Vol.1-no.4

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Vol.1-no.4 as PDF for free.

More details

  • Words: 8,666
  • Pages: 40
Khotbah

1

Salam sejahtera dalam kasih Yesus, Puji Tuhan, kami kembali berjumpa dengan Anda melalui buletin ini. Terima kasih atas tanggapan Anda melalui SMS yang telah Anda kirimkan, yang sayangnya tidak bisa kami muat dalam buletin ini, namun kami sangat terdorong untuk menjadi lebih baik. Dalam Suara EL-Asah nomor ini selain artikel-artikel tetap, Anda bisa membaca artikel tentang Narkoba yang saat ini begitu banyak menelan korban. Artikel ini sangat berguna untuk kita pelajari agar tidak ada lagi korban di relasi terdekat kita. Artikel ini akan dimuat secara bersambung dan ditulis oleh dr Adieli Zega yang saat ini sedang studi S2 di UGM Jogjakarta. Kami berharap semua artikel ini akan memperdalam wawasan, kedewasaan, dan sikap kritis Anda. Selamat membaca, Tuhan memberkati.

SuaraEL-Asah Diterbitkan oleh: EL-ASAHMINISTRY Jl. Candi Gebang 52 Condong Catur Yogyakarta 55283 Telp./Fax 0274 880 868 Mobile Telp: 0274 7187900 e-mail: [email protected] HP: 081328027900

Suara EL-Asah Tahun I No. 4

2

Khotbah

Khotbah:

AROGANSI-AROGANSI DALAM DOA Oleh: DR. S. TANDIASSA, M.A.

S

alam sejahtera saya sampaikan kepada bapak, ibu, dan saudara- saudara sekalian! Doa dan harapan saya, semoga bapak, ibu, dan saudara sekalian saat ini berada dalam keadaan selamat, sehat, dan diberkati. Haleluyah! Haleluyah! Waktu yang lalu saya telah menyampaikan firman Tuhan tentang ritual-ritual doa, atau model-model, cara-cara, gaya-gaya, kebiasaan-kebiasaan berdoa dari orang-orang munafik, dan orangorang yang tidak mengenal Allah, dan juga ritual-ritual lain yang disakralkan. Saya berharap Firman Tuhan itu telah saudara renungkan dan mengambil sikap terhadap ritual-ritual doa masa kini. Saat ini saya masih akan melanjutkan berbicara mengenai doa atau berdoa. Dan tema kita kali ini adalah: Arogansi-arogansi di dalam doa. Saudara-saudara sekalian! Berdoa, sebenarnya adalah saat untuk bersujud dan merendah di hadapan Tuhan, saat untuk mengakui kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa kita, saat untuk mengintrospeksi dan mengoreksi hati dan pikiran serta seluruh hidup kita. Berdoa sesungguhnya adalah waktu untuk memohon belas kasihan dan kemurahan hati Tuhan, waktu untuk berpasrah diri kepada kehendak Bapa yang di Surga, dan waktu untuk Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Khotbah

3

menyadari dan melihat betapa kecil dan hina, betapa rendah dan tak berarti, serta betapa tak layaknya kita di hadapan Tuhan. Akan tetapi dalam kenyataannya, di zaman modern ini yang sering kali terdengar dan terlihat di dalam dan melalui kegiatankegiatan berdoa justru sikap dan perilaku berdoa yang angkuh, kata-kata rohani yang arogan, atau doa-doa yang tidak mengenal diri. Fenomena arogansi-arogansi dalam doa terlihat dari banyak kenyataan di mana doa sering menjadi bahan komersial melalui oknum-oknum atau kelompok-kelompok tertentu yang bermunculan di sana sini, dan memperkenalkan atau menawarkan diri sebagai orang-orang yang memiliki karunia-karunia ini dan itu, dan memiliki otoritas khusus dari Tuhan sehingga kalau mereka berdoa katanya mujizat pasti terjadi. Ya, itu promosi mereka. Saudara-saudara! Dewasa ini dalam banyak peritiwa, sangat sering terdengar atau terlihat dengan jelas bahwa di tempat-tempat berdoa, di tempat-tempat ibadah, justru praktek-praktek berdoa yang sarat dengan roh kesombongan rohani, didemonstrasikan dalam berbagai bentuk dan gaya. Dan yang lebih menyedihkan lagi bahwa model, gaya, atau praktek berdoa yang arogan itu malahan dianggap sebagai cara berdoa yang paling efektif, atau model berdoa yang berbobot. Saudara-saudara sekalian! Sebenarnya praktek-praktek berdoa yang disertai dengan sikap arogan secara rohani, bukan baru sekarang ini muncul di kalangan orang-orang beriman. Sikap atau roh–roh arogansi dalam berdoa sudah lama diungkapkan di dalam Alkitab dan menjadi sasaran dikritik. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya sikap atau roh arogansi di dalam berdoa. I.

Emosi

Alkitab menunjukkan kepada kita beberapa nabi, atau hamba Tuhan, yang pernah berdoa dengan sikap yang arogan karena mereka tidak dapat menguasai emosi mereka. Mereka Suara EL-Asah Tahun I No. 4

4

Khotbah

menyandang status atau jabatan-jabatan rohani yang sakral, dan idealnya mereka harus mengungkapkan doa-doa atau permohonan secara pantas dari hati yang dipenuhi dengan Roh Kudus, akan tetapi karena dorongan emosi yang tidak terkendali, akhirnya mereka berdoa dengan sangat emosional. Dan doa-doa yang emosional seperti itu, tanpa disadari oleh yang bersangkutan, pada umumnya sangat arogan. Doa-doa yang emosional sepintas lalu biasanya terdengar seperti atau sama dengan doa-doa yang diurapi dengan Roh Kudus, atau seolah-olah doa yang penuh iman. Tetapi setelah kita menyimak ungkapan-ungkapan, atau kata-katanya, kita baru sadar bahwa doa-doa itu melampaui kepantasan seorang hamba Tuhan memohon kepada Tuhan, atau tidak sesuai dengan normanorma etika dan kesopanan manusia terhadap Tuhan. Pendoapendoa yang arogan karena emosional, biasanya lupa diri. Ia lupa bahwa ia hanyalah seorang manusia dan bukan Tuhan, lupa bahwa ia dalam posisi memohon sehingga doa-doanya bukan lagi memohon atau meminta, tetapi sebaliknya memerintah, mendesak, memaksa, atau mengancam Tuhan. Saudara-saudara sekalian! Masih ingatkah saudara bagaimana sikap Musa dan bagaimana kalimat-kalimat doanya pada saat ia berdoa memohon pengampunan dosa untuk bangsa Israel? Ketika itu Musa sangat emosional melihat situasi bangsa Israel yang menyembah pada anak lembu emas. Emosi Musa demikian tidak terkendali, sampai-sampai loh batu yang ada di tangannya, dan yang berisi firman Tuhan dilemparkan ke patung sapi itu dan pecah. Persis sama halnya ketika seorang suami, atau istri sedang marah besar lalu melemparkan piring/gelas kepada orang yang dimarahi.

Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Khotbah

5

Musa tidak hanya emosi terhadap Israel, tetapi juga terhadap Tuhan. Perhatikan isi doa Musa di bawah ini: Lalu kembalilah Musa menghadap TUHAN dan berkata: “Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka. Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu, dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.” (Keluaran 32:31-32). Doa emosional Musa ini sangat sarat dengan roh arogansi. Selanjutnya, berdoa dengan emosional menggiring Musa untuk melihat dan menilai dirinya sesuai dengan perasaannya. Ia melihat dirinya menyandang status sebagai pemimpin umat, maka ia berpikir bahwa dirinya lebih penting, lebih bernilai dari pada umat Israel. Musa berpikir bahwa ia adalah pemimpin yang dipilih oleh Tuhan, maka ia juga menganggap bahwa dirinya sangat diperlukan oleh Tuhan, bahkan lebih diperlukan dari pada semua orang lain. Dari mulut orang yang dikuasai emosi dan merasa diri menyandang status dan jabatan rohani yang penting ini keluarlah doa-doa yang sarat dengan roh arogansi. Kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu, dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.” Saudara-saudara! Jika kita membaca doa Musa ini sepintas lalu, kita mendapat kesan seolah-olah Musa menunjukkan sikap hati seorang pemimpin rohani yang patriotik (bersifat pahlawan) yang rela berkorban demi membela orang banyak, namun itu hanyalah kesan emosinal. Sebaliknya jika kita menyimaknya dengan rasio alkitabiah, cara Musa berdoa atau memohon ini Suara EL-Asah Tahun I No. 4

6

Khotbah

sesungguhnya sangat arogan. Mengapa? Ia berdoa dengan cara mengancam dan memaksa Tuhan. Coba saudara simak kata-kata dalam doa Musa ini; kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu, dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis. Coba saudara simak arogansi-arogansi di dalam doa permohonan Musa hamba Tuhan ini: Pertama, doa ini bersikap mengancam Tuhan. Sebab sesungguhnya yang dimaksud Musa yaitu: jika Tuhan tidak mengampuni Israel, maka Musa yang akan keluar dari keanggotaan keluarga Allah. Atau dalam pengertian sederhana, kalau Tuhan tidak mengampuni Israel, maka Musa yang akan meninggalkan Tuhan. Kedua, doa Musa ini juga menunjukkan sikap memaksa Tuhan. Musa berdoa dengan memaksa Tuhan untuk memilih, apakah Tuhan mengampuni Israel dan Musa tetap menjadi pemimpin, atau Tuhan tidak mengampuni Israel dengan resiko Tuhan kehilangan Musa. Ketiga, doa Musa ini memberi syarat kepada Tuhan. Dengan mengatakan: jika, Musa menetapkan syarat bagi Tuhan; yaitu jika Tuhan mau tetap mempertahankan Musa, maka syaratnya, Tuhan harus mengampuni Israel. Nabi Elia – yang dalam teologia Kristen disetarakan dengan Musa – juga pernah mengungkapkan doa secara emosional. Saat ia menghadapi konsekuensi dari tindakannya membunuh nabinabi baal, ia kecewa terhadap Tuhan, lalu ia berdoa: katanya: Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku (1 Raja-raja 19:4). Sikap arogansi dalam doa Elia ini yaitu; dia mendesak dan memaksakan kehendaknya pada Tuhan. Elia ingin mati, dan dia mendesak Tuhan untuk mengambil nyawanya pada saat itu juga; Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku. Doa emosional ini sangat arogan karena Elia berbicara kepada Tuhan seolah-olah dia yang memiliki otoritas penuh atas hidupnya. Dia mau menentukan sendiri berapa lama dia harus hidup; Cukuplah itu! Doa yang arogan ini mau Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Khotbah

7

mengajari Tuhan dalam menentukan waktu yang tepat untuk mati; Sekarang, ya TUHAN, bukan besok. Elia bahkan berdoa seolaholah dia lebih mengetahui apa terbaik, yang Tuhan harus lakukan terhadap Elia pada itu juga; Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku! Bahwa Musa dan Elia mendapatkan posisi yang khusus di dalam teologia Alkitab, dan dalam penilaian Tuhan, hal itu tidak menghapus atau menutupi fakta bahwa kedua nabi tersebut adalah manusia biasa, sama seperti kita, yang juga melakukan banyak kesalahan (Yakobus 5:17). Murid-murid Yesus juga pernah mengungkapkan doa emosinal yang sangat arogan. Ketika orang-orang Samaria menolak kedatangan Yesus ke kota itu, murid-murid bereaksi untuk berdoa memohon supaya Tuhan mengirim api dari sorga untuk membakar Samaria; “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka? (Lukas 9:54). Muridmurid berpikir dengan dan melalui doa mereka bisa seenaknya mengatur, atau memerintahkan Tuhan untuk mengirim api dari langit. Dengan berdoa supaya Tuhan membakar Samaria, muridmurid menganggap orang Samaria hanya seperti sekam yang bisa dibakar setiap saat sesuai keinginan mereka. Murid-murid berpikir kalau mereka memohon api dari sorga untuk membinasakan orang Samaria, Tuhan pasti mengabulkannya. Bukankah ini doa yang arogan? Bapak, ibu serta saudara-saudara sekalian! Kiranya kita selalu sadar bahwa berdoa kepada Tuhan itu adalah memohon, mengharap akan kemurahan dan belas kasih dari Allah. Siapa pun kita – jangan emosional di dalam berdoa. Sebab sifat emosional menimbulkan arogansi di dalam doa. Akibatnya, ketika berdoa seseorang tidak lagi bersikap memohon, berharap, dan menanti kemurahan Tuhan, tetapi dengan sikap arogan mendesak, memaksa, mengancam, mengatur, dan mendahului Tuhan.

Suara EL-Asah Tahun I No. 4

8

Khotbah

II. Status Bapak, ibu, serta saudara sekalian! Fakta bahwa status dapat membuat sesorang menjadi sangat arogan di dalam berdoa kepada Tuhan, ditunjukkan juga oleh Tuhan Yesus melalui sebuah ilustrasi tentang orang Farisi dan pemungut cukai yang datang ke bait Allah untuk berdoa (Lukas 18:10-14). Farisi merupakan suatu gelar keagamaan yang tinggi di dalam kalangan orang Yahudi, yaitu orang yang ahli kitab. Paulus sebelum bertobat sangat bangga dengan gelarnya sebagai seorang Farisi (Filipi 3:4-5). Gelar Farisi itu memberi seseorang status sosial dan status religius yang terhormat dan juga sakral di kalangan umat Israel, sehingga orang yang menyandang gelar Farisi merasa lebih baik, lebih penting, lebih suci dari pada semua orang. Bagaimana sikap doa dari orang Farisi itu? Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku (Lukas 811-12). Saudara! Coba perhatikan sikap arogan orang yang berstatus Farisi itu. Aku tidak sama seperti semua orang lain. Dengan melihat statusnya sebagai Farisi atau ahli kitab, ia merasa lebih penting di hadapan Tuhan dari pada semua orang, dan karena itu ia berpikir bahwa ia memiliki otoritas yang lebih besar dalam berdoa atau mendoakan orang dari pada semua orang lain. Selanjutnya; Aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Dalam statusnya sebagai Farisi, ia merasa memiliki nilai-nilai moral yang lebih tinggi dari pada semua orang, atau dalam bahasa Kristen, ia merasa lebih suci, lebih rohani dari pada semua orang sehingga, sehingga ia beranggapan bahwa ia lebih dekat kepada Tuhan dari pada semua orang. Oleh karena Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Khotbah

9

itu ia berkeyakinan bahwa doanya pasti lebih didengar, diperhatikan oleh Tuhan dari pada semua doa orang lain. Lebih jauh ia berkata: aku berpuasa dua kali seminggu......... Karena statusnya sebagai ahli kitab, orang ini merasa memiliki nilainilai spiritualitas yang lebih tinggi. Ia berpuasa dua kali seminggu. Dengan puasa itu ia merasa bahwa kekuatan doanya, atau otoritas rohaninya jauh lebih besar, dan lebih hebat dari pada semua orang. Begitu tingginya arogansi yang disebabkan oleh status itu, sehingga Farisi – ahli kitab – itu sangat meremehkan ketika ia melihat ada orang lain yang berdoa; bukan juga seperti pemungut cukai ini. Farisi mengira dengan berdoa demikian yaitu; memperkenalkan statusnya, menjelaskan betapa tingginya nilai-nilai moral dan spiritualnya, serta menyatakan bahwa ia memiliki keunggulan kapasitas rohani, Tuhan akan kagum dan menjawab doa-doanya. Dapat juga dikatakan bahwa sang ahli kitab bermaksud mempengaruhi hati Tuhan dengan cara mengungkapkan semua yang baik, semua yang benar, dan semua keunggulan yang ada pada dirinya. Ia tentu sangat yakin bahwa statusnya sebagai Farisi ditambah lagi dengan berbagai kriteria rohani yang dia miliki, doadoanya akan menggoncang hati Tuhan dan membuka pintu-pintu berkat. Tetapi ternyata semua anggapan, perkiraan, perasaan, dan juga keyakinan si ahli Taurat atau ahli doa itu meleset seratus delapan puluh derajat, bahkan Tuhan tidak mempedulikan satu kata pun dari doa-doanya. Yesus berkata orang ini pulang ke rumahnya dengan tidak dibenarkan... III. Jasa dan Prestasi Bapak, ibu, dan saudara-saudara sekalian! Sikap arogan di dalam berdoa juga bisa muncul dari orang-orang yang merasa telah berprestasi atau merasa telah berjasa di dalam pelayanan kepada Tuhan. Yesus pernah menyatakan demikian: Suara EL-Asah Tahun I No. 4

10

Khotbah

Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan! (Matius 7:20-23). Di sini Yesus mengandaikan ada tiga kelompok orang yang datang berdoa dengan berseru-seru; Tuhan......Tuhan...... Ketiga kelompok tersebut merasa sebagai orang-orang yang sangat berprestasi, atau berjasa dalam memperkenalkan Nama Yesus. Kelompok pertama; mereka menganggap diri telah berjasa untuk Nama Yesus melalui nubuatan-nubuatan mereka; Tuhan kami telah bernubuat demi Nama-Mu. Bernubuat artinya menyampaikan pesanpesan atau firman Tuhan, berkhotbah, bersaksi, atau menyebarkan Injil. Kelompok kedua, mereka menganggap diri telah berjasa bagi Nama Yesus dengan mengusir setan; Tuhan kami mengusir setan demi nama-Mu.. Siapa mereka ini? Mungkinkah mereka adalah pendoa-pendoa peperangan rohani yang merasa sudah melakukan doa-doa peperangan, dan telah berhasil mengusir setan-setan dari berbagai lokasi??? Mungkinkah mereka adalah tim pengusir setansetan teritorial? Atau mungkinkah mereka adalah pendoa-pendoa pelepasan yang merasa telah melepaskan banyak orang dari cengkeraman setan??? Kelompok ketiga, mereka merasa telah berjasa meninggikan Nama Yesus dengan mengadakan banyak mujizat; Tuhan kami mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga. Apakah mereka ini adalah orang-orang yang merasa memiliki karunia-karunia mujizat? Mungkinkah mereka adalah kelompokkelompok yang selalu mengkomersialkan mujizat-mujizat, doa mujizat, khotbah mujizat, pelayanan mujizat, ibadah mujizat???

Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Khotbah

11

Orang-orang ini merasa mendapatkan karunia-karunia khusus dari Tuhan, dan merasa telah berjasa atau berprestasi bagi Nama Tuhan. Mereka menganggap diri memiliki cara-cara berdoa yang lebih berwibawa dari pada cara berdoa orang-orang lain. Mereka berdoa dengan gaya meng ‘claim’ – menuntut – kepada Tuhan. Menuntut janji-janji Tuhan, menuntut kuasa Tuhan, menuntut berkat Tuhan, menuntut suatu lokasi atau daerah, menuntut mujizat, dan banyak tuntutan lainnya. Perhatikan ungkapan tuntutan mereka; Bukankah kami telah..... kami telah....... dan kami telah..... Oleh karena mereka merasa telah berjasa, merasa sebagai orang yang khusus di hadapan Tuhan, maka mereka menuntut – atau mendesak supaya Tuhan menjawab doa-doa mereka; Kami telah ..maka Tuhan harus...kami adalah..... maka Tuhan harus..... Saudara-sauadara sekalian! Apakah saudara melihat sikap atau roh arogan di dalam doa-doa yang mengclaim seperti ini? Apakah saudara bisa menyimak betapa angkuhnya gaya berdoa dengan meng ‘claim’ Tuhan? Sepintas kita mendengar doa-doa seperti ini seolah-olah doa yang penuh iman, tetapi jika saudara melihatnya dari kacamata Alkitab, doa-doa seperti ini hanya bisa terungkap dari orang-orang yang dikuasai oleh roh arogansi rohani. Coba saudara bandingkan dengan apa yang dikatakan atau diajarkan oleh Yesus tentang cara berdoa. Di dalam doa Bapa kami terdapat ungkapan: jadilah kehendak-Mu di bumi. Ungkapan ini mendahului permohonan akan roti, pengampunan, dan kelepasan dari yang jahat: ... datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kam... (Matius 6:9-13). Artinya, kalau seseorang memohon sesuatu dari Tuhan, jangan mengkleim, jangan mendesak, jangan menuntut, atau jangan memaksakan kehendaknya, tetapi menyerahkan pada kehendak Bapa, jadilah kehendak-Mu. Suara EL-Asah Tahun I No. 4

12

Khotbah

Yesus sendiri, walaupun Ia mengetahui diri-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, tetapi Ia tidak pernah meng ‘claim’, atau menuntut, atau mendesak Bapa-Nya untuk melakukan sesuatu. Ketika Ia berdoa di Taman Getsemani, Ia memohon: “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Lukas 22:42). Rasul Paulus menegaskan bahwa Tuhan tidak punya keharusan dalam memberi atau menjawab doa-doa kita. Paulus menantang para pendoa yang merasa berjasa atau berprestasi bagi Tuhan dengan mengatakan: Siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? (Roma 11:35). Jadi, jika ada orang yang berdoa dengan mengclaim, menuntut supaya Tuhan menjawab doa-doanya, jelas orang tersebut didorong oleh roh arogan, dan mungkin juga orang yang bersangkutan sesungguhnya belum mengenal Allah.

Kesimpulan. Saudara-saudara sekalian! Arogansi-arogansi di dalam doa sudah menjadi fenomena di sepanjang sejarah peribadatan orangorang beriman. Sikap arogan bisa muncul dari dan di dalam doadoa hamba Tuhan, atau pemimpin umat Tuhan seperti Musa, bisa muncul di dalam diri orang-orang yang memiliki status formal atau non formal di dalam gereja. Doa-doa arogan bisa muncul dari seorang nabi, rasul, pendeta, gembala, penginjil, guru, kaum awam, jemaat yang lupa diri dan lupa akan sifat anugerah Allah. Saudara-saudara sekalian! Jika saudara pernah mendengar – atau jika nanti di suatu saat saudara mendengar – ada seseorang atau suatu kelompok yang berkata bahwa kalau ia atau mereka yang berdoa untuk saudara, Tuhan pasti menjawab, karena ia atau mereka memiliki jabatan ini dan itu, memiliki karunia ini dan karunia itu, atau mereka menceritakan bagaimana mereka telah berjasa atau berprestasi di dalam mendoakan orang, itulah yang disebut sikap dan roh arogansi dalam doa. Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Khotbah

13

Bapa ibu dan saudara-saudara sekalian! Sebenarnya jika seseorang berdoa kepada Tuhan seharusnya orang itu memohon dengan sikap merendahkan diri. Ia harus melupakan semua atribut atau status dan jabatan rohaninya. Ia harus melupakan jasa-jasa dan prestasi yang telah dilakukan dalam pelayanan. Ingatlah dan sadarilah baik-baik bahwa di dalam konteks berdoa, setiap orang berada dalam posisi memohon, mengharap, dan bergantung hanya pada kerelaan atau kesudian Allah. Apapun status dan jabatan rohani seseorang di dalam gereja; nabi, rasul, penginjil, guru, gembala, pendeta, majelis, pendoa syafaat, dll... dan betapa pun besarnya jasa serta prestasi yang seseorang di dalam pelayanan, semua itu tidak membuat doa-doanya lebih penting, atau lebih efektif, atau lebih berwibawa, atau lebih didengar oleh Tuhan. Status dan prestasi tidak memberi nilai tambah pada doadoa seseorang, karena Tuhan menilai hati manusia, dan bukan statusnya serta jasa-jasanya. Akhirnya, kita harus kembali ke dalam prinsip-prinsip Alkitab, bahwa Allah menjawab doa-doa kita sesuai dengan kehendak-Nya, dan berdasarkan belas kasihan-Nya kepada kita. Otoritas doa tidak terletak pada siapa yang berdoa atau mendoakan. Kewibawaan sebuah doa tidak dipengaruhi oleh status, jabatan, prestasi, dan jasa seseorang. Jika saudara memiliki masalah yang perlu didoakan saudara tidak harus menunggu, atau mencari seseorang atau suatu kelompok yang menganggap atau yang mengaku diri memiliki karunia, jabatan, atau otoritas dalam berdoa. Jangan petaruhkan hidupmu pada anggapananggapan dan pengakuan-pengakuan arogan seperti itu. Saudara dapat berdoa sendiri dengan segala kerendahan hati dan dengan sikap penyerahan pada kehendak Allah, karena Allah menjawab doa-doa kita sesuai dengan rasa belas kasihan dan (bersambung ke halaman 26) Suara EL-Asah Tahun I No. 4

14

Dari Anda untuk Anda

Dari Anda Untuk Anda Pemabaca yang terhormat! Kami sungguh merasa sangat berbahagia mendapatkan kesempatan untuk menjumpai dan melayani Anda melalui buletin Suara El-Asah. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk selalu menyajikan yang terbaik demi kebaikan Anda. Misi kami melalui Suara EL-Asah adalah: Mencerdaskan, Mendewasakan, dan Membangun Daya Kritis Jemaat. Dengan misi ini kami berkomitmen untuk mengunjungi dan melayani Anda dengan setia. Suara EL-Asah tidak dijual! Namun kami juga sangat menyadari akan keterbatasan-keterbatasan kami, terutama dalam hal biaya pendistribusian. Kami tentu berharap bahwa Anda tidak akan keberatan untuk membantu kami sehingga Buletin ini bisa sampai ke tangan Anda secara berkesinambungan. Bila Anda berkenan, Anda bisa mengirimkan Persembahan lewat:

• • •

BRI, Yogyakarta Cik Ditiro, No. Rek. 0029-01-066220-50-7 a.n. Samuel Tandiassa. (bebas biaya pengiriman) BNI UGM Yogya, No. Rek. 0038671590, a.n. Samuel Tandiassa. (ada biaya pengiriman) Bank Mandiri Sudirman, Yogyakarta No. Rek. 137-00-00052114, a.n. Siany Irawati. (ada biaya pengiriman)

Persembahan Anda akan kami gunakan kembali untuk mengirim Suara El-Asah kepada Anda! Dari Anda untuk Anda!. NB: Kami sangat menghargai bila Anda bersedia memberi informasi melalui SMS ke no 0813 280 27900, setelah Anda mengirimkan Persembahan, dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal, dan jumlah.

Terima kasih, Tuhan memberkati. Doa kami mengiringi Anda. Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Teologia

15

TEOLOGIA:

SOTERIOLOGI OLEH: DR. S. TANDIASSA, M.A.

Bab III PENTINGNYA KESELAMATAN

B

agi Allah, menyelamatkan orang-orang berdosa sangat penting dalam rangka mengungkapkan tanggung jawab dan kasihNya yang tak terbatas dan sempurna, sementara bagi manusia keselamatan merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi melalui cara yang lain, karena seluruh eksistensi manusia telah mengalami kerusakan total. Paling sedikit ada tiga alasan yang sangat prinsip mengapa keselamatan itu sangat penting. 1. Universalitas dosa Dosa adalah sebuah realitas dalam hidup manusia. Eksistensinya tidak mungkin dapat dihindari dengan cara dan jalan Suara EL-Asah Tahun I No. 4

16

Teologia

apa pun. Alkitab mengungkapkan fakta-fakta mengenai realitas dan akibat, serta proses penyebaran dosa sampai akhirnya mencengkram alam semesta ini. Dosa masuk ke dalam dunia dan menjangkau seluruh manusia melalui satu orang, yaitu Adam (Roma 5:12). Ketidak taatan satu orang telah membuat semua manusia jatuh ke dalam dosa, dan menempatkan semua munusia di bawah hukuman dan murka Allah (Roma 5:18-19). Keberdosaan seorang Adam mengakibatkan semua manusia telah kehilangan kemuliaan Allah atau kehilangan kualitas Ilahi, sekaligus memutuskan hubungan antara manusia dengan Allah (Roma 3:23). Pada akhirnya, segala makhluk – termasuk manusia - menjadi fana dan takluk kepada kesia-siaan (Roma 8:20-23). Dosa bukan hanya sebuah fenomena insidental yang muncul hanya pada saat-saat tertentu di tempat-tempat tertentu. Dosa bukan hanya suatu asumsi atau suatu keyakinan religius. Dosa sudah merupakan sebuah realitas yang memanifestasikan diri melalui dan dalam berbagai situasi serta peristiwa, menyebabkan alam semesta dengan segala isinya mengalami kefanaan. Kefanaan yang dimaksud yaitu bahwa semua mahkluk hidup pada akhirnya akan mati. Hal ini merupakan salah satu dari sekian banyak fakta dosa yang tak terbantahkan. Kekuatan dosa telah memposisikan segala mahkluk hidup di alam semesta ini selalu berada di bawah bayang-bayang maut, sementara mahkluk-mahkluk hidup itu sendiri tidak berdaya untuk menghidar atau menolak maut, bahkan mahkluk yang rasional sekalipun, yaitu manusia, tidak bisa memilih ataupun tawar menawar kecuali menerima realitas kefanaan dirinya, yaitu mati (Mazmur 31:11; 39:6; Yesaya 40:6-7; Ibrani 9:27). Singkatnya maut dan sifat kefanaan adalah realitas kekuatan dosa yang telah mencengkram alam semesta dengan segala habitatnya. Seluruh proses hidup segala makhluk menuju ke sebuah titik akhir yang Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Teologia

17

pasti dan sama, yaitu kematian. Dengan demikian setiap makhluk selalu berada dalam posisi menunggu. 2. Gentingnya Dosa. Manusia modern memandang dan memaknai dosa sebagai ketiadaan kebenaran, atau suatu situasi yang tanpa kebaikan. Maksudnya, dosa hanyalah situasi dan kondisi yang di dalamnya tidak ada prinsip-prinsip kebenaran dan tidak ada sifat-sifat kebaikan. Jika kebenaran dan kebaikan hadir, maka dosa dengan segala sifatnya dengan sendirinya hilang. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa dampak dosa dalam hidup manusia hanyalah berupa kelemahan-kelemahan fisik dan psikis, atau keterbatasan-keterbatasan fisikal dan intelektual manusia. Kondisi kelemahan dan keterbatasan manusia tersebut kemudian mengakibatkan kemiskinan. Tetapi apabila kebudayaan manusia telah berkembang, dan manusia sudah mencapai tingkat tertentu dalam pemahaman tentang nilai-niali kebenaran dan kebaikan, dan kalau semua keterbatasan manusia sudah dapat diatasi dengan bantuan sains dan teknologi, maka dosa dengan segala dampaknya dengan sendirinya menghilang. Alkitab memang mengakui bahwa semua sifat kefanaan atau kelemahan, dan keterbatasan, serta kemiskinan, adalah akibat langsung dari dosa. Akan tetapi Alkitab menegaskan bahwa dosa tidaklah sesederhana yang yang digambarkan manusia modern. Sebaliknya Alkitab menyatakan bahwa dosa sudah merupakan sebuah kekuatan nyata yang mengancam eksistensi dan kontinuitas hidup seluruh makhluk di alam ini, termasuk hidup manusia. Karena dosa telah mengakar di dalam semua kebudayaan manusia, baik kebudayaan primitif maupun yang sudah berkembang. Dosa juga telah membaur di dalam dunia sains dan teknologi, akibatnya baik sains maupun teknologi banyak kali justru Suara EL-Asah Tahun I No. 4

18

Teologia

menjadi alat untuk merusak manusia. Dengan demikian, solusi terhadap masalah dosa tidak mungkin dicapai melalui proses evolusi kebudayaan, atau dengan cara meningkatkan kemampuan manusia di bidang sains dan teknologi. Eksistensi dosa disebut sangat genting, karena dosa telah merenggut hidup seluruh makhluk, dan mencampakkannya ke dalam berbagai penderitaan, termasuk merusak alam tempat hidup bagi segala mahkluk. Kegentingan situasi hidup manusia yang diakibatkan dosa dapat dirunut mulai dari Taman Eden. Pertamatama, dosa menimbulkan ketegangan dalam hubungan Sang Pencipta dengan manusia. Pada satu sisi karena dosa, manusia dihantui dan sangat tertekan oleh perasaan takut untuk bertemu dengan Allah, bahkan manusia merasa terancam (Kejadian 3:810). Sedangkan pada sisi yang lain, Sang Pencipta, yang karena otoritas dan kewibawaan perintah-Nya dilanggar, bertindak tegas, dengan cara menghukum, dan mengusir atau menghalau manusia keluar dari Taman Eden (Kejadian 3:23-24). Di dalam keadaan terusir tersebut manusia masih harus menerima sanksi-sanksi sepanjang hidupnya berupa penderitaanpenderitaan dalam mencari nafkah, saat melahirkan, dan klimaksnya, manusia akan mati (Kejadian 3:17-17). Manusia sebagai makhluk hidup yang demikian mulia dan agung karena menyandang citra dan gambar Allah, harus berakhir dengan hanya menjadi segumpal debu yang terbuang (Kejadian 3:19). Dosa telah menghancurkan nilai hidup manusia menjadi sia-sia, bahkan menjadikannya sama dengan nilai hewan (Pengkhotbah 3:18-21). Dan Sang Pencipta pun menetapkan sebuah hukum bahwa setiap makhluk hidup akan berakhir pada kematian, sebab upah dosa adalah kematian (Roma 6:23). Dalam pandangan Allah, pada dasarnya semua manusia dianggap sudah mati karena dosa, meskipun secara fisik manusia hidup (Efesus 2:1).

Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Teologia

19

Dosa genting, karena ia adalah suatu realitas yang tidak dapat dijinakkan, atau dihindari dengan cara apapun. Disebut genting karena ia telah menghancurkan seluruh keindahan dalam hidup manusia, menghancurkan harapan-harapan manusia tentang masa depan yang abadi, dan melemparkan manusia ke dalam jurang kesia-siaan, akhirnya manusia menjadi debu kembali. 3. Kerusakan Total Total depravity atau kerusakan total, adalah istilah yang paling tepat dan alkitabiah untuk menggambarkan keadaan manusia akibat dosa. Total depravity dapat dijelaskan sebagai kerusakan seluruh dimensi hidup manusia, yaitu dimensi spiritual, dimensi sosial, dimensi fisikal, dan dimensi ekonomi. Pada dimensi spiritual, dosa menghancurkan secara total akan keindahan-keindahan dalam hidup manusia yaitu keharmonisan dan kebahagiaan, kedamaian, ketentraman, kasih, dan kemesraan. Hubungan dan komuniksai yang harmonis antara Sang Pencipta dengan manusia rusak. Rasa takut dan malu, serta rasa tidak aman dan terancam menghantui manusia saat akan bertemu dengan Penciptanya (Kejadian 3:8-10). Perasaan takut dan tertekan karena karena kondisi tidak layak menyiksa jiwa manusia (Yesaya 6:5). Nurani manusia dihancurkan sehingga di dalam hati manusia hanya ada kecenderungan atau niat jahat yang kemudian membuahkan perilaku hidup yang rusak serta jahat (Kejadian 6:5-12). Rasio manusia juga rusak, dan kerusakan itu sedemikian parah sehingga sapi dan keledai dianggap masih lebih baik dari pada manusia (Yesaya 1:3). Yesaya menggambarkan kondisi kerusakan total manusia sebagai ‘busuk dari telapak kaki sampai ke batuk kepala’ (Yesaya 1:6). Moral manusia telah rusak total. Di dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus mengungkapkan fakta-fakta kerusakan total moral manusia. Faktafakta kerusakan yang dimaksud yaitu; tidak ada lagi kemampuan Suara EL-Asah Tahun I No. 4

20

Teologia

dalam diri manusia untuk membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, tidak ada lagi kesadaran untuk memisahkan mana yang pantas dilakukan dan mana yang tidak pantas, manusia bahkan lagi memiliki kesadaran akan norma-norma sopan santun (Roma 3:10-18). Pada dimensi sosial, dosa menghancurkan keindahan suasana hubungan antar manusia, dan juga hubungan manusia dengan alam. Rasa solidaritas dan kebersamaan antar manusia rusak. Menusia menyalahkan sesamanya, dan pada saat yang sama mengadakan pembelaan atau pembenaran atas dirinya sendiri. Adam menuduh Hawa sebagai penyebab dari segala malapetaka yang terjadi dan menimpa dirinya (Kejadian 3:12). Hawa tidak tinggal diam, ia pun membela diri dan menyalahkan satu makhluk paling cerdik yang diciptakan Allah sebagai oknum yang paling tepat untuk dipersalahkan. Hawa juga merasa dijadikan sebagai korban dari makhluk ciptaan Allah sendiri (Kejadian 3:13). Kerusakan total merambah ke dalam dimensi ekonomi. Tanah tempat manusia mencari nafkah rusak –terkutuk - sehingga ketika manusia mengolah tanah untuk mencari rezeki, yang tumbuh adalah duri dan rumput duri. Akibatnya manusia harus bekerja dengan bersusah payah, dan berjerih lelah seumur hidupnya untuk bisa mendapatkan nafkah (Kejadian 3:17-19). Kerusakan yang ditimbulkan oleh dosa di dalam dimensi ekonomi demikian parah sehingga manusia makan roti hasil jerih payahnya pun masih disertai dengan tetesan air mata (Mazmur 80:6). Akumulasi dari semua kerusakan total di dalam seluruh dimensi kehidupan Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Teologia

21

manusia akibat dosa tersebut digambarkan Rasul Paulus sebagai keadaan yang di dalamnya manusia sudah mati (Efesus 2:1-2). Kemudian Yesus melihat keadaan orang yang sudah mati itu seperti orang yang bisa mendengar tetapi tidak dapat dapat mengerti, bisa melihat tetapi tidak dapat menangkap (Matius 13: 14-15). Akhirnya, Paulus menegaskan bahwa dosa adalah kekuatan ilah zaman yang telah membutakan dan merusak seluruh potensi manusia yaitu; potensi rasional, potensi nurani, dan potensi moral manusia ( 2 Korintus 4:3-4). Di dalam keadaan tak mungkin untuk melarikan diri dari jangkauan dosa, dalam keadaan tak berdaya melawan gentingnya dosa dan segala akibatnya, dan di dalam kondisi hidup yang sudah rusak total akibat dosa seperti tersebut di atas, keselamatan teramat penting bagi manusia. Mencari atau menemukan jalan keluar dari kerusakan total, menjadi satu-satunya solusi alternatif untuk mengubah masa depan manusia. Jalan keluar itu adalah jalan keselamatan, karena keselamatan adalah situasi dan kondisi hidup yang ideal, yaitu keadaan bebas dan leluasa, keadaan sejahtera dan damai, keadaan sehat dan diberkati, keadaan yang penuh kasih dan sukacita. Keselamatan penting, karena tidak ada cara atau proses lain yang dapat dilakukan manusia untuk melepaskan diri dari cengkraman dosa dan maut kecuali diselamatkan. Sementara keselamatan itu sendiri merupakan anugerah dari Allah, atau suatu pemberian yang bersifat cuma-cuma. (Bersambung ke edisi mendatang)

Suara EL-Asah Tahun I No. 4

22

Pemahaman Alkitab

Mempersiapkan diri untuk Diberkati OLEH: DR. S. TANDIASSA, M.A.

ujuan dari tema tersebut di atas adalah supaya orang-orang percaya dapat membenahi kehidupan mereka, khususnya dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Karena dengan menyelaraskan kehidupan dengan Allah, atau dengan Firman Allah, setiap orang percaya akan diberkati oleh Tuhan.

T

Tema besar dalam pehaman Alkitab ini dibagi menjadi empat bagian yaitu: 1. 2. 3. 4.

Bertobat Penuh dengan Roh Kudus Dipimpin oleh Roh Kudus Beribadah dalam Roh

Pada edisi yang lalu telah dimuat dua bagian yaitu Bertobat dan Penuh dengan Roh Kudus. Bagian ketiga ini akan membahas bagaiman kehidupan orang percaya yang Dipimpin oleh Roh Kudus.

Dipimpin Oleh Roh Kudus Matius 4:1-11

Pendahuluan Teks tersebut di atas menjelaskan bahwa setelah Yesus dibaptis, Roh Kudus membawa-Nya ke padang gurun. Di dalam Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Pemahaman Alkitab

23

terjemahan lain dipakai istilah Roh Kudus memimpin Yesus. Di padang gurun, Yesus berpuasa selama 40 hari, dan sesudah itu Yesus menghadapi godaan yang beruntun dari Iblis. Yesus dapat melampaui semua situasi tersebut dengan kemenangan besar. Perikop ini memberi gambaran yang jelas dan contoh yang paling sempurna tentang bagaimana dan apa makna hidup dipimpin oleh Roh Kudus. Apa ciri-ciri hidup orang yang sungguhsungguh dipimpin oleh Roh Kudus? Atau bagaimana perilaku hidup seseorang jika orang tersebut sungguh-sungguh dipenuhi oleh Roh Kudus? I.

Berdayatahan

Roh Kudus memberi daya tahan pada Yesus untuk menanggung penderitaan fisik di padang gurun selama 40 hari berupa cuaca dingin yang mencekam di malam hari, dan panas terik yang membakar di siang hari, serta menahan lapar karena berpuasa. Beberapa contoh: A. Roh Kudus memimpin Stefanus dengan cara memberi daya tahan sampai mati – Kisah Para Rasul 7:54-60. B. Roh Kudus memimpin Petrus dan Yohanes dengan memberi sukacita saat disesah – Kisah Para Rasul 5:40-41. C. Tubuh yang fana – lemah – ini akan bangkit atau memiliki kekuatan – daya tahan bila dipimpin oleh Roh Kudus – Roma 8:11. II. Bertemperamen Dingin Selanjutnya disebutkan bahwa di padang gurun Yesus berada di antara binatang-binatang buas. Pernyataan ini menggambarkan keadaan yang dihadapi Yesus ketika itu yaitu: ketidakSuara EL-Asah Tahun I No. 4

24

Pemahaman Alkitab

ramahan, keadaan tak yang bersahabat, ketegangan, emosi yang tak terkendali, egoisme yang tinggi, watak yang saling memakan, atau menghancurkan. Roh Kudus memimpin Yesus sehingga Ia menghadapi semua keadaan itu dengan tenang, lembut, dan tidak emosional. A. Roh Kudus memberi kita kemampuan untuk mematikan – mengendalikan keinginan-keinginan (roh) daging – Roma 8:13. B. Roh Kudus memberi temperamen yang lembut sehingga seseorang tetap bersikap ramah saat difitnah – 1 Korintus 4:1213. C. Roh Kudus memberikan watak, karakter atau sifat-sifa yang suci sehingga dengan sifat-sifat itu, seseorang akan bertemperamen dingin – Galatia 5:22-23. Catatan: sembilan sifat (bukan sembilan buah) yang dicatat di dalam ayat ini dikelompokkan menjadi tiga, untuk menggambarkan suasana hidup orang yang dipimpin oleh Roh Kudus: 1. 2. 3.

Pikiran – dipenuhi dengan: kasih, sukacita, damai sejahtera Hubungan dengan Tuhan disertai dengan: kasih, kesabaran, kesetiaan Hubungan dengan sesama diwarnai dengan: kasih, kesabaran, kemurahan, kebaikan. kesetiaan, kelemah lembutan, dan penguasaan diri.

III. Berwawasan Alkitab. Iblis mencobai dan mau menjatuhkan Yesus dengan memakai istilah-istilah rohani. Bahasa-bahasa rohani itu digunakan Iblis untuk membungkus maksud jahatnya. Tetapi Roh Kudus memberi wawasan Alkitab - Kebenaran - pada Yesus. Catatan: Hal yang kelihatan/kedengaran atau bersifat rohani tidak selalu bernilai kebenaran. Tetapi kebenaran pasti memiliki nilai rohani.

Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Pemahaman Alkitab

25

A. Cobaan/jebakan melalui status Yesus. 1. Suara Iblis – bersifat rohani: Engkau Anak Allah, perintahkan batu-batu ini menjadi roti (ayat 3). 2. Yesus – berwawasan Alkitab. Ada tertulis di dalam kitab (ayat 4) B. Cobaan/jebakan melalui sifat sifat kemahakuasaan Yesus 1. Suara setan – bernada rohani: jatuhkan diri-Mu, Allah pasti mengirim malaikat-Nya (ayat 6). 2. Yesus – berwawasan Alkitab: Ada pula tertulis di dalam kitab (ayat 7) C. Cobaan/jebakan melalui kepemilikan kekayaan. 1. Suara Iblis – berbobot rohani: Jika Engkau mau memiliki seluruh dunia ini (ayat 9) 2. Yesus – wawasan Alkitab: sebab ada tertulis di dalam kitab (ayat 10) Saat-saat seseorang menghadapi cobaan-godaan dan jebakan iblis, Roh Kudus akan memimpin pikiran orang yang bersangkutan untuk memberi jawaban-jawaban, gagasan-gagasan, dan solusi berdasarkan apa yang tertulis di dalam Alkitab sebagai kebenaran tertinggi, dan bukan berdasarkan apa yang dianggap atau kedengaran rohani. a. Yohanes 16:13, Roh Kudus akan memimpin ke dalam seluruh kebenaran. b. Kisah Para Rasul 4:8, Roh Kudus memberi kecerdasan Alkitab pada Petrus. c. Yohanes 14:26, Roh Kudus akan memberi daya ingat terhadap perkataan Tuhan. Jika seseorang dipimpin oleh Roh Kudus, pikirannya akan selalu dibawa kepada Firman Allah pada saat-saat menghadapi godaan, cobaan, atau jebakan-jebakan iblis, sehingga jawabanjawaban yang diberikan akan selalu berdasarkan Firman Allah, Suara EL-Asah Tahun I No. 4

26

Pemahaman Alkitab

dan bukan apa yang dianggap baik berdasarkan perasaanperasaan manusia. D. Konkulsi Hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus akan selalu memiliki cir-ciri yang jelas, yaitu berdayatahan dalam menghadapai penderitaan-penderitaan secara fisik, memiliki temperamen yang dingin atau sifat-sifat suci atau tidak emosional, dan memiliki kemampuan menjawab setiap masalah hidupnya dengan menggunakan wawasan, gagasan, dan solusi berdasarkan kebenarankebenaran tertulis di dalam Alkitab. (Bersambung ke edisi mendatang)

(Sambungan dari halaman 13) kemurahan-Nya pada diri kita. Ingat pesan Yesus: Bapamu di Surga tahu apa yang saudara perlukan O ibu dan bapak! Oh kawan-kawan! Hati-hatilah terhadap rohroh arogansi yang kini sedang menyusup ke dalam doa-doa umat Tuhan. Roh-roh arogansi berbentuk mitos-mitos dalam doa, bisa muncul dan menunggangi ritual-ritual doa yang disakralkan. Rohroh arogansi dalam doa kini sedang merajalela di dalam dan di luar tempat-tempat ibadah. Hati-hatilah... hati-hatilah.... kawan.....! -oo0oo-

Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Kesaksian

27

Oleh-oleh dari Mataram Oleh: Drs. Johanes Poerwadi

K

etika pada bulan Januari 2007 saya berkunjung kembali ke Mataram, setelah saya tinggalkan dalam waktu yang cukup lama, ada perasaan terkejut tetapi juga bangga saat saya beribadah di GPdI Mataram yang terletak di Jl. Pariwisata. Saya mendapati bahwa gedung gereja dari tampak luarnya masih sama tetapi begitu kita masuk ke dalamnya, ada satu perubahan besar. Sekarang ruang ibadah itu sudah full AC, di kiri kanan mimbar dipasang layar LCD, dan dihiasi dengan asesories indah sehingga seperti di ruang pertemuan sebuah hotel berbintang. Di antara 400-500 jemaat itu, saya mulai menemukan wajahwajah yang tidak lagi asing bagi saya karena ada banyak mantan anak-anak sekolah minggu yang pernah saya ajar. Sungguh saya sangat senang bertemu mereka kembali dan melihat kesetiaan mereka untuk tetap beribadah di gereja ini. Pada bulan Maret lalu saya kembali berkunjung ke gereja ini, dan seperti kunjungan lalu, saya menerima banyak undangan makan dari teman-teman ‘seperjuangan’ ini. Salah satu undangan itu datang dari Keluarga Bp. Ang Kim Hok, yang anaknya 9 orang, dan cucu 16 orang, dengan mantu-mantunya, maka jumlah keluarga besarnya adalah 44 orang. Saya mengenal keluarga Koh Hok sudah lama, selain merupakan jemaat awal, anak-anaknya adalah murid-murid Suara EL-Asah Tahun I No. 4

28

Kesaksian

sekolah Minggu yang dulu saya layani. Saya juga sering berkunjung ke rumahnya karena kebetulan selain sebagai pegawai negeri saya juga bekerja part time sebagai ahli pembukuan di sebuah perusahaan tembakau yang letaknya di depan rumah Koh Hok ini. Saya tahu bagaimana kehidupan keluarga besar ini dalam kesederhanaan tetapi mereka setia kepada Tuhan, dan rumah mereka pun dipakai untuk pelayanan sekolah minggu.

Koh Hok, no. 4 dari kiri, sedang bersama dengan jemaat GPdI Mataram Dari pertemuan dengan keluarga Koh Hok saat saya diundang untuk perayaan ulang tahun salah satu cucunya ada beberapa hal yang menarik yang saya tulis di sini sebagai oleholeh dari Mataram. Koh Hok, yang sekarang telah berusia 70 tahun, selain tetap setia kepada Tuhan, berhasil membawa keluarganya untuk mengenal Tuhan dan mengajar mereka menjadi anak-anak Tuhan yang setia. Mereka juga membangun komunikasi yang erat dengan berkumpul setiap hari Minggu untuk makan bersama dan sharing atas apa yang sedang terjadi. Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Kesaksian

29

Koh Hok menceritakannya kepada saya bahwa saat ini ia sangat berbahagia karena semua anak-anaknya dalam Tuhan. Ia berkata, “Pur, saya sungguh berterima kasih kepda Tuhan sebab Tuhan sungguh baik. Dia pelihara saya, juga termasuk anak, mantu, dan cucu saya.” Memang, saya menyaksikan bahwa keluarganya sangat diberkati Tuhan. Ia juga menuntut agar setiap orang yang akan menjadi menantunya adalah anak Tuhan. Ia berkata, “Yang penting betul-betul dalam Tuhan, sebab apabila sudah benar di hadapan Tuhan, berkat akan mengalir.” Salah satu anak Koh Hok, A Chun bersaksi kepada saya, “Om Pur, ketika suami saya meninggal, saya nggak siap untuk menjadi seorang pedagang karena dulu suami saya berharap agar saya mendidik anak-anak dan menjaga mereka. Namun setelah ia meninggal, saya dituntut untuk hidup. Saya memulai dengan berkeliling naik sepeda motor dan menjual barang-barang untuk dikreditkan dan karena barangnya sangat banyak, sampai-sampai saya nggak kelihatan.....” Tetapi sekarang kerja saya banyak di rumah, omset saya sudah lumayan. Pembeli datang langsung ke rumah atau nelpon. Kerja saya santai kok, Om.” Saya menimpalinya, “Namun berkatnya melimpah, tho?” A Chun hanya tersenyum dan mengiyakan. Beberapa orang berkata bahwa A Chun seringkali mengikuti pameran mutiara di dalam dan luar negeri. Anak-anak Koh Hok yang lain juga bersaksi, “Puji Tuhan Om, orang lain sepi, tetapi usaha yang saya kelola selalu diberkati Tuhan.” Koh Hok juga aktif dan turut terlibat dalam pekerjaan Tuhan. Ia selalu mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan dan selalu mengarahkan anak-anaknya untuk mengerti akan pekerjaan Tuhan. Kepada saya Koh Hok mengatakan, “Anak-anak saya ajar selalu tahu memberi untuk pekerjaan Tuhan, selalu peduli pada pekerjaan Tuhan. Semakin banyak berkat, harus semakin berani memberi untuk pekerjaan Tuhan. Itu kunci berkat.” Koh Hok telah Suara EL-Asah Tahun I No. 4

30

Kesaksian

membuktikannya. Keluarganya diberkati Tuhan bahkan ketika pekerjaan Tuhan membutuhkan dana, maka ia akan meminta mereka untuk memberikan persembahan dengan jumlah yang ia tentukan. Ia mengatakan kepada saya, “Anak-anak harus dididik peka dan peduli terhadap pekerjaan Tuhan karena berkat yang kita nikmati sudah terlalu banyak.” Kesan anak-anak kepada Papa Hok cukup bagus. Bagi mereka beliau adalah idola yang mereka segani. Koh Hok dan istri sebenarnya moderat namun karena keteladanan mereka dalam mengiring Yesus membuat anak-anak jadi segan. Ini sangat nampak saat mereka berbicara dengan hormat dan hati-hati kepada orang tua mereka. Saat saya menanyai hal ini secara tidak langsung mereka menjawab bahwa mereka segan dengan Papa. Koh Hok memiliki wibawa dan anak-anak yang mengerti firman Tuhan ini tahu bahwa mereka harus menghormati orang tua. Saat makan malam dan menikmati sajian khas Lombok yang terhidang, Koh Hok tiba-tiba membuka rahasianya diberkati Tuhan. Ia tiba-tiba berkata, “Pur, rahasia diberkati Tuhan ada dua yaitu takut akan Tuhan dan jujur dalam perpuluhan.” Saya agak terhenyak sejenak. Sebab ini adalah realisasi puncak iman yang luar biasa dalam kehidupan orang Kristen. Mengapa? Saya berpikir takut akan Tuhan itu berarti mengasihi Tuhan, menghormati Tuhan, dan melaksanakan perintah Tuhan. Mana mungkin seorang bisa berbuat demikian bila tidak mempunyai puncak iman kepada-Nya. Perpuluhan juga dampak dari takut akan Tuhan dan supaya tidak kena kutuk Tuhan. Saya teringat akan firman Tuhan yang disampaikan oleh Pdt. DR Samuel Tandiassa, M.A. bahwa Adam dan Hawa boleh mengambil dan menikmati sepuas-puasnya apa yang ada di Taman Eden, namun buah pengetahuan baik dan jahat tidak boleh disentuh atau dimakan. Sebab bila hal ini dilanggar maka manusia terkena kutuk.

Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Kesaksian

31

Tetapi Adam dan Hawa menyentuh buah itu, mengambilnya, dan memakannya sehingga mereka terkutuk. Rupanya Koh Hok dan istri, anak-mantu-cucu mengetahui, memahami dan melaksanakan konsep firman Tuhan agar sukses dalam membina bahtera hidup. Dari kehidupan Koh Hok, ada pelajaran yang bisa menjadi teladan bagi kita. Yang pertama bahwa pemeliharaan Tuhan sampai ke anak cucu akan terus berlangsung bagi orang yang setia kepada-Nya. Yang kedua, mendukung pekerjaan Tuhan. Jangan segan-segan untuk mendukung pekerjaan Tuhan karena kita terlebih dahulu telah diberkati Tuhan. Jangan hitung-hitungan dengan Tuhan dan memiliki konsep yang salah bahwa apabila kita memberikan harta kita maka harta kita menjadi susut. Justru sebaliknya bila kita mempersembahkan harta kita untuk kemuliaan Tuhan, maka berkat itu semakin melimpah. Yang ketiga, keluarga kita akan berbahagia dan sejahtera apabila kita saling menghargai, mencintai, dan saling mendoakan. Dan yang terakhir miliki konsep takut akan Tuhan dan jujur dalam perpuluhan sebagai kunci berkat. Saya tahu akan ada banyak orang seperti Bp Ang Kim Hok lainnya di jemaat GPdI Mataram karena firman Tuhan telah menjadi landasan hidup yang kokoh. Berjuang terus Koh Hok, sampai Tuhan datang. Upahmu besar di sorga. -oo0oo-

Suara EL-Asah Tahun I No. 4

32

Kesehatan

NARKOBA DAN KESEHATAN Oleh: Dr. Adieli Zega

PENDAHULUAN ewasa ini, penyalahgunaan narkoba sudah semakin menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan, dimana jumlah pengguna narkoba pada tahun 1970 sekitar 130.000 orang, ternyata pada tahun 2000, tercatat menjadi 2 juta orang. Keprihatinan dan kekhawatiran berbagai kalangan mendorong untuk melakukan berbagai upaya untuk memberantas dan meminimalisasi berbagai dampak yang diakibatkan oleh penyalahgunaan narkoba.

D

Masalah penyalahgunaan narkoba lebih merupakan masalah sosial, walaupun tidak terlepas juga dari masalah politik dan ekonomi suatu bangsa. Hal ini dapat dirasakan jika sebagian besar generasi muda Indonesia telah terjangkit pernyalahJenis Heroin gunaan narkoba, tentu andalan dan harapan bangsa dimasa yang akan datang sebagai pemimpin yang berkualitas tidak akan didapatkan lagi. Generasi muda sudah menjadi generasi yang loyo, sakit mental dan tidak mampu berdiri lagi. Dapat diduga, bangsa asing yang sudah lama mengincar Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Kesehatan

33

potensi alam Indonesia akan dengan mudah memporak porandakan stabilitas diberbagai aspek. Peredaran dan penggunaan narkoba sebagai bahan penelitian, pengobatan dan ilmu pengetahuan telah diatur dan ditetapkan dalam undang-undang , yaitu UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika, dan UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika Seiring dengan meningkatnya jumlah penyalahgunaan narkoba, terutama yang menggunakan suntik, telah menambah jumlah penderita Penyakit Menular Seksual (PMS), seperti HIV/ AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C, Sifilis dan sebagainya, Dalam ilmu Kedokteran, narkotika dan obat pada umumnya digolongkan sebagai racun, sebab bila zat tersebut masuk ke dalam tubuh, di dalam tubuh akan menimbulkan reaksi biokimia yang dapat menyebabkan penyakit atau kematian, tergantung pada takaran, cara pemberian, bentuk fisik dan struktur kimia zat, serta kepekaan korban dipengaruhi oleh usia, riwayat penyakit terdahulu atau bersamaan, kebiasaan, keadaan hipersensitifikasi tertentu dan sebagainya. Data Litbang Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan bahwa selama tahun 2003-2005, telah disurvei 7114 lembaga pendidikan, 66.897 kelas (SLTP dan SLTA) dan 2.382.502 mahasiswa. Wawancara dengan Napi di LP, Lapas, Rumah Sakit dan Panti Rehabilitasi. Dari survei tersebut, menggambarkan bahwa dari 26 ibu kota provinsi di Indonesia pengguna narkoba adalah 3,9%, dan pernah menggunakan adalah 5,8%. Sebaran pengguna narkoba menurut kota-kota besar di Indonesia: Jakarta 23%, Medan 15%, Bandung 14%. Dan khusus untuk ibu kota provinsi saja, penyalahguna narkoba meliputi Palu 8,4%, Medan 6,4%, Surabaya 6,3%, Muluku Utara 5,9%, Padang 5,5%, Bandung 5,1%, Kendari 5%, Banjarmasin 4,3%, Yogyakarta dan Pontianak 4,1%. Suara EL-Asah Tahun I No. 4

34

Kesehatan

Berdasarkan jenis narkoba yang digunakan adalah Ganja 74,9%, Obat Penenang 32,5%, Ekstasi 25,7%, dan Amfetamin 21,5%. Berdasarkan kelompok umur meliputi umur diatas 25 tahun 20%, 21-25 tahun 12,3%, dibawah 21 tahun 7,7%, dan umumnya dimulai pada usia 7 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki 7,2%, wanita 1,1% dan berdasarkan pendidikan adalah Perguruan Tinggi 9,9%, SMU 4,8%, SLTP 1,4%. Bila ditinjau dari kondisi keluarga, maka penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Orang Tua berpisah tapi bukan cerai Pengguna tidak pernah berkomunikasi atau berbincang Pengguna tidak tinggal dengan Orangtua Sebagian keluarga ada yang merokok Anggota keluarga biasa meminum minuman keras Anggota keluarga biasa ke tempat hiburan Anggota keluarga biasa menyalahgunakan narkoba

DEFINISI Istilah narkoba yang kita kenal sekarang ini disebut dengan “Narkotika dan Obat Berbahaya”. Namun yang tepat adalah “Narkotika, Psikotropika dan bahan Adiktif lainnya” (NAPZA). Dalam ilmu Kedokteran istilah obat berbahaya adalah obat-obatan yang tidak boleh dijual bebas oleh karena pemberiaannya dapat membahayakan bila tidak melalui pertimbangan medis, seperti penggunaan antibiotika, obat-obat jantung, darah tinggi dan sebagainya. Seharusnya jenis-jenis Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Kesehatan

35

Narkotika dan Psikotropika itu memberi manfaat bagi dunia Kedokteran jika digunakan dengan baik dan benar. Narkotika dan Psikotropika dapat menyembuhkan dan mengakhiri penderitaan, sehingga dengan manfaat yang banyak. Sikap anti narkoba kurang tepat namun yang kita perangi adalah penyalahgunaan. Menurut UU RI No.22/1997 tentang narkotika, yang dimaksud dengan narkotika ialah zat atau obat, baik yang berasal dari tanaman maupun bukan tanaman, baik sintetik maupun semi sintetik, yang dapat menyababkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan nyeri dan menimbulkan ketergantungan dan kecanduan. Menurut UU RI No.5/1997, tentang Psikotropika, yang dimaksud dengan Psikotropika ialah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik bukan narkotika, yang berkasiat Psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Beberapa istilah yang sebaiknya diketahui : 1. Zat Psikoaktif Bahan atau zat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan kesadaran, aktifitas mental emosional, cara berpikir, persepsi dan perilaku seseorang. 2. Penyalahgunaan zat Penggunaan zat oleh seseorang secara berlebihan, bukan untuk tujuan pengobatan (tanpa petunjuk dokter), sehingga menimbulkan kendala atau hambatan dalam kehidupan sosial, sekolah dan pekerjaan. 3. Ketergantungan zat Terdapatnya ketergantungan fisik terhadap zat yang ditandai oleh adanya toleransi dan gejala-gejala putus zat.

Suara EL-Asah Tahun I No. 4

36

Kesehatan

4. Ketergantungan Psikologik Suatu keadaan yang menimbulkan perasaan puas dan nikmat sehingga mendorong seseorang untuk mengulang kembali untuk mendapatkan sensasi tersebut dan menimbulkan perasaan tidak senang bila menghentikannya. 5. Sindroma putus zat Tanda atau gejala berupa keluhan fisik yang spesifik yang timbul setelah dilakukan penghentian atau pengurangan zat yang sebelumnya digunakan secara teratur oleh individu. 6. Intoksikasi/keracunan Kondisi fisik dan perilaku abnormal akibat penggunaan zat yang dosisnya melebihi batas toleransi tubuh. 7. Toleransi Peningkatan jumlah pemakaian zat yang semakin lama semakin banyak, untuk mendapatkan efek yang sama. (Bersambung ke edisi mendatang)

Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Sikap dan Tindakan Kristiani

37

Hati Yang Baik Menambah Kecantikan

C

ai Yong dikenal juga sebagai Cai Bojie. Ia terkenal sebagai sastrawan besar dari Wilayah Qi, Provinsi Henan pada masa Dinasti Han Timur (202 Sebelum Masehi – 220 Setelah Masehi). Ia dikenal sangat menjunjung tinggi moral dan menegakkan keadilan. Ia suka membaca, matematika, astronomi dan bermain musik. Untuk mendidik putrinya Cai Wenji, ia khusus menulis sebuah esei berjudul “Pelajaran untuk Perempuan”. Ia tidak keberatan bila putrinya berdandan bagus dan bersolek. Pada kenyataannya, ia percaya perempuan seharusnya berdandan sederhana agar mereka tampil lebih pantas, dan harus menjaga rambutnya bersih serta mengkilap. Di lain pihak, ia menekankan lebih penting bagi seorang perempuan untuk mengolah kecantikan dalamnya daripada memperelok kecantikan luarnya. Ia percaya bahwa kecantikan yang sesungguhnya datang dari dalam. Orang jaman sekarang bilang inner beauty. Dalam “Pelajaran untuk Perempuan”, Cai Yong menulis, “Seperti kepala dan wajah, hati juga membutuhkan perawatan. Kotoran akan muncul bila kamu lalai mencuci wajahmu dalam sehari. Pikiran buruk akan memasuki hatimu jika lalai melatih kebaikan dalam sehari. Setiap orang tahu bagaimana mempercantik wajah, tetapi tidak setiap orang tahu mengembangkan kebaikan. Suara EL-Asah Tahun I No. 4

38

Sikap dan Tindakan Kristiani

Bila kamu tidak merawat wajahmu, mungkin orang bodoh akan memanggilmu ceroboh. Bila kamu tidak melatih moralmu, orang berakhlak akan memanggilmu jahat. Adalah masih dapat diterima dipanggil ceroboh oleh orang bodoh, tetapi tidak ada tempat bagimu di dunia, jika seorang bermoral memanggilmu jahat. Karena itu, jika kamu melihat dirimu di cermin, pikirkan apakah hatimu bersih. Kalau memakai parfum, pikirkan apakah hatimu tenang dan damai. Kalau bersolek, pikirkan apakah pikiranmu bersih. Kalau melembabkan rambutmu, pikirkan apakah pikiranmu tentram. Bila menyisir rambutmu, pikirkan apakah pikiranmu rasional dan masuk akal. Bila mengikat rambutmu, pikirkan apakah pikiranmu semulus, seelok sanggulmu. Bila kamu menata rambut halus sepanjang wajahmu, pikirkan apakah hatimu juga serapi itu.”

Bagaimana kita menemukan kebahagiaan? Konon pada suatu waktu, Tuhan memanggil tiga malaikatnya. Sambil memperlihatkan sesuatu Tuhan berkata, “Ini namanya Kebahagiaan. Ini sangat bernilai sekali. Ini dicari dan diperlukan oleh manusia. Simpanlah di suatu tempat supaya manusia sendiri yang menemukannya. Jangan ditempat yang terlalu mudah sebab nanti kebahagiaan ini disia-siakan. Tetapi jangan pula di tempat yang terlalu susah sehingga tidak bisa ditemukan oleh manusia. Dan yang penting, letakkan kebahagiaan itu di tempat yang bersih”. Setelah mendapat perintah tersebut, turunlah ketiga malaikat itu langsung ke bumi untuk meletakkan kebahagiaan tersebut. Tetapi dimana meletakkannya? Malaikat pertama mengusulkan, “Letakan dipuncak gunung yang tinggi”. Tetapi para malaikat yang Suara EL-Asah Tahun I No. 4

Sikap dan Tindakan Kristiani

39

lain kurang setuju. Lalu malaikat kedua berkata, “Latakkan di dasar samudera”. Usul itupun kurang disepakati. Akhirnya malaikat ketiga membisikkan usulnya. Ketiga malaikat langsung sepakat. Malam itu juga ketika semua orang sedang tidur, ketiga malaikat itu meletakkan kebahagiaan di tempat yang dibisikkan tadi. Sejak hari itu kebahagiaan untuk manusia tersimpan rapi di tempat itu. Rupanya tempat itu cukup susah ditemukan. Dari hari ke hari, tahun ke tahun, kita terus mencari kebahagiaan. Kita semua ingin menemukan kebahagiaan.

Kita ingin merasa bahagia. Tapi dimana mencarinya? Ada yang mencari kebahagiaan sambil berwisata ke gunung, ada yang mencari di pantai, Ada yang mencari ditempat yang sunyi, ada yang mencari ditempat yang ramai. Kita mencari rasa bahagia di sanasini: di pertokoan, di restoran, ditempat ibadah, di kolam renang, di lapangan olah raga, di bioskop, di layar televisi, di kantor, dan lainnya. Ada pula yang mencari kebahagiaan dengan kerja keras, sebaliknya ada pula yang bermalas-malasan. Ada yang ingin merasa bahagia dengan mencari pacar, ada yang mencari gelar, ada yang menciptakan lagu, ada yang mengarang buku, dll. Pokoknya semua orang ingin menemukan kebahagiaan. Pernikahan misalnya, selalu dihubungkan dengan kebahagiaan. Orang seakan-akan beranggapan bahwa jika belum menikah berarti belum bahagia. Padahal semua orang juga tahu bahwa menikah tidaklah identik dengan bahagia.

Suara EL-Asah Tahun I No. 4

40

Sikap dan Tindakan Kristiani

Juga kekayaan sering dihubungkan dengan kebahagiaan. Alangkah bahagianya kalu aku punya ini atau itu, pikir kita. Tetapi kemudian ketika kita sudah memilikinya, kita tahu bahwa benda tersebut tidak memberi kebahagiaan. Kita ingin menemukan kebahagiaan. Kebahagiaan itu diletakkan oleh tiga malaikat secara rapi. Dimana mereka meletakkannya? Bukan dipuncak gunung seperti diusulkan oleh malaikat pertama. Bukan didasar samudera seperti usulan malaikat kedua. Melainkan di tempat yang dibisikkan oleh malaikat ketiga.

Dimanakah tempatnya??? Untuk mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan itu tidaklah mudah. Perlu perjuangan. Ibarat sebuah berlian, dimana untuk mendapatkan kilauan yang cemerlang, harus terus diasah dan ditempa sehingga kemilauan yang dihasilkan terpancar dari dalamnya. Begitu juga hidup ini. Kita harus rendah hati. Seringkali kita merasa minder dengan keberadaan diri kita. Sering kali kita berkata, “Ah... gue mah belum jadi orang. Tinggal aja masih ama ortu, ngontrak, dll”. Kita harus ingat, bahwa yang menentukan masa depan kita adalah Tuhan. Dan kita harus menyadari bahwa jalan Tuhan adalah jalan kita. Tuhan akan membuat semuanya INDAH pada waktunya. Yang penting disini adalah hikmat. Barangsiapa yang bijaksana dapat mencapai kebahagiaan dan kesuksesan di dalam hidup ini. Oh ya..., dimanakah para malaikat menyimpan kebahagiaan itu? DI HATI YANG BERSIH................. -oo0ooSuara EL-Asah Tahun I No. 4