu (dapur-dapur) yang terletak diatas beberapa tiang. Rumah tradisional Karo diperuntukan bagi delapan keluarga (Jabu) yang memiliki pertalian keluarga satu sama lain. Susunan ruang bagi setiap keluarga diataur sesuai dengan kedudukan dan fungsi setiap keluarga. Jabu diartikan juga sebagai satu bagian ruangan yang terdapat pada rumah Karo. Kehidupan bersama di dalam rumah tradisional diatur oleh kepercayaan dan adat. Aturan yang terdapat pada rumah yang satu dengan yang lain, mungkin memiliki sedikit perbedaan namun prinsipnya tetap sama. Sanksi yang dikenakan terhadap suatu pelanggaran ketentuan kepercayaan, bergantung kepada besar kecilnya sifat pelanggaran. Seorang yang terlambat pulang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

26

pada malam hari dan lupa memasang palang pintu (ngeruk pintun), sehingga terjadi pencurian, akan dikenakan sanksi membersihkan halaman dan kolong rumah yang merupakan simbol dunia bawah atau neraka.

Gambar 2.11. Rangka Atap Rumah Adat Karo Sumber: sorasirulo.com

Rumah Adat Karo disebut juga Rumah Siwaluh Jabu karena pada umumnya dihuni oleh Waluh Jabu (delapan keluarga), selain rumah si waluh jabu ada juga rumah adat yang lebih besar yaitu Sepuludua Jabu (dua belas keluarga) yang dulu terdapat di kampung Lingga, Sukanalu dan rumah adat yang terbesar adalah Rumah adat Sepuluenem Jabu yang pernah ada di Kampung Juhar dan Kabanjahe, tetapi sekarang rumah adat Sepuludua Jabu dan Sepuluenem Jabu sudah tidak ada lagi. Setiap Jabu (keluarga) menempati posisi di Rumah Adat sesuai dengan struktur sosialnya dalam keluarga. Letak Rumah Adat Karo selalu disesuaikan dari arah Timur ke Barat yang disebur Desa Nggeluh, di sebelah Timur disebut Bena Kayu (pangkal kayu) dan sebelah barat disebut Ujung Kayu. Sistem Jabu dalam Rumah Adat mencercerminkan

kesatuan

organisasi,

dimana

terdapat

pembagian tugas yang tegas dan teratur untuk mencapai keharmonisan bersama yang dipimpin Jabu Bena Kayu/Jabu Raja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

27

Gambar 2.12. Aksonometri Rumah Adat Karo Sumber : sorasirulo.com

Bagian dalam si waluh jabu baik yang digunakan oleh rakyat biasa (Derip) maupun oleh bangsawan tidak memiliki pembatas fisik yang memisahkan antara ruang satu keluarga dan keluarga lainnya. Pemisah antara ruang yang berhadapan hanya dapur yang digunakan oleh setiap dua keluarga yang berdekatan. Dengan demikian bangunan ini sepintas hanya terdiri dari satu ruang besar yang ditempati oleh delapan keluarga, yang masingmasing menempati daerah yang berukuran kurang lebih 4,00 x 4,00 m, sehingga merekan dapat saling melihat. Meskipun setiap ruang ditempati oleh satu keluarga, namun pada dasarnya semua ruang dapat digunakan untuk berbagai fungsi secara komunal tergantung dari aktifitas yang sedang dilakukan, seperti untuk tempat

makan,

temapat

tidur,

menerima

tamu,

dan

lain

sebagainya. Namun pada kenyataannya terdapat pembatas psikologis dan kultural yang sangat tegas diantara ruang tersebut yang disertai dengan berbagai macam tabu yang berlaku diantara keluarga sesuai dengan keyakinan dan adat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

28

Gambar 2.13. Ornamen Atap Rumah Adat Karo Sumber : sorasirulo.com

Rumah adat biasanya dihuni oleh empat atau delapan keluarga. Penempatan keluarga-keluarga itu dalam bagian rumah adat (jabu) dilakukan berdasarkan ketentuan adat Karo. Rumah adat secara garis besar dapat dibagi atas jabu jahe (hilir) dan jabu julu (hulu). Jabu jahe terbagi atas jabu bena kayu dan jabu lepar benana kayu. Demikian juga jabu kenjulu dibagi atas dua, yaitu jabu ujung kayu dan jabu rumah sendipar ujung kayu. Inilah yang sesungguhnya disebut sebagai jabu adat. Rumah-rumah adat empat ruang ini dahulunya terdapat di Kuta Buluh, Buah Raja, Lau Buluh, Limang, Perbesi, Peceren, Lingga, dan lain-lain. Ada kalanya suatu rumah adat terdiri dari delapan ruang dan dihuni oleh delapan keluarga. Malahan kampung Munte ada rumah adat yang dihuni oleh enam belas keluarga. Dalam hal rumah adat dihuni oleh delapan keluarga, sementara dapur dalam rumah adat hanya ada empat, masing-masing jabu dibagi dua, sehingga terjadilah jabu-jabu sedapuren bena kayu, sedapuren

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

29

ujung kayu, sedapuren lepar bena kayu, dan jabu sedapuren lepar ujung kayu.

Gambar 2.14. skema rumah adat karo Sumber : sorasirulo.com

Adapun susunan jabu dan yang menempatinya adalah sebagai berikut: 1. Jabu Benana Kayu. Terletak di jabu jahe. Kalau kita kerumah dari ture jahe, letaknya sebelah kiri. Jabu ini dihuni oleh para keturunen simantek kuta (golongan pendiri kampung) atau sembuyak-nya. Fungsinya adalah sebagai pemimpin rumah adat. 2. Jabu ujung Kayu (anak beru) Jabu ini arahnya di arah kenjulu rumah adat. Kalau kita masuk kerumah adat dari pintu kenjulu, letaknya disebelah kiri atau UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

30

diagonal dengan letak jabu benana kayu. Jabu ini ditempati oleh anak beru kuta atau anak beru dari jabu benana Kayu. Fungsinya adalah sebagai juru bicara jabu bena kayu. 3. Jabu Lepar Benana Kayu Jabu ini di arah kenjahe (hilir). Kalau kita kerumah dari pintu kenjahe letaknya disebelah kanan, Penghuni jabu ini adalah sembuyak dari jabu benana kayu. Fungsinya untuk mendengarkan berita-berita yang terjadi diluar rumah dan menyampaikan hal itu kepada jabu benana kayu. Oleh karena itu, jabu ini disebut jabu sungkun berita (sumber informasi). 4. Jabu lepar ujung kayu (mangan-minem) Letaknya dibagian kenjulu (hulu) rumah adat. Kalau kita masuk dari pintu kenjulu ke rumah adat, letaknya di sebelah kanan. Jabu ini ditempati oleh kalimbubu jabu benana kayu. Oleh karena itu, jabu ini disebut jabu si mangan-minem.Keempat jabu inilah yang disebut dengan jabu adat, karena penempatannya harus sesuai dengan adat, demikian juga yang menempatinya ditentukan menurut adat. Akan tetapi, adakalanya juga rumah adat itu terdiri dari delapan atau enam belas jabu. 5. Jabu sedapuren benana kayu (peninggel-ninggel). Jabu ini ditempati oleh anak beru menteri dari rumah si mantek kuta (jabu benana kayu), dan sering pula disebut jabu peninggelninggel. Dia ini adalah anak beru dari ujung kayu. 6. Jabu sidapuren ujung kayu (rintenteng). Ditempati oleh sembuyak dari ujung kayu, yang sering juga disebut jabu arinteneng. Tugasnya adalah untuk engkapuri belo, menyerahkan belo kinapur (persentabin) kepada tamu jabu benana kayu tersebut. Oleh karena itu, jabu ini disebut juga jabu arinteneng. 7. Jabu sedapuren lepar ujung kayu (bicara guru). Dihuni oleh guru (dukun) atau tabib yang mengetahui berbagai pengobatan. Tugasnya mengobati anggota rumah yang sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

31

8. Jabu sedapuren lepar benana kayu Dihuni oleh puang kalimbubu dari jabu benana kayu disebut juga jabu pendungi ranan. Karena biasanya dalam runggun adat Karo persetujuan terakhir diberikan oleh puang kalimbubu.

2.4.1.9.

Ornamen Suku Karo Ornamen-ornamen mengandung arti mistik, ini berkaitan dengan kepercayaan pada masa itu Secara umum menggambarkan jati diri, kebersatuan keluarga dan permohonankeselamatan Mengunakan 5 warna : putih, merah, hitam, biru, kuning yang melambangkan jumlah marga di tanah Karo Bahan pewarnanya dibuat dari alam (dah atah taneh)selalu menggambarkan cicak di dinding rumah mereka, baik nampak seperti cicak sebenarnya ataupun bentuk yang menyerupainya Artinya, orang Batak dapat beradaptasi dengan lingkungannya seperti hidup cicak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

32

Gambar 2.15. Ornamen pada Rumah Adat Karo Sumber : sorasirulo.com

2.4.1.10. Jenis Rumah Adat Karo Rumah adat karo dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dan ditinjau dari dua hal, yaitu : a. Bentuk Atapnya b. Binangunnya (rangka) Si waluh jabu Berdasarkan bentuk atap, rumah adat karo dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Rumah Sianjung-anjung Rumah sianjung-anjung adalah rumah bermuka empat atau lebih, yang dapat juga terdiri atas satu atau dua tersek dan diberi bertanduk.

Gambar 2.16. Jenis Atap Rumah Sianjung-anjung Sumber: sorasirulo.com

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

33

2. Rumah Mecu Rumah ini bentuknya sederhana, sama seperti rumah-rumah pada umumnya dan mungkin yang membedakannya adalah proses

pendiriannya,

penghuninya,

fungsinya,

serta

model

atapnya. Rumah Mecu ini bermuka dua dan mempunyai sepasang kepala kerbau bertanduk.

Gambar 2.17. Bentuk Atap Rumah Mecu Sumber: sorasirulo.com

2.4.1.11. Struktur Rumah Adat Siwaluh Jabu Rumah adat siwaluh jabu ini berbentuk rumah panggung dengan ketinggian dua meter dari permukaan tanah. Ukuran rata-rata 2

bangunan ini adalah 17×12 m dengan ketinggian kurang lebih 12 m. Bangunan ini simetris pada kedua porosnya, sehingga pintu masuk pada kedua sisinya terlihat sama. Rumah adat Batak Karo dibangun dengan 16 tiang yang bertumpu pada batu-batu alam berukuran besar (pondasi). Terdapat pembagian penyaluran beban dari bangunan terhadap pondasinya, dimana delapan dari tiang-tiang ini menyangga lantai dan atap, sedangkan yang delapan lagi hanya menyangga lantai saja. Pada bangunan ini masih menggunakan struktur post and lintel, dimana pada bagian atas bangunan (semacam plafon) merupakan suatu penyusunan antar kayu yang dimana balok hanya menumpu pada kolom. Namun sudah ditemukan kemajuan dimana sudah digunakan sistem sendi pada bagian lantai untuk mengikat balok lantainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

34

Gambar 2.18. Struktur Rumah Adat Siwaluh Jabu Sumber : sorasirulo.com

2.4.2. Interpretasi Tema Dalam Arsitektur Neo-Vernakular, tidak hanya menerapkan elemenelemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola piker, kepercayaan, tata letak, religi, dan lain-lain. Arsitektur

Neo-Vernakular

dimaksudkan

agar

tetap

dapat

melestarikan unsur-unsur budaya lokal dengan lapisan modernisasi. Dalam Arsitektur Neo-Vernakular, banyak ditemukan bentuk-bentuk yang sangat modern, namun dalam penerapannya masih menggunakan konsep lama daerah setempat yang dikemas dalam bentuk yang modern. Arsitektur Neo-Vernakular ini menunjukkan suatu bentuk yang modern tetapi masih memiliki image daerah setempat walaupun material yang digunakan adalah bahan modern seperti kaca dan logam. Dalam Arsitektur Neo-Vernakular, ide bentuk-bentuk diambil dari vernakular aslinya yang dikembangkan dalam bentuk modern.

2.4.3. Keterkaitan Tema dengan Judul Kota Berastagi merupakan salah satu tujuan destinasi wisata di Indonesia. Panorama keindahan bukit barisan, hasil pertanian buah dan sayur yang berlimpah, kesejukan alam yang masih memiliki suhu yang rendah, merupakan alasan para wisatawan baik mancanegara maupun domestik untuk berkunjung ke kota ini. Jarak yang tidak jauh dari pusat Kota Medan juga memiliki daya tarik tersendiri. Wisatawan hanya menempuh waktu 1,5 jam menuju ke Berastagi dari Kota Medan. Berastagi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

35

juga merupakan tempat yang strategis karena akan di lewati apabila kita hendak ingin menuju destinasi wisata lainnya di Provinsi Sumatera Utara. Air terjun sipiso-piso, Taman Simalem Resort, hingga Danau Toba akan melewati Kota Berastagi. Selain dengan wisata alam, Berastagi memiliki etnik yang sangat kental yaitu Suku Karo. Hal ini dapat dikembangkan menjadi suatu tujuan pariwisata dengan penanganan yang baik. Menampilkan keistimewaan Suku Karo akan membuat wisatawan yang berkunjung semakin terkesan dengan budaya setempat nya. Tema Neo-Vernakular yang diangkat pada kasus ini diharapkan bisa menjadikan wisata budaya tentang Suku Karo yang menarik ditengah kemajuan era modernisasi pada saat sekarang ini. Mengkombinasikan unsur adat dengan kemasan modern diharapkan akan tetap menjaga kebudayaan Karo tetap utuh. Melalui tema ini, diharapkan dapat membuat suatu Hotel Resort yang tidak hanya menampilkan wisata alam tetapi juga wisata budaya tentang suku Karo namun tetap memberikan sebuah respon modernisasi terhadap lingkungan dan iklim Kota Berastagi.

2.4.4. Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Tema Sejenis 1. Joglo Plawang Boutique Hotel, Yokyakarta Joglo Plawang adalah sebuah hotel resort yang terletak di Yogyakarta, tepatnya Jalan Raya Pakem Turi KM 5, Karanggawang, Girikerto Turi Sleman, Yogyakarta, Indonesia. Hotel ini berada di satu daerah dengan Merapi Golf Course. Hotel bintang 4 ini juga berada di satu wilayah dengan Monumen Yogya Kembali dan Taman Nasional Gunung Merapi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

36

Gambar 2.19. Suasana eksterior dan interior Joglo Plawang Hotel Sumber : Jogloplawang.com

Hotel berbintang 4 ini memliki 23 kamar. Desain hotel ini adalah pencampuran antara arsitektur modern dan arsitektur tradisional Jawa. Bisa dilihat dari bagian interior kamar, lobby dan eksterior bangunan yang sudah memakai material seperti kaca, dan dipadukan dengan material tradisional seperti kayu. Atap dan ornament yang diperlihatkan juga sangat mencerminkan arsitektur Jawa. Fasilitas-fasilitas yang disediakan pada Joglo Plawang Boutique Hotel ini dapat dilihat pada Tabel 2.5. Tabel 2.5. Tabel Fasilitas pada Joglo Plawang Hotel

Fasilitas Umum

Fasilitas Kamar Hotel

24 hour front desk

Bathtub or shower

Bar/lounge

Coffe/tea maker

Complimentary newspaper in lobby

Cable/satellite television channels

Free parking nearby

Complimentary toilet

Garden

DVD Player

Gift Shop

Garden view

Wi-Fi

Inroom safe

Laundry facilities

LCD television

Massage

Mini bar

Safedeposit box

Phone

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

37

Outdoor swimming pool

Refrigerator

Conference room

Wakeup calls

Restaurant Sumber : jogloplawang.com

2. Bandara Internasional Soekarno-Hatta Bandara di Kota Jakarta, Indonesia, terletak di daaerah Sub Urban Kota Jakarta dengan kapasitas 9 juta orang. Dirancang oleh Paul Andreu dari Perancis. Unit-unitnya sebagian besar berkonstruksi tiang dan balok (dari pipa-pipa baja) yang diekspos. Unit-unit dalam terminal dihubungkan dengan selasar terbuka yang sangat tropical, sehingga pengunjungnya merasakan

udara

alami

dan

sinar

matahari.

Unit

ruang

tunggu

menggunakan arsitektur joglo dalam dimensi yang lebih besar, namun bentuk maupun sistem konstruksinya tidak berbeda dari sopo guru dan usuk, dudur, takir, dan elemen konstruksi Jawa lainnya. Penggunaan material modern namun memiliki tampilan seperti kayu yang diterapkan pada kolom-kolom di ruang tunggu memberikan kesan yang modern namun natural.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

38

Gambar 2.20. Sketsa eksterior dan interior bandara soekarno hatta Sumber : google.com

Tanggapan: Bandara Soekarno-Hatta merupakan bangunan Neo-Vernakular dengan sangat jelas memperlihatkan konsep asli vernakularnya seperti pada penggunaan bentuk-bentuk atap joglo dan atap-atap pelana (lipat) yang banyak digunakan pada bangunan tradisional Indonesia. Tidak kalah penting penggunaan material seperti kaca dan baja yang merupakan material modernisasi dipadu dengan konsep vernacular yang ada.

3. National Theatre Kuala Lumpur National Theatre Malaysia merupakan salah satu bangunan NeoVernakular di Malaysia. Terletak di Kuala Lumpur, dengan fungsi sebagai theatre daerah dan juga gedung pertunjukan dengan kapasitas 2000 orang. National Theatre Malaysia ini merupakan salah satu ciri Malaysia sehingga terlihat sangat lekat sekali kesan budaya Malaysianya. Gedung ini didesain dengan mengikuti konsep bangunan Tradisional Melayu Malaysia yang menggunakan atap pelana yang tinggi. Dengan mengambil bentuk vernakular yang jelas sekali dipadu dengan material yang modern menjadikan Gedung National Theatre Malaysia ini terlihat modern namun tetap memiliki ciri khas Malaysia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

39

Gambar 2.21.National Theatre Malaysia Sumber : google.com Tanggapan: National Theatre Malaysia mengambil konsep Vernakular dari rumah tradisional Melayu Malaysia dengan sangat jelas dan memberikan pengulangan pada bagian atapnya yang bertingkat-tingkat. Atap pelana yang biasanya digunakan pada bangunan rumah tradisional sangat dapat diaplikasikan ke gedung theatre ini karena membutuhkan ruang yang besar dan tinggi seperti pada rumah tradisional yang menggunakan atap besar dan tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

40

Tabel 2.4. Perbandingan antara komponen bangunan yang dibandingkan

No

Bangunan

1.

Bandara International Soekarno Hatta Indonesia

Vernacular Filosofi Dari : - Rumah Adat Jawa - Atap Joglo - Atap Plana

Komponen Neo-Vernacular -Menerapkan bentuk atap plana pada bangunan ruang tunggu -Menggunakan plana (lipat)

bentuk

atap

-Sistem konstruksinya tidak berbeda dari sopo guru dan usuk, dudur, takir, dan lain-lain dari elemen konstruksi jawa. -Material modern namun memiliki tampilan seperti kayu yang diterapkan pada kolomkolom di ruang tunggu memberikan kesan yang modern namun natural. 2.

Istana Budaya, National Theatre Malaysia, Malaysia

Filosofi Dari : - Rumah adat melayu Malaysia - Waw bulan - Sirih junjung - Pembagian ruang

- Menggunakan bentuk atap tradisional melayu Malaysia - Mengambil bentuk waw bulan pada penerapan bentuk site - Tumpukkan atap plana yang bertingkat mengambil bentuk dari sirih junjung - Pembagian ruang disesuaikan dengan pembagian ruang rumah adat traditional malaysia

Sumber : Data olahan Penulis, 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

41

BAB III METODOLOGI

3.1.

Metode Pemilihan Lokasi Lokasi perancangan hanya memiliki satu alternatif saja hal ini karena melihat fungsi bangunan tersebut dan acuan RTRW Mebidangro, maka lokasi yang dipilih adalah site yang berada di Persimpangan antara Jl. Jamin Ginting dan Jl. Udara yang terletak di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo dimana kawasan ini diperuntukan sebagai kawasan komersil, pariwisata dan permukiman. Sehingga dari fungsi peruntukan lahan menurut RTRW Mebidangro bangunan Hotel Resort termasuk ke dalam salah satu fungsi pendukung untuk fasilitas komersil dan pariwisata bagi masyarakat yang ada di kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Pemilihan lokasi site berdasarkan persyaratan yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur standar yang dapat menjadi pertimbangan untuk pemilihan lokasi, seperti : Peruntukan lahan untuk fungsi Hotel Resort harus sesuai dengan RUTR Kawasan Mebidangro. Lingkungan tapak berada di lokasi strategis, lingkungan dengan image yang bagus dan berbudaya, sesuai fungsinya dengan lingkungan sekitarnya untuk mendukung fungsi bangunan yang akan dibangun. Daerah wisata seperti Bukit Kubu, Gundaling, Pemandangan Gunung Sibayak, agrowisata tanaman, Pemandian alam Sidebuk-debuk yang menjadi potensi yang diminati para wisatawan sehingga diutamakan terlerletak dekat dengan daerah wisata. Kemudahan

pencapaian/aksesibilitas

oleh

pengunjung,

pengelola,

maupun kendaraan servis, tidak sering teradi kemacetan. Pertimbangan lokasi yang memiliki lahan yang cukup luas yang dapat menampung seluruh kebutuhan ruang, baik ruang dalam maupun ruang luar. Serta kebutuhan parkir yang tidak mengganggu kegiatan lalu lintas sekitarnya. Lokasi site yang berada di pertigaan Jalan Udara dan Jamin Ginting sehingga mudah untuk diakses.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

42

Mudah dicapai karena tersedianya sarana angkutan umum dan merupakan jalan arteri sekunder. Tersedianya jaringan utilitas, seperti jaringan PLN, PDAM, Telkom, Riol Kota, dan lain-lain. Lokasi tapak tidak rawan bencana dan bebas banjir, serta dapat memberikan ruang gerak yang leluasa. Topografi jalan rata.

3.2.

Metode Penyelesaian Masalah Perancangan/Tahapan Perancangan Suatu proyek dapat direncanakan dan terlaksana melalui proses tertentu, proses tersebut dikenal dengan metode agar mempermudah perancang dalam merancang bangunannya, salah satunya dengan melalui metode deskriptif analitif. Metode deskriptif analitif ini merupakan metode yang berisi tentang deskripsi atau paparan mengenai kondisi fenomena yang

terjadi.

Tahapan

pada

metode

ini

dimulai

dengan

memaparkan/mendeskripsikan terhadap fakta yang sedang terjadi di lapangan, kemudian demi mendukung metode tersebut pada umumnya didukung dengan analisis terhadap masalah dan studi literatur terhadap teori. Analisis yang umumnya digunakan dalam mendalami suatu masalah menggunakan analisis grafis. Analisis grafis adalah analisis dengan teknik penyajian gambar yang berupa gambar perancangan, peta lokasi perancangan, peta jalan, gambar kondisi eksisting kawasan perancangan, serta gambar konsep perancangan. Analisis ini kemudian dikembangkan sehingga mendukung teori suatu perancangan.

3.3.

Perumusan Ide / Gagasan Pada proses pencarian ide/gagasan dalam perancangan Hotel Resort Berastagi melalui penjabaran setiap permasalahan yang ada pada kawasan objek rancangan tersebut, dan kemudian memunculkan ide atau gagasan dalam perancangan obyek dengan mengaitkan setiap kelebihan yang juga menjadi titik acuan dalam perkembangan perancangan. Ide/gagasan yang menjadi dasar dalam perancangan Hotel Resort Berastagi adalah keinginan akan kebutuhan sarana dan prasaran pendukung bagi para wisatawan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

43

yang akan menikmati Kota Berastagi untuk menginap maupun sekedar menikmati daerah tersebut dengan mengangkat tema arsitektur neovernakular, dimana menjadikan budaya local sebagai potensi desain sehingga pengunjung ataupun wisatawan dapat menikmatinya. Perumusan ide serta gagasan untuk mengembangkan suatu konsep perancangan memiliki beberapa proses, diantaranya ialah sebagai berikut: a. Pencarian ide serta gagasan yang tepat dalam menentukan konsep perancangan Hotel Resort Berastagi yang sesuai dengan keinginan para wisatawan yang akan berkunjung baik dalam maupun luar negeri. b. Pemilihan ide yang tepat yang didasari dari sumber-sumber atau data arsitektural maupun non-arsitektural sehingga melahirkan ide yang akan menjadi konsep utama dalam perancangan. c. Mengembangkan ide tersebut dan dituang kedalam laporan ilmiah dan gambar perancangan.

3.4.

Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data diawali dengan penentuan fungsi bangunan lalu dilakukan pencarian data tentang fungsi bangunan yang telah ditentukan, lalu menentukan lokasi perancangan dengan mencari data-data kriteria lokasi yang cocok dengan fungsi bangunan nantinya. Kemudian untuk memperoleh data yang akurat dan relevan maka dilakukan : a. Survey lapangan Survey lapangan dilakukan dengan melakukan observasi berupa foto setiap sudut site perancangan yang memiliki potensi yang berada di Berastagi, Kabupaten Karo. b. Pengamatan langsung Pengamatan secara langsung mengenai kegiatan masyarakat dan wisatawan yang berada di kawasan sekitaran Berastagi. c. Studi literatur Studi literature dilakukan untuk mencari beberapa informasi yang aktual untuk mendukung penelitian. Studi literatur yang dilakukan berupa buku, jurnal penelitian, arsip yang releven, dan internet

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

44

d. Studi banding Mencari proyek yang telah ada yang dapat mendukung informasi yang didapatkan dan menjadi referensi dalam mengembangkan desain yang akan dirancang.

Tabel 3.1. Tabel perbandingan data Primer dan Sekunder

Jenis Data

Data

Metode Pengumpulan Data

Data Primer

- Data tapak :

Studi Literatur dan Studi

1. Peraturan daerah.

Lapangan

2. Kondisi eksisting. 3. Potensi kawasan Perancangan - Data Objek : 1. Peraturan mengenai bangunan Hotel Resort. 2. Data tema Neo-Vernakular Data Sekunder

1. Studi banding dengan

Studi Literatur

bangunan fungsi sejenis 2. Studi banding dengan tema sejenis Sumber : Data Olahan Penulis, 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

45

BAB IV DESKRIPSI PROYEK

4.1.

Judul Proyek Judul pada proyek Perancangan kali ini adalah Hotel Resort di Berastagi dengan pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular.

4.2.

Luasan Proyek ini berada di Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Pengukuran dilakukan melalui satelit udara internet (google maps). Lokasi dianggap berpotensiuntuk membuat hotel karena berada pada jalur utama menuju ke segala arah di Berastagi dan dekat dengan lokasi-lokasi wisata yang ada di Berastagi.

Peta Pulau Sumatera

Peta Lokasi Lahan Perancangan Gambar 4.1. Lokasi Perancangan Sumber : Dokumen Penulis, 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

46

Gambar 4.2. Lokasi Lahan dari Foto Satelit Sumber : Google maps, 2017

Lokasi site yang berada tepat diantara Jl. Udara dengan Jl. Jamin Ginting di Berastagi memiliki luas 2,7 ha. Ukuran-ukuran lahan setiap sisinya adalah sebagai berikut :

Gambar 4.3. Ukuran Lahan Perancangan Sumber : Dokumen Penulis, 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

47

Peraturan-peraturan yang berlaku di sekitaran lokasi :

4.3.

Garis Sempadan Bangunaan (GSB)

:½n+1

Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

: 40%

Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

: 1,2

Suhu

: 20-25 0C

Iklim

: Tropis

Kontur

: Relatif datar

Peruntukan lahan

: Komersil, Pariwisata

Batas Kawasan Batas-batas wilayah dari lokasi site perancangan adalah sebagai berikut :

Gambar4.4. Fungsi Sekitar/Eksisting Sumber : Dokumen Penulis, 2017

Ruko / Pertokoan / Komersil Pasar dan Terminal Permukiman Rumah Penduduk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

48

Sebelah Utara

: Ruko pertokoan komersil

Sebelah Timur

: Jalan Jamiin Ginting

Sebelah Selatan : Jalan Udara Sebelah Barat

4.4.

: Gang Sinar

Fungsi Sekitar/Eksisting

Gambar 4.5. Fungsi Sekitar/Eksisting Sumber : Dokumen Penulis, 2017

Pada area sekitar lokasi lahan terdapat beberapa fungsi bangunan eksisting, seperti Pasar Buah Berastagi, Terminal Bus, Kantor Pos Berastagi, Tugu-tugu penanda seperti Tugu Perjuangan dan Tugu Kol yang berada disekitar Berastagi. Dari beberapa fungsi eksisting bangunan yang ada, terlihat dengan jelas sekitar lokasi lahan memiliki nilai budaya yang masih tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

49

BAB V ANALISA PERANCANGAN

5.1.

Analisa Tapak Lokasi yang berada di Berastagi dan tepat diantara 2 jalan besar di Berastagi. Jl. Jamin Ginting dan Jl. Udara merupakan jalan utama di Berastagi yang menghubungkan Berastagi dengan kota-kota lainnya yang ada disekitar nya. Tata Guna lahan pada lokasi dapat dilihat pada gambar yang ditunjukkan :

Gambar 5.1. Analisa Tata Guna Lahan Sumber : Dokumen pribadi, 2017

Pada Sekitaran lokasi terdapat beberapa fungsi-funfsi yang ada seperti pertokoan, pasar, terminal, ruang terbuka ataupun taman, beberapa UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

50

perumahan penduduk sekitar. Lokasi ini dianggap menjadi lokasi paliing strategis untuk membuat Hotel Resort mengingat lokasi yang dekat dengan fasilitas-fasilitas yang ada dan memiliki kondisi cuaca yang sangat sejuk dan nyaman. Pada area kawasan depan sesuai dengan kondisi eksisting adalah rumah took (ruko) milik warga sekitar yang seharusnya sesuai dengan RUTR Mebidangro tahun 2030 nanti akan menjadi lokasi kawasan wisata daerah Berastagi. Hal ini menjadi salah satu keuntungan untuk menjadikan lokasi ini menjadi bangunan komersial seperti Hotel Resort

Strobery

Gambar 5.2. Potensi Alam pada Lahan Sumber : Dokumen pribadi, 2017

Pada lokasi site yang ada, memiliki potensi yang sangat baik untuk dijadikan sebagai Hotel Resort. Site memiliki potensi karena berada pada posisi yang strategis sebagai lokasi wisata. Potensi wisata yang ada : -

Pasar Buah Berastagi

-

Bukit Gundaling

-

Danau Lau Kawar

-

Pemandian Alam Air Panas Sidebuk-debuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

51

-

Wisata Agroculture

Selain itu, lokasi juga berada pada Jalan besar Jl. Jamin Ginting yang dapat menghubungkan antara Kota Medan dengan Daerah Kawasan Wisata lainnya seperti Danau Toba, Bukit Indah Simarjarunjung, dll. Jalan besar pada bagian depan site memiliki luasan sekitar 20 meter dan adanya tempat untuk pejalan kaki di sekitar trotoar jalan yang dapat dipakai untuk berkeliling daerah Berastagi

5.2.

Analisa Tata Ruang Dalam Suasana ruang yang diharapkan pada hotel resort Berastagi ini adalah dapat memberikan kenyamanan. Selain itu setiap ruangan yang dirancang dapat memberikan kesan yang menarik kepada pengunjung. Kamar Hotel dirancang dengan kesan yang menarik dan mewah. selain kamar yang berada di daerah pegunungan bukit barisan dapat memberikan pemandangan yang menarik dari dalam ruangan. Selain itu untuk lebih menambah kesan vernakularnya pada bagian interior dapat digunakan ornamen maupun perabot yang menjadi ciri khas adat Karo. Lobby adalah hal utama yang akan di lihat para pengunjung yang datang ke Hotel. Oleh karena itu suasana Lobby didesain dengan memberikan kesan pertama yang baik kepada pengunjung. Lobby harus dapat memberikan suasana dan pemandangan yang baik untuk para pengunjung. Selain itu lobby harus memiliki ruang yang cukup untuk menampung pengunjung yang datang. Suasana fasilitas hotel yang dimaksud berupa restoran, bar, cafe, fitness, spa dan sauna. Pada masing- masing fasilitas ini dapat diberikan sentuhan khas daerah Karo seperti pemakaian ornamen dan perabot pada bagian interiornya. Zona servis adalah seluruh unsur-unsur yang digunakan oleh komponen

pengelola

hotel

untuk

memberikan

pelayanan

kepada

pengunjung. Oleh karena itu pada zona ini harus diberikan ruang yang cukup dan leluasa sehingga karyawan maupun pengelola dapat bekerja dengan maksimal unutk melayani pengunjung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

52

5.3.

Analisa Massa dan Perwajahan Bentukan dari bangunan disesuaikan dengan bentuk site. Kondisi site berada di daerah pegunungan dan di apit oleh 2 jalan yang besar. View yang baik pada site ada pada kedua arah yang berlawanan yaitu Pegunungan bukit barisan dan ke arah jalan Boulevard. Selain itu kondisi site juga cukup datar. Letak site juga berhadapan langsung dengan jalan utama. Dari keadaan tersebut orientasi massa dapat dibuat kekedua sisi. Letak lahan perancangan yang berada pada jalan utama maka bangunan harus dapat dilihat dengan pemandangan yang menarik.

Gambar 5.3. Ornament Suku Karo yang Digunakan Sumber : sirulo.com

5.4.

Analisa Sistem Struktur a. Pondasi Kondisi tanah di dalam site adalah jenis tanah yang keras. Pondasi yang paling baik untuk jenis tanah yang seperti ini adalah pondasi dalam. Perlu sedikit perhatian khusus pada bagian ini untuk mendukung struktur yang kuat agar tidak terjadi kegagalan struktur. b. Struktur Struktur merupakan suatu komponen utama dalam suatu bangunan dimana struktur membuat bangunan tersebut dapat berdiri dengan kokoh baik dari beban vertikal mapun beban horizontal. Pemilihan struktur harus di dasari dengan pertimbangan-pertimbangan beban struktur yang di tanggung baik melalui beban hidup, beban mati, maupun beban konstruksi bangunan itu sendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

53

5.5.

Analisa Sistem Utilitas a. Plumbing Hotel membutuhkan banyak air bersih. Oleh karena itu diperlukan air bersih yang memadai untuk memnuhi kebutuhan didalam hotel. Namun Persedian air didalam site tidak terlalu memadai. Oleh karena itu untuk mengatasi kekurangan air perlu disedakan tangki penampungan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih didalam hotel. untuk pengolahan limbah padat perlu penampungan khusus dan sumur peresapan yang cukup untuk menghindari pembuangan limbah langsung ke sungai-sungai ataupun drainasi kota. b. Elektrikal Pengunjung membutuhkan penerangan dan energi listrik yang cukup untuk beberapa aktivitas didalam hotel. Persedian listrik didalam hotel harus dapat memenuhi kebutuhan penggunanya. Selain itu dibutuhkan energi cadangan seperti generator set apabila Sumber listrik utama padam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

54

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

6.1.

Konsep Dasar Konsep dasar dalam perancangan ini adalah menerapkan konsep arsitektur

neo-vernakular kedalam bangunan hotel resort. Pada perancangan ini yang dimaksud dengan arsitektur neo-vernakular adalah arsitektur yang ada dalam masyarakat

yang

menyesuaikan

kepada kondisi alam,

material ,dan

kepercayaan yang ada pada masyarakat tersebut serta tetap memiliki kesan modern. Kasus perancangan adalah merancang hotel resort dengan menerapkan arsitektur vernakular setempat yaitu arsitektur vernakular Karo. Oleh karena itu konsep utama perancangan ini adalah menerapkan konsep-konsep yang ada pada bangunan adat Karo meliputi bentuk, orientasi, kosmologi, ornamentornament dan kepercayaan dan aspek-aspek yang lain sehingga bangunan yang dirancang dapat harmonis dengan keadaan setempat. Konsep dasar dari perancangan ini adalah rumah adat Batak Karo, yaitu Rumah adat Siwaluh Jabu. Konsep ini diambil berdasarkan pendekatan utama yaitu Arsitektur Neo-Vernakular. Konsep Rumah adat Siwaluh Jabu yang masih mengandung unsur vernakular akan ditransformasi agar sesuai dengan perkembangan zaman yang ada.

Gambar 6.1. Rumah Adat Siwaluh Jabu Sumber : sorasirulo.net

Denah Rumah adat Siwaluh Jabu yang menandakan delapan keluarga berada dalam satu rumah. Hal ini dikarenakan pada masyarakat Suku Karo

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

55

masih menjunjung tinggi sistem kekerabatan yang mereka miliki. Susunan kedudukan masing-masing keluarga dalam rumah adat ini, dapat dilihat pada gambar.

Gambar 6.2. Denah dan Skematik Rumah Adat Siwaluh Jabu Sumber : Data Olahan Penulis, 2017

Pada skema tersebut dapat dilihat dalam satu rumah, terdapat ruang bersama antara kedelapan keluarga yang ada. Adapun ruang bersama itu berupa dapur dan ruang keluarga. Konsep seperti ini akan ditransformasi sehingga dapat diaplikasikan pada perancangan hotel kali ini. Hotel yang akan dirancang akan memiliki 8 tower yang akan terhubung antara masing-masing tower sehingga terlihat seperti skema rumah adat siwaluh jabu. Secara sederhana pola rumah adat Siwaluh Jabu pada masyarakat Suku Karo memiliki 3 ruang penting utama yaitu, Ruang Keluarga, Ruang Tidur, dan Dapur yang dipakai secara bersamaan dengan 2 keluarga yang memiliki Ruang tidur yang bersebelahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

56

Pada gambar skema rumah adat Karo yaitu Rumah Adat Siwaluh Jabu memiliki 8 ruang utama yang dihuni oleh keluarga-keluarga pada masyarakat Karo yang masih memiliki hubungan kekerabatan. Area Bersama yang ada digunakan sebagai dapur dan ruang tamu, hal ini dikarenakan karena masih adanya hubungan kekerabatan yang tinggi pada masyarakat Karo. Bentuk Hotel yang ada juga memiliki konsep yang sama, area bersama digunakan sebagai tempat penerima tamu atau resepsionis dan masing masing bangunan yang ada memiliki fungsi masing-masing yang berbeda untuk setiap bangunannya.

Area Bersama Kamar Hotel Gambar 6.4. Konsep Siwaluh Jabu pada Hotel Sumber : Dokumen Penulis, 2017

Konsep 8 tower yang saling berhubungan satu dengan yang yain yang menjadi ciri khas rumah adat Siwaluh Jabu menjadi konsep dasar dalam mengaplikasikan tema vernacular pada perancangan hotel resort di Berastagi ini.

6.2.

Konsep Program Ruang Dibawah ini adalah perhitungan tentang pengunjung di Kabupaten Karo dan

proyeksi pengunjung pada tahun yang telah di tentukan. Dari hasil perhitungan tersebut akan didapat jumlah kamar dan besaran ruang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

57

Tabel 6.1. Tabel Tamu Hotel Sekitar Berastagi Asal Negara Domestik

Tamu Hotel dan Akomodasi Lainnya Menurut Asal Negara (Jiwa) 2009

2010

2011

2012

2013

2014

136171

84715

132306

180049

183469

203244

19774

14668

33020 33446 Sumber : bps.com

29502

29055

Asing

Dari Data diatas diperoleh bahwa jumlah tamu domestic antara rentan tahun 2009-2014. Hotel ini di proyeksi untuk pertumbuhan pengunjung di Kabupaten Karo dalam waktu 10 tahun mendatang. Oleh sebab itu maka kita perlu mencari jumlah wisatawan domestik dengan rumus: PO = P0 + b(x) Untuk mencari target wisatawan dalam rentan waktu 10 tahun kedepan adalah : b = (P1-P0) / x = (203.244-136.171) / 5 = 13.415 Maka jumlah wisatawan domestic dalam 10 tahun ke depan adalah : PO = P0 + b(x) = 203.244 + 13.415 (10) = 337.394

Setelah target wisatawan domestic dalam 10 tahun kedepan didapat, maka target wisatawan mancanegara diperoleh dengan rumus yang sama yaitu : PO = P0 + b(x) Untuk mencari target wisatawan mancanegara dalam rentan waktu 10 tahun kedepan adalah : b = (P1-P0) / x = (29.055-19.774) / 5 = 1856 Maka jumlah wisatawan domestic dalam 10 tahun ke depan adalah : PO = P0 + b(x) = 29.055 + 1.856 (10) = 47.617

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

58

Sehingga dari perhitungan diatas pengunjung yang berkunjung di Kab. Karo pada 10 tahun ke depan adalah : 337.394 + 47.617 = 385.011 Dengan melihat jumlah wisatawan yang berkunjung tersebut, maka jumlah kamar hotel yang diperlukan akan dihitung dengan rumus adalah:

= 385.011 x 1.1 383.25 = 1.105 Dari perhitungan diatas dapat diperoleh bahwa pada tahun 2019 jumlah kamar yang diperlukan adalah sebanyak 1.105 kamar Tabel 6.2. Jumlah kamar yang tersedia adalah : Hotel Berbintang Bintang 1

2014 Hotel Berbintang (Unit) Tempat Unit Kamar Tidur 1 34 51

Bintang 2

3

149

266

Bintang 3

1

72

118

Bintang 4

3

298

541

Bintang 5

2

295

543

Jumlah

10 848 Sumber : bps.com

1519

Jumalah kamar yang tersedia adalah 848 kamar, sementara itu kamar yang dibutuhkan adalah sebanyak 1.105 kamar. Dari data tersebut maka didapat dibutuhkan kamar sebanyak 257 untuk proyeksi 10 tahun kedepan. Diasumsikan bahwa sebanyak 30 % dari wisatawan tersebut menginap di Berastagi. Maka dari itu jumlah kamar yang dibutuhkan menjadi 30% x 257 = 77 kamar. Diasumsikan juga akan terjadi lonjakan pada saat liburan dan akhir pecan sebanyak 30%. Maka jumlah kamar yang dibutuhkan adalah 77 + (30% x 77) = 100 kamar. Dari data tersebut maka, jumlah kamar yang harus disediakan adalah sebanyak 100 kamar. Adapun besaran-besaran ruang yang menjadi acuan adalah : Tabel 6.3. Tabel Besaran Ruang pada Kamar Hotel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

59

Jumlah Kamar

Jumlah Penghuni

Standard Room Standard Double Bed Room

22

44

20

40

14

28

4

Deluxe Room Deluxe Double Bed Room

14

28

5

Suite Room

10

40

6

Suite Double Bed Room

10

40

7

Cottage tipe 1

5

20

8

Cottage tipe 2

5

20

100

240

No 1 2 3

Tipe Kamar

Jumlah

Sumber : Data Penulis, 2017

Tabel. 6.4. Tabel Besaran Fasilitas Hotel

No

Nama Ruangan

Standart

Kapasitas

Luas (m2)

8

Ruang Makan

1,5 m2 / org

50 % x 240 + 30 = 150 org

225

9

Kasir

2 org

2,4

10

Dapur

60 % x 225

135

11

Ruang Saji

1,2 m2 / org 60 % x Area Makan 4,2 m2

1 unit

4,2

12

Ruang Chef

12 m2 / org

3 org

36

13

Gudang Basah

0,04 m2 / org

0,04 m2 x 150

6

14

Gudang Kering

2

2

0,25 m x 150

37,5

2

2

0.25 m / org

15

Gudang Alat

0,16 m / org

0,16 m x 150

24

16

Tempat Cuci Piring

0,1 m2 / org

0,1 m2 x 150

15

9 m2

1 unit

9 135 585

17

Lavatory Sirkulasi

30 % x Area Total

18 19 20

Area Duduk Meja Bar dan Pantry Kasir

21

Lavatory

22

Dapur Sirkulasi

1,2 m2 / org 120 org 18 m2 1 unit 2,1 m2 / org 2 org W = 5 m2 P = 4 1 unit m2 20% x 144 1 unit 30 % x Area

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

144 18 4.2 9 29 61

Universitas Sumatera Utara

60

23 24 25 26 27 28

Ruang Sauna Ruang Pijat Ruang Ganti Locker Resepsionis Lobby Sirkulasi

32

Aula / Gedung Serbaguna Back Stage Ruang Tunggu / Resepsionis Gudang

33

Lavatory

29 30 31

Sirkulasi

34 35 36 37 38

Toko Souvenir Money Changer Kantor Biro Perjalanan Drug Store Retail Sirkulasi

Total

265

4 m2 / org 2 org 6 m2 / org 15 org 6 m2 2 unit 12 m2 / unit 2 unit 1,2 m2 / org 2 org 1,2 m2 / org 5 org 30 % x Area Total

8 90 12 24 2,4 6 67 293

1,2 m2 / org

200 org

240

1,25 m2 / org

20 org

25

1,2 m2 / org

20 org

24

10 m2 1 unit W = 5 m2 P= 4 1 unit m2 30 % x Area Total

10

20 m2 20 m2 20 m2 asumsi 20 m2

41 42 43

Kolam Renang Dewasa Ruang Registrassi Ruang Ganti dan Bilas Pria Ruang Ganti dan Bilas Wanita Gudang Alat Sirkulasi

92,4 400,4

2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit

40 20 20 30 40 45 195

2 m2 / org 1,2 m2 / org

50 org 5 org

100 m2 6

40 m2

1 unit

40

40 m2

1 unit

40

20 m2

1 unit

20 110 476

30 % x Area Total

39 40

9

30 % x Area Total

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

61

44 45 46 47 48

Ruang Fitnes Ruang Registrasi Ruang Ganti dan Bilas Pria Ruang Ganti dan Bilas Wanita Gudang Alat Sirkulasi

200 m2 1,2 m2 / org

1 unit 2 org

200 2,4

40 m2

1 unit

40

40 m2

1 unit

40

32 m2

1 unit

32 93.6 405.6

2 m2 / org

4 org

8

64 m2 / org

1 org

64

32 m2 / org

1 org

32

30 % x Area Total

49 50 51

Ruang Tunggu Ruang General Manager Ruang Sekretaris dan Arsip

52

Ruang Manajer Keuangan

32 m2 / org

1 org

32

53

Ruang Manajer Marketing

32 m2 / org

1 org

32

54

Ruang Manajer Pengadaan Barang

32m2 / org

1 org

32

32 m2 / org

1 org

32

32 m2 / org 1 org 32 m2 / org 1 org 5 m2 / org 15 org W = 5 m2 P = 4 1 unit m2 30 % x Area Total

32 32 75

114 494

1,2 m2 / org 80 org 1,2 m2 / org 4 org 1,2 m2 / org 4 org 8 m2 1 unit 30 % x Area Total

96 4,8 4,8 8 36 154

0,5 m2 / kamar 0,63 m2 / kamar 0,37 m2 / kamar 1,2 m2 / org

50 63 47 86,4

56 57 58

Ruang Manajer Personalia Ruang Manajer F & B Ruang Manajer Teknik Ruang Rapat

59

Lavatory

55

Sirkulasi

60 61 62 63

Lobby Resepsionis Front Office Bell Boy Station Safe Deposit Box Sirkulasi

64 65 66 67

Ruang Linen Ruang Laundry Ruang Jemur Ruang Pegawai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

100 kamar 100 kamar 100 kamar 240 org

9

Universitas Sumatera Utara

62

68 69 70

Locker Pantry Ruang Makan

71

Lavatory

72 73 74

Loading Dock Gudang Ruang Sampah Sirkulasi

75 76 77 78

Ruang Genset Ruang Panel Kontrol Ruang Pompa Ruang Water Tank Ruang Water Treatment Ruang Trafo Ruang Ahu Ruang Chiller Gudang

79 80 81 82

12 m2 1 unit 1/3 R. makan 1 unit 1,33 m2 / org 20 org W = 5 m2 P= 4 1 unit m2 0,27 m2 / kamar 100 kamar 0,26 m2 / kamar 100 kamar 0,1 m2 / kamar 100 kamar 30 % x Area Total

27 26 10 75.9 328.9

1 unit 1 unit 1 unit 1 unit

64 16 12 12

24 m2

1 unit

24

45 m2 20 m2 20 m2 12 m2

1 unit 1 unit 1 unit 1 unit

45 20 20 12

30 % x Area

67,5

Total Pos Satpam

9

1,2 m2 16 m2 12 m2 12 m2

Sirkulasi

83

12 9 26,6

292 9 m2

1 unit

9

Sumber : Data Penulis, 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

63

6.3.

Konsep Tapak View ke Gundaling

Zone Public such as area parking, gardening, Zone Hotel Building Zone Auditorium, Gambar 6.5. Konsep Tapak pada Hotel Sumber : Dokumen Penulis, 2017

Bangunan di desain mengikuti bentukan luar tapak yang ada. View terbaik pada tapak ada pada arah barat yaitu puncak pegunungan bukit barisan. Karena view terbaik menghadap ke pucak pegungan maka bangunan massa didesain agar menghadap kearah tersebut. Sementara itu pada arah yang berlawanan, para pengunjung akan dimajakan dengan panorama kota Berastagi yang menghadap kearah tugu kol yang merupakan pusat sinergis kota Berastagi dengan tugu perjuangan. Pada bagian tepi jalan terdapat boulevard yang merupakan jalan luas dan dipinggir jalan tersebut dapat digunakan para pengunjung untuk berkeliling kota Berastagi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

64

6.4.

Konsep Massa dan Perwajahan Massa dari bangunan ini mengambil konsep dari Rumah adat karo yaitu Rumah Adat Siwaluh jabu. 2 buah rumah adat siwaluh jabu dibentuk mengikuti pola pada site yang ada.

Gambar 6.6. Konsep Fasad pada Hotel Sumber : Dokumen Penulis, 2017

Pada bagian atap juga diadopsi model atap rumah adat siwaluh jabu tersebut. Rumah adat siwaluh jabu yang menggunakan sistem double loaded. Pada bagian hotel ini massa juga di desain menjadi double loaded. Pada perwajahan massa di gunakan ornament-ornamen pada masyarakat karo yang menggambarkan konsep vernakulaar. Hal ini dikombinasikan dengan penggunaan material kaca yang telah dianggap modern sehingga konsep perancangan neo-vernakular tersebut dapat tercapai dan terpenuhi. Pada bangunan-bangunan sekitar juga menggunakan konsep yang sama agar area hotel yang dirancang dapat terlihat konsep neo-vernakular.

6.5.

Konsep Sistem Struktur Struktur utama penunjang bangunan menggunakan system struktur rangka kaku . Struktur ranka kaku masih efektif pada banguna 5 lantai. Selain itu material penunjang strukturnya menggunakan baja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

65

Struktur pondasi bangunan utama menggunakan system pondasi tiang pancang. Penggunaan pondasi ini dikarenakan struktur tanah di dalam site yang lembek. Penggunaan pondasi ini sangat tepet untuk struktur tanah yang keras.

Gambar 6.7.. Konsep Struktur Hotel Sumber : Data Penulis, 2017

Konstruksi dinding dan lantai bangunan menggunkan material yang pada umumnya seperti steal deck, bata ringan ,plat lantai, dan dan keramik. Metode tahapan Konstruksi dalam membangun hotel ini adalah : 1. pekerjaan persiapan seperti pembersihan lahan, meratakan tanah,dan penyedian air dan listrik. 2. Pekerjaan galian pondasi. 3. Pembuatan pondasi tiang pancang dengan menggunakan alat berat khusus. (gambar 6.8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

66

Gambar 6.8. Detail Pile Cap Sumber : Data Penulis, 2017

4. pembuatan dinding penahan tanah. 5. Pembuatan struktur dengan cara fabrikasi. Setelah pembuatan pondasi pekerjaan selanjutnya berlanjut ke struktur bangunan dan struktur atap. 6. Pengerjaan konstruksi lantai dan dinding. 7. Pekerjaan Finising..

6.6.

Konsep Sistem Utilitas

6.6.1. Penghawaan Udara Sistem

penghawaan

berhubungan

dengan

suhu

yang

sangat

berpengaruh pada kenyamanan pengguna bangunan. Untuk memperoleh kenyamanan suhu tersebut digunakan dua system Penghawaan buatan, diperoleh dengan menggunakan alat pengkondisi udara yang memungkinkan mengatur suhu ruangan sesuai dengan yang dinginkan. Penghawaan buatan menggunakan Air Condition central pada area publik dan pengelola seperti koridor, lobby, dan ruang rapat serta menggunakan AC Split pada setiap ruang kamar hotel.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

67

Gambar : 6.9. Konsep Penghawaan Sumber : Dokumen Penulis, 2017

6.6.2. Konsep Elektrikal Distribusi listrik berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama (Main Distribution Panel). Setelah melalui transformator (trafo), aliran tersebut panel utama dan dilanjutkan ke beberapa sub panel (Low Voltage Main Distribution Panel) untuk diteruskan ke semua perangkat listrik yang ada di dalam bangunan. Untuk keadaan darurat disediakan generator set yang akan langsung menggantikan daya listrik dari sumber utama PLN yang terputus.

Gambar 6.10. Konsep Distribusi Elektrikal Sumber : Dokumen Penulis, 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

68

6.6.3. Konsep Pemadaman Kebakaran Fire Hydrant system atau pemadam sistem hydrant adalah suatu sistem pemadam kebakaran yang di operasikan secara manual oleh tenaga manusia dengan menggunakan media air sebagai alat pemadam api. Prinsip kerja dari sistem hydrant pada gedung Hotel ini adalah ketika hydrant valve pada box hydrant di buka maka pompa akan mengalirkan air ke seluruh instalasi pipa hydrant dalam gedung menuju ke titik valve terbuka. Fire Sprinkler System atau pemadam sistem sprinkler adalah suatu sistem pemadam kebakaran yang dapat bekerja secara otomatis berdasarkan berbedaan suhu. 'Fire sprinkler system' di bagi lagi menjadi 2 system berdasarkan kesiapan air dalam pipa istalasi, yaitu Wet Riser Sprinkler System dan Dry Riser Sprinkler System. Fire alarm system adalah suatu sistem pendukung pemadam kebakaran gedung bertingkat tinggi. Sistem ini lebih kompleks lagi di banding dengan fire Sprinkler system. Fire alarm system akan berkaitan dengan sistem keamanan gedung, elevator, intake fan, exhaust fan, detektor asap, detektor panas dan lain sebagainya yang tergabung dalam 'General Fire',.

Gambar 6.11. Konsep Pemadaman Kebakaran Sumber : Dokumen Pribadi, 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

69

6.6.4. Konsep Air Bersih Sumber utama air bersih pada bangunan ini adalah dari PDAM dengan metode Up Feed Pumping System Yaitu air bersih dari PDAM dipompa keatas kemudian langsung dialirkan ke tiaptiap lantai bangunan.

Sumber air bersih

lainnya diambil dari sumur bor bawah tanah kemudian dipompa menuju watertank.

Gambar 6.12. Konsep Air Bersih Sumber : Dokumen Pribadi, 2017

6.6.5. Konsep Air Kotor Air kotor yang mengandung kotoran padat dari kloset disalurkan menuju septictank. Sedangkan air kotor yang berupa cairan berasal dari kamar, kecil, urinoir, wastafel, retoran, langsung dibuang ke riol pembuangan. menggunakan saluran tertutup. Sedangakan air hujan akan diteruskan oleh talang dan turun hingga saluran air tertutup/ langsung jatuh ke tanah.

Gambar 6.13. Konsep Plumbing Air Kotor Sumber : Dokumen Penulis, 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

70

BAB VII PENUTUP

7.1.

Kesimpulan Sebagai kota yang memiliki destinasi wisata yang sangat banyak, Kota

Berastagi masih memerlukan tempat untuk penginapan yang memiliki fasilitasfasilitas yang baik. Dengan adanya Hotel Resort Berastagi ini diharapkan mampu

untuk

mancanegara

menampuyng yang

wisatawan-wisatawan

mengunjungi

Berastagi

domestic

dan sekitarnya.

maupun Hotel

ini

mengambil tema neo-vernakular, terkhusus vernacular suka Karo. Dengan menginterpretasi tema ini diharapkan mampu untuk tetap menjaga kearifan lokal yang masih kental di daerah Berastagi. Konsep Rumah Adat Siwaluh Jabu yang merupakan rumah adat Suku Karo digunakan pada Hotel Resort Berastagi ini. Konsep Rumah Adat Siwaluh Jabu yang digunakan pada perancangan kali ini disesuaikan dengan bentuk lahan yang ada. Konsep budaya lokal Suku Karo dikombinasi dengan kemajuan teknologi pada saat sekarang, sehingga meskipun menggunakan konsep budaya lokal, penggunaan teknologi dan bahan material yang digunakan tetap mengikuti perkembangan zaman sehingga tampilan Hotel yang dirancang tetap dengan tema Neo-Vernakular. Hotel ini menyediakan juga fasilitas-fasilitas seperti kolam renang dewasa maupun anak, taman bermain, ruang serbaguna, spa dan sauna, fitness centre, dll. Hotel berbintang tiga ini memiliki total 100 kamar yang dirancang menggunakan konsep Vernakular Karo yang masih sangat kental. Dengan konsep ini diharapkan dapat menjaga kearifan local daerah Berastagi dan Suku Karo sendiri. Sehingga selain dengan wisata alam pengunjung juga dapat menikmati wisata busaya khusunya Suku Karo.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

71

7.2.

Saran

Berdasarkan hasil dari perancangan Hotel Resort Berastagi ini, maka penulis dapat mengutarakan saran sebagai berikut : 1. Perlu nya memanfaatkan lokasi daerah Berastagi yang masih memiliki keindahan alam yang sangat baik sebagai lokasi Hotel Resort yang masih memiliki sedikit tempat penginapan dan tempat pariwisata. 2. Pelu nya menggunakan konsep daerah lokal dalam merancang suatu Hotel yang masih kental dengan budaya lokal nya agar kearifan lokal daerah tersebut tetap terjaga dengan baik 3. Perlunya fasilitas-fasilitas yang memadai pada sebuah hotel resort karena selain sebagai tempat menginap hotel resort juga dapat digunakan sebagai tujuan destinasi wisata yang dapat membuat citra kota menjadi lebih baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

72

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. Suamtera utara. Jumlah Pengunjung Hotel Berbintang 2014. https//.www.bps.go.id/ diakses pada 27 Maret 2017 D.K. Ching, Francis. 2008. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan. Erlangga; Jakarta Hattrell, W.S. and Partners. 1962. Hotels Restaurants Bars. New York: Reihold. Publishing Corporation. Http://www.pdfcoke.com/doc/106054166/Persyaratan-Dan-KriteriaHotelResortBintang diakses pada 2 April 2017 Juwana, J.S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Erlangga. Kurniasih, Sri S.T. 2006. Prinsip Hotel Resort. [online]. Tersedia : http://www.google.co.id/search?hlid&qprinsip+hotel+resort&btnGtelusuri &meta diakses pada 12 April 2017 Lemeridian

.Bali.2016.

Le

Meridian

Bali

Jimbaran

Hotel.

www.lemeridienbalijimbaran.com diakses pada 2 April 2017 Lilianny

S

Arifin.

Membangkitkan

2008. Makna

Arsitektur

Nusantara

Vernakular

Lewat

Ala Jiwa

Mangunwijaya: Tradisi

dalam

http://www.architerian.net/myforum/viewtopic.php? Diakses pada 3 April 2017 Marlina,

Endy.

2008.

Panduan

Perancangan

Bangunan

Komersial.

Yogyakarta: C.V Andi Offset Neufert, E. 2000. Data ArsitekJilid 1, Jakarta: Erlangga Neufert, Ernst,. 2002. Data Arsitek Jilid 2 dan 3, Jakarta, penerbit erlangga, Pemerintah Daerah Kabupaten Karo. Sumatera Utara. Rata-Rata Kelembaban Udara,

Curah

Hujan

Dan

Hari

Hujan

2015.

http://www.karokab.go.id/in/index.php/data-statistik?start=30 diakses pada 2 April 2017 Putro, Brahma. 1995. Karo dari Zaman ke Zaman. Medan: Ulih Saber Rutes W. and Penner R. (1985) Hotel Planning and Design, Watson Guptill, New York RTRW Mebidangro Suwana, Jimmy S. 2005. Panduan Sistem Bangunan Tinggi untuk Arsitek dan Praktisi Bangunan. Jakarta: Erlangga UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

73

Universitas Sumatera Utara

Sitanggang, Hilderia. 1991. Arsitektur Tradisional Batak Karo. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Statistika pariwisata Kab. Karo tahun 2009 www.academia.edu/4689797/10_teori_ttg_arsitektur. Diakses pada tanggal 22 Maret 2017. www.archdaily.com. diakses pada tanggal 22 Maret 2017. www.karokab.com. diakses pada tanggal 2 April 2017. www.archdaily.com diakses pada tanggal 2 April 2017 www.wikipedia.com diakses pada tanggal 2 April 2017

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

74

Universitas Sumatera Utara

More Documents from "fazra risky nasution"