SERIAL AYAT-AYAT DHU’AFA :
ZAKATKAN DANA KAMPANYE ? Syamsi Sarman, BAZ Tarakan Sudah bukan rahasia lagi, bahwa perputaran dana disekitar kegiatan kampanye mencapai angka ratusan juta hingga milyaran Rupiah. Suatu besaran yang menurut agama telah memenuhi nishab (kadar harta yang wajib dizakati). Baik itu milik perorangan maupun milik sebuah lembaga dalam hal ini adalah partai politik. Andai uang itu dizakati dua setengah persen maka akan banyak manfaat yang bisa dirasakan oleh kaum dhu’afa. Hal ini menjadi bukti kongkrit kampanye seorang kandidat atau calon legislatif (caleg) yang peduli kepada rakyat. Bukankah setiap kandidat atau caleg selalu menyuarakan kepentingan rakyat, untuk rakyat, memikirkan nasib rakyat. Wabilkhusus fakir miskin si kaum dhu’afa yang konon selalu dijadikan buah bibir dalam berkampanye. Selama ini mereka diberi janji untuk dientaskan dan diperjuangkan nasibnya. Namun sesuatu yang sangat ironis, manakala gebyar kampanye yang menelan dana milyaran itu terhambur di depan mata kaum dhu’afa. Boleh dong kalau si dhu’afa itu berandai-andai, dengan dana itu mereka bisa makan sedikit lebih enak daripada berlauk garam dan daun singkong. Mereka bisa membelikan baju putih untuk mengganti seragam sekolah anak-anaknya yang sudah kusam menguning dimakan usia, atau untuk menggantikan sepatu yang sudah menyembulkan ujung ibu jari, atau untuk mengganti tas sekolah yang retsletingnya dikait peniti. Sedikit saja dari dana kampanye itu bisa untuk menebus resep sang suami yang udah bertahun-tahun lumpuh, padahal ia adalah harapan semua anggota keluarga. Atau untuk membeli susu anak demi menambah gizi, biar tidak teramat sangat kurus. Dan mungkin tidak ada yang pernah menyangka kalau ternyata panggung kampanye itu jauh lebih mewah daripada rumah gubuk yang ditinggali si dhu’afa. Padahal nasib merekalah yang sering dijadikan tema kampanye ? Tak jarang seorang orator panggung mampu menghanyutkan massa dalam kesedihan yang mengiris ketika kemiskinan dijadikan judul. Kedua bola matanya berbinar dan tampak berkaca-kaca terpantul cahaya terik matahari. Sesekali ia membuka kacamata hitamnya untuk sekedar memperlihatkan sedang menyeka air mata dengan saputangannya. Sementara ia tidak menyadari, bahwa yang dibutuhkan kaum dhu’afa bukanlah air mata. Bukan pula kata kasihan atau yel-yel yang mengiba. Sesungguhnya perut mereka sudah kembung oleh sepoi-sepoi janji yang terus menerus dihembuskan. Hampir saja mereka tenggelam dalam linangan air mata yang tiada tahu kapan berakhir. Andai diberi kesempatan, mungkin mereka akan menggugat harga jas dan dasi anda yang ternyata sepadan dengan makan mereka sebulan. Mereka akan menggugat biaya pembuatan pentas, kayu umbul-umbul dan baleho yang ternyata lebih mahal dibanding pondok reot yang mereka bangun di sela-sela GSS nya Dinas Tata Kota. Mungkin mereka juga akan menggugat ribuan baju kaos yang diobral gratis dengan dana yang lebih dari cukup untuk membeli seragam sekolah anak-anak dhu’afa. Sayang, tidak banyak kandidat atau caleg yang berani beranalisis politik dengan menjadikan zakat, infaq dan sedekah (ZIS) sebagai mesinnya. Kebanyakan mereka lebih mempercayai seorang pengamat atau lembaga survei, selain ada juga yang membeli analisis obrolan di warung kopi, dan jangan kaget ada juga yang ke dukun. Manfaat Zakat bagi Kandidat atau Caleg Pertama, untuk membuktikan komitmen keberpihakannya kepada rakyat yang masih banyak kaum dhu’afanya. Rasulullah saw. bersabda,”barang siapa memenuhi keperluan saudaranya di dunia maka Allah akan memenuhi keperluannya di dunia dan di akhirat.” Nah, apa yang anda perlukan wahai kandidat dan caleg niscaya akan dipenuhi Allah. Kedua, untuk menunaikan kewajiban dan penghambaan anda kepada Allah. Sekaligus untuk membuktikan keimanan anda kepada Sang Khaliq pemilik segala keputusan. Bukankah Allah berfirman : Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Ketiga, untuk membersihkan harta dan mendatangkan Rahmat. Harta yang bersih karena telah dizakati akan menenteramkan pemiliknya, membawa berkah dalam kehidupannya. Kalaupun nanti ia ditakdirkan Allah menjadi pemimpin, maka Rahmat Allah akan
melindungi dirinya dan hartanya dari dorongan nafsu untuk korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.