ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny.N DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS WILAYAH KELURAHAN PARDOMUAN RT 10 PEMATANG SIANTAR
O L E H
YUNIATTY HALOHO NIM. 12.001551
PEMBIMBING I PEMBIMBING II RYNI APRIANI, SKep. Ns.MKep SKep. Ns
PROGRAM PROFESI NERS
YULIANI,
STIKES BINALITA SUDAMA MEDAN 2015 KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyusun laporan tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan diabetes mellitus. Laporan ini berisi mengenai teori tentang diabetes mellitus pada lansia dan teori tentang asuhan keperawatannya yang akan mempermudah dalam penyusunan laporan kasus sesuai dengan keadaan pasien. Selain itu laporan ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam pemberian pelayanan asuhan keperawatan pada lansia dengan diabetes mellitus pada khususnya, dan pada klien selain lansia pada umumnya. Tidak dipungkiri lagi, Ilmu keperawatan kini telah berkembang sangat pesat, terhadap pelayanan keperawatan pada klien khususnya dengan diabetes mellitus. Penyusun menyadari bahwa penulisan laporan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami berharap atas kritik dan saran dari pembaca serta pembimbing.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia seperti halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan akan berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan kemunduran kesehatannya kadang-kadang sukar dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi hampir semua produksi dan pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh proses menjadi tua. Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya bervariasi luas dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadang-kadang menyerupai penyakit atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut. B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan diabetes mellitus?
2.
Bagaimana gambaran klinis diabetes mellitus?
3.
Apa etiologi dengan diabetes melitus
4.
Bagaimana intervensi pada klien dengan diabetes mellitus ?
C. Tujuan Penulisan 1.
Mengetahui definisi diabetes mellitus
2.
Mengetahui gambaran klinis diabetes mellitus
3.
Mengetahui etiologi diabetes melitus
4.
Menyusun intervensi pada klien dengan diabetes mellitus
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP LANSIA 1.
Pengertian lansia Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagaimana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya (Darmojo, 2004). Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pengertian lansia digolongkan menjadi 4, yaitu: a.
Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun
b.
Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun
c.
Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
d.
Lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Lansia (lanjut usia) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4). B. 1.
KONSEP DASAR DIABETES MELITUS Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia)
dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000). 2.
Etiologi
Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar : a.
Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan
fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik). b.
Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum
alkohol, dan lain-lain.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus. Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri. 3.
Klasifikasi
a.
Diabetes melitus tipe I
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I: 1)
Mudah terjadi ketoasidosis
2)
Pengobatan harus dengan insulin
3)
Onset akut
4)
Biasanya kurus
5)
Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6)
Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7)
Didapatkan antibodi sel islet
8)
10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
b.
Diabetes melitus tipe II :
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Karakteristik DM tipe II : 1)
Sukar terjadi ketoasidosis
2)
Pengobatan tidak harus dengan insulin
3)
Onset lambat
4)
Gemuk atau tidak gemuk
5)
Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
6)
Tidak berhubungan dengan HLA
7)
Tidak ada antibodi sel islet
8)
30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
9)
± 100% kembar identik terkena
4.
Patofisiologi
5.
Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim. Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah : a.
Katarak
b.
Glaukoma
c.
Retinopati
d.
Gatal seluruh badan
e.
Pruritus Vulvae
f.
Infeksi bakteri kulit
g.
Infeksi jamur di kulit
h.
Dermatopati
i.
Neuropati perifer
j.
Neuropati viseral
k.
Amiotropi
l.
Ulkus Neurotropik
m.
Penyakit ginjal
n.
Penyakit pembuluh darah perifer
o.
Penyakit koroner
p.
Penyakit pembuluh darah otak
q.
Hipertensi
6.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam diabetes melitus terbagi menjadi 2, yakni : penatalaksanaan secara medis dan penatalaksanaan secara keperawatan. Penatalaksanaan secara medis adalah sebagai berikut: a.
Obat Hipoglikemik oral
1)
Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagn obat golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe II dengan berat badan yang berlebihan. Obat – obat yang beredar dari kelompok ini adalah: (a)
Glibenklamida (5mg/tablet).
(b) Glibenklamida micronized (5 mg/tablet). (c)
Glikasida (80 mg/tablet).
(d) Glikuidon (30 mg/tablet). 2)
Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat tunggal pada pasien dengan kelebihan berat badan. 3)
Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan, sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal. b.
Insulin
1)
Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan Human Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang beredar adalah Actrapid. Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat – obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau mengalami kontraindikasi dengan obat – obatan tersebut, bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2)
Jenis Insulin
(a)
Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin, cristalin zink, dan
semilente. (b) Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon) (c)
Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)
Penatalaksanaan secara keperawatan adalah sebagai berikut: a.
Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan. Walaupun telah mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50 % pasien tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet seimbang, dengan komposisi idealnya sekitar 68 % karbohidrat, 20 % lemak dan 12 % protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar berat badan tidak menjadi berlebihan dengan cara : Kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi karbohidrat komplek, hindari makanan yang manis, perbanyak konsumsi serat. b.
Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang berat – berat 7.
Pemeriksaan Diagnostik
Glukosa darah sewaktu a.
Kadar glukosa darah puasa
b.
Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan: a.
Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b.
Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c.
Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl 8.
Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang termasuk dalam
komplikasi
akut
adalah
hipoglikemia,
diabetes
ketoasidosis
(DKA),
dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi. a.
Komplikasi akut
1)
Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit) b.
Komplikasi kronis:
1)
Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina. Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen. 2)
Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang nodular yang
tersebar
dikedua
ginjal
yang
disebut
sindrom
Kommelstiel-Wilson.
Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM. 3)
Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic. 4)
Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia. 5)
Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal, mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular. 6)
Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat
mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi. 7)
Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik oral. C.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian a.
Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis. b.
Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka. c.
Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya. d.
Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obatobatan yang biasa digunakan oleh penderita. e.
Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung. f.
Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita. 2.
Pemeriksaan fisik
a.
Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital. b.
Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadangkadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh. c.
Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku. d.
Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi. e.
Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. f.
Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas. g.
Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih. h.
Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas. i.
Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi. 3. Diagnosa Keperawatan a.
Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
b. Resiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kerumitan dan kronisnya program yang dianjurkan. c.
Resiko terjadi injury
4.Intervensi a. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, nyeri abdomen. Intervensi : - Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi. - Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien. - Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi. - Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral. - Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi. - Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala. - Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah. - Kolaborasi pemberian pengobatan insulin. - Kolaborasi dengan ahli diet. b.
Resiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kerumitan dan
kronisnya program yang dianjurkan. Tujuan : Klien akan patuh akan anjuran dari tim kesehatan. Kriteria hasil : Klien akan : -
Menyebutkan risiko dan keuntungan mengikuti regimen pengobatan yang
dianjurkan. -
Mengikuti anjuran yang diberikan oleh tim kesehatan.
Intervensi : 1.
Identifikasi dan perbaiki miskonsepsi klien tentang diabetes.
R/ keyakinan klien tentang kesehatan, diabetes, dan pengobatannya sangat mempengaruhi kemungkinan keberhasilan regimen terapeutik. 2.
Ajarkan klien menggunakan strategi penyuluhan selektif, singkat, dan penguatan
tertulis. R/ Strategi ini meningkatkan penyuluhan dan belajar dan dapat membantu memperbaiki penatalaksanaan diri.
3.
Identifikasi tujuan spesifik dalam regimen teraupetik yang dapat dicapai klien
secara realistik. R/ Dengan menganjurkan klien mencapai setahap setahap dapat menjadikan strategi yang paling efektif. 4.
Berikan pujian untuk mendorong penatalaksanaan diri.
R/ Pujian mendorong klien untuk memenuhi tujuan yang dapat membantu memperbaiki hasil. 5.
Bantu klien dengan mengidentifikasi dan mengkordikasikan perubahan gaya
hidup. Kapan saja memungkinkan, ubah regimen terupetik untuk menyesuaikan situasi individual klien, mencakup : a.
Rencana makan.
b.
Obat-obatan, termasuk insulin .
c.
Latihan
R/ Strategi ini mengajarkan ketrampilan penatalaksanaan diri. Makin besar modifikasi gaya hidup klien, kerumitan, dan biaya, makin rendah kemungkinan berhasil dalam regimen yang dianjurkan c. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan 1. Hindarkan lantai yang licin. 2. Gunakan bed yang rendah. 3. Orientasikan klien dengan ruangan. 4. Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
BAB III TINJAUAN KASUS
1. Identitas : Nama
: Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur
: 60 tahun
Suku
: Jawa
Alamat
: Jln Sepat
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Status mental : Intelektual utuh
Tanggal Pengkajian
: 23 Februari 2015
2. Status kesehatan saat ini Keluhan-keluhan utama : sekarang (PQRST) P : Kesemutan Q : Seperti mati rasa R : Kaki kanan dan kiri S : T : Pada saat beraktivitas maupun tidak beraktivitas Riwayat kesehatan dahulu : Klien merasakan hal ini sudah 5 tahun lamanya dan sudah berobat kepuskesmas. Riwayat kesehatan keluarga : Sampai saat ini tidak ada yang menderita penyakit diabetes mellitus.
Genogram
Ket gambar : Laki-laki
Perempuan meninggal
Perempuan
Laki-laki meninggal
Klien
-------
Serumah
3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Tingkat kesadaran
: Kesadaran penuh
Kualitatif
:
Kuantitatif
: E: 4
V: 6
Tanda vital
: TD
: 130/80 mmHg
M: 5 Denyut nadi : 88x/menit
Berat Badan
RR : 24x/menit : 74 Kg
Temperatur
: 36,5°C
Kepala
: Bentuk kepala normal, warna rambu hitam disertai uban
Mata
: Klien menggunakan kaca mata, tidak
ada katarak,
penglihatan buram Telinga
: Fungsi pendengaran baik
Mulut dan tenggorokan : Pipi sedikit kempot, beberapa gigi ompong, tenggorokan Tidak ada keluhan menelan. Leher
: Peningkatan tekanan vena jugularis tidak ada dan arteri
carotis tidak teraba.
Sistem persyarafan Tingkat kesadaran tidak mengalami penurunan, begitupun dengan daya ingat klien, pergerakkan bola mata normal, fungsi penglihatan menurun, tidak terdapat katarak, pupil isokor, ketika dikaji untuk membaca klien bisa membaca dengan memakai kacamata, tidak ada nyeri tekan ketika di palpasi, fungsi pendengaran baik, tidak terdapat tinitus, tidak menggunakan alat bantu dengar, terdapat sedikit serumen.
Sistem Pernafasan R : 24x/menit, pernafasan reguler, pergerakan dada simetris antara kiri dan kanan, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, klien tidak mengeluh napasnya sesak.
Sistem Kardiovaskuler TD : 130/80 mmHg, P: 88x/menit, CRT : <2 detik, warna kulit sama dengan sekitar, temperatur hangat, tidak terdapat peningkatan vena jugularis, tidak terdapat edema, klien mengatakan kepalanya terasa pusing saat berdiri, setelah duduk lama.
Sistem Gastrointestinal Nafsu makan baik, klien mengatakan saat ini mempunyai makanan pantangan seperti makanan yang manis dan kolesterol, ketika dikaji tidak terdapat anorexia, mual ataupun muntah, proses mengunyah masih baik walaupun sebagian giginya tanggal, proses menelan baik, bising usus baik, saat dipalpasi tidak terdapat pembesaran kolon, perut tidak kembung, klien mengatakan BAB nya lancar.
Sistem Hemopoietik Konjungtiva tidak anemis
Sistem Integumen T : 36,5°C, kulit lembab, tidak terdapat luka, turgor kulit tidak lagi elastis, tidak terdapat jaringan parut, kuku terlihat agak tebal, keadaan rambut kepala menipis dan beruban hampir seluruh permukaan rambut, kulit keriput.
Sistem Perkemihan Frekuensi BAK Ny.N 6-8x/H, warna kuning, bau urine khas, klien masih bisa menahan BAK, tidak terdapat disuria.
Sistem Genitoreproduksi Tidak terdapat kecacatan sosial yang mengarah ke aktifitas seksual.
Sistem Muskuloskeletal Ny. N mengatakan sendinya kadang mengalami kekakuan sendi, tidak mengalami kiposis, lordosis, koliosis, pada tingkat mobilisasi klien kekuatan otot mengalami penurunan, pergerakan sendi terbatas, tidak mengalami paralisis.
Sistem Endokrin Menurunnya aktifitas kelenjar pancreas.
4. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Kemampuan Sosial Ny. N bisa beradaptasi dengan masyarakat sekitar, dan selalu ikut pengajian dilingkungannya
Sikap klien pada orang lain Akrab dan ramah kepada siapapun mulai dari anak kecil sampai dengan teman sebayanya.
Harapan-harapan klien dalam sosialisasi Mudah-mudahan dapat mempererat hubungan kekeluargaan.
Kepuasan klien dalam bersosialisasi Senang dalam bersosialisasi supaya tidak jenuh.
5. Identifikasi Masalah Emosional Masalah emosional tidak ada
6. Spiritual Klien selalu menjalankan sholat 5 waktu. Klien mengatakan selalu berdoa kepada Allah SWT dan klien juga terlihat sabar dan tawakal.
7. Pengkajian Fungsional 7.1. Pengkajian Katz Indeks : Katz A :
Mandiri dalam : 1. Mandi 2. Berpakaian 3. Ke Toilet 4. Berpindah 5. BAK/BAB 6. Makan
7.2. Modifikasi dari Barthel indeks : mandiri : 1. Mandi 2. Berpakaian
4. Berpindah 5. BAK/BAB
3. Ke Toilet
6. Makan
7.3. Status mental klien : Fungsi intelektual utuh 7.4. Status kognitif dari fungsi mental : Aspek kognitif dari fungsi mental baik 7.5. Pengkajian keseimbangan klien : Resiko jatuh rendah 8. Pemeriksaan Penunjang Saat pengkajian dilakukan tes KGD sewaktu hasil 320 mg/dl 9. Terapi yang diberikan Klien saat ini mengkomsumsi ramuan buatan sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih. Jakarta : EGC. Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Jakarta : EGC, 1999. Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996. Kushariyadi.2010.Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Maryunani. Jakarta:EGC, 1997.
Gerontologi alih
bahasa
Aniek
Mary Baradero, Mary Wilfrid dan Yakobus Siswandi. 2009. Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
LAMPIRAN Foto 1
Foto 2
Foto 3
Foto 4