PENTINGNYA PERANAN PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK MEMBANGUN GENERASI BANGSA YANG CERDAS DAN BERKARAKTER March 23, 2016 | IT RAPENDIK
Perkembangan era globalisasi yang nampak begitu cepat turut mempengaruhi kehidupan bangsa indonesia. Tak mau ketinggalan, segala kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang ada dan baru senantiasa berusaha diikuti oleh bangsa Indonesia. Keinginan kita untuk selalu maju agaknya tak sedikit berdampak dan membawa pengaruh bagi bangsa ini. Baik itu berupa dampak positif maupun negatif. Dinamisme zaman yang terjadi saat ini, memudahkan manusia dalam menjalankan kehidupannya. Namun, berbagai tawuran antar pelajar, genk motor, pergaulan bebas, penggunaan narkotika dan obat terlarang saat ini merupakan hal yang biasa dan sering didengar oleh telinga kita. Indonesia menangis. Degradasi moral terjadi hampir di semua kalangan, di masyarakat. Termasuk pula dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Sebenarnya apakah yang salah? Sistem pendidikankah? Peran aparat pemerintahkah? Atau yang lain? Hal ini tentu patut menjadi PR untuk kita semua. Akan tetapi, apapun upaya yang ingin dirancang dan diimplementasikan oleh para pemangku kepentingan, instansi pendidikan, sekolah-sekolah dalam rangka mendidik bangsa ini entah itu melalui pendidikan karakter atau yang lainnya, pada dasarnya yang perlu diperhatikan kembali adalah efektifitasnya dalam mengemban amanah untuk mendidik putra-putri bangsa secara komprehensif dan humanis sehingga benar-benar menjadikan para peserta didik yang tidak hanya cakap secara intelektual tetapi anggun dalam moral. Secara kuantitas jika melihat orang-orang Indonesia yang dapat mengenyam dunia pendidikan tentunya cukup banyak, terlepas dari apakah mereka bisa menuntaskan wajib belajar sembilan tahun atau lebih, bahkan sampai ke jenjang perguruan tinggi misalnya. Akan tetapi ironisnya segala problematika moral yang tersebut diatas bukankah tidak lepas dari tingkah laku orang yang pernah mengenyam dunia pendidikan, dan lebih miris lagi jika di dalam dunia pendidikan terciderai oleh insan-insan akademik sendiri. moral dapat terjadi karena suatu bangsa kehilangan jati dirinya. Mereka tidak dapat mempertahankan apa yang menjadi identitasnya selama ini. Mereka terlalu terlena dan kurang dapat menyaring budaya yang masuk ke Indonesia. Padahal sebenarnya, bangsa ini memiliki Pancasila. Pancasila merupakan karakteristik yang kini mulai luntur kesadaran untuk menghayatinya. Mulai dari sila pertama h Degradasi ingga ke - lima, semuanya mencakup berbagai lini kehidupan yang dijalani manusia. Oleh karena itu, sudah seharusnyalah kita perlu meneguhkan kembali jati diri bangsa ini, Pancasila. John F Kennedy mengatakan, “ Bila ada sesuatu yang salah pada sistem disuatu Negara, maka lihatlah apa yang salah pada pendidikannya.” Mengingat maju atau mundurnya suatu bangsa salah satu faktor utamanya adalah pada pendidikannya, maka seberapa besar peran sentral dunia pendidikan dalam mencetak sumber daya manusia yang berkarakter akan ikut menjadi determinan dalam memajukan suatu bangsa. Dan disinilah dunia pendidikan sangat memegang peranan yang strategis. Tentunya dengan cara mengaktualisasi implementasi dari Pancasila dalam berbagai
basis pendidikan yang ada agar lebih optimal dalam menjalankan fungsi pendidikan dan pengajarannya. Aktualisasi Pancasila harus mulai digaungkan mulai dari berbagai lingkungan pendidikan. Baik itu di keluarga sebagai pendidikan informal, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, maupun dalam masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal. Kesemua ranah pendidikan tersebut harus melekat dengan nilai- nilai Pancasila. Pertama, dalam lembaga pendidikan informal seperti keluarga. Keluarga merupakan jenjang pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Ini berarti, bagaimana karakter anak berkembang nantinya bergantung dari pola asuh yang diterapkan di rumah. Apakah pola asuh permisif yang memberi kebebasan pada anak, pola asuh otoriter yang mewajibkan anak untuk selalu patuh, atau pola asuh autoritatif yang artinya antara orangtua dan anak saling mengerti tanggungjawab, hak dan kewajiban masing-masing. Selanjutnya untuk menanamkan moral yang baik pada anak, orang tua juga harus memiliki karakter yang tentu saja lebih baik terlebih dahulu. Dengan begitu orangtua seakan menjadi teladan atau row model bagi anak dalam bertindak sehingga anak senantiasa berhati-hati dalam bertingkah laku. Kedua, dalam ranah lembaga pendidikan formal atau sekolah, peran seorang guru sangat urgen dalam membentuk karakter siswanya. Para guru yang merupakan orangtua kedua siswa di sekolah, perlu senantiasa mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang sebenarnya. Mulai dari kebiasaan untuk berdoa setiap kegiatan belajar mengajar, saling toleransi antar teman, menumbuhkan sikap peduli sesama, dan tidak membeda- bedakan antara siswa satu dengan siswa lain. Ketiga, implementasi pendidikan Pancasila di masyarakat tentu dimulai dari sekitar lingkungan rumah. Keberagaman etnis yang ada di masyarakat hendaknya menjadi suatu warna tersendiri bagi mereka, sebagaimana semboyan yang dimiliki bangsa Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”. Walaupun negara Indonesia terdiri dari beragam suku, namun kerukunan antar seluruh umat tetap perlu dijunjung tinggi. Nah, mengingat barbagai fenomena moral yang sangat krusial, dunia pendidikan baik itu pendidikan informal, formal maupun non formal hendaknya terus menerus melakukan inovasi dan melakukan perbaikan agar benar-benar bisa menjadi lebih optimal dalam menjalankan fungsinya sebagai alat untuk melakukan transformasi dan menginternalisasikan nilai-nilai moral untuk terbentuknya insan yang berkarakter. Adalah dengan cara kembali melakukan aktualisasi Pendidikan Pancasila di berbagai bidang, moral bangsa Indonesia dapat kembali menuju jati dirinya. Aktualisasi tersebut akan terimplementasi dalam sisi kognitif, afektif dan psikomotorik bangsa. Hal tersebut sangat penting untuk diingat karena dapat menjadi parameter atau tolak ukur sampai seberapa jauh tingkat perubahan tingkah laku seseorang, dan untuk mengetahui tingkat ketercapaian dalam menempuh proses pendidikan. Sehingga pada akhirnya dapat benar-benar menghasilkan output yang cerdas, unggul, berdaya saing, bermoral dan berkarakter. Dengan demikian, aktualisasi pendidikan Pancasila sebagai karakter bangsa Indonesia adalah sebuah konsekuensi logis guna semakin terciptanya sumber daya manusia yang cerdas holistik sebagaimana tertera dalam tujuan pendidikan nasional dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreaif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. # PENTINGNYA PERANAN PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK MEMBANGUN GENERASI BANGSA YANG CERDAS DAN BERKARAKTER# Seiring perkembangan zaman di era globalisasi saat ini turut mengiringi adanya trend yang semakin dinamis dan selalu diwarnai oleh ketidakteraturan dan ketidakpastian. Kondisi ini
memunculkan kecenderungan permasalahan baru yang semakin beragam dan multi dimensional. Teknologi informasi yang berkembang cepat, telah membawa dampak bagi kehidupan manusia. Dapat berdampak menguntungkan dan merugikan ,berdampak menguntungkan apabila mampu memanfaatkannya untuk meningkatkan taraf hidup. Namun juga dapat berdampak merugikan, apabila terperdaya dengan pemanfaatan untuk kepentingan yang negatif. Hal ini berarti dampak teknologi informasi berimplikasi secara langsung pada perubahan berbagai aspek kehidupan, termasuk terhadap karakter generasi muda. Persoalan karakter para pemuda kini menjadi sorotan tajam dalam masyarakat. Berbagai sorotan tersebut termuat dalam media cetak, wawancara, dialog atau gelar wicara di beberapa media elektronik. Ironisnya, persoalan yang muncul seperti meningkatnya tindak kriminal,semakin menjadi-jadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), kekerasan, kejahatan seksual, pengrusakan, perkelahian massal, kehidupan yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan lain-lain yang seringkali menjadi topik hangat dan tidak ada henti-hentinya untuk dibicarakan .Padahal sudah lebih dari setengah abad bangsa Indonesia merdeka, tapi sampai saat ini justru bangsa Indonesia semakin mengalami degradasi karakter kebangsaan. Tampaknya bangsa ini khususnya generasi muda telah dihadapkan pada dinamika perkembangan lingkungan strategis yang penuh dilema, tantangan hidup yang semakin kompleks dan diwarnai dengan fenomena terjadinya degradasi nilai-nilai luhur bangsa. Bahkan pendidikan di Indonesia saat ini cenderung lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan, namun mengabaikan pendidikan karakter. Pengetahuan tentang kaidah moral yang didapatkan dalam pendidikan moral atau etika di sekolah-sekolah saat ini semakin ditinggalkan. Sebagian orang mulai tidak memperhatikan lagi bahwa pendidikan tersebut berdampak pada perilaku seseorang. Dalam mengahadapi masalah yang begitu rumit dan komplek seperti di atas dibutuhkan pendidikan karakter yang dibangun melalui pendidikan, yang melibatkan berbagai elemen bangsa terlebih sebagai pemangku kepentingan seperti pendidikan pancasila misalnya. Dengan manajemen yang seperti ini diharapkan dapat meminimalisir dan menangkal kemungkaran yang terjadi saat ini. Pendidikan pancasila diharapkan mampu menghadirkan karakter generasi muda yang tidak hanya cerdas namun juga berkarakter. Maksudnya adalah generasi muda yang tidak hanya berkompeten tatapi juga perduli terhadap kemajuan Indonesia. Pendidikan pancasila sangatlah penting bagi para generasi muda Indonesia agar dapat terbentuk karakter yang unggul dan bereakhlak mulia. Sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan dan santun dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Karena karakter merupakan nilai – nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perhatian, dan perbuatan berdasarkan norma – norma agama, hukum, tatakrama, budaya dan adat istiadat.Sehingga tidak akan ada lagi tindak kriminal seperti kasus korupsi dan lainnya. Menurut Ali Ibrahim Akbar,2000 : Ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata –mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis ( hard skill ) saja, tetapi lebih oleh pengetahuan mengelola diri dan orang lain ( soft skill ). Hal ini membuktikan bahwa kesuksesan seseoarang lebih ditentukan oleh kemampuan manage self daripada kemampuan knowlage. Dan juga sebagai isyarat bahwa mutu pendidikan karakter seperti pancasila mampu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di masa yang akan datang. Maka dari itu peranan pendidikan pancasila sangatlah penting. Dengan adanya pendidikan pancasila diharapkan bisa menjadi motor ”perbaikan” sekaligus ”pembentukan” karakter generasi pemuda yang tidak hanya unggul tetapi juga berakhlak mulia. KESIMPULAN Dari uraian tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan pancasila merupakan satu aspek penting untuk membangun karakter generasi bangsa. Hampir semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama dalam Program Pembangunan Nasional.
Sumber daya manusia yang bermutu yang merupakan Produk Pendidikan dan merupakan kunci keberhasilan suatu Negara.Oleh sebab itu pendidikan sangat diharuskan sekali karena memberikan peranan yang sangat penting baik itu untuk diri sendiri, orang lain ataupun Negara. Untuk diri sendiri keuntungan yang didapat adalah ilmu, untuk orang lain kita bisa mengajarkan ilmu yang kita ketahui kepada orang yang masih awam dan untuk Negara jika kita pintar maka kita akan mengangkat nama baik Negara kita di dunia internasional. Pancasila sebagai pedoman pelaksanaan pembaharuan sistem pendidikan memeiliki peranan yang sangat penting yaitu diharapkan mampu mendukung upaya mewujudkan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mampu menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Wajib Belajar Sembilan Tahun merupakan implementasi dari pancasila sebagai ideologi negara yang merupakan program bersama antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga sosial serta masyarakat. Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun adalah program nasional. Oleh karena itu, untuk mensukseskan program itu perlu kerjasama yang menyeluruh antara antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga sosial serta masyarakat,karena program ini sangat baik untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab kita semua terhadap masa depan generasi penerus bangsa yang berkualitas serta upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Basis pendidikan karakter Keragaman nilai dalam Pancasila merupakan modal dasar pendidikan karakter. Kita tidak perlu lagi mencari-cari bentuk bahkan model pendidikan karakter karena basis kekuatan karakter bangsa telah kita miliki. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam sila pertama dapat kita jadikan acuan pembelajaran beberapa nilai. Nilai toleransi selama ini hanya menjadi wacana dan sulit untuk dilaksanakan dikarenakan berhenti pada tataran wacana kognitif. Hal tersebut mengakibatkan kelemahan karakter masyarakat. Sekolah seharusnya mulai mampu mencoba untuk menguraikan sila pertama menjadi bahan-bahan nilai dalam pendidikan karakter. Misalnya, toleransi, penghargaan terhadap kepercayaan lain melalui kegiatan-kegiatan permainan yang menarik. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menjadi bagian penting dalam rantai karakter bangsa. Memberadabkan sesama manusia menjadi modal utama dalam relasi sosial. Salah satu faktor dalam pendidikan karakter adalah kemampuan untuk memberikan apresiasi kepada orang lain. Melalui kegiatan praktis misalnya kerapian, kebersihan diri, ketekunan merupakan proses belajar untuk menjadi beradab. Hal tersebut dapat diajarkan melalui manajemen konflik. Sebagian orang melihat konflik adalah hal tabu sehingga konflik disingkirkan dari ranah pembelajaran. Padahal, dalam konflik, kita dapat saling memberadabkan manusia. Konflik tentu bukan berarti anarkis, konflik dapat diajarkan melalui proses debat dan pemaparan argumen. Penting kiranya bahwa pendidikan manajemen konflik bertujuan untuk memberadabkan manusia dengan saling
menghargai. Sila Persatuan Indonesia mampu diuraikan dengan mengenalkan budaya Indonesia secara fisik. Berbagai hasil kebudayaan nasional sebagai contoh kebijaksanaan lokal adalah pintu masuk bagi pemahaman persatuan. Karakter persatuan yang mendasar adalah cinta Tanah Air. Proses cinta Tanah Air tentu tidak perlu lagi dengan cara-cara yang sangat abstrak. Karakter ini dapat dibangun dengan membangun kreativitas siswa, tentu dengan masih membawa ciri khas kebudayaan daerah. Kreativitas siswa sangat erat dengan kemampuan memahami secara kognitif (competence). Dengan bantuan teknologi, kita dapat mengenalkan keragaman daerah dengan mudah. Bukan hanya itu saja, proses kreativitas juga makin mudah dengan bantuan teknologi. Karakter cinta Tanah Air dapat sangat terbantu dengan kehadiran alat modern sehingga dalam mengajar pun kita lebih mudah dan menarik. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan adalah sila yang saat ini selalu menjadi acuan dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Satu masalah yang menarik adalah kita memiliki dasar nilai demokratis, namun tidak dapat dilaksanakan. Nilai demokrasi yang mendasar adalah taat asas, sesuai prosedur dan menghargai martabat orang lain sesuai hati nurani (conscience). Inilah yang dapat disampaikan dalam pembelajaran pendidikan karakter siswa. Siswa dikenalkan dengan prosedur yang benar dan sesuai aturan/asas yang berlaku. Hal ini bukan untuk mengajak siswa menjadi pribadi yang semata patuh, namun mengajak mereka menjadi pribadi yang taat. Taat adalah bagian dari disiplin maka cara sila keempat ini dapat diawali dengan memberikan latihan disiplin diri untuk menghargai proses yang melibatkan orang lain. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia merupakan basis kepekaan sosial yang sangat mendasar. Manusia yang berkarakter salah satu indikasinya adalah mampu berjuang untuk sesama, bukan utuk dirinya. Itulah yang dimaksud dengan keadilan sosial, keadilan sosial tidak perlu lagi dibahas dalam cakupan yang luas dan menerawang, namun dalam kegiatan sehari-hari siswa. Apakah siswa telah berbela rasa (compassion) kepada siswa lain? Hal inilah yang dapat diuraikan dalam pembelajaran sehari-hari. Sudah saatnya bagi tiap sekolah untuk meletakkan kembali Pancasila sebagai acuan dasar dalam membentuk karakter siswa. Terbukti Pancasila sangat kaya akan nilai-nilai keutamaan hidup yang mampu menyejahterakan masyarakat Indonesia. Sejahtera berarti bebas dari tindakan anarkis, lepas dari masalah fundamentalitas agama, radikalisme kesukuan, dualisme minoritas-mayoritas, dan perekonomian yang stabil dan merata. Satu-satunya jalan mewujudkan kesejahteraan adalah melalui pendidikan karakter. Sekali lagi, tentunya, pendidikan karakter tidak dapat direduksi pada tataran angka. Bukan berarti sulit dilakukan, hanya membutuhkan keberanian pihak sekolah untuk meletakkan pendidikan karakter pada ranah afeksi siswa. Pemahaman terhadap Pancasila secara utuh tentu menjadi syarat pokok setiap pendidik. Penulis adalah guru SMA Kolese De Britto Yogyakarta Ikuti perkembangan berita ini dalam topik: Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila", https://edukasi.kompas.com/read/2010/12/06/11371340/pendidikan.karakter.berbasis.pa ncasila.
berikut diantaranya mengenai tujuan pendidikan pancasila :.
1. Memiliki keimanan serta ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2. Memiliki sikap kemanusiaan yang adil juga beradab kepada orang lain dengan selalu memiliki sikap tenggang rasa di tengah kemajemukan bangsa 3. Menciptakan persatuan bangsa dengan tidak bertindak anarkis yang dapat menjadi penyebab lunturnya Bhinneka Tunggal Ika ditengah masyarakat yang memiliki keberagaman kebudayaan. (baca juga: Fungsi Kebudayaan bagi Masyarakat dan Contohnya) 4. Menciptakan sikap kerakyatan yang mendahulukan kepentingan umum dan mengutamakan musyawarah untuk mencapai keadaan yang mufakat. 5. Memberikan dukungan sebagai cara menciptakan keadaan yang berkeadilan sosial dalam masyarakat. Dengan adanya Pendidikan tentang Pancasila, menjadi sebuah saranan dalam usaha untuk mengerti, memahami serta mendalami makna Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia dan juga mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat sesuai dengan cita-cita serta tujuan nasional seperti yang tertera dalam Pembukaan UUD 1945.
Contoh sila ke 2
implikasi sila kemanusiaan dalam Pendidikan Implementasi nilai kemanusiaan dalam pendidikan ini adalah p emerintahmegus aha ka n pend id ika n d i Ind ones ia d enga n ta n p a a d a n y a k e k e r a s a n d a l a m pembelajarannya. Termasuk juga kekerasaan saat pener imaan murid baru yang biasanyaterjadi masa orientasi sekolah yang sering di'arnai dengan kekerasaan. sekarang kebanyakansekolah-sekolah melarang hal yang demikian.Di sekolah biasanya tidak hanya diajarkan mengenai materi pengetahuan saja namun juga diajarkan bagaimana saling tolong menolong dengan teman kita. selain itu dalam suatu pembelajaran seorang guru harus memperhatikan nilai kemanusiaan* yaitu dengan tidak menggunakan kekerasan dan menghargai muridnya. seorang guru dilarang menggunakankekerasan pada muridnya saat pengajaran.I m p l e m e n t a s i s i l a k e m a n u s i a a n d a l a m p e n d i d i k a n j u g a d i l a k u k a n o l e h muridmuridnya. seorang murid kini diajarkan oleh gurunya dalam pengaplikasian nil ain i l a i pancasila bahkan sejak anak duduk di bangku D. Pengajaran nilai kemanusiaan ini dapatmembia sakan anak untuk memiliki rasa kemanusiaan terhadap sesama manusia lainnya Dengan pengajaran yang demikian maka anak akan tergugah hatinya untuk mencintaisesamanya. +al ini terlihat dengan per'ujudan dari anak yang mau peduli dengan temannya*m e m b a n t u t e m a n n y a y a n g m e m b u t u h k a n * m e n j e n g u k t e m a n n y a y a n g s a k i t * s a l i n g menyayangi dengan temannya* dan lain sebagainya.Dari contoh yang sederhana demikian* maka kelak anak tersebut akan memiliki ji'ak e m a n u s i a a n y a n g n a n t i n y a a k a n b e r m a n $ a a t b a g i o r a n g l a i n . elain itu* ia tidak akanm e n j a d i p r i b a d y a n g e g o i s y a n g h a n y a m e m e n t i n g k a n d i r i s e n d i r i * n a m u n i a a k a n memperhatikan dan ikut merasakan kesusahan orang lain* terutama temannya sendiri