SMF/BAGIAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Tugas
Disusun Oleh : Felin Aprilaineld Ndu Ufi 098012825
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2018
Mata Merah dengan Penglihatan Turun Mendadak Gejala
Tanda
Keratitis
Ulkus Kornea
Glaukoma Akut
Uveitis
Mata merah dan
Mata
sakit
Mata merah, visus turun
Sakit
sakit, rasa silau,
mata ringan - berat,
rasa kelilipan
Mata lakrimasi,
merah, visus
Endoftalmitis
Panoftalmitis
ringan,
Rasa sangat sakit, kelopak merah
Tajam
mendadak, mual-muntah,
penglihatan turun perlahan
dan bengkak, kelopak sukar dibuka
penglihatan
fotofobia,
nyeri
dan
penglihatan menurun
berlangsung beberapa jam
berair,
dan hilang setelah tidur
fotofobia, kesulitan melihat
sebentar, melihat halo di
dekat (akibat meradangnya
sekitar lampu
otot-otot akomodasi)
Mata
merah,
merah, visus
turun, terasa kotor
menurun
Mata
mata
mendadak
merah,
lapang
pandang berkurang, visus turun,
Mata
mata
ringan
dengan
mata
merah,
mata
berkurang
merah,
visus
turun
sedikit, lakrimasi
disertai sakit,
Kelopak
merah
dan
bengkak,
konjungtiva hipopion
Visus
turun,
mata menonjol,
tanda-tanda
peradangan,
rasa
edema kelopak
kelopak
mata bengkak, TIO tinggi pupil lebar, kornea suram dan edema, iris sembab meradang, papil saraf
optic
edema
hipermeis,
dan
lapang
pandangan menciut berat
Etiologi
Dry
eyes
syndrome, keracunan
obat,
reaksi alergi obat
Ulkus kornea perifer:
Tersumbatnya
reaksi toksik, alergi,
trabecular
autoimun,
infeksi
Staphylococcus
pada
jaringan sudut
Uveitis anterior akut
Endoftalmitis
eksogen
Bakteri
trauma,
diare
kronis,
trauma tembus atau infeksi
perjalanan
bilik mata depan, iris
penyakit
Reiter,
herpes
sekunder
penyakit cepat
plateu
simpleks, sindrom Bechet,
pada
pembedahan
yang membuka bola mata.
dan berat
topical,
reaksi
aureus/ H.influenza/
sindrom Poster Schlosman,
terhadap
M.lacunata.
pasca
konjungtivitis
Bakteri,
jamur,
adenovirus,
menahun,
akantamuba,
herpes
influenza, klamidia
lagoftalmus,
simpleks,
virus,
vitamin
bakteri,
A,
lagoftalmus
trauma
parese N VII, lesi N
kimia
infeksi parotitis,
Nongranulomatos
defisiensi
jamur, sinar UV,
bedah,
Artritis
akibat
rheumatoid
dan
Fuchs heterokromik Iridosiklitis
ringan,
III/ neurotrofik dan
anterior
pemakaian lensa
ulkus Mooren.
nongranulomatosa.
uveitis kronis
Sarkoiditis,
endogen
penyebaran
bakteri,
jamur,
perjalanan penyakit
tubuh.
perlahan
Bakteri
yang
stafilokokus,
sering: streptokokus,
pseudomonas,
basic subtilis Jamur yang sering: aktinomises, aspergilus,
Jamur
parasit dari focus infeksi dalam
pneumokokus,
Granulomatosa akut
kontak
Endoftalmitis
fitomikosis
sportrikum, kokidioides
sifilis,
tuberculosis, virus, jamur histoplasmosis, toxoplasmosis
kornea
Injeksi siliaris, kelopak
Pupil miosis, edem iris,
Konjungtiva kemotik dan merah,
Konjungtiva
putih
mata bengkak, TIO naik
efek fler/efek Tyndal di
kornea keruh, bilik mata depan
kemotik, kornea
pada
dengan defek epitel
mendadak, kornea suram,
dalam bilik mata depan/
keruh kadang disertai hipopion
keruh,
tepi
kornea/
dengan pewarnaan
rincian iris tidak jelas,
hifema/ hipoion
vitreus keruh
mata
seluruh
kornea
fluorescein
pupil semi dilatasi - tidak
Pemeriksaan
Infiltrate bercak-
Kekeruhan
fisik
bercak
berwarna
infiltrate
keruh
halus/
sehingga
iris sukar dilihat,
warna
menjadi
hijau
Nongranulomatosa:
abses, reflex pupil berwarna putih
di
bereaksi terhadap sinar,
presipitat
tengahnya. Iris sukar
iris terdorong ke depan,
dataran belakang kornea
halus
kadang terdapat
pada
hipopion
bilik dengan dan
reflex
putih
dalam
fundus
Iridosiklitis
blefarospasme,
dilihat,
terdapat
sudut bilik mata sempit,
injeksi silier
penipisan
kornea,
funduskopi sukar karena
granulomatosa: presipitat
kekeruhan
media
besar/’mutton fat deposit’/
rekasi jaringan uvea
penglihatan, papil saraf
benjolan Koeppe/benjolan
(suar,
optic hiperemis dan edem
Busacca
lipatan
Descement,
hipopion,
hifema,
dan okuli
Sinekia posterior, miosis
sinekia
posterior),
pupil, TIO turun atau
pemeriksaan sediaan
naik,
hapus
KOH,
pembuluh
agar
perilimbus
pemeriksaan darah,
Kronis:
Sabouraud,
triglikolat,
agar
melebarnya siliar
edem
dan
macula,
kadang katarak
coklat Pengobatan
Antibiotic
penyebab:
sesuai
topikal,
azetazolamid 500mg IV
salep
siklopegik,
dirawat
disusul 250 mg tablet tiap
siklopegik, antibiotic sesuai
kloramfenikol
mngancam
4 jam, manitol IV 1,5-2
penyebab
stafilokokus:
pasien
mk/kgBB dalam larutan
(topical),
tidak dapat member
20%
(subkonjungtiva, IV)
obat sendiri, perlunya
mg/kgbb
obat
Operasi berupa iridektom
antibiotic, mata siklopegik
air buatan,
bila
yang
perforasi,
sistemik,
pembedahan/
pengobatan,
atau
2%,
urea
IV
Steroid tetes pada siang dan pada
malam,
topical
dan
sistemik, ampisilin 2g/hari dan 3
g/hari
basitrasin metisilin
Pneumokokus/
streptokokus/
stafilokokus, neiseria: penisilin G (top, subkonj, iv)
keratoplasti jika tidak sembuh
Pilokarpin
Antibiotika
Tergantung
Pseudomonas:
dengan
tobramisin,
dan
subkonj, iv)
terjadi jaringan parut
gentamisin,
karbesinin
(top,
Antibiotika dosis
tinggi,
eviserasi
isi
bola mata bila sangat berat
yang
mengganggu
penglihatan.
Batang
gram
gentamisin,
negative: tobramisin,
karbesinin (top, subkonj, iv) Jamur:
amfoterisin
mikrogram (subkonj) Siklopegik, kortikosteroid
B150
Retinitis Pigmentosa Retinitis pigmentosa (RP) adalah kelompok kelainan yang diturunkan(inherited disorders) yang ditandai dengan kehilangan penglihatan perifer yang berkelanjutan (progressive peripheral vision loss) dan kesulitan melihat di malamhari atau dengan cahaya suram (nyctalopia) yang menimbulkan kehilangan penglihatan sentral (central vision loss). Penyebab terjadinya retinitis pigmentosa sebagai berikut :
Kematian sel fotoreseptor (sebagian besar adalah fotoreseptor sel batang/rod).
Defek molekuler (molecular defects) pada lebih dari seratus gen yang berbeda.
Pada 75% kasus X-linked RP disebabkan oleh mutasi pada gen RPGR Rhodopsin adalah protein receptor yang terdapat pada membran sel-sel rod retina. Fungsinya sebagai receptor cahaya pada proses pengantaran sinyal visual yang normal. Oleh karena itu, kerusakan struktur nya akan berpengaruh terhadap mekanisme kerja dari protein receptor ini. sekitar 15% kasus ini merupakan mutasi single point. Pada beberapa kasus RP autosomal recessive, ditemukan adanya mutasi pada beta-phosphodiesterase, suatu protein penting pada phototransduction cascade. Retinitis pigmentosa biasanya diwariskan. Semua jenis retinitis pigmentosa diwariskan, tetapi dalam cara yang berbeda
ada retinitis pigmentosa autosomal dominan, orangtua yang terkena bisa punya anak yang terkena dampak dan tidak terpengaruh.
Pada retinitis pigmentosa autosomal resesif, tidak terpengaruh orang tua dapat memiliki anak-anak baik yang terkena dampak dan tidak terpengaruh. Dalam jenis ini, tidak ada sejarah keluarga sebelumnya retinitis.
Dalam x-linked retinitis pigmentosa, cacat ini terkait dengan kromosom X.. Dengan demikian, beberapa laki-laki dalam keluarga akan memiliki retinitis, sedangkan perempuan akan menjadi pembawa terpengaruh dari sifat genetik.
Patofisiologi RP secara khas dipercaya sebagai suatu dystrophy (kelainan degeneratif, biasanya karena kekurangan nutrisi tubuh) sel batang-kerucut dimana defek genetik menyebabkan kematian sel (apoptosis), sebagian besar di fotoreseptor sel batang; sebagian kecil, defek genetik memengaruhi retinal pigment epithelium (RPE) dan fotoreseptor sel kerucut. Variasi fenotip sangat signifikan karena lebih dari seratus gen dapat menyebabkan RP. Perubahan histopatologi di RP telah didokumentasikan dengan baik, dan baru-baru ini, perubahan histologis spesifik yang terkait dengan mutasi gen tertentu yang dilaporkan. Jalur akhir yang umum tetap fotoreseptor kematian sel oleh apoptosis. Perubahan histologis pertama yang ditemukan di fotoreseptor adalah pemendekan segmen luar batang. Segmen luar semakin memendek, diikuti hilangnya fotoreseptor batang. Ini terjadi paling signifikan di pinggiran pertengahan retina. Daerah-daerah retina mencerminkan apoptosis sel dengan memiliki inti menurun di lapisan nuklir luar. Dalam banyak kasus, degenerasi cenderung lebih buruk di retina inferior, dengan demikian menunjukkan peran paparan cahaya.
Jalur akhir (final common pathway) RP menyisakan kematian sel fotoreseptor oleh karena apoptosis. Perubahan histologis pertama yang ditemukan di fotoreseptor adalah pemendekan segmen luar sel batang. Segmen luar semakin memendek, diikuti hilangnya fotoreseptor sel batang. Proses ini berlangsung di mid perifer retina. Daerah (region) retina ini menggambarkan apoptosis sel dengan penurunan nuclei di lapisan inti luar (outer nuclear layer). Dalam banyak kasus, degenerasi cenderung memburuk di inferior retina, karena itu menyarankan suatu peran untuk terpapar cahaya (a role for light exposure). Jalur akhir (final common pathway) RP adalah kematian secara khas fotoreseptor sel batang yang cenderung menyebabkan kehilangan penglihatan (vision loss). Karena sel batang paling banyak ditemukan di midperipheral retina, maka hilangnya sel di daerah ini akan menyebabkan hilangnya penglihatan tepi (peripheral vision loss) dan hilangnya penglihatan malam hari (night vision loss). Kematian fotoreseptor sel kerucut mirip dengan apoptosis sel batang dengan pemendekan bagian luar (outer segments) yang diikuti oleh kehilangan sel. Proses ini dapat berlangsung cepat atau lambat pada berbagai macam RP. Manifestasi klinis
Sukar melihat di malam hari Lapang penglihatan menyempit. Annular atau ring-shaped Scotoma, adalah tanda khas yang menunjukkan adanya degenerasi pada daerah equatorial retina. Seperti perjalanan penyakitnya, skotoma meningkat pada pada anterior dan posterior dan selanjutnya terjadi pada penglihatan kspasien mengalami
kebutaan.
Penglihatan sentral dinyatakan dengan adanya buta warna.
Retina mempunyai bercak dan pita halus yang berwarna hitam Terdapat gumpalan pigmen (pigment clumping) atau "bone spicule formation" di retina perifer
Pemeriksaan Penunjang 1. Funduskopi Perubahan pigmentasi retina, ini adalah bentuk perivaskular yang khas dan mirip dengan bentuk bone corpuscule. Pada mulanya perubahan ini ditemukan hanya pada daerah equatorial dan kemudian menyebar diantara anterior dan posterior. Penyempitan arterior retina dan menjadi seperti benang pada stadium akhir. Optik disk menjadi pucat dan keruh pada stadium akhir dan akhirnya berturut-turut menjadi atrofi optik. Perubahan-perubahan
lainnya yang terlihat seperti koloid bodies, sklerosis khoroidal, CME, atrofi atau cellophane makulopati. o Pada retina tampak tidak berubah (unaffected) pada stadium awal RP. o Pada funduskopi terlihat penumpukan pigmen perivaskuler di bagian perifer retina. o Terdapat degenerasi sel epitel retina terutama sel batang dan atrofi saraf optik, menyebar tanpa gejala peradangan. o Sel dalam badan kaca dengan papil pucat. o Gambaran Fundus pada RP:
Bone spicules Terdapat gambaran midperipheral retinal hyperpigmentation dalam pola yang karakteristik.
Optic nerve waxy pallor
Atrofi retinal pigment epithelium (RPE) di mid perifer retina
Pelemahan arteriol retina (retinal arteriolar attenuation)
2. Imaging Studies Meskipun fluorescein angiography jarang berguna untuk menegakkan diagnosis, keberadaan cystoid macular edema dapat dikonfirmasikan dengan tes ini. 3. Electroretinogram (ERG) ERG merupakan tes diagnostik yang paling critical (penting dan diperlukan) untuk RP karena menyediakan pengukuran objektif fungsi sel batang (rod) dan kerucut (cone) di retina dan peka (sensitive) bahkan untuk kerusakan photoreceptor yang ringan. Perubahan elektrofisiologikal tampak lebih cepat pada penyakit ini sebelum tandatanda sebelum tanda-tanda subyektif atau tanda-tanda obyektif (perubahan fundus). ERG sub-normal atau EOG tidak tampak light peak. 4. Formal visual field Progressive loss of peripheral vision merupakan gejala utama yang menyertai perubahan visual acuity. Oleh karena itu, tes ini merupakan alat ukur paling bermanfaat untuk melakukan ongoing follow-up care pada pasien RP. Goldmann (kinetic) perimetry direkomendasikan karena dapat dengan mudah mendeteksi perubahan progressive visual field. 5. Color testing Umumnya terdapat mild blue-yellow axis color defects, meskipun pasien tidak mengeluh kesulitan tentang persepsi warna. 6. Adaptasi gelap (Dark adaptation) Pasien biasanya sensitif cahaya terang (bright light). 7. Genetic subtyping Merupakan tes definitive untuk mengidentifikasi particular defect. o Vitamin A palmitate dosis 15 ribu U per hari. o Beta-carotene dosis 25 ribu IU. o Docosahexaenoic acid (DHA), DHA merupakan omega-3 polyunsaturated fatty acid dan antioxidant. o Acetazolamide Efek samping obat ini, yaitu: kelelahan (fatigue), batu ginjal, kehilangan selera makan, hand tingling, dan anemia, telah membatasi penggunaannya. o Lutein/zeaxanthin Lutein dan zeaxanthin adalah macular pigments yang tidak dapat diproduksi tubuh namun dapat diperoleh dari makanan. Lutein dapat melindungi macula
dari kerusakan okidatif, dan suplementasi oral telah terbukti meningkatkan pigmen macular. Dosis 20 mg per hari telah direkomendasikan. o Vitamin E dosis 800 IU per hari telah direkomendasikan. o Vitamin C (ascorbic acid) dosis 1000 mg per hari. Namun belum ada bukti nyata dan penelitian lanjut tentang manfaat vitamin C pada RP. o Bilberry dosis 80 mg, sebagai obat alternatif. Namun belum ada studi kontrol tentang safety atau efficacy dalam mengobati pasien RP. o
Perawatan bedah (Surgical Care), misalnya: Cataract extraction. Bedah katarak seringkali bermanfaat pada stadium kemudian (later stages) RP. Penggunaan perioperatif kortikosteroid direkomendasikan untuk mencegah postoperative cystoid macular edema.