Wafa Sultan

  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Wafa Sultan as PDF for free.

More details

  • Words: 1,365
  • Pages: 3
internasional, di-puji2 sebagian orang karena menyuarakan pendapat yang baru dan sebagian lainnya menuduhnya sebagai penghujat dan kafir yang layak dibunuh.

Wafa Sultan Dari Faith Freedom

Dalam interview TV yang telah dilihat di internet lebih dari sejuta kali dan tersebar melalui e-mail ratusan ribu kali di seluruh dunia, Dr. Sultan dengan lugas mengecam imam2 Muslim, pejuang2 suci Islam dan pemimpin2 politik yang dia sebut telah mendistorsi ajarang Muhammad dan Qur’an selama 14 abad.

Langsung ke: navigasi, cari

Dia berkata bahwa dunia Islam yang dia bandingkan kalah dengan dunia kaum Yahudi, telah terjerumus ke dalam sikap mengasihani diri sendiri dan tindakan kekerasan. Dr. Sultan berkata bahwa dunia saat ini tidak menyaksikan pertikaian agama atau budaya, tapi tepatnya adalah perang antara modernitas dan barbarisme. Dalam perang ini kekuatan Islam yang penuh kekerasan dan sangat reaktif sudah ditentukan akan kalah.

Foto dari Wafa Sultan. March 11, 2006 The Saturday Profile Ancaman2 Pembunuhan Bakal Diterima Muslim yang Mengatakan Kekerasan Menghancurkan Islam

Akibat pendapat ini, para imam di seluruh dunia Muslim mengutuki Dr. Sultan, dan mesin penerima pesan teleponnya penuh dengan ancaman pembunuhan. Tapi para Muslim penganut reformasi Islam memujinya karena telah mengatakan kritik yang bahkan tidak berani dikatakan Muslim dalam percakapan tertutup sekalipun. Sebaliknya, Dr. Sultan menyuarakan kritik itu dengan keras dalam bahasa Arab dan disiarkan di seluruh jaringan TV dunia Arab. ”Aku percaya bahwa masyarakat kita disandera oleh kepercayaan dan ajaran2 kita sendiri, “katanya dalam sebuah interview minggu ini di rumahnya di daerah luar kota Los Angeles.

By JOHN M. BRODER LOS ANGELES, March 10 — Tiga minggu yang lalu, Dr. Wafa Sultan yang tadinya adalah dokter ahli jiwa Syria Amerika yang tidak begitu dikenal yang tinggal di daerah luar kota Los Angeles, mengakibatkan para Muslim marah besar. Akibat hasil interview yang blak2an dan tanpa kekang di TV Al Jazeera pada tanggal 21 Februari lalu, hari ini Dr. Wafa Sultan jadi sensasi 1

Dr. Sultan, 47 tahun, mengenakan baju atasan formal dan rok dan stoking yang tebal. Warna mata dan rambutnya hitam pekas dan penampilannya yang sederhana berlawanan dengan kata2nya yang tajam: “Pengetahuan telah membebaskanku dari pemikiran yang terbelakang. Seseorang harus menolong memerdekakan kaum Muslim dari kepercayaan2 yang salah ini.”

2

Barangkali kata2nya yang paling menusuk di interview Al Jazeera adalah perbandingan yang dia katakan tentang bagaimana kaum Yahudi dan kaum Muslim bereaksi dalam menghadapi kesukaran. Dalam berbicara tentang Holokaus, dia berkata, “Kaum Yahudi telah bangkit dari tragedi dan memaksa dunia untuk menghormati mereka melalui pengetahuan mereka dan bukan melalui teror. Dengan hasil kerja mereka, dan bukan dengan menangis dan menjerit-jerit.” Dia melanjutkan, “Kita tidak pernah melihat seorang pun Yahudi yang meledakkan dirinya di restoran Jerman. Kita tidak pernah melihat seorang pun Yahudi yang menghancurkan gereja. Kita tidak pernah melihat seorang pun Yahudi yang melakukan protes dengan membunuh orang.” Dia menyimpulkan, “Hanya kaum Muslimlah yang membela kepercayaan mereka dengan membakar gereja2, membunuhi orang2 dan menghancurkan kedubes2. Cara yang mereka tempuh tidak akan menghasilkan apapun. Kaum Muslim harus bertanya kepada diri mereka sendiri APAKAH YANG BISA MEREKA LAKUKAN BAGI UMAT MANUSIA, SEBELUM MEREKA MENUNTUT AGAR UMAT MANUSIA MENGHORMATI MEREKA.” Pandangan2nya terdengar oleh Kongres Yahudi Amerika yang kemudian mengundangnya di bulan Mei untuk berbicara di sebuah konferensi di Israel. “Kami telah mendiskusikan dengannya betapa pentingnya pesan2 darinya dan kami mencoba mengatur agar dia bisa bicara dengan para pemimpin Yahudi, “ kata Neil B. Goldstein, direktur eksekutif organisasi itu. Kemungkinan besar Dr. Sultan lebih diterima dengan baik di Tel Aviv daripada di Damaskus. Tak lama setelah interview disiarkan, para imam Syria mengutuknya sebagai kafir. Seorang imam berkata bahwa dia telah merusakkan Islam lebih parah daripada kartun2 Denmark mengejek Muhammad, demikian disampaikan oleh sebuah kantor berita. Dr. Sultan “sekarang sedang menyelesaikan bukunya, yang kalau berhasil diterbitkan, akan menjungkirbalikkan dunia Islam.”

3

”Aku sudah berada pada titik di mana aku tidak bisa kembali lagi. Aku tidak punya pilihan. Aku mempertanyakan setiap ajaran yang tertera di Qur’an. Judul bukunya adalah “Tawanan yang Melarikan Diri: Jika Tuhan adalah Monster.” Dr. Sultan berasal dari keluarga Muslim tradisional yang besar di Banias, Syria, yakni sebuah kota kecil di daerah Mediterania yang jaraknya sekitar 2 jam nyetir mobil di sebelah utara Beirut. Ayahnya adalah pedagang gandum dan Muslim yang taat. Dr. Sultan melaksanakan ajaran Islam sampai dia dewasa. Tapi, katanya, hidupnya berubah di tahun 1979 ketika dia masih menjadi mahasiswa kedokteran di Universitas Aleppo, di bagian Utara Syria. Pada saat itu, anggota kelompok radikal Muslim Brotherhood menggunakan terorisme untuk mengguncangkan pemerintahan di bawah Presiden Hafez al-Assad. Orang2 bersenjata dari Muslim Brotherhood menyerbu ke dalam ruangan kelas di universitas dan membunuh profesornya di hadapannya, kata Dr. Sultan. “Mereka memuntahkan ratusan peluru ke tubuh profesorku sambil berteriak “Allahuakbar!” katanya. “Pada detik itu, aku kehilangan imanku pada tuhan mereka dan mulai mempertanyakan semua ajaran agama Islam. Itu adalah titik balik dalam hidupku, dan ini pula yang mengantarkanku pada posisiku yang sekarang. Aku harus pergi. Aku harus mencari tuhan yang lain.” Dia dan suaminya yang sekarang ganti nama dengan nama Amerika yakni David, merencanakan untuk meninggalkan Syria dan pergi ke Amerika Serikat. Visa2 mereka akhirnya ke luar di tahun 1989, dan suami istri Sultan dan kedua anak mereka (sekarang anak mereka berjumlah tiga) lalu tinggal dengan kawan2 mereka di Cerritos, California. Ini adalah daerah perumahan makmur di tepi kota Los Angeles. Setelah berganti-ganti pekerjaan dan kesusahan bahasa, Dr. Sultan akhirnya menyelesaikan ijin kedokteran Amerika, dan yang belum selesai tinggal program pasien rumah sakit yang diharapkannya bisa 4

diselesaikan dalam waktu setahun. David bekerja dengan mengusahakan bengkel peneliti kadar polusi bagi kendaraan. Mereka beli sebuah rumah di daerah Los Angeles dan memasukkan anak2 mereka ke sekolah2 umum. Sekarang mereka semua adalah warga negara Amerika Serikat. TAPI bahkan setelah dia hidup nyaman sebagai warga kelas menengah di Amerika, kemarahan Dr. Sultan tetap menyala di lubuk hatinya. Dia menuliskan kemarahannya, pertama-tama untuk dirinya sendiri, dan lalu untuk website reformasi Islam yang bernama Annaqed (Sang Pengritik) yang dikelola oleh seorang imigran Syria di Phoenix, Arizona. Sebuah artikel penuh kemarahan yang ditulis Dr. Sultan tentang Muslim Brotherhood menarik perhatian Al Jazeera, yang lalu mengundangnya untuk berdebat dengan seorang imam Algeria di siaran TV bulan July lalu. Dalam perdebatan itu, Dr. Sultan mempertanyakan ajaran2 relijius Islam yang mengakibatkan anak2 muda bunuh diri dalam nama Awloh. “Mengapa seorang anak muda Muslim, dalam puncak hidupnya, dengan masa depan cerah di hadapannya, pergi dan meledakkan diri sendiri?” dia bertanya. “Di negeri2 kita, agama merupakan satu2nya pendidikan dan dari satu2nya mata air agama inilah para teroris minum untuk melegakan dahaganya.” Kata2nya mengakibatkan banyak perdebatan di seluruh dunia dan namanya mulai bermunculan di koran2 dan website2 Arab. Tapi kemahsyurannya meledak setelah tampil di Al Jazeera lagi di tanggal 21 Februari di sebuah interview yang diterjemahkan dan disebarkan secara luas oleh Middle East Media Research Institute, yang dikenal sebagai Memri. Memri melaporkan bahwa klip video Dr. Sultan telah ditonton lebih dari sejuta kali. ”Pertentangan yang kita saksikan di seluruh dunia bukanlah pertentangan agama atau budaya, “ kata Dr. Sultan. “Ini adalah pertentangan dua pihak berlawanan yang berasal dari era yang berbeda. Ini adalah pertentangan antara mentalitas yang dimiliki Abad Pertengahan lawan mentalitas Abad ke 21. Ini adalah pertentangan 5

antara kemajuan lawan keterbalikan, antara keberadaban lawan primitif, antara barbarisme lawan rasionalisme.” Dia berkata dia tidak lagi melaksanakan ajaran agama Islam. “Aku adalah manusia sekuler, “ katanya. Tamu lain dalam program interview ini yang diperkenalkan sebagai profesor Mesir tentang studi agama, Dr. Ibrahim al-Khouli, bertanya, “Apakah kamu bida’ah?” Dia lalu berkata tidak ada gunanya menyangkal atau mendebat Dr. Sultan, karena dia telah menghujat Islam, Muhammad dan Qur’an.. Dr. Sultan berkata dia menganggap kata2 itu sebagai fatwa, kutukan agama. Sejak saat itu, katanya, dia menerima banyak ancaman pembunuhan di mesin penjawab telepon dan melalui e-mail Satu pesan berkata, “Oh, kamu masih hidup ya? Tunggu aja nanti.” Dia menerima sebuah e-mail di hari lalu dalam bahasa Arab yang berkata, “Jika seseorang nanti membunuhmu, orang itu adalah saya.” Dr. Sultan berkata bahwa ibunya yang masih tinggal di Syria ketakutan untuk menghubunginya secara langsung dan hanya berani bicara melalui saudara perempuannya yang hidup di Qatar. Dia berkata dia lebih khawatir akan keselamatan anggota keluarganya di Amerika dan Syria daripada akan dirinya sendiri. ”Aku tidak takut,” katanya. “Aku percaya akan pesan2ku. Rasanya seperti melakukan perjalanan yang jauhnya sejuta mil dan kurasa yang terberat adalah 10 mil pertama. source : http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=1692

6

Related Documents

Wafa Sultan
April 2020 14
Sultan Cv
May 2020 12
Shakist E Wafa
November 2019 6
Aaeen E Wafa
November 2019 7
Wafa Quantum Dot
November 2019 4