Khotbah
Salam sejahtera dalam kasih Yesus, Dalam kehidupan banyak orang Kristen, tidak peduli apakah ia kaya, atau miskin, apapun denominasinya, apakah dengan liturgi konvensional atau modern, ada ciri yang mereka miliki yaitu mereka adalah orang-orang yang berdoa. Tetapi apabila orang Kristen memiliki daftar doa yang dinaikkan kepada Bapa di sorga, maka banyak di antara kita akan melihat persentase yang rendah atas jawaban doa-doa kita. Tentu kita tidak mau hal ini berlangsung terus menerus. Anda bisa menemukan way out dalam khotbah edisi ini sehingga doa-doa kita terjawab. Sebuah kalimat bijak mengatakan: “Tidur lebih awal dan bangun lebih awal membuat seseorang sehat, makmur, dan bijak.” Bukankah kondisi sehat, makmur, dan bijak merupakan inti dari setiap seruan doa kita? Berdoalah.......... Selamat membaca, Tuhan memberkati.
Suara EL-Asah Diterbitkan oleh: EL-ASAH MINISTRY Jl. Candi Gebang 52 Condong Catur Yogyakarta 55283 Telp./Fax 0274 880 868 Mobile Telp: 0274 7187900 e-mail:
[email protected]
Suara EL-Asah Tahun I No. 5
2
Khotbah Khotbah
Khotbah: Khotbah:
Hambatan-hambatan Doa Yabobus 4:3
Oleh: DR. S. TANDIASSA, M.A.
S
alam alam sejahtera sejahtera saya saya sampaikan sampaikan pada pada bapak, bapak, ibu, ibu, dan dan saudara saudara sekasekalian. Harapan dan doa saya, Anda sekalian selalu berada dalam lian. Harapan dan doa saya, Anda sekalian selalu berada dalam keadaan keadaan sehat, sehat, damai, damai, dan dan berkecukupan, berkecukupan, haleluya! haleluya!
Renungan Renungan Firman Firman Tuhan Tuhan yang yang saya saya akan akan sampaikan sampaikan kepada kepada Anda saat ini diambil dari Yakobus 4:3, yang berkata demikian: Anda saat ini diambil dari Yakobus 4:3, yang berkata demikian: Atau Atau kamu kamu berdoa berdoa juga, juga, tetapi tetapi kamu kamu tidak tidak menerima menerima apa-apa, apa-apa, karena karena kamu kamu salah salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa hawa nafsumu. nafsumu. Jika Jika saya saya bertanya: bertanya: Apakah Apakah Anda Anda pernah pernah berdoa? berdoa? Apakah Apakah Anda Anda senang berdoa? Jawabannya pasti ‘ya’. Apakah Anda percaya bahwa senang berdoa? Jawabannya pasti ‘ya’. Apakah Anda percaya bahwa Tuhan Tuhan sanggup sanggup menjawab menjawab doa-doa doa-doa Anda? Anda? Anda Anda juga juga pasti pasti berkata berkata ‘amin’. Tetapi bagaimana jawaban Anda kalau saya bertanya: ‘amin’. Tetapi bagaimana jawaban Anda kalau saya bertanya: apakah apakah Anda Anda sudah sudah menerima menerima jawaban jawaban atas atas doa-doa doa-doa Anda? Anda? Tema Tema Firman Firman Tuhan Tuhan kali kali ini ini adalah: adalah: Hambatan-hamabatan Hambatan-hamabatan doa. doa. Saya sangat yakin bahwa saudara-saudara sekalian Saya sangat yakin bahwa saudara-saudara sekalian bisa bisa berdoa, berdoa, pernah pernah Suara Suara EL-Asah EL-Asah Tahun Tahun II No. No. 55
Khotbah
berdoa, senang berdoa, dan saya juga percaya bahwa saudara-saudara sangat yakin bahwa Tuhan sanggup menjawab semua doa-doa kita. Tetapi saya juga percaya bahwa sebagian besar dari doa Anda belum terjawab sampai saat ini. Kenyataan adanya banyak doa jemaat yang tidak atau belum terjawab diungkapkan oleh Yakobus demikian: kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa.
FAKTA DOA Saudara-saudara sekalian! Saya tidak meragukan bahwa sesungguhnya sudah sangat banyak doa yang Anda naikkan pada Tuhan. Setiap pagi Anda pasti berdoa kepada Tuhan. Di dalam kegiatan persekutuan, entah sekali atau dua kali seminggu, Anda berdoa. Di dalam ibadah di gereja minimal satu kali seminggu Anda juga tentu berdoa. Dari KKR yang satu ke KKR yang lain, Anda berdoa, dan mungkin juga sudah didoakan secara berulang-ulang dan berganti-ganti oleh hamba-hamba Tuhan yang Anda anggap punya karunia istimewa. Singkatnya, secara faktual, sebagian besar aktivitas hidup orang Kristen – termasuk Anda - adalah berdoa.
JANJI TUHAN Bapak, ibu, dan saudara sekalian! Saya ingin mengajukan pertanya an: Mengapa Anda berdoa....? Apa yang mendorong Anda berdoa...? Meskipun Anda tidak menjawab, tetapi saya sangat yakin bahwa yang mendorong Anda berdoa adalah janji Tuhan. Kita tahu persis bahwa ada perjanjian Tuhan sehubungan dengan doa. Tuhan berjanji bahwa orang yang berseru kepada-Nya pasti diselamatkan; Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan (Yoel 2:32). Tuhan berjanji bahwa orang yang meminta akan diberi; Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan
Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Khotbah
(Matius 7:8). Yesus berjanji bahwa kalau kita berdoa dalam Nama-Nya, doa kita akan dikabulkan: Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya; (Yohanes 14:14). Tuhan juga berjanji akan mempedulikan jika kita berserah kepada-Nya; Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu (1Petrus 5:7). Dan masih banyak janji Tuhan berkenaan dengan doa orang-orang beriman. Saudara-saudara sekalian! Kita sering mendengar ungkapan demikian: berdoalah dengan iman. Berdoa dengan iman adalah berdoa berdasarkan janji-janji Tuhan, atau berdoa dengan berpegang dan meng andalkan janji-janji Tuhan. Berdoa dengan iman artinya kita berdoa dengan meyakini bahwa Tuhan sanggup menjawab doa-doa kita. Saya sangat yakin bahwa Anda telah berdoa dengan iman. Tetapi pertanyaan saya selanjutnya adalah: Apakah setiap doa Anda sudah dikabulkan? Dari sekian banyak doa Anda, kira-kira berapa persen yang sudah terjawab? Atau mungkin justru belum ada satupun doa dan harapan Anda yang belum terkabul? Dan jika doa-doa Anda belum terjawab, pernahkan Anda mencoba merenung dan bertanya pada diri Anda; mengapa doa-doa Anda belum atau tidak dikabulkan?
HAL YANG TIDAK MUNGKIN Saudara-saudara! Saya ingin mengingatkan Anda sekalian! Ada tiga hal yang tidak mungkin terjadi jika kita berdoa: Pertama, tidak mungkin Tuhan tidak mendengar doa-doa kita, atau tidak mungkin doa-doa kita tidak sampai ke hadirat Allah. Sebab Tuhan sendiri yang mengatakan; sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku sudah mendengarkannya (Yesaya 65:24). Firman Tuhan juga menggaris-bawahi bahwa semua doa naik kepada Tuhan; Ia menatap malaikat itu dan dengan takut ia berkata: “Ada apa, Tuhan?” Jawab malaikat itu: “Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau. (Kisah Para Rasul 10:4). Kedua; tidak mungkin Tuhan tidak menepati janji-janji-Nya. Sepanjang Alkitab, kita tidak pernah menemukan satupun cerita tentang Allah mengingkari janji-Nya. Abraham tidak pernah meragukan Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Khotbah
janji Allah; terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidak-percayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, (Roma 4:20). Allah bahkan tetap menepati janji-janji-Nya, meskipun manusia sudah melupakan janji-janji itu. Allah menepati janji-Nya kepada Abraham dan keturunannya setelah 430 tahun kemudian, dan Israel telah melupakan janji itu; Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. (Keluaran 2:24). Tuhan juga tidak pernah terlambat menepati janji-janji-Nya; Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu (2 Petrus 3:9). Ketiga, tidak mungkin Tuhan tidak sanggup melakukan apa yang kita minta. Allah adalah Pencipta dan Pengada segala sesuatu, dari tidak ada menjadi ada, dari kekosongan menjadi ada. Allah tidak membutuhkan bantuan manusia ketika Ia mau menciptakan sesuatu. Yesus menjamin bahwa Bapa sanggup mengadakan apa saja yang kita minta; mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.... apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu (Yohanes 15:7,16). Tidak mungkin Tuhan tidak sanggup, karena tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan; Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” (Lukas 1:37). Bapak, ibu, dan saudara-saudara sekalian! Jika kita melihat pada janji-janji Tuhan tentang doa, dan tiga hal yang tidak mungkin bagi Allah, maka idealnya, logikanya, atau seharusnya setiap doa Anda sudah dijawab. Atau seharusnya tidak ada satupun doa Anda yang tidak dijawab. Tetapi realitanya, kenyataannya, faktanya, lebih banyak doa yang belum terjawab dari pada yang sudah dijawab. Jika kenyataannya demikian bahwa masih banyak doa Anda – orang-orang Kristen - yang tidak atau belum terjawab, maka pasti ada yang menghambat. Alkitab menjelaskan kepada kita secara terus terang apa penghambat-penghambat bagi jawaban doa-doa kita. Penghambatpenghambat itu bukanlah sesuatu dari luar diri Anda, bukan orang lain, dan juga bukan setan, tetapi adalah bagian dari diri Anda sendiri.
Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Khotbah
1. Hati Hambatan doa yang paling utama dan pertama adalah hati. Alkitab mengatakan bahwa Tuhan melihat dan menilai hati seseorang. Doa dan permohonan Anda keluar dari dalam hati, atau keinginan dari hati. Saat Anda menyampaikan permohonan kepada Tuhan, yang dinilai oleh Tuhan bukan bahasa yang Anda pakai, bukan cara atau gaya berdoa, bukan tempat berdoa, dan bukan jabatan-jabatan atau atribut-atribut rohani yang melekat pada diri Anda. Tuhan juga tidak menilai siapa yang mendoakan Anda. Saudara-saudara sekalian, renungkan ini! Tuhan menilai Anda ketika Anda berdoa. Di dalam khotbah Yesus di bukit, Ia mengajarkan bagaimana seharusnya sikap hati kita ketika kita berdoa. Jika kita sedang berdoa dan kita ingat bahwa ada situasi tidak akur antara kita dengan seseorang, Yesus menganjurkan kita berhenti dulu berdoa; tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu (Matius 5:24). Hati yang tidak berdamai akan menghambat semua jawaban doa-doa Anda. Hati yang tidak berdamai adalah hati yang menyimpan kebencian, kemarahan, rasa anti pati, apriori, kepahitan, kekecewaan, sakit hati, tidak simpati, dan tidak toleran. Jika salah satu dari perasaanperasaan ini masih ada di hati Anda, Yesus mengatakan, tinggalkan doamu, atau berhentilah berdoa. Bereskan dulu hati Anda baru kembali berdoa. Hati yang tidak mengampuni atau memaafkan, menghambat semua doa Anda. Ketika Yesus mengajar murid-murid-Nya berdoa, salah satu prinsip pengajaran dalam doa itu adalah mengampuni orang yang bersalah pada kita. Jika Anda tidak mengampuni, Bapa tidak akan menjawab doamu. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu (Matius 6:15). Mengampuni artinya melupakan semua kesalahan orang lain seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu. Jika Anda tidak mengampuni atau memaafkan, jangankan doa-doa Anda dijawab, diampuni pun tidak.
Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Khotbah
2. Keangkuhan Rohani Dalam khotbah yang lalu saya telah menggaris-bawahi bahwa berdoa adalah saat untuk bersujud dan merendah di hadapan Tuhan, saat untuk mengakui kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa kita, saat untuk mengintrospeksi dan mengoreksi hati dan pikiran kita. Berdoa adalah waktu untuk memohon belas kasihan dan kemurahan hati Tuhan, waktu untuk berpasrah diri kepada kehendak Bapa yang di Surga, dan waktu untuk menyadari dan melihat betapa kecil dan hina, betapa rendah dan tak berarti, serta betapa tak layaknya kita di hadapan Tuhan. Tetapi dalam realitanya sikap dan roh arogansi rohani justru sering terlihat pada saat seseorang berdoa atau terungkap melalui doadoa orang beriman. Kenyataan tersebut bukan sekedar asumsi atau bersifat subyektif. Yesus menunjuk salah satu contoh tentang orang yang angkuh saat berdoa, yaitu seorang rohaniawan, agamawan, atau Farisi: Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku (Lukas 18:11-12). Saudara-saudara sekalian! Dari contoh ini muncul atau terungkap bagaimana dan seperti apa ciri-ciri orang yang angkuh atau arogan dalam doa. Dan saya berharap ciri-ciri ini tidak ada pada diri Anda sekalian. a. Percaya pada perasaannya. Orang yang arogan, menilai dan mengukur dirinya berdasarkan perasaannya. Karena ia percaya pada perasaannya, maka ia merasa dirinya lebih baik, lebih rohani, lebih suci, lebih dewasa, dan lebih dekat pada Tuhan dari pada orang lain. Perhatikan kata Yesus: Farisi berdoa atau berkata dalam hatinya, karena aku tidak sama seperti semua orang lain. Farisi itu percaya pada perasaan dan kata hatinya. b. Merasa tidak bersalah. Orang yang arogan – angkuh – merasa tidak pernah berbuat salah, dan juga tidak mau melihat kesalahan dirinya. Perhatikan apa Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Khotbah
kata orang Farisi itu: aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah... Memang benar orang Farisi ini tidak melakukan dosa-dosa yang dia sebut itu, tetapi apakah benar bahwa tidak melakukan kesalahan dan dosa-dosa yang lain? Dan mungkin benar bahwa Anda juga tidak pernah melakukan kesalahan dan dosa-dosa seperti: merampok, lalim, membunuh, dan berzinah, tetapi apakah benar bahwa Anda tidak pernah melakukan kesalahan dan dosa-dosa yang lain seperti kebanyakan orang? Hanyalah orang-orang yang arogan – angkuh -yang dapat merasa tidak bersalah. Roh arogansinya telah membebalkan hatinya sehingga ia dapat merasa bersalah. c. Membeberkan kesalahan orang lain. Orang yang arogan – angkuh- tidak akan pernah membicarakan kebaikan orang lain. Ia melihat setiap orang dari sisi-sisi kelemahan dan kekurangannya, tepat seperti yang dilakukan Farisi saat ia melihat seorang pemungut cukai datang ke bait Allah: aku juga tidak seperti pemungut cukai ini. Sebutan pemungut cukai digunakan untuk dua makna dan maksud yaitu: untuk profesi atau pekerjaan, dan untuk penghinaan, sama dengan istilah lintah darat. Farisi itu menilai pemungut cukai itu bukan dari sisi profesinya, tapi dari sisi kesalahan-kesalahannya. Saudara! Mungkin Anda menjumpai di sana-sini ada orang–orang yang menjalani kehidupannya dengan cara yang salah, tetapi siapakah Anda sehingga Anda harus menjadi hakim bagi mereka? Siapakah Anda sehingga Anda merasa perlu untuk membeberkannya pada orang lain, dan apakah Anda sehingga Anda merasa perlu melaporkannya pada Tuhan? Jika Anda pernah melakukan hal ini, dengarkan apa kata Yesus - Mengapakah engkau melihat serpihan kayu di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (Matius 7:3) d. Mengungkapkan kebaikan dirinya. Orang yang arogan – angkuh – melihat dirinya hanya dari sisisisi kebaikannya. Ia akan menceritakan semua kebaikan yang ia pernah Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Khotbah
lakukan untuk orang lain atau untuk Tuhan. Farisi mengungkapkan dalam doa kebaikan apa saja yang dia lakukan; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Saudara! Cara berdoa Farisi ini, selain menunjukkan keangkuhan, juga melanggar Firman Tuhan. Yesus mengatakan apa yang dilakukan oleh tangan kananmu jangan diketahui oleh tangan kirimu. Tetapi begitu angkuhnya orang ini sehingga ia merasa bahwa Tuhan pun perlu diberitahu semua kebaikannya. Orang-orang yang arogan menceritakan kebaikan-kebaikannya untuk menutupi kesalahan, kekurangan, dan dosa-dosanya, bahkan di dalam doa-doanya pun, orang-orang yang arogan rohani bukannya berdoa untuk memohon belas kasih Allah, tetapi menceritakan atau melaporkan pada Tuhan apa yang telah dibuatnya, seolah-olah Tuhan tidak tahu. Nabi besar Elia pernah melakukan cara ini; Aku bekerja segiatgiatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu,meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabiMu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.” (I Raja-raja 19:10). Perlukah kita menceritakan kepada Tuhan di dalam doa, siapa dan apa diri kita? Perlukah kita melaporkan kepada Tuhan perbuatanperbuatan baik apa saja yang telah kita lakukan untuk Dia? Apakah kita harus memberitahukan kepada Tuhan apa yang seharusnya Dia lakukan untuk kita? Jawaban-jawaban terhadap pertanyaan ini akan menunjukkan tingkat kedewasaan rohani dan pengenalan Anda akan Allah. Saudara-saudara sekalian! Saya berharap ciri-ciri ini tidak ada pada diri Anda sekalian. Dan saya mengajak Anda sekalian untuk memulai cara-cara berdoa dengan cara memohon sesuai dengan keperluan-keper-
Suara EL-Asah Tahun I No. 5
10
Khotbah
luan Anda, mengungkapkan masalah-masalah hidup yang membutuhkan campur tangan Tuhan. 3. Ketidaktaatan. Bapak ibu serta saudara sekalian! Hambatan ketiga adalah ketidaktaatan seseorang pada Firman Allah. Yesus memberi suatu pernyataan yang secara implisit menunjukkan banyak doa orang beriman yang tidak pernah ditanggapi oleh Allah karena doa-doa itu keluar dari hati orang-orang yang tidak patuh pada Alkitab. Inilah pernyataan Yesus: Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga (Matius 7:21). Saya merasa perlu menggaris-bawahi bahwa yang dimaksud dengan taat pada Firman Allah adalah bertindak, berbuat, dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan Firman Allah yang tertulis di dalam Alkitab. Atau melakukan kehendak Allah adalah mentaati, dan melaksanakan perintah-perintah Allah persis seperti yang tertulis di dalam Alkitab. Pengertian ini ditegaskan oleh Allah pada Yosua demikian: Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung (Yosua 1:8). Sebagian orang Kristen taat bukan pada Firman Allah yang tertulis di dalam Alkitab, tetapi pada Firman Allah yang ditafsirkan. Misalnya: Firman Allah yang tertulis mengatakan; Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, (Maleakhi 3:10). Sebagian orang Kristen menafsirkan bahwa yang disebut rumah Tuhan bukan hanya gedung atau bangunan tempat beribadah tetapi juga panti-panti sosial Kristen, yayasan-yayasan Kristen, sekolahsekolah Alkitab, daerah-daerah yang dilanda bencana, dan sebagainya. Oleh karena itu persepuluhan dapat juga dibawa ke tempat-tempat tersebut. Orang-orang ini merasa taat pada Firman Allah karena sudah menyerahkan persepuluhan mereka. Tetapi sesungguhnya mereka Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Khotbah
11
bukan taat pada Firman Allah, tetapi taat pada pendapat mereka, dan mereka bukan melakukan kehendak Allah melainkan kehendak mereka sendiri. Sebab Firman yang tertulis mengakatan bawalah ke Rumah-Ku, tetapi mereka membawanya ke tempat lain, yaitu tempat-tempat yang mereka kehendaki. Perlu diingat bahwa yang dimaksud dengan rumah Tuhan dalam konteks persepuluhan adalah gedung atau bagunan tempat umat Tuhan berkumpul untuk beribadah. Saudar-saudara sekalian! Saya ingin mengingatkan Anda bahwa ada perbedaan yang sangat besar antara Firman Allah yang tertulis di dalam Alkitab, dengan Firman Allah yang ditafsirkan. Kebenaran Allah adalah Firman yang tertulis, bukan Firman Allah yang ditafsirkan. Hasil penafsiran manusia adalah kebenaran logika manusia, dan kualitas kebenarannya hanya seperti kain lara (kain lap/gombal) yang dapat bertahan hanya beberapa saat. Oleh karena itu, jika Anda ingin melakukan kehendak Allah, jika Anda ingin melakukan kebenaran, dan jika Anda ingin agar doa-doamu tidak terhambat, taatilah dan lakukanlah persis seperti yang tertulis di dalam Alkitab, bukan seperti yang tersirat dalam pikiran manusia, bukan seperti yang ditafsirkan manusia, dan bukan seperti yang dikatakan orang, siapapun dia. 4. Motivasi Saudara-sauadar sekalian! Saya ingin bertanya pada Anda. Jika sekarang Anda berdoa supaya Tuhan memberkati Anda berlimpah-limpah, apa yang Anda pikirkan sekarang untuk dilakukan nanti setelah Anda berkelimpahan? Atau tujuan apa yang Anda pikirkan sekarang, jika nanti Anda berkelimpahan? Jika sekarang Anda berdoa untuk menjadi orang yang sukses, apa yang Anda akan lakukan setelah Anda menjadi orang sukses? Yakobus mengatakan bahwa banyak doa yang tidak pernah dijawab karena motivasi di balik doa-doa itu salah. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu
Suara EL-Asah Tahun I No. 5
12
Khotbah
(Yakobus 4:3). Motivasi dalam doa adalah apa yang Anda akan lakukan setelah Tuhan menjawab doa-doa Anda. Jika Tuhan membuat Anda kaya, untuk apa kekayaan itu? Jika Tuhan membuat Anda berhasil, untuk apa keberhasilan itu? Jika Tuhan membuat Anda naik pangkat, untuk apa pangkat dan posisi itu? Jika motivasi doa-doa itu untuk memuaskan hawa nafsu yaitu; untuk memenuhi keinginan daging, untuk kepentingan harga diri, untuk kebanggaan diri, untuk menunjukkan siapa diri Anda, dan untuk membuktikan konsep keyakinan Anda, maka doa-doa itu tidak akan terkabul. Masih ingatkah Anda pada perumpaan Tuhan Yesus tentang orang kaya yang bodoh? Perhatikan motivasi di balik harapan dan permohonannya; Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Perhatikan apa motivasinya, yaitu untuk kebanggaan dan kepuasan nafsu daging, menjadi lebih kaya, makan minum, dan bersenang-senang! Permohonan orang kaya itu bukannya dijawab dengan berkat tetapi kematian; Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (Lukas 12:18-20). Doa Yakobus dan Yohanes tidak dikabulkan oleh Yesus karena motivasinya adalah untuk menaklukkan atau membungkam lawanlawan iman mereka; Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka (Lukas 9:54-55). Motivasi di balik doa dua murid Yesus itu adalah untuk menghancurkan musuh-musuh iman mereka, tetapi ternyata Yesus tidak mengabulkannya. Saudara-saudara sekalian! Jika motivasi di balik doa-doa Anda adalah untuk membuktikan kebenaran, keunggulan, atau kehebatan keyakinan Anda demi membungkam dan menaklukkan penentangpenentang, atau musuh-musuh iman Anda, maka Anda hanya akan Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Khotbah
13
berlelah-lelah berdoa, karena doa-doa seperti itu tidak akan pernah terjawab. Motivasi doa-doa seperti ini adalah untuk kemuliaan, kebanggaan, dan kebesaran diri manusia belaka, meskipun Anda menyisipkan nama Tuhan di dalamnya. Banyak orang menggunakan nama Tuhan dalam doa hanya untuk membungkus motivasi-motivasi duniawi dalam hatinya, atau menggunakan Nama Tuhan dengan maksud melibatkan Tuhan dalam upayanya meraih kemuliaan dan kebanggan diri sen diri. Saudara-saudara sakalian! Mulailah merenungkan lebih dahulu motivasi-motivasi apa yang ada di balik doa-doa Anda. Apa yang Anda harapkan atau yang Anda ingin raih jika Tuhan menjawab doadoa Anda. Jika motivasi itu untuk diri Anda sendiri, lebih baik jangan berdoa, karena doa-doa Anda akan sia-sia. Tetapi jika motivasi-motivasi di balik doa-doa itu untuk kemuliaan, keagungan, dan kebesaran Nama Tuhan, yakinlah doa-doamu segera akan dikabulkan. Renungkan Firman Tuhan di dalam Yohanes 15:7-8. Kesimpulan Bapa ibu, serta saudara-saudara sekalian! Kiranya kini menjadi jelas bahwa hambatan-hambatan bagi doa-doa kita bukan setan atau iblis, bukan seseorang, bukan sesuatu yang ada di luar diri kita. Semua hambatan doa-doa kita ada di dalam diri kita, ada di dalam hati dan pikiran kita, ada di dalam sikap dan perbuatan-perbuatan kita. Mungkin ada banyak doa Anda yang sampai saat ini belum terkabulkan. Semua doa itu sudah sampai ke telinga Tuhan. Tuhan sanggup melakukan dan memenuhi semua permintaan kita. Bereskan hati Anda, mulailah ketaatan yang baru pada Firman Allah, mulailah sikap rendah hati di hadapan Tuhan, dan perbaiki motivasi-motivasi di balik doa-doa Anda. Maka Anda akan melihat setiap doa yang Anda panjatkan, akan segera terjawab..... ini adalah prinsip Firman Allah. Haleluya... Allah kita Mahabesar.....haleluya..... Allah kita Mahatahu..... Allah kita tidak pernah lalai dan tidak pernah terlambat bertindak....... Suara EL-Asah Tahun I No. 5
14
Pemahaman Alkitab
Mempersiapkan Diri Untuk Diberkati Oleh: DR. S. TANDIASSA, M.A.
T
ujuan dari tema tersebut di atas adalah supaya orang-orang percaya dapat membenahi kehidupan mereka, khususnya dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Karena dengan menyelaraskan kehidupan dengan Allah, atau dengan Firman Allah, setiap orang percaya akan diberkati oleh Tuhan. Tema besar dalam pehaman Alkitab ini dibagi menjadi empat bagian yaitu: 1. 2. 3. 4.
Bertobat Penuh dengan Roh Kudus Dipimpin oleh Roh Kudus Beribadah dalam Roh
Pada edisi yang lalu telah dimuat tiga bagian yaitu Bertobat, Penuh dengan Roh Kudus, dan Dipimpin oleh Roh Kudus. Bagian keempat ini akan membahas tentang Beribadah dalam Roh sehingga kita akhirnya benar-benar siap untuk menerima berkat dari Tuhan.
Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Pemahaman Alkitab
15
Beribadah dalam Roh Kudus Lukas 4:14-15
Pengantar Beribadah atau menyembah kepada Tuhan merupakan kegiatan yang suci, mulia, dan agung. Oleh karena itu ibadah harus dilakukan dalam tuntunan Roh Kudus. Allah menuntut setiap orang untuk melakukan penyembahan dalam Roh karena Allah yang disembah adalah Roh. Konsep atau pengajaran tentang menyembah dalam Roh sudah demikian banyak dan beragam. Bentuk atau pola beribadah dalam Roh juga sudah dipraktekkan di berbagai tempat. Kali ini kita akan belajar dari Yesus bagaimana beribadah dalam Roh. Tetapi yang kita akan pelajari bukan konsep atau pengajaran-Nya tentang beribadah, melainkan praktek, cara, bentuk, model ibadah dalam Roh yang dilakukan oleh Yesus. Bagian Alkitab yang menjadi pokok pembahasan dalam Bible Study ini adalah Lukas 4:13-19. Lukas melaporkan bahwa sesudah Yesus berpuasa dan dicobai oleh iblis, Yesus kembali ke Galilea dalam kuasa Roh, dan masuk ke dalam rumah-rumah ibadah. Selanjutnya, Yesus pergi ke kampung kelahiran-Nya, dan di sana pun Ia masuk ke dalam rumah ibadah. Di dalam rumah ibadah itu Yesus menyatakan bahwa Ia datang dalam Roh Tuhan untuk memberitakan kabar sukacita. Cerita yang singkat ini memperlihatkan kepada kita bagaimana Yesus melakukan ibadah dalam Roh. I. Masuk ke dalam Bait Allah. Yesus melakukan ibadah dalam Roh dengan cara masuk ke dalam rumah-rumah ibadat (ayat 14-16). Suara EL-Asah Tahun I No. 5
16
Pemahaman Alkitab
Fungsi rumah-rumah ibadat adalah: A. Sebagai pusat perkumpulan umat Tuhan untuk beribadah. 1. Sekumpulan jemaat beribadah di rumah ibadat (ayat 20) 2. Jemaat berkumpul di rumah ibadat dalam jumlah besar (Markus 6:2). 3. Umat Tuhan yang datang melayani dan beribadah di rumah Tuhan akan diberkati (Mazmur 134:1-3) B. Sebagai pusat pembinaan iman umat melalui pengajaran Firman Allah. 1. Yesus mengajar dari kitab Yesaya di rumah ibadat (ayat 14-15). 2. Jemaat besar mendengar pengajaran Yesus di rumah ibadat (Markus 6:2) C. Sebagai tempat untuk membawa semua persembahan kepada Tuhan. 1. Yesus menyuruh membawa persembahan ke rumah Tuhan, tempat imam-imam melayani – Lukas 5:14. 2. Yesus memperhatikan orang yang membawa persembahan ke rumah Tuhan – Markus 12:41; Lukas 21:1. 3. Tuhan berkenan dan memberkati, serta membuka pintu-pintu berkat kepada orang yang membawa persembahan ke rumah Tuhan - Yesaya 56:7; Maleakhi 3:8-10; Kisah Para Rasul 4:3437 Rumah-rumah ibadat adalah gedung-gedung gereja. Beribadah dalam Roh tidak dapat dipisahkan dari berkumpul bersama di dalam rumah Allah untuk beribadah dan dibina melalui pengajaran Firman Allah. Membawa persembahan ke rumah ibadah adalah bagian dari beribadah dan menyembah dalam Roh. II. Menjunjung tinggi Alkitab. Yesus adalah Firman Yang Hidup dan juga Tuhan, tetapi Ia tetap mengambil Alkitab yaitu Firman yang tertulis sebagai sumber pengajaran-Nya. Ayat 16-17 - Yesus membaca kitab Nabi Yesaya. Yesus menjunjung tinggi Alkitab karena: Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Pemahaman Alkitab
17
A. Alkitab - Firman yang tertulis - diilhamkan, dinafaskan, atau mengalir keluar dari dalam diri Allah (2 Timotius 3: 15-16) B. Alkitab adalah kebenaran yang tertulis, yang harus dijadikan acuan atau pegangan untuk melawan tipu daya iblis (Matius 4:3-10) – Yesus selalu meng acu pada apa yang tertulis dalam Alkitab – ada tertulis..... (ayat 4,7,10). C. Alkitab atau Injil yang tertulis adalah kekuatan dan kebenaran Allah (Roma 1:16-17) – kekuatan dan kebenaran itulah yang menyelamatkan manusia. Menyembah dalam Roh adalah sikap hati menjunjung tinggi Alkitab sebagai kebenaran tertinggi dan mutlak, serta sikap menerima dan mematuhi Firman Tuhan dengan segala kerendahan hati. Roh Kudus memimpin orang beriman kepada sikap hidup yang benar, dan mendorong untuk memuliakan Tuhan (Yohanes 16:13-14).
Konklusi Makna menyembah atau beribadah dalam Roh yang ditunjukkan oleh Yesus tidak berbentuk ritual-ritual atau upacara-upacara, tetapi berupa sikap hidup terhadap rumah Tuhan dan terhadap Firman Allah. Yesus menegaskan dalam khotbah-Nya bahwa kita harus menyem bah Bapa di Surga melalui perbuatan-perbuatan kita (Matius 5:16).
cc000dd
Suara EL-Asah Tahun I No. 5
18
Kesehatan
NARKOBA DAN KESEHATAN Oleh: Dr. Adieli Zega
JENIS-JENIS NARKOBA Narkoba dibagi dalam tiga kelompok (UU RI No.22/1997), yaitu: 1. Narkotika golongan I Adalah golongan narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Tidak boleh digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk kepentingan penelitian atau ilmu pengetahuan. Yang termasuk dalam golongan ini: Ganja, Heroin, Kokain, Morfin, Opium. 2. Narkotika golongan II Adalah golongan narkotika yang memiliki daya adiksi kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Yang termasuk golongan ini adalah: Petidin dan turunannya, Benzetidin, Betametanol. 3. Narkotika golongan III Adalah golongan narkotika yang memiliki daya adiksi ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Yang termasuk golongan ini adalah kodein dan turunannya. A. NARKOTIKA Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan ke dalam tiga golongan yaitu: Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Kesehatan
19
1. Narkotika alami Yaitu: narkotika yang zat adiktifnya diambil dari tumbuh-tumbuhan (alam) a. Ganja: tumbuhan perdu dengan daun menyerupai singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu halus, jumlah jarinya selalu ganjil, yaitu 5,7,9. banyak terdapat di daerah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Tengah, Sumatra Selatan, dan Pulau Jawa. Sering dipakai sebagai bumbu masak (daya adiktifnya rendah), namun jika dibakar dan asapnya dihirup tidak demikian. b. Hasis: tumbuhan serupa ganja. Biasanya terdapat di Amerika Latin dan Eropa. Daun ganja, hasis dan maryuana dapat disuling dan diambil sarinya. Dalam bentuk cair sangat mahal harganya. c. Koka: tanaman perdu mirip pohon kopi. Sering digunakan untuk menambah kakuatan orang yang berperang atau berburu. Koka kemudian diolah menjadi kokain. d. Opium: bunga dengan bentuk dan warna yang indah. Dari getah opium dihasilkan candu (opiate). Terdapat di mesir dan daratan cina. Digunakan untuk mengobati beberapa penyakit, memberi kekuatan atau menghilangkan rasa sakit pada tentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu. 2. Narkotika semisintetis Yaitu: narkotika alami yang diolah dan diambil zat adiktifnya (inti sarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran. a. Morfin: dipakai dalam dunia Kedokteran untuk menghilangkan rasa sakit atau pembiuasn pada operasi. b. Kodein: dipakai untuk obat penghilang batuk. c. Heroin: tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adiktifnya yang sangat besar dan menfaatnya secara medis belum ditemukan. Dalam perdagangan gelap heroin diberi nama Putaw (pete/pt), bentuknya seperti tepung terigu: halus, putih, dan agak kotor. d. Kokain: hasil olahan dari biji koka. Suara EL-Asah Tahun I No. 5
20
Kesehatan
3. Narkotika sintetis Yaitu : narkotika palsi yang dibuat dari bahan kimia. Digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi yang menderita ketergantungan narkoba (substitusi). a. Petidin : untuk obat bius lokal, operasi kecil, sunat, dsb b. Methadone : untuk pengobatan pecandu narkoba c. Nalrexon : untuk pengobatan pecandu narkoba B. PSIKOTROPIKA Psikotropika adalah zat yang bukan narkotika, yang digunakan dokter untuk mengobati gangguan jiwa (psyche). Berdasarkan UU RI No.5/1997, psikotropika dapat dikelompokkan dalam empat golongan: 1. Golongan I : psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, yang sedang diteliti khasiatnya. Contohnya: brolamfetamin, etilsiklida, MDMA (ekstasi), LSD dan STP. 2. Golongan II : psikotropika dengan daya adiktif kuat, berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya : amfetamin, metafetamin, metakualon, fenetelina, sekobarbital, dsb. 3. Golongan III : psikotropika dengan dya adiktif sedang, berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya fenobarbital, luminal, buprenorsina, flunitrazepam, dsb. 4. Golongan IV : psikotropika dengan daya adiktif ringan, berguna untuk pengobatan dan penelitian, contohnya nitrazepam (BK, mogadon, dumolid), diazepam, dsb. C. BAHAN ADIKTIF LAINNYA Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. 1. Rokok 2. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan. 3. Thinner dan zat-zat lain seperti: lem kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin yang bila dihisap, dihirup dan dicium dapat memabukkan. Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Kesehatan
21
BAGAIMANA NARKOBA BEKERJA DALAM TUBUH MANUSIA 1. Melalui saluran pernafasan: dihirup melalui hidung (shabu), dihisap sebagai rokok. 2. Melalui saluran pencernaan: dimakan atau diminu(ekstasi, psikotropika). 3. Melalui aliran darah: disuntikkan melalui pembuluh darah (putaw), ditaburkan ke sayatan kulit (putaw, morfin). APA YANG DITAKUTI PADA NARKOBA Narkoba memiliki tiga sifat yang berbeda dengan obat atau zat yang lainnya sehingga membelenggu para pemakainya, yaitu: 1. Habitual, adalah sifat pada narkoba yang membuat pemakainya akan selalu teringat, terkenang dan terbayang sehingga cenderung untuk selalu mencari (seeking). Sehingga bila sudah sembuh kelak bias kambuh lagi (relapse). Semua jenis narkoba memiliki sifat habitual dalam kadar yang berfariasi. 2. Adiktif, adalah sifat narkoba yang membuat pemakainya terpaksa memakai terus dan tidak dapt menghentikannya. Penghentian atau pengurangan pemakaian akan menimbulakan “efek putus zat” atau withdrawal effect, yaitu perasaan sakit luar biasa atau biasa disebut juga dengan SAKAW (sakit karena kau, narkoba!). rasa sakit yang ditimbulkan oleh setiap jenis narkoba berbeda-beda. Dan perasaan sakit yang paling berat adalah sakaw akibat putus zat putaw dan shabu, sehingga hanya bisa hilang jika diberi putaw dan shabu. Untuk mengatasi sakit yang luar biasa tersebut, biasanya dengan kembali mengkonsumsi narkoba yang sama seterusnya (disebut junkies, pemadat atau pecandu), namun bila tidak memakai akan lesu, gelisah, tidak fit, dan tidak percaya diri. Bila tidak memakai lagi dan tidak tahan sakitnya, maka pemakai tersebut akan bunuh diri, dengan cara menyuntikkan kembali narkoba, melompat dari gedung bertingkat, menebrak kendaraan atau membenturkan kepala ke tembok. 3. Toleran, adalah sifat narkoba yang membuat tubuh pemakainya semakin lama semakin menyatu dengan narkoba dan menyesuaikan diri dengan narkoba tersebut, sehingga menuntut dosis pemakaian yang semakin tinggi. Karena bila dosis tidak dinaikkan, Suara EL-Asah Tahun I No. 5
22
Kesehatan
maka pemakainya akan mengalami sakaw. Semakin banyak dosis yang dinaikkan akan mempengeruhi kemempuan toleransi tubuh. Keadaan ini disebut over dosis (OD). Ketiga sifat di atas habitual, adiktif, dan toleran, menyebabkan pemakai narkoba memiliki perubahan sifat dan sikap menjadi: 1. Tergila-gila pada narkoba 2. Tidak dapat melepaskan diri dari narkoba 3. Dosisnya akan terus bertambah tinggi sampai suatu saat pada puncaknya yang disebut over dosis 4. Mengalami perubahan sifat dan sikap menjadi eksklusif, egois, sombong, asosial dan jahat (psikosis). 5. Mengalami kerusakan organ tubuh 6. Bisa terjangkit penyakit maut, seperti HIV/AIDS, sifilis, dsb DAMPAK NARKOBA 1. Terhadap fisik a. b. c. d.
Sakaw, bunuh diri: mati Kriminalitas: mati terbunuh Over dosis: mati Salah tolong: mati
2. Terhadap mental dan moral a. menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak saraf, pembuluh darah, tulang, dan seluruh jaringan tubuh b. pecandu menjadi tertutup karena malu, takut mati atau takut perbuatannya diketahui karena merasakan bahwa perbuatannya buruk, menjadi rindah diri, merasa tidak berguna dan bahkan menganggap dirinya sebagai sampah masyarakat c. terjebak menjadi pelacur, penjahat, pembunuh dan semakin bodoh, malas sehingga menjadi miskin 3. Terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa a. Masalah psikologi Bila ada anggota keluarga yang terlibat narkoba, maka dapat timbul gangguan keharmonisan rumah tangga, karena munculnya rasa malu orang tua, dan saudara-saudara kepada teman, tetangga dan masyarakat. Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Kesehatan
23
b. Masalah ekonomi Banyak uang terbuang untuk pengobatan dalam jangka waktu yang lama. Banyak uang yang hilang karena dicuri atau barang dijual oleh pemakai narkoba,untuk membeli narkoba. c. Masalah kekerasan dan kriminalitas Akibat masalah ekonomi, maka dapat timbul kekerasan dalam rumah tangga, perkelahian, pemaksaan, penganiayaan bahkan pembunuhan sesame anggota keluarga. Yang dapat menyebar ke tetangga, lalu ke masyarakat luas. 4. terhadap kesehatan dapat dibedakan atas tiga, yaitu: a. Penyakit langsung karena narkoba kerusakaan pada sel otak kerusakan pada hati kerusakan pada ginjal kerusakan pada jantung kerusakan pada limfa, sumsum tulang, paru-paru dan lainnya b. Penyakit infeksi karena narkoba HIV/AIDS Hepatitis Sifilis c. Penyakit tidak langsung akibat semua penyakit yang timbul, maka fisik akan lemah, memburuk serta kehilangan kemampuan untuk menangkal penyakit. CIRI-CIRI PEMAKAI
• • • • • •
Pupil mata mengecil Mata kemerahan dan berair Mulut dan kerongkongan terasa kering Kewaspadaan dan perhatian terhadap sekitar menurun Reaksi otak, perasaan, pikiran dan fisik menurun Sikap: apatis, bicara cadel, anti sosial, malas makan, malas mandi, kurus, dan sering sakit. (Selesai) Suara EL-Asah Tahun I No. 5
24
Teologia
TEOLOGIA:
SOTERIOLOGI OLEH: DR. S. TANDIASSA, M.A.
Bab IV METODE KESELAMATAN
enyelamatan merupakan inisiatif langsung dari pihak Allah, yaitu inisiatif yang timbul dari kelimpahan kasih dan anugerah-Nya. Hal ini berarti bahwa Allah yang menghendaki, yang merancang, yang menyediakan sarana-sarana, dan yang merealisasikan penyelamatan. Dalam rangka merealisasikan kehendak dan rancangan penyelamatan tersebut, Allah menentukan metode atau prosedur, atau jalan yang melaluinya keselamatan dapat sampai dan diaplikasikan pada manusia.
P
Di samping itu, mengenai siapa yang akan dianugerahi keselamatan, atau yang akan diselamatkan, itu juga merupakan inisiatif langsung dari pihak Allah. Allah yang melakukan pemilihan dan penentuan sebelum dunia dijadikan, siapa yang Dia akan selamatkan, sementara manusia sebagai pihak yang mendapatkan anugerah, atau penerima, hanya bisa meresponi anugerah tersebut dengan rasa syukur Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Teologia
25
(Efesus 1:3-5). Dalam pengertian lain, inisiatif, kehendak, rencana serta metode penyelamatan, semuanya berawal dari diri Allah. Demikian pula dengan proses, penerapan, serta obyek penyelamatan, semuanya merupakan karya Allah sendiri. Dalam hal inilah keselamatan dipandang sebagai karya Allah sepenuhnya. Berkenaan dengan pembahasan mengenai penerapan dan realisasi karya penyelamatan Allah, yang akan diperhatikan adalah metode, atau proses, atau jalan yang digunakan Allah untuk menyelamatkan orang-orang yang dipilih-Nya. Di dalam sejarah karya penyelamatan yang dilakukan oleh Allah, baik di dalam Perjanjian Lama maupun di dalam Perjanjian Baru, terdapat tiga metode atau cara yang selalu digunakan oleh Allah. 1. Penumpahan Darah. Penumpahan darah – secara biblikal - merupakan metode paling awal, yang digunakan oleh Allah untuk menyelamatkan manusia dari kondisi keberdosaannya. Di Taman Eden, ketika Allah mau menyelesaikan akibat dari keberdosaan Adam dan Hawa yaitu ketelanjangan, Allah membuat pakaian dari kulit binatang (Kejadian 3:21). Proses pembuatan pakaian tersebut secara logika mengharuskan adanya peristiwa penumpahan darah. Selanjutnya, sepanjang Kitab Kejadian kita menemukan peristiwa-peristiwa penumpahan darah hewan terutama pada ritual-ritual ibadah dan penyembahan kepada Allah. Ibadah Habel disertai dengan penumpahan darah. Melalui pe numpahan darah tersebut, Habel mandapat perkenanan di hadapan Allah (Kejadian 4:4). Nuh, setelah keluar dari bahtera, melakukan ibadah yang disertai dengan penumpahan darah, lalu Allah membuat perjanjian keselamatan dengan Nuh (Kejadian 8:20-22). Abraham mempersembahkan korban berupa penumpahan darah di mezbah untuk membangun komunikasi dengan Allah (Kejadian 13:4,18). Dan Allah menyuruh Yakub menyembelih hewan dan mempersembahkannya di atas mezbah di Betel (Kejadian 35:1-7). Perhatikan bahwa setiap kali mereka mengadakan ritual penumpahan darah, setiap
Suara EL-Asah Tahun I No. 5
26
Teologia
kali itu pula Allah menghampiri mereka. Dengan kata lain, Allah menjumpai manusia melalui penumpahan darah. Peristiwa Eksodus – istilah tepatnya; pembebasan dan penyelamatan Israel dari perbudakan di Mesir – ditandai dengan ritual penumpahan darah. Allah memerintahkan Israel supaya mereka menyembelih domba dan darahnya dan dipercikkan ke pintu-pintu rumah mereka. Darah domba itu menjadi jaminan keselamatan bagi Israel dari maut, dan juga keselamatan atau pembebasan dari penderitaan karena perbudakan di Mesir. Tetapi bagi mereka yang tidak melakukan ritual penumpahan darah, tidak ada jaminan keselamatan (Keluaran 12:1-12). Selanjutnya Allah menetapkan bahwa penumpahan darah harus dilakukan setiap tahun sebagai peringatan atas perisitiwa eksodus. Sepanjang Perjanjian Lama kita menemukan metode penumpahan darah untuk pengampunan, pengudusan, dan penyelamatan. Menurut penulis kitab Ibrani, di dalam tradisi Torat, maksudnya Perjanjian Lama, semua pengampunan harus melalui ritual penumpahan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan (Ibrani 9:22). Memasuki era Perjanjian Baru, metode penumpahan darah tampak semakin diteguhkan. Yohanes Pembaptis, mengungkapkan bahwa Anak Domba Allah yang akan menghapus dosa seisi dunia (Yohanes 1:29). Pernyataan tersebut secara implisit menyatakan tentang suatu proses penumpahan darah, yaitu darah Yesus. Selanjutnya, metode penumpah an darah di dalam Perjanjian Baru diungkapkan oleh rasul-rasul. Markus mencatat salah satu pernyataan populer dari Yesus yaitu bahwa tujuan-Nya datang ke dalam dunia adalah untuk memberikan nyawa-Nya (darah-Nya) sebagai tebusan (Markus 10.45). Matius me rekam pernyataan Yesus dalam perayaan Paskah bahwa darah-Nya ditumpahkan untuk menebus dosa banyak orang (Matius 26:28). Rasul Paulus, dan rasul-rasul lainnya, membangun teologia keselamatan atas dasar keyakinan pada kuasa darah atau salib Yesus. Allah membenarkan orang-orang berdosa melalui penumpahan darah Yesus (Roma 5:6-12). Kekuatan atau kuasa penyelamatan Allah terletak pada salib atau darah Yesus (1 Korintus 1:18). Penebusan atau penye lamatan oleh darah Yesus adalah manifestasi kasih dan berkat rohani dari surga (Efesus 1:7). Salib atau peristiwa penumpahan darah adalah Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Teologia
27
proses yang dilakukan oleh Allah untuk membangun hubungan yang harmonis dengan manusia (Efesus 2:16). Manusia ditebus oleh darah Anak Domba yang mahal (1 Petrus. 1:18-19). Seluruh bangsa dan suku bangsa dan bahasa diterima di hadirat Allah karena darah Anak Domba (Wahyu 7:13-16). 2. Mediator Sepanjang sejarah karya penyelamatan Allah, prinsip penggunaan mediator untuk menyelamatkan selalu muncul. Allah menciptakan Adam dan Hawa sebagai mediator atau perantara untuk memelihara seluruh ciptaan Allah (Keadian 1:26-29). Allah memilih Nuh di zamannya untuk menjadi mediator dalam rencana penyelamatan Allah bagi manusia yang telah rusak ketika itu dan juga sebagai mediator untuk penyelamatan – yang akan melahirkan - generasi baru yang akan datang (Kejadian 6:7-8). Allah menempatkan Abraham sebagai mediator untuk memberkati semua bangsa di bumi, dan melaluinya Allah mengirim Putra-Nya sebagai penyelamat dunia (Kejadian 12:1-3). Ketika Allah mau menyelamatkan umat-Nya dari Mesir, Allah mengangkat Musa sebagai mediator atau perantara. Melalui Musa, Allah menyatakan kuasa-Nya kepada Firaun, dan melalui tangan Musa pula Allah membebaskan umat-Nya (Keluaran 3:7-10). Sepanjang kitab Hakim-hakim kita mambaca tentang Allah mengangkat pahlawanpahlawan, baik laki-laki maupun perempuan, yang dipakai menjadi mediator untuk menyelamatkan atau membebaskan umatnya dari penindasan orang-orang Palestina (Hakim-hakim 3:9,15). Prinsip yang sama berlaku di dalam sejarah raja-raja dan kerajaan Israel. Allah meng angkat Raja Saul, Raja Daud, Raja Salomo, dan raja-raja seterusnya, menjadi mediator yang bertugas menyelamatkan, melindungi, dan memelihara umat-Nya. Akan tetapi perlu digaris-bawahi di sini bahwa semua mediator, mulai dari Adam sampai pada raja-raja, hanya berfungsi sebagai alat yang digunakan Allah untuk menyelamatkan dan membebaskan umatNya. Peran mediasi mereka juga bersifat temporer atau sementara. Para mediator itu bukan penyelamat atau pembebas, sebab Penyelamat dan Pembebas yang sesungguhnya adalah Allah (1 Tawarikh 16:35; Mazmur 79:9; 85:5) Suara EL-Asah Tahun I No. 5
28
Teologia
Akhirnya muncul Seorang Mediator atau perantara yang sempurna, yaitu Yesus Kristus. Yesus disebut Mediator Sempurna karena Ia sekaligus perantara penyelamatan dan Sang Penyelamat. Ia sekaligus Mediator dan Penjawab doa-doa, Ia sekaligus korban karena dosa-dosa manusia dan pengampun atas dosa-dosa manusia, dan Ia sekaligus adalah Manusia dan Allah. (Matius 1:21; Lukas 24:47; Yohanes 1:4; 14:6; Kisah Para Rasul 4:12; 1 Tesalonika 5:9; Ibrani 5:9). Oleh karena semua peran mediator dan peran penyelamat telah mencapai kelengkapannya atau kesempurnaan di dalam Yesus, maka sekarang di dunia ini kita – orang-orang beriman kepada Yesus - tidak lagi membutuhkan seorang mediator manusia (Ibrani 7:24-27). 3. Anugerah Allah menyelamatkan manusia berdasarkan anugerah-Nya. Hal ini adalah suatu prinsip abadi yang diberlakukan oleh Allah secara konsisten di dalam sepanjang sejarah karya penyelamatan-Nya. Karya penyelamatan Allah dari Adam sampai Musa, dalam zaman Torat, yaitu dari Musa sampai Yohanes Pembaptis, dan dari Yesus sampai sekarang, semuanya berdasarkan anugerah Allah. Makna anugerah Allah yaitu pemberian yang tidak pantas. Artinya Allah memberi sesuatu pada seseorang bukan karena orang tersebut layak atau pantas menerima sesuatu dari Tuhan, tetapi karena Allah berbelas kasihan pada orang itu. Singkatnya; anugerah adalah pemberian Allah berdasarkan atau karena rasa kasihan-Nya pada manusia. Allah memberikan Anak-Nya yang tunggal karena kasih-Nya atau rasa belas kasihan-Nya kepada dunia (Yohanes 3:16). Allah sudah mengorbankan Anak-Nya bagi kita, ketika kita masih dalam keadaan yang tidak layak untuk menerima-Nya (Roma 5:6-8). Prinsip anugerah Allah merupakan satu-satunya cara yang memungkinkan manusia untuk memperoleh keselamatan dan juga satu-satunya jalan atau metode yang memungkinkan Allah dapat menjangkau manusia. Karena pada satu sisi, Allah dengan segala atribut-Nya adalah Mahakudus, dan Mahasempurna, yang seharusnya menuntut kekuSuara EL-Asah Tahun I No. 5
Teologia
29
dusan. Dan pada sisi yang lain, manusia telah rusak secara total – total depravity –sehingga tidak mungkin lagi ia layak untuk menerima sesuatu dari Allah (Yesaya 1:6; Roma 3:23). Atau dengan pengertian lain, pada satu sisi, Allah seharusnya menghukum dan membinasakan manusia atas segala dosanya, sedangkan pada sisi yang lain, Allah tahu bahwa manusia tidak dapat berbuat apa-apa untuk melepaskan dirinya dari dosa. Di dalam situasi seperti ini Allah mengambil jalan tengah dengan cara menerapkan hukum atau prinsip anugerah. Sepanjang sejarah manusia dari Adam sampai sekarang dan seterusnya, Allah melakukan pemilihan atau penyelamatan atas satu orang, atau atas satu keluarga, atau satu bangsa, semuanya berdasarkan anugerah-Nya (Efesus 2:8-9; Titus 2:11). Inti dari anugerah Allah adalah Yesus Kristus, maka orang yang menerima Yesus adalah orang yang menerima anugerah Allah dan menerima anugerah Allah berarti menerima keselamatan. Catatan penting: Kita harus selalu menyadari bahwa keselamatan tidak sama dengan: 1) Menjadi anggota gereja, 2) Menerima baptisan atau sakramen-sakramen, 3) Mentaati Hukum-hukum gereja, dan 4) Berjasa atau melakukan perbuatan-perbuatan baik tidak menjamin keselamatan. Alkitab secara tegas dan jelas menyatakan bahwa hal-hal tersebut di atas berbeda dari keselamatan, dan juga bukan jalan atau cara untuk memperoleh keselamatan (Galatia 2:16, Efesus 2:8-9). Sebab jika keselamatan diperoleh melalui cara dan jalan serta usaha seperti tersebut di atas, maka peristiwa salib Kristus menjadi sia-sia (1 Korintus 1:17). Sebaliknya, setiap orang yang telah menerima anugerah keselamatan harus: 1) Menjadi anggota gereja, 2) Menerima baptisan atau sakramen-sakramen, 3) Mentaati Hukum-hukum gereja, dan 4) Berkarya atau melakukan perbuatan-perbuatan baik sebagai buah-buah dari keselamatan. (Bersambung ke Edisi Mendatang)
Suara EL-Asah Tahun I No. 5
30
Kepemimpinan
KEPEMIMPINANALKITABIAH Dr. S. Tandiassa, M.A.
Pendahuluan
A
da sebuah pertanyaan yang sangat penting tentang ke pemimpinan. Apakah pemimpin itu dilahirkan, atau diciptakan? Pertanyaan ini telah menimbulkan berbagai tanggapan, diskusi, atau perdebatan, sampai sekarang. Pertanyaan ini bahkan telah mendorong para ahli untuk mengadakan penelitian. Ada beberapa pandangan yang dapat dikemukakan secara ringkas yaitu: 1. Pandangan Tradisional Secara turun temurun diyakini bahwa kemampuan seseorang memimpin adalah bakat atau sifat alami yang telah diwarisi melalui kelahiran. Atau dengan kata lain, kecakapan dalam memimpin adalah anugerah alam yang dimiliki sejak lahir. Selanjutnya, kelompok tradisional menjelaskan bahwa orang yang memang lahir dengan bakat dan sifat memimpin akan selalu menjadi pemimpin, dan akan selalu berhasil memimpin dalam segala situasi dan kondisi. Singkatnya, kapabilitas dan kualitas kepemimpinan yang dimiliki seseorang adalah ‘gen’ (benih) yang diturunkan. Artinya, ada orang yang dilahirkan untuk menjadi pemimpin. 2. Pandangan Kontemporer Kelompok masyarakat modern berpendapat bahwa kemampuan kepemimpinan merupakan hasil dari suatu proses interaksi. Kemampuan Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Kepemimpinan
31
seseorang memimpin dapat bertumbuh dan berkembang di dalam dan melalui suatu proses pengalaman hidup bersama, melalui proses interaksi dan relasi dengan lingkungan, dan yang tidak kalah penting yaitu melalui proses waktu. Dalam pengertian lain, kemampuan kepemimpinan dapat diperoleh melalui berbagai proses pengalaman, baik pengalaman-pengalaman empiris, maupun pengalaman-pengalaman indrawi. Kelompok yang setuju dengan pendapat ini mengatakan bahwa terdapat banyak tokoh sejarah dunia yang pernah menjadi pemimpin yang sukses, setelah melalui suatu proses interaksi dan relasi dengan berbagai situasi. Waktu dan proses yang dilalui tersebut mempersiapkan mereka untuk menjadi pemimpinpemimpin yang tangguh dan terampil. Singkatnya, seseorang ‘dapat diciptakan’ untuk menjadi pemimpin. 3. Pandangan Biblikal Pada satu sisi, di dalam Alkitab terdapat banyak pemimpin religius, pemimpin politik, pemimpin bangsa yang tidak berlatar belakang lingkungan pemimpin, dan juga tidak mewarisi dinasti kepemimpinan, tetapi menjadi pemimpin-pemimpin yang berhasil. Dalam hal ini bisa disebutkan antara lain: a. YUSUF Yusuf bertumbuh menjadi dewasa dalam situasi dan kondisi lingkungan yang sangat buruk. Saat beranjak remaja Yusuf dibuang. lalu dijual, kemudian diperbudak, dan selanjutnya dijebloskan ke dalam penjara sebagai seorang narapidana. Tetapi kemudian setelah Yusuf melewati berbagai situasi dan kondisi yang buruk itu, akhirnya Yusuf menjadi pemimpin yang sangat dihormati dan berhasil di Mesir. Di bawah kepemimpinan Yusuf, rakyat Mesir dapat terhindar dari kematian akibat wabah kelaparan. Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: “Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir.” Lalu Firaun menyuruh menaikkan Yusuf dalam keretanya yang kedua, dan berserulah orang di hadapan Yusuf: “Hormat!” Demikianlah Yusuf dilantik oleh Firaun menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir (Kejadian 41:41-43) Suara EL-Asah Tahun I No. 5
32
Kepemimpinan
Ada dua pertanyaan penting tentang kepemimpinan Yusuf: a.
Apakah Yusuf menjadi pemimpin yang berhasil karena ia telah melewati berbagai proses dan pengalaman hidup yang demikian?
b. Apakah Yusuf tetap akan menjadi pemimpin yang berhasil jika ia tidak melewati proses dan pengalaman hidup seperti itu? Jawaban terhadap kedua pertanyaan tersebut tentu akan bersifat interpretasi atau penafsiran yang individualistik. Tetapi secara fakta historis, tidak dapat dibantah bahwa Yusuf menjadi seorang pemimpin bukan karena latar belakang – keturunan - kepemimpinan. Artinya, Yusuf menjadi seorang pemimpin bukan karena ia mewarisi gen kepemimpinan dari keluarga, Yusuf menjadi seorang pemimpin bukan pula karena dikondisikan oleh keluarga untuk menjadi pemimpin. Bahwa Yusuf mendapatkan pelajaran dari berbagai proses dan pengalaman hidup yang dilaluinya, hal itu tidak dapat disanggah. b. PETRUS Setiap orang Kristen mengetahui persis bahwa Petrus hanyalah seorang nelayan. Alkitab menyebutnya orang biasa dan tidak terpelajar. Kenyataan ini diketahui secara umum oleh masyarakat waktu itu; Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus (Kisah Para Rasul 4:13). Akan tetapi fakta sejarah juga telah membuktikan bahwa Petrus telah menjadi seorang pemimpin jemaat perdana yang sangat disegani, baik oleh jemaat maupun oleh masyarakat Yahudi (Kisah Para Rasul 1:15; 2:14; 9:32). Sedemikian besar pengaruh dari kepemiminan Petrus tersebut sehingga pola kepemimpinannya dilestarikan dalam pemerintahan gereja Roma Katolik sampai sekarang yaitu dengan sistem kepausan. Dan menurut gereja Roma Katolik, Petrus adalah Paus yang pertama. Pada sisi yang lain, kita juga menemukan banyak tokoh dalam Alkitab yang menjadi pemimpin karena memang memiliki latar belakang lingkungan pemimpin, sehingga memberi kesan seolah-olah kemampuan mereka memimpin adalah bakat bawaan sejak lahir, atau warisan.
Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Kepemimpinan
33
SALOMO Raja Salomo - putra Raja Daud - adalah seorang pemimpin Israel yang paling sukses di antara semua raja Israel. Salomo memiliki tingkat kemampuan intelektual dan keterampilan memimpin yang tinggi, bahkan melebihi raja-raja lainnya. Selama masa kepemimpinan Salomo, bangsa Israel mengalami kemakmuran, kejayaan, dan keamanan. Maka Salomo berkuasa atas segala kerajaan mulai dari sungai Efrat sampai negeri orang Filistin dan sampai ke tapal batas Mesir. Mereka menyampaikan upeti dan tetap takluk kepada Salomo seumur hidupnya, sehingga orang Yehuda dan orang Israel diam dengan tenteram, masing-masing di bawah pohon anggur dan pohon aranya, dari Dan sampai Bersyeba seumur hidup Salomo (1 Raja-raja 4:21, 25) Salomo menjadi seorang pemimpin bangsa Israel yang paling berhasil. Keberhasilan kredibilitas Salomo dalam memimpin tentu tidak dapat dipisahkan dari pengaruh dan potensi lingkungan keluarga, atau latar belakang keluarga. Gen atau benih Daud sudah tentu sangat dominan di dalam pribadi Salomo. Di samping itu, Daud memang sudah mempersiapkan Salomo jauh-jauh hari sebelumnya, seperti yang diklaim oleh ibu Salomo, baca 1 Raja-raja 1:17. Ternyata Alkitab bersikap netral terhadap pertanyaan: Apakah pemimpin itu dilahirkan, atau diciptakan? Sikap netral Alkitab tersebut dapat diasumsikan mengandung beberapa beberapa maksud dan pesan bahwa: a. kemampuan kepemimpinan adalah anugerah dari Allah. Oleh karena itu setiap orang memiliki kesempatan dan kemungkinan yang sama untuk menjadi pemimpin. b. bakat kepemimpinan yang dibawa sejak lahir, harus tetap dilihat dalam bingkai anugerah Allah, karena Allah adalah sumber segala sesuatu. c. setiap orang memiliki potensi untuk menjadi seorang pemimpin, karena di dalam diri setiap orang terdapat sifat-sifat atau potensi-ptensi Ilahi. d. setiap orang dapat menjadi pemimpin apabila ia diberi kesempatan, dan mau belajar atau melengkapi diri dengan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kepemimpinan. Sebagai seorang yang mengimani Alkitab sebagai Firman Allah, kita tentu akan mempercayai konsep Alkitab tersebut di atas.
Suara EL-Asah Tahun I No. 5
34
Kepemimpinan
Yesus adalah seorang Pemimpin Pembahasan mengenai kepemimpinan alkitabiah di sini akan menampilkan Yesus sebagai figur pemimpin yang sempurna. Konsep serta pola atau gaya kepemimpinan Yesus sangat sempurna, dan selalu dapat disesuaikan dengan segala zaman, dapat diterima di setiap konteks budaya, dan dapat diaplikasikan oleh setiap orang dalam semua tingkatan sosial. Oleh karena itu, kepemimpinan Yesus layak dijadikan pola atau contoh dalam setiap aspek kepemimpinan. Dilihat dari sudut pandang teologis Yesus Kristus adalah seorang pemimpin dalam pengertian yang sesungguhnya. Rasul Petrus melihat dan mengagumi Yesus sebagai pemimpin kepada hidup, dan pemimpin yang menyelamatkan; Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi (Kisah Para Rasul 3:15) Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa (Kisah Para Rasul 5:31). Beberapa ahli kepemimpinan Kristen sepakat bahwa Yesus Kristus adalah seorang pemimpin yang memiliki kewibawaan yang sangat kuat. Konsep, pola, dan nilai-nilai kepemimpinan Yesus telah mempengaruhi bahkan telah mengubah banyak konsep kepemimpinan di seluruh dunia. Di bawah ini dikutip beberapa pernyataan para pakar kepemimpinan Kristen: Laurie Beth Jones, menyatakan bahwa Yesus adalah Chief Executive Officer - yaitu pemimpin tertinggi dalam sebuah perusahaan - berdasarkan dua kenyataan yaitu: 1)Yesus melatih dua belas orang yang kemudian mempengaruhi dunia. 2) Yesus melaksanakan tugas-tugasnya bersama staff yang secara manusiawi sangat diragukan, tetapi berkat pelatihan yang diberikan oleh Yesus, mereka berhasil merampungkan tugas-tugas mereka dengan baik. Ken Blanchard dkk, menyatakan bahwa Yesus adalah pemimpin yang memiliki keahlian memimpin yang tiada taranya. Kepemimpinan Yesus sudah menjadi model kepemimpinan yang terbaik sepanjang waktu. Malcolm Ranjith, mangatakan bahwa Yesus adalah seorang pemimpin besar, dan bagi kita orang Kristen, Yesus adalah contoh peran kepemimpin an Kristen. Orang-orang yang tidak beriman sekalipun, kalau ia membaca catatan Injil tentang hidup, pelayanan, dan perbuatan-perbuatan Yesus, Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Kepemimpinan
35
akan merasa tertantang untuk mencapai kepemimpinan yang benar dan efektif, kuat dan terhormat seperti Yesus. Kepemimpinan dalam perspektif Yesus. Kepemimpinan yang dibangun berdasarkan nilai-nilai moral Alkitab, sudah tentu harus menempatkan Yesus Kristus sebagai guru dan teladan dalam kepemimpinan. Yesus harus diposisikan sebagai sumber utama gagasan, konsep, dan model kepemimpinan. Pangajaran-Nya – Alkitab - dan perbuatan-perbuatan-Nya harus menjadi acuan dan dasar, baik dalam membuat membuat konsep kepemimpinan maupun menjalankan kepemimpinan. Yesus menggunakan beberapa istilah yang bersifat praktis untuk menjelaskan konsep dan nilai-nilai kepemimpinan-Nya, tetapi dalam penyajian ini, hanya tiga istilah yang akan dijelaskan: a. Gembala Menurut Yesus pemimpin adalah seorang gembala. Di dalam dan melalui konsep kepemimpinan gembala, Yesus menjelaskan bahwa sama seperti sikap dan tanggung jawab gembala terhadap domba-dombanya, demikian pulalah sikap serta tanggung jawab seorang pemimpin terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Yesus telah menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan gembala sepanjang masa pelayanan-Nya di dunia.
Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan Suara EL-Asah Tahun I No. 5
36
Kepemimpinan
domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-domba-Ku mengenal Aku (Yohanes 10:11-14). Melalui pernyataan dalam ayat-ayat ini, Yesus mau menekankan beberapa prinsip yang harus disadari oleh semua pemimpin Kristiani: a. Seorang pemimpin – gembala – harus bersedia kehilangan ‘hidupnya’ atau hak-hak istimewanya demi kesejahteraan hidup orang-orang yang dipimpinnya, dan bukan sebaliknya, mengambil hak-hak, atau memeras tenaga bawahannya demi kesejahteraan hidup sang pemimpin. b. Seorang pemimpin – gembala – menjalankan tugasnya, jangan dengan harapan mendapatkan upah atau imbalan demi kehormatan dirinya. Sebaliknya seorang pemimpin harus siap untuk menjadi pembela, pelindung bagi bawahannya, bahkan jika hal itu berarti sang pemimpin harus mengorbankan posisinya. c. Seorang pemimpin – gembala – harus mampu mengenal kebutuhankebutuhan mendasar dari bawahannya, dan rela mempertaruhkan hidupnya demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Kepemimpinan gembala adalah pola kepemimpinan yang berorientasi pada usaha meningkatkan kesejahteraan bawahan atau domba-domba. Kepemimpinan gembala lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhankebutuhan, kesejahteraan, kemapanan, dan rasa aman hidup orang lain dari pada diri pemimpin itu sendiri. Gambaran kepemimpinan gembala diungkapkan oleh pemazmur secara lengkap dalam (Mazmur 23:1-6). b. Pelayan. Bagi Yesus, kepemimpinan adalah pelayanan, memimpin adalah melayani. Dengan kata lain, seorang pemimpin adalah seorang pelayan. Perhatikan pernyataan konsep Yesus ini: Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu (Matius 20:25-27).
Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Kepemimpinan
37
Melalui pernyataan tersebut, Yesus mengungkapkan tiga prinsip kepemimpinan yang sangat penting bahwa: a. pemimpin dunia mengejar status dan pangkat, dalam menjalankan kepemimpinan bersikap memerintah, menggunakan kekuasaan, kekerasan, cenderung otoriter atau diktator. Tetapi dalam kepemimpinan Yesus, pemimpin turun menjadi hamba, mengambil posisi di belakang, melayani, menyediakan kebutuhan bawahan, mengangkat, membim bing, dan merawat. b. kemuliaan dan kehormatan pemimpin rohani tidak terletak pada posisi, pangkat atau jabatan yang ia miliki, dan kewibawaannya juga tidak dilihat dari sejauh mana ia dapat memerintah, menguasai, dan membuat bawahannya tunduk. Kehormatan dan kewibawaan pemimpin rohani justru terletak pada seberapa dalam ia mau merendah dan mengesampingkan posisi, pangkat, atau jabatannya untuk melayani bawahannya yang paling rendah. c. pemimpin rohani bukanlah seorang yang duduk di atas kursi jabatan memegang tongkat komando dan memerintah setiap saat sambil menuntut penghormatan dari umatnya. Pemimpin rohani bukanlah seorang yang memegang palu kekuasaan yang selalu siap membuat keputusan dan hukuman bagi bawahannya. Tetapi seorang pemimpin rohani adalah seorang yang selalu siap untuk kehilangan hak-haknya, kehilangan harga diri, dan kehilangan kenikmatan dan kesenangan hidup karena melayani demi mengangkat martabat hidup bawahannya. Konsep pemimpin sebagai pelayan sudah lebih dahulu diaplikasikan oleh Yesus dalam pelayanan-Nya. Dia menegaskan demikian: sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Matius 20:28). Anthony D’Souza, melihat kepemimpinan Yesus memiliki keunggulan tersendiri, karena Ia mampu memberdayakan orang. Pemberdayaan tersebut dilakukan melalui teladan, bimbingan, kepedulian, pemahaman, kepekaan, kepercayaan, apresiasi, dorongan semangat, penguatan, dan visi bersama. c. Hamba Istilah ketiga yang digunakan Yesus untuk konsep kepemimpinanNya adalah hamba. Konsep ini dapat didefinisikan bahwa seorang peSuara EL-Asah Tahun I No. 5
38
Kepemimpinan
mimpin adalah seorang hamba, dan memimpin berarti menghambakan diri. Konsep pemimpin sebagai hamba dipraktekkan oleh Yesus secara langsung dengan cara membasuh kaki murid-murid-Nya. Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah baskom, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka, “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat ke padamu? (Yohanes 13:4-5, 12) Dengan membasuh kaki murid-murid-Nya, Yesus mau mengungkapkan prinsip-prinsip penting yang harus dipahami dan diaplikasikan oleh semua pengikut-Nya dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinan yaitu: 1. Seorang pemimpin rohani memiliki tugas serta kewajiban untuk selalu melayani umat atau bawahannya, dan bukan sebaliknya, pemimpin selalu menuntut kewajiban dari umat dan bawahannya untuk melayani pemimpin. Dalam hal ini inisiatif untuk melayani bawahan harus selalu muncul lebih dahulu dari seorang pemimpin. 2. Seorang pemimpin rohani harus lebih dahulu menunjukkan rasa hormat dan penghargaan kepada umat atau bawahannya, sementara sang pemimpin itu sendiri tidak perlu mengharapkan penghargaan dan hormat dari umat atau dari bawahannya, walaupun kenyataannya sang pemimpin telah berjasa dalam menolong bawahannya. 3. Nilai kehormatan, kemuliaan, dan keagungan seorang pemimpin terletak pada sikap rela menjadi hamba, merendah untuk melayani umat atau bawahannya, dan bukan pada cara kepemimpinan yang bersifat memerintah dengan otoriter, sambil menjaga jarak dari bawahannya. Dengan memposisikan diri sebagai hamba, seorang pemimpin akan mampu mempengaruhi seluruh bawahannya, dan pada akhirnya, spirit sa
Suara EL-Asah Tahun I No. 5
Kepemimpinan Kepemimpinan
39 39
ling melayani, saling menghormati, dan saling mengangkat akan bertumbuh ling melayani, saling menghormati, dan saling mengangkat akan bertumbuh dan membudaya di dalam diri setiap anggota. dan membudaya di dalam diri setiap anggota. Konklusi Konklusi Setiap orang percaya memiliki kemungkinan dan kesempatan yang Setiap orang percaya memiliki kemungkinan dan kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin. Apapun latar belakang seseorang yang mau sama untuk menjadi pemimpin. Apapun latar belakang seseorang yang mau menjadi pemimpin, ia harus bersedia belajar dan melengkapi diri dengan menjadi pemimpin, ia harus bersedia belajar dan melengkapi diri dengan pengetahuan dan keterampilan untuk memimpin. pengetahuan dan keterampilan untuk memimpin. Dalam perspektif Yesus, kepemimpinan bukanlah suatu posisi di Dalam perspektif Yesus, kepemimpinan bukanlah suatu posisi di mana seorang pemimpin duduk untuk menikmati penghormatan, pengmana seorang pemimpin duduk untuk menikmati penghormatan, penghargaan, sanjungan dari umat atau bawahannya, melainkan suatu posisi hargaan, sanjungan dari umat atau bawahannya, melainkan suatu posisi di mana seseorang harus selalu siap untuk berada di posisi yang paling di mana seseorang harus selalu siap untuk berada di posisi yang paling rendah dan yang paling belakang. Dalam menjalankan tugas kepemimpinrendah dan yang paling belakang. Dalam menjalankan tugas kepemimpin an, seorang pemimpin jangan pernah mengharapkan imbalan, atau pengan, seorang pemimpin jangan pernah mengharapkan imbalan, atau penghasilan untuk menjadi kaya, tetapi sebaliknya, pemimpin harus siap untuk hasilan untuk menjadi kaya, tetapi sebaliknya, pemimpin harus siap untuk melepaskan semua yang ada padanya demi mengangkat umatnya. Karena melepaskan semua yang ada padanya demi mengangkat umatnya. Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya (2 Korintus 8:9) karena kemiskinan-Nya (2 Korintus 8:9) Bagaimana Anda menjalankan kepemimpinan? Bagaimana Anda menjalankan kepemimpinan? (Bersambung ke edisi berikut)
Gunakanlah kuasa untuk menolong orang. Karena kita diberikan kuasa bukan untuk kepentingan diri sendiri, atau untuk pamer, atau untuk mendapatkan nama. Hanya ada satu kegunaan kuasa yaitu untuk melayani orang (George Bush)
Suara EL-Asah Tahun I No. 5 Suara EL-Asah Tahun I No. 5
40
Dari Anda untuk Anda
Dari Anda Untuk Anda Pemabaca yang terhormat! Kami sungguh merasa sangat berbahagia mendapatkan kesempatan untuk menjumpai dan melayani Anda melalui buletin Suara EL-Asah. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk selalu menyajikan yang terbaik demi kebaikan Anda. Misi kami melalui Suara EL-Asah adalah: Mencerahkan, Mencerdaskan, Membebaskan. Dengan misi ini kami berkomitmen untuk mengunjungi dan melayani Anda dengan setia. Suara EL-Asah tidak dijual! Namun kami juga sangat me-nyadari akan keterbatasan-keterbatasan kami, terutama dalam hal biaya pendistribusian. Kami tentu berharap bahwa Anda tidak akan keberatan untuk membantu kami sehingga Buletin ini bisa sampai ke tangan Anda secara berkesinambungan. Bila Anda berkenan, Anda bisa mengirimkan Persembahan lewat:
• • •
BRI, Yogyakarta Cik Ditiro, No. Rek. 0029-01-066220-50-7 a. n. Samuel Tandiassa. (bebas biaya pengiriman) BNI UGM Yogya, No. Rek. 0038671590, a.n. Samuel Tandiassa. (ada biaya pengiriman) Bank Mandiri Sudirman, Yogyakarta No. Rek. 137-00-0005211-4, a.n. Siany Irawati. (ada biaya pengiriman)
Persembahan Anda akan kami gunakan kembali untuk mengirim Suara El-Asah kepada Anda! Dari Anda untuk Anda!. NB: Kami sangat menghargai bila Anda bersedia memberi informasi melalui SMS ke no 0813 280 27900, setelah Anda mengirimkan Persembahan, dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal, dan jumlah.
Terima kasih, Tuhan memberkati. Doa kami mengiringi Anda.
Suara EL-Asah Tahun I No. 5