Tugas Uni Eropa.docx

  • Uploaded by: regina cicilia
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Uni Eropa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,673
  • Pages: 8
“INGGRIS KELUAR (BREXIT) DARI UNI EROPA DAN DAMPAK YANG TERJADI MEMPENGARUHI EKONOMI HINGGA IMIGRASI EROPA ”

NAMA : REGINA CICILIA NIM : 2001593204 KELAS : LB66

BINUS UNIVERSITY JAKARTA

2018

A. Pendahuluan

Negara Inggris mempunyai Nama resmi yaitu United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland. Negara inggris merupakan sebuah Negara yang terdiri dari kesatuan yang masing-masing berdiri yaitu England, wales, scotlandia, dan juga Irlandia Utara. Inggris merupakan salah satu Negara yang bergabung kedalam organisasi Masyarakat Ekonomi Eropa (EEC) yaitu merupakan sebuah organisasi kawasan yang bertujuan untuk menyatukan perekenomian dari Negara-negara anggotanya yang saat ini telah berganti berganti Nama menjadi Uni Eropa (UE). Pada awal terbentuknya UE inggris tidaklah langsung menjadi anggota dari organisasi tersebut, dikarenakan pada tujuan utama dari organisasi UE berfokus hanya kepada kerjasama antar negara terkait konflik akibat perang dunia kedua guna mencegah konflik berkelanjutan antara Prancis dan Jerman, sehingga pada saat itu inggris tidak menunjukkan ketertarikan untuk bergabung dengan organisasi tersebut. Akan tetapi dengan seiring berjalannya waktu, Organisasi UE semakin berkembang dan juga mengubah focus utama mereka menjadi mengatur hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan dan pengembangan sektor produksi dan distribusi antar sesama negara anggota. Dimulai dari kerjasama antar sesama negara-negara anggota di dalam kerangka pengolahan, sumber perolehan bahan baku produksi, dan distribusi batu bara dan besi baja. Dengan didirikannya UE yang dimana awalnya terbentuk hanya dari 6 negara yaitu Belanda, Belgia, Italia, Jerman, Luxemburg, dan Prancis yang kini telah mengalami peningkatan ekonomi dari bergabungnya mereka dengan organisasi UE, membuat industri inggris merasa bahwa mereka merasa sangat dirugikan karena tidak dapat bersaing dengan Jerman,Perancis, dan Italia yang dapat dengan bebas bergerak diantara negara anggota UE. Dan pada tahun 1961 negara Inggris menyampaikan keinginannya untuk dapat bergabung dengan Negara anggota UE, namun sayangnya keinginan dari Inggris tersebut tidaklah mendapat jalan yang mudah, ini di karenakan ada beberapa Negara yang kurang setuju dengan bergabungnya Inggris ke dalam organisasi tersebut, dan salah satu Negara yang tidak mendukung akan bergabungnya Inggris ke UE yaitu Negara Prancis. Dan pada tahun ke 1963 Inggris kembali untuk melamar atau ingin bergabung namun tetap mendapat penolakan, hingga pada akhirnya pada tahun 1967 keinginan Inggris untuk dapat bergabung dengan organisasi UE mendapatkan hasil yang baik karena di bawah pemerintahan Edward Heath dari Partai Konservatif Inggris resmi bergabung pada tahun 1973. Ada beberapa alasan mengapa sebelumnya Negara Prancis enggan menerima Inggris untuk bergabung, dan hal bukanlah tanpa alasan dimana Prancis berpendapat bahwa menolak Inggris dua kali adalah ketakutan Prancis apabila Inggris akan menjadi musuh dalam selimut bagi Eropa karna kedekatan Inggris dengan Amerika Serikat. (Khairunnisa) Setelah lebih dari empat dekade sejak bergabungnya Inggris ke dalam organisasi UE, Inggris memutuskan untuk keluar dari organisasi tersebut, dimana ini bukanlah pertama kali Inggris ingin keluar dari organisasi tersebut melainkan pada awal bergabungnya Inggris dengan UE sejak dua tahun berjalan Inggris sudah pernah mengalami referendum dimana Perdana Mentri Harold Wilson mengadakan referendum tentang keanggotaan Inggris di European Community. Referendum tersebut berbunyi “Apakah Inggris akan tetap bergabung dengan European Community atau keluar“. Namun hasilnya, mayoritas dari daerah administratif di Inggris menjawab “Ya“untuk tetap tinggal di European Community dengan presentase 67, 2%. Sedangkan 32,8% 6 menjawab “tidak“ untuk keluar dari

European Community, keanggotaan Inggris di Uni Eropa pun tetap dilanjutkan. Dalam merumuskan suatu kebijakan luar negeri suatu negara dengan mempertimbangkan pada 3 konsideran, yaitu tuntutan politik dari dalam negeri, kondisi ekonomi dan militer negara tersebut, dan lingkungan internasionalnya. Dalam hal ini terdapat partai “United Kingdom Independence Party” dimana partai inilah yang mendorong isu menentang keanggotaan Inggris di UE. Partai tersebut telah berhasil mempengaruhi masyarakat Inggris dan menghasilkan suara 51, 9% suara rakyat Inggris memilih untuk keluar dari Uni Eropa. Beberapa alasan keinginan Inggris untuk keluar dari UE juga didasari karena keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa juga merupakan hasil dari hubungan Inggris dengan Uni Eropa yang sedang tidak harmonis sepuluh tahun belakangan. Beberapa kebijakan Uni Eropa seperti Kebijakan Mata Uang Tunggal dan Schengen Area tidak disetujui Inggris lalu memilih untuk “option out“dari kebijakan tersebut. Selain itu juga masalah kebijakan Common Foreign and Security Policy juga dianggap merugikan Inggris karena membatasi hubungan luar negeri Inggris dengan negara lain, dan Isu yang sangat mengganggu Inggris lainnya yaitu masalah kedaulatan dan imigrasi yang selama ini terjadi dan menjadi pengganjal hubungan Inggris dengan Uni Eropa. Jika di lihat dari masalah ekonomi Inggris, mereka tentu saja masih mempunyai kekuatan dalam perekonomian dan juga bidang militer mereka, sehingga inilah yang membuat Inggris merasa mampu untuk keluar dari UE, dan yang di rasakan Inggris selama ini apa yang telah mereka berikan untuk UE tidak sebanding dengan apa yang mereka dapatkan dari organisasi tersebut. (Khairunnisa)

B. Kerangka Teori /Kerangka Pemikiran Dalam mengerjakan paper ini teori yang saya gunakan untuk mengetahui, paradigma dengan adanya prinsip Eropa yang terimplementasi yaitu “Free movement of people”. Dimana dalam penulisan ini saya menggunakan teori neoliberalisme, Neorealisme adalah sebuah pemikiran yang dicetuskan oleh Kenneth N. Waltz pada bukunya yang berjudul “Theory of International Politics” pada tahun 1979. Waltz memfokuskan teori hubungan internasional pada struktur sistem, unit-unit yang berinteraksi, kesinambungan, dan perubahan system. Sebagai salah satu bentuk organisasi internasional, Uni Eropa merupakan contoh yang baik bagi pembentukan integrasi regional. Hal tersebut dikarenakan, sebagai suatu organisasi yang tersusun dari berbagai macam negara dengan segala perbedaannya, keberadaan Uni Eropa seakan dapat menjadi perekat yang efektif untuk menyatukan perbedaan-perbedaan itu. Dalam UE batasan-batasan yang ada bisa semakin di perkecil dengan adanya Treaty of Rome pada tahun 1957, dimana adanya kesepakan “four freedom” yaitu (free movement of capital, goods, services, and people). Meskipun demikian, keputusan Treaty of Rome ini ternyata mendatangkan banyak masalah dikemudian hari, terutama terkait dengan keputusan free movement of people. Adanya kebebasan pergerakan manusia dalam Uni Eropa sebenarnya memiliki tujuan awal yang baik, yaitu untuk meningkatkan perekonomian Eropa, yang sebagian besar negaranya memiliki kekurangan dalam hal tenaga kerja sehingga untuk menarik masuknya buruh-buruh dari sesama negara Eropa, dibuatlah keputusan untuk membebaskan masuknya imigran dari sesama negara Eropa. Keputusan ini, pada perkembangannya, semakin menimbulkan masalah karena ternyata imigran yang bebas berpindah ini seringkali tidak hanya datang dari negara-negara anggota Uni Eropa (UE), melainkan juga dari wilayah lain seperti Eropa Timur (yang sebagian besar belum menjadi anggota UE), Afrika, Asia,

dan berbagai wilayah lain. Maka dari itu menurut sudut pandang saya bahwa adanya maslah imigran ini seharusnya mempunyai kebijakan yang benar-benar dalam mengatur imigran yang masuk agar tidak adanya lonjakan imigran yang masuk ke wilayah Negara-negara Eropa. (Pammasena, 2017)

C. Isi Seiring dengan keputusan Inggris untuk keluar dari UE dan juga dimana menyusul dengan referendum dengan hasil 52% untuk berpisah dan 48% untuk tetap bergabung, hal ini tentu saja menjadi kekawatiran untuk semua Negara-negara anggota EU ini dikarenakan dengan adanya kekosongan yang diakibatkan oleh Inggris kini mereka harus mengisi kekurangan dari hilangnya kontribusi dana Inggris kepada UE yang telah terjadi selama beberapa dekade ini. Dan kekosongan yang dibuat oleh Inggris dengan adanya keputusan mereka untuk tidak lagi bergabung dengn UE tentu saja akan memberikan dampak positif ataupun bisa jadi memberikan dampak yang negative baik bagi Inggris maupun Negara-negara anggota UE dan berikut adalah dampak yang akan terjadi kepada Negara-negara anggota UE setelah Inggris keluar dari UE. 1. Ekonomi Dengan adanya keputusan Inggris untuk keluar dari UE tentu saja akan memberikan dampak yang sangat signifikan bagi perekonomian UE, ada negative dan juga postifnya diantaranya yaitu dimana Negara-negara anggota dari UE harus mengisi setidaknya setengah dari kekurangan yang ada setelah Inggris tidak lagi berkontribusi dengan UE, dimana sebelumnya Inggris dapat memberikan kontribusi kepada UE sebanyak 19,4 miliar euro pada tahun 2016 dan ini merupakan angka yang sangat besar yang telah di berikan Inggris, dan jika Inggris telah resmi untuk keluar maka tanggung jawab itu tentu saja akan terbagi kepada anggota lainnya, dan Jerman yang merupakan Negara anggota UE terbesar, kini mengalami keadaan mau atau tidak tentu akan lebih banyak mengisi kekosongan dari kontribusi yang telah diberikan Inggris selama ini. Akan tetapi tidak hanya UE saja yang mengalami dampak bagi perekonomian mereka, Inggris juga di katakana denganmengalami efek domino di bidang ekonomi skala besar akibat keluar dari Uni Eropa, yang selama ini memungkinkan pergerakan bebas barang dan manusia. Dampak buruk ekonomi itu tidak hanya dalam kaitan antara Inggris dan 27 negara anggota Uni Eropa, tetapi juga antara Inggris dengan negara-negara di luar Eropa. (Amanda Puspita Sari/Reuters, 2016 ) 2. Perdagangan Di dalam sektor perdagangan ternyata juga akan mempengaruhi keduanya baik UE maupun Inggis di mana sebelumnya UE mengalami surplus neraca perdagangan sekitar 100 miliar euro dengan adanya perdagangan dengan Inggris, sedangkan Inggris mengalami kenaikan jumlah exportnya sekitar 20 miliar Euro di bandingkan dengan importnya. Dalam hal ini, terjadinya

Brexit, membuat banyak pengamat ekonomi memperkirakan bahwa Inggris dapat mengalami dampak penurunan pertumbuhan di bidang ekonomi perdagangannya. Karena masih banyaknya ketidakpastian yang terjadi akibat dampat dari Brexit membuat terjadi kelemahan dalam permintaan domestik yang menjadikan mata uang pound sterling mengalami penurunan. Dengan hal itu Inggris diperkirakan juga bisa mengalami atau mendapatkan kejutan yang sangat besar dengan adanya permintaan dari segi Import atau tariff Import yang baru. Pegiat gerakan Brexit menilai Uni Eropa ingin membentuk kesepakatan perdagangan bebas dengan Inggris, meskipun Inggris keluar dari block itu. Satu-satunya eksport bidang jasa Uni Eropa yang tak berpengaruh adalah sektor wisata ke Inggris. (voaindonesia, 2016) 3. Investasi Inggris merupakan destinasi penanaman modal asing UE yang terbesar, menurut data daro UNCTAD, dengan rata-rata mencapai US$56 miliar per tahun pada periode 2010-2014. Negara UE lainnya hanya memiliki jumlah penanaman modal kurang dari jumlah ini. Ada sekitar 72 persen investor menyatakan bahwa akses pasar tunggal UE merupakan faktor utama penanaman modal mereka di Inggris. Dan para investor di perkirakan juga dapat mengambil langkah atau cara lain untuk memudahkan mereka untuk masuk ke pasar tunggal UE ketika Inggris tidak dapat melakukannya. Inggris adalah penerima investasi asing langsung terbesar di Uni Eropa, sekitar 20% dari seluruh pendanaan. Tetapi ada keprihatinan bahwa investor mungkin dapat menarik modal mereka – dan memindahkan markas besar mereka ke Uni Eropa jika Inggris tidak lagi menjadi anggota Uni Eropa. Banyak ekspatriat non-Eropa bekerja di sektor keuangan dan perbankan di London.Beberapa perusahaan di sektor itu sudah berancangancang untuk memindahkan karyawan ke kota lain di Eropa dan sebagian bahkan sudah memperingatkan tentang pemutusan hubungan kerja.Sebagai contoh, HSBC, mengatakan kepada BBC bahwa perusahaan perbankan itu akan memindahkan 1.000 karyawan dari London ke Paris jika Inggris menindaklanjuti hasil referendum. (Dizik, 2016) 4. Imigrasi Setelah Inggris memutuskan untuk keluar dari UE maka imigran adalah yang paling menderita dalam keputusan tersebut, dikarenakan Inggris dapat melakukan perubahan kebijakan dalam masalah imigran. Setelah keputusan Inggris yang inginkeluar dari UE maka ekspatriat Eropa di Inggris terancam dideportasi. Karena banyaknya angka imigran yang datang ke Inggris, maka Inggris juga sudah mulai melakukan tindakan seperti pengancaman kepada para pekerja imigran yang datang ke Eropa Timur. Menurut data Reuters, pada 2014 sebanyak 853 ribu pekerja imigran Inggris berasal dari Polandia, 175 ribu dari Romanua dan 155 ribu dari Lithuania. Dengan adanya tindakan tegas dari Inggris masalah imigran ini, maka Negaranegara besar seperti Jerman dan juga Negara-negara Eropa lainnya harus bersiap akan menerima kedatangan imigran yang jumlahnya sangat besar karena adanya sikap tegas dari kebijakan Inggris masalah imigran di Negara mereka yang semakin meningkat setiap tahunnya. Keputusan Inggris untuk lebih tegas dalam menerima para imigran dari Negara-negara eropa juga harus memikirkan bahwa Saat ini ada sekitar dua juta warga Inggris tinggal di negara-

negara Uni Eropa, sehingga kemungkinan besar mereka akan mengalami perlakuan yang sama. (Peter, 2016) D. Analisa Dalam membahas kasus masalah Inggris dan juga Uni eropa ini saya menggunakan tingkat analisis Negara, dimana Tingkat analisis menurut Kenneth N. Waltz adalah faktor-faktor penjelas. Terdapat tiga tingkat analisis menurut Waltz. Tingkat analisis pertama adalah sistem (system-level analyse), Tingkat analisis kedua adalah negara (statelevel analyse), Tingkat analisis terakhir yaitu individu. Dan dalam ketiga analisis tersebut dapat menjelaskan beberapa isu yang di analisa seperti di bawah ini: 1. Sikap kritis inggris kepada Uni Eropa faktor utama Inggris menarik diri dari Uni Eropa adalah sikap kritis inggris terhadap penerapan peraturan di UEdalam integrasi kawasan eropa bagi Negara anggotanya dapat dijelaskan melalui kritik pandangan state centric terhadap integrasi kawasan bahwa Negara tetap menjadi poros utama dalam membentuk dan mengelola strategi pemerintahan dan kerjasama dengan pihak lain. Kedaulatan diciptakan untuk menjaga keamanan, perdamaian dan kehidupan yang sejahtera bagi suatu Negara. Pandangan dari state centric yang menjelaskan bahwa Negara atau pemerintah nasional sebagai pembuat keputusan utama. 2. Beban ekonomi dan sosial Inggris sebagai Negara anggota Uni Eropa Beban yang di rasakan inggris sebagai Negara anggota Uni Eropa yaitu salah satunya adalah Inggris telah bergabung dengan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) sejak tahun 1973. Dan selama lebih dari 27 tahun Inggris telah mengalami deficit perdagangan dengan Negara-negara ggota MEE dengan rata-rata 30 juta pounds sterling per harinya. Sebaliknya neraca perdagangan Inggris mengalami surplus dengan setiap benua didunia. Kemudian pada tahun 2010, kontribusi Inggris untuk anggaran UE mencapai 14 miliar pound sterling, padahal Inggris hanya menyimpan 7 miliar pounds sterling setahun dengan seluruh pengeluaran pemerintah. (carwil, 2016) 3. Dinamika politik Domestik dan Referendum 23 juni 2016 Referendum yang dilakukan oleh Inggris untuk menentukan nasib keanggotaan mereka dalam Uni Eropa pada tanggal 23 Juni 2016 lalu merupakan sebuah momen bersejarah dalam rekam jejak negara tersebut dalam pentas internasional. Istilah lain yang digunakan oleh media masa dan diadopsi ulang oleh masyarakat untuk menggambarkan referendum ini adalah Brexit yang merupakan kepanjangan dari British dan Exit. Istilah yang sudah dikenal luas sejak tahun 2012 ini merupakan fakta bahwa wacana referendum ini telah lama dipertimbangkan danmenjadi bahan kajian oleh berbagai pihak di Inggris maupun di Uni Eropa. Pada tahun 2011, pasca pertemuan antara negara-negara anggota Uni Eropa terkait adanya wacana untuk mengintegrasikan pengaturan anggaran fiskal demi mengatasi krisis zona euro memperoleh penolakan yang sangat besar dari anggota Partai Konservatif di Inggris. (Badaruddin)

E. Kesimpulan Dalam kasus Inggris yang memutuskan untuk keluar dari organisasi Uni Eropa yang telah lebih dari 4 dekade telah menjadi anggota organisasi tersebut merupakan suatu yang sangat rumit karena Negara-negara yang menjadi anggota Uni Eropa akan mengalami beberapa perubahan baik dalam sektor perdagangan hingga masalah imigrasi mereka yang notabennya banyak berada di Negara Inggris. Akan tetapi di satu sisi lain dengan keputusan yang di ambil oleh Inggris untuk keluar dari Uni Eropa adalah jalan yang terbaik bagi Negara tersebut dikarenakan mereka tidak ada permasalahan dalam perekonomian Negara, kekuatan militer Inggris juga terbilang sangat baik, selain itu Inggris juga di nilai mampu untuk dapat mempertahankan kedaulatan Negara mereka sebagai suatu Negara yang merdeka, sehingga mereka juga dapat bisa menjalankan fungsi institusi negaranya sendri tanpa adanya campur tangan dari Negara-negara lain seperti saat bergabung dengan Uni Eropa. Selain itu keluarnya Inggris juga dapat di lihat bahwa Inggris ingin mengamankan kepentingan nasionalnya, khususnya di Eropa. Inggris merasa bahwa ketika bergabung dengan Uni Eropa, Uni Eropa telah mengancam kedaulatan Negara Inggris sehingga Inggris memutuskan untuk melaksanakan referendum. Terdapat beberapa hal yang menjadi faktor utama penyebab Inggris keluar dari keanggotaan Uni Eropa. Pertama, kebijakan mengenai kemudahan migran asing yang bebas untuk berpindah-pindah dan memasuki wilayah negara Inggris menyebabkan timbulnya kecemasan bagi masyarakat Inggris. Kedua, kebijakan mengenai penerapan Persatuan Ekonomi dan Moneter dan mata uang tunggal Euro yang dikeluarkan Uni Eropa seharusnya dapat membantu dalam perkembangan ekonomi negara anggota, namun yang terjadi justru sebaliknya. Ketiga, usulan mengenai rencana pembentukan Negara Besar Uni Eropa yang digagas oleh para petinggi Uni Eropa. Keempat, kebijakan mengenai Piagam Hak-hak Dasar yang dibuat oleh Uni Eropa bertentangan dengan kebijakan hak asasi manusia yang diterapkan Inggris. Dari beberapa alasan tersebutlah yang menjadikan Inggris sebaiknya keluar dari Uni Eropa dan dapat menjalankan kedaulatan dari Negara Inggris.

Bibliography:

Amanda Puspita Sari/Reuters. (2016 , Juny 24). Dampak Brexit bagi Uni Eropa, dari Ekonomi hingga Imigrasi. CNN Indonesia. Badaruddin, M. (n.d.). TRILEMA GLOBALISASI DINAMIKA DEMOKRASI DAN KEDAULATAN DALAM FENOMENA BREXIT. carwil, a. (2016, november 12). Regionalisme : fenomena "brexit" dampak bagi inggris, uni eropa dan bagi dunia. fkmhii.com. Dizik, A. ( 2016, Juli 15). Dampak Brexit, ekspatriat di Inggris rugi. www.bbc.com. Khairunnisa, D. (n.d.). ALASAN INGGRIS KELUAR DARI KEANGGOTAAN UNI EROPA TAHUN 2016, 1. Khairunnisa, D. (n.d.). ALASAN INGGRIS KELUAR DARI KEANGGOTAAN UNI EROPA TAHUN 2016, 6. Pammasena, E. A. (2017). KEPENTINGAN INGGRIS KELUAR DARI KEANGGOTAAN UNI EROPA TAHUN 2016, 6. Peter, L. (2016, Juni 24 ). Apa tantangan yang harus dihadapi Inggris setelah keluar dari Uni Eropa? www.bbc.com. voaindonesia. (2016, february 26). Apa Dampaknya Jika Inggris Keluar dari Uni Eropa? www.voaindonesia.com.

Related Documents

Tugas Uni Eropa.docx
June 2020 8
Uni
October 2019 50
Uni
May 2020 35
Uni Aaaaaa.docx
April 2020 32
1203_asian Uni
July 2020 34
Zanjan Uni
November 2019 32

More Documents from ""

Tugas Uni Eropa.docx
June 2020 8
Doa Lingkungan.docx
May 2020 16
Ogd. 58(1).pdf
November 2019 51
Erna 1.xlsx
December 2019 52
Kuisoiner Monev.docx
April 2020 48
Proyecto
October 2019 52