01-gdl-herusetyaw-1272-1-artikel-m.pdf

  • Uploaded by: helio
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 01-gdl-herusetyaw-1272-1-artikel-m.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 2,524
  • Pages: 8
Gambaran Pengetahuan Peran Perawat Dalam Ketepatan Waktu Tanggap Penanganan Kasus Gawat Darurat Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar Heru Setyawan 1), Wahyu Rima Agustin 2), Rufaida Nur Fitriana 3), 1 S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2,3 Dosen S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK Perawat di IGD dituntut untuk selalu menjalankan perannya di berbagai situasi dan kondisi yang meliputi tindakan penyelamatan pasien secara profesional khususnya penanganan pada pasien gawat darurat.Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat di rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan hidup klien.Waktu tanggap tersebut harus mampu dimanfaatkan untuk memenuhi prosedur utama dalam penanganan kasus gawat darurat atau prosedur ABCD (Airway, Breathing, Circulation dan Disability).Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang peran perawat dalam ketepatan waktu tanggap penanganan kasus gawat darurat di instalasi gawat darurat RSUD Karanganyar. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif.Pemilihan sampel dilakukan dengan metode Total Sampling pada 20 responden.Instrumen yang digunakan adalah kuesioner peran perawat dalam ketepatan waktu tanggap penanganan kasus gawat darurat kepada 20 perawat IGD RSUD Karanganyar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan peran perawat dalam ketepatan waktu tanggap penanganan kasus gawat darurat sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 16 responden (80%). Pengetahuan peran perawat dalam ketepatan waktu tanggap penanganan kasus gawat darurat sebagian besar dalam kategori baik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ; sebagian besar responden berusia > 36 tahun dan sebagian besar responden sudah bekerja selama < 11 tahun. Kata Kunci: Pengetahuan, Perawat, Waktu Tanggap, Gawat Darurat

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015

Heru Setyawan Description of Nurses’ Role Knowledge on Response Time Punctuality of Emergency Case Management at the Emergency Instalation Unit of Local General Hospital of Karanganyar

ABSTRACT Nurses employed at the Emergency Instalation Unit are always expected to do their role in many situation and condition to save patients professionally especially the emergency patients. The Emergency Instalation Unit as the main gate to solve emergency case holds an important role to save patients’ life. Response time must be used to fulfill the main procedure to manage emergency cases or ABCD procedure (Airway, Breathing, Circulation, and Disability). The objective of this research is to investigate the nurses’ role knowledge on the response time punctuality of emergency case management at the Emergency Instalation Unit of Local General Hospital of Karanganyar. This research used the descriptive quantitative method. The samples of research consisted of 20 nurses at the Emergency Instalation Unit of Local General Hospital of Karanganyar. They were taken by using the total sampling technique. The data were collected through questionaire. The result of the research shows 16 nurses (80%) had good role knowledge on the response time punctuality of emergency case management at the Emergency Instalation Unit of Local General Hospital of Karanganyar. It was influenced by the following: almost all respondents were aged > 36 years old and almost all worked for < 11 years.

Keywords: Knowledge, nurses, response time, emergency References: 32 (2002 – 2015)

A. PENDAHULUAN Gawat artinya mengacam nyawa, sedangkan Darurat adalah perlu mendapat penangana atau tindakan dengan segera untuk menghilangkan acaman nyawa korban. Sebernarnya dalam tubuh kita terdapat berbagai oragan dan semua itu terbentuk dari sel – sel, sel tersebut akan timbul jika pasokan oksigen tidak terhenti, dan kematian tubuh itu akan timbul jika sel tidak bisa mendapatkan pasokan oksigen. Kematian ada dua macam yaitu mati klinis dan mati biologis, mati klinis adalah bila seorang penderita henti nafas dan henti jantung, waktu 6-8 menit setelah terhentinya pernafasan dan system sirkulasi tubuh sedangkan mati biologis adalah mulai terjadinya kerusakan sel – sel otak dan waktunya dimulai 6 sampai dengan 8 menit setelah berhentinya system pernafasan dan sirkulasi (Musliha, 2010). Instalasi Rawat Darurat sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat di rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan hidup klien. Wilde (2009) telah membuktikan secara jelas tentang pentingnya waktu tanggap (response time) bahkan pada pasien selain penderita penyakit jantung. Mekanisme response time, disamping menentukan keluasan rusaknya organ-organ dalam, juga dapat mengurangi beban pembiayaan. Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit sesuai standar (Kepmenkes, 2009)

Waktu tanggap tersebut harus mampu dimanfaatkan untuk memenuhi prosedur utama dalam penanganan kasus gawat darurat atau prosedur ABCD (Airway, Breathing, Circulation dan Disability). Airway berarti penanganan pada saluran nafas yang terhambat karena kecelakaan/penyakit. Breathing berarti penanganan terhadap kemampuan paruparu dalam memompa keluar-masuk udara. Circulation yang berarti penanganan terhadap kemampuan jantung untuk memompa darah dan Disability yang berarti penanganan terhadap kemungkinan terjadinya cacat permanen akibat kecelakaan. Prosedur ABCD harus secepat mungkin dilakukan karena semakin lama rentang waktu antara kejadian gawat darurat dengan penanganan prosedur tersebut maka akan semakin kecil peluang keselamatan pasien khususnya untuk pasien dengan masalah pada Airway, Breathing dan Circulation. Keberhasilan dalam penanganan gawat darurat tidak hanya ditentukan dengan keberhasilan dalam memaksimalkan waktu tanggap untuk menjalankan prosedur ABCD pada fase rumah sakit, tetapi penanganan fase pra rumah sakit berupa sistem mobilisasi (transportasi) pasien menuju fasilitas pelayanan gawat darurat juga memegang peranan sangat penting (Media Aesculapius, 2007). Hasil penelitian Sabarulin, Darmawansyah, dan Rasyidin (2013) yang berjudulfaktor yang mempengaruhi kinerja perawat dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan di rumah sakit Woodward Palumotivasi menunjukkan bahwa perawat yang motivasinya tinggi kinerja baik lebih banyak dibandingkan dengan perawat motivasinya rendah dan kinerjanya baik. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square menunjukkan ada pengaruh

yang signifikan antara motivasi dan kinerja perawat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Zahriany (2009) yang menyimpulkan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat dlm kelengkapan Rekam medis di R. Rawat Inap RSU DR. Pirngadi Medan. Seorang petugas kesehatan IGD harus mampu bekerja di IGD dalam menanggulangi semua kasus gawat darurat, maka dari itu dengan adanya pelatihan kegawatdaruratan diharapkan setiap petugas kesehatan IGD selalu mengupayakan efisiensi dan efektifitas dalam memberikan pelayanan. Petugas kesehatan IGD sedapat mungkin berupaya menyelamatkan pasien sebanyakbanyaknya dalam waktu sesingkatsingkatnya bila ada kondisi pasien gawat darurat yang datang berobat ke IGD. Pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas kesehatan IGD sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan klinis agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pemilahan saat triage sehingga dalam penanganan pasien bisa lebih optimal dan terarah (Oman, 2008). Perawat di IGD dituntut untuk selalu menjalankan perannya di berbagai situasi dan kondisi yang meliputi tindakan penyelamatan pasien secara profesional khususnya penanganan pada pasien gawat darurat, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan tentang peran perawat penanganan kasus ketepatan waktu tanggap kasus gawat darurat di IGD RSUD Karanganyar.Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang peran perawat dalam ketepatan waktu tanggap penanganan kasus gawat darurat di instalasi gawat darurat RSUD Karanganyar. B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang berada di Instalansi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar yang berjumlah 20.Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik totalsampling,sampel pada penelitian ini adalah 20 perawat yang berada di IGD RSUD Karanganyar.Alat Penelitian menggunakan jenis kuesioner tertutup, yaitu kuesioner yang jawaban atau isinya sudah ditentukan.

C. HASIL dan PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden a. Usia Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden berada pada usia > 36 tahun yaitu sebanyak 11 responden (55%). Menurut Notoatmodjo (2005) usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Kematangan individu dapat dilihat langsung secara objektif dengan periode umur, sehingga berbagai proses pengalaman, pengetahuan, keterampilan, kemandirian terkaitsejalan dengan bertambahnya umur individu. Umur yang jauh lebih tua, akan cenderung memiliki pengalaman yang lebih dalam menghadapi masalah (Furwanti, 2014). Pada usia dewasa awal petugas kesehatan yang sudah terlatih dapat melakukan tindakan triage karena usia dewasa adalah waktu pada saat seseorang mencapai puncak dari kemampuan intelektualnya (King, 2010).Kemampuan

berpikir kritis pun meningkat secara teratur selama usia dewasa (Potter & Perry, 2009). b. Jenis Kelamin Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 12 responden (60%). Menurut Siagian (2004) menyatakan bahwa petugas kesehatan IGD berjenis kelamin laki-laki secara fisik lebih kuat dibandingkan perempuan tetapi dalam hal ketanggapan memilah pasien tidak ada perbedaan dengan petugas kesehatan yang berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian Gurning (2012) didapatkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa petugas kesehatan IGD lebih banyak di butuhkan tenaganya untuk menangani beberapa kasus yang cukup serius. Hasil penelitian Kuraesin (2009) berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibandingkan dengan laki-laki, laki-laki cenderung lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. c. Lama Kerja Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden bekerja selama < 11 tahun tahun yaitu sebanyak 11 responden (55%). Tingkat kematangan dalam berpikir dan berperilaku dipengaruhi oleh pengalaman kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama masa kerja akan semakin tinggi tingkat kematangan seseorang dalam berpikir sehingga lebih meningkatkan pengetahuan yang dimiliki. Lama bekerja seorang petugas kesehatan IGD dapat melakukan triage minimal memiliki masa kerja > 2 tahun (Sunaryo, 2004). Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak kasus yang ditanganinya

sehingga semakin meningkat pengalamannya, sebaliknya semakin singkat orang bekerja maka semakin sedikit kasus yang ditanganinya (Sastrohadiwiryo, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Faizin dan Winarsih (2008) tentang Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Lama Kerja Perawat Dengan Kinerja Perawat Di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali, menyatakan adanya hubungan antara lama kerja dengan kinerja perawat. Lama kerja perawat pada suatu rumah sakit tidak identik dengan produktifitas yang tinggi pula. Hal ini didukung oleh teori Robin (2007) yang mengatakan bahwa tidak ada alasan yang meyakinkan bahwa orang-orang yang telah lebih lama berada dalam suatu pekerjaan akan lebih produktif dan bermotivasi tinggi ketimbang mereka yang senioritasnya yang lebih rendah. d. Pendidikan Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden berpendidikan D3 Keperawatan yaitu sebanyak 11 responden (55%).Menurut Iqbal, Chayatin, Rozikin dan Supradi (2007) semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi dan makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Menurut Sitorus (2011) meskipun untuk lulusan Program Diploma III disebut juga sebagai perawat profesional pemula yang sudah memiliki sikap profesional yang cukup untuk menguasai ilmu keperawatan dan ketrampilan profesional yang mencakup ketrampilan teknis, intelektual, dan interpersonal dan diharapkan mampu melaksanakan asuhan keperawatan profesional berdasarkan standar asuhan keperawatan dan etik keperawatan, namun pendidikan keperawatan harus dikembangkan pada

pendidikan tinggi sehingga dapat menghasilkan lulusan yang memiliki sikap, pengetahuan dan ketrampilan profesional agar dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai perawat professional. Penelitian Maatilu (2013) menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan perawat dengan response time perawat pada penanganan pasien gawat darurat. Dalam menilai ketrampilan seseorang yang dalam hal ini response time perawat, bisa saja dipengaruhi adanya faktor lain, keadaan ini tergantung dari motivasi perawat dalam mempraktikkan ketrampilan kerja yang didapat dari pendidikannya. 2. Pengetahuan Peran Perawat Dalam Ketepatan Waktu Tanggap Penanganan Kasus Gawat Darurat Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan peran perawat dalam kategori baik yaitu sebanyak 16 responden (80%) dalam ketepatan waktu tanggap penanganan kasus gawat darurat di IGD RSUD Karanganyar.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari pengetahuan Semakin rendah pengetahuan seseorang tentang triage maka tindakan terhadap triage berdasarkan prioritas juga tidak akan sesuai. Pengetahuan dapat berkembang setiap saat dimana proses belajar memegang peranan penting dalam perkembangan (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan merupakan hal yang sangat mempengaruhi petugas kesehatan dalam menerapkan dan menggunakan materi sesuai dengan yang situasi dan kondisi nyata (Sunaryo, 2004).

Hasil penelitian Maatilu (2013) menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan response time perawat pada penanganan pasien gawat darurat. Dikarenakan pembahasan tentang pengetahuan variasinya sangat luas tergantung dari faktor yang mempengaruhinya. Khusus untuk perawat IGD, pengetahuan penanganan gawat darurat bisa didapat dari berbagai seminar ataupun media info. Pengetahuan perawat di IGD RSUD Karanganyar mengenai peran perawat dalam ketepatan waktu tanggap penanganan kasus gawat darurat sebagian besar dalam kategori baik, dipengaruhi oleh faktor usia responden yang sebagian besar berada pada usia > 36 tahun. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Kematangan individu dapat dilihat langsung secara objektif dengan periode umur, sehingga berbagai proses pengalaman, pengetahuan, keterampilan, kemandirian terkait sejalan dengan bertambahnya umur individu. (Notoatmojo, 2005). Pada usia dewasa awal petugas kesehatan yang sudah terlatih dapat melakukan tindakan triage karena usia dewasa adalah waktu pada saat seseorang mencapai puncak dari kemampuan intelektualnya (King, 2010). Kemampuan berpikir kritis pun meningkat secara teratur selama usia dewasa (Potter & Perry, 2009). Lama kerja rmerupakan faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan perawat di IGD RSUD Karangayar sebagian besar dalam kategori baik mengenai peran perawat dalam ketepatan waktu tanggap penanganan kasus gawat darurat. Tingkat kematangan dalam

berpikir dan berperilaku dipengaruhi oleh pengalaman kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama masa kerja akan semakin tinggi tingkat kematangan seseorang dalam berpikir sehingga lebih meningkatkan pengetahuan yang dimiliki. Lama bekerja seorang petugas kesehatan IGD dapat melakukan triage minimal memiliki masa kerja > 2 tahun (Sunaryo, 2004). D. SIMPULAN 1. Karakteristik responden di IGD RSUD Karanganyar menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada usia > 36 tahun yaitu sebanyak 11 responden (55%). 2. Karakteristik responden di IGD RSUD Karanganyar menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 12 responden (60%). 3. Karakteristik responden di IGD RSUD Karanganyar menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja selama < 11 tahun tahun yaitu sebanyak 11 responden (55%). 4. Karakteristik responden di IGD RSUD Karanganyar menunjukkan bahwa sebagian besar respondenberpendidikan D3 Keperawatanyaitu sebanyak 11 responden(55%). 5. Pengetahuan peran perawatdi IGD RSUD Karangayar diketahui bahwa sebagian besar dalam kategoribaik yaitu sebanyak 16 responden (80%) dalam ketepatan waktu tanggap penanganan kasus gawat darurat. E. DAFTAR PUSTAKA

Brunner&Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.1. Jakarta: EGC Cresswell,J.W.2013. Qualitative researche. 3th ed. Thousand Oaks: Sage Publications. Depkes RI, 2002 Standar Tenaga Keperawatan Di Rumah Sakit, Direktorat Pelayanan Keperawatan Direktoral Jenderal Pelayanan Medik Gurning, Yanty. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Petugas Kesehatan IGD Terhadap Tindakan Triage Berdasarkan Prioritas.Riau :Universitas Riau Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia.2009. Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD)Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.diakses Maatilu, Vitrise. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Response Time Perawat pada Penanganan Pasien Gawat Darurat di IGD RSUP Prof. Dr . R. D. Kandou Manado.Manado : Universitas Sam Ratulangi Musliha.2010. Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep Dengan Pendekatan Nanda Nic Noc. Yogyakarta : nuha medika. Saryono.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Vitriase, dkk.2014.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Response Time Perawat Pada Penanganan Pasien Gawat Darurat Di IGD RSUP Prof. Dr . R. D. Kandou Manado. link belum Widiasih, Ni Luh (2003), Peran Perawat Anastesi Dalam Kegawatdaruratan, Surabaya

(Makalah disampaikan pada Seminar Kursus Penyegaran Keperawatan Anastesi). (hal 27 – 34). Penulis adalah Staf Pengajar STIKES Muhammadiyah Lamongan Wilde, E. T.2009. Do Emergency Medical System Response Times Matter for Health Outcomes?.New York: Columbia University. Wilde, E. T.2009. Do Emergency Medical System Response Times Matter for Health Outcomes?.New York: Columbia University. Wong, D. L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, L. M., & Schwartz, P. 2009. Buku ajar keperawatan pediatrik Wong (6th ed.). (E. K. Yudha, D. Yulianti, N. B. Subekti, E. Wahyuningsih, M. Ester, Penyunt., & N. J. Agus Sutarna, Penerjemah). Jakarta: EGC.

More Documents from "helio"

Abhidharma.docx
April 2020 8
May 2020 15
Dalai Lama
May 2020 17
Marketing S
April 2020 9
May 2020 11