Jawaban 1. Perbandingan a. Proses pengangkatan sebagai khalifah 1) Abu Bakr Ash-Shiddiq Ketika tersebar berita tentang kematian Rasulullah, Abu Bakr bergegas pergi kerumah Rasul, dijalan ia banyak melihat kaum muslim meratap sedih akan tetapi ia tetap berjalan ingin melihat Rasulullah yang sudah di tutupi oleh kain. Setelah itu, Abu Bakr mencium Rasulullah dan kembali keluar, lalu berkata kepada kaum muslimin dan juga kepada Umar bin Khattab yang terlihat sangat galau, “barangsiapa yang menyemabah Muhammad, Muhammad telah meninggal. Barangsiapa menyembah Allah, Allah Maha Hidup, tak pernah mati”. Setelah peristiwa yang begitu sedih melanda umat islam, mereka bingung siapa yang akan melanjutkan kepemimpinan karena Rasulullah tidak memberikan wasiat tentang siapa. Akhirnya, kaum Anshor dan Muhajjirin berunding dengan panas, Abu Bakr mengajukan Umar dan Abu Ubaidah. Namun umar merasa keberatan dan berkata bahwa ia lebih baik terbunuh dan mati daripada memimpin yang didalamnya ada Abu Bakr. Kaum Anshor langsung berkata mereka setuju. Namun suasana persellisihan semakin tajam, umar dengan lantang berkata “hai Abu Bakr bentangkan tanganmu” dan disana Umar langsung membai`atnya, dilanjutkan dengan semua orang berbai`at kepada Abu Bakr. (Ali, 2007) (Amin, 1997) (Haekal, Abu Bakr As-Shiddiq, 2009) (Katsir, 2004) (Saleh, 2014) 2) Umar bin Khattab Saat Abu Bakr sakit, ia menyuruh para sahabat untuk berkumpul dengan tujuan menentukan siapa yang akan menjadi penerus kepemimpinan umat Islam, lalu berkata dan bertanya kepada mereka bahwa “apakah kalian akan menerima orang yang aku calonkan? Aku bersumpah melalukan yang terbaik dan aku memilih Umar bin Khattab sebagai penggantiku. Dengarkanlah aku dan ikutilah keinginanku.” Para sahabat pun berkata, “kami mendengarkanmu dan kami mena`atimu”. Awalnya Umar merasa keberatan untuk dicalonkan menjadi khalifah namun Abu Bakr memaksanya. Akhirnya Umar menerima amanat yang berat itu dengan terpaksa (Jannah, 2018).
Umar bin Khattab dibai`at sebelum Abu Bakr wafat melalui surat wasiat yang dibacakan oleh Utsman bin Affan sekaligus pengambilan bai`at di depan umat Islam, semua orang ridho dan bersama-sama membai`at Umar bin Khattab (Anuz, 2016). 3) Utsman bin Affan Umar bin Khattab membentuk majelis syura untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemegang kepemimpinan setelah ia wafat, karena dari masa Rasulullah sampai Abu Bakar tidak pernah memilih dari suku mereka. Dikarenakan takut akan menjadi sebuah bencana apabila memilih pemimpin dari kalangan sendiri. Akhirnya Umar membentuk majelis syura yang didalamnya teridiri atas enam orang yang salah satunya ada Utsman bin Affan (Al-Maududi, 2007). Karena Kubu terbagi menjadi dua yaitu Bani Hasyim pendukung Ali dan Bani Umayyah pendukung Utsman. Akhirnya Abd ar-Rahman memanggil mereka berdua secara satu persatu dan bertanya apakah siap untuk menjadi khilafah sesuai Al-Qur`an as-sunnah dan 2 pemimpin sebelumnya. Ali berkata ia akan berbuat sejauh pengetahun dan kemampuannya sedangkan Utsman menjawab dengan tegas siap. Berdasarkan itu Abd Rahman menyatakan Utsman yang menjadi khalifah ketiga dan segera membai`atnya (Supriyadi, 2008). 4) Ali bin Abi Thalib Wafatnya Utsman bin Affan di tangan para pembelot, umat Islam dilanda ketegangan dan kericuhan. Para penduduk meminta Ali bin Abi Thalib untuk mengemban amanat sebagai khalifah namun ia menolak. Kondisi semakin kacau karena para pembelot telah menguasai lapangan. Para muslim di Madinah dan sahabat mendesak Ali agar bisa keluar dari kemelut kondisi yang kacau ini. Akhirnya, Ali bin Abi Thalib mau menerima pimpinan meskipun beliau tidak bernafsu untuk memegang khalifah. Ali bin Abi Thalib dibai`at oleh penduduk Mekkah dan Madinah (Audah, Ali bin Abi Thalib, sampai kepada Hasan dan Husain, 2008) (Khalid K. M., 2014) (Murad M. , 2007). b. Sumbangan terhadap peradaban islam dan keteladanannya 1) Abu Bakr Ash-Shiddiq Abu Bakr mencoba untuk menstabilkan wilayah arab dari orang-orang yang menjadi ancaman keamanan seperti orang murtad, nabi palsu. Dan juga Abu Bakr berusaha untuk menghimpun Al-Qur`an atas usulan dari Umar bin Khattab yang khawatir meskipun banyak hafidz namun mereka banyak juga yang gugur
di medan perang, Umar takut bila Al-Qur`an akan hilang. Walaupun sedikit sulit melihat ayat Al-Qur`an berserakan seperti ada yang di daun, kulit kayu, tulang, dan batu (Aizid, 2015) (Murad, 2009) (Saleh, 2014) 2) Umar bin Khattab Umar bin Khattab mencetak uang dirham yang hampir sama dengan persia hanya saja terdapat bacaan suci dan juga nama khalifah Umar, alasan adanya pencetakan uang ini karena melihat perkembangan perdagangan semakin luas seiring dengan meluasnya wilayah Islam. Umar juga merupakan pencetus kalender Hijriyyah dengan ketentuan tahun di mana Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah (Anuz, 2016). 3) Utsman bin Affan Membangun masjid Nabawi dengan bentuk yang baru karena tempat itu merupakan pusat pemerintahan, Rasulullah juga duduk disitu begitu pula para khalifah sebelumnya. Utsman menambah dengan batu berukir dan perak, tiagnya diganti dengan bebatuan berukir, atapnya juga diganti dengan pohon jati, dan pintunya tetap dipertahankan seperi masa Umar yaitu enam pintu. Perluasan Masjidil Haram, lapangan untuk thawaf beralas dengan jubin dan juga Utsman membeli rumah-rumah disekitaran Masjid untuk perluasan (Audah, 2008) (Purwasandy, 2016) (Sou'yo, 1979). 4) Ali bin Abi Thalib Dalam catatan sejarah khalifah Ali bin Thalib memiliki karya bernama Shaffah yang berisi mengenai hukum-hukum tentang diyat. Dan juga banyak kata-kata mutiara dari Ali yang sesuai dengan permasalahan apa yang kita sedang hadapi. c. Jasa terhadap kodifikasi Al-Qur`an 1) Abu Bakr Ash-Shiddiq Usaha beliau dalam menghimpun lembaran-lembaran ayat Al-Qur`an yang ada ditangan para sahabat dalam bentuk yang beragam yaitu kulit kayu, tulang belulang, batu atau di atas daun misalnya ada di Khuzaimah ibn Tsabit alanshori. Gagasan ini berasal dari Umar bin Khattab. Dengan adanya ide tersebut dibentuklah panitia penghimpun Al-Qur`an. Setelah semua lembaran terkumpul kemudian dijadikan mushaf dan diberikan kepada Hafshah (Aizid, 2015) (Mubarok, 2004) (Siroj, 2012). 2) Umar bin Khattab
Mushaf yang telah dikumpulkan pada masa Abu Bakr dipegang oleh Abu Bakr hingga ia wafat. Lalu ketika Umar menjadi khalifah mushaf tersebut berpindah tangan kepada ia, namun yang ditekankan oleh Umar adalah pendidikan. Jadi memfokuskan kepada pengajaran Islam di wiayah kekuasaan Islam. Akhirnya terjadi penyebaran Al-Qur`an dengan mengirim 10 orang ke Basrah dan juga ke kuffah, tidak hanya menyebarkan lembaran mushaf namun juga pengajarannya yang suhuf tidak sekedar tekstual (khudzilkitab, 17). 3) Utsman bin Afffan Ketika penyebaran mushaf terjadi perbedaan dialek, oleh karena itu Utsman menyuruh untuk mengumpulkan mushaf-mushaf menjadi satu mushaf sehingga tidak terjadi perbedaan dalam bacaannya. Utsman mengirim seseorang untuk meminta mushaf kepada Hafshah untuk mengganti mushaf sebelumnya lalu akan mengembalikan lagi kepada hafshah. Setelah selesai Utsman memulai kembali penyebaran mushaf baru ke penjuru negeri Islam dan membakar mushaf selainnya (Purwasandy, 2016) (Sou'yo, 1979). 4) Ali bin Ali Thalib Menyempurnakan tulisan Al-Qur`an dengan memberikan tanda titik dan harakat dengan menyuruh orang bernama Abul Aswad dan membangun kota kufah yang dijadikan pusat untuk perkembangan ilmu nahwu (dakwatuna, 2011). d. Peperangan yang terjadi 1) Abu bakr Ash-Shiddiq Perang dengan bangsa Romawi Abu Bakr memberikan instruksi untuk memerangi persia dan romawi dalam waktu yang sama dengan mengirim empat batalyon untuk menaklukan Syam yang merupakan daerah jajahan Romawi (Saleh, 2014). Romawi akhirnya mengetahui hal tersebut dan segera memerintahkan pasukannya namun secara terpisah. Kaum muslim mengetahui strategi Romawi, akhrinya memutuskan untuk bersatu di Yarmuk (Al-Buthy, 2009). Pasukan Islam dan Romawi bersatu berhadapan disana. 80.000 pasukan Romawi dan 46.000 pasukan Muslim, sesuai dengan strategi Khalid bahwa pasukan muslim dibagi menjadi 40 kontingen agar terlihat memiliki banyak pasukan. Pertempuran yang tak terlupakan ini dimenangi oleh kaum muslim dengan kekalahan telak bagi Romawi dan ketika pasukan Romawi mundur
mereka banyak meninggalkan banyak pasukan. Kekuasaan Romawi di Syiria akhirnya dipegang oleh muslim (Ahmad, 2003). 2) Umar bin Khattab Perang Yarmuk Perang ini merupakan kelanjutan dari perang yang dialami oleh Abu Bakr, terjadi di sungai Yrmauk dengan 40 ribu orang muslim dan 250 ribu musuh. Yang berbeda adalah ketika itu komandan dipimpin oleh Khalid namun atas perintah khalifah digantikan oleh Abu Ubaidah. Dalam perang ini muslim benar-benar menang telak atas musuh dan memiliki wilayah kekuasaan musuh (Aziz, 2015) (Ibrahim & Saleh, 2014). 3) Utsman bin Affan Pertempuran laut Terjadi tahun 31 H untuk melaksanakan tekad mengarungi laut tengah menuju Iskandariah menghadapi Romawi yang terdiri dari 200 kapal yang dipimpin oleh Abdullah bin Sa`d. Saat itu, konstantin yang merupakan pemimpin pasukan Romawi mengalami luka-luka dan semangat yang kurang, ia berbalik lari dengan semua armada dan pasukannya. Walaupun awalnya kabur tetapi dapat dikejar dan dibunuh (Haekal, Utsman bin Affan, 2002). 4) Ali bin Abi Thalib Perang Jamal Perang ini terjadi ketika keluarga Utsman, Aisyah dan Thalhah menuntut atas kematian khalifah Utsman yang tidak digubris oleh Ali bin Abi Thalib. Setelah mereka mengumpulkan pasukan, penyerangan terhadap Ali dimulai. Ali tidak ingin berperang dan mengirim surat untuk berunding hanya saja ditolak. Akhirnya pertempuran tidak bisa dielak. Kemenangan diperoleh oleh Ali karena lebih berpengalaman daripada pihak Aisyah, Thalhah dan Zubair. Namun Ali tetap menghormati mereka, bahkan setelah perang usai khalifah Ali mendirikan tenda khusus untuk Aisyah. Dan keesokan harinya Aisyah dikawal pulang ke Madinah oleh saudaranya sendiri yaitu Muhammad bin Abi Bakar (Yatim, 2007). e. Akhir masa kekhalifahan 1) Abu Bakr Ash-Shiddiq Pada akhir hidupnya Abu Bakr bertanya kepada putrinya, berapa jumlah kain digunakan Rasulullah ketika wafat dan Asiyah menjawab tiga, lalu Abu Bakr
berkata untuk bahwa dua lembar yang masih melekat ditubuhnya di cuci dan sisanya yang satu lagi boleh dibeli. Putrinya tak kuat menahan nangis bahwasannya mereka tak semiskin itu namun Abu Bakr berkata kepada putirnya bahwa kain yang baru lebih berguna bagi yang hidup daripada bagi orang yang meninggal (Ahmad, 2003). Abu Bakr Ash-Shiddiq meninggal pada malam hari dan Umar bin Khattab yang menjadi imam ketika menshalatinya, seluruh warga madinah menangis. Setelah itu Abu Bakr dimakamkan disamping makan Rasulullah (Khalid, 2017). 2) Umar bin Khattab Isyarat mengenai kematian Umar ialah melalui mimpi dengan bertemu Rasulullah dan juga sahabat Abu Bakr. Umar pun mengadu kepada Allah melihat usianya yang semakin tua dan meminta Allah untuk mewafatkannya. Akhirnya Umar ditikam oleh Abu Lu`lu`ah ketika beliau sedang melaksanakan shalat, Umar jatuh dengan darah yang ada dijubahnya. Umar wafat setelah tiga hari setelah peristiwa itu dan dimakamkan di samping Rasulullah dan Abu Bakr setelah mendapat izin dari Aisyah (Hatta, 2014) (Nasution, 2013). 3) Utsman bin Affan Pada tahun 34 H Islam dilanda fitnah diantaranya tuduhan nepotisme dan pemborosan uang negara. Penyulut fitnah ini adalah Abdullah ibn Saba` yang berpura-pura masuk Islam untuk menghasut orang-orang non-Arab pedalaman dan mereka yang baru masuk Islam di Mesir. Kebaikan Utsman dibalas dengan perbuatan buruk dengan menghujat apa yang tidak dilakukan oleh Utsman. Para sahabat mencoba untuk memberikan bantuan perlindungan kepada Utsman namun beliau menolak karena ia lebih rela mengorbankan darahnya ketimbang mengorbankan darah kaum muslimin yang bermaksud membelanya. Akhirnya Utsman ditikam saat beliau sedang membaca Al-Qur`an di pagi hari raya idul adha, beliau ditikam oleh Humran bin Sudan ('Aasyur, 2014) (Al-Azizy, 2014) (Murrad, 2003) (Mursi, 2007) (Partoyo, 2012) (Zainal Arifin, 2014). 4) Ali bin Abi Thalib Ketika gejolak semakin panas yaitu kelompok Ali terbagi menjadi ditambah pihak Mu`awiyah bertambah kuat. Ali dihadapi oleh dua lawan, setelah perang dengan khawarij, khalifah Ali merasakan kelelahan yang mengakibatkan penjagaan tidak dijaga ketat. Akhirnya khalifah Ali bin Abi Thalib terbunuh
oleh Abdurrahman bin Muljam ketika Ali bin Abi Thalib sedang melaksanakan shalat subuh (Mubarik, 2004). 2. Awal mula kemunculan dinasti Umayyah dan perbedaan kepemimpinan dengan masa sebelumnya Awal Kemunculan Di akhir pemerintahan Ali bin Abi Thalib, umat Islam bergejolak dan muncul tiga gologan yang kuat yaitu Syiah, Mu`awiyah, dan Khawarij. Setelah Ali wafat maka digantikan oleh anaknya yaitu Hasan namun penduduk kufah tidak mendukungnya. Maka Hasan mengadakan perjanjian damai dengan Mu`awiyah dengan menaggalkan jabatan khilafah, perjanjian ini dapat mempersatukan umat Islam dalam satuu kepemimpinan dan menjadikan Mu`awiyah penguasa absolut dalam Islam. Dengan ini, berakhirlah masa Khulafa` al-Rasyidin. Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan (Rachman, 2008). Perbandingan kepemimpinan Masa Khulafa` al-Rasyidin bersifat demokratis yang terbukti ketika peralihan kepemimpinan yang bukan ditentukan oleh keturunan dan juga bisa dilihat dari setiap adanya permasalahan selalu diselesaikan dengan musyawarah sedangkan Bami Umayyah dalam sejarah politik Islam bersifat keturunan ditambah dalam mu`awiyah terkumpul sifat-sifat seorang penguasa, politikus, dan juga administrator (Rachman, 2008) (Al-Maududi, 2007) (Mustofa, 2010). 3. Tiga manfaat dari mempelajari Sejarah Peradaban Islam a. Lebih mengenal para sahabat-sahabat Rasulullah terutama Khulafa` al-Rasyidin dan para penguasa yang memimpin Islam setelah wafatnya Rasulullah dan para sahabat Rasul. b. Sejarah mengenai penghimpunan Al-Qur`an dapat diketahui, mulai dari pengumpulan lembaran dari kulit kayu, tulang, dan batu. Serta pengembangan yang dilakukan oleh para Khulafa` al-Rasyidin terhadap Al-Qur’an misalnya zaman Umar bin Khattab atau zaman Ali bin Abi Thalib c. Mengkaji mengenai sistem yang disebut Khilafah yang seperti apa yang didirikan oleh Rasulullah, dapat dianalisis mulai dari zaman Rasul lalu Khulafa` al-Rasyidin dan zaman setelahnya sehingga kita yang ada di zaman sekarang dapat paham dan tidak salah dalam menyikapi.
Daftar Pustaka
'Aasyur, A. A. (2014). 10 orang dijamin masuk syurga. Depok: Gema Insani. Ahmad, J. (2003). Seratus Muslim Terkemuka. Jakarta: Anggota IKAPI. Aizid, R. (2015). Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik, Pertengahan, dan Modern. Yogyakarta: Diva Press. Al-Azizy, A. S. (2014). Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Jakarta: divapress. Al-Buthy. (2009). Fikih Sirah Hikmah Tersirat Dalam Lintas Sejarah Hidup Rasulullah Saw. Bandung: Darl Fikr. Ali, M. M. (2007). The Early Caliphate. (I. Musa, Penerj.) Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah. Al-Maududi, A. A. (2007). Khilafah dan Kerajaan. (M. Al-Baqir, Trans.) Jakarta: Karisma. Amin, H. A. (1997). Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam. (B. Fannani, Penerj.) Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Anuz, F. G. (2016). Kepemimpinan & Keteladanan Umar bin Khathab- Pembelaan terhadap Al-Faruq. Daun Publishing. Audah, A. (2008). Ali bin Abi Thalib, sampai kepada Hasan dan Husain. jakarta: PT. Pustaka Litera AntarNusa. Audah, A. (2008). ustman bin affan. In M. Husain, ustman bin affan (p. 121). cairo: pustaka litera antar nusa. Aziz, A. (2015). Umar bin Khattab Al-Faruq Sang Penakluk. Solo: Tinta Media. dakwatuna. (2011, 10 17). Retrieved from Sebuah Catatan Tentang Syahidnya Ali bin Abi Thalib: www.dakwatuna.com Haekal, M. H. (2002). Utsman bin Affan. Jakarta: PT Pustaka Litera Antarnusa. Haekal, M. H. (2009). Abu Bakr As-Shiddiq. Jakarta: Litera AntarNusa, Pustaka Nasional. Hatta, A. (2014). The Golden Story of Umar bin Khattab. Jakarta: Magfirah Pustaka. Ibrahim, Q. A., & Saleh, M. A. (2014). Buku Pintar Sejarah Islam. (Z. Arifin, Trans.) Jakarta: Zaman.
Jannah, A. (2018). Umar bin Khatthab. Jakarta: Pustaka Al- Inabah. Katsir, I. (2004). Al-Bidayah Wan Nihayah Masa Khulafa'ur Rasyidin. (A. I. Al-Atsari, Penerj.) Jakarta: Darul Haq. Khalid, A. (2017). Jejak Para Khalifah. Solo: Aqwan Media. Khalid, K. M. (2014). 'Ali ibn Abi Thalib Khalifah Nabi Tercinta. Bandung: Mizania PT Mizania Pustaka. khudzilkitab. (17, November 19). Retrieved from Pemeliharaan Al-Quran pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khattab: http://www.khudzilkitab.com Mubarik, J. (2004). Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani. Mubarok, J. (2004). Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Murad, M. (2007). Kisah hidup Ali ibn Abu Thalib. (D. S. Riyadi, Trans.) Jakarta: Dar al-Fajr. Murad, M. (2009). Kisah Hidup Abu Bakar Al-Shiddiq. (D. S. Riyadi, Penerj.) Jakarta: Zaman. Murrad, D. M. (2003). 30 Orang Penghuni Syurga. (Fathurrahman, Trans.) jakarta: sinar grafika offset. Mursi, S. M. (2007). Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Jakarta Timur: Pustaka AlKautsar. Mustofa, A. (2010). Perlukah Negara Islam. Surabaya: Padma Press. Nasution, S. (2013). Sejarah Peradaban Islam. Riau: Yayasan Pustaka Riau. Partoyo, H. (2012). Buku Pintar Agama Islam. Bandung: AGUNG ILMU. Purwasandy, T. K. (2016). 150 Kisah Utsman ibn Affan. In A. '. Al-Thahthawi, 150 150 qishah min hayati utsman ibn affan (p. 77). Kairo, Mesir: Dar al-ghaddi al jadid. Rachman, T. (2008). JUSPI: Jurnal Sejarah Peradaban Islam. Bani Umayyah Dilihat dari Tiga Fase, 02(01), 86-98. Saleh, Q. A. (2014). Buku Pintar Sejarah Islam Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini. (Z. Arifin, Penerj.) jakarta: Zaman. Siroj, Z. (2012). Mengikuti Jejak Rasulullah. Jakarta: Aliansi Belajar Mandiri.
Sou'yo, J. (1979). Sejarah Daulat Khulafaur Rasydin. In J. Soou'yo, Sejarah Daulat Khulafaur Rasydin (p. 350). jakarta: Bulan Binntang. Supriyadi, D. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia. Yatim, B. (2007). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persaba. Zainal Arifin. (2014). Buku pintar sejarah islam. Jakarta: Zaman.