NAMA
: JEAN STEPANI SARAGIH
NIM
: FAB 118 004
STASE
: JIWA
STATUS MENTAL Pemeriksaan Status Mental gambaran penampilan pasien, cara bicara, tindakan, dan pikiran selama wawancara.
A.
Deskripsi Umum
1.
Penampilan Psikiater mendeskripsikan penampilan pasien dan kesan fisik keseluruhan yang tercermin dari postur, pembawaan, pakaian dan kerapihan. Pasien secara khas tampak aneh, dokter dapat bertanya: -
“Adakah orang yang mengomentari penampilan anda?”
-
“Bagaimana anda menggambarkan penampilan anda?”
-
“Dapatkah anda membantu saya memahami pilihan anda dalam berpenampilan?”
Identifikasi pribadi - Penampilan fisik: Postur
tubuh:
endomorfik
(piknis)/
mesomorfik
(atletis)/ektomorfik
(leptosome). Roman muka: lebih tua/lebih muda/sesuai umur. Dandanan: rapi/wajar/nyentrik/berlebihan. Pakaian: lusuh/rapi/wajar. Perawatan diri, rambut, kuku: bersih terawatt/kotor/berbau tak sedap. Kondisi kulit: normal/bertato/needle tracks/wrist cutting. Penampilan jender: kewanita-wanitaan/kelaki-lakian/sesuai jender Kebugaran: sehat/sakit - Penampilan psikis: Tenang/ tegang/ cemas/ takut/ tidak ramah/ sinis/ permusuhan/ marah/ curiga/ apatis/ bingung/ canggung/ seduksi/murung/ menangis, Kooperatif/ penuh perhatian/ tertarik/ terus terang/ defensif/ suka bercanda/ menyenangkan/ suka mengelak/ berhati-hati
1
2.
Perilaku dan aktivitas motorik: - Wajar/ gemulai/ kaku/ terhambat/ canggung/ kidal/ asimetripsikomotor/ clumpsy/ sempoyongan/ mannerism/ perilaku stereotopik/ ekopraksia/ hiperaktivitas/ gesit/ restlessness/ agitas/ permusuhan/ rigiditas/ negativism/ lethargy/ fleksibilitas cerea/ katalepsi/ katapleksi/ stupor/ tik/ tremor/ chorea/ atetosis/ ada gerakan-gerakan spontan - Gaya berjalan (gait) - Gerak motorik halus dan motorik kasar
3.
Pembicaraan a. Wicara -
Cepat/ kecepatan normal/ lambat/ keras/ normal/ pelan/ berbisik/ bergumam/ terdesak/ bimbang/ monoton/ berapi-api/ berlagu/ ekolalia/ koprolalia/ palilalia/ mutisme
-
Hendaya berbicara: afasi sensorik/ afasi motorik/ gagap/ pelo/ gangguan artikulasi lain.
b. Bahasa
4.
-
Kecepatan bereaksi baik/rata-rata/kurang
-
Perbendaharaan kata baik/rata-rata/kurang
-
Kemampuan komprehensif baik/rata-rata/kurang
-
Kemampuan baca-tulis baik/rata-rata/kurang
Sikap terhadap pemeriksa: - Kontak mata: +/- Kooperatif/bersahabat/perhatian/berminat/terus terang - Merayu/berusaha supaya disenangi/seduksi - Berhati-hati/defensif/mengelak/curiga/bermusuhan/agresif - Bergurau/merendahkan/sinis/kebingungan/apatis
B. 1. Kesadaran
: keadaan siaga
Gangguan kesadaran: apersepsi adalah persepsi seseorang yang dimodifikasi oleh emosi dan pikirannya sendiri; sensorium adalah keadaan fungsi kognitif indera khusus (terkadang digunakan sebagai sinonim kesadaran); gangguan kesadaran paling sering disebabkan oleh patologi otak.
2
1) Disorientasi : gangguan orientasi terhadap waktu, tempat, atau orang. 2) Kesadaran berkabut : kejernihan pikiran yang tidak sempurna disertai gangguan persepsi dan sikap. 3) Stupor : kurangnya reaksi atau ketidaksiagaan terhadap sekitar. 4) Delirium : menjadi buas, gelisah, bingung, reaksi disorientasi yang disertai rasa takut dan halusinasi. 5) Koma : derajat ketidaksadaran berat. 6) Koma vigil : koma pada pasien yang tampak seperti sedang tidur namun dapat segera terjaga (juga dikenal sebagai mutisme akinetik). 7) Twilight state : kesadaran terganggu yang disertai halusinasi 8) Keadaan seperti bermimpi : sering digunakan sebagai sinonim kejang parsial kompleks atau epilepsi psikomotor. 9) Somnolen : rasa mengantuk yang abnormal. 10) Kebingungan : gangguan kesadaran berupa reaksi yang tidak tepat terhadap rangsang lingkungan; bermanifestasi sebagai gangguan orientasi terhadap waktu, tempat, atau orang. 11) Mengantuk : keadaan siaga yang terganggu, disebabkan oleh hasrat atau kecenderungan untuk tidur. 12) Sundowning : sindrom pada lansia yang biasanya terjadi pada malam hari, ditandai dengan rasa mengantuk, kebingungan, ataksia, dan terjatuh akibat mengalami sedasi berlebihan oleh obat; juga disebut sebagai sundower’s syndrome.
Gangguan perhatian: perhatian adalah jumlah usaha yang dikeluarkan untuk memfokuskan diri pada bagian tertentu dari pengalaman; kemampuan untuk mempertahankan fokus pada suatu aktivitas; kemampuan berkonsentrasi. 1) Perhatian mudah teralih: ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian; keadaan ketika perhatian teralihkan ke stimulus eksterna yang tidak penting atau tidak relevan. 2) Gangguan perhatian selektif: hanya mengabaikan hal yang menimbulkan ansietas. 3) Hipervigilans: perhatian dan fokus yang berlebihan terhadap semua rangsang interna maupun eksterna, biasanya sekunder akibat keadaan waham atau paranoid; mirip hiperpragia: berpikir dan melakukan aktivitas mental yang berlebihan.
3
4) Trans: perhatian yang terpusat dan gangguan kesadaran, biasanya ditemukan pada hipnosis, gangguan disosiatif, dan pengalaman keagamaan yang menimbulkan kenikmatan. 5) Disinhibisi: penglihatan efek inhibisi sehingga memungkinkan seseorang menjadi lepas kendali terhadap impuls seperti yang terjadi pada intoksikasi alcohol.
Gangguan sugestibilitas: respons sesuai pertanyaan dan tidak kritis terhadap suatu ide atau pengaruh. 1) Folie a deux (atau folie a trois): keadaan emosional yang saling berhubungan antara dua (atau tiga) orang. 2) Hipnosis: modifikasi kesadaran yang ditimbulkan secara buatan, ditandai dengan peningkatan sugesti.
2. Orientasi: Gangguan orientasi biasanya dibagi berdasarkan waktu, tempat, dan orang. Adanya kelainan biasanya tampak sesuai urutan ini (yaitu sensasi waktu biasanya lebih dulu terganggu sebelum sensasi tempat); demikian juga saat pasien membaik, gangguan menghilang dalam urutan terbalik.
Psikiater harus menentukan: Apakah anda dapat menyebutkan dengan tepat tanggal dan jam saat ini? Pada pasien rawat inap dapat ditanyakan Apakah anda tahu telah berapa lama anda dirawat? Apakah pasien bersikap seolah mereka berorientasi ke waktu sekarang? Pada pertanyaan mengenai orientasi pasien terhadap tempat Apakah anda dapat menyebutkan nama dan lokasi rumah sakit dengan tepat? Orientasi orang Apakah anda mengetahui nama-nama orang di sekitar anda? Apakah anda memahami peran anda dalam hubungan dengan orang-orang tersebut? Apakah anda mengetahui siapa diri pemeriksa?.
C. Mood dan Afek 1. Mood (emosi yang menetap dan telah meresap yang mewarnai persepsi orang tersebut terhadap dunia) : bagaimana pasien mengatakan apa yang dirasakannya ; kedalaman, 4
intensitas, durasi, dan fluktuasi, mood-depresif, putus asa, iritabel, euforik, hampa, bersalah, terpesona, merasa sia-sia, rendah diri, anhedonik, aleksitimik. 2. Afek (Ekspresi yang ditunjukanpasien terhadap hal yang ia rasakan di dalam): bagaimana pemeriksa menilai afek pasien-luas, terbatas, tumpul, atau datar, dangkal, jumlah dan rentang ekspresi ; kesulitan memulai, mempertahankan, atau mengakhiri suatu respon emosional ; apakah ekspresi emosi sesuai dengan isi pikir, budaya, dan suasana pemeriksaan ; berikan contoh bila ada ekspresi emlsi yang tidak sesuai. D. Pikiran dan Persepsi Pikiran dapat dibagi menjadi proses (atau bentuk) dan isi. Proses merujuk pada cara seseorang menyatakan ide dan asosiasi, yaitu bentuk kerangka berpikir seseorang . proses atau bentuk pikir dapat bersifat logis dan koheren atau sangat tidak logis dan bahkan tidak dapat dipahami. Isi merujuk pada apa yang sebenarnya dipikirkan seseorang : ide, kepercayaan, preokupasi, obsesi. Proses pikir (bentuk pemikiran). Pasien dapat memiliki ide yang sangat banyak atau justru miskin ide. Dapat terjadi proses pikir yang cepat, yang jika berlangsung sangat ekstrim disebut flight of ideas. Seorang pasien dapat juga menunjukan cara berpikir yang lambat atau tertahan. Pikiran dapat samar-samar atau kosong. Apakah jawaban pasien benar-benar dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan, dan apakah pasien mampu berpikir mengarah ke tujuan? Apakah jawaban relevan atau tidak relevan ? apakah terdapat hubungan sebab-akibat yang jelas dalam penjelasan pasien? Apakah pasien memiliki asosiasi longgar (contohnya : apakah ide yang diungkapkan tampak tidak berhubungan atau berhubungan secara idiosinkratik)? Gangguan kontinuitas pikir meliputi pernyataan yang bersifat tangensial, sirkumstansial, meracau, suka mengelak , atau persevatif. Blocking adalah suatu interupsi pada jalan pemikiran sebelum suatu ide selesai diungkapkan ; pasien dapat mengindikasikan ketidakmampuan untuk mengingat apa yang telah atau ingin dikatakannya. Sirkumstansialitas mengisyaratkan hilangnya kemampuan berpikir yang mengarah ke tujuan ; dalam mengemukakan suatu ide, pasien menyertakan banyak detail yang tidak relevan dan komentar tambahan namun pada akhirnya mampu kembali ke ide semula. Tangensialitas merupakan suatu gangguan berupa hilangnya benang merah pembicaraan pada seorang pasien dan kemudian ia mengikuti pikiran tangensial yang 5
dirangsang oleh berbagai stimulus eksternal atau internal yang tidak relevan dan tidak pernah kembali ke ide semula. Gangguan proses pikir dapat tercermin dari word salad (hubungan antar pemikiran yang tidak dapat dipahami atau inkoheren), clang association (asosiasi berdasarkan rima), punning (asosiasi berdasarkan makna ganda), dan neologisme (kata-kata baru yang diciptakan oleh pasien melalui kombinasi atau pemadatan kata-kata lain). Isi pikir. Gangguan isi pikir meliputi waham, preokupasi (yang dapat melibatkan penyakit pasien), obsesi (“apakah anda memiliki ide yang mengganggu berulang?”), kompulsi (“adakah hal yang anda kerjakan berulang-ulang dalam suata repetisi?” “Adakah hal yang harus anda lakukan dengan cara atau urutan tertentu?” “Bila anda tidak mengerjakan dengan cara tersebut, haruskah anda mengulang?” “Apakah anda tahu mengapa anda melakukannya dengan cara itu?”), fobia, rencana, niat, ide berulang mengenai bunuh diri atau pembunuhan, gejala hipokondriakal, dan kecenderungan asosiasi tertentu. Apakah pasien tersebut memiliki pikiran untuk mencelakakan diri sendiri? Adakah suatu rencana? Kategori mayor gangguan isi pikir meliputi waham. Waham—kepercayaan salah yang menetap dan tidak sesuai dengan latar belakang budaya pasien – dapat bersifat kongruen-mood (sejalan dengan mood depresif atau elasi) atau tidak kongruen-mood. Isi system waham yang ada harus dijelaskan. Cara waham tersebut memengaruhi kehidupan pasien harus dijelaskan secara memadai dalam riwayat penyakit sekarang. Waham dapat bersifat aneh dan melibatkan kepercayaan adanya kendali eksternal. Waham dapat memiliki tema seperti kejar atau paranoid, kebesaran, cemburu, somatik, bersalah, nihilistik, atau erotik. Adanya ide rujukan atau ide pengaruh sebaiknya juga dijelaskan. Contoh ide rujukan berupa kepercayaan pasien bahwa televise atau radio sedang membicarakan dirinya. Contoh ide pengaruh adalah kepercayaan bahwa ada orang atau kekuatan lain yang mengendalikan beberapa aspek perilaku pasien. Pikiran dan Persepsi 1) Bentuk pikiran a. produktivitas : ide yang sangat berlebihan, miskin ide, flight of ideas, berpikir cepat, berpikir lambat, pikiran tertahan ; apakah pasien bicara spontan atau hanya bila ditanya, aliran pikiran, kutipan yang doigunakan pasien. b. kontinuitas pikiran : apakah jawaban pasien benar-benar menjawab pertanyaan dan mengarah ke tujuan relevan, atau tidak relevan ; asosiasi longgar; kurangnya sebab akibat dalam penjelasan pasien; pernyataan yang tidak logis, 6
tangensial, sirkumstansial, meracau, suka mengelak, bertahan ; blocking atau perhatian mudah teralih. c. hendaya bahasa : hendaya yang mencerminkan kejiwaan yang terganggu, seperti gaya bicara inkoheren atau tidak dapatr dipahami (word salad), clang association, neologisme. 2) Isi pikir Preokupasi : tentang penyakitnya, masalah di lingkungan; obsesi, kompulsi, fobia ; obseswi atau rencana bunuh diri, pembunuhan ; gejala hipokondrik, impuls atau dorongan antisosial yang spesifik. 3) Gangguan berpikir a. Waham : isi semua system waham, pengaturan, pengakuan pasien mengenai kesahihannya, bagaimana waham tersebut memengaruhi hidupnya; waham kejar—berdiri sendiri atau berkaitan dengan kecurigaan yang menetap; kongruen-mood atau tidak kongruen-mood. b. Ide pengaruh dan ide rujukan: bagaimana ide itu bermula, isi dan makna ide tersebut menurut pasien.
E. PERSEPSI Persepsi adalah proses transfer stimulus fisik menjadi informasi psikologis; proses mental yang membawa stimulus sensorik ke alam sadar. Contoh pertanyaan yang digunakan untuk menggali pengalaman halusinasi meliputi sebagai berikut: -
Pernahkah Anda mendengar suara-suara atau bunyi-bunyian lain yang tidak didengar orang lain atau saat tidak ada orang di sekitar Anda?
-
Pernahkah Anda mengalami sensasi aneh pada tubuh Anda yang tampaknya tidak dirasakan oleh orang lain?
-
Pernahkah Anda melihat pemandangan atau hal yang sepertinya tidak dapat dilihat oleh orang lain?
7
GANGGUAN PERSEPSI 1) Halusinasi persepsi sensorik palsu yang tidak dikaitkan dengan stimulus eksternal yang nyata; mungkin terdapat interpretasi berupa waham atas pengalaman halusinasi tersebut namun mungkin pula tidak. a. Halusinasi hipnagogik
: persepsi palsu yang terjadi saat akan tertidur,
umumnya dianggap sebagian fenomena yang tidak patologis. b. Halusinasi hipnopompik : persepsi palsu yang terjadi saat bangun dari tidur, biasanya dianggap tidak patologis. c. Halusinasi audiotorik
: persepsi palsu akan bunyi, biasanya berupa suara-suara
namun dapat pula berupa bunyi-bunyian lain, contohnya musik; merupakan halusinasi yang paling sering ditemukan pada gangguan psikiatri. d. Halusinasi visual
: persepsi palsu yang melibatkan penglihatan baik suatu
citra yang berbentuk (misalnya, orang), dan citra tak berbentuk (misalnya, kilatan cahaya); paling sering ditemukan pada gangguan berupa gangguan medis. e. Halusinasi olfaktorik
: persepsi palsu akan bau; paling sering terdapat pada
gangguan medis. f. Halusinasi gustatorik
: persepsi palsu akan rasa, misalnya rasa yang tidak
enak, disebabkan oleh kejang unsinatus; paling sering terjadi pada gangguan medis g. Halusinasi taktil (haptik) : persepsi palsu akan sentuhan atau sensasi permukaan, contohnya pada ekstremitas yang diamputasi (phantom limb); sensasi merayap pada atau di bawah kulit (formikasi). h. Halusinasi somatik
: sensasi palsu akan adanya sesuatu yang terjadi pada
atau ditujukan ke tubuhnya, paling sering berasal dari visera (disebut juga halusinasi senestesik). i. Halusinasi liliput
: persepsi palsu bahwa ukuran obyek terlihat mengecil
(disebut juga mikropsia). j. Halusinasi yang kongruen-mood: halusinasi yang isinya konsisten dengan mood depresif atau manik (contohnya, pasien depresi mendengar suara yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang jahat; seorang pasien manik mendengar suara yang mengatakan dirinya amat berharga, berkuasa, dan berpengetahuan tinggi).
8
k. Halusinasi yang tidak kongruen-mood: halusinasi yang isinya tidak konsisten dengan mood depresif maupun manik (misalnya, pada depresi, halusinasi tidak melibatkan tema seperti rasa bersalah, berhak dihukum, atau perasaan rendah diri; pada mania, halusinasi tidak melibatkan tema seperti harga diri dan kekuasaan yang tinggi). l. Halusinosis
: halusinasi, paling sering auditorik, akibat penyalahgunaan
alkohol kronik dan yang terjadi pada kesadaran yang jernih, berlawanan dengan delirium tremens, yaitu halusinasi yang terjadi pada kesadaran berkabut. m. Sinestesia
: sensasi atau halusinasi yang ditimbulkan oleh sensasi lain
(contohnya, sensasi auditorik yang disertai atau memicu sensasi visual; suara yang dianggap terlihat atau kejadian visual yang dianggap sebagai sesuatu yang terdengar). n. Fenomena trailing : abnormalitas persepsi terkait obat halusinogenik berupa obyek bergerak terlihat sebagai serangkaian citra yang terpisah dan terputus. o. Halusinasi perintah: persepsi palsu akan perintah yang membuat seseorang merasa wajib mematuhi atau tak kuasa menolak. 2) Ilusi persepsi atau interpretasi yang salah akan stimulus sensorik eksterna yang nyata.
F.
Kemauan Salah satu aspek yang dapat dinilai pada status mental ialah penilaian terhadap kemauan
atau dorongan kehendak yang meliputi kesulitan memulai dan mempertahankan aktivitas dan minat yang bertujuan dan dengan maksud tertentu. Beberapa indikator yang dapat dinilai antara lain ; Ada atau tidaknya motivasi dan minat, ada atau tidaknya prakarsa atau kemampuan untuk memulai aktivitas yang bertujuan. Pada pasien skizofrenia penilaian ini dapat mengalami hambatan ataupun tidak dapat memulai gerakan spontan tanpa perintah. Selain itu ada atau tidaknya dorongan serta ambisi. Selain itu dapat pula dinilai aktivitas perawatan diri sehari-hari seperti apakah dapat dilakukan secara mandiri, ataukah perlu disuruh terlebih dahulu atau bahkan tidak dapat melakukannya sama sekali. Fungsi pekerjan, sosial dan penggunaan waktu luang juga dapat dinilai dalam aspek ini.
9
G.
Fungsi Intelektual 1. Kemampuan berbahasa 2. Daya ingat: Memori: fungsi penyimpanan informasi di dalam otak yang kemudian di ingat kembali ke alam sadar. Gangguan memori: - Amnesia: ketidakmampuan parsial atau total untuk mengingat kejadian masa lalu dapat bersifat organik atau emosional: a. Anterograd: amnesia mengenai kejadian yang terjadi sesudah waktu tertentu. b. Retrograd: amnedia mengenai kejadian yang terjadi sebelum waktu tertentu. - Paramnesia: pemalsuan memori akibat distorsi dalam mengingat kembali. a. Fause reconnaissance: pengenalan yang salah. b. Falsifikasi retrospektif: memori menjadi terdistorsi diluar keinginan (tanpa sadar), dipengaruhi oleh kondisi pengalaman, kognisi, dan emosi seseorang saat itu. c. Konfabulasi: pengisian kekosongan memori secara tidak sadar dengan pengalaman yang dibayangkan atau bukan yang sebenarnya yang dipercaya oleh seseorang namun hal tersebut tidak sesuai kenyataan; paling sering disebabkan oleh patologi organik. d. Déjà vu: ilusi pengenalan visual yaitu suatu situasi yang baru dikenali secara salah sebagai pengulangan memori yang telah dialami sebelumnya. e. Deja entendu: ilusi pengenalan auditorik f. Deja pense: ilusi bahwa suatu pikiran yang baru dikenali sebagai pikiran yang sebelumnya telah dialami atau diungkapkan. g. Jamais vu: perasaan yang salah yaitu seseorang yang merasa familiar dengan situasi yang sebelumnya telah ia alami. h. Memori palsu: pengingatan kembali dan keyakinan oleh seseorang mengenai suatu kejadian yang sebenarnya tidak terjadi. - Hipermnesia: derajat retensi dan pengingatan kembali memori yang berlebihan.
10
3. Daya konsentrasi: Konsentrasi pasien dapat terganggu karena berbagai alasan. Gangguan kognitif, ansietas, depresi, dan stimulus internal, seperti halusinasi auditorik. Semuanya dapat berperan menyebabkan gangguan konsentrasi. Pengurangan kelipatan 7 dari angka 100 secara serial adalah tugas sederhana yang memerlukan konsentrasi penuh dan kemampuan kognitif. Apakah pasien mampu mengurangkan 7 dari 100 dan terus menguranginya dengan kelipatan 7? Bila pasien tidak dapat mengurangi dengan kelipatan 7 mampukan ia melakukannya dengan kelipatan 3? Dapatkan ia menyelesaikan tugas yang lebih mudah, 4x9, 5x4? Pemeriksa harus selalu mengkaji apakah ansietas, sejumlah gangguan mood atau kesadaran, atau kelemahan belajar berperan dalam kesulitan tersebut. Perhatian (atensi) diperiksa dengan cara berhitung atau meminta pasien untuk mengeja kata dunia (atau kata lain) secara terbalik. Pasien juga dapat diminta untuk menyebutkan lima nama benda yang dimulai dengan huruf tertentu. 4. Kemampuan membaca dan menulis : Pasien harus diminta untuk membaca suatu kalimat (contohnya: “Pejamkan matamu”) kemudian mengerjakan hal yang diperintahkan oleh kalimat itu. Pasien juga harus diminta untuk menulis kalimat sederhana namun lengkap. 5. Visuospasial: Pasien harus diminta untuk menyalin suatu gambar, misalnya bagian depan jam dinding atau segilima bertumpuk. 6. Intelegensi dan daya informasi: Bila dicurigai terdapat kemungkinan gangguan kognitif, apakah pasien mengalami kesulitan dengan tugas mental, seperti menghitung kembalian dari Rp 10.000, setelah membeli barang seharga Rp 6.370. Apabila tugas ini terlalu sulit, dapat diberikan soal yang lebih mudah. Inteligensi pasien berhubungan dengan kosa kata dan pengetahuan umumnya (contoh jarak dari New York ke Paris, Presiden AS). Tingkat pendidikan pasien (baik formal maupun swa-edukasi) dan status sosioekonomi harus diperhitungkan. Mengatasi konsep yang sulit atau canggih dapat mencerminkan intelegensi, bahkan tanpa adanya pendidikan, formal atau sumber informasi yang luas. Akhirnya, psikiater memperkirakan kemampuan intelektual dan kemampuan untuk berfungsi berdasarkan tingkat bakat dasar pasien.
11
7. Pikiran abstrak: Pikiran abstrak adalah kemampuan untuk menangani konsep-konsep. Pasien mungkin memiliki gangguan dalam membuat konsep atau menangani ide. Dapatkah pasien menjelaskan persamaan, contohnya antara apel dan pir atau antara kebenaran dan keindahan? Dapatkah pasien memahami peribahasa sederhana, seperti “Air beriak tanda tak dalam”?. Jawaban dapat konkret (memberikan contoh spesifik untuk menggambarkan artinya) atau sangat abstrak (memberi penjelasan yang sangat umum). Ketepatan jawaban dan cara memberikan jawaban harus dicatat. Pada reaksi katastrofik, pasien dengan kerusakan otak menjadi sangat emosional dan tidak dapat berpikir secara abstrak. 8. Pikiran kreatif 9. Kemampuan menolong diri
H. Daya Nilai Kemampuan untuk mengkaji suatu situasi dengan benar dan bertindak sesuai situasi tersebut. Interpretasi yang didapat dalam penilaian status mental daya nilai antara lain : a) Daya nilai kritis : kemampuan untu mengkaji, mencerna, dan memilih di antara berbagai opsi dalam suatu situasi. b) Daya nilai otomatis : kinerja refleks suatu tindakan. c) Daya nilai terganggu : berkurangnya kemampuan untuk memahami suatu situasi dengan benar dan mengambil tindakan yang sesuai. Selama berlangsungnya pencatatan riwayat, psikiater harus mampu mengkaji aspek kemampuan pasien untuk melakukan penilaian sosial. Apakah pasien memahami kemungkinan akibat perilakunya dan apakah pasien terpengaruh oleh pemahaman tersebut? Dapatkan pasien meramalkan apa yang akan dilakukannya dalam suatu situasi imajiner? Contohnya, apa yang akan pasien lakukan ketika ia mencium asap dalam suatu gedung bioskop yang penuh sesak ? Adapun indikator yang dapat dinilai antara lain : a) Daya nilai sosial : manifestasi nyata perilaku yang membahayakan pasien dan bertentangan dengan perilaku yang diterima di masyarakat; apakah pasien terpengaruh oleh pemahaman tersebut. b) Daya nilai dengan pengujian : prediksi pasien tentang apa yang akan dilakukannya pada suatu situasi imajiner; sebagai contoh, apakah yang akan pasien lakukan bila di jalan ia menemukan surat yang sudah diberi perangko dengan alamat tujuan.
12
I.
Pengendalian Impuls Pada penilaian status mental dapat pula ditanyakan terkait apakah pasien mampu
mengendalikan impuls seks, agresi dan impuls lainnya. Pengkajian pengendalian impuls penting untuk memastikan kesadaran pasien akan perilaku sosial yang pantas dan merupakan ukuran potensi bahaya pasien terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Pasien mungkin tidak mampu mengendalikan impuls akibat suatu gangguan kognitif atau psikotik atau merupakan hasil suatu defek karakter yang kronik, seperti yang dijumpai pada gangguan kepribadian. Pengendalian impuls dapat diperkirakan dari informasi mengenai riwayat pasien terkini dan perilaku yang diamati selama wawancara.
J.
Tilikan (Insight) Merupakan tingkat kesadaran dan pemahaman pasien akan penyakitnya. Tilikan dapat
dibedakan menjadi 6 derajat, yaitu : 1. Pasien melakukan penyangkalan total atas penyakitnya. 2. Pasien sedikit menyadari bahwa dirinya sakit dan memerlukan bantuan namun pada saat yang sama pasien menyangkalnya. 3. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit namun menyalahkan orang lain, faktor eksternal atau faktor organik sebagai penyebabnya. 4. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit namun meyakini penyakitnya tersebut disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui di dalam diri pasien. 5. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan bahwa gejala atau kegagalan penyesuaian sosial disebabkan oleh perasaan atau gangguan dari pasien sendiri yang tidak rasional tanpa menerapkan pengetahuan ini pada pengalaman di masa depan. Ini disebut juga dengan tilikan intelektual. 6. Pasien memiliki kesadaran emosional akan motif dan perasaan dalam diri pasien dan orang-orang penting dalam hidupnya, yang dapat menyebabkan perubahan perilaku mendasar.
K. Taraf dapat dipercaya Bagian status mental ini menyimpulkan kesan psikiater tentang sejauh mana pasien dapat dipercaya dan kemampuan untuk melaporkan keadaannya secara akurat. Hal ini mencakup perkiraan kesan psikiater terhadap kejujuran atau keterusterangan pasien. Sebagai contoh, jika pasien terbuka mengenai penyalahgunaan obat tertentu secara aktif atau mengenai
13
keadaan yang menurut pasien dapat berpengaruh buruk (misalnya, bermasalah dengan hukum), psikiater dapat memperkirakan bahwa reliabilitas pasien adalah baik.
14