Typoid.docx

  • Uploaded by: wida
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Typoid.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,726
  • Pages: 17
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TYPOID

Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak

Oleh : Kelompok 12

1. Ni Putu Anggi Adelina

(16C11805)

2. Komang Ariparamartha Inastuti

(16C11808)

3. IGA. Astari Adhikarapatni

(16C11812)

4. Kadek Tiya Satyawati

(16C11867)

5. Uma Apsari Gita

(16C11870)

6. Kadek Windy Astuti

(16C11874)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2018/2019

ii

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas asung kerta wara nugrahanya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Pasien Typoid”. Asuhan Keperawatan ini tidak mungkin dapat terselesaikan tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Kadek Sri Rahyanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.An Selaku dosen pengampu mata ajar keperawatan anak. 2. Dan berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini akan bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan wawasan kita kanker payudara beserta asuhan keperawatannya. Makalah yang baik tidak akan sempurna jika tidak mendapat kritik, saran dan usulan, sehingga kami mengharapkan adanya saran demi perbaikan makalah yang sudah kami buat di masa yang akan datang. Mudah-mudahan makalah sederhana ini bisa dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang sudah disusun ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri ataupun orang yang membacanya.

Denpasar, 22 September 2018

Penulis

iii

DAFTAR ISI Halaman Judul .................................................................................................. i Kata Pengantar ................................................................................................ ii Daftar isi........................................................................................................... iii Etiologi Typoid ........................................................................................... 1 Komplikasi Typoid ...................................................................................... 1 Pengkajian Pasien Typoid ............................................................................ 5 Focus pengkajian ......................................................................................... 6 Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 10 Intervensi Keperawatan.............................................................................. 10 Implementasi………………………………………………………………14 Evaluasi……………………………………………………………………14 Web Of Cause (WOC) ................................................................................ 15 Daftar Pustaka ………………………………………………………………..16

4

1. Etiologi Typoid Menurut Widagdo (2011), penyebab dari demam typoid adalah salmonella typhi, termasuk dalam genus salmonella yang tergolong dalam family enterobacteriacene. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari/minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4ºC dalam 1 jam, atau 60ºC dalam 15 menit. Salmonella mempunyai antigen O (stomatik), adalah komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan antigen H (flagellum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S.typhi, juga pada S.Dublin dan S. hirschfeldii terdapat antigen Vi yaitu polisakarida kapsul.

Menurut Sodikin (2011), penyebab penyakit demam typhoid adalah jenis salmonella thyposha, kuman ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Hasil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar dan tidak berspora. 2. Terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida, antigen H (flagella), dan antigen Vi. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pasien biasanya terdapat zat anti (agglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.

2. Komplikasi Thypoid Menurut Sodikin (2011) komplikasi biasanya terjadi pada usus halus,namun hal tersebut jarang terjadi. Apabila komplikasi ini terjadi pada seorang anak, maka dapat berakibat fatal. Gangguan pada usus halus dapat berupa: a. Perdarahan usus Apabila perdarahan terjadi dalam jumlah sedikit, perdarahan tersebut hanya dapat ditemukan jika dilakukan pemeriksaan feses dengan benzidin, jika perdarahan banyak maka dapat terjadi melena yang bisa disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan. Perforasi usus biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian usus distal ileum.

5

b. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak. c. Peritonitis Peritonitis biasanya menyertai perforasi, namun dapat juga terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut seperti nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang dan nyeri tekan. d. Komplikasi diluar usus Terjadi lokalisasi peradangan akibat sepsis yaitu meningitis, kolesistisis, ensefalopati, dan lain-lain. Komplikasi diluar usus ini terjadi karena infeksi sekunder yaitu bronkopneumonia.

3. Pengkajian Pasien Thypoid 1. Identitas Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no registrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal MRS. 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Pada pasien typoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan deman. b. Riwayat Penyakit Dahulu Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit typoid, apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya. c. Riwayat Penyakit Sekarang Pada umumnya penyakit pada pasien typoid adalah demam, anoreksia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak diperut, pucat, nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah kotor, gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.

6

d. Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita typoid atau sakit lainnya. 3. Pola-pola Fungsi Kesehatan: a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya. b. Pola Nutrisi dan Metabolisme Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi tubuh. c. Pola Aktivitas dan Latihan Pasien akan terganggu aktivitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya. d. Pola Istirahat dan Tidur Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur. e. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri. f. Pola Hubungan dengan Orang lain Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi

terhadap hubungan

interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dan menjalankan perannya selama sakit. g. Pola Reproduksi dan Seksualitas Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang telah atau sudah menikah dan terjadi perubahan. h. Persepsi Diri dan Konsep Diri Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.

7

i. Pola Mekanisme Koping Stress timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya. j. Pola Nilai Kepercayaan/Keyakinan Timbulnya distress dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu. 4. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum Biasanya pada pasien typoid mengalami badan lemah, panas, pucat, mual, perut tidak enak, anorexia. b. Kepala dan Leher Biasanya pada pasien typoid yang ditemukan adanya konjungtiva anemia, mata cowong, bibir kering, lidah kotor ditepi dan ditengah merah. c. Dada dan Abdomen Didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan. d. Sistem Integumen Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak. 5. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typoid adalah pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari: a. Pemeriksaan Leukosit Didalam beberapa literature dinyatakan bahwa demam typoid terdapat leukopenia dan imposistosis relative tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typoid jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnose demam typoid.

8

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT pada demam typoid sering kali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typoid. c. Biakan Berdarah Bila biakan berdarah positif hal itu menandakan deman typoid, tetapi bila biakan berdarah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor: 1) Teknik Pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bacteremia berlangsung. 2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali. 3) Vaksinasi dimasa lampau Vaksinasi

terhadap

demam

typoid

dimasa

lampau

dapat

menimbulkan antibody dalam darah klien, antibody ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif. 4) Pengobatan dengan obat anti mikroba Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba penumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif. d. Uji Widal Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi anatara antigen dan antibody (agglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi dalam serum klien dengan typoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspense salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal adalah untuk menentukan

9

adanya agglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibody atau agglutinin yaitu: 1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman) 2) Aglutini H, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari flagel kuman) 3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)

4. Fokus Pengkajian Pengkajian

fokus

pada

pasien

thypoid

merujuk

pada

Mansjoer

(1999),Smeltzer dan Bare (2002) antara lain : 1) Demografi a. Usia Presentase penderita dengan usia di atas 12-29 tahun 70-80%, 30-39 tahun 10-20% dan penderita dengan usia di atas 40 tahun 5-10%. Tetapi umunya peyakit ini lebih sering diderita anak-anak. b. Pekerjaan Pekerjaan yang lebih banyak beraktivitas di lapangan dan kurang menjaga kebersihan maka kemungkinan mengalami sakit thypoid. c. Jenis kelamin Pada pria lebih banyak terpapar dengan kuman Salmonela Typhi dibandingkan wanita karena aktivitas diluar rumah lebih banyak. d. Lingkungan Penyebaran penyakit thypoid dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan yang kotor dan pribadi kurang diperhatikan. 2) Riwayat penyakit terdahulu Apakah sebelum pasien pernah mengalami sakit thypoid, apakah pasien menderita penyakit lainnya. 3) Riwayat penyakit sekarang

10

Pada umumnya penyakit pada pasien thypoid, demam, anoreksia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak diperut, pucat (anemi), nyeri kepala/pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa samnolen sampai koma. 4) Riwayat kesehatan keluarga Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita thypoid atau sakit yang lainnya. 5) Pola-pola fungsi kesehatan a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Kebiasaan tidak cuci tangan dengan bersih dapatterkena kuman Salmonela Typhi. Kebiasaan makan ditempat terbuka, kebiasaan mencuci tangan dengan alakadarnya. b. Pola nutrisi dan metabolism Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhu status nutrisi berubah. Adanya demam dan keluhan badan panas. c. Pola aktivitas dan latihan Paien akan terganggu aktivitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya. d. Pola tidur dan aktivitas Kebiasaan tidur pasien akan terganggu karena suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur. e. Pola eliminasi Pada pasien thypoid kadang-kadang diareatau konstipasi, produk kemih, pasien biasa mengalami penurunan (kurang dari normal). f. Pola hubungan interpersonal Adanya

kondisi

kesehatan

mempengaruhi

terhadap

hubungan

interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit. g. Persepsi diri dan konsep diri

11

Terjadi dalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya, pasien mungkin merasa cemas dan setres perubahan kepribadian.

h. Pola tata nilai dan kepercayaan Timbulnya distress dalam sepiritual pada pasien, maka pasienakan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu, 6) Persepsi sensori dan kognitif a. Nyeri Pada pasien yang sakit thypoid akan terjadi nyeri pada uluhati. b. Kesadaran Kesadaran penderita thypoid berfariasi antara composmentis (sadar penuh) atau apatis, somnolen, dan koma pada penderita thypoid. 7) Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum dan tanda-tanda vital Biasanya pada pasien thypoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bila didapatkan tachikardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh. b. Kepala Konjungtiva anemis, mata cekung, pucat atau bibir kering, llidah kotor, ditepi dan ditengah merah. c. Abdomen Abdomen ditemukan nyeri tekan di uluhati. d. Kulit Kulit bersih, tugor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat. e. System ekstermitas Apakah ada gangguan ekstermitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.

12

5. Diagnosa Keperawatan Menurut Mutaqin & Kumala (2011), diagnose keperawatan yang dapat muncul pada penyakit demam thypoid adalah: a. Ketidak efektifan termoregulasi berhubungan dengan infeksi. b. Nyeri akut berhubungan dengan saluran gastrointestinal. c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan asupan nutrisi. d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. e. Diare berhubungan dengan proses infeksi. f. Konstipasi berhubungan dengan asupan cairan yang tidak mencukupi. g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu dan lingkungan sekitar. h. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit, mis intepretasi informasi. i. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi,kurang pajanan,kurang minat dan belajar. j. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.

6. Intervensi Keperawatan Menurut NANDA (2012), dalam rencana keperawatan pada pasien dengan penyakit demam thypoid adalah: 1. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan infeksi. Tujuan: suhu tubuh dalam batas normal. Intervensi: a. Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam. b. Monitor TD,nadi dan RR. c. Monitor suhu kulit dan warna d. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi. e. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi. f. Ajarkan pasien cara mencegah keletihan akibat panas. g. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan.

13

h. Kolaborasi dengan dokter pemberian antipiretik. 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis. Tujuan: nyeri berkurang atau hilang. Intervensi: a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan. c. Berikan lingkungan yang kondusif. d. Kurangi faktor presipitasi nyeri. e. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri (teknik nafas dalam). f. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri. 3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan asupan cairan. Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi. Intervensi: a. Kaji intake dan output pasien. b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat. c. Monitor vital sign. d. Monitor status nutrisi. e. Kolaborasi pemberian cairan IV. 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Tujuan: kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi Intervensi: a. Kaji adanya alergi makanan. b. Monitor intake output pasien. c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrsi yang dibutuhkan pasien. d. Berikanan makanan yang sudah di konsultasikan dengan ahli gizi. e. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi. f. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.

14

5. Diare berhubungan dengan proses infeksi. Tujuan: diare dapat dikendalikan atau dihilangkan. Intervensi: a. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan minuman. b. Keseimbangan elektrolit dalam batas normal. c. Jelaskan obat-obatan yang diberikan efek samping dan kegunaannya. d. Tingkatkan keseimbangan cairan. e. Anjurkan minum air. f. Biasakan cuci tangan dengan sabun dan air tiap kali sesudah buang air besar atau kecil dan sebelum menyiapkan makanan. 6. Konstipasi berhubungan dengan asupan cairan yang tidak mencukupi. Tujuan: konstipasi menurun. Intervensi: a. Mempertahankan pola eliminasi defekasi yang teratur. b. Manajemen konstipasi. c. Manajemen cairan: tingkatkan keseimbangan cairan dan cegah komplikasi akibat kadar cairan yang tidak normal atau tidak diinginkan. d. Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan serat cairan dalam diet. 7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu dan lingkungan sekitar. Tujuan: kebutuhan tidur pasien adekuat. Intervensi: a. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat. b. Kaji pola tidur pasien. c. Ciptakan lingkungan yang nyaman. d. Kolaborasi pemberian obat tidur. e. Diskusikan dengan keluarga dan pasien tentang teknik tidur pasien. f. Catat kebutuhan tidur pasien. 8. Ansietas berhubungan

dengan prognosis

penyakit, misinterpretasi

informasi.

15

Tujuan: secara subjektif melaporkan rasa cemas berkurang. Intervensi: a. Gunakan pendekatan yang menenangkan. b. Kaji tingkat kecemasan. c. Jelaskan semua prosedur. d. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan. e. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi. f. Intruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi. g. Temani pasien untuk memberikan kenyamanan. h. Dorong keluarga untuk menemani anak. i. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan. 9. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi, kurang pajanan, kurang minat dan belajar. Tujuan: pasien mampu melaksanakan apa yang telah diinformasikan. Intervensi: a. Kaji pengetahuan awal pasien dan keluarga. b. Jelaskan penyakit dengan cara yang tepat. c. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat. d. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit. e. Berikan pasien dan keluarga tentang informasi yang tepat. 10. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum. Tujuan: aktivitas kembali normal. Intervensi: a. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan. b. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial. c. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas. d. Bantu pasien atau keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas. e. Monitor respon fisik.

16

WOC

Fekal

cuci tangan tidak bersih

makanan terkontaminasi salmonella thypii

masuk saluran pencernaan

bersarang di dinding usus halus

Demam Thypoid

kuman masuk peredaran darah ke seluruh

Bakterimia

tubuh terutama di organ RES Kuman mengeluarkan endotoksin

Termoregulator di hipotalamus terganggu

Ketidakefektifan termoregulasi

Usus halus

Proses inflamasi

Sistem cerna terganggu

Distensi abdomen nyeri epigastric mekanisme patologis

Terjadi gangguan motilitas usus

Nyeri akut Peningkatan metabolisme Penurunan tonus otot Kehilangan cairan tubuh dehidrasi

Kekurangan volume cairan Intoleransi aktifitas

Kelemahan fisik

Dirawat di rumah sakit

Resiko komplikasi

hipoperistaltik konstipasi

hiperperistaltik

Diare

Anoreksia mual muntah

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Kurang terpaparnya informasi

Bedrest total Defisiensi pengetahuan

Gangguan kesadaran

Dampak hospitalisasi

Gangguan pola tidur Ansietas

17

Daftar Pustaka Hidayati

Isnaeni

Nurul.2016.Asuhan

Keperawatan

Pada

Pasien

Typoid.Fakultas Kesehatan UMP. Indrajati Triana.2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Thypoid Dengan Gangguan Kebutuhan Termoregulasi: Hipertermi Di Rs Pku Muhammadiyah Gombong. https://elib.stikesmuhgombong.ac.id. Diakses tanggal 16 September 2018. Nugraha DWS.2012.Typus. https://eprints.umsac.id. Diakses tanggal 17 September 2018.

18

More Documents from "wida"

Saraf Kranial.docx
June 2020 16
Typoid.docx
June 2020 20
Woc Distosia.docx
June 2020 15
Woc Distosia Xixi.docx
June 2020 14
Saraf Kranial 2.docx
June 2020 17