Sam-el Ladh
KEBENARAN AKAN MEMERDEKAKAN KAMU Yohanes 8 : 1 - 36, Ayat pokok 8 : 31, 32 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku 32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." 31
Pendahuluan
K
ebenaran. Dalam kamus bahasa Indonesia kata ini didefinisikan sebagai “sesuatu yang sungguh-sungguh ada.” Dari kata dasarnya, “benar” didapatkan makna “sesuai sebagaimana adanya”, “tidak salah.” Di dalam hati setiap manusia sesungguhnya ada suatu rasa haus akan kebenaran. Bahkan rasa haus akan kebenaran itulah yang sebenarnya yang memberi energi kepada manusia untuk hidup dan berkembang. Bukankah pemikiran manusia berkembang karena pertanyaan-pertanyaan yang mendasar mengenai apa itu kebenaran asasi, seperti asal usul alam semesta, dan eksistensi manusia? Dalam persoalan iman, kebenaran juga mutlak merupakan daya dorong yang sangat kuat. Rasa haus akan kebenaranlah yang membuat kita ada di tempat ini sekarang. Kehausan terhadap kebenaran tentang hidup kita di dunia ini dan setelah kita mati, membuat kita mau berhenti dari hiruk pikuk kesibukan kita di dunia di bawah sana. Oleh karena itu, saat ini marilah kita mengerahkan semua daya konsentrasi kita untuk dipuaskan rasa haus kita itu. Saya percaya Tuhan juga mau memuaskan rasa dahaga kita itu. Karena itulah Ia memberikan firman-Nya kepada kita hari ini. Mari Roh Kudus, bimbing kami memahami kebenaran-Mu, Bagian I - Aku Tidak Menghukum Engkau! (Yoh 8:1-11)
F
irman hari ini adalah sebuah kisah yang terjadi dalam hari-hari pelayanan Yesus yang singkat di muka bumi ini. Yesus adalah Allah Putera, yang bersama-sama dengan Bapa menciptakan alam semesta ini. Di pasal pertama dari Injil Yohanes ini kita bisa menemukan penjelasan yang gamblang tentang siapa Yesus. 1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. (Yoh 1:1-3) Hari-hari Yesus selama di bumi sampai kematian-Nya di kayu salib diisi dengan pelayanan kepada umat Israel, yang bagi Yesus merupakan domba-domba yang tidak mempunyai gembala, yang kepada mereka Dia datang. Dalam firman hari ini diceritakan bahwa ketika Yesus berada di Yerusalem, setiap hari sejak pagi-pagi Dia sudah berada di bait Allah untuk melayani umat-Nya. Mereka yang datang kepada-Nya dengan berbagai persoalan hidup, sakit penyakit, dan rasa dahaga yang dalam tentang kebenaran. Yesus selalu menyediakan diri-Nya untuk menjawab mereka, mengulurkan tangan-Nya menyembuhkan mereka, dan memberikan penghiburan. Bila hari telah malam, Yesus akan pergi ke Bukit Zaitun, di mana Dia berdoa dan beristirahat. Bagian pertama dalam pasal 8 ini pun demikian. Ketika pagi-pagi Yesus sudah berada di Bait Allah, dan rakyat telah datang berkerumun untuk mendengarkan pengajaran-Nya, tiba-tiba datanglah sekumpulan orang sambil berteriak-teriak dengan nada marah. Mereka adalah ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Dengan marah dan tanpa belas kasihan sama sekali, mereka menyeret seorang perempuan, membawanya ke hadapan Yesus. Ada apa gerangan? Perempuan ini tertangkap basah berbuat zinah. Orang-orang itu melaporkan. Rakyat yang berkumpul di bait Allah pun serta merta ramai berkasak-kusuk. Setahu mereka berdasarkan hukum Taurat, orang yang berbuat zinah harus dihukum rajam sampai mati. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah orang banyak itu. Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat itu lalu memandang kepada Yesus dan seorang dari mereka berkata: “Rabi, perempuan ini
The Truth Will Set You Free - 2
tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Kelihatannya orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat ini menjaga hukum Taurat dengan baik. Mereka menunjukkan bahwa mereka tegas dalam menegakkan kebenaran. Mendengar pertanyaan orang Farisi itu, suasana kemudian menjadi hening sejenak. Semua menantikan reaksi Yesus. Di ayat enam dikatakan bahwa orang Farisi itu sebenarnya sedang mencobai Yesus, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Mengapa demikian? Orang-orang Farisi ini telah menempatkan Yesus pada posisi yang sulit. Yesus dikenal orang banyak sebagai gembala yang sangat baik dan lemah lembut, namun jika Yesus mengatakan “ampuni perempuan ini”, itu berarti Dia menentang hukum Taurat secara terang-terangan, yang mengatakan bahwa perempuan itu harus dihukum mati. Akan tetapi, jika Yesus menyetujui menghukum perempuan ini sesuai hukum Taurat, berarti Yesus sama dengan orang-orang Farisi yang memahami hukum Taurat secara harfiah tanpa kasih dan pengampunan, padahal apa yang Yesus ajarkan dan lakukan ialah kasih dan pengampunan. Jadi jika Yesus menghukum perempuan itu, Ia bertolak belakang dengan ajaran-Nya dan perbuatan-Nya selama ini. Sorot mata pemenang terpancar di mata orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Sambil tersenyum kecil mereka yakin dalam hati, bahwa kali ini mereka akan mendapatkan suatu kesalahan pada Yesus, yang bisa dipakai untuk menjatuhkan-Nya. Akan tetapi Yesus tidak langsung menjawab mereka. Ia melihat perempuan yang dicampakkan ke tanah di tengah orang banyak itu. Apakah yang sedang Yesus pikirkan? Setiap detik terasa begitu lambat bagi semua orang di situ. Apalagi perempuan itu. Betapa putus asanya dia. Rasa hina dan malu yang menguasainya membuat dia merasa lebih baik dia terkena serangan jantung dan mati saat itu juga. Namun Yesus hanya berdiam diri. Yesus lalu berjongkok ke tanah, dan dengan jari-Nya Ia menuliskan sesuatu. Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat menjadi semakin tidak sabar. Mereka terus mendesak Dia untuk memberikan jawaban. Akan tetapi, Yesus terus berjongkok dan menulis di tanah. Ketika orang-orang itu terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” (8:7) Perempuan yang ditangkap itu menutup matanya, pasrah. Inilah dia, hukuman atas dosa-dosanya yang begitu banyak selama ini. Akan tetapi, detik demi detik berlalu, tidak ada satu batupun yang dilayangkan kepadanya. Yang terdengar hanyalah langkah-langkah kaki yang berlalu pergi tanpa sepatah kata terucap. Satu per satu orang banyak yang tadinya marah dan berteriak-teriak itu, beranjak pergi, sampai akhirnya tinggal Yesus dan perempuan itu seorang diri. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Coba bayangkan bagaimanakah hati perempuan ini. Perasaannya mungkin seperti sepotong kayu yang hina yang telah dilempar ke dalam api untuk dibakar, tetapi ditarik keluar. Perempuan itu tidak merasa bahwa ia harus diselamatkan, karena ia juga tahu bahwa ia sudah berdosa. Ia juga sadar bahwa hidupnya yang hina dan najis itu pantas untuk dihukum mati. Memang di hati kecilnya dia mengandaikan, jika waktu bisa berputar kembali, ia tidak akan melakukan dosa seperti itu. Atau, jika diberikan lagi sebuah kesempatan, dia akan memulai hidup yang baru yang bersih. Dan, ternyata itulah diberikan Yesus kepadanya, sebuah kesempatan untuk memulai lagi hidup yang baru. Saudara-saudari yang terkasih, itulah kasih Allah, yang dinyatakan oleh Yesus Kristus, AnakNya. Allah tidak menciptakan manusia untuk dihukum. Allah menciptakan manusia untuk berbahagia bersama dengan Allah. Dosalah yang membuat manusia harus dihukum. Oleh karena itu, ketika manusia yang berdosa datang kepada Allah, mau bertobat dari dosanya dan memohon diberi kesempatan untuk memulai hidup baru, jawaban Allah adalah “YA.” “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” (Yesaya 1:18)
The Truth Will Set You Free - 3
Sekarang inipun jawaban Allah tetap sama kepada siapa saja yang mau datang kepada-Nya. Apapun dosa yang membuat Anda merasa hina dan malu seperti perempuan itu, semerah dan seburuk apapun, datanglah kepada Yesus. Dia akan membersihkan Anda menjadi lebih putih daripada salju. Memang terkadang ada orang banyak yang berteriak-teriak seperti orang-orang Farisi dan ahliahli taurat. Mereka yang menyeret Anda untuk melempari Anda dengan batu penghakiman yang kejam. Akan tetapi, dengarlah kata-kata Yesus ini sekali lagi: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Pengampunan yang diberikan oleh Yesus adalah pengampunan yang tidak bersyarat. Dia sama sekali tidak mempertanyakan mengapa perempuan itu berbuat zinah, dengan siapa, atau sudah berapa kali. Dia mengampuni dan membasuhnya menjadi bersih seperti bayi yang lahir kembali. Supaya dia memulai hidup yang baru yang indah. Hidup yang baru adalah milik kita yang datang kepada Yesus. Karena itu sekarang juga, nikmatilah pengampunan tanpa syarat yang Yesus mau berikan kepada Anda dan saya ini. Jangan dengarkan intimidasi orang-orang banyak itu. Itu adalah suara setan yang mau kita terus terpuruk dalam ketakutan dosa dan kematian. Yesus mengampuni, karena itu mulailah hidup baru yang indah di dalam Dia. Kisah ini juga menunjukkan kemunafikan orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat. Kalau kita menyelidiki hukum taurat, kita akan menemukan di Imamat 20:10 dan Ulangan 22:22-24, bahwa perzinahan adalah dosa yang dilakukan dua orang, laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, yang harus dihukum adalah kedua-duanya, bukan perempuan saja. Dimanakah pasangan perempuan itu? Jelas sekali orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat itu memakai hukum taurat sebagai dalih untuk menjebak Yesus. Dan mereka hanya mengutip sebagian, demi keuntungan mereka sendiri. Ini adalah hati yang sangat jahat. Akan tetapi, mari kita periksa diri kita juga. Tidak adakah rupa orang-orang Farisi ini di dalam diri kita juga? Ketika kita menjalankan suatu ritual agama dengan setia, seringkali kita salah mengartikan ritual agama itu sebagai iman itu sendiri. Memang terkadang ritual dan latihan dibutuhkan untuk membentuk disiplin, karena murid Kristus pun memerlukan disiplin. Akan tetapi, masalah terjadi ketika ritual itu diperlakukan sebagai iman itu sendiri, dan keberhasilan menjalani ritual dengan kaku menjadi alat pembenaran dan alat penghakiman. Akibatnya, seringkali kita menghakimi orang yang tidak bisa menjalankan ritual itu seperti kita. Seringkali juga ketika kita melihat orang yang lebih lemah dan lebih kurang mampu dari kita, kita dengan cepat menghakimi kelemahannya itu sebagai dosa yang harus dihukum. Memang kita tidak merajam dengan batu, tetapi terkadang kata-kata penghakiman kita lebih menyakitkan dari lemparan batu. Di hadapan firman ini marilah kita juga menyadari bahwa kita bukanlah hakim. Kita juga adalah orang berdosa yang diselamatkan oleh karena anugerah. Oleh karena itu, yang harus kita lakukan kepada saudara kita yang lemah adalah menopang dia, menolong dia supaya dia bisa bangkit. Bila kita melihat dia sedang terseret ke dalam dosa, itu adalah tanggung jawab kita untuk menahan kakinya supaya dia jangan sampai jatuh. Dan bukan justru menghakimi dia. Yang terakhir, kita harus ingat doa yang Yesus ajarkan kepada kita di Matius 6:12: “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Kita diampuni ketika kita juga mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Betapa indahnya hidup yang demikian. Hidup yang bebas dari penghakiman dan hidup yang berlimpah dengan pengampunan. Itulah hidup yang Allah mau berikan kepada Anda dan saya. Terima dan nikmatilah di dalam Kristus. Amin. Bagian II - Kebenaran Itu Akan Memerdekakan Kamu! (8:12-36)
D
i bagian pendahuluan saya katakan bahwa setiap manusia memiliki rasa haus terhadap kebenaran yang asasi. Hanya masalahnya, apakah kebenaran yang asasi itu? Atau, kemanakah manusia harus pergi mencari kebenaran itu? Bila ditanyakan kepada setiap orang tentang apa itu
The Truth Will Set You Free - 4
kebenaran asasi, kita akan menerima banyak jawaban. Akan tetapi, salah satu jawaban yang hampir pasti adalah bahwa kebenaran itu berkaitan erat dengan kemurnian dan kesucian yang sempurna. Kalau begitu, bukankah kita tadi sudah mendapatkan jawabannya? Kesucian manusia tidak bisa didapat melalui jalan lain kecuali melalui pengampunan dalam Yesus Kristus. Manusia berusaha dengan berbagai macam cara untuk meraih kesucian dan menjadi benar secara hakiki, tetapi tidak seorangpun yang bisa melakukannya. Karena kesucian dan kebenaran sejati adalah kesempurnaan, dan itu tidak bisa didapat dengan puasa atau amal, atau dengan ritual keagamaan dan korban persembahan apapun. Allah sendiri yang memberikan jalannya kepada manusia untuk memperoleh kesucian, yaitu melalui anak tunggal-Nya, Yesus Kristus. Yesus-lah satu-satunya jalan. “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.” (Ro 3:23-24) Yesus mengatakan bahwa “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh 8:31b-32). Apakah artinya ini bagi kita? Itu artinya, kita yang tinggal di dalam firman, dan firman itu adalah Kristus, Allah sendiri, akan memperoleh kemerdekaan sejati karena kebenaran itu menjadi milik kita. Orang-orang Yahudi yang mendengar perkataan Yesus ini memprotes. Mereka mengatakan bahwa karena mereka adalah keturunan Abraham mereka tidak pernah menjadi hamba siapapun, jadi mereka sudah merdeka dan tidak perlu dibebaskan lagi. Protes mereka ini adalah wujud harga diri bangsa Yahudi yang begitu tinggi. Mereka ketika itu nota bene berada di bawah penjajahan Roma. Sebelum Roma pun mereka berkali-kali dijajah bangsa-bangsa lain. Akan tetapi, di hati mereka, mereka tidak pernah merasa sebagai bangsa yang terjajah. Ini juga bisa menjelaskan bagaimana negara Israel begitu keras kepala sampai sekarang. Akan tetapi, yang Yesus maksudkan bukanlah seperti itu. Kemerdekaan yang Yesus janjikan bila kita tinggal di dalam Dia adalah kemerdekaan hakiki, yang melampaui kemerdekaan politis atau soal harga diri sebuah bangsa. Jadi, kemerdekaan seperti apa dan dari apa? Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.” (8:34) Dosa telah menjadikan manusia sebagai hambanya. Sampai detik ini, dosa telah menguasai dan memperhambakan manusia selama ribuan tahun. Akibat dari perhambaan itu sangat jelas dan sangat parah. Manusia menjadi makhluk yang paling kejam di muka bumi ini. Di antara semua spesies makhluk hidup yang ada di bumi, hanya manusia yang bisa membunuh sesama spesiesnya hanya karena masalah sepele. Spesies yang lain hanya membunuh untuk bertahan hidup. Dosa yang memperhambakan manusia mewujudkan dirinya dalam berbagai kuk dan belenggu yang begitu bervariasi dan canggih. Mulai dari belenggu hedonisme seperti percabulan, alkoholisme dan penyalahgunaan obat-obatan, ikatan materialisme yang menjadikan uang sebagai dewa yang disembah dengan segenap jiwa raga, sampai belenggu pemikiran dan filsafat yang berpusat pada manusia (humanisme). Produk-produk dosa yang membelenggu manusia ini dijajakan setiap hari dan setiap saat di setiap sudut bumi ini. Dan betapa banyaknya manusia yang telah dijerat olehnya, termasuk kita juga. Coba ingat-ingat lagi. Betapa susahnya kita berdoa lama-lama di hadapan Allah dengan sungguh-sungguh, padahal kita bisa bertahan minimal dua jam penuh tanpa mengedipkan mata saat menonton film. Banyak juga yang begitu susah duduk berlama-lama merenungkan firman untuk PA, padahal bisa tahan berjam-jam dengan novel atau komik Jepang di tangan. Kita juga terkadang begitu berat untuk memberi persembahan kepada Tuhan, padahal begitu mudah mengeluarkan uang ketika ada tren fashion baru yang harus kita ikuti. Saudara-saudari yang saya kasihi, siapakah orang merdeka itu? Orang merdeka adalah orang yang bebas melakukan apa saja yang dia mau. Akan tetapi “apa yg dia mau” itu bukan sembarangan ‘apapun yang aku mau’, tetapi ‘apa yang mau dilakukan di dalam kebenaran’. Jadi prasyarat untuk kemerdekaan menurut Kristus adalah kebenaran. Lalu, apakah kita orang merdeka? Apakah kita
The Truth Will Set You Free - 5
sudah bebas melakukan apa saja yang kita mau di dalam kebenaran? Ini pertanyaan penting dan teramat serius. Apakah kita sudah bebas berdoa sepanjang malam ketika kita mau melakukannya? Mari kita lihat. Ketika kita mau berdoa, ada begitu banyak pikiran yang masuk ke kepala kita, berputar-putar di sana dan membuat kita susah berkonsentrasi pada doa kita. Ketika kita mau berlutut, tiba-tiba rasa kantuk menyerang dengan amat sangat, padahal kita sudah menghabiskan beberapa cangkir kopi. Itu juga terjadi ketika kita mau merenungkan firman, ketika kita mau memberi persembahan, ketika kita mau bersaksi dan melayani sesama. Lagi. Apakah kita sudah bebas dan leluasa menetapkan pilihan untuk benar di hadapan Tuhan dan mengarahkan tujuan hidup kita sesuai kehendak Tuhan saja? Tunggu dulu. Ini kan masalah masa depan. Mau makan apa nanti kalau hanya hidup demi Tuhan? Tunggu dulu. Saya kan harus bertanggung jawab kepada keluarga saya, kepada orang tua yang sudah membesarkan saya? Tunggu dulu. Saya kan juga punya keinginan, impian dan cita-cita? Nah. Padahal sebenarnya kita tahu, hidup bagi Tuhan dan Tuhan saja adalah hidup yang paling bernilai. Sebenarnya semua orang dunia tahu itu. Akan tetapi, apakah kita bebas untuk hidup seperti itu? Orang-orang muda suka kebebasan. Akan tetapi, kebebasan versi mereka sering diartikan bebas semau gue dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kebebasan yang sejati bukan seperti ini. Kalau kebebasan justru mendatangkan malapetaka dan kebinasaan maka itu justru adalah sebuah wujud lain dari belenggu yang mengerikan. Saudara-saudari yang terkasih. Apa yang saya mau katakan adalah kebebasan yang Yesus tawarkan adalah kebebasan yang sempurna. Itu adalah kebebasan yang melampaui akal manusia juga. Mungkin masih sulit memahaminya, jadi saya akan berikan contoh orang-orang yang sudah mengalami kebebasan itu. Salah satunya adalah rasul Paulus. Dia adalah seorang farisi, ahli taurat yang sangat ahli. Akan tetapi, ketika dia bertemu Kristus dan hidup di dalam firman-Nya, dia menjadi orang yang sungguh-sungguh bebas. Dia tidak menikah, karena dia bebas dari impian keluarga sakinah yang mengharuskan setiap laki-laki dan perempuan untuk menikah supaya menjadi manusia yang ‘lengkap.’ Dia menjelajah asia dan eropa untuk memberitakan Injil walau ditentang oleh keluarganya yang kaya dan mapan secara status. Bahkan untuk menopang pelayanannya, dia membuat tenda, yang adalah pekerjaan yang terlalu hina bagi seorang doktor teologi seperti dia. Akan tetapi, dia melakukan itu karena dia bebas dari impian bahwa orang harus mempunyai pekerjaan yang bergengsi, dengan gaji sekian atau dengan jabatan setinggi apa. Dia bebas melakukan apa saja yang dia mau demi Tuhan yang dia sembah. Sungguh-sungguh bebas. Pernahkah Anda membayangkan hidup yang sungguh-sungguh bebas seperti itu? Hidup yang bebas dari dosa, dari semua keinginan-keinginan jahat di hati. Hidup yang bebas dari curiga, dari ketakutan, dari kekuatiran akan soal-soal kehidupan, dari dengki dan cemburu. Hidup yang bebas dari kebencian, amarah, ambisi kotor, dan kesombongan. Hidup yang bebas dari rasa bersalah, rasa rendah diri, rasa terhina. Hidup yang bebas bagai rajawali yang bisa terbang tinggi mengatasi badai. Kebebasan versi Paulus yang saya bicarakan ini adalah kebebasan yang membawa kita ke surga. Itu karena kebebasan ini adalah kebebasan yang diperoleh di dalam Kristus dan firman-Nya. Akhirnya, jika Anda disuruh memilih antara kebebasan dan kurungan, Anda tentu memilih kebebasan. Firman hari ini sedang meminta kita untuk melakukan pilihan itu. Jerat dan belenggu dosa dan produk-produknya sudah terlalu lama mengikat kita. Hari ini Tuhan ingin Anda dan saya bebas. Mari menjadi orang yang bijaksana dan memilih kebebasan itu. Mari menjawab ajakan Yesus ini: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Mari katakan, “ya Tuhan, saya mau bebas!”. Anda dan saya masih muda. Jangan tunggu sampai tubuh ini sudah rapuh dimakan usia baru mau bebas. Kalau seperti itu meskipun mau, sudah sulit untuk bisa terbang tinggi. Sekaranglah saatnya maju menuju kemerdekaan itu. Sekaranglah saatnya masuk ke dalam dunia firman itu, dunia murid Kristus yang sejati, dunia kebenaran yang memerdekakan. Saya berdoa, firman Tuhan ini sungguh-sungguh menyatakan kuasa-Nya yang hidup, dan kita semua maju menuju kemerdekaan dan kebebasan sejati di dalam-Nya. Allah Roh Kudus, bimbinglah langkah kami. Amin.
The Truth Will Set You Free - 6
Penutup
S
aya sangat suka pujian ini. Lagu ini menggambarkan dengan utuh bagaimana caranya kita tinggal di dalam firman, yaitu di dalam Kristus. Knowing You, karya Graham Kendrick.
All I once held dear built my life upon All this world reveres and wars to own All I once thought gain I have counted loss Spent and worthless now compared to this: Knowing You Jesus, knowing You, There is no greater thing You're my all, You're the best, You're my Joy, my Righteousness And I love You Lord Now my heart's desire is to know You more To be found in You and known as Yours To posses by faith what I could not earn All surpassing gift of righteousness Oh to know the power of the risen life And to know You in Your sufferings to become like You in Your death my Lord so with you to live and never die
Memiliki Kristus dan tinggal di dalam Dia. Itulah kebenaran yang membebaskan itu. Kebenaran itu tidak perlu dibeli dengan uang yang banyak atau keringat yang bercucuran. Kebenaran itu telah diberikan dengan gratis karena Kristus telah membayarnya dengan nyawanya. Namun untuk tinggal dalam kebenaran itu, kita juga harus menjadi satu dengan Kristus. Caranya adalah dengan menjadi satu dalam penderitaan-Nya dan menjadi serupa dengan-Nya dalam kematian-Nya. Bila demikian kebebasan sejati akan menjadi milik kita. Dan kebebasan di dalam kebenaran itu adalah kebebasan yang seperti burung rajawali yang bebas terbang ke manapun ia inginkan, seperti Jonathan Livingstone Camar, yang bebas hidup untuk terbang tinggi. Akan tetapi, dunia di luar sana masih mengembara mencari kebenaran itu. Lihatlah, tanah yang gersang dan kering kerontang, jiwa-jiwa yang dahaga tak terkira, di sekitar kita. Mereka juga memerlukan kebenaran sejati itu. Bagaimanakah kebenaran itu bisa mereka peroleh? Harus ada yang menyampaikannya kepada mereka. Dan itulah tugas kita. Mari orang-orang yang merdeka. Mari kembangkan sayap kita dan terbang kepada mereka. Jangan biarkan ada apapun yang menghalangi kepakan sayap kita. Ayo lepaskan semua ikatanikatan yang membuat kaki kita tidak bisa diangkat dari tanah dan terbang. Mari terbang, membawa firman kebenaran kepada dunia, membawa kemerdekaan bagi jiwa-jiwa di kampus-kampus kita masing-masing, di tengah keluarga kita, yang masih dibelenggu oleh dosa. Bahkan lihatlah lebih jauh lagi, di sudut-sudut yang jauh dan sepi bumi ini, ada jiwa-jiwa yang menantikan kedatangan Anda dan saya. Jangan biarkan mereka menunggu terlalu lama. Ayo!