Tugas Log Book Siti Aisah 14201.08.16042 Kmb Anfis Muskuloskeletal Semester 6 Sp.docx

  • Uploaded by: Sandi Prasetyo Dwi Nugroho
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Log Book Siti Aisah 14201.08.16042 Kmb Anfis Muskuloskeletal Semester 6 Sp.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,056
  • Pages: 49
MODUL PRAKTIKUM SISTEM MUSKULOSKELETAL Dosen Pembimbing : Dodik Hartono, S.Kep.Ns., M.Tr.Kep

Disusun Oleh : Nama Mahasiswa

: SANDY PRASETYO DWI NUGROHO

NIM

: 14201.08.16041

Semester

: VI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG – PROBOLINGGO TAHUN AKADEMIK 2018/2019 Alamat : Area Pendidikan “Haf-Sha” Pesantren Zainul Hasan Genggong Akper Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo 67281  (0335) 845896 Fax. (0335) 846063 1

SISTEM MUSKULOSKELETAL 1. PENDAHULUAN Muskuloskeletal terdiri dari kata : Muskulo : otot Skeletal : tulang 1. Muskulo atau muskular adalah jaringan otot-otot tubuh ( ilmu = Myologi ) 2. Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka tubuh (ilmu = Osteologi) Muskuloskeletal disebut juga “Lokomotor”

OTOT Sistem otot terdiri dari -

Otot

-

Fascia

-

Tendon

Tipe jaringan otot 1. Otot polos memiliki 1 inti yg berada di tengah, dipersarafi

oleh

saraf

otonom

(involunter), serat otot polos (tidak berserat), terdapat di organ dalam tubuh (viseral), sumber Ca2+ dari CES, sumber energi terutama dr metabolisme aerobik, awal kontraksi lambat, kadng mengalami tetani, tahan thd kelelahan 2. Otot rangka memiliki banyak inti, dipersarafi oleh saraf motorik somatik (volunter), melekat pada tulang, sumber Ca2+ dari retikulum sarkoplasma (RS), sumber energi dr metabolisme aerobik & anaerobik, awal kontraksi cepat, mengalami tetani, & cepat lelah 2

3. Otot jantung memiliki 1 inti yg berada di tengah, dipersarafi oleh saraf otonom (involunter), serat otot berserat, hanya ada di jantung, sumber Ca2+ dari CES & RS, sumber energi dr metabolisme aerobik, awal kontraksi lambat, tdk mengalami tetani, & tahan thd kelelahan

Fungsi Otot Rangka anatara lain : a) Menghasilkan gerakan rangka. b) Mempertahankan sikap & posisi tubuh. c) Menyokong jaringan lunak. d) Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dlm sistem tubuh. e) Mempertahankan suhu tubuh; kontraksi otot:energi ® panas

TULANG Fungsi Umum Tulang - Formasi Kerangka - Formasi sendi- sendi - Perlengketan otot - Sebagai Pengungkit - Penyokong Berat Badan - Proteksi bagian tubuh yang lunak - Haemopoeisis - Imunologi - Penyimpanan Kalsium (97%) - Fungsi pergerakan

Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah tulang, yang terbagi dalam 2 bagian besar : 1) Axial skeletal : a) Tl. Tengkorak = 28 buah b) Tl. Hyoid = 1 buah 3

c) Tl. Vertebra = 26 buah d) Tl. Iga = 24 buah e) Tl. Sternum = 1 buah 2) Appendicular skeletal : a) Ekstremitas atas, termasuk sendi dan tulang bahu = 64 buah b) Ekstremitas bawah, termasuk tulang-tulang panggul= 62 buah

Pendalaman Materi 1. Sebutkan proses pertumbuhan tulang ! Proses terjadinya pembentukan terbagi menjadi dua macam yaitu : a. Osifikasi intra membrane, yaitu proses pembentukan tulang dan jaringan mesenkim menjadi jaringan tulang. Mesenkim adalah bagian dari lapisan mesoderm yang berkembangan menjadi jaringan ikat dan darah. Conthnya pada proses pembentukan tulang pipih, tulang tengkorak berasal langsung dari sel-sel merenkim. b. Osifikasi endokondral, yaitu proses pembentukan tulang yang terjadi dimana sel-sel mesenkim berdiferensiasi lebih dahulu menjadi kartilago(jaringan tulang rawan) lalu menjadi jaringan tulang. Pada proses ini, sel-sel tulang (osteoblas) aktif membelah dan muncul dibagian tengah tulang rawan disebut center osifikasi. Osteoblas kemudian menjadi osteosit, sel-sel tulang dewasa ini tertanam dengan kuat pada matriks tulang. Contohnya tulang pelvis, ruas tulang belakang, dsb. 2. Sebutkan sel-sel pembentuk tulang ! a. Osteosit, ialah sel tulang dewasa sebagai pemeliharaan fungsi tulang yang terletak pada osteon (unit matriks tulang). b. Osteoblas, ialah sel pembentuk tulang yang bekerja membentuk dan mensekresi kolagen dan non-kolagen organik (komponen matrik tulang. Jadi, osteoblas berperan dalam mineralisasi matrik organik c. Osteoklas, ialah sel pemecah tulang yang berasal dari sel induk sumsum tulang (penghasil makrofag-monosit) 3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tulang ! a. Faktor internal, yang meliputi : 1) Gen atau hormon kromosom 2) Hormon pertumbuhan (GH) 3) Jenis kelamin

4

b. Faktor eksternal 1) Gizi 2) Lingkungan 3) Ekonomi 4) Obat-obatan 5) Penyakit seperti kelainan hormon, kelainan sikap tubuh, osteoporosis. 4. Sebutkan definisi istilah dibawah ini a. Fascia

: suatu permukaan jaringan penyambung longgar (pembungkus) yang

didapatkan langsung dibawah kulit (fasia superficial) , jaringan penyambung longgar sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah (fasia dalam) b. Periosteum

: lapisan mebran fibrosa tebal yang meliputi hampir seluruh permukaan

yang berfungsi untuk melindungi tulang selain itu berfungsi sebagai perlekatan otot dan tendon c. Sendi

: tempat pertemuan dua atau lebih tulang (jaringan penyambung) yang

dipadukan dengan cara kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia atau otot d. Synovial

: ruang sendi dan ligamen untuk mempertahankan persendian.

5

Tugas Logbook

Trigger 1 Buatlah uraian tentang anatomi dan fisiologi muskuloskeletal: Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh dengan baik secara keseluruhan maupun bagian – bagian serta hubungan alat tubuh yang satu dengan yang lain.Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faal atau pekerjaan dari tiap – tiap jaringan tubuh atau bagian dari alat – alat tubuh dan sebagainya. Muskuloskeletal adalah suatu sistem pada tubuh manusia yang meliputi sistem gerak yang terdiri dari otot dan tulang. Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan berkontraksi untuk menggerakkan rangka. Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi. Otot merupakan alat gerak pasif dan memiliki karakteristik, antara lain kontraktibilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas. Berdasarkan perlekatannya, otot terdiri atas origo dan insersi. Jenisjenis otot antara lain yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung. Tulang dibedakan menjadi skeleton aksial dan skeleton apendikuler. Skeleton aksial terdiri atas tulang-tulang tengkorak, ruas tulang belakang, tulang iga atau rusuk, dan tulang dada, sedangkan skeleton apendikuler terdiri atas tulang pinggul, bahu, lengan, telapak tangan, tungkai dan telapak kaki. Berdasarkan jenisnya, tulang dibedakan menjadi 2, yaitu tulang rawan dan tulang sejati. Tulang sejati, dilihat dari matriksnya terdiri atas tulang kompak dan tulang spons. Berdasarkan bentuknya, tulang dibedakan menjadi 3, yaitu tulang pipa, tulang pipih, dan tulang pendek. Hubungan antartulang disebut persendian atau artikulasi. Sendi dibedakan menjadi 3, yaitu amfiartrosis, sinartrosis, dan diartrosis.

ISTILAH ANATOMIS

Pelajarilah istilah-istilah di bawah ini dengan rangka lengkap: 

Cranialis

: lebih dekat pada kepala



Caudalis

: lebih dekat pada kaki



Proximalis

: lebih dekat dengan center tubuh



Distalis

: lebih jauh dengan center tubuh



Medialis

: dalam, lebih dekat ke bidang median

6



Lateralis



Paramedian

: luar, menjauhi bidang median : bidang ini sejajar dengan bidang median yaitu bidang jajar

membagi tubuh menjadi kanan dan kiri 

Transversalis



Longitudinalis

: bidang sejajar membagi tubuh menjadi atas dan bawah : garis yang ememotong bidang gerak median dan frontal dan

berjalan dari atas ke bawah 

Profundus



Frontalis

: lebih jauh dari permukaan : bidang jajar membagi tubuh menjadi depan (ventral) dan belakang

(dorsal) 

Sagitalis

: bidang jajar membagi tubuh menjadi kanan dan kiri



Interius

: depan, lebih dekat ke depan



Posterius

: belakang, lebih dekat ke belakang



Superius

: atas



Inferius

: bawah



Externus

: dalam



Internus

: luar



Superficialis

: lebih dekat ke/di permukaan

SOAL LATIHAN

PELAJARILAH SUSUNAN TULANG PANJANG (COCOKKAN DENGAN BUKU ATLAS)

7

Os. Cranial/skulu Os. Maxilaris

Os. Mandibularis Os. Clavicle Os. Scapula

Shoulder joint

Os. Sternum Os. Humerus

Ribs/Costae Os. Vertebrae

Elbow Joint Radius Ulna

Os. Girdle Pelvic Os. Sacrum

Coccyx Carpal Metacarpal

Wrist joint

Phalanges Os. Femur Patella Knee joint Tibia Fibula

calcaneus

Tarsal Metatarsal Phalanges

Lengkapi titik-titik diatas dengan menggunakan panduan atlas Lengkapi Struktur Tulang Dibawah Ini 1. Cranium terdiri dari tulang atau os apa saja a. Os cranium

1) Occipitale bone 8

2) Parietale bone 3) Temporale bone 4) Frontale bone 5) Sphenoid bone 6) Ethmoid bone 7) Maxilla bone b. Os Fasialis 1) Palatine bone 2) Nasal bone 3) Vomer 4) Concha nasal inferior 5) Zygomatic bone 6) Lacrimal bone 7) Mandibula 8) Auditori ossicles and hyoid bone

9

2. Extremitas Cranialis (tulang-tulang anggota atas) terdiri dari tulang/os apa saja : a. Humerus b. Radialis c. Ulnaris d. Karpal e. Metakarpal 3. Extremitas Caudalis (tulang-tulang anggota bawah) terdiri dari : a. Femur b. Tibia c. Fibula d. Tarsal e. Metatarsal 4. Os Sternum terbagi menjadi 3 bagian utama , Sebutkan ! a. Manubrium Sterni b. Corpus Sterni atau Sternum c. Processus Xiphoideus 5. Os Costae, terdiri dari 12 tulang yang memiliki ciri khas masing-masing, jelaskan pembagian dan cirinya ! a. Costae Verae (tulang rusuk sejati), yaitu tulang russuk yang melekat langsung pada tulang sternum yaitu costae 1 sampai 7 b. Costae Spuriae (tulang rusuk palsu), yaitu tulang rusuk yang tidak melekat langsung pada tulang sternum tapi melalui tulang rusuk sejati terbawah dan sesama tulang rusuk palsu menggunakan tulang rawan yaitu costae 8 sampai 10 c. Costae Fluctuantes, yaitu tulang rusuk yang tidak melekat sama sekali pada tulang sternum yaitu costae 11 sampai 12 6. Columna Vertebralis terbagi menjadi thoracalis, cervicalis, lumbalis, os sacralis, os coccygealis. Sebutkan bagian masing-masing ! Os Thoracalis (12 ruas) : T1-T12 Os Cervicalis (7 ruas) : C1-C7

:

1) Vertebrae Cervicalis I disebut Atlas 2) Vertebrae Cervicalis II disebut Episthropeus 3) Vertebrae Cervicalis III sampai VI sifatnya sama 4) Vertebrae Cervicalis VII disebut Vertebrae Prominens Os Lumbalis

: L1-L5 10

Os Sacralis

: S1-S5

Os Coccygealis : Co1-Co3

7. Sutura adalah garis batas pembentuk os cranium . Sebutkan dan Jelaskan daerah yang dibatasi oleh sutura tersebut ! 1. Sutura Sagitallis batas antara 2 Os Parietal 2. Sutura Coronalis batas Os Frontalis dan Os Parietal 3. Sutura Lamdoidea batas Os Occipitale dan Os Parietal 4. Sutura Squamosa batas Os Squama dan Os Temporalis 5. Sutura Metopica batas ditengah OS Frontalis

8. Tulang-tulang tangan a. Ossa carpal terdiri dari 16 tulang yaitu: 1) Os Skafoid : 2 2) Os Lunatum : 2 3) Os Trikuetrum : 2 4) Os Pisiform : 2 5) Os Trapezium : 2 6) Os Trapezoid : 2 7) Os Kapitatum : 2 8) Os Hamatum : 2 b. Ossa metacarpalian terdiri dari 10 tulang yaitu : 1) Metacarpal 1 : 2 2) Metacarpal 2 : 2 3) Metacarpal 3 : 2 4) Metacarpal 4 : 2 5) Metacarpal 5 : 2 c. Ossa phalangea terdiri dari 28 tulang yaitu : 1) 10 ruas falang proximal manus 2) 8 ruas falang media manus 3) 10 ruas falang distal manus 9. Tulang-tulang kaki a. Ossa tarsal terdiri dari 14 tulang yaitu : 1) Os Calcaneus : 2 11

2) Os Os Talus : 2 3) Os Navicular : 2 4) Os Cuneiform Medial : 2 5) Os Cuneiform Intermedia : 2 6) Os Cuneiform Lateral : 2 7) Os Cuboid : 2 b. Ossa metatarsal terdiri dari 10 tulang yaitu : 1) Metatarsal 1 : 2 2) Metatarsal 2 : 2 3) Metatarsal 3 : 2 4) Metatarsal 4 : 2 5) Metatarsal 5 : 2 c. Ossa phalangea terdiri dari 28 tulang yaitu : 1) 10 ruas falang Proximal Pedis 2) 8 ruas falang Media Pedis 3) 10 ruas falang Distal Pedis 10. Sebutkan perbedaan antara sacrum wanita dan sacrum laki-laki ! a. Wanita Umumnya, kerangka wanita terdiri dari tulang ringan dengan permukaan yang halus. Kerangka tidak besar, dan bagian-bagian untuk tendon yang kurang penekanan. Fitur karakteristik khusus dari kerangka wanita adalah bahwa ia memiliki panggul yang lebih luas daripada laki-laki. Juga, panggul tulang perempuan lebih bulat, dan tulang-tulang yang dikelilingi dirancang untuk menjadi lebih fleksibel untuk kehamilan dan kelahiran anak. Variasi ini terjadi karena persyaratan melahirkan pada wanita. Wanita memiliki tulang toraks lebih bulat dibandingkan laki-laki. b. Laki-laki Pria biasanya memiliki kerangka besar, yang terdiri dari tulang yang lebih padat dan berat. Wilayah perlekatan otot tulang sangat banyak dan kuat serta lebih menonjol daripada perempuan. Perkembangan tulang laki-laki selesal sekitar usia 21. Sampai saat itu, tulang terus tumbuh dan berkembang sehingga laki-laki memiliki lebih besar dan sudut lebih jelas.

12

11. Tulislah perbedaan antara vertebrae thoracalis, cervikalis dan lumbalis Perbedaannya terletak pada ukuran, bentuk dan jumlah tulang 12. Jelaskan kegunaan sternum pada pemeriksaan fisik ! a. Untuk mengetahui bentuk dada seperti pigeon chest, normal chest. Barrel chest dan funnel chest b. Untuk mengetahui pulsasi aorta 13. Jelaskan keguanaan costae pada pemeriksaan fisik ! a. Untuk mengetahui batas-batas paru dan jantung b. Untuk mengetahui pergerakan dinding dada, retraksi otot dada c. Untuk mengetahui krepitasi atau patahan tulang costae

13

PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

TUJUAN Setelah mengikuti kegiatan praktikum mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan ciri-ciri normal otot, tulang, dan sendi 2. Mengidentifikasi persiapan dan pengkajian system musculoskeletal 3. Mengidentifikasi

aspek-aspek

riwayat

kesehatan

yang

dikaji

pada

system

musculoskeletal 4. Mendemonstrasikan teknis-teknis inspeksi dan palpasi dalam pengkajian system musculoskeletal 5. Menganalisa hasil pengkajian.

PERSIAPAN ALAT 

Goniometer



Pita pengukur / meteran

PERSIAPAN PASIEN 

Bergantung pada kelompok otot yang diperiksa (duduk, berbaring atau berdiri)



Pastikan bahwa otot dan sendi klien terbuka dan bebas untuk bergerak.

RIWAYAT KESEHATAN 

Minta pasien untuk menjelaskan riwayat masalah pada tulang, otot atau fungsi sendi meliputi riwayat jatuh saat ini, trauma, mengangkat benda berat dan penyakit tulang atau sendi dengan serangan tiba-tiba atau terjadi bertahap. Selain itu minta klien menunjukkan lokasi di mana terjadi gangguan.



Kaji gejala dan peningkatan kekakuan atau nyeri meliputi lokasi, durasi, tingkat keparahan, jenis nyeri dan factor predisposisi, factor penambah dan penyembuh



Tanyakan apakah klien pernah melihat suatu perubahan dalam kemampuan melaksanakan tindakan perawatan diri seperti mandi, makan, berpakaian, perkemihan dan ambulasi atau fungsi social seperti pekerjaan rumah tangga, rekreasi dan aktivitas seksual

14

INSPEKSI UMUM 

Observaasi postur tubuh, gaya berjalan, cara berdiri, dan gerakan ekstremitas (perhatikan adanya penegangan kaki, lekuk menyeret-nyeret kaki))



Observasi klien dari samping, pada posisi berdiri dan kaji lengkung spina servical, torakal dan lumbal.



Perhatikan juga dasar penyangga dan stabilitas penahanan berat badan



Inspeksi kulit dan jaringan subkutan di bawah otot, tulang dan sendi terhadap adanya warna yang tidak wajar, pembengkakan atau massa.



Observasi ekstremitas terhadap ukuran keseluruhan, deformitas kasar, pembesaran tulang, simetrisitas dan keselarasan antara panjang dan posisi tubuh.

PENYIMPANGAN DARI NORMAL Kelainan gaya berjalan meliputi penghentakan kaki, kaki berlekuk-lekuk, penyeretan kaki dan posisi batang tubuh terhadap kaki Kelainan postural meliputi kifosis (punggung bungkuk, lengkung posterior tulang belakang torakal yang berlebihan), ordosis (bergoyang ke kiri dank e kanan saat berjalan atau peningkatan lengkung lumbal), dan skoliosis (lengkung tulang belakang lateral)

KEPALA DAN LEHER 

Palpasi sendi temporomandibular ketika pasien membuka dan menutup mulut



Inspeksi leher untuk mengetahui adanya deformitas



Palpasi tulang belakang servikal dan otot dari belakang pasien



Uji batas gerak leher dalam fleksi, ekstensi, rotasi dan membengkokkan kepala kea rah lateral

PERGELANGAN TANGAN DAN TANGAN Mintalah pasien untuk: 

Membuat kepalan pada setiap tangannya



Meluruskan jari-jari



Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan



Membalikkan tangan

Inspeksi tangan dan pergelangan tangan Palpasi 15



Sendi interfalangeus distal dan proksimal



Sendi metakarpofalangeal



Sendi pergelangan tangan

SIKU Mintalah pasien untuk: 

Menekuk dan meluruskan siku



Membalikkan telapak tangan ke atas dan ke bawah (supinasi dan pronasi dari lengan bawah)

Inspeksi dan palpasi siku, termasuk: 

Prosesus olekranon



Lekukan yang mendasari sendi siku



Permukaan ekstensor dari ulna

BAHU Mintalah pasien untuk: 

Mengangkat kedua tangannya kea rah vertical



Letakkan kedua tangan di belakang punggung atas

Inspeksi bahu dan pangkal bahu dari depan dan belakang Palpasi terhadap nyeri tekan, ketegangan otot dan massa

PERGELANGAN KAKI DAN TUNGKAI 

Inspeksi sendi pergelangan kaki



Palpasi setiap sendi



Raba sepanjang tendon Achilles



Tekan masing-masing kaki bawah, sehingga menekan sendi metatarsofalangeus



Palpasi setiap sendi antara ibu jari dan jari anda o Dorsofleksi dan plantarfleksikan kaki terhadap pergelangannya (sendi tibiotalar) o Stabilkan pergelangan kaki dengan satu tangan dan putar ke dalam dank e luar tumit (sendi subtalar) o Stabilkan tumit dan putar ke dalam dan ke luar telapak kaki depan (sendi tarsal transversal) o Fleksikan jari-jari kaki terhadap sendi metatarsofalangeus

16

LUTUT DAN PINGGUL Inspeksi dan palpasi masing-masing lutut, termasuk : o Area kantung suprapatelar o Rongga pada masing-masing sisi patella o Patella

Kaji kompartemen patelofemolar o Tekan pada patella, gerakan terhadap femur yang mendasarinya o Dengan lutut pasien difleksikan 900, palpasi sendi tibiofemoral Periksa rentang gerak termasuk: o Fleksi pada pinggul dan lutut o Rotasi pada pinggul, baik eksternal maupun internal o Abduksi pada pinggul Palpasi area berikut jika ditandai dengan rasa sakit atau gerakan terbatas o Sendi pinggul dan bursa iliopektineal, lateral terhadap denyut femoralis o Amati setiap deformitas lutut atau kaki

TULANG BELAKANG o Inspeksi tulang belakang dari samping dan belakang o Periksa rentang gerak pada: 

Fleksi



Ekstensi



Rotasi

o Palpasi terhadap nyeri tekan dari: 

Prosesus spinosus



Otot-otot paravertebra

KELAINAN RENTANG GERAK YANG MUNGKIN DITEMUI Nyeri pada sendi Ketidakstabilan atau kekakuan pada sendi Pembengkakan sendi atau inflamasi atau terasa ada kehangatan pada saat sendi dipalpasi Atropi otot dan perubahan kulit di sekitar sendi Gerakkan spatik Rentang gerak yang secara bermakna kurang dari batas normal 17

Dengan peningkatan tegangan otot atau hipertonisitas setiap gerakan pasif yang tiba-tiba akan menemui tahanan bermakna Tonus hipertonik menyebabkan otot teraba lunak dan ekstremitas bergantung dengan lemah Otot yang mengalami atropi atau mengecil ukurannya mungkin terasa lunak dan lembek saat dipalpasi

TEKNIK KHUSUS 

Angkat tungkai lurus



Uji phalens untuk sindrom tunnel karpal



Tanda tinel’s untuk sindrom tunnel karpal



Tanda benjolan karena cairan pada sendi lutut



Tanda balon



Mengukur panjangnya tungkai



Mengukur rentang gerak



Mengukur kekuatan otot

Angkat tungkai lurus 

Angkat tungkai pasien yang diluruskan sampai terasa nyeri



Nyeri tajam kea rah belakang dari tungkai mengisyaratkan ketegangan pada atau kompresi pada radik saraf

Uji phalens 

Tahan pergelangan tangan pasien dalam fleksi dari kedua telapak tangan bersamaan untuk membentuk sudut kanan, kedua posisi harus dapat ditahan selama 60 detik



Baal atau semutan di atas penyebaran saraf mengisyaratkan sindrom tunnel karpal

Tanda Tinel’s untuk sindrom Tunnel Karpal 

Lakukan perkusi ringan di atas saraf median pada pergelangan tangan



Rasa semutan atau sensasi seperti kesetrum dalam penyebaran saraf median adalah tanda positif

Tanda benjolan karena cairan pada sendi lutut 

Goyang lutut ke atas untuk mengubah tempat setiap cairan kemudian tekan di belakang ujung lateral dari patella dan perhatikan kembalinya cairan



Benjolan menandakan kembalinya cairan di dalam sendi lutut. Ini adalah uji yang sensitive terhadap efusi kecil.

Tanda balon 18



Kompres kantung suprapatelar dengan satu tangan dan dengan ibu jari dan jari yang lain, raba terhadap adanya cairan yang memasuki spasium di sebelah patella



Gelombang yang teraba dari cairan adalah tanda positif, menandakan efusi yang cukup besar

Mengukur panjangnya tungkai 

Tungki pasien harus lurus secara simetris. Dengan pita ukur, ukur jarak dari spina iliaka superior anterior ke malleolus mediana. Plester harus memanjang pada lutut secara median



Panjang tungkai yang tidak sama mungkin menjadi penyebab dari scoliosis

Mengukur rentang gerak 

Untuk mengukur rentang gerak dengan tepat diperlukan goniometer



Bandingkan sendi yang sama pada kedua sisi



Uji kedua rentang gerak aktif dan pasif untuk masing-masing kelompok sendi



Jangan paksa sendi bergerak ke posisi yang menyakitkan



Bila diduga terjadi penurunan gerakan sendi, gunakan goniometer untuk pengukuran yang tepat mengenai derajat gerakan



Ukur pada saat posisi netral dan rentang gerak maksimal, bandingkan dengan derajat normal gerakan sendi



Latihan rentang gerak pasif dan aktif diperlukan klien dengan imobilisasi sebagian atau sepenuhnya

Kekuatan otot 0

Otot sama sekali tidak mampu bergerak, tanpa kontraksi, bila lengan atau tungkai dilepaskan maka akan jatuh seratus persen secara pasif

1

Tanpa kontraksi, ada sedikit tahanan sewaktu ekstremitas terjatuh

2

Mampu menahan tegak ekstremitas, ada tahanan gaya gravitasi tetapi akan jatuh dengan seikit sentuhan

3

Mampu menahan tegak ekstremitas, tetapi tidak mampu melawan tekanan atau dorongan pemeriksa

4

Gerakan aktif terhadap grvitasi dan beberapa tahanan

5

Gerakan aktif terhadap tahanan penuh dan kekuatan otot maksimal

MASALAH KEPERAWATAN 19



Nyeri b.d inflamsi sendi



Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri dan kelemahan otot



Kurang perawatan diri b.d gangguan mobilitas ekstremitas atas



Resiko tinggi untuk cedera b.d gaya berjalan yang tidak seimbang

DAFTAR PUSTAKA Priharjo, R. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan.Jakarta: EGC. Potter, Patricia. 1996. Pengkajian Kesehatan. Jakarta: EGC Bates, Barbara. 1998.Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta: EGC. Welsby. 1996. Clinical History Taking and Examination. New York: Chuschill Livingstone.

20

PAIN MANAGEMENT Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional. Faktor penyebab nyeri •

Trauma –

Thermis → timbul karena ujung saraf mendapat rangsangan akibat panas, dingin, api, air







Chemist → timbul karena kontak dengan zat kimia



Elektrik → timbul karena aliran listrik

Neoplasma –

jinak



ganas

Peradangan –

Ujung saraf reseptor mengalami peradangan atau terjepit oleh pembengkakan



Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah



Trauma psikologis

Faktor yg mempengaruhi nyeri: •

Usia



Kebudayaan



Makna nyeri



Perhatian



Ansietas



Keletihan



Pengalaman sebelumnya



Gaya koping



Dukungan keluarga dan sosial

Mekanisme nyeri • Transduksi – Proses dimana suatu rangsang nyeri diubah mjd suatu aktivitas listrik yg akan diterima oleh ujung2 saraf. Rangsang dapat berupa rangsangan fisik, suhu, ataupun kimia 21

• Transisi – Sebagai perambatan rangsang melalui saraf sensoris menyusul proses transduksi • Modulasi – Proses dimana terjadi interaksi antara sistem analgesik endogen dengan asupan nyeri yang masuk ke komu posterior • Persepsi – Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik yang dimulai dari proses transduksi, transmisi, dan modulasi yang pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan yang subjektif → persepsi nyeri Pengkajian Nyeri – P (pemicu) •

faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri

– Q (quality) •

Kualitas nyeri

– R (region) •

Daerah perjalanan nyeri

– S (severity) •

Keparahan atau intensitas nyeri

– T (time) •

Lama atau waktu serangan atau frekuensi nyeri

Intervensi 1. Kurangi faktor yang dapat menambah nyeri 2. Modifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan : •

Teknik latihan pengalihan –

Menonton TV



Berbincang-bincang dengan orang lain



Mendengarkan musik



Teknik relaksasi



Stimulasi kulit –

Gosok dg halus pd daerah nyeri



Gosok punggung



Gunakan air hangat dan dingin



Lakukan masase

3. Beri stimulator listrik 22



TENS  untuk mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu



Percutaneus implanted spinal cord epidural  diimplan di bawah kulit dg transistor timah penerima yg dimasukkan ke dalam kulit pd daerah epidural dan columna vertebrae



Stimulator columna vertebrae  stimulus alat penerima transistor dicangkok mll kantong kulit intraclavicula atau abdomen, yaitu elektroda ditanam mll pembedahan pd dorsum sumsum tlg belakang

4. Beri obat analgesik untuk mengganggu transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi. Jenis analgesik –

Analgesik non-narkotik



Obat antiinflamasi nonsteroid



Analgesik narkotik (opiat)



Obat tambahan (adjuvan) atau koanalgesik

23

ROM (RANGE OF MOTION) Range of Motion (ROM) adalah suatu teknik dasar yang digunakan untuk menilai gerakan dan untuk gerakan awal ke dalam suatu program intervensi terapeutik. Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot atau pun gaya ekternal lain dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf. Gerakan yang dapat dilakukan sepenuhnya dinamakan range of motion (ROM). Untuk mempertahankan ROM normal, setiap ruas harus digerakkan pada ruang gerak yang dimilikinya secara periodik Faktor-faktor yang dapat menurunkan ROM, yaitu penyakit-penyakit sistemik, sendi, nerologis ataupun otot; akibat pengaruh cedera atau pembedahan; inaktivitas atau imobilitas. Dari sudut terapi, aktivitas ROM diberikan untuk mempertahankan mobilitas persendian dan jaringan lunak untuk meminimalkan kehilangan kelentukan jaringan dan pembentukan kontraktur. Teknik ROM tidak termasuk peregangan yang ditujukan untuk memperluas ruang gerak sendi. Jenis-jenis latihan ROM: 

Passive ROM (PROM)



Active ROM (AROM)



Active-Assistive ROM (A-AROM), adalah jenis AROM yang mana bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah secara manual atau mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan bantuan untuk menyelesaikan gerakan.

Indikasi dan sasaran PROM 

Indikasi PROM - Pada daerah di mana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan - Ketika pasen tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total



Sasaran PROM - Mempertahankan mobilitas sendi dan jaringan ikat - Meminimalisir efek dari pembentukan kontraktur - Mempertahankan elastisitas mekanis dari otot - Membantu kelancaran sirkulasi 24

- Meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang rawan serta difusi persendian - Menurunkan atau mencegah rasa nyeri - Membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi - Membantu mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasen 

Kegunaan lain dari PROM - Pada saat memeriksa: o Menentukan keterbatasan gerak o Stabilitas sendi o Menentukan elastisitas otot dan jaringan ikat sendi o Untuk memberikan contoh gerakan aktif o Pada saat mempersiapkan pasen untuk melakukan latihan dengan teknik peregangan



Indikasi AROM - Pada saat pasen dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak - Pada saat pasen memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan persendian sepenuhnya, digunakan AAROM - AROM dapat digunakan untuk program latihan aerobic - AROM digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas di atas dan dibawah daerah yang tidak dapat bergerak



Sasaran AROM - Apabila tidak terdapat inflamasi dan kontraindikasi, sasaran PROM serupa dengan AROM. - Keuntungan fisiologis dari kontraksi otot aktif dan pembelajaran gerak dari kontrol gerak volunter.



Sasaran spesifik: - Memelihara elastisitas dan kontraktilitas fisiologis dari otot yang terlibat - Memberikan umpan balik sensoris dari otot yang berkontraksi - Memberikan rangsangan untuk tulang dan integritas jaringan persendian - Meningkatkan sirkulasi - Mengembangkan koordinasi dan keterampilan motorik



Keterbatasan Latihan ROM - Passive ROM 25

o PROM tidak dapat: 

Mencegah atrofi otot



Meningkatkan kekuatan dan daya tahan



Membantu sirkulasi

- Active ROM o Untuk otot yang sudah kuat tidak akan memelihara atau meningkatkan kekuatan o Tidak akan mengembangkan keterampilan atau koordinasi kecuali dengan menggunakan pola gerakan 

Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM - Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses penyembuhan cedera - Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas gerakan yang bebas nyeri selama fase awal penyembuhan akan memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan dan pemulihan –Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan yang salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan - ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasen atau kondisinya membahayakan (life threatening) - PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan AROM pada sendi ankle dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan trombus - Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat



Prinsip-prinsip penerapan teknik ROM - Pemeriksaan, penilaian dan rencana perlakuan o Pemeriksaan dan penilaian kelemahan pasen, tentukan prognosis, pencegahan serta rencana intervensi o Tentukan kemampuan pasen untuk mengikuti program o Tentukan seberapa banyak gerakan yang dapat diberikan o Tentukan pola gerak ROM o Pantau kondisi umum pasen o Catat serta komunikasikan temuan-temuan serta intervensi –Lakukan penilaian ulang serta modifikasi intervensi bila diperlukan - Penerapan Teknik ROM

26

o Untuk mengendalikan gerakan genggamlah ekstremitas di sekitar sendi. Apabila persendian terdapat nyeri, modifikasi pegangan o Beri penunjang bagi daerah yang memiliki integritas struktural yang leman, misalnya tempat patahan atau segmen yang mengalami kelumpuhan o Gerakkan segmen di seluruh ruang gerak yang bebas rasa nyeri hingga sampai terdapat resistensi/tahanan jaringan o Lakukan gerakan dengan lembut dan berirama 5 sampai 10 repetisi - Pada PROM o Gaya untuk gerakan adalah berasal dari eksternal (terapist atau mesin) o Tidak terdapat resistensi aktif dari penderita –Gerakan dilangsungkan di dalam ROM yang mana terdapat rentang gerak tanpa adanya nyeri atau gaya yang dipaksakan - Pada AROM o Peragakan gerakan yang diinginkan kepada penderita dengan menggunakan PROM, kemudian mintalah kepada penderita untuk melakukan gerakan tersebut. Beri bantuan bila dibutuhkan o Bantuan dibutuhkan pada gerakan halus atau terdapat kelemahan. o Gerakan dilakukan pada ruang gerak sendi yang tesedia.

27

TEKNIK-TEKNIK ROM

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

BALUT BIDAI

DEFINISI Tindakan memfiksasi / mengimobilisasi bagian tubuh yang cedera dengan menggunakan benda yang bersifat kaku dan fleksibel.

TUJUAN 1. Mencegah pergerakan bagian yang sakit, sehingga dapat mengurangi nyeri dan kerusakan lebih lanjut 2. Mempertahankan posisi yang nyaman dan sesuai dengan anatomis tubuh 3. Mempermudah transportasi korban 4. Mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera 5. Mempercepat penyembuhan

INDIKASI 1. Adanya fraktur/patah tulang baik terbuka atau tertutup 2. Adanya kecurigaan fraktur apabila ditemukan: a. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat b. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera c. Posisi ekstremitas yang abnormal d. Pasien mengatakan tulangnya terasa patah atau terdengar bunyi “krek” e. Adanya memar, bengkak, perubahan bentuk, nyeri gerak aktif maupun pasif, kram otot di sekitar area yang cedera krepitasi f. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan enstremitas yang cedera. g. Bisa disertai perdarahan atau tidak 3. Dislokasi persendian

KONTRAINDIKASI Pembidaian boleh dilakukan apabila kondisi airway, breathing circulation sudah distabilkan.

KOMPLIKASI

38

1. Cedera vaskuler, saraf atau jaringan lain di sekitar area fraktur oleh ujung fragmen fraktur, saat dilakukan upaya meluruskan atau memanipulasi bagian tubuh yang mengalami fraktur saat memasang bidai. 2. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat 3. Keterlambatan transportasi penderita ke RS jika penderita menunggu terlalu lama proses pembidaian

PERSIAPAN ALAT 1. Bidai standard apabila tidak ada bisa dibuat sendiri bidai dari bahan yang sederhana misalnya ranting pohon, papan kayu, bantal dll. Panjang bidai harus melebihi tulang panjang dan sendi yang akan dilakukan pemasangan bidai 2. Mitella atau kassa sebagai pengikat. Bahan yang digunakan untuk membalut harus bisa membalut dengan sempurna mengelilingi ekstremitas yang dilakukan pembidaian, tetapi tidak boleh terlalu ketat yang dapat menghambat sirkulasi darah di area ekstremitas tersebut.

PRINSIP UMUM DALAM TINDAKAN PEMBIDAIAN 1. Pembidaian dilakukan dengan melewati 2 sendi yaitu sendi proksimal dan distal daerah fraktur 2. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun dislokasi secara perlahan dan berhati-hati serta jangan sampai memaksakan gerakan. Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan ekstremitas maka lakukan pembidaian pada posisi apa adanya. 3. Pada trauma di sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang di bagian proksimal dan distal 4. Fraktur tulang panjang pada tungkai atau lengan dapat dilakukan tarikan atau traksi ringan ketika pembidaian. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi atau pasien merasakan nyeri yang meningkat maka jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jika anda telah berhasil melakukan traksi jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik karena kedua ujung tulang yang mengalami fraktur dapat menambah kerusakan jaringan dan beresiko untuk mencederai saraf atau pembuluh darah. 5. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama pada daerah tubuh yang keras/peka (lutut, siku) 39

6. Ikatlah bidai di bagian proksimal dan distal fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian yang fraktur. Sebaiknya dilakukan 4 ikatan pada bidai yaitu: a. Superior dari sendi proksimal dari lokasi fraktur b. Di antara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama c. Inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur d. Di antara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga 7. Pastikan bidai telah terikat dengan rapat tetapi jangan terlalu ketat sehingga mengganggu sirkulasi pada ekstremitas yang dilakukan pembidaian. Pastikan bahwa pemasangan bidai mampu mencegah pergerakan pada bagian yang cedera.

PROSEDUR DASAR PEMBIDAIAN 1. Mempersiapkan penderita dan perkenalkan diri 2. BTLS 3. Tenangkan penderita jelaskan kepada penderita bahwa akan diberikan pertolongan 4. Lakukan pemeriksaan untuk mencari tanda fraktur atau dislokasi 5. Minimalkan gerakan daerah sekitar fraktur, jangan menggerakkan atau memindahkan korban sampai daerah yang mengalami fraktur distabilkan kecuali jika keadaan lingkungan berbahaya. 6. Jika ada luka terbuka maka atasi dulu luka dan perdarahan. Bersihkan luka dengan cairan antiseptic dan tekan perdarahan dengan kassa steril. Jika luka tersebut mendekati lokasi fraktur maka sebaiknya dianggap telah terjadi patah tulang terbuka. Balut luka terbuka atau fragmen tulang yang menyembul dengan bahan dan alat yang steril 7. Pasang cervical collar pada pasien yang dicurigai trauma servikal 8. Tindakan meluruskan ekstremitas yang mengalami deformitas yang berat sebaiknya hanya dilakukan jika ditemukan adanya gangguan dengan nadi sebelum dilakukan pembidaian. Proses meluruskan ini harus hati-hati agar tidak memperberat cedera. 9. Periksa sirkulasi distal dari lokasi fraktur 10. Periksa kecepatan pengisian kapiler, tekanlah kuku jari pada ekstremitas yang cedera dan ekstremitas kontralateral secara bersamaan. Lepaskan tekanan secara bersamaan. Periksalah apakah pengemballian warna kemerahan terjadi bersamaan ataukah terjadi keterlambatan pada ekstremitas yang mengalami fraktur. 11. Teknik pembidaian pada berbagai lokasi cedera adalah sebagai berikut: a. Fraktur cranium atau ulang wajah

40

Hindari menekan area yang dicurigai fraktur. Pada fraktur ini harus dicurigai adanya fraktur ertebra sehingga harus dilakukan imobilisasi tulang belakang. b. Fraktur leher Fiksasi tulang leher dengan menggunakan cervical collar c. Fraktur klavikula Dilakukan ransel bandage fungsinya ialah untuk melakukan traksi dan fiksasi sehingga kedua ujung fragmen fraktur bisa bertemu kembali pada posisi sesuai anatomis tubuh sehingga memungkinkan penyembuhan fraktur dengan hasil yang maksimal. d. Fraktur tulang iga/costae Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae. Tindakan pembidaian dilakukan untuk mencegah bagian tulang yang patah agar tidak meluki paru. Upaya terbaik yang bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa ke rumah sakit adalah memasang bantalan dan baluta lembut pada dinding dada. Memasang plester lebar untuk merekatkan fragmen costae yang fraktur dengan tulag yang sehat untuk menyamakan pergerakan dinding dada dan meminimalkan kerusakan lebih lanjut. e. Lengan atas 

Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex sling berada pada siku dan puncak sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. Posisikan lengan bawah sedemikian rupa sehingga posisi tangan sedikit terangkat (sudut 100). Ikatlah dua ujung sling pada bahu, gulung apex sling dan sisipkan di sisi siku.



Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada bagian sisi lateral dinding thoraks.



Cara lain: pasanglah bidai yang telah dibalut kain / kassa pada sisi lateralnlengan atas yang mengalami fraktur.



Bebatlah lengan atas di antara papan bidai (sisi lateral) dan dinding thoraks (sisi medial).



Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan menggunakan kain yang lebar.

f. Lengan bawah 

Imobilisasi lengan yang mengalami cedera

41



Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara siku sampai ujung telapak tangan.



Fleksikan lengan yang cidera sehingga lengan bawah dalam posisi 90 derajat terhadap lengan atas. Menekuk lengan harus dilakukan berhati hati.

g. Tungkai atas Pada fraktur femur, pasang bidai yang melewati 2sendi progsimal dan distal dari femur h. Dislokasi sendi lutut Bidai dipasang memanjang antara panggul sampai pergelangan kaki i. Tungkai bawah 

Imobilisasikan tungkai yang mengalami cidera untuk mengurangi nyeri dan mencegah timbulnya kerusakan yang lebih parah.



Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara telapak tangan kaki sampai diatas lutut.



Pastikan tungkai dalam posisi lurus



Letakkan bidai di sepanjang sisi bawah tungkai.



Ikatlah bidai pada posisi diatas dan dibawah lokasi fraktur. Pastikan bahwa lutut dan pergelangan kaki sudah terimobilisasi dengan baik



Pasang bantalan pada ruang kosong antara bidai dan kaki yang dibidai



Periksalah sirkulasi sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi pembidaian untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat

j. Fraktur/dislokasi pergelangan kaki 

Imobilisasi dengan pembalutan gunakan “ figure of eight “ dimulai dari sisi bawah kaki, menyilang sisi atas kaki, mengelilingi pergelangan kaki, kebelakang melalui sisi atas kaki ke sisi bawah kaki demikian seterusnya



Bidai penahan juga bisa dipasang sepanjang sisi belakang dan sisi lateral pergelangan kaki untuk mencxegah pergerakan yang berlebihan. Saat melakukan imobilisasi posisi kaki harus selali dijaga pada sudut yang benar.

k. Fraktur atau dislokasi jari kaki Cidera pada jari sebaiknya dibalut dengan merekatkan jari yang cidera pada jari di sebelahnya.

EVALUASI 42

1. Periksa sirkulasi daerah pembidaian 2. Periksa denyut nadi dan motorik ( pergerakan ) pada daerah distal bidai. Jika pasien mengeluh terlalu ketat atau kesemutan maka pembvalut dan bidai harus di buka dan dilakukan pembidaian lagi dengan tidak terlalu ketat

43

AMBULASI DINI

Ada beberapa peralatan yang bisa digunakan untuk membantu ambulasi diantaranya: 1. Cane (tongkat) Jenisnya ada bermacama-macam mulai tongkat yang hanya punya satu kaki (single), tiga kaki dan empat kaki. 2. Walker Punya empat kaki sebagai penopang dan pada atasnya terdapat penahan yang terletak di depan dan di samping kanan kiri pasien untuk memberi keamanan dan keseimbangan pasien saat berjalan. Biasanya terbuat dari bahan alumunium sehingga mudah digerakkan. 3. Crutch (kruk) Biasanya terbuat dari bahan alumunium dan bagian bawahnya dilapisi karet untuk mencegah slip. Ada beberapa macam bentuk kruk diantaranya: 1. axillari kruk, yang dilengkapi penyangga axilla 2. lofstrand kruk, yang berfungsi untuk ekstensi lengan bawah 3. Canadian kruk atau elbow ekstensor kruk, kruk yang biasanya dipakai oleh pasien yang tidak mampu mengekstensikan otot-otot lengan (terutama triseps brachii). Ada beberapa latihan yang harus dilakukan sebelum ambulasi, diantaranya : 1. Ekstensi dan fleksi pinggang Pada posisi supinasi, ekstensikan satu kaki dan fleksikan kaki satunya sampai ke dada (telapak kaki dalam posisi dorsofleksi). 2. Rotasi pinggang Kedua kaki ekstensi Putar kaki secara bergantian ekstensikan kedua kaki 3. Abduksi dan adduksi pinggang Kedua kaki ekstensi Gerakkan kaki menjauhi dan mendekati sumbu tubuh Lakukan gerakan yang sama pada kaki yang satunya 4. Ekstensi lutut Kedua kaki ekstensi Gerakkan kaki ke depan sejauh mungkin 44

Ulangi pada kaki yang satunya 5. Fleksi dan ekstensi ujung kaki Gerakkan ujung kaki dengan arah ke atas dank e bawah (dorsoflexi dan plantarflexi) Pengkajian 1. kaji postur tubuh pasien apakah sudah benar-benar siap untuk berjalan atau bergerak. 2. kaji ayunan tangan 3. kaji kebebasan dan kemudahan serta ketetapan dalam berjalan 4. kaji gerakkan kaki 5. kaji langkah kaki 6. kaji keadaan kaki saat berjalan 7. kaji langkah pasien pada awal berjalan sampai berhenti Persiapan Alat :  kain  walking belt No.

Tindakan

Rasional

1.

Menjelaskan program dan tujuannya kepada pasien Partisipasi

pasien

sangat

sebagai usaha untuk mendapat partisipasi penuh dari dibutuhkan untuk keberhasilan pasien. 2.

program.

Ajarkan pasien untuk melakukan latihan sebelum Agar klien tidak kaku saat ambulasi di tempat tidur

3.

4.

memulai ambulasi.

Setelah pasien siap untuk ambulasi bangunkan Meningkatkan

keseimbangan

pasien dari tempat tidur dan jaga keseimbangannya

klien

Metode satu perawat:

Agar klien merasa aman ketika

a. perawat berdiri di samping pasien dan menahan melakukan pergerakan. pasien dengan meletakkan kedua tangan

di Kerjasam dengan klien akan

pinggang pasien.

memudahkan tugas perawat.

b. Perawat juga bias menggunakan walking belt yang diletakkan melingkari pinggang pasien, jika tidak ada bias menggunakan kain atau handuk. c. Suruh pasien untuk mulai berjalan perlahan selangkah demi selangkah.

45

d. Jika pasien sudah merasa mampu untuk berjalan perawat harus tetap berada di amping pasien dan menahan pinggang pasien e. Jika pasien tidak tenang dan takut terjatuh perawat tetap berada di samping pasien tetapi posisi perawat agak lebih maju dari pasien. f. Jika psien mengalami kelemahan pada salah satu kakinya maka perawat bias memegang lengan atas pasien dan tangan perawat yang lain memegang bagian bawah lengan pasien di sisi yang lain. 5.

Metode dua perawat:

Agar klien merasa aman saat

a. masing-masing perawat berdiri di samping pasien pergerakan. dengan

memegang

lengan

bagian

bawah

pinggang pasien. b. Antara perawat dan pasien harus mempunyai tinggi yang sama. c. Prosedur sama dengan metode satu perawat.

Menggunakan crutch (kruk) No.

Tindakan

Rasional

1.

Mengukur panjang kruk yang akan digunakan Panjnag kruk disesuaikan dengan pangjang tubuh pasien.

meningkatkan

yang

sesuai

kenyamanan

Caranya : letakkan pengukur pada dearh anterior klien. axilla pasien sampai 15 cm dari lateral telapak kaki dan ditambah 5 cm ke arah depan. 2.

Sebelum mengajarkan berjalan dengan kruk terlebih Meningkatkan

pemahaman

dahulu ajarkan pasien untuk melatih otot-otot pasien akan tindakan pergerkan terutama otot triceps, trapezius, dan latissimus. Caranya: » Pasien dalam posisi duduk » Kedua tangan di samping tubuh pasien » Telapak aki memberi tekanan pada tempat tidur 46

sambil mengangkat pantatnya » Lakukan secara perlahan dan berulang-ulang. 3.

Setelah

pasien

siap

untuk

berjalan

dengan Tripod position adalah posisi

menggunakan kruk, posisikan psien pada tripod permulaan. position (triangle position) 4.

Extensikan pinggang dan kaki, punggung dan kepala Axilla

merupakan

tempat

tegak, tidak boleh membungkuk, ekstensikan lengan, pembuluh darah dan berbagai telapak tangan memegang kruk dan berat badab syaraf besar. ditahan di tangan bukan di axilla. 5.

Kruk di letakkan 15 cm di depan telapak aki dan 15 Posisi cm lateral dari ujung kaki.

6.

ini

akan

tahanan yang kuat

Berjalan Ada empat cara berjalan dengan menggunakan kruk : a. Four-point alternate gait Cara yang paling aman. Dan bias dilakukan saat berjalan di keramaian untuk dapat melaskukan cara ini pasien harus mampu menhan berat badannya pad akedua kakinya Caranya: » Gerakkan kruk kana ke arah depan sejauh 10-15 cm » Gerakkan kai kiri ke depan sampai sejajar dengan kruk yang kiri. » Gerqakkan kruk yang kiri ke depan » Gerakkan kaki kanan ke depan b. Three-point alternate gait Digunakan jika pasien hanya mampu menahan berat badannya pad satu kaki. Caranya: » Gerakkan kaki yang lemah dan kedua kruk ke depan secara bersamaan » Gerakkan kaki yang kuat ke depan. c. Two-point gait

47

memberi

Berjalan dengan cara ini lebih cepat daripada dengan four-point gait. Dan lebih seimbang. Karena berat badan di tahan oleh dua tumpuan. Caranya: » Gerakkan kaki kanan dan kruk kiri ke depan secara bersamaan » Gerakkan kaki kiri dan kruk akana ke depan secara bersamaan. d. Swing-to gait Cara ini dilakukan untuk orang yang lumpuh pada kedua kaki dan pinggangnya Caranya: » Gerakkan

kedua

kruk

ke

depan

secara

bersamaan. » Angkat badan dengan bertumpu pada kedua lengan dan melangkah sampai di depan kruk. e. Swing-through gait Cara ini membutuhkan kekuatan dan koordinasi yang baik dari pasien. Caranya: » Gerakkan

kedua

kruk

ke

depan

secara

bersamaan. » Angkat badan dengan bertumpu pada kedua lengan dan melangkah sampai di depan kruk. 7.

Duduk Tempat duduk yang akan ditempati pasien harus mempunyai sandaran dan penahan pada bagian sampingnya Caranya: » Suruh pasien berdiri membelakangi kursi » Pindahkan kruk ke tangan yang satunya dan pegang pinggir kursi dengan tangan dan berat badan ditumpukan pada kursi

48

» Fleksikan kaki dan pinggang, turunkan badan ke kursi. 8.

Berdiri dari duduk a. gerakkan tubuh ke depan atau sampai ke pinggir Posisi ini akan membantu kursi bagian depan.

pasien untuk berdiri dari kursi

b. Pegang kruk dengan tangan untuk menahan kaki dan saat akan berdiri.

memberikan

cukup

keseimbangan

c. Berikan tekanan pada kruk, tinggikan badan berdiri. d. Berdiri dengan tripod position sebelum berjalan 9.

Naik tangga a. posisi tripod di dasar tangga. b. Pindahkan berat badan ke kruk dan langkahkan kaki yang kuat ke atas (naik). c. Pindahkan berat badan ke kaki yang sudah berada di atas lalu gerakkan kruk dan kaki yang lemah ke Kaki atas.

yang

lemah

selalu

ditopang oleh kruk.

d. Ulangi langkah b dan c sampai berhasil di atas tangga

10.

Turun tangga a. tripod-position di atas tangga b. geser berat badan ke kaki yang kuat dan gerakkan kedua kruk dan kaki yang lemah menuruni tangga c. pindahkan berat badan ke kruk dan gerakkan kaki yang lebih kuat menuruni tangga d. ulangi langkah b dan c sampai pasien berhasil menuruni tangga.

Evaluasi 1. klien bisa berdiri dan berjalan tegak. 2. klien bisa berjalan dengan menggunakan alat bantu dengan benar. 3. klien mampu untuk duduk, berdiri, naik tangga dan turun dari tangga dengan mandiri.

49

Related Documents


More Documents from "nonika sianturi"