1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan sosial budaya yang pesat dewasa ini memberikan tantangan tersendiri bagi guru dan peserta didik dalam meningkatkan prestasi belajar. Setiap peserta didik senantiasa ditantang untuk terus meningkatkan kegiatan belajarnya melalui berbagai sumber dan media seperti internet, televisi, perangkat audiovisual, selain belajar langsung dari guru. Sedangkan guru senantiasa ditantang untuk bisa mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi peserta didik. Melalui peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan mampu memberikan motivasi pada anak untuk belajar dalam berbagai kesempatan. Guru hendaknya dapat mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang baik, sehingga peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk belajar dan pada akhirnya bisa mencapai hasil belajar yang optimal. Menurut konselor sekolah, proses belajar mengajar di SMP Negeri 2 Kaliangkrik berjalan cukup bagus, karena didukung guru yang berdedikasi terhadap tugasnya, ditambah sarana prasarana belajar yang cukup memadai seperti ruang kelas yang bersih, media dan sumber pembelajaran yang cukup lengkap. Dengan kondisi ini, mestinya siswa SMP Negeri 2 Kaliangkrik bisa menjalani proses belajar mengajar dengan baik, dengan ditunjukkan melalui adanya motivasi belajar yang kuat dan pada akhirnya bisa menunjukan hasil belajar yang optimal.
2
Namun kondisi nyata di lapangan tidak menunjukkan kondisi ideal yang diharapkan. Berdasarkan hasil pengamatan, masih ditemukan beberapa siswa SMP Negeri 2 Kaliangkrik yang memiliki motivasi belajar rendah yang berdampak pada hasil belajarnya. Hal ini didasarkan atas hasil wawancara terhadap wali kelas VIII A SMP Negeri 2 Kaliangkrik yang menunjukkan bahwa terdapat sikap dan perilaku siswa yang malas belajar, sering tidak mengerjakan tugas/PR, tidak memperhatikan pelajaran, tidak serius dan tidak konsentrasi, suka ramai di kelas, sering membolos pelajaran tertentu, yang pada akhirnya berdampak pada nilai ulangan harian yang rendah atau prestasinya kurang. Menurut Abu Ahmadi (1990:98), gejala berprestasi kurang ini sesungguhnya dirasakan sebagai salah satu masalah dalam belajar karena secara potensial mereka memiliki kemungkinan untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi. Timbulnya gejala ini berkaitan dengan aspek motivasi, minat, sikap, dan kebiasaan belajar. Teori ini diperkuat dengan hasil angket motivasi yang diberikan konselor sekolah kepada siswa-siswa kelas VIII A. Berdasarkan hasil angket, dari 32 siswa yang mengisi terdapat 2 siswa yang menunjukkan motivasi belajar rendah dan 1 siswa yang motivasinya sangat rendah. Siswa dari golongan ini memerlukan perhatian yang sebaikbaiknya dari para guru dan terutama petugas bimbingan di sekolah (konselor sekolah). Oleh karena itu, konselor sekolah hendaknya bisa memberikan layanan yang tepat untuk mengatasi masalah peserta didik.
3
Dalam kaitannya dengan masalah rendahnya motivasi belajar pada sejumlah siswa SMP Negeri 2 Kaliangkrik, perlu diberikan layanan yang bisa mengakomodasi kepentingan sejumlah siswa tersebut secara bersama-sama seperti layanan konseling kelompok sehingga bisa meningkatkan hasil belajarnya. Layanan dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat memberikan kesempatan pada masing-masing anggota kelompok untuk memanfaatkan berbagai informasi, tanggapan dan reaksi timbal balik dalam menyelesaikan masalah. Di samping itu, melalui kegiatan ini masing-masing individu
dapat
mengembangkan
sikap
tenggang
rasa,
ketrampilan
berkomunikasi, pengendalian ego yang pada akhirnya masing-masing individu dapat menyumbang peran baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pemecahan masalah. Selanjutnya, dalam mengatasi siswa yang motivasi dan hasil belajarnya rendah, diperlukan pendekatan yang tepat. Motivasi dan hasil belajar beberapa siswa SMP Negeri 2 Kaliangkrik yang rendah ini disebabkan oleh perilaku mal-adaptif yakni memiliki kebiasaan-kebiasaan negatif seperti malas belajar, malas mengerjakan tugas/PR, ramai di kelas, membolos dan lain-lain, sehingga model
pendekatan
konseling
yang
digunakan
haruslah
yang
bisa
menghilangkan perilaku mal-adaptif tersebut yaitu model konseling behavioral karena tujuan konseling behavioral sebagaimana yang diungkapkan oleh Naharus Surur (2014:25) adalah menghapus/menghilangkan tingkah laku maladaptif (masalah) untuk digantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.
4
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengadakan penelitian sebagai usaha untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar yang rendah siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Kaliangkrik. Judul yang diambil dalam proposal penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini adalah “Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar yang Rendah Melalui Layanan Konseling Kelompok dengan Pendekatan Behavioral pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Kaliangkrik Tahun Pelajaran 2018/2019” B. Diagnosis Permasalahan Diagnosis permasalahan dari proposal penelitian tindakan ini adalah permasalahan – permasalahan yang dihadapi guru di sekolah ataupun dikelas dalam proses belajar mengajar. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan guru / wali kelas ada beberapa siswa yang mempunyai motivasi dan hasil belajar yang rendahnya khususnya dikelas VIIIA. Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil tes/ulangan harian serta perilaku siswa. Untuk itu maka rumusan dari proposal penelitian tindakan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIIA SMPN 2 Kaliangkrik tahun pelajaran 2018/2019 ? a. Apakah dengan menerapkan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII A SMPN 2 Kaliangkrik tahun pelajaran 2018/2019 ?
5
b. Apakah dengan menerapkan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 2 Kaliangkrik tahun pelajaran 2018/2019 ? c. Bagaimana penerapan yang benar layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral agar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 2 Kaliangkrik tahun pelajaran 2018/2019 ? 2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 2 Kaliangkrik tahun pelajaran 2018/2019 ? 3. Bagaimana efektifitas layanan konseling kelompok pendekatan behavioral dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 2 Kaliangkrik tahun pelajaran 2018/2019 ?. C. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah meneliti penggunaan layanan konseling behavioral dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa di kelas VIIIA SMP Negeri 2 Kaliangkrik tahun pelajaran 2018/2019. D. Tujuan PTK Adapun tujuan dari penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah penerapkan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII A SMPN 2 Kaliangkrik tahun pelajaran 2018/2019.
6
2. Untuk mengetahui apakah penerapkan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 2 Kaliangkrik tahun pelajaran 2018/2019. 3. Untuk mengetahui penerapan yang benar layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral agar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 2 Kaliangkrik tahun pelajaran 2018/2019 4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 2 Kaliangkrik tahun pelajaran 2018/2019 5. Untuk mengetahui efektifitas layanan konseling kelompok pendekatan behavioral dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 2 Kaliangkrik tahun pelajaran 2018/2019. E. Manfaat Hasil Penelitian Tindakan Hasil pengembangan model layanan konseling ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil pengembangan model konseling ini diharapkan dapat menjadi khasanah pengetahuan melalui pengembangan teori konseling kelompok dengan pendekatan behavioral dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa 2. Manfaat Praktis
7
a. Bagi siswa, sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah rendahnya motivasi dan hasil belajar, dengan memanfaatkan dinamika kelompok. b. Bagi konselor, bermanfaat dalam membantu siswa yang motivasi dan hasil belajarnya rendah, dengan menerapkan pendekatan behavioral dalam layanan konseling kelompok. c. Dapat memberikan sumbangan bagi pengambil kebijakan, lembagalembaga diklat, Dinas Pendidikan, Sekolah-sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, khususnya melalui layanan bimbingan dan konseling.
8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar Menurut Suharno (2014:14), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang akan menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar. Dari pendapat Suharno diatas dapat ditarik pengertian bahwa motivasi itu adalah penggerak, yakni penggerak yang menimbulkan keinginan pada siswa yaitu keinginan untuk tahu, keinginan untuk kreatif, keinginan untuk memperbaiki kegagalan, keinginan untuk sukses dan sebagainya. Kemudian motivasi belajar itu merupakan penggerak yang akan menimbulkan kegiatan belajar, kegiatan belajar di sini meliputi mendengarkan, menyimak, mengerjakan tugas, mengobservasi, meneliti, menelaah, materi pelajaran. Selanjutnya motivasi belajar akan memberikan arah pada kegiatan belajar maksudnya mengarahkan siswa pada pencapaian tujuan belajar yaitu mengerti, memahami, dan terampil terhadap apa yang dipelajari. Suharno (2014: 14) berpendapat bahwa dalam hal motivasi belajar, menurut asalnya dapat di golongkan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, dengan uraian sebagai berikut : a. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri. Motivasi ini dapat muncul karena: (1) Merasakan pentingnya belajar; (2)
9
Merasakan dan mengetahui kemajuannya sendiri dari hasil belajar; (3) Mempunyai keinginan untuk meraih cita-cita dengan cara belajar. b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari luar diri sendiri. Hal yang bisa menimbulkan motivasi ekstrinsik adalah: (a).Ganjaran (reward); b) Hukuman (Punishment), (c) Persaingan (competition). Selanjutnya ciri-ciri seorang siswa yang memiliki motivasi belajar menurut Suharno adalah sebagai berikut : a. Senang menjalankan tugas belajar. b. Bersemangat dan bergairah saat menerima pelajaran. c. Tidak malu untuk bertanya bila belum tahu d. Tidak menunda-nunda dalam melaksanakan tugas yang diberikan. e. Disiplin dalam memanfaatkan waktu. (2014: 14) 2. Hasil Belajar Kemampuan yang dimiliki siswa berbeda-beda setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Bloom (dalam Suprijono 2013:6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif terdiri dari knowledge (pengetahuan, ingatan); comprehension application
(pemahaman,
(menerapakan);
menjelaskan, analysis
meringkas,
(menguraikan,
contoh);
menentukan
hubungan); synthesis (mengorganisasikan, merencanakan); dan evaluating (menilai). Kemampuan afektif terdiri dari receiving (sikap menerima); responding
(memberikan
respon),
valuing
(nilai);
organization
10
(organisasi); characterization (karakterisasi. Kemampuan psikomotorik meliputi initiatory, pre-rountie, dan rountinized. Menurut Suprijono (2013:7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Menurut Jihad dan Haris (2012:14) hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi tersebut. Menurut Hamalik (2004: 31) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengetahuan-pengetahuan, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3) “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”. Menurut Hamalik (2004: 49) “mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti
11
proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”. Sedangkan, Winkel (2009) mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang”. Hasil belajar merupakan pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau proses belajar yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Menurut “Susanto (2013: 5) perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari belajar”. Pengertian tentang hasil belajar dipertegas oleh Nawawi (dalam Susanto, 2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Menurut Sudjana (2009: 3) “mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor”. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang dengan melibatkan
12
aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat. 3. Konseling Kelompok Behavioral Dalam Buku Panduan Model Pengembangan Diri (2006:6) yang dimaksud dengan konseling kelompok adalah: “Layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.” Kemudian dalam Buku Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi (2002 : 19) yang dimaksud dengan konseling kelompok adalah: Dari definisi di atas dapatlah ditarik pengertian mengenai konseling kelompok sebagai berikut : a. Konseling kelompok adalah bantuan, artinya kegiatan ini merupakan bantuan dari konselor kepada konseli, sehingga konseli bisa merasakan hal-hal positif seperti bebannya jadi ringan, punya semangat dan memperoleh alternatif pemecahan masalah. b. Konseling kelompok adalah kegiatan yang memanfaatkan dinamika kelompok, artinya kegiatan ini dilaksanakan sekelompok konseli yang bersedia melibatkan diri dalam pemecahan masalah, sanggup menjalin kerjasama antara anggota kelompok, adanya saling mempercayai, adanya semangat yang tinggi, adanya saling memberikan tanggapan, reaksi dan empati antar anggota kelompok. c. Konseling kelompok berfungsi untuk pembahasan dan pengentasan masalah konseli, artinya tujuan akhir dari rangkaian kegiatan konseling
13
kelompok adalah mengentaskan masalah konseli sehingga konseli bisa berkembang optimal sesuai dengan tugas perkembangannya. Pendekatan konseling behavioral merupakan penerapan berbagai macam teknik dan prosedur yang berakar dari berbagai teori tentang belajar. Dalam prosesnya pendekatan ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku kearah cara-cara yang lebih adaptif. Tujuan konseling behavioral menurut Shertzer dan Stone dalam buku Fundamentals of Counseling (1980)
adalah: ‘membantu individu untuk
“belajar” memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu’. Penekanan kata belajar dalam proposisi di atas adalah berdasarkan pertimbangan bahwa konselor membantu klien belajar atau mengubah tingkah lakunya. Konselor berperan dalam membantu proses menciptakan
kondisi
yang
sedemikian
rupa
belajar
sehingga klien
dengan dapat
memecahkan masalahnya dan mengubah tingkah lakunya (Zaenudin, 2014 : 11-12). Itu berarti bahwa dalam konseling behavioral, konselor berusaha membantu klien dalam membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Tingkah laku yang dimaksud adalah tingkah laku mal-adaptif atau tingkah laku bermasalah yang akan di ubah menjadi tingkah laku yang adaptif sesuai dengan tuntutan lingkungan. Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan
14
tuntutan lingkungan. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah. B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Lilik Maryanto berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Bermain Peran pada Siswa Kelas V MI Al Islam Mangunsari 02 Semarang.” Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar pada siswa kelas V MI Al Islam Mangunsari 02 Semarang melalui layanan penguasaan konten dengan teknik bermain peran. Motivasi belajar siswa sebelum perlakuan menunjukkan kategori sedang yaitu 62%, sementara motivasi belajar siswa setelah perlakuan menunjukkan kategori tinggi yaitu 70%. Relevansi penelitian Lilik Maryanto dengan penelitian ini adalah pada objek kajiannya yakni dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ahdiyat berjudul “Meningkatkan Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Melalui Layanan Konseling Kelompok pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 3 Kendal Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa setelah dilakukan konseling
kelompok, terdapat perubahan skor efektivitas komunikasi antar pribadi siswa, dengan peningkatan sebesar rata-rata 19,9. Relevansi penelitian Muhammad Ahdiyat dengan penelitian ini adalah pada teknik yang
15
digunakan dalam memecahkan masalah yakni menggunakan teknik konseling kelompok. C. Pemecahan Masalah Masalah dari penelitian ini adalah karena rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti akan menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral. Dalam penelitian tindakan ini siswa akan diberikan perlakuan layanan konseling kelompok behavioral yang terb agi dalam 2 siklus. Adapun kerangka berfikir dari penelitian ini dapat digambarkan dari bagan dibawah ini
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Sebelum diberikan Konseling Kelompok dengan Pendekatan Behavioral
Konselor memberikan Konseling Kelompok dengan Pendekatan Behavioral
Motivasi dan hasil Belajar Rendah Siklus I Motivasi dan hasil Belajar Siswa meningkat Siklus II Motivasi dan hasil Belajar Siswa meningkat
Penggunaan Konseling Kelompok dengan Pendekatan Behavioral dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar yang rendah pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Kaliangkrik
16
D. Hipotesis Tindakan 1. Jika diterapkan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral dengan benar maka motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 2 Kaliangkrik tahun pelajaran 2018/2019 akan meningkat. 2. Dengan menerapkan layanan konseling kelompok pendekatan behavioral dengan benar maka motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 2 Kaliangkrik tahun pelajaran akan meningkat.
17
BAB III METODE PTK A. Desain Penelitian Rancangan prosedur penelitian tindakan kelas ini akan diuraikan sebagai berikut: 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Peneliti merencanakan tindakan, meliputi: (1) penyusunan RPL BK; (2) menyiapkan sarana pendukung seperti ruangan konseling; (3) mempersiapkan insrumen angket, lembar observasi, dan pedoman wawancara. b. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan yang sebelumnya sudah direncanakan dengan menggunakan tindakan kelas. Kemudian selama pelaksanaan berlangsung, peneliti sambil mengamati. c. Tahap Observasi Pengamatan yaitu pelaksanaan yang dilakukan oleh pengamat selama pelaksanaan berlangsung. Ada beberapa alat bantu yang digunakan untuk mengamati, yaitu daftar riwayat kelakuan, catatan berkala, daftar cek, skala penilaian, catatan anekdot, catatan lapangan, catatan harian, log, portofolio, rekaman video, foto slide, dan angket. Dari pengematan tersebut, didapatkan refleksi. d. Tahap Refleksi Refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Refleksi dilakukan oleh pelaksana dan pengamat untuk mengevaluasi secara keseluruhan baik keurangan dan kelebihan dari pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklusnya sehingga jika ditemukan kekurangan dan etidakberhasilan dari siklus tersebut dapat dijadikan pedoman dalam menentukan rencana tindakan layanan konseling pada siklus berikutnya.
18
3. Siklus II a. Tahap Perencanaan Perencanaan pada siklus kedua ini didapatkan dari hasil refleksi pada siklus I kemudian langsung masuk pada tahap pelaksanaan b. Tahap Pelaksanaan Dari perencanaan yang telah dilakukan pada tahap awal ini, di sklus II ini proses memasuki tahap pelaksanaan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. c. Tahap Observasi Pengamatan ini dilaksanakan selama proses pelaksanaan berlangsung, yakni selama proses konseling kelompok. d. Tahap Refleksi Dari refleksi ini, maka dapat diketahui kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama siklus II berlangsung.
Permasalahan
Perencanaan tindakan I Pelaksanaan tindakan I
Siklus I
Refleksi
Pengamatan / pengumpulan data I Perencanaan tindakan II Refleksi
Pelaksanaan tindakan II
Siklus II
Pengamatan / pengumpulan data II Apabila masalah belum terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas
19
B. Waktu Pelaksanaan Tempat dan Waktu a. Tempat kegiatan pengembangan model konseling behavioral ini di SMP Negeri 2 Kaliangkrik. b. Waktu untuk kegiatan pengembangan model konseling adalah 3 bulan, yaitu Bualn Januari - Maret 2019. C. Deskripsi Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 2 Kaliangkrik kelas VIII A yang terletak di desa Balerejo kecamatan Kaliangkrik D. Subyek dan Karateristiknya Subyek dari penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Kaliangkrik kelas VIIIA yang mempunyai motivasi dan hasil belajar yang rendah. Hal ini bisa dilihat dari nilai hasil belajar dan perilaku siswa disekolah. E. Rencana Tindakan Rencana tindakan dalam penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan januari sampai dengan bulan maret. Rencana tindakan dalam penelitian ini ini dibagi dalam 3 tahap : 1. Persiapan Persiapan yang dilakukan yaitu dengan melakukan observasi dan wawancara untuk mendapatkan data yang digunakan dalam identifikasi masalah, setelah itu membuat proposal serta menyusun instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data
20
2. Pelaksanaan Penelitian tindakan ini direncanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Instrumen digunakan sebelum tindakan untuk mendapatkann data awal dan setiap akhir siklus. 3. Penyusunan laporan Menyusun semua hasil dari penelitian ini baik berupa data hasil tindakan berupa angket, photo dokumentasi dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Berikut tabel rencana tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan yang akan dilakukan. NO
Januari
KEGIATAN
Februari
Maret
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 A
Persiapan 1.
Observasi dan Wawancara
2.
Identifikasi Masalah/ Obyektif Lapangan
3.
Menyusun Proposal
4.
Menyusun Instrumen
B
Kajian
V V V V V V V
Pelaksanaan 1.
Menyiapkan subyek & alat
2.
Pelaksanaan Behaviour Siklus I Pelaksanaan Behaviour Siklus II
3. 4. C
Tindak Lanjut
Konseling Konseling
V V V V V V VV V
Penyusunan Laporan 1.
Menyusun Laporan
V V V V
21
F. Metode/Tehnik dan Instumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan angket. Berikut ini adalah penjelasan secara lebih rinci. 4. Wawancara Menurut Suharsimi Arikunto (2006:132), wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Dalam hal ini, konselor menyusun daftar pertanyaan yang akan disampaikan kepada wali kelas VIII A dengan tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi awal siswa yang terkait dengan motivasi yang dimiliki. Hasil dari wawancara ini kemudian diidentifikasi dan dikaji sebagai data awal dari penelitian. Adapun daftar pertanyaan yang disusun sebagai pedoman wawancara dapat dilihat lebih lengkap pada lampiran. 2.
Observasi Pengertian observasi menurut Suharsimi Arikunto (2006:133) adalah kegiatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Observasi digunakan konselor saat proses konseling kelompok berlangsung untuk mengamati jalannya proses konseling kelompok, dan sesudah proses konseling kelompok untuk mengamati perubahan perilaku siswa. Dalam hal ini konselor bertindak sebagai partisipan aktif yang melakukan tindakan (sebagai guru pengajar) dalam mata pelajaran Bimbingan Konseling. Adapun pedoman observasi lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran.
22
3. Angket Teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data motivasi awal siswa dan motivasi akhir siswa setelah diberikan tindakan. Angket bertujuan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan tindakan. Dalam pengukuran angket motivasi belajar menggunakan metode skala psikologis karena bersifat abstrak dan tidak dapat diamati langsung. G. Tehnik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang berupa angka hasil dari skala motivasi belajar sebelum dan setelah pemberian tindakan. Kuantitatif dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif prosentase, statistik deskriptif yang menyajikan data dalam bentuk data presentase. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono 2007:207). Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang berupa angka yaitu hasil dari skala motivasi belajar. Pemberian skala dilakukan melalui pre test dan post test. Adapun rumus dari deskriptif prosentse adalah, sebagai berikut: % =n/N x 100 % = nilai prosentase/hasil n = jumlah skor yang diperoleh N = jumlah skor yang diharapkan
(Ali 1985:184).
23
Selain itu juga menggunakan analisis model interaktif yang merupakan interaksi dari tiga komponen utama, yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data (display data); dan (3) penarikan simpulan. Menurut Iskandar (2009:76) teknik analisis interaktif terdiri dari: (1) reduksi data, merupakan proses pengumpulan data, seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data dari fieldnote. Selama proses reduksi data peneliti dapat melanjutkan meringkas, mengkode, menemukan tema, reduksi data berlangsung dalam penelitian di lapangan sampai pelaporan penelitian selesai, (2) display data datau penyajian data, merupakan penyajian data biasanya digunakan berbentuk teks naratif. Kemudian seluruh hasil analisis yang terdapat dalam reduksi data maupun penyajian data diambil suatu simpulan; (3) Penarikan simpulan tentang peningkatan yang terjadi dilaksanakan secara bertahap. Penyediaan Data
Display Data Reduksi Data
Pengelompokan Data
Gambar 3.1 Model Analisis komperatif
24
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A. (1990). Psikologi Belajar. Yogyakarta: Rineka Cipta Ali, Mohammad (1985). Penelitian Kependidikan Prosedur & Strategi. Bandung: Angkasa Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka cipta Bandura, Albert. (1977). Social Learning Theory. Prentice-Hall, Inc., New Jersey Dinas Pendidikan. (2002). Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi . Jakarta: Dikmenum Iskandar (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press. Kemmis dan Taggart. (1998). The Action Research Planner, 3rd ed. Victoria : Deaklin University. Marlat, G. A, & Gordon, J. R (1985). Relapse Prevention, New York: Guilford Mcleod, J. (2006). Pengantar Konseling. Jakarta : Kencana Prenada Media group Prayitno. (1995). Layanan Bimbingan dan Konseling kelompok ( Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia. Sardiman,A.M. (2005). Interaksi dan Motivasi Mengajar: Jakarta: Grafindo Sugiyono (2007). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Suharno. (2014) Bimbingan dan konseling di SMP. Solo: Central Wahana Ilmu Suparti, (2014). Model-model Therapi. Makalah pada Diklat Narkoba. Yogyakarta. Surur, N. (2014) . Pengembangan Model Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Makalah pada Pendampingan Teknis Model Konseling MGP. P4TK Sutoyo, Anwar (2009). Pemahaman Individu. Semarang: Widya Karya Zaenudin. (2014). Pendekatan-pendekatan Konseling Individual pendekatan Psikoanalisis, pendekatan Behavioral, Pendekatan Gestalt, dan Pendekatan Rational Emotif. Makalah pada Pendampingan Teknis Model Konseling MGP. P4TK