Vol.2-no.10

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Vol.2-no.10 as PDF for free.

More details

  • Words: 8,761
  • Pages: 40
Redaksi

Suara EL-Asah Tahun II No. 10





Mimbar El-Asah

RENUNGAN NATAL - 2008:

KETIKA ALLAH TURUN TAKHTA

Oleh: Dr. S. Tandiassa, M.A

S

etiap kali kita merayakan Natal, perenungan kita selalu dibawa ke peristiwa yang terjadi lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Pentaspentas Natal menampilkan drama-drama yang dibungkus dengan berbagai budaya dan tradisi kuno bangsa Ibrani. Para pengkhotbah atau pembawa renungan di hari Natal biasanya menyajikan berbagai cerita tentang tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa di sekitar kelahiran Yesus, yang kadang tanpa disertai dengan makna atau pesan-pesan moral dan spiritual yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan manusia modern. Tiga penulis Perjanjian baru menyajikan cerita kelahiran Yesus secara bervariasi. Matius menceritakan bahwa seorang pria bernama Yusuf bertunangan dengan seorang wanita yang bernama Maria. Sebelum mereka menikah, Maria sudah mengandung dari Roh Kudus dan kemudian melahirkan seorang yang diberi nama Yesus. Sedang­ kan Lukas menceritakan bahwa Malaikat Gabriel mengunjungi seorang gadis di Nazaret dan memberitahu bahwa sang gadis akan mengandung dari Roh Kudus dan melahirkan seorang putra yang disebut Anak Allah. Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Mimbar El-Asah



Berbeda dari Matius dan Lukas, Rasul Paulus tidak menyajikan cerita tentang bagaimana Yesus lahir. Paulus langsung memaknai peristiwa kedatangan Yesus ke dalam dunia sebagai tindakan Allah ‘turun dari takhta-Nya’. Dan itu pun diungkapkan hanya di dalam tujuh ayat, tepatnya di dalam Surat Filipi 2:5-11: 2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 2:11 dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! Di dalam dan melalui Yesus, Allah turun takhta. Atau dengan pengertian lain, Yesus yang diceritakan oleh Matius dan Lukas, adalah Allah yang turun dari takhta-Nya. Langkah-langkah Allah turun dari takhta-Nya dimulai dengan mengosongkan diri dari sifat-sifat relatifNya sebagai Allah, lalu turun menjadi manusia yang serba terbatas, turun lagi menjadi hamba yang harus menundukkan diri, dan turun lebih ke bawah lagi, yaitu ke dunia orang mati. Tetapi dari dari tempat yang paling rendah itu, Yesus naik menjadi Yang Mahatinggi dan Mahakuasa, dan yang kepada-Nya segala makhluk menundukkan diri. Dari perspektif Rasul Paulus tentang kelahiran Yesus sebagai ‘Allah turun takhta’ kita menemukan beberapa pesan dan makna yang sangat penting untuk menjadi standar norma-norma moral Kristiani di dalam hidup bermasyarakat.

I. NILAI-NILAI HIDUP YESUS Sebelum menjelaskan tentang nilai-nilai hidup Yesus, perlu dijelaskan terlebih dahulu arti atau apa yang dimaksud dengan nilainilai. Secara sederhana yang dimaksud dengan nilai-nilai adalah konsep Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Mimbar El-Asah

tentang penghargaan tinggi terhadap beberapa pokok kepercayaan yang dianggap baik, sakral, dan mulia sehingga dijadikan sebagai pedoman bagi tingkah laku hidup. Misalnya soal kesabaran; kita mempercayai bahwa sabar adalah bagian dari karakter Allah, maka kesabaran adalah salah satu dari nilai-nilai iman Kristen. Dari perspektifnya tentang peristiwa ‘Allah turun takhta’ Rasul Paulus bermaksud mengungkapkan nilai-nilai hidup Yesus, yang selanjutnya dijadikan sebagai nilai-nilai dalam perilaku hidup orangorang beriman kepada Yesus. Sebenarnya ayat-ayat tersebut sangat kaya dengan nilai-nilai hidup Yesus, tetapi kita akan membatasi pembahasan pada tiga hal saja.

1.

Merendah

Yesus berada dalam posisi setara dengan Allah, Ia dalam rupa Allah, dan Dia adalah Allah itu sendiri - at. 6. Di dalam posisi Allah, Yesus memiliki semua sifat kemahaan: mahatinggi, mahakuasa, mahabesar, mahakudus, maha-ada, mahamulia, dan seterusnya. Pada posisi yang mahatinggi itu Yesus berhak dan layak untuk menerima semua pengagungan dan pemuliaan. Akan tetapi Dia yang adalah Allah merendah dengan cara ‘turun takhta’ atau ‘tidak mempertahankan posisi-Nya. Yesus relah melepaskan posisi-Nya dengan semua predikat terhormat-Nya demi mengangkat martabat manusia. Sifat-sifat merendah Yesus: a. Posisi sebagai Allah dengan semua sifat kemahaan-Nya tidak membuat Yesus merasa superior, dan tidak membuat Yesus menuntut penghargaan, penghormatan, pengagungan, pemujaan, pemuliaan, atau menuntut prioritas. b. Posisi Yesus yang setara dengan Allah justru dilihat dan dihayati sebagai posisi seorang pelayan, dan bukan posisi sebagai tuan, majikan, atau posisi raja yang selalu menuntut untuk dilayani dan dihormati. Sebaliknya Yesus justru menyatakan bahwa Aku datang bukan untuk dilayani tetapi melayani - Markus 10:45 Suara EL-Asah Tahun II No. 10

c.

Mimbar El-Asah



Posisi Yesus sebagai Putra Tunggal Allah yang memiliki semua sifat kemahaan, tidak membuat Yesus merasa enggan untuk menjadi pelayan dan menempatkan diri sebagai hamba bagi manusia. Dan setelah berada di dalam dunia, Yesus juga tidak merasa rendah ketika Ia melakukan pekerjaan –pekerjaan seorang hamba.

2. Menjadi Sesama Manusia Secara esensial Yesus memiliki natur dan sifat-sifat yang membuat-Nya berbeda secara eksklusif dari semua manusia. Sebab di dalam diri Yesus terdapat semua sifat kemahaan Allah. Akan tetapi dengan spirit ‘turun takhta’ Yesus bisa membuat diri-Nya menjadi sesama manusia dalam arti yang sesungguh-sungguhnya – at. 7: Ia menjadi sama de­ ngan manusia. a. Yesus menjadi sesama bagi semua orang dari berbagai tingkatan dan kelas. Yesus menyatakan secara terbuka di depan masyarakat umum bahwa semua orang adalah anggota keluarga-Nya: Jawab Yesus kepada mereka: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! - Mark. 3:33-34 b. Yesus menjadi sesama dengan orang-orang yang paling hina. Melalui sebuah perumpamaan tentang penghakiman, Yesus mengidentifikasi diri-Nya sebagai saudara bagi orang-orang yang paling hina – Mat. 25:35-19. Orang-orang yang hina adalah mereka yang lapar, yang miskin, yang tidak punya tempat tinggal, yang tertindas, yang terpenjara, yang sakit, yang diperlakukan sewenang-wenang, dan yang termarginalkan. Secara spesifik Yesus menunjuk pada seseorang yang sangat hina sebagai saudara-Nya: Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku - Matius 25:40. c. Yesus bahkan rela menjadi sesama dengan setiap orang di dalam situasi hidupnya masing-masing. Ia rela menjadi sesama bagi Zakheus yang dianggap sebagai sampah masyarakat. Yesus makan satu meja dengan Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Mimbar El-Asah Zakheus dan kawan pemungut cukai lainnya, tidur dalam satu rumah dengan keluarga Zakheus – Luk. 19:5-10. Ia rela menjadi sesama bagi keluarga Marta yang dirundung duka dan kesedihan yang mendalam – Yoh. 11:33-35. Yesus menjadi sesama dengan mereka yang lemah - Ibr. 4:15. Jelasnya, Yesus tidak sekedar bersimpati atau berempati, tidak hanya sebatas merasa prihatin ketika melihat kesulitan dan penderitaan seseorang, tetapi Ia masuk dan turut mengalami secara langsung setiap situasi hidup yang mendera manusia.

3.

Tulus

Allah Yang menjelma menjadi manusia Yesus Kristus adalah pencipta, penguasa, dan pemilik yang berdaulat mutlak atas alam semesta, dan kepada-Nya segala sesuatu menggantungkan kelangsungan hidupnya, termasuk manusia. Yohanes mengungkapkan bahwa tidak ada sesuatu pun dari yang ada sekarang ini yang tidak diciptakan oleh-Nya, atau berada diluar kekuasaan-Nya – Yoh. 1:1-3. Akan tetapi ketika Allah ‘turun takhta’ – merendah dan menjadi sesama manusia – Ia harus menundukkan diri - At. 8, Ia taat sampai mati. Adalah ketulusan hati yang mendasari sikap ketaatan Yesus. Dengan pengertian lain, Yesus taat menjalani semua proses hidup-Nya dengan tulus. a. Yesus tulus dalam menundukkan diri pada kehendak Bapa-Nya. Ketika Ia bergumul dengan cawan penderitaan di taman Getsemani, Yesus berserah dengan tulus: bukan kehendak-Ku melainkan kehendakMu yang jadi – Mat. 26:39-42. b. Yesus tunduk dengan tulus pada hukum-hukum Musa, dan kepada ayah dan ibu-Nya – Luk. 2:21-24, 51. Ia tunduk dengan tulus kepada hukum-hukum sipil-Luk.20:25, c. Klimaksnya, Yesus menerima dengan tulus semua keputusan pengadilan agama Yahudi yang menjatuhkan hukuman mati tersalib atas diri-Nya sendiri, walaupun Yesus tahu bahwa Ia tidak bersalah – Luk. 23:24-25. Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Mimbar El-Asah



Dengan spiritualitas ketulusan, Yesus menundukkan diri tidak hanya untuk memenuhi norma-norma etika atau sopan santun, tidak sekedar formalitas untuk memuaskan pihak-pihak tertentu, dan juga tidak karena mengharapkan imbalan-imbalan berupa pemujaan atau pengagungan. Yesus tulus dalam menundukkan diri karena memang spiritualitas-Nya adalah tulus. Atau dengan kata lain roh ketulusan menguasai seluruh jiwa Yesus. Jika Yesus tidak tulus dalam menundukkan diri, maka Ia pasti bukan Yesus yang datang dari Atas, Ia pasti bukan inkarnasi dari Firman, atau bukan Yesus yang dikandung dari Roh Kudus. Tegasnya, keunggulan dan sekaligus keunikan manusia Yesus justru terletak pada sikap-Nya yang tulus dalam melaksanakan semua tugas dan pelayanan-Nya.

II. NILAI-NILAI MORAL KRISTIANI Setelah sekian kali dan sekian lamanya Anda merayakan Natal, apakah Anda sudah menangkap, menghayati, dan mengamalkan secara tepat makna dan pesan-pesan yang sesungguhnya dari peristiwa kelahiran Yesus Kristus? Ketika Anda mengadakan berbagai aktivitas di sekitar perayaan Natal, apakah spiritualitas ‘Allah yang menjadi manusia’ menjiwai Anda? Apakah perayaan-perayaan Natal Anda dimotivasi oleh spirit ‘Allah turun takhta?’ Melalui perenungannya tentang peristiwa kelahiran Yesus Kristus sebagai ‘Allah turun takhta’ Rasul Paulus bermaksud menyampaikan pesan-pesan moral, khususnya kepada semua pengikut Yesus yang disebut umat Kristiani. Paling sedikit terdapat tiga pesan spiritualitas moral yang diungkapkan Rasul Paulus melalui konsep ‘Allah turun takhta’.

1. Spiritualitas Merendah Secara alami perubahan status sosial dan ekonomi seseorang akan mengubah kondisi spiritualitasnya atau mempengaruhi kondisi psikologisnya. Di dalam kondisi yang serba kurang secara ekonomi atau miskin, sikap merendah, mengalah, dan pasrah bukan hal yang sulit untuk dilakukan seseorang. Akan tetapi ketika status sosial dan ekonomi seseorang mulai naik, atau semakin meningkat, rasa prestisenya juga Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Mimbar El-Asah

semakin tinggi, egonya semakin besar, dan ia pun mulai mengharapkan bahkan menuntut untuk dihormati, dihargai, dan dituankan. Merendah sebagai nilai-nilai moral Kristiani tidak membedakan situasi atau kondisi. Artinya, seorang Kristen bersikap merendah tidak hanya ketika yang bersangkutan masih berada di dalam situasi atau posisi yang rendah, tetapi terlebih-lebih ketika ia sudah berada pada posisi yang mapan. Moral Kristiani – dari Kristus – adalah: semakin naik, semakin bersikap merendah, semakin tinggi, semakin berjiwa menunduk, semakin naik ke posisi-posisi terhormat, semakin berjiwa pelayan dan hamba. Yesus berpesan demikian: Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya – Mark 10:43-44. Ingat bahwa salah satu watak yang menutup pintu surga bagi orang-orang yang merasa kaya adalah sikapnya yang tidak mau merendah. Yesus menggunakan istilah: lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum dari pada seorang yang merasa kaya masuk Surga - Mark. 10:25. Di mata Yesus orang-orang yang merasa kaya kebanyakan berjiwa angkuh, congkak, sombong, atau dengan istilah yang lebih popular – arogan!

2. Spiritualitas Menjadi Sesama Reformasi politik dan ekonomi - demokrasi dan pasar bebas - serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, harus diresponi secara positif bahwa hal-hal tersebut pada satu sisi memang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Akan tetapi kita juga perlu bersikap realistis bahwa baik reformasi politik dan ekonomi, maupun kemajuan IPTEK telah mencampakkan sebagian besar masyarakat ke dalam lubang kemelaratan yang tak berujung. Beberapa fakta dari asumsi tersebut di atas dapat disebutkan di sini seperti: PHK yang terjadi secara massal mengorbankan nasib ribuan buruh, penggusuran yang membabi buta terhadap para pedagang kaki lima yang berusaha mencari sesuap nasi di pinggir-pinggir jalan, korban massal dari perusahaan perusaan raksasa milik para cukong, sebutlah misalnya Lapindo di Jatim yang telah menghancurkan ketentraman ribuan keluarga, meluluhlantakkan harta warisan yang sudah dimiliki Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Mimbar El-Asah



oleh penduduk secara turun temurun, merampas pekerjaan ratusan ribu buruh pabrik, dan klimaksnya mencampakkan ratusan ribu sesama kita ke dalam kemelaratan yang tak berujung. Sebutlah juga salah satu perusahaan raksasa dunia, Freeport di tanah Papua, di mana sebagian besar dari masyarakat pemilik tanah Papua itu sendiri terus menerus hidup bahkan beberapa tingkat di bawah garis kemiskinan; buta huruf, pakaian dan tempat berteduh jauh dari layak, apalagi soal makanan, sementara tanah warisan nenek moyang mereka mengalirkan emas, dolar, rupiah, saham, dan telah memperkaya sejumlah besar manusia di dalam dan luar negeri. Pada tahun 1995, seorang tokoh agama asal Papua pernah mengatakan dalam sebuah musyawarah pimpinan keagamaan: “Kalau kami merdeka, dalam jangka dua tahun semua penduduk Papua sudah memiliki handphone”. Namun realitasnya, mereka bukannya memiliki HP tetapi justru kehilangan hak-hak yang paling azasi, kehilangan tanah, kehilangan kesempatan, tidak punya tempat di instansi-instansi atau kantor-kantor, dan mungkin semakin tergusur ke dalam hutan. Seorang teman pendeta dari Papua pernah mangatakan: lebih makmur ketika belum disebut Indonesia, karena sekolah gratis, pekerjaan tersedia, dan fasilitas-fasilitas lainnya tersedia. Kondisi Indonesia dan kondisi zaman ini – yang di dalamnya terdapat jutaan orang terpuruk ke dalam penderitaan dan kemelaratan - menuntut umat Kristiani untuk memiliki spiritualitas menjadi sesama bagi mereka yang tak berdaya dalam kemelaratan, menjadi sesama dengan mereka yang tertindas dan teraniaya, menjadi sesama dengan yang lapar, tak berpakaian, dan kedinginan, menjadi sesama dengan mereka yang tergusur dan dimarginalkan. Ada pesan indah dari Yesus: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Berdukacilah dengan orang yang berdukacita, dan menangislah dengan mereka yang menangis.

3. Spritualitas Ketulusan Materialisme telah menjadi spirit dunia sekarang ini. Akibatnya, segala sesuatu dilihat dari segi untung dan rugi. Spirit materialisme telah merusak ketulusan hati manusia sehingga kebanyakan orang hanya akan melakukan sesuatu untuk mendapatkan imbalan. Suara EL-Asah Tahun II No. 10

10

Mimbar El-Asah

Spirit materialisme telah menciptakan sistem dan falsafah kerja yang sangat materialistis. Ungkapan-ungkapan yang sungguh-sungguh sangat materialistis sudah tidak tabu lagi, bahkan sudah menjadi prinsipprinsip hidup sebagian orang, misalnya: ada uang urusan lancar, kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah? Biaya resmi dan biaya tak resmi. Ungkapanungkapan yang klasik: waktu adalah uang, uang adalah raja, uang bisa mengatur segalanya, pun semakin menjadi kenyataan. Bahkan tidak jarang ada yang menganggap rejeki jika ada anggota masyarakat tersangkut masalah hukum. Realitas materialisme di zaman ini menuntut umat Kristiani untuk tetap menjunjung tinggi dan mengedepankan sikap tulus. Tulus dalam hidup bermasyarakat, tulus dalam berpolitik, tulus dalam menjalankan bisnis, berhati tulus dalam melaksanakan tugas-tugas yang berkenaan dengan kepentingan sesama manusia, dan tulus dalam memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap negara. Zaman materialisme ini pada satu sisi merupakan ujian terhadap ketulusan hati umat Kristiani, tetapi pada sisi yang lain, merupakan suatu tantangan dan dorongan untuk semakin menumbuhkan dan memperkuat mentalitas Kristiani dengan cara melayani, memberi, mengabdi, menolong sesama, bahkan berkorban tanpa mengharapkan imbalan apa-apa. Yesus berpesan: hendaklah kamu tulus seperti merpati.

III. KONKLUSI Apakah yang membedakan Yesus dari tokoh-tokoh agama yang lain? Nilai-nilai hidup-Nya: rendah hati, menjadi sesama, dan tulus hati. Dan nilai-nilai itulah yang membuat nilai-nilai moral dan iman Kristiani berbeda dari yang lain. Yesus tentu berharap dapat melihat semua pengikutNya bersedia untuk mengikuti pola hidup dan pelayanan Yesus-Nya. Dan dunia sedang menanti untuk melihat Yesus dapat menampakkan diri-Nya kembali melalui umat Kristiani.

Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Teologia

11

TEOLOGIA:

SOTERIOLOGI OLEH: DR. S. TANDIASSA, M.A.

Bab IX KONSEP ANUGERAH ALLAH

P

embicaraan mengenai karya penyelamatan Allah tidak dapat dipisahkan dari studi tentang anugerah Allah, karena keselamatan itu sendiri mengalir dari hati yang yang melimpah dengan kasih karunia atau anugerah yaitu dari hati Allah. Allah memberi keselamatan kepada manusia sebagai sebuah anugerah, dan hukan sebagai suatu upah atas usaha dan jerih payah manusia dalam mencari keselamatan. Atau dalam pengertian lain, keselamatan bisa sampai kepada manusia bukan karena manusia berhasil maraih hati Allah, dan bukan pula karena manusia telah melakukan usaha dan kerja keras untuk menghasilkan keselamatan. Keselamatan - dalam segala aspeknya - murni adalah anugerah, pemberian cuma-cuma, pemberian tanpa usaha, atau pemberian yang tidak sepantasnya, bukan imbalan atas jasa-jasa manusia. Suara EL-Asah Tahun II No. 10

12

Teologia

Rasul Paulus merasa sangat penting untuk menegaskan prinsipprinsip anugerah ini supaya jangan ada orang yang merasa bangga atas karya-karya yang ia sudah lakukan di dalam Tuhan: Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri Efesus2:8-9. Study teologis tentang konsep anugerah Allah sangat penting, karena melalui studi tersebut kita dapat memahami betapa berharganya, betapa mahalnya, dan betapa agungnya nilai keselamatan yang sudah dianugerahkan Allah kepada kita melalui Yesus Kristus. Akan tetapi perlu disadari terlebih dahulu bahwa sama seperti semua sifat-Nya yang tak dapat diselami dan tak dapat dipahami secara keseluruhan, demikian pula dengan sifat anugerah Allah. Penjelasan-penjelasan berikut ini hanya merupakan sebagian kecil dari seluruh unsur, karakter, dimensi, atau makna yang terkandung di dalam anugerah Allah, dan yang dapat ditangkap oleh pengertian manusia, serta yang bisa diungkapkan dengan atau melalui bahasa-bahasa manusia. Artinya, semua penjelasan di bawah ini hanyalah penjelasan singkat, sederhana, terbatas, dan mungkin belum mengungkapkan makna serta maksud yang sesungguhnya sebagaimana yang dimaksudkan oleh Allah.

KONSEP PERJANJIAN LAMA Di dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa istilah atau kata yang digunakan untuk mengungkapkan maksud anugerah Allah. Setiap kata atau istilah memiliki beberapa makna secara spesifik:

1. Khen Di dalam Perjanjian Lama terdapat banyak pernyataan tentang anugerah atau kasih karunia. Kata khen – Ibr - diangkat dari akar khanan, yang secara literal berarti: kebaikan, keindahan, kemurnian hati, atau kemauan baik. Selain dari makna literal tersebut, anugerah atau kasih karunia juga dapat dipahami dari sisi perbuatan-perbuatan Allah di dalam hubungan-Nya dengan manusia. Pada umumnya kasih karunia atau anugerah Allah dimanifestasikan melalui tindakan-tindakan yang sifatnya menolong, memberkati, dan menyelamatkan. Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Teologia

13

Sifat anugerah atau kasih karunia Allah dimanifestasikan melalui tindakan penyelamatan keluarga Nuh dari bencana air bah: Nuh mendapat kasih karunia - anugerah di mata Allah - Kejadian 6:8. Anugerah Allah menyelamatkan Lot dari murka Allah atas Sodom: Sungguhlah hambamu ini telah dikaruniai belas kasihan di hadapanmu, dan tuanku telah berbuat kemurahan besar kepadaku dengan memelihara hidupku, tetapi jika aku harus lari ke pegunungan, pastilah aku akan tersusul oleh bencana itu, sehingga matilah aku – Kejadian 19:19. Di dalam pengertian teknis, kata khen diartikan sebagai: a. Suatu tindakan kebaikan hati dari Oknum yang superior - atau yang lebih tinggi – kepada yang inferior – atau yang lebih rendah. Ada yang mengartikannya sebagai: membungkuk dan merendahkan diri untuk memberi perhatian atau memberi atau menyatakan kasih. b. Anugerah adalah suatu pemberian cuma-cuma dari yang Superior – Allah - kepada yang inferior –manusia - suatu pemberian yang tidak diduga-duga dan juga tidak menuntut kelayakan penerima, atau pemberian yang tidak pantas. Anugerah diberi secara cumacuma karena yang inferior tidak memiliki kriteria pantas untuk menerima dan tidak memiliki kemampuan dari dirinya sendiri untuk mendapatkannya. Atau dengan pengertian yang lebih sederhana, anugerah adalah pemberian tanpa syarat karena jika Allah menetapkan sebuah syarat, maka tidak ada satu pun dari yang inferior – manusia - yang memenuhi syarat, dan itu berarti tidak seorang pun yang bisa mendapatkan anugerah Allah. Pada umumnya kata khen hanya digunakan untuk mengacu pada perbuatan Allah kepada manusia, karena hanya Allah yang bisa menunujukkan sikap dan tindakan khen, dan tidak seorangpun yang bisa melakukan khen kepada Allah. Dengan pengertian lain, hanya Allah yang mampu memberi pemberian yang bersifat anugerah, yaitu memberi dengan cara merendahkan diri, dan di dalam memberi itu Allah tidak menuntut kelayakan penerima.

2. Khesed Kata ini mengandung makna: kesetiaan yang teguh, atau kesetiaan. Khesed sering juga diterjemahkan sebagai: kemurahan, kebaikan hati, atau Suara EL-Asah Tahun II No. 10

14

Teologia

kebajikan. Berbeda dari kata khen, kata khesed bisa digunakan dari Allah kepada manusia, dan dari manusia kepada Allah. Jika dari Allah kepada manusia, khesed berarti anugerah, sedang jika dari manusia kepada Allah, atau antar manusia, khesed berarti kasih yang teguh. Khesed sering dihubungkan dengan kata ‘covenant’ atau perjanjian, yang mengacu kepada sikap kesetiaan di antara dua pihak untuk melaksanakan perjanjian.

KONSEP PERJANJIAN BARU Anugerah, di dalam Perjanjian Baru’ memakai kata kharis, dan terdapat kira-kira 155 kali di dalam seluruh kitab Perjanjian Baru. Kata ini merupakan terjemahan yang paling tepat dari istilah khen di Perjanjian Lama. Secara literal kata kharis berarti: mendatangkan kepuasan dan menjamin suka cita. Sebagian besar penggunaan kata kharis menunjuk kepada pekerjaan Allah, yang dikerjakan oleh Roh Kudus, dan tidak membutuhkan jasa manusia. Dalam kaitannya dengan keselamatan, konsep anugerah Allah di dalam Perjanjian Baru dapat dijelaskan demikian. a. Kharis adalah penyataan kasih Allah tanpa disebabkan oleh kebaikan manusia: Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan – Kisah Para Rasul 11:23; b. Kharis mengacu kepada perbuatan baik atau simpati: Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia – Lukas 2:52 – Kisah Para Rasul 7:10,46; 11:23. c. Secara spesifik, kharis adalah pemberian cuma-cuma dari Allah, yaitu pengorbanan Yesus, yang kemudian diterima dengan cuma-cuma pula: Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa – Roma 5:8; 2 Korintus 8:9; Efesus 2:8. Berangkat dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas, kita dapat membuat kesimpulan bahwa anugerah Allah adalah suatu tindakan yang didorong oleh cinta kasih-Nya untuk menyelamatkan orang-orang Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Teologia

15

berdosa. Yang Superior – Allah - membungkuk, merendahkan diri-Nya kepada yang inferior – manusia – dengan cara turun ke dalam dunia melalui Yesus Kristus. Selanjutnya, Allah menyatakan anugerah-Nya dengan cara mengaruniakan keselamatan kepada manusia melalui suatu pengorbanan yang mahal, yaitu kematian Yesus di kayu salib. Semua perbuatan dan tindakan Allah tersebut bersifat anugerah, karena Ia memberi dengan cuma-cuma, tanpa melihat kelayakan dan jasa manusia, atau tanpa syarat.

KONSEP KONTEMPORER Teologia kontemporer mendefinisikan anugerah Allah sebagai kesempurnaan Allah berkenaan dengan cara Allah menyatakan kebaikan dan kasih-Nya, tanpa harus menuntut jasa-jasa manusia. Menurut para teolog kontemporer, anugerah Allah dinyatakan melalui berbagai macam karunia, kemampuan, dan pekerjaan manusia. Studi teologis tentang sifat dan peran anugerah Allah semakin hari semakin kritis dan teliti. Hasil dari studi tersebut adalah bahwa para teolog kontemporer membedakan dua sifat atau dua jenis di dalam anugerah Allah yaitu: anugerah yang bersifat communis dan anugerah yang bersifat partikular, atau yang sering disebut dengan istilah: anugerah umum dan anugerah khusus.

1. Gratia Communis Istilah Communis mau menekankan kenyataan bahwa anugerah Allah bersifat komunal atau umum. Gratia communis atau anugerah umu adalah kualitas sifat-sifat yang secara universal dimiliki oleh semua manusia, semua makhluk, dan termasuk semua orang yang hidup di bawah Injil. Kaum Palagian menyatakan bahwa orang-orang kafir mendapat anugerah karena mereka mampu memperlihatkan kebaikankebaikan moral seperti: dapat berbelas kasihan, memerhatikan orang lain, memiliki sifat-sifat sabar dan setia, dapat membedakan yang jahat dari yang baik, atau memisahkan yang salah dari yang benar. Teologia Roma Katolik mengartikan Gratia Communis sebagai kebaikan-kebaikan moral berupa: rendah hati, taat, kelemah lembutan, Suara EL-Asah Tahun II No. 10

16

Teologia

kebebasan, kesabaran, kerajinan dalam melakukan hal-hal yang baik. Marten Luther membedakan dua ruang lingkup yaitu: ruang lingkup duniawi yang lebih rendah dan ruang lingkup spiritual yang lebih tinggi. Di dalam ruang lingkup yang lebih rendah, terdapat manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, akan tetapi di dalam naturnya, manusia masih mampu berbuat banyak kebaikan yang pantas untuk dipuji di dalam ruang lingkup duniawi. Artinya, mereka yang berada di dalam ruang lingkup duniawi rendah, atau yang telah jatuh ke dalam dosa pun masih mendapatkan anugerah Allah. Johanes Calvin menjelaskan bahwa anugerah umum diberikan kepada setiap orang secara komunal, tetapi anugerah umum tidak mengandung kuasa untuk mengampuni atau menyucikan natur manusia. Oleh karena tidak mengandung kuasa pengampunan maka anugerah umum juga tidak menghasilkan atau membawa keselamatan. Menurut Calvin, melalui anugerah umum Allah memberikan berbagai macam kemampuan dan keahlian, serta bakat kepada manusia, memungkinkan terjadinya kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Melalui sarana-sarana tersebut Allah mencurahkan berkat-berkat yang tidak ternilai bagi kesejahteraan umat manusia. Selanjutnya, Gratia Communis dimanifestasikan Allah dalam bentuk berkat-berkat alamiah yang dicurahkan kepada manusia secara umum pada masa hidup mereka di bumi ini, walaupun manusia itu hidup di bawah hukuman maut atau dosa. Berkat-berkat alami ini merupakan pernyataan dari kebaikan dan kasih karunia Allah kepada orang-orang berdosa. Atas dasar itulah, Tuhan menunutu orang-orang percaya untuk mengasihi orang-orang yang jahat sekalipun: Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian – Matius 5: 44-46.

Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Teologia

17

Gratia Communis sering juga disebut sebagai anugerah biasa, karena mencakup seluruh umat manusia dan tidak mengandung akibat menyelamatkan dari dosa. Selanjutnya, para teolog kontemporer melihat dan menjelaskan penerapan serta manifestasi yang bersifat umum dari gratia communis demikian: a. Memberi Kesadaran Umum akan Dosa Di dalam dan melalui anugerah umum Roh Kudus bekerja dengan kesadaran cara menumbuhkan kesadaran umum di dalam manusia untuk membedakan apa yang baik dan yang jahat, kesadaran untuk mengenal apa yang disebut dosa, kebenaran, dan penghakiman: Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepadaKu; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum – Yohanes 16:8-11 b. Mencegah Kejahatan Terdapat kenyataan-kenyataan umum di dalam banyak aspek, yang menunjukkan Allah mencegah atau paling tidak mengontrol pengaruhpengaruh dan perkembangan daya dosa yang dapat merusak di dalam dunia. Allah menjaga dan memelihara proses perkembangan alami umat manusia. Dengan cara demikian Allah memperkaya kehidupan umat manusia secara alami. Anugerah umum mencegah kekuatan dan usahausaha yang menghancurkan dari dosa di alam semesta, sehingg masih memungkinkan adanya hidup yang teratur. Argumentasi mengenai pencegahan kejahatan sebagai sifat Gratia Communis bertolak dari pernyataan-pernyataan Alkitab yaitu: 1. Allah mencegah kejahatan melalui Roh Kudus: Berfirmanlah TUHAN: “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam

manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja – Kejadian 6:3. Kata berbantah mengandung arti menahan atau mencegah. Si pendurhaka belum dapat dan tidak bebas menyatakan diri karena masih ada sesuatu yang mencegahnya:

Suara EL-Asah Tahun II No. 10

18

Iklan

Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Iklan

Suara EL-Asah Tahun II No. 10

19

20

Iklan

Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Iklan

Suara EL-Asah Tahun II No. 10

21

22

Iklan

Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Iklan

Suara EL-Asah Tahun II No. 10

23

24

Teologia Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulut-Nya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali – 2 Tesalonika 2:2-8.

2. Allah mencegah secara langsung rancangan dan tindakan-tindakan kejahatan manusia terhadap sesamanya: Tetapi ayahmu telah berlaku curang kepadaku dan telah sepuluh kali meng-ubah upahku, tetapi Allah tidak membiarkan dia berbuat jahat kepadaku – Kejadian 31:7. 3. Allah mencegah dosa dan kejahatan melalui utusan-utusan-Nya, yaitu para nabi yang menyampaikan peringatan-peringatan kepada umat manusia: Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatan-mu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! Marilah, baiklah kita berperkara! --firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu. Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang.” Sungguh, TUHAN yang mengucapkannya – Yesaya 1:16-20 4. Allah mencegah kejahatan melalui isnstitusi pemerintahan sekuler. Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintahpemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Leadership

25

dari padanya. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat – Roma 13:1-4 Semua perangkat yang ada di dalam lembaga pemerintahan antara lain: undang-undang, peraturan-peraturan, dan lembaga-lembaga hukum, merupakan sarana yang gunakan Allah untuk mencegah dan mengontrol tindakan-tindakan kejahatan yang dapat menghancurkan orang lain: Akhirnya, teologia kontemporer mngungkapkan bahwa pekerjaan Roh Kudus secara umum adalah memberikan pengaruh dan kekuatan moral baik melalui wahyu umum mau pun melalui wahyu khusus sehingga manusia dapat melawan kejahatan, dapat mempertahankan struktur kehidupan sosial sesuai dengan norma-norma moral, dan mampu memperjuangkan atau mengusahakan kebenaran-kebenaran sipil demi ketentraman umat manusia. c. Pemeliharaan Allah Gratia Communis adalah pemeliharaan Allah secara Umum. Di dalam konteks pengertian ini berkat-berkat alami harus dipahami sebagai manifestasi dari anugerah Allah kepada manusia secara menyeluruh. Pemeliharaan secara umum dinyatakan Allah dalam bentuk hujan dan matahari, makanan dan minuman, pakaian dan tempat tinggal. Berkatberkat ini diberikan kepada semua manusia tanpa terkecuali. Beberapa ayat Alkitab yang sebagai dasar pemahaman ini: 1. Allah menyediakan semua kebutuhan material bagi semua ciptaanNya melalui alam, tanpa membedakan orang benar dan orang yang tidak benar: Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan.” - Kisah Para Rasul 14:16-17; Matius 5:45. Suara EL-Asah Tahun II No. 10

26

Leadership

2. Allah bersikap baik bagi semua manusia atas dasar kenyataan bahwa semua manusia – yang baik dan yang jahat - adalah ciptaan Allah: Peringatan kepada besarnya kebajikan-Mu akan dimasyhurkan mereka, dan tentang keadilan-Mu mereka akan bersorak-sorai. TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikanNya – Mazmur 145:7-9

2. Gratia Partikular Sifat kedua di dalam anugerah disebut Gratia Partikular atau anugerah khusus. Disebut partikular atau khusus karena jangkauan anugerah ini bersifat khusus dan terbatas. Gratia particular diperuntukkan hanya bagi orang-orang pilihan sehingga ruang lingkup operasional-nya pun terbatas pada orang-orang yang sudah dipilih dan ditentukan. Gratia partikular dapat dijelaskan sebagai pekerjaan Roh Kudus yang secara efektif menggerakkan orang-orang yang telah dipilih dan ditentukan untuk datatng bertobat dan percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat. Teologia Katolik melihat Gratia particular sebagai anugerah penyucian yang diberikan Allah kepada manusia, yang menghasilkan kebaikankebaikan moral berupa iman, pengharapan, kesabaran, kebaikan, dan kelembutan. Oleh Marten Luther kebaikan ini disebut sebagai kebaikan spiritual yang lebih tinggi. Makna gratia particular ini dapat ditemukan di berbagai tempat di dalam Alkitab. Melalui doa Tuhan Yesus terungkap bahwa Ia berdoa hanya untuk orang-orang tertentu: Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu – Yohanes 17:9. Rasul Paulus menjelaskan bahwa adalah anugerah khusus yang berkarya melalui Roh Kudus di dalam diri seseorang, sehingga yang bersangkutan mau dan dapat mengambil keputusan secara sukarela untuk bertobat dan menerima Yesus. Artinya, panggilan Allah untuk bertobat dan menerima anugerah keselamatan hanya ditujukan kepada orang-orang tertentu, dan tidak kepada semua orang:

Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Leadership

27

Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya – Roma 8:29-30. Rasul Petrus menggambarkan cara kerja gratia partikular dengan mengatakan bahwa mereka yang menerima anugerah ini dipisahkan dari manusia secara umum: Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan – 1 Petrus 2:9-10. Pola kerja anugerah khusus adalah menarik atau mendorong. Hal ini ditegaskan oleh Yesus dengan mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa membuat keputusan dari dirinya sendiri untuk bertobat dan percaya, tanpa karya Allah melalui Roh Kudus-Nya dengan cara menarik orang datang pada Yesus: Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman - Yohanes 6:44. Ketika Allah hendak memanggil orang yang telah ditentukan dan dipilih sebelumnya, Allah mengirim Roh Kudus-Nya untuk memproses orang bersangkutan sampai ia membuat keputusan secara sukarela untuk percaya dan menerima Yesus. Roh Kudus itulah yang menghantar setiap orang tahap demi tahap sampai pada titik pertobatan dan iman kepada Yesus. Gratia partikular - juga disebut gratia eficasius – yang berarti anugerah yang efektif. Disebut eficasius atau efektif, karena ketika Allah menerapkan anugerah ini kepada seseorang, pasti efektif atau berhasil. Ada beberapa prinsip operasional di dalam Gratia partikular: Suara EL-Asah Tahun II No. 10

28

Leadership

a. Terbatas Gratia partikular tidak ditujukan kepada semua orang, dalam arti manusia secara universal, tetapi terbatas hanya untuk orang-orang yang terpilih: Sebab Ia berfirman kepada Musa: “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.” Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah – Roma 9:15-16. Sudah barang tentu bahwa yang dimaksud dengan ungkapan ‘kepada siapa Aku mau’ adalah mereka yang memang telah dipilih dan ditetapkan oleh Allah sebelumnya untuk menerima anugerah-Nya. b. Tidak Dapat Ditolak Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa istilah lain untuk gratia partikular adalah gratia eficasius, yang artinya anugerah yang efektif. Dengan makna efektif atau eficasius sudah jelas bahwa bila Allah menerap­ kan anugerah ini pasti efektif, atau tidak dapat ditolak oleh siapapun. Orang-orang yang memang sudah ditetapkan dan dipilih sebelumnya, tidak dapat menolak jika sudah tiba saatnya Allah mau memanggil mereka. Kenyataan ini diungkapkan oleh Rasul Paulus bahwa ia dulu anti kepada nama Yesus dan kepada jemaat Kristus, tetapi ketika Tuhan menjamahnya dengan anugerah partikular, ia tidak dapat menolak: Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku-- aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus – 1 Timotius 1:12-14. Roh kudus akan berkarya sedemikian rupa di dalam hidup mereka sehingga sikap menolak dan tidak percaya akan diubah menjadi menerima dan percaya. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa anugerah partikular melanggar kehendak bebas manusia, dan juga tidak berarti bahwa Allah Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Leadership

29

membuat manusia tidak bebas untuk memilih sesuai dengan kehendak hatinya, sehingga manusia dibuat seperti robot yang dikendalikan. Anugerah partikular ini bergerak atau berkarya di dalam hati dan kehendak seseorang, sehingga dari kehendaknya sendiri dan di dalam suasana bebas orang yang bersangkutan, akan bertobat, percaya, dan menerima Yesus sebagai Juru selamatnya, serta mau taat sepenuhnya kepada kehendak Allah. Perotabatan masal pada hari pentakosta merupakan salah satu contoh bagaimana anugerah yang efektif – tidak dapat ditolak – berkerja sama di dalam hati manusia, sehingga mereka percaya dan menerima Yesus secara sukarela, atau dari kehendak bebas mereka. Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?” Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini.” Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa – Kisah Para Rasul 2:37, 40-41. c.

Menarik

Anugerah khusus bekerja dengan cara yang kreatif di dalam diri seseorang, yaitu memperbarui seluruh natur manusia, dan menjadikan seseorang tertarik untuk menerima tawaran keselamatan di dalam Tuhan Yesus. Anugerah khusus mempunyai daya pesona, daya tarik, dan daya pikat yang demikian kuat sehingga membuat setiap orang yang tadinya bersikap apriori, defensif, dan kontradiktif, menjadi tertarik, dan pada gilirannya yang bersangkutan akan datang kepada Tuhan. Pertumbuhan sensasional jumlah orang-orang yang percaya pada masa gereja pertama merupakan fakta dari cara kerja anugerah partikular yang bersifat menarik, atau memiliki daya tarik yang luar biasa: Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap Suara EL-Asah Tahun II No. 10

30

Leadership hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan – Kisah 2:46-47.

Yesus menggunakan istilah ‘ditarik oleh Bapa-Ku. Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Yoh. 6:44. d. Mengubah Gratia eficasius mengandung kuasa yang mampu mengubah seseorang. Dari namanya – eficasius atau efektif – sudah dapat dipahami bahwa anugerah ini mengandung daya yang membuat-nya efektif atau berhasil. Pertama-tama gratia eficasius mengubah sikap hati seseorang terhadap Allah, yaitu dari sikap apriori menjadi simpati, dari menolak menjadi menerima, dan dari sikap melawan menjadi mengasihi. Rasul Paulus menyaksikan bahwa kuasa anugerah eficasius telah mengubah seluruh jalan dan pandangan hidupnya, dari seorang penganiaya menjadi orang pelayan: Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku- aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus – 2 Timotius 1:12-14. Selanjutnya, gratia eficasius mengubah posisi orang-orang beriman di dalam pemandangan Allah yaitu dari orang berdosa menjadi orang benar, dari hamba dosa menjadi menjadi anak dan ahli waris Allah, seperti yang diungkapkan oleh Paulus: Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus – Roma 3:23-24. Anugerah partikular berkarya secara berkesinambungan. Setelah mengubah dan membawa orang-orang berdosa datang kepada Yesus, selanjutnya dengan kuasa supranatural Roh Kudus, gratia eficasius

Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Leadership

31

melakukan proses santifikasi atau pengudusan di dalam hidup orangorang beriman: Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, yaitu orangorang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu – 1 Petrus 1:1-2. e.

Individual

Anugerah partikular diaplikasikan kepada setiap orang secara individual. Maksudnya, Allah memberikan gratia partikular – dalam hal ini adalah keselamatan - kepada setiap orang di dalam posisinya sebagai individu, terlepas dari kaitannya dengan keturunan, lingkungan atau pun agama. Nuh bukanlah seorang yang tanpa salah dan dosa. Disebutkan bahwa ketika itu, semua manusia sudah rusak, baik lahir mau pun batin. Nuh lahir dari keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat yang telah rusak itu. Hal itu berarti bahwa Nuh bukanlah seseorang yang tanpa salah dan dosa, atau tanpa kekurangan dan cacat di mata Tuhan. Akan tetapi ketika Allah hendak membinasakan bumi dan manusia, Allah melihat Nuh sebagai individu yang mandiri, lalu Allah memberi anugerah-Nya: Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN – Kejadian 6:8. Artinya, Allah tidak melihat apakah latar belakang dan lingkungan Nuh itu baik atau tidak baik. Allah melihat dan member anugerah kepada Nuh tanpa mengait-ngaitkannya dengan orang tua, atau lingkungan masyarakat. Rasul Paulus menyaksikan bahwa ia dipilih dan diselamatkan bukan sebagai anak dari sebuah keluarga – faktor keturunan, dan bukan sebagai orang Yahudi – faktor lingkungan dan agama, tetapi sebagai ‘aku’ – secara individual: Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku. Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya – Galatia 1:14-15. Suara EL-Asah Tahun II No. 10

32

Leadership

Selanjutnya, Paulus memberi contoh bagaimana gratia particklar diaplikan secara individual dengan menunjuk Yakub. Disebutkan bahwa Yakub mendapat anugerah dari Allah bukan karena posisinya sebagai anak Ishak dan Ribka, tetapi di dalam posisinya sebagai individu – yaitu sebagai seorang anak: Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, --supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya-- dikatakan kepada Ribka: “Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,” seperti ada tertulis: “Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.” - Roma 9:11-13. Dengan pengertian lain, anugerah partikular bekerja di dalam diri seseorang secara pribadi dan tidak dengan cara mengalir melalui garis keturunan, juga tidak mengalir melalui sarana agama. f. Kekal Keputusan-keputusan Allah di dalam gratia partikular telah dilakukan pada masa kekekalan lampau, sebelum dunia dijadikan, akan tetapi aplikasinya kepada manusia baru dinyatakan pada masa sekarang ini; Ef. 1:4-14; Kol 1:26. Sifat kekekalan di dalam keputusan Allah ini tentu saja tidak hanya mengacu kepada kekekalan masa lampau, akan tetapi juga mengacu kepada masa kekekalan yang akan datang. Artinya, apa yang diputuskan Allah pada masa lampau terus berlaku untuk masa yang akan datang dan bersifat kekal. Meskipun dalam perjalanan waktu, ada kenyataan bahwa orang-orang yang diberi anugerah khusus sering bermasalah – jatuh bangun di dalam iman – akan tetapi Allah tidak pernah merevisi, atau meninjau kembali keputusan dan ketetapan anugerah-Nya, sebab Allah tidak pernah menyesal akan kasih karunia-Nya; Roma 11: 29. Konsep-konsep atau pun interpretasi-interpretasi mengenai anugerah Allah masih bisa ditemukan lebih banyak lagi, dan akan terus berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan ilmu teologia. Akan tetapi yang perlu mendapat perhatian kita secara khusus adalah; bahwa di sepanjang sejarah karya penyelamatan Allah, keselamatan selalu bersumber dari sifat anugerah Allah, diberikan sebagai anugerah, Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Leadership

33

dan diterima berdasarkan iman. Ef. 2:8. Ini adalah doktrin keselamatan yang paling prinsip dalam Alkitab. Jika demikian halnya, maka doktrin atau teologia keselamatan yang berusaha mengabaikan prinsip-prinsip anugerah Allah, dan menonjolkan usaha-usaha dan jasa-jasa manusia, layak dikategorikan sebagai doktrin yang tidak bersumber dari Alkitab, atau tegasnya, bukan teologia Alkitab. Sebab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, sama-sama menegaskan bahwa keselamatan adalah kasih karunia, atau anugerah Allah. (Bersambung ke edisi mendatang)

Kala lonceng gereja berdentang... Ku teringat Natal telah tiba... Pohon Natal semakin cantik... Kerlip lampu menambah semakin menarik... Namun orang sering melupakan... Makna Natal di dalam hatinya... Pohon Natal semakin samar... Natal dianggap hanya sebentar... Natal dihatiku, akan tetap abadi... Walau hari t’lah berlalu... Natal tetap dihatiku... Ini sebuah lagu sederhana yang diciptakan oleh paman dan ayah saya. Waktu kecil saya menyanyikan lagu ini pas hari Natal di rumah salah satu jemaat gereja saya. Saat saya menyanyikan lagu ini saya tidak mempedulikan makna dari lagu ini, secara, saya masih kelas 2 SD. Tapi sekarang ketika saya mulai membuka catatan lagu ini, saya dapat memahami makna lagu ini yang mengajak kita supaya kita tetap mengabadikan Natal di dalam hati kita. Natal, di mana Yesus mau hadir ke dunia untuk menyelamatkan kita. Dia adalah hadiah terindah bagi kita, bersyukurlah!! (Tatty, dari Tatty’s clog) Suara EL-Asah Tahun II No. 10

34

Tips Bahan Khotbah untuk Gembala

Sejarah Natal PENDAHULUAN

K

ata Christmas (Hari Natal) berasal dari kata Cristes maesse, frase dalam bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus). Kadang-kadang kata Christmas disingkat menjadi Natal. Tradisi ini diawali oleh Gereja Kristen terdahulu. Dalam bahasa Yunani, X adalah kata pertama dalam nama Kristus (Yesus). Huruf ini sering digunakan sebagai simbol suci. Tidak ada yang tahu tanggal berapa tepatnya hari lahir Kristus, namun kebanyakan orang Kristen memperingati Hari Natal pada tanggal 25 Desember. Pada hari itu, banyak yang pergi ke gereja untuk mengikuti perayaan keagamaan khusus. Selama masa Natal, mereka bertukar kado dan menghiasi rumah mereka dengan daun holly, mistletoe, dan pohon Natal.

SEJARAH DAN PERAYAAN NATAL DI MASA LALU Kisah Natal berasal dari Injil Lukas dan Matius dalam Perjanjian Baru. Menurut Lukas, seorang malaikat datang menampakkan diri kepada para gembala di luar kota Betlehem dan mengabari mereka tentang lahirnya Yesus. Matius juga menceritakan bagaimana orang-orang bijak, yang disebut para majus, mengikuti bintang terang yang menunjukkan kepada mereka di mana Yesus berada. Catatan pertama peringatan hari Natal adalah tahun 336 Sesudah Masehi pada kalender Romawi Kuno, yaitu pada tanggal 25 Desember. Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Tips Bahan Khotbah untuk Gembala

35

Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perayaan orang kafir (bukan Kristen) pada saat itu. Karena selama 4 abad Sesudah Masehi dunia masi dikuasai oleh Kekaisaran Romawi yang politeisme (percaya kepada banyak dewa). Dak juga belum berkembang pesat bahkan mereka selalu ditindas. Tetapi setelah Konstantin naik tahta dan kemudian memeluk agama Kristen pada abad ke 4 M dan menempatkan agama Kristen sejajar dengan agama mereka sebelumnya, kekristenan berkemang pesat. Orang-orang yang sebelumnya memeluk agama Politeisme biasanya merayakan hari kelahiran dewa-dewa mereka dengan meriah dan penuh kegembiraan. Oleh karena itu mereka tidak ingin kehilangan hari kegembiraan semacam ini, meskipun mereka sudah memeluk agama Kristen mereka mengambil satu hari perayaan mereka, Sun Day (hari kelahiran dewa Matahari) sebagai hari Son of God (Anak Allah – Yesus) yang jatuh pada tgl 25 Desember sebagai hari Natal. Sebagai bagian dari perayaan tersebut, masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan tukarmenukar hadiah. Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Natal. Di tahun 1100, Natal telah menjadi perayaan keagamaan terpenting di Eropa, di banyak negara-negara di Eropa dengan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Hari Natal semakin tenar hingga masa Reformasi, suatu gerakan keagamaan di tahun 1500-an . Gerakan ini melahirkan agama Protestan. Pada masa Reformasi, banyak orang Kristen yang mulai menyebut Hari Natal sebagai hari raya kafir karena mengikutsertakan kebiasaan tanpa dasar keagamaan yang sah. Pada tahun 1600-an, karena adanya perasaan tidak enak itu, Natal dilarang di Inggris dan banyak koloni Inggris di Amerika. Namun, masyarakat tetap meneruskan kebiasaan tukar-menukar kado dan tak lama kemudian kembali kepada kebiasaan semula. Pada tahun 1800-an, ada dua kebiasaan baru yang dilakukan pada hari Natal, yaitu menghias pohon Natal dan mengirimkan kartu kepada sanak saudara dan teman-teman. Di Amerika Serikat, Santa Claus (Sinter Klaas) menggantikan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Sejak tahun 1900-an, perayaan Natal menjadi semakin penting untuk berbagai bisnis.

Suara EL-Asah Tahun II No. 10

36

Tips Bahan Khotbah untuk Gembala

PERAYAAN KEAGAMAAN Bagi kebanyakan orang Kristen, masa Natal mulai pada hari Minggu yang paling dekat dengan tanggal 30 November. Hari ini adalah hari raya Santo Andreas, salah satu dari keduabelas rasul Kristus. Hari Minggu tersebut disebut hari pertama masa Adven, yaitu masa 4 minggu saat umat Kristiani mempersiapkan perayaan Natal. Kata adven berarti datang, dan mengacu pada kedatangan Yesus pada hari Natal. Untuk merayakan masa Adven, empat buah lilin, masing-masing melambangkan hari Minggu dalam masa Adven, diletakkan dalam suatu lingkaran daun-daunan. Pada hari Minggu pertama, keluarga menyalakan satu lilin dan bersatu dalam doa. Mereka mengulangi kegiatan ini setiap hari Minggu dalam masa Adven, dengan menambahkan satu lilin lagi setiap kalinya. Sebuah lilin merah besar yang melambangkan Yesus, ditambahkan pada lingkaran daun-daunan itu pada Hari Natal. Untuk kebanyakan umat Kristiani, masa Adven memuncak pada Misa tengah malam atau peringatan keagamaan lain pada malam sebelum Natal (Malam Natal), tanggal 24 Desember. Gereja-gereja dihiasi dengan lilin, lampu, dan daun-daunan hijau dan bunga pointsettia. Kebanyakan gereja juga mengadakan perayaan pada hari Natal. Masa Natal berakhir pada hari Epifani, tanggal 6 Januari. Untuk gereja Kristen Barat, Epifani adalah datangnya para majus di hadirat bayi Yesus. Menurut umat Kristen Timur, hari tersebut adalah perayaan pembaptisan Kristus. Epifani jatuh 12 hari setelah hari Natal.

TRADISI PERAYAAN NATAL DI AMERIKA: 1. Tukar Menukar Kado Kebiasaan untuk tukar menukar kado pada sanak-saudara dan teman-teman pada hari khusus di musim dingin kemungkinan bermula di Romawi Kuno dan Eropa Utara. Di daerah-daerah tersebut, orang-orang Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Tips Bahan Khotbah untuk Gembala

37

memberikan hadiah pada satu sama lain sebagai bagian dari perayaan akhir tahun. Pada tahun 1100, di banyak negara-negara Eropa, Santo Nikolas menjadi lambang usaha saling memberi. Menurut legenda, Santo Nikolas membawakan hadiah-hadiah untuk anak-anak pada malam sebelum perayaannya, tanggal 6 Desember. Tokoh-tokoh yang bukan keagamaan menggantikan Santo Nikolas di berbagai negara tak lama setelah reformasi, dan tanggal 25 Desember menjadi hari untuk tukarmenukar kado. Kini di Amerika Serikat, Santa Claus membawakan hadiah untuk anak-anak.

2. MALAM NATAL 24 Desember, Hari libur keagamaan dan sekuler Karena pada dasarnya malam Natal adalah hari raya keagamaan, hari tersebut tidak dianggap sebagai hari libur resmi. Gereja-gereja mengadakan perayaan pada malam itu. Orang-orang memperhatikan gua Natal (replika dari kandang domba tempat Yesus lahir, dengan patungpatung Yesus, Maria, Yosef, gembala-gembala dan hewan-hewan) sambil menyanyikan lagu-lagu Natal. Orang-orang dewasa minum eggnog, semacam susu telur madu, yaitu campuran krim, susu, gula, telur kocok dan brandy (semacam minuman beralkohol) atau rum. Menurut kisahnya, pada malam Natal, Santa Claus menaiki kereta salju penuh hadiah, ditarik oleh delapan ekor rusa kutub. Santa Claus lalu terbang menembus awan untuk mengantarkan hadiah-hadiah itu kepada anak-anak di seluruh dunia. Untuk mempersiapkan kunjungan Santa, anak-anak Amerika mendengarkan orangtuanya membacakan The Night Before Christmas (Malam Sebelum Natal) sebelum tidur pada Malam Natal. Puisi tersebut dikarang oleh Clement Moore di tahun 1832. Dulu, anak-anak menggantungkan stoking atau kaus kaki besar di atas perapian. Santa turun dari cerobong asap dan meninggalkan permen dan hadiah-hadiah dalam kaus kaki itu untuk anak-anak. Kini, tradisi itu tetap diteruskan, namun kaus kakinya digantikan oleh tas kain merah berbentuk kaus kaki. Natal juga secara tradisi merupakan saat untuk Suara EL-Asah Tahun II No. 10

38

Tips Bahan Khotbah untuk Gembala

berhenti bertengkar. Hari Raya Natal (Pesta Natal) 25 Desember Hari ini merupakan hari libur keagamaan maupun sekuler. Umat Kristiani merayakan peringatan kelahiran Yesus dari Nazareth.

3. Makan Malam Natal Seringkali dengan kalkun. Selain itu, banyak yang mengadakan pesta perjamuan persis sebelum dan sesudah Natal.

4. Santa Claus Tokoh ini berasal dari kisah lama tentang seorang Santo Kristiani bernama Nikolas dan dari dewa Norwegia yang bernama Odin. Para imigran membawa Bapa Natal atau Santo Nikolas ke Amerika Serikat. Namanya lambat laun berubah menjadi Santa Claus, dari nama Belanda untuk Bapa Natal abad ke-empat, Sinter Claas. Sekalipun asalnya dari mitologi Norwegia sebelum ajaran Kristen, Santa Claus baru menjadi tokoh yang kita kenal sekarang di Amerika Serikat. Orang Amerika mem­berikannya jang­gut berwarna putih, mendandaninya dengan baju merah dan menjadikannya seorang tua yang riang dengan pipi yang merah dan sinar di matanya. Santa Claus adalah tokoh mitos yang dikatakan tinggal di Kutub Utara, di mana beliau membuat mainan sepanjang tahun.

5. Amal Natal juga merupakan saat di mana orang Amerika menunjukkan kemurahan hati kepada orang-orang yang kurang beruntung. Uang dikirimkan ke rumah sakit dan panti asuhan atau dibuat dana khusus untuk membantu fakir miskin. Suara EL-Asah Tahun II No. 10



Berita

39

Orang-orang Majus menurut Cerita Tradisi

D

alam tradisi Kristen, Orang Majus atau Orang Bijak adalah Rajaraja dari Timur yang sering dianggap sebagai orang-orang yang datang dari kerajaan Media, mungkin pendeta-pendeta Zoroastrian, atau mungkin juga magi yang mengenal astrologi dari Persia kuno. Injil Matius menyatakan bahwa mereka datang dari timur ke Yerusalem untuk menyembah Kristus. Menurut Matius mereka berjalan dengan mengikuti sebuah bintang yang datang dan dikenal sebagai Bintang Betlehem. Saat mereka mendekati Yerusalem, Herodes mencoba menjebak mereka untuk memberitakan keberadaan Yesus, supaya Yesus dapat dibunuh. Saat me­ reka menemukan Yesus, para orang bijak ini memberikan hadiah-hadiah, di antaranya adalah emas, kemenyan, dan mur. Raja-raja dari timur ini kemudian diperingatkan dalam mimpi oleh malaikat atas rencana jahat Herodes terhadap bayi Yesus dan akhirnya mereka memutuskan untuk pulang melalui jalur yang berbeda. Hal ini menyebabkan Herodes bertindak untuk membunuh semua anak kecil di Betlehem seba­ gai usaha untuk menggagalkan nubuatan me­ ngenai raja yang baru lahir dan meng­hilangkan Suara EL-Asah Tahun II No. 10

40

Berita

saingan yang di­anggap­nya akan merebut tahtanya. Namun pada saat pembantaian tersebut, orang tua Yesus telah diperingatkan oleh malaikat untuk me­ngungsi ke Mesir hingga Herodes mati. Di Injil Matius, satu-satunya Injil yang memuat kisah ini, tidak disebutkan jumlah orang Majus yang menyembah bayi Yesus. Secara umum, seperti yang diilustrasikan dalam berbagai cerita, film, dan ilustrasi, jumlah orang Majus yang menyembah Yesus digambarkan tiga orang, hal ini berdasarkan jumlah hadiah (emas, mur, dan kemenyan) yang diberikan kepada orang tua Yesus. Tradisi lain mengatakan bahwa jumlah orang Majus yang mula-mula berangkat ada empat orang, namun salah satu orang Majus tersebut tidak sampai ke kandang domba tempat Yesus dilahirkan. Selain itu juga tidak disebutkan jenis kelamin maupun nama-nama mereka. Alkitab tidak menyebut lebih lanjut tentang orang Majus ini. Menurut tradisi, mereka dipercayai berasal dari Persia dan merupakan penganut kepercayaan Zoroaster. Tradisi Suriah menyebut namanama mereka Larvandad, Hormisdas, dan Gusnasaf, sementara tradisi Armenia hanya menyebutkan dua nama, yaitu Kagba dan Badadilma. Dalam tradisi Eropa, mereka sering disebut para “Tiga Raja”, yang bernama Baltasar, Melkior, dan Kaspar. Lalu mereka digambarkan sebagai orang Asia, Afrika, dan Eropa. Origenes, seorang bapak gereja yang meninggal pada sekitar tahun 254 M. adalah orang pertama yang menggunakan namanama ini. Pada abad ke-6 kisah tentang Tiga Orang Majus ini muncul sebagai cerita yang populer. Suara EL-Asah Tahun II No. 10