MAKNA KEBIJAKAN LUAR NEGERI AS DI ASIA TENGAH Oleh: Rusdiyanta, S.IP, M.Si1 Rusdiyanta, S.IP, M.Si2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Budi Luhur Abstract After collapsing of USSR, Central Asia region divided in a few state for example Kazakhstan, Turkmenistan, Kyrgystan, Uzbekistan, and Tajikistan. This region have strategic meaning for many state, including US either through geopolitics, economic, and cultural and religion. A Period of Clinton administration, US take initiative build of road silk new by developing new oil pipe which pass region of Turkey. Since 1997, US start this area priority with "New Central Asia Strategy" policy. After 11/9 tragedy, US start to develop new defense doctrine by placing forward strike pre-emptive and intervention defensive which very is differing from of cold war moment using containment doctrine of deterrence. In campaign of “War on Terror”, US invite a number of states to fight terrorism with especial target of Al Qaeda with government of Taliban in Afghanistan alleged as its protector. Since then, US come into play diplomatic, military and politics in Central Asia.
PENDAHULUAN Selama puluhan tahun di bawah dominasi Uni Soviet, Asia Tengah seolah-olah dilupakan oleh dunia luar. Bahkan dalam pandangan sebagian besar penduduk Uni Soviet, negara-negara yang terletak di wilayah Asia Tengah dan berpenduduk mayoritas muslim ini, merupakan wilayah yang gersang, tandus, terisolasi sekaligus tempat pembuangan para tahanan politik masa pemerintahan Stalin. Satu-satunya rute penting untuk keluar dari kawasan tersebut adalah melalui jalan darat maupun kereta api yang langsung menuju ke Moscow.
1 2
Dosen Program Studi Hubungan Internasional, FISIP Universitas Budi Luhur Dosen Program Studi Hubungan Internasional, FISIP Universitas Budi Luhur
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
1
Setelah Uni Soviet bubar, dan berganti menjadi Rusia, perlahanlahan negara-negara di Asia Tengah tersebut melepaskan diri dari negara induknya dan memerdekakan diri menjadi negara-negara Republik, seperti Kazakhstan, Turkmenistan, Kyrgystan, Uzbekistan dan Tajikistan. Negara-negara tersebut dikenal sebagai Central Asian States (CAS). Asia Tengah kira-kira luas wilayahnya seperempat luas wilayah Rusia.
Negara
terluas
adalah
Kazakhstan
(2.669.800
km2),
Turkmenistan (488.100 km2), Uzbekistan (425.400 km2), Kyrgystan (101.300 km2) dan terkecil adalah Tajikistan (142.000 km2).(Pacicolan, 2001:80, 88, 120, 124, 126). Secara ekonomi, pasca pemerintahan komunis era globalisasi dan pasar bebas yang berlaku di sebagian negara-negara di dunia tidak dikenal di wilayah ini. Menurut studi Bank Dunia, Asia Tengah saat ini keadaannya tidak lebih baik dari pada masa komunisme. Standar kesehatan dan pendidikan yang buruk mengakibatkan kemunduran atau penurunan dalam Gross Domestic Product (GDP), kecuali negaranegara kaya minyak seperti Kazakhstan, namun negara lain kurang beruntung (Maynes, 2003:122). Reformasi ekonomi telah dilaksanakan, namun hanya menyebabkan resiko besar tanpa hasil nyata karena antara satu negara dengan negara lainnya tidak mencapai kesepakatan. Namun demikian, wilayah Asia Tengah menyimpan sebuah daya tarik tersendiri bagi negara-negara besar di dunia. Bahkan sejak abad ke-19, wilayah ini sudah menjadi wilayah perselisihan diantara negaranegara besar. Wilayah ini tepat berada di tengah-tengah antara benua Eropa dan Asia. Asia Tengah selalu menjadi penting dan strategis sebagai jalur vital yang menghubungkan Eropa dan Asia. Pada awal abad ke-20 Sir Halford Mackinder, seorang ahli geografi Inggris, pernah mengatakan bahwa Asia Tengah akan selalu menjadi kawasan yang sangat penting di dunia, dan penguasaan Asia Tengah berarti mengontrol rimlands (lingkar benua) dan kemudian dunia (Haiyun,
2
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
2001:45). Pada abad ke-20, Asia Tengah berada di bawah kekuasaan Tsar
Rusia
kemudian
Uni
Soviet,
lalu
negara-negara
tersebut
melepaskan diri dan merdeka. Setelah disintegrasi di Uni Soviet, posisi strategis Asia Tengah kembali menjadi sorotan dunia. Posisi strategis Asia Tengah dengan cepat mendapat perhatian dari negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat dengan mananamkan modal dan teknologinya. Amerika Serikat mulai terlibat pada awal tahun 1990-an
dengan
membangun
hubungan
bilateral
dan
bantuan
pembangunan ekonomi di kawasan tersebut, pemindahan senjata nuklir dari Kazakhstan dan pembangunan untuk memproduksi cadangan minyak di Kaspia.(Cornel & Spector, 2002, 201). Permasalahannya adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi politik luar negeri Amerika Serikat di kawasan Asia Tengah? KERANGKA PEMIKIRAN A. Politik Luar Negeri dan Kepentingan Nasional Politik luar negeri menggambarkan suatu tindakan negara yang mengarah pada situasi tertentu yang dipengaruhi oleh kondisi, ruang dan waktu, baik dipengaruhi oleh kondisi domestik maupun kondisi internasional (Purwasito, 1994:19). Politik luar negeri suatu negara berarti pencapaian tujuan-tujuan, yang dicapai di luar batas yurisdiksi nasional. Esensi dari politik luar negeri merupakan rencana dan kebijakan-kebijakan yang ditujukan kepada tujuan yang satu yakni perwujudan kepentingan nasional demi mempertahankan kelangsungan hidup negara (Ibid). Sehingga setiap pengambilan kebijakan luar negeri, suatu negara selalu mendasarkan pada kepentingan nasional. Menurut Nuchterlain, kepentingan nasional adalah kebutuhan dan keinginan yang dirasakan oleh suatu negara dalam
hubungan
dengan
negara-negara
lain
yang
merupakan
lingkungan eksternalnya (Nucthertlein, 1979:75).
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
3
Kepentingan nasional seringkali dipakai sebagai alat untuk menganalisa tujuan kebijakan luar negeri suatu negara. Paul Seabury mendefinisikan konsep kepentingan nasional dalam dua aspek, yakni normatif dan deskriptif. Secara normatif, konsep kepentingan nasional mengacu pada serangkaian tujuan ideal yang seharusnya diusahakan untuk diwujudkan oleh suatu bangsa dalam hubungannya dengan negara lain. Secara dekriptif, konsep kepentingan nasional dapat dianggap sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui kepemimpinannya dengan perjuangan yang gigih (Holsti, 1988:136). Menurut Holsti, kepentingan nasional diidentifikasikan dalam tiga klasifikasi, yaitu (1) kepentingan dan nilai inti; (2) tujuan jangka menengah; dan (3) tujuan jangka panjang (Ibid., 141). Pertama, kepentingan dan Nilai Inti. Kepentingan ini bisa digambarkan sebagai jenis kepentingan yang untuk mencapainya kebanyakan
bersedia
melakukan
pengorbanan
sebesar-besarnya.
Kepentingan dan nilai inti merupakan tujuan jangka pendek, karena tujuan lain jelas tidak dapat dicapai apabila unit politik yang mengejarnya tidak dapat mempertahankan eksistensinya (Ibid., 142). AS menganggap kawasan Asia Tengah sebagai kepentingan, maka tidak sedikit sumber daya yang telah dikeluarkannya demi mempertahankan eksistensinya secara ekonomi, politik dan militer di kawasan Asia Tengah karena dalam
pandangan
AS
wilayah
ini
sangat
strategis
dan
akan
menguntungkan di kemudian hari bagi kepentingan nasional AS. Kedua, Tujuan jangka menengah. Dalam tujuan ini, (1) akan mencakup usaha pemerintah memenuhi tuntutan perbaikan ekonomi melalui tindakan internasional; (2) meningkatkan prestise negara di dalam sistem itu sendiri, dimana saat ini prestise sebuah negara diukur dari perkembangan tingkat industri dan teknologinya; dan (3) mencakup bentuk perluasan diri atau imperialisme, negara lain tidak menduduki wilayah asing, tetapi mencari keuntungan, termasuk akses pada bahan
4
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
mentah, pasar dan rute perdagangan yang tidak dapat mereka peroleh dari perdagangan biasa dan diplomasi (ibid, 145-147). Pengendalian dan akses ekslusif mungkin diperoleh melalui kolonisasi, protektorat, satelit atau lingkup pengaruh. Perluasan diri secara ideologis juga lazim dalam banyak bentuk, dimana wakil pemerintah berusaha mempromosikan nilai politik, ekonomi dan sosialnya sendiri di luar negeri. AS sebelum dan pasca perang serangan 11 September 2001, sedang dalam krisis ekonomi yang cukup parah sehingga memerlukan langkah-langkah untuk membantu mengatasi masalah dalam negerinya. Seperti AS mendukung kepentingan sejumlah Multinational Corporation (MNC) di luar negeri demi mendorong perluasan perdagangan atau akses umum pada pasar luar negeri, dalam hal ini tentu saja pemerintah AS mendapat pengaruh dari kelompok kepentingan ekonomi untuk mengambil kebijakan ini. Terutama MNC dalam eksplorasi minyak dan gas atau non-migas. Ketiga, Tujuan Jangka Panjang. dalam tujuan ini, impian dan pandangan tentang organisasi ideologi terakhir sistem internasional, aturan yang mengatur hubungan dalam sistem tersebut dan peran negara tertentu di dalamnya (Ibid, 147). Tujuan jangka panjang yang akan dicapai AS, sesuai dangan apa yang digariskan dalam “Strategi Kebijakan Nasional Amerika Serikat”, adalah ingin menciptakan dunia yang tidak saja aman, namun lebih baik yang bertujuan: kebebasan ekonomi dan politik, hubungan yang serasi dengan negara lain, penghargaan pada nilai-nilai kemanusiaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya AS akan bekerjasama dengan pihak lain untuk menghindari konflik regional, menciptakan era baru bagi pertumbuhan ekonomi global lewat pasar dan perdagangan bebas, dan lain-lain.(Kompas, 23 Maret 2003). Menurut Anthony Lake, pada periode pasca Perang Dingin pemerintah AS perlu menemukan komponen-komponen baru bagi
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
5
kepentingan nasionalnya. Lake menggariskan tujuh aspek kepentingan nasional AS yakni;(Notosusanto, 1996:117) (1) untuk mempertahankan AS, warga negaranya di dalam maupun luar negeri, para sekutu AS dari berbagai bentuk serangan langsung; (2) untuk mencegah timbulnya agresi yang dapat mengganggu perdamaian internasional; (3) untuk mempertahankan kepentingan ekonomi AS; (4) untuk mempertahankan dan menyebarluaskan nilai-nilai demokrasi; (5) untuk mencegah proliferasi senjata nuklir; (6) untuk menjaga rasa percaya dunia internasional terhadap AS. Untuk itu AS harus selalu mempertahankan komitmen-komitmen
internasionalnya.
(7)
memerangi
kemiskinan,
kelaparan serta pelnggaran terhadap hak-hak asasi manusia. Sedangkan kepentingan nasional jangka panjang yang akan dicapai di Asia Tengah adalah (1) untuk mencegah munculnya kembali “ideologi ekpansionisme Rusia yang radikal”, yang akan menciptakan kembali konfrontasi nuklir dunia; (2) mencegah atau mengisolir konflik yang terjadi; (3) mencegah pengembangan senjata nuklir; (4) mencegah gerakan radikal anti-barat dalam bentuk Islam politik; (5) untuk mendorong timbulnya demokratisasi dan menjujung tinggi hak-hak asasi manusia; dan (6) membolehkan Amerika Serikat untuk berperan dalam pembangunan ekonomi, khususnya akses pada bahan mentah.(Malik, 1994:11) Peristiwa 11 September 2001, kepentingan AS di Asia Tengah mengalami beberapa revisi khususnya mengenai masalah keamanan regional, dimana AS memfokuskan pada perang terhadap terorisme internasional dan mencegah agar negara-negara di kawasan tersebut tidak menjadi tempat perlindungan para teroris. Dengan demikian, politik luar negeri AS di Asia Tengah bertujuan untuk mencapai kepentingan nasionalnya, seperti menjaga stabilitas keamanan regional dari aksi-aksi terorisme (keamanan), mengamankan suplai minyak Asia Tengah dan kemudian memasarkannya ke pasaran
6
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
internasional (ekonomi), dan mengenalkan nilai-nilai demokratisasi dan hak-hak asai manusia, sehingga diharapkan akan terjadi reformasi dalam bidang politik. KONSEP KAWASAN DAN GEOPOLITIK Setiap pemerintah lebih banyak berinteraksi dengan sekelompok bangsa tertentu daripada semua bangsa di dunia. Implikasinya dalam banyak segi hubungan internasional, dunia ini lebih tepat dipandang sebagai terdiri dari berbagai kelompok bangsa-bangsa, dan bahwa banyak urusan hubungan internasional sebenarnya terjadi di dalam dan diantara kelompok-kelompok itu. Pengelompokan bisa bersifat permanen dan sementara. Dalam hal ini, pengelompokan yang lebih baku yang disebut region. Umumnya region didefinisikan secara geografik, karena faktor geografi dianggap sebagai faktor yang lebih permanen daripada faktor-faktor lain.(Mas’oed, 1989:156) Untuk menentukan keberadaan suatu region, Bruce Russett menggunakan metode “taksonomi induktif”. Ia tidak memulai dengan definisi suatu region, tetapi mengumpulkan data menurut berbagai kriteria dan melihat apa saja yang muncul tentang yang disebut region itu. Kriteria yang dipakai untuk melihat sekumpulan bangsa-bangsa itu adalah (Couloumbis & Wolfe, 1999:312) (1) kemiripan sosiokultural; (2) sikap politik atau perilaku eksternal yang mirip; (3) keanggotaan yang sama dalam organisasi-organisasi supra natural atau antar-pemerintah; (4) interdependensi ekonomi; (5) kedekatan geografik. Konsep geopolitik merupakan konsep yang melihat hubungan antara kondisi bumi (wilayah), institusi politik dan kebijakan dari sebuah negara. Geopolitik adalah sebuah studi geografi yang dikaitkan dengan kondisi kebijakan luar negeri sebuah negara dan fenomena politik. seperti dikatakan Rudolf Kjellen, seorang ahli geografi dari Swedia, bahwa “kekuatan sebuah negara bergantung pada wilayahnya, sungai,
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
7
jalanan, bahan mentah dan makanan dan termasuk penduduknya, pemerintahnya, ekonominya dan budayanya”. Menurut Sir Halford Mackinder, dalam penelitiannya melihat bahwa ¾ (tiga per empat) muka bumi ini terdiri dari lautan, hanya ¼ (seper empat)-nya terdiri dari daratan. Menurutnya, benua Eropa, Asia dan Afrika yang merupakan satu daratan luas tersebut merupakan pulau dunia (World Island), kemudian ia menetapkan wilayah poros (pivot area) atau daerah jantung (Heartland) dari pulau dunia tersebut (Jones, 1993) Ada tiga kriteria daerah jantung menurutnya, yakni:
pertama,
wilayah daratan yang membentang luas atau yang paling luas; kedua, daratan tersebut dilewati oleh sungai-sungai besar; dan ketiga, permukaan daerah jantung diliputi oleh wilayah padang rumput. Menurut Mackinder, yang merupakan daerah jantung adalah wilayah bagian dalam dan bagian utara Eurasia, yang menurut analisisnya meliputi kawasan Eropa Timur sampai ke Siberia (Rusia) yang merupakan bagian dari kutub utara. Mackinder lalu yakin dengan daerah jantung yang memiliki potensi kekuatan yang dapat menguasai seluruh dunia. Peringatan klasiknya adalah “siapa yang yang menguasai Eropa Timur, maka dapat menguasai daerah jantung; siapa yang menguasai daerah jantung, maka dapat menguasai pulau dunia; dan siapa yang berkuasa di pulai dunia, maka dapat menguasai dunia. Oleh karena itu, posisi Eurasia dianggap sangat strategis oleh para pemimpin, karena wilayah itu juga terdapat cukup banyak macam sumber daya mineral, yang dapat memberi kekuatan tersendiri bagi negara yang menguasainya. Nicholas Spykman memberikan perhatian terutama sekali pada hubungan antara geografi dunia dan faktor politik pada posisi AS dan kebijakan luar negerinya. Spykman menekankan pentingnya geografi sebagai faktor penting dalam membuat sebuah kebijakan luar negeri, karena faktor tersebut bersifat permanen. Prinsip-prinsip dasarnya, ia menekankan bahwa kekuatan sebuah negara tidak bergantung pada
8
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
kekuatan militernya semata, akan tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya, seperti luas wilayah, perbatasan alamnya, jumlah penduduk, bahan-bahan mentah, ekonomi, pembangunan, keuangan, keragaman etnis, stabilitas politik, integrasi sosial dan semangat kebangsaan AS DAN ASIA TENGAH Dalam strategi global Amerika Serikat, Asia Tengah memegang posisi
strategis.
Terutama
sejak
tahun
1997
ketika
AS
mulai
memprioritaskan kawasan ini dengan kebijakan “New Central Asia Strategy”. Dalam strategi ini, AS berusaha membantu negara-negara baru merdeka di Asia Tengah untuk dapat keluar dari pengaruh Rusia dan benar-benar merdeka. Untuk megimplementasikan strategi ini, pemerintah AS secara politik mulai melakukan berbagai kunjungan diplomatiknya. Secara ekonomi AS berusaha menjadikan kawasan ini sebagai basis suplai energinya yang baru, dengan menanamkan investasi, bantuan ekonomi, dan pembangunan. Secara militer AS mulai memberikan bantuan militer berupa peralatan, pelatihan personil militer, latihan militer berkelanjutan dan akhirnya berusahan mendirikan pangkalan militer disana (Haiyun, 2001:17). Namun langkah-langkah itu ditentang oleh Rusia yang tidak ingin kehilangan pengaruhnya di Asia Selatan. Keinginan AS untuk mencari sumber suplai minyak dan gas dari kawasan selain teluk persia cukup beralasan karena teluk Persia terjadi rawan konflik, maka AS mulai mencari alternatif dengan melirik Asia Tengah sebagai pemasok minyak. AS sangat membutuhkan energi bagi kelangsungan hidup industrinya. Pada tahun 2001, AS mengimpor 53 persen dari kebutuhan minyaknya, dan impornya tersebut akan meningkat menjadi 62 persen pada tahun 2020 sehingga jika tidak ada suplai tambahan dalam beberapa tahun mendatang, maka AS akan sulit mempertahankan, apalagi meningkatkan pertumbuhan ekonominya
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
9
(Junaedi & Mujiyanto, 2001:97). Ditambah lagi, AS saat ini sedang mengalami krisis energi paling buruk sepanjang sejarah, sehingga sangat membutuhkan suplai minyak tambahan (Rahman, dalam Kompas, 18 Oktober 2002). Meskipun perekonomian AS masih sangat tergantung pada pasokan minyak
dari
Timur
Tengah,
namun
AS
berusaha
mengurangi
ketergantungan tersebut karena wilayah itu rawan konflik. Upaya yang dilakukan antara lain dengan menjalin hubungan dengan beberapa negara pemasok minyak yang berada di wilayah Afrika, Amerika Tengah dan Laut Kaspia (Asia Tengah). Presiden George W Bush di depan Kongres Amerika Serikat pada tanggal 17 Mei 2001 pengadaan energi minyak dengan slogan “Tingkatkan Mengalirnya Minyak”(Ibid.). Dalam konsep ini, mempunyai tujuan yang sangat jelas yaitu terjaminnya persediaan minyak sehingga pada tingkat yang tidak mengancam keamanan nasional dan ekonomi AS. Pada masa pemerintahan Bill Clinton, AS mengambil inisiatif membangun jalur sutra baru (new silk road) dengan membangun pipa minyak baru yang melewati wilayah Turki namun masih dirasa kurang efisien dan efektif (Winarno, dalam Suara Pembaharuan, 23 Mei 1995). Sebelumnya, George W Bush berencana membuat pipa minyak melewati rute yang paling murah yakni membangun pipa transAfghanistan
yang
kemudian
melewati
Pakistan.
Namun
karena
Afghanistan selama dua dekade terakhir mengalami berbagai konflik antar etnis, ideologi maupun perebutan kekuasaan, sehingga ambisi AS menjadi terhambat (Ibid.). Pasca tragedi 11 September 2001, AS mulai mengembangkan doktrin pertahanan baru dengan mengedepankan pre-emptive strike (serangan dini) dan defensive intervention (intervensi defensif), yang mana sangat berbeda dengan saat perang dingin yang menggunakan doktrin containtment (penangkalan) dan deterrence (penangkisan)
10
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
(Husaini, dalam Kompas, 11 Juli 2002). Dalam kampanye War on Terror, AS mengajak sejumlah negara untuk memerangi terorisme dengan sasaran utama kelompok Al Qaeda dengan pemerintah Taliban di Afghanistan dituduh sebagai pelindungnya. Posisi Afghanistan di Asia Tengah kembali menjadi sorotan tajam karena menjadi prioritas AS dalam pemberantasn terorisme. Sejak itu, AS mulai aktif secara diplomatik, politik dan militer di Asia Tengah. Uzbekistan menjadi sekutu kunci AS dengan mengijinkan pangkalannya dipakai oleh tentara AS. (Cornell & Spector, 2002:193). Imbalannya Uzbekistan meminta jaminan keamanan kepada AS jika perang di Afghanistan meluas ke negara-negara sekitar. Selain itu, AS juga menempatkan 3.000 pasukannya di Kyrgistan dan 1.000 pasukan lainnya di Uzbekistan. Kehadiran pasukan AS di Asia Tengah mendapat dukungan dari Presiden Vladimir Putin, karena hal itu akan membawa keuntungan bagi Rusia. Putin memandang bahwa kehadiran pasukan militer AS akan meningkatkan keamanan di negara-negara yang tidak stabil pada sepanjang garis perbatasannya di selatan secara gartis. Putin dengan cepat mengambil keuntungan dengan meminta negaranegara di Asia Tengah untuk mendukung penuh kehadiran militer AS. Rusia mempunyai kepentingan yang sama dengan AS dalam memerangi terorisme dan Rusia berharap memperoleh dukungan politik yang serupa dalam memerangi sparatisme di Chechnya (Sulaiman, 2002:87-88). FAKTOR STRATEGIS ASIA TENGAH Ada beberapa faktor yang menjadikan Asia Tengah sebagai wilayah strategis bagi negara-negara di dunia, yakni (Haiyun, 2001:45) Pertama, faktor geopolitik. Pasca bubarnya Uni Soviet, kelima bekas Republik Sosialis tersebut memisahkan diri dan membentuk negara merdeka. Akibatnya adalah secara geoploitik menjadi “new continent”. Sementara Rusia terbelenggu krisis ekonomi sehingga pengaruhnya atas wilayah itu
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
11
berkurang. Maka terjadilah kekosongan kekuasaan (vacuum of power) selama beberapa periode, yang mana mengundang kekuatan asing yang berkepentingan di wilayah itu. Kedua, faktor ekonomi. Asia Tengah mempunyai tiga keuntungan besar, yakni (1) keuntungan sumber daya alam; (2) pasar dan (3) keuntungan sebagai jembatan. Asia tengah sangat kaya akan minyak bumi dan gas alam. Berdasarkan data statistik, cadangan minyak di seluruh kawasan (termasuk laut Kaspia) mencapai 23 milyar ton, yang berarti kedua terbesar setelah kawasan teluk. Sedang cadangan gas alamnya mencapai 3000 milyar ton, menempati urutan ketiga di dunia. Cadangan uranium, dan emas sangat besar dan merupakan produsen kapas terbesar di dunia. Penduduk Asia Tengah 550 juta jiwa yang merupakan pasar potensial. Sedang posisinya menajdai jembatan antara benua Asia dan Eropa sehingga disebut jalur sutera (Silk Road). Ketiga, faktor budaya dan agama. Dalam sejarahnya, wilayah itu terdapat tiga kebudayaan dan tiga agama besar. Dan sudah terbukti menjadi kawasan dimana berbagai budaya, ideologi dan agama di dunia saling berbenturan. Disini berkumpul kebudayaan Islam, Han, Slav, Mongolia dan Persia secara tersebar. Agama Budha, Islam dan Gereja Orthodox. KEPENTINGAN NASIONAL AS Munculnya Asia Tengah sebagai kawasan strategis dan kaya akan cadangan sumber alam, mendorong beberapa kekuatan besar untuk bersaing mencari pengaruh demi kepentingan strategisnya. Melihat situasi demikian, AS dan negara-negara lainnya telah “menduduki” beberapa posisi strategis di kawasan ini dengan membawa modal dan teknologi. Dalam strategi global AS, posisi Asia Tengah masuk dalam agenda politik luar negerinya. Adapaun politik luar negeri merupakan upaya
12
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
untuk mencapai kepentingan nasional. Begitu juga dengan AS, dimana kepentingan nasional AS di kawasan Asia Tengah meliputi : (Malik, 1994:130)
1. Mencegah bangkitnya ideologi ekspansionis Rusia yang radikal di kalangan negara-negara bekas Uni Soviet, yang dapat menimbulkan kembali konflik nuklir global.
2. Mencegah atau mengisolir konflik yang terjadi di kawasan tersebut, yang dikhawatirkan nanti akan meluap ke negaranegara tetangga.
3. Mencegah pengembangan senjata nuklir. 4. Mencegah berkembangnya paham radikal yang anti-Barat dalam bentuk Islam politik di kawasan ini.
5. Mendorong
berkembangnya
hak-hak
asasi
manusia,
demokrasi, sistem perekonomian pasar bebas dan lingkungan dunia yang bersih.
6. Membolehkan AS untuk berperan dalam pembangunan ekonomi, khususnya akses pada bahan mentah.
7. Membendung pengaruh Rusia dan Iran dan menempatkan kawasan ini sebagai lingkungan pengaruh dalam kepentingan strategis AS.(Haiyun, 2001:47) Paska peristiwa 11 September, terdapat sedikit pergeseran prioritas kepentingan nasional AS yang difokuskan pada perang melawan terorisme. Meskipun secara umum tujuan utama politik luar negeri AS di Asia Tengah tetap sama yakni membantu negara-negara di kawasan ini berkembang menjadi lebih stabil, penerapan pasar bebas, demokrasi,
sebagai
benteng
dalam
menghadapi
kemungkinan
ketidakstabilan dan konflik kawasan. Sedang secara luas, tujuan AS mencakup tiga kepentingan strategis, yaitu: keamanan regional,
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
13
reformasi
politik
dan
ekonomi,
dan
pembangunan
ekonomi.
(www.uyghuramerica.org, 17 Agustus 2004) 1. Keamanan. Dalam bidang keamanan regional, AS mendorong negara-negara di kawasan Asia Tengah untuk saling bekerjasama, bekerjasama dengan AS dan kekuatan global lainnya. Asia Tengah menghadapi sejumlah ancaman transnasional yang serius, yang pada umumnya berasal dari Afghanistan. Ancaman iru brupa gerakan kelompok teroris, Islam ekstrimis, penyelundupan narkotika dan senjata (termasuk senjata pemusnah massal). AS bekerjasama dengan pemerintah negara-negara tersebut untuk menangani masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah
politik-agama
merupakan
alasan
pertama
negara-negara Asia Tengah bergabung dengan koalisi anti terorisme pimpinan AS. Mayoritas negara di kawasan itu sering terlibat kekerasan sebagai akibat gerakan Islam domestik, yang mempunyai hubungan dengan Taliban dan Al-Qaeda. Sejak akhir 1990-an, Uzbekistan, Tajikistan dan Kyrgistan mempunyai pengalaman dalam masalah domestik karena Islam garis keras. Uzbekistan misalnya, telah memerangi “Islamic Movement of Uzbekistan” (IMU), sebuah organisasi militan yang bertanggung jawa dalam serangan-serangan terorisme di Uzbekistan dan Kyrgistan selama tahun 1999 dan 2000. IMU dan organisasi pengikutnya, seperti di Tajikistan “United Tajik Opposition” (UTO) dan Hizb-ul-Tahrir (HT). Kelompok HT dipandang sebagai kelompok yang lebih moderat, pencapaian tujuannya tidak selalu menggunakan aksi bersenjata namun melalui propaganda (Cornell & Spectator, 2002:200). Kelompok-kelompok tersebut mempunyai tujuan yang sama yakni mengganti elit yang berkuasa dengan rezim Islam pada semua negar-negara di Asia Tengah.
14
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
Dengan mendukung AS dalam berperang melawan terorisme internasional, negara-negara ini ingin menumpas kelompok-kelompok ekstremis tersebut tanpa mendapat kritikan dunia internasional dan organisasi HAM lainnya. Kerjasama ini merupakan kerjasama saling menguntungkan, AS ingin memerangi terorisme dan negara-negara Asia Tengah menumpas ekstremis Islam, yang mana disinyalir kelompokkelompok itu mempunyai kaitan. Berbagai macam permasalahan keamanan yang dihadapi Asia Tengah seperti terorisme, penyelundupan narkotika dan senjata, kemungkinan juga pencurian material nuklir dan perdagangan gelap, dan berbagai konflik multi-etnis. Untuk mengatasi masalah ini, Asia Tengah kekurangan dana dan sumber daya militer. Dan kehadiran dan bantuan militer AS sangat membantu. Kerjasama militer antara negara-negara di Asia Tengah adalah berupa pasokan senjata dan pelatihan intelijen oleh militer AS dan meningkatkan kerjasama dengan NATO dalam sebuah aliansi untuk program perdamaian (Sulaiman, 2002:86). 2. Reformasi Politik dan Ekonomi Amerika ingin mendorong demokratisasi dan dari institusi politik dan membangun sebuah sistem perekonomian pasar bebas agar tidak menghalangi investor dan pedagang asing, termasuk AS. Nilai-nilai demokrasi dan sistem pasar bebas, seperti yang diterapkan pada negara-negara demokrasi kapitalis lainnya di dunia diharapkan dalam jangka panjang dapat menjadi jaminan bagi tercapainya keamanan dan kemakmuran kawasan tersebut. Sayangnya reformasi berjalan lambat. Pemerintah Turkmenistan tetap menjadi salah satu rezim represif. Di Uzbekistan presiden Islam Karimov dengan tegas menolak reformasi ekonomi yang ditawarkan AS. Kazakhstan telah menerima keuntungan dari hasil penjualan minyak dan gas bumi sehingga telah mencapai kestabilan secara makro ekonomi,
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
15
akan
tetapi
masih
memerlukan
reformasi
lebih
lanjut
untuk
mempertahankan hasil yang telah dicapai. Meskipun Kazakhstan menyauarakan isu-isu demokrasi namun pengkapan terhadap kelompok oposisi, media massa dan aktivis NGO terus dilakukan. Kyrgistan yang pernah menjadi pemimpin regional dalam hal demokratisasi dan pasar bebas, namun dalam dua tahun terakhir mengalami kemunduran. ( www.uyghuramerica.org , 17/8/2004). Harapan yang ada mungkin di Tajikistan, sebuah negara yang baru saja pulih dari perang saudara. Karena pemerintahan pusatnya kurang kuat, membuat timbulnya kebebasan pers, keragaman partai politik, dan demokrasi. Dalam bidang ekonomi Tajikistan tengah berjuang untuk keluar dari kemiskinan dengan bantuan IMF (Ibid.). Janji akan imbalan ekonomi jika mendukung perang AS melawan terorisme menjadi motivasi negara-negara kawasan Asia Tengah, karena situasi ekonomi kawasan tersebut (kecuali Kazakhstan) sulit untuk pulih dari krisis paska lepas daru Soviet tanpa bantuan asing. Semua negara membutuhkan itu, sehingga pada tahun fiskal 2002 bantuan ekonomi AS terus meningkat, seperti tabel berikut (Sulaiman, 2002:85). NEGARA
BANTUAN TAHUN 2001
BANTUAN TAHUN 2002
Uzbekistan
55.9 juta dollar AS
161.8 juta dollar AS
Kyrgistan
40.6 juta dollar AS
49.0 juta dollar AS
Tajikistan
56.4 juta dollar AS
85.3 juta dollar AS
Kazakhstan
71.5 juta dollar AS
81.6 juta dollar AS
Turkmenistan
12.2 juta dollar AS
16.4 juta dollar AS
Disamping paket bantuan tersebut, tarif untuk menyediakan pangkalan militer merupakan sumber pendapatan tersendiri bagi negara16
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
negara tersebut. Seperti Kyrgistan memperoleh 7.000 USD setiap kali pesawat-pesawat lepas landas maupun mendarat, 1.000 USD setiap kali truk dan 500 USD bagi mobil AS setiap kali memasuki bandara (Ibid.). Negara-negara Asia Tengah juga membutuhkan bantuan untuk mengekspor barang-barang dan sumber daya alamnya agar bisa menembus pasar internasional karena wilayahnya terisolasi. Ada dugaan kuat bahwa kehadiran militer
AS di kawasan itu adalah untuk
mengamankan kepentingan sumber energi. Akan tetapi jika AS membangun pipa minyak dan gas dari Asia Tengah ke luar, hal itu tidak saja menguntungkan AS tetapi juga negara-negara Asia Tengah karena mendapatkan keuntungan ekonomis. Pembangunan jalur pipa minyak dari Asia Tengah yang melintasi Afghanistan menuju teluk akan meembawa penghasilan, lapangan kerja, pelatihan dan pendidikan baik bagi rakyat Afghanistan dan Asia Tengah (Ibid., 86). Namun demikian dalam kenyataanya kepentingan negaralah yang lebih diutamakan. Dengan kerjasama dengan AS, maka hubungan diplomatik dan politik akan ditingkatkan. AS memberi dukungan politik dan diplomatik terhadap rezim represif yang berkuasa da diharapkan akan “tutup mata” terhadap penangkapan oposisi politik, pelanggaran HAM, dan membatasi kebebasan sipil yang terjadi (Ibid., 84) Sebagai contoh, Presiden Turkmenistan Saparmurat Niyazov yang memproklamirkan bahwa selam ia memerintah, terjadi “kestabilan dan kemakmuran” dan menolak keinginan pihak oposisi untuk diberikan kebebasan politik bahkan ia melakukan perubahan susunan badan keamanan
dan
intelijen
mengindikasikan
bahwa
ia
ingin
mempertahankan kekuasaannya. Presiden Uzbekistan Islam Karimov yang pada bulan Januari 2002 mangadakan referendum, telah dicapai kesepakatan untuk memperpanjang pemerintahannya sampai 2007, dan AS membiarkan hal itu. Di Kazakhstan dan Kyrgistan banyak para
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
17
pemimpin oposisi yang memegang posisi kunci ditangkap dan dipenjarakan dengan tuduhan penyalahgunaan kekuasaan.(Ibid.) 3. Pembangunan Energi. Asia Tengah mempunyai banyak sumber energi yang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan industri AS. Kazkhstan sangat potensial untuk menjadi satu dari lima teratas sebagai eksportir minyak pada tahun 2015, produksinya pada tahun 2002 mencapai 900.000 barel per hari, akan meningkat menjadi 5 juta barel per hari pada tahun 2015 sehingga melebihi produksi Iran atau Kuwait. Turkmenistan merupakan salah satu enagar yang mempunyai sumber gas alam terbesar di dunia, yang mencapai 101 trilyun kaki kabik dan produksi minyaknya 160.000 per hari. Sementara itu di Tajikistan dan Kyrgistan terdapat sumber alam yang dapat dijasikan pembangkit listrik tenaga air yang cukup potensial untuk dapat memenuhi kebutuhan energi listrik di Asia Tengah, Afghanistan dan Asia Selatan. Karena kawasan sekitar laut Kaspia terisolasi, para pengusaha di sana menghadapi tantangan besar dalam mengantar sumber-sumber energi ini untuk dapat mencapai pasaran dunia. Untuk membantu negara-negara di Asia Tengah dalam mendapatkan kedaulatan dan kemakmuran. AS telah membangun beberapa rute ekspor alternatif. Caspian Pipeline Consortium Pipeline diresmikan pada tahun 2001 dan mengapalkan minyak tersebut untuk kemudian menuju laut hitam. The Baku-Tbilis-Ceyhan (TBC) Pipeline yang mampu mengapalkan 1 juta barel minyak per hari dari laut Kaspia menuju Mediterania, yang mencapai keputusan akhir pada 1 Agustus 2002. Turkmenistan, Pakistan dan Afghanistan telah bekerjasama dengan Bank Pembangunan Asia dan Bank Dunia untuk merealisasikan pembangunan pipa transAfghanistan.
18
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
Sumber daya energi Asia Tengah yang memiliki cadangan yang cukup banyak, menghadirkan tiga keuntungan baru, yakni:( Sokolsky and Charlek-Paley, 1999:69-70). pasar dunia, kawasan dan Amerika Serikat. Pertama, munculnya pasokan energi baru akan membuat pasokan di dunia menjadi beragam dan dapat mengendalikan harga minyak yang naik ketika permintaan akan minyak meningkat. Banyaknya pasokan minyak dari laut Kaspia akan mengamankan suplai minyak dunia (khususnya sekutu AS) karena suplai terbesar saat ini berasal dari teluk Persia (sebesar 66 persen), yang mana daerah tersebut rawan konflik sehingga pasokannya sering terganggu, seperti ketika krisis minyak dunia pada tahun 1973.(Kompas, 24/11/2002). Kedua, apabila dikendalikan dengan baik, maka keuntungan dari penjualan minyak dan gas akan memperbaiki pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia Tengah. Dengan harga pada pasaran dunia saat ini, cadangan minyak laut Kaspia bernilai antara 2-4 trilyun dollar AS. Kemampuan laut Kaspia untuk memasok energi pada pasaran dunia akan memperkuat prospek bagi pertumbuhan ekonomi dan kestabilan politik di kawasan tersebut. Ketiga, ada kesempatan yang sangat besar bagi perusahaan minyak Multinasional AS dan negara-negara Barat untuk melakukan investasi pada minyak di laut Kaspia dan juga pada bidang-bidang lain seperti pertambangan mineral, berbagai industri dan pertanian. Pada saat ini, lebih dari selusin perusahaan (umumnya dari negara-negara Barat) telah berinvestasi senilai lebih dari 40 juta dolar AS di kawasan ini. Dengan asumsi bahwa pendapatan yang akan diraih oleh perusahaan-perusahaan
minyak
multinasional
AS
tersebut
dapat
mencapai sebesar 5-10 milyar dollar AS pada tahun 2010. Salah satu perusahaan minyak besar AS Chevron Oil Company, memperhitungkan total keuntungannya sebesar 20 milyar dollar AS dari investasinya di Kazakhstan.
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
19
Pada masa mendatang, kebutuhan minyak global dapat diperoleh dari minyak laut Kaspia, Asia Tengah. Menurut U.S. Energi Information Administration (EIA), kebutuhan minyak dunia pada saat ini sekitar 72 milyar juta barel per hari dan akan meningkat menjadi 103 milyar juta barel per hari pada tahun 2015. Total konsumsi gas alam adalah sekitar 78 trilyun kaki kubik per tahun dan gas alam tersebut pada masa mendatang akan digunakan secara besar-besaran dibandingkan minyak karena ada kelebihan produksi gas alam di dunia (Sokolsky and Charlek-Paley, 1999:70). Peningkatan yang tinggi akan permintaan minyak dunia ini akan dicukupi oleh suplai minyak dari Teluk Persia (sekitar 66 persen). Akan tetapi suplai minyak dari laut Kaspia (sekitar 6 persen) akan membantu mencukupi permintaan energi dunia ini. Menurut pemerintah Amerika Serikat kawasan Asia Tengah, khususnya laut Kaspia memiliki cadangan minyak sebesar 16 milyar barel, yang menempatkan kawasan ini sejajar dengan daerah penghasil minyak di laut Utara, Eropa. Beberapa pakar memperkirakan cadangan minyak potensial di kawasan ini adalah antara 70 sampai 200 milyar barel, meskipun para analis industri minyak dan gas yang lainnya memperkirakan cadangan minyaknya tidak sebesaritu, hanya sekitar 40 sampai 75 milyar barel yang setara dengan cadangan minyak Irak. Sedangkan perkiraan cadangan minyak di kawasan tersebut berkisar antara 230-360 trilyun kaki kubik, jumlah ini sama dengan cadangan gas di Amerika Serikat ditambah Meksiko, atau sebesar 7 persen dari total cadangan minyak dunia. Menurut perkiraan Internasional Energi Agency, ekspor minyak dari laut Kaspia dapat mencapai 1.5 juta barel perhari pada awal abad 21, pada tahun 2015 kawasan ini diperkirakan mampu mendekati produksi 2,3 juta barel perhari, yang mana dapat memenuhi 7 persen pertumbuhan minyak dunia (Ibid., 70-71).
20
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
Meskipun kawasan Asia Tengah mempunyai cadangan sumber energi potensial, yang untuk proses eksploitasi dan ekspor ke pasaran dunia membutuhkan waktu 10 sampai 15 tahun kedepan menjadi tidak menentu.
Investasi
minyak
di
laut
Kaspia
sangat
mahal
dam
teknologinya susah didapat dan dikembangkan. Memang ada beberapa rintangan yang dihadapi oleh negara-negara di kawasan ini untuk membawa hasil produksinya ke pasaran dunia. Rintangan yang paling signifikan adalah (Ibid, 73-75) • Geografis, tidak ada jalan yang mudah untuk mengekspor energi ini dari laut kaspia. Negara-negara penghasil minyak ini secara geografis terisolasi dan harus bergantung pada kerjasama dengan negara tetangga untuk mengapalkannya ke pasaran dunia. Banyak jalur pipa yang potensial ini melewati wilayah yang tidak stabil dan konflik yang disebabkan masalah agama, seperti Afganistan dan sebagian kawasan Kaukasus, Turki atau Irak, merupakan partner bisnis yang tidak diinginkan dan tidak dapat dipercaya menurut pandangan Amerika Serikat karena berbagai alasan politis. • Teknologi
yang
terbatas
,
faktor-faktor
teknologi
akan
meningkatkan ongkos produksi dan merupakan kesulitan yang dihadapi dalam membangun energi di Laut Kaspia. Kesulitan-kesulitan lainnya adalah: biaya transportasi yang tinggi yang membuat peralatan sangat mahal untuk diimpor dan minyak sangat mahal untuk ekspor, penambangan minyak yang menggunakan teknologi dan peralatan yang sudah usang produksi menjadi tidak efisien, kurangnya infrastruktur, ladang-ladang minyak yang rusak karena penambangan dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman, produksi minyak yang buruk pada sebagian negara, tidak adanya perangkat hukum untuk melindungi para investor, yang menghambat masuknya investasi asing. Kesimpulannya adalah meskipun produksi meningkat, biaya operasi dan transportasinya
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
21
juga meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara penghasil minyak lainnya. • Masalah politik, Pembangunan politik di kawasan ini merupakan rintangan
bagi
pembangunan
energi
dan
ekspornya,
termasuk
ketidakstabilan domestik pada negara-negara industri minyak dan gas seperti Kazakhstan, Uzbekistan dan Turkmenistan, pemerintahan yang buruk, salah manajemen dan korupsi, dan intervensi atau halangan dari Rusia. • Modal, meskipun perusahaan-perusahaan minyak dan gas terus mencari kontrak baru yang menguntungkan, namun tetap saja para investor
melihat
seberapa
banyak
eksplorasinya,
pemulihannya,
produksinya dan transportasinya yang akan mereka biayai. Menurut Cambrige Energy Resources Associates, eksplorasi di Laut Kaspia akan memakan biaya 70 - 11 milyar dollar Amerika untuk membangun dan mengangkut cadangan minyak di kawasan tersebut dan jumlahnya sama apabila ingin mengesploitasi gas alam disana. • Masalah
Hukum,
konflik
yang
berkepanjangan
untuk
memperebutkan wilayah perbatasan dan juga lemahnya perlindungan terhadap hak milik pribadi membuat produksi dan distribusi minyak menjadi terhambat karena ketidak jelasan garis perbatasan masingmasing negara. PENUTUP Negara-negara di Asia Tengah bekas pecahan Uni Soviet seperti Kazakhstan,
Kyrgistan,
Uzbeckistan,
Turmenistan
dan
Tajikistan
merupakan daerah yang diperebutkan hingga sekarang. Kawasan ini mempunyai
arti strategis secara politik, ekonomi, geografi dan
kebudayaan. Secara ekonomi, kawasan ini kaya energi minyak dan gas, terutama di laut Kaspia. Kwantitas cadangan energi minyak dan gas
22
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
cukup besar dan mampu mensuplai minyak dari teluk Persia untuk mencukupi minyak dunia. Dan dalam perspektif AS, potensi Asia Tengah sebagai lahan investasi baru bagi perusahaan-perusahaan minyaknya. Pasca kehancuran Uni Soviet, kawasan ini terjadi vacuum of power, sehingga AS berusaha mengambil peluang untuk berperan menggantikan posisi Soviet. Caranya dengan membantu negara-negara tersebut agar lebih mandiri dan stabil sehingga dapat mencegah masuknya kembali peran Rusia. Selain mendorong reformasi ekonomi dan politik, AS juga memperkenalkan demokrasi, HAM dan ekonomi liberal. Untuk mencapai tujuan tersebut, AS melakukan kunjungan kerja dalam rangka meningkatkan hubungan diplomatik antara AS dengan negara-negara di Asia Tengah. Secara ekonomi, AS memberikan bantuan atau pinjaman untuk perbaikan ekonomi mereka. Dalam bidang militer, AS memberikan bantuan persenjataan mengingat wilayah tersebut rawan konflik yang berkepanjangan seperti separatisme, terorisme, penyelundupan senjata, obat bius dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA [1] Cornell, Svante E. and Regine A. Spector,:”Central Asia More than Islamic Extremist”, dalam The Washington Quarterly, Vol.25/No.I, Winter, 2002 [2] Couloumbis, Theodore A. dan J.H. Wolfe, ”Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Keadilan dan Power”. Bandung: CV. Putra Abardin, 1999 [3] Haiyun, Wang. “The Security Situation In Central Asia”, International Strategic Studies, No.1, January, 2001
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah
23
[4] Husaini, Adian. “Doktrin Ofensif AS, Gejala Paranoid”, dalam Kompas 11 Juli 200 [5] Malik, Hafeez. Central Asia’s Geopolitical Significance and Problems of Independence: An Introductions, (New York: St. Martin Press, 1994 [6] Mas’oed, Mohtar. Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi, (Yogyakarta: PAU-SS UGM, 1989 [7] Mas’oed, Mohtar. Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi, (Yogyakarta: PAU-SS UGM, 1989 [8] Maynes, Charles William. “America Discoves Central Asia”, Foreign Affairs, Vol. 82/No.2, March/April ( 2003 ) [9] Notosusanto, Indrya Smita.”Politik Global Amerika Serikat Pasca
Perang
Dingin”,
Juwono
Sudarsono,
dkk.,
Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan Tantangan Masa Depan. (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996 ) [10] Pacicolan, Paolo. US and Asia Statistic Handbook 2001-2002. Washington D.C.: The Heritage Foundations, 2001. [11] Sokolsky, Richard and Tanya Charlek-Paley, “NATO Caspian Security: A Mission to Far?”. Santa Monica: Rani, 1999. [12] Sulaiman, Sadia. ”The Role of Central Asia in War Against Global
Terrorism:
Futuristic
Apprisal”,
dalam
Strategic
Studies, Vol.XXII/No.2, Summer, 2002, hlm.82 [13] Winarno, Budi. “Persaingan Bisnis Minyak di Asia Tengah”, dalam Suara Pembaharuan, 23 Mei 1995 Website Http://www.uyghuramerica.org/researchanalysis/Uspolicycenasia.html, diakses tanggal 17 Agustus 2004
24
Makna Kebijakan Luar Negeri AS Di Asia Tengah