Yogya

  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Yogya as PDF for free.

More details

  • Words: 680
  • Pages: 2
Kondisi alam yang variatif menyebabkan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai potensi yang bervariasi pula, baik potensi sumberdaya maupun potensi bencana.

Secara fisiografis, bencana alam yang mengancam Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu bencana berasal dari Gunungapi Merapi, bencana longsorlahan dan erosi, dan bencana banjir. Bencana alam yang terjadi banyak menimbulkan kerugian materi maupun non materi. Potensi bencana tersebut secara fisiografis dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Bencana Alam Gunungapi Merapi Keberadaan Gunungapi Merapi membawa berbagai dampak. Selain sebagai sumber penghasil material berupa sirtu (pasir dan batu) dan penyubur tanah, keberadaan Gunungapi Merapi merupakan salah satu aset wisata yang dapat menghasilkan devisa bagi daerah. Di sisi lain, keberadaan Gunungapi Merapi membawa dampak negatif berupa bencana alam. Berdasarkan intensitas dan jenis bahaya yang ditimbulkan, bahaya alami oleh aktivitas Gunungapi Merapi dibedakan menjadi: a. Daerah terlarang (Forbidden Zone) Daerah terlarang (forbidden zone) merupakan daerah yang paling dekat dengan sumber bahaya dan mudah terlanda awan panas. Daerah ini harus dikosongkan. Luas daerah terpengaruh bencana alam Gunung Merapi seluas 749,3 Ha b. Daerah bahaya I (First danger zone) Daerah bahaya I merupakan daerah yang potensial terlanda jatuhan bom gunungapi yang masih membara (Piroclastic fall), yang ditetapkan berdasarkan peristiwa letusan masa lampau. c. Daerah bahaya II (Second danger zone) Daerah bahaya II merupakan daerah yang berada di dalam atau di dekat lembah yang berhulu di puncak, dan yang dapat dilanda lahar hujan. Sebagian besar daerah bahaya ini berada di wilayah Kabupaten Sleman. Daerah bahaya II juga terdapat di Kota Yogyakarta. 2. Bencana Alam Longsorlahan dan Erosi Bencana alam longsorlahan terjadi pada daerah yang berbukit dan bergunung. Longsorlahan terjadi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain topografi yang miring, kondisi geologis, curah hujan yang tinggi dan penggunaan lahan. Daerah rawan bencana longsorlahan banyak terdapat di wilayah Kabuten Kulonprogo dan wilayah Kabupaten Gunungkidul. Selain bencana longsorlahan, pada daerah yang bertopografi miring mengalami erosi. Baik longsorlahan maupun erosi biasanya terjadi pada musim hujan. 3. Bencana Alam Banjir Dalam bencana alam banjir, pengertian banjir adalah terlampauinya tinggi muka air rerata sehingga air meluap keluar tanggul dan mengakibatkan kerugian ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung, akibat tergenangnya sarana dan prasarana ekonomi. Daerah yang berpotensi mengalami genangan (banjir) terdapat pada daerah dataran bagian selatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu dataran rendah muara Sungai Progo di Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Bantul.

TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Untuk memberikan informasi terkini tentang wilayah di Yogyakarta yang mempunyai beresiko bencana, Pemerintah Provinsi Yogyakarta meluncurkan peta resiko bencana di Hotel Inna Garuda, Yogykarta, Selasa (15/9). Sebanyak 14 kecamatan di Yogyakarta masuk dalam kawasan beresiko tinggi terhadap gempa bumi. Kebanyakan kawasan beresiko tinggi terhadap gempa bumi terletak di Kabupaten Bantul. Tujuh bencana alam yang dipetakan dalah letusan gunung api, gempa bumi, banjir, tsunami, tanah longsor, kekeringan, dan angin ribut. Satu bencana non alam yakni demam berdarah. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Yogyakarta Eddy Siswanto dalam penjelasannya mengatakan diluncurkannya Peta Risiko Bencana di Provinsi Yogyakarta merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam menangani kebencanaan di tingkat nasional maupun daerah. “Meningkatnya frekuensi kejadian bencana di Indonesia dan Provinsi Yogyakarta telah membuka mata semua pihak akan pentingnya pertimbangan aspek kebencanaan dalam pembangunan," kata Eddy. Berdasar peta, 11 kecamatan di Kabupaten Bantul, dan masing-masing satu kecamatan di Kota Jogja, dan Kabupaten Gunungkidul serta Sleman termasuk beresiko tinggi terhadap gempa bumi. Kelimabelas kecamatan itu adalah Kasihan, Sewon, Bantul, Pandak, Bambanglipuro, Pundong, Imogiri, Jetis, Pleret, Banguntapan, Piyungan, Kotagede, Nglipar, dan Berbah. Sementara, 14 kecamatan di Yogyakarta juga bersiko sedang terhadap gempa bumi. Selain memaparkan kawasan beresiko gempa bumi, peta resiko bencana juga menampilkan wilayah rawan tanah longsor, tsunami, dan demam berdarah dengue. Peta itu menampilkan kawasan beresiko bencana dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun, kecamatan lain hanya tergolong beresiko rendah terhadap gempa bumi. Project Officer Safer Communities through Disaster Risk Reduction yang menjadi mitra pemerintah Provinsi Yogyakarta dalam pembuatan peta, Adelina Simatupang, mengatakan peta itu disusun berdasarkan tingkat kerentanan suatu wilayah terhadap ancaman bencana serta kapasitas masyarakat dalam menanggulanginya. “Ini dilihat dari tingkat kepadatan penduduk dan artisipasi masyarakat," katanya. Menurut Adelina peta itu menyajikan data yang lebih rinci daripada peta ancaman bencana. Dengan demikian dapat mengurangi risiko jika suatu wilayah terkena bencana.

Related Documents

Yogya
July 2020 5
Peta Yogya
December 2019 38
Trans Yogya Aug 2009
June 2020 3
Prajurit Kraton Yogya
December 2019 18