1. Makalah Askep Masalah Psiko Sosial Spiritual.docx

  • Uploaded by: Astiyani
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1. Makalah Askep Masalah Psiko Sosial Spiritual.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,718
  • Pages: 34
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN PSIKO SOSIAL DAN SPIRITUAL Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Gerontik

TIM DOSEN Inggrid Dirgahayu, S.Kp., M.KM

Disusun: Astiyani

AK.1.16.007

Fahrul Hikmah Rinaldi

AK.1.16.019

Ghina Nur Maulida

AK.1.16.022

Lisna Widiyanti

AK.1.16.031

M. Wisnu Suryaman

AK.1.16.038

Sri Nuryanti

AK.1.16.050

Tirta Budiman

AK.1.16.051

Kelas A Tingkat III Semester VI, Kelompok 5

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA BANDUNG 2019

Kata Pengantar Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas Rahmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Psiko Sosial dan Spiritual” yang merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Gerontik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat beberapa kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan wawasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang, karena manusia yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan dan belajar dari suatu kesalahan. Akhir kata dengan penuh harapan penulis berharap semoga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Psiko Sosial dan Spiritual” mendapat ridho dari Allah SWT, dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amiin....

Bandung, Maret 2019

Tim Penulis

i

Daftar Isi Kata Pengantar

i

Daftar Isi

ii

BAB I Pendahuluan

1

A. Latar Belakang

1

B. Rumusan Masalah

1

C. Tujuan Penulisan

2

BAB II Tinjaun Teori

4

2.1 Konsep Komunikasi

4

2.2 Konsep Lansia

4

2.3 Konsep Komunikasi Pada Lansia

17

2.4 Asuhan Keperawatan Masalah Komunikasi Pada Lansia

35

BAB III Penutup

54

3.1 Kesimpulan

54

3.2 Saran

54

Daftar Pustaka

55

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat sakit” atau kesehatan tersebut. Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007). Menurut WHO (1959) keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan l ingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

49

Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal. Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. #al ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental.

1.2 Rumusan Masalah Adapun Rumusan Masalah pada Makalah ini yaitu: 1. Jelaskan Konsep Komunikasi! 2. Jelaskan Konsep Lansia! 3. Jelaskan Konsep Komunikasi Pada Lansia! 4. Jelaskan Asuhan Keperawatan Masalah Komunikasi Pada Lansia!

50

1.3 Tujuan Penulisan Adapun Tujuan Penulisan pada Makalah ini yaitu: 1. Untuk Mengetahui dan Memahami Konsep Komunikasi 2. Untuk Mengetahui dan Memahami Konsep Lansia 3. Untuk Mengetahui dan Memahami Konsep Komunikasi Pada Lansia 4. Untuk Mengetahui dan Memahami Asuhan Keperawatan Masalah Komunikasi Pada Lansia

51

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Lanjut Usia 2.2.1 Definisi Lanjut Usia Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Kelompok lanjut usia (LANSIA) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4). Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 Tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya. (Potter & Perry, 2005) Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis

52

penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin

rentannya terhadap serangan penyakit

yang dapat

menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004). Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45- 59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60- 74 tahun, Usia lanjut (Old) adalah kelompok usia 75- 90 tahun, dan usia sangat tua (Very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun. Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.

2.2.2 Penggolongan Lansia Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni:

53

1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia. 2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas). 3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

Berdasarkan

usianya,

organisasi

kesehatan

dunia

(WHO)

mengelompokan usia lanjut menjadi empat macam meliputi: 1.

Usia Pertengahan (Middle Age) Kelompok Usia 45 Samapai 59 Tahun

2.

Usia Lanjut (Elderly) Kelompok Usia Antara 60 Samapai 70 Tahun

3.

Usia Lanjut Usai (Old) Kelompok Usia Antara 75 Sampai 90 Tahun

4.

Usia Tua (Veryold)Kelompk Usia Di Atas 90 Tahun

2.2.3 Teori Sosial Tentang Penuaan 1. Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory) Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal- hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954), Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa Interaksi Sosial didasarkan atas hokum pertularan barang dan jasa, sedangkan pakar lain

Simmons

(1945) mengemukakan bahwa

kemampuan Lanjut Usia untuk terus menjalin interaksi social merupaka kunci mempertahankan status sosialnya atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar- menukar. Menurut Dowd (1980), Interaksi di Antara Pribadi dan kelompok merupakan Upaya untuk meraih keuntungan sebesar- besarnya dan menekan kerugian sehingga sesedikit mungkin. Kekuasaan akan timbul akibat seseorang atau kelompok mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi atau kelompok lainnya. Pada Lanjut Usia, Kekuasaan dan Prestisenya berkurang yang menyebabkan Interaksi Sosial mereka Kurang juga. Yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah. 54

Pokok- pokok Social Exchange Theory adalah sebagai berikut: 1) Masyarakat sendiri atas actor-aktor social yang berupaya mencapai tujuannya masing- masing 2) Dalam upaya tersebut terjadi Interaksi Sosial yang memerlukan biaya dan Waktu 3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seseorang actor mengeluarkan biaya 4) Actor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian 5) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.

2. Teori Penarikan Diri (Disengagement Theory) Teori ini merupakan teori social tentang penuaan yang paling awal, dan pertama kali diperkenalkan oleh Cumming dan Henry (1961). Kemiskinan yang diderita Lajut Usia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang Lansia secara perlahan- lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para Lanjut Usia Menarik Diri. Keadaan ini mengakibatkan Interaksi Sosial Lanjut Usia menurun, baik secara kualitas maupun Kuantitas. Pada Lanjut Usia sekaligus terjadi Kehilangan Ganda (Triple Loss), Yaitu: a. Kehilangan Peran (Loss of Roles) b. Hambatan Kontak Sosial (Restriction of Contacts and Relationship) c. Berkurangnya Komitmen (Reduced Commitment to Social Mores and Values)

Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri kepada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya. 55

Pokok- pokok Disengagement Theory adalah: a) Pada Pria, kehilangan peran hidup utama terjadi pada masa pension. Pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah b) Lanjut Usia dan Masyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena Lanjut Usia dapat merasakan bahwa tekanan Sosial berkurang sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas c) Tiga aspek utama dalam teori ini adalah: (1) Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup, (2) Proses tak dapat dihindari, dan (3) Hal ini diterima Lanjut Usia dan Masyarakat.

Teori ini mempengaruhi kebujakan negara terhadap Lanjut Usia, antara lain di Amerika Serikat.

3. Teori Aktivitas (Activity Theory) Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang menyatakan, bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang lanjut usia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Adpaun kualitas aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas aktivitas yang dilakukan. Dari satu segi aktivitas Lanjut Usia dapat menurun, akan tetapi di lain segi dapat dikembangkan, misalnya Peran baru Lanjut Usia sebagai: 1) Relawan 2) Kakek atau Nenek 3) Ketua Rukun Warga 4) Seorang Duda atau Janda, karena ditinggal wafat pasangan hidupnya

56

Dari pihak lanjut usia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya. Pokok- pokok Teori Aktivitas adalah: 1) Moral dan Kepuasan berkaitan dengan Interaksi social dan keterlibatan sepenuhnya dari Lanjut Usia di Masyarakat 2) Kehilangan Peran akan menghilangkan kepuasan seorang lanjut usia.

Pencapaian teori aktivitas ini dalam penyusunan kebijakan terhadap Lanjut Usia sangat Positif, Karena memungkinkan para Lanjut Usia berintegrasi sepenuhnya di masyarakat.

4. Teori Kesinambungan (Continunity Tbeory) Teori ini di anut oleh banyak pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam dalam siklus kehidupan lanjut usia, dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lanjut usia. Dan hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tak berubah, walaupun ia menjadi lanjut usia. Menurut teori penarikan diri dari dan teori aktivitas, proses penuaan merupakan suatu pergerakan dan peroses yang searah, akan tetapi pada teori kesinambungan merupakan pergerakan dan peroses banyak arah, tergantung dari bagimana penerimaan seseorang terhadap status kehidupannya. Kesulitan untuk menerapkan teori ini adalah, bahwa sulit memperoleh gambaran umum tentang seseorang, karena kasus orang per orang sangat berbeda. Pokok-pokok dari continunity tbeory adalah sebagai berikut: a

Lanjut usia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya

57

di masa lalu. Dipilih peran apa yang harus din pertahankan atau dihilangkan, b

Peran lanjut usia yang hilang tak perlu diganti.

c

Lanjut usia dimungkinkan untuk memilih berbagai macam cara adaptasi.

5. Teori Perkembangan (Development Tbeory) Teori ini menkankan pentingnya mempelajari apa yang telah di alami oleh lanjut usia pada saat muda hingga dewasa, dengfan demikian perlu di pahami teori frund, buhler, jung dan erikson. Sigmund frund meneliti tentang psikoanalisa dan perubahan psikososial anak dan balita. Erikson (1930) membagi kehidupan menjadi delapan fase dan lanjut usia perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan (Ego Integrity Versus Despair) seperti berikut:

Ego integrity a

Lanjut usia menerima apa adanya.

b

Merasakan hidup penuh arti.

c

Lanjut usia yang bertanggung jawab dabn kehidupan yang berhasil.

Despair; a

Lanjut usia takut mati

b

Penyesalan diri

c

Merasakan kegentiran dan merasa terlambat untuk memperbaiki.

Havighurst perkembangan

dan

duvall

(developmental

mengurraikan

tujuh

jenis

tugas

teks)

hidup

yang

harus

selama

dilaksanakan oleh lanjut usia, yaitu: 1. Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis. 2. Penyesuaian terhadap pension dan penurunan pendapatan. 3. Menemukan makna kehidupan. 58

4. Mempertahankan pengaturan hidup memuaskan. 5. menemukan kepuasan dalam hidup keluarhga 6. penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia. 7. Menerima dirinya sebagai sesorang lanjut usia.

Joan birchenall RN, Med, dan Mary E. streight RN (1973), menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti prubahan emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupanya. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lanjut usia terhadap berbagai seseorang, yang dapatb positif maupun negatif, akan tetapi teori tak menggariskan bagaimana cara mennjadi tua yang diinginkan atau ang seharsnya. Hal-hal yang kurang mendukung dalam penerapan teori ini: a

Pendekatan yang digunbakan abstrak

b

Bila seseorang berbuat kesalahan pada pase sebelumnya, hal tersebut tak dapat diperbaikinya dalam pase selanjutnya.

c

Tak dapat dilakukan pengujuan secara empiris dan cara tak dapat digeneralisasi.

Pokok-pokok dalam development theory adalah: a) Masa tua merupakan saat lanjut usia merumuskan seluruh masa kehidupan. b) Masa tua merpakan masa penesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau juga menjanda. c) Lanjut usia harus menyesuaikan diri, akibat perannya yang berakhir di dalam keluarga kehilanagan identitas dan hubungan sosialny akibat pensiun, ditinggal mati oleh pasangannya dan temantemanya.

59

6. Teori Stratifikasi Usia (Age-Strafication Theory) Wiley (1971), menyusun stratifikasi lanjut usia berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas, peran, kewajiban serta hak mereka bedasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan prosesnya. 1) Struktur mencakup sebagi berikut: a

Bagaimanakah peran dan harapan menurut penggolongan usia

b

Bagaimanakah penilaiaan strata oleh strata itu sendiri dan strata lainya.

c

Bagaimanakah terjadinya penyebaran peran dan kekuasaan yang tak merata pada masing masing strata, yang didasarkan pada pengalaman dan kebijakan lanjut usia.

2) Proses mencakup hal-hal berikut : a

Bagimanakah menyesuaikan keddukan seseorang dengan peran yang ada

b

Bagaimanakah cara mengatur transisi peran secara berurutan dan terus menerus.

Pokok-pokok dari teori stratifikasi usia adalah: a) Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat b) Pendapatnya transisi yang di alami oleh kelompok. c) Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk.

Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat kelompok lanjut usia secara cohort serta bersifat makro. Serta kelompok usia dapat ditinjau dari sudut pandang demografi dan keterkaitannya dengan kelompok usia lainya

60

Kelemahannya, teori ini tak dapat dipergunakan untuk menilai lanjut usia secara perorangan mengingat bahwa stratifikasi sanagat komplek dan didamis , serta terkait dengan klasifikasi kelas dan kelompok etnik. Setelah menelaah bermacam-macam teori penuaan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu, dalam praktek sering dijumpai kesulitan bila diperlukan suat pandangan lintas disiplin, terlebih-lebih bila hendak diterapkan di indonesia, mengingat bahwa kebanyakan teori berasal dari amerika serikat, dan kadang-kadang di negara asia atau eropa.

2.2 Konsep Gangguan Psikologi Pada Lansia 2.3 Konsep Gangguan Psikososial Pada Lansia 2.3.1 Definisi Gangguan Psikososial Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri pencapaian ideal diri /cita-cita /harapan langsung menghasilkan perasaan berharga .Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan diri sendiri maupun dari orang lain.Perkembangan

harga

diri

juga

ditentukan

oleh

perasaan

diterima,dicintai,dihormati oleh orang lain,serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya (Hidayat,2006). Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 ) Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena

orang lain

menyatakan

sikap

yang negatif

dan

mengancam(Towsend,1998) Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak 61

ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998). Dari segi kehidupan sosial cultural, interaksi sosial adalah merupakan hal yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya kerusakan interaksi sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah besar dalam fenomen kehidupan, yaitu terganggunya komunikasi yang merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya.

2.3.2 Etiologi Gangguan Psikososial Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,

percaya

diri

kurang,

dan

juga

dapat

mencederai

diri

(Carpenito,L.J,1998:352)

2.3.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Psikososial 1. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan. Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan yang parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang mungkin bekerja sendiri atau dalam kombinasi. 1) Faktor genetik, dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan efektif melalui riwayat keluarga atau keturunan. 2) Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri. 62

3) Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik individu dengan benda atau yang sangat berarti. 4) Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap sesuatu 5) Model kognitif menyatakan bahwa defresi, merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia seseorang, dan masa depan seseorang.

2. Faktor Presifitasi Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and sundeen, 1995).

2.3.4 Tanda dan Gejala Gangguan Psikososial 1. Apatis, ekspresi, afek tumpul. 2. Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri dari orang lain. 3. Komunikasi kurang atau tidak ada. 4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk. 5. Berdiam diri di kamar/tempat berpisah – klien kurang mobilitasnya. 6. Menolak hubungan dengan orang lain – klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap. 7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.

2.3.5 Rentang Respon Sosial 63

1. Menyendiri (solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. 2. Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. 3. Bekerjasama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima. 4. Saling tergantung (interdependen) adalah suatu kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal. 5. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseoramg menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. 6. Tergantung (dependen) terjadi bila seseorang gagal mengambangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses. 7. Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam. 8. Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tandatanda cembru, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan induvidu ditandai dengan humor yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa emosi.

64

2.3.6 Karakteristik Perilaku Gangguan Psikososial 1. Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan. 2. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis. 3. Kemunduran secara fisik. 4. Tidur berlebihan. 5. Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama. 6. Banyak tidur siang. 7. Kurang bergairah. 8. Tidak memperdulikan lingkungan. 9. Kegiatan menurun. 10. Immobilisasai. 11. Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang). 12. Keinginan seksual menurun. 2.3.7 Permasalahan Pada Psikososial Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan Lanjut Usia, antara lain sebagai berikut: 1. Permasalahan Umum 1) Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis kemiskinan. 2) Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dan dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada bentuk kelurga kecil. 3) Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri kehidupan yang lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan efisien, yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan lanjut usia. 4) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia dan masih terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus 65

bagi lanjut usia dengan berbagai bidang pelayanan pembinaan kesejahteraan lanjut usia. 5) Belum

membudaya

dam

melembaganya

kegiatan

pembinaan

kesejateraan lanjut usia.

2. Permasalahan Khusus Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1998), berbagai permasalahan khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia adalah sebagai berikut: 1) Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang menyebabkan penuaan peran sosialnya dan dapat menjadikan mereka lebih tergantung kepada pihak lain. 2) Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan kegiatan Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat lingkungan sekitarnya. 3) Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga kerja muda dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah, menyebabkan mereka tidak dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa menganggur. 4) Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga diperlukan bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai penghasilan cukup. 5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan dihormati serta mereka tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa menjadi terlantar. Di samping itu terjadi pergeseran nilai budaya tradisional, dimana norma yang dianut bahwa orang tua merupakan bagian dari kehidupan keluarga yang tidak dapat dipisahkan dan didasarkan kepada suatu ikatan kekerabatan yang kuat, dimana orang 66

tua dihormati serta dihargai, sehingga seseorang anak mempunyai kewajiban untuk mengurus orang tuanya. Di pihak lain, dapat terjadi sebagian generasi muda beranggapan bahwa para lanjut usia tidak perlu lagi aktif dalam urusan hidup sehari-hari. Hal ini akan memperburuk integrasi sosial para lanjut usia dengan masyrakatlingkungannya, sehingga dapat terjadi kesenjangan antara-generasi tua dan muda. Dengan demikian, sulit untuk mempertahankan dan melestarikan budaya bangsa ini secara terus-menerus dari generasi ke generasi selanjutnya. 6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak lingkungan, polusi dan urbanisasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik lanjut usia. Terkosentrasinya dan penyebaran pembangunan yang belum merata menimbulkan ketimpangan antara penduduk lanjut usia di kota dan di desa. 2.3.8 Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Gangguan Psikososial ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL:MENARIK DIRI

A. Pengkajian 1. Identitas Klien Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien. 2. Orang-orang terdekat Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas keluarga dan fungsi-fungsinya, pengaruh orang terdekat, proses interaksi dalam keluarga. 3. Kultural Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan (sistem rujukan penyakit), nilai-nilai yang berhubungan dengan kesehatan dan 67

keperawatan, faktor-faktor kultural yang dihubungkan dengan penyakit secara umum dan respons terhadap rasa sakit, kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan. 4. Keluhan Utama Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen. 5. Faktor predisposisi Kehilangan, perpisahan ,harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan /frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami ,putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan ,dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama. 6. Aspek fisik / biologis Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang dialami oleh klien. 1) Aspek Psikososial a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi b. Konsep diri a) Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan. b) Identitas diri

68

Ketidakpastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan c) Peran Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus sekolah, PHK. d) Ideal diri Mengungkapkan

keputus

asaan

karena

penyakitnya:

mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi. e) Harga diri Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri. c. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga sosialdengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat. d. Keyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah (spritual) 7. Status Mental Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan denga orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup. 8. Kebutuhan persiapan pulang. a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan dan merapikan pakaian. c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi d. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah e. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.

69

9. Mekanisme Koping Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang lain ( lebih sering menggunakan koping menarik diri) 10. Aspek Medik 1) Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas. 2) Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons baik aktual maupun potensial (Stuart and Sundeen, 1995) Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian adalah sebagai berikut : a) Gangguan konsep diri: harga diri rendah b) Isolasi sosial : menarik diri c) Resiko perubahan sensori persepsi d) Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada orang lain e) Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal f) Intoleransi aktifitas. g) Kekerasan resiko tinggi. B. Diagnosa Keperawatan 1. Harga diri rendah berhubungan dengan merasakan/mengantisipasi kegagalan pada peristiwa-peristiwa kehidupan. 2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan sistem saraf; kehilangan memori; ketidakseimbangan tingkah laku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah. 3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional/maturasional. 4. Ketidakpatuhan

berhubungan

dengan

sistem

penghargaan

keyakinan kesehatan,nilai spiritual, pengaruh kultural. C. Intervensi keperawatan 1. Intervensi Diagnosa 1: a. Dorong pengungkapan perasaan, menerima apa yang dikatakannya. 70

pasien;

Rasionalnya: membantu pasien/orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi/gaya hidup. b. Bantu pasien dengan menjelaskan hal-hal yang diharapkan dan hal-hal tersebut mungkin di perlukan untuk dilepaskan atau dirubah. Rasionalnya: memberi kesempatan untuk mengidentifikasi kesalahan konsep dan mulai melihat pilihan-pilihan; meningkatkan orientasi realita. c. Berikan informasi dan penyerahan ke sumber-sumber komunitas. Rasionalnya: memungkinkan pasien untuk berhubungan dengan grup yang diminati dengan cara yang membantu dan perlengkapan pendukung, pelayanan dan konseling. 2. Intervensi Diagnosa 2: a. Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya penggunaan teknik relaksasi

keinginan

untuk

mengekspresikan

perasaan.

Rasionalnya: jika individu memiliki kemampuan koping yang berhasil dilakukan dimasa lampau, mungkin dapat digunakan sekarang untuk mengatasi tegangan dan memelihara rasa kontrol individu. b. Perbaiki

kesalahan

konsep

yang

mungkin

dimiliki

pasien

Rasionalnya: membantu mengidentifikasi dan membenarkan persepsi realita dan memungkinkan dimulainya usaha pemecahan masalah. 3. Intervensi diagnosa 3: a. Pahami

rasa

takut/ansietas

Rasionalnya: perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk terbuka sehingga dapat mendiskusikan dan menghadapinya. b. Kaji

tingkat

realita

bahaya

bagi

pasien

dan

tingkat

ansietas.

Rasionalnya: respon individu dapat bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari. Persepsi yang menyimpang dari situasi mungkin dapat memperbesar perasaan. c. Dorong pasien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat ini dan apa yang telah terjadi untuk mengantisipasi perasaan tidak tertolong dan ansietas. 71

Rasionalnya: menyediakan petunjuk untuk membantu pasien dalam mengembangkan kemampuan koping dan memperbaiki ekuilibrium. a. Intervensi Tentukan

diagnosa kepercayaan

kultural,

4:

spiritual

dan

kesehatan.

Rasionalnya: memberikan wawasan mengenai pemikiran/faktor-faktor yang

berhubungan

dengan

situasi

individu.

Kepercayaan

akan

meningkatkan persepsi pasien tentang situasi dan partisipasi dalam regimen keperawatan. b. Kaji

sistem

pendukung

yang

tersedia

bagi

pasien.

Rasionalnya: adanya keluarga/orang terdekat yang memperhatikan/peduli dapat membantu pasien dalam proses penyembuhan. D. Evaluasi 1. Pasien mampu mengidentifikasi adanya kekuatan dan pandangan diri sebagai orang yang mampu mengatasi masalahnya. 2. Pasien mampu menunjukkan kewaspadaan dari koping pribadi/kemampuan memecahkan maslah. 3. Pasien mampu melakukan relaksasi dan melaporkan berkurangnya ansietas ke tingkat yang dapat diatasi. 4. Pasien dapat menunjukkan pengetahuan yang akurat akan penyakit dan pemahaman regimen pengobatan.

2.4 Konsep Gangguan Spiritual Pada Lansia

72

2.5 Mental State Examination (MMSE)

Pertanyaan

Skor

Skor

Maksimal

Pasien

5

2

5

2

3

3

5

2

3

3

Menyebutkan 2 benda yang ada di meja/sekitar

2

2

Buat/ulangi satu kalimat tidak boleh ada penghubung (jangan lebih

1

0

Orientasi Sebutkan (tahun) (bulan) (tanggal) (hari) (musim/ jam)? Dimanakah kita sekarang (kamar) (wisma) (kota) (provinsi) (negara)? Registrasi Sebutkan 3 objek benda: 1 detik utuk menyebutkan masingmasing.

Kemudian

tanyakan

kepada lansia

setelah

kita

menyebutkan 3 benda tersebut. Beri nilai 1 untuk masing-masing jawaban yang benar. Ulangi sampai lansia dapat menyebutkan semuanya. Hitung berapa kali lansia mencoba menyebutkan.

Perhitungan Menghitung kelipatan 7 sampai 5 kali, atau jika tidak mampu dengan hitungan uang. Atau jika tidak bisa memakai angka minta Residen menyebutkan bacaan kebalik dari satu kata Recall Sebutkan kembali 3 benda yang disebutkan di awal. Beri 1 poin untuk jawaban yg benar Bahasa

dari 5 kata).Contoh matahari terbit dari timur 73

Pertanyaan

Skor

Skor

Maksimal

Pasien

3

3

Baca dan ikuti perintah: Tutup matamu

1

1

Tulis kalimat

1

0

Gambarkan kembali gambar berikut. (yang dinilai jumlah sisi

1

0

Ikuti 3 Perintah “Ambil kertas di tangan mu, lipat menjadi dua dan letakan diatas lantai”

dan ada yang beririsan) Total

18

Interpretasi hasil Nilai < 23: Gangguan kognitif Nilai 23-30 : Normal

74

Pengkajian Jatuh: Morse Fall Scale

Pengkajian

Skala

Nilai

Tidak 0

0

Riwayat jatuh Apakah lansia pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir?

Ya 25 Diagnosa sekunder Apakah lansia memiliki lebih dari satu penyakit?

Tidak 0

0

Ya 15 Alat bantu jalan - Bed rest/ dibantu perawat

0

- Kruk/ tongkat/ walker

15

- Berpegangan pada benda-benda di

30

30

sekitar (kursi, lemari, meja) Terapi intravena

Tidak 0

Apakah saat ini lansia terpasang infus?

Ya 20

Gaya berjalan/ cara berpindah - Normal/ bed rest/ immobile (tidak

0

0

dapat bergerak sendiri) 0

- Lemah (tidak bertenaga)

10

- Gangguan/tidak normal (pincang/

20

diseret) Status Mental - Lansia menyadari kondisi dirinya

0

Sendiri

15

- Lansia mengalami keterbatasan

15

daya ingat Total Nilai

45

75

Nilai 0-24 : Tidak memiliki risiko jatuh Nilai 25-50 : Risiko jatuh rendah Nilai >51 : Risiko jatuh tinggi

Geriatric Depression Scale Beri tanda silang ( √ ) di Kolom yang telah diberikan Ya atau Tidak

Ya

Tidak

Apakah anda merasa puas dengan hidup anda?

0√

1

Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan

1

0√

Apakah anda merasa hidup anda kosong/hampa?

1

0√

Apakah anda sering merasa bosan?

1√

0

Apakah anda memiliki semangat yang tinggi setiap saat?

0√

1

Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada

1

0√

0√

1

1

0√

1√

0

1√

0

0√

1

Apakah anda merasa bahwa diri anda saat ini tidak

1

0√

Apakah anda merasa sangat bersemangat?

0

1√

Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada

1

0√

Apakah anda merasa bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada

1

0√

anda? Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup? Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan melakukan sesuatu yang baru? Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang? Apakah anda berpikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan?

anda? Total

4

76

Nilai akhir 0 – 4: Tidak depresi Nilai akhir 5 – 10 : Depresi ringan Nilai akhir > 11 : Depresi berat

77

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Teknik komunikasi yang diterapkan oleh perawat pada lansia bisa melalui pendekatan asertif, responsif, fokus, supportif, klarifikasi, sabar dan ikhlas. Sedangkan untuk teknik pendekatan kepada klien lansia bisa melalui teknik pendekatan fisik, pendekatan psikologis, pendekatan sosial, dan pendekatan spiritual.

3.2 Saran Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.

78

DAFTAR PUSTAKA

Hardywinoto dan Tony Setiabudhi. 2005. Panduan Gerontologi Tinjauan dari berbagai aspek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

79

Related Documents


More Documents from "Mihevoli"