Tp 2-4 Diskolasi (m. Ilyas)0k

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tp 2-4 Diskolasi (m. Ilyas)0k as PDF for free.

More details

  • Words: 3,252
  • Pages: 8
Tinjauan Pustaka

DISLOKASI INTERFASETAL BILATERAL Muhammad Ilyas Sub Divisi Muskuloskeletal, Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

SUMMARY A bilateral interfasetal dislocation (BID) is a dislocation of both facet joint at he same level, a tear to the whole ligament structure of the anterior , medial and posterior column.Most often at cervical 4(C4),C5,C6 (possible at every level). The biomechanics are hiperflexy (great flexy-rotation is also possible), unstable, ± 50 % of the cases anterolisthesis corpus vertebra happens, 40% causes medulla spinalis damage and 5-10% damage are even more serious at post trauma or because of evacuation error .Neurological disturbance could happen from Frankel E to A.There is a high risk of redislocation. Role of radiology is to detect and evaluated the injury to the bone, ligament, soft tissue and evaluated damaged instability. Plain cervical radiograph as the first step before further examination if needed.The management is stabilization with posterior fussion and anterior fussion it necessary. (J Med Nus. 2006;26 : 127-134)

RINGKASAN Dislokasi interfasetal bilateral (BID) adalah terjadinya dislokasi kedua sendi faset pada tingkat yang sama, terjadi robekan pada seluruh struktur ligamen dari kolumna anterior,medial dan posterior.Paling sering di Servikal 4(C4),C5,C6 ( bisa setiap level). Biomekaniknya adalah hiperfleksi ( dapat pula akibat fleksi-rotasi yang hebat), bersifat tidak stabil, ± 50 % kasus terjadi anterolisthesis korpus vertebra, 40 % terjadi kerusakan medulla spinalis dan 5-10 % kerusakan terjadi lebih serius post trauma atau kesalahan waktu evakuasi.Ganggguan neurologis bisa terjadi dari Frankel E sampai A. Beresiko tinggi untuk terjadi redislokasi.Peran imejing bertujuan mendeteksi dan menilai cedera pada tulang,ligament, jaringan lunak dan menilai instabilitas cedera.Pemeriksaan foto polos cervical sebagai pemeriksaan dasar pertama untuk melangkah ke pemeriksaan lanjutan bila diperlukan. Penanganan berupa stabilisasi dengan fusi posterior dan bila perlu fusi anterior.(J Med Nus. 2006;26 : 127-134)

PENDAHULUAN Dislokasi interfasetal bilateral merupakan suatu bentuk trauma tulang belakang khususnya di daerah servikal,dan merupakan suatu trauma yang serius dan berbahaya karena dapat menyebabkan kematian ataupun gangguan neurologi yang mempengaruhi produktifitas kerja penderita dan meningkatnya biaya pengobatan .3,11,19 Trauma servikal tidak selalu berdiri sendiri, sering disertai trauma kepala(20%), wajah(2%),penurunan kesadaran,dan multiple trauma.Kecenderungan meningkatnya trauma servikal sejalan dengan kepadatan arus lalu lintas yang mengakibatkan tingginya resiko angka kecelakaan.Penyebab lainnya adalah jatuh dari ketinggian tertentu, dan olah raga. Karenanya dalam mengevaluasi penderita trauma, seringkali diperlukan rekonstruksi trauma, memperhitungkan mekanisme trauma yang terjadi serta memperkirakan tipe dari trauma tersebut, dengan asumsi bahwa penderita trauma yang memperlihatkan gejala adanya kerusakan tulang belakang seperti nyeri leher, nyeri punggung,

J Med Nus Vol. 24 No.2 April-Juni 2005

paresa ekstremitas atau perubahan sensibilitas, harus dirawat seperti merawat penderita dengan kerusakan tulang belakang sampai terbukti tidak.Dislokasi interfasetal bilateral bisa tanpa memberikan gejala neurologis (Frankel E) sampai paralisa komplet (Frankel A).3,4,18,25 Umumnya trauma pada vertebra servikalis terjadi pada dua tempat.Sepertiga dari trauma terjadi pada segmen C2 dan setengahnya terjadi pada segmen C6 atau C7. Dislokasi interfasetal bilateral paling sering terjadi C4,C5,C6 meskipun cedera ini bisa terjadi pada setiap level.Biomekanika trauma ini adalah akibat hiperfleksi yang hebat, dan secara patologinya merupakan cedera yang tidak stabil.1,16,17 Kesulitan dalam mendiagnosis terjadi karena trauma ini jarang berdiri sendiri. Peran imejing bertujuan mendeteksi dan menilai cedera pada tulang, ligamen,jaringan lunak dan menilai instabilitas cedera, mencakup pemeriksaan radiologi konvensional, Tomografi komputer dan MRI. Pemeriksaan foto polos

127

akan merupakan pemeriksaan dasar pertama yang diperlukan dan merupakan titik tolak untuk melangkah ke pemeriksaan lanjutan bila diperlukan.3

tertentu, misalnya dari pohon kelapa atau dari bangunan.3,4,25

ANATOMI INSIDEN Dislokasi interfasetal bilateral merupakan suatu bentuk trauma servikal yang jarang terdiagnosis oleh karena seringkali tidak berdiri sendiri tapi disertai dengan trauma di tempat lain.Rata – rata pasien dengan multiple trauma sekitar 5,9 % mengalami trauma pada servikal dan 10 % mengalami fraktur pada tulang servikal. Hasil survey pada 165 pusat trauma di Amerika, 4,3 % dari 111.219 pasien mengalami cedera servikal dimana 510 % terjadi kerusakan medulla spinalis post trauma atau saat dievakuasi.2,3,4,14 Kepadatan arus lau lintas dengan resiko tingginya angka kecelakaan lalu lintas menyebabkan kecenderungan meningkatkan trauma ini.Mayoritas penderita adalah orang muda(± 80 %) yang berusia 15 –35 tahun, perbandingan antara pria dan wanita adalah 4:1.Sekitar 50% kasus dislokasi interfasetal bilateral menyebabkan anterolisthesis pada corpus vertebra yang terlibat, 2% - 30 % kasus terjadi kerusakan dan herniasi diskus intervertebralis.Secara biomekanik dan neurologik lesi ini bersifat tidak stabil dan mempunyai insidens yang tinggi untuk terjadinya redislokasi .1,2,24,26

ETIOLOGI Dislokasi interfasetal bilateral merupakan lesi yang murni diakibatkan oleh trauma.Kecelakaan lalu lintas dilaporkan menduduki urutan pertama sebagai penyebabnya, diikuti oleh kecelakaan karena olah raga seperti menunggang kuda, menyelam, pemain bola dan pesenam. Kecelakaan lain seperti jatuh dari ketinggian

Tulang belakang leher (servikal) mempunyai ukuran lebih kecil dibanding tulang belakang lainnya,melindungi medulla spinalis,menyokong kepala dan memungkinkan gerakan kepala(fleksi,ekstensi dan rotasi). Terdiri atas 7 ( tujuh ) buah tulang, dua diantaranya, C1 dan C2 mempunyai bentuk berbeda bila dibandingkan dengan kelima tulang lainnya .Vertebra C3 – C6 mempunyai persamaan secara anatomi,terdiri dari sebuah corpus,dua pedikel,dua massa lateralis,dua lamina dan satu prosessus spinosus, juga dirancang untuk gerakan fleksi, ekstensi dan rotasi..Vertebra C7 sedikit berbeda sebab merupakan bentuk transisional,disebut juga vertebra prominens dimana prosessus spinosusnya lebih panjang dan besar, tidak bercabang seperti pada C3-C6.12,15,17,23 Hubungan antara corpus vertebra servikal (dan juga corpus vertebra lainnya)dimungkinkan oleh adanya sendi,umumnya disebut sendi faset, biasa juga disebut sendi apofiseal atau zygapofiseal, memungkinkan adanya pergerakan (fleksi,ekstensi ataupun rotasi), menyerupai engsel, terletak langsung di belakang kanalis spinalis.Sendi faset merupakan sendi sinovial,dikelilingi oleh jaringan ikat dan menghasilkan cairan untuk memelihara dan melicinkan sendi. Pada permukaan superior dan inferior prosessus uncinate terdapat pula sendi faset,lebih dikenal dengan nama sendi uncovertebral dari Luschka( joint of Luschka) yang juga penting dalam biomekanikal dan stabilitas tulang vertebra.7,14,17

Gambar 1.Gerakan fleksi-ekstensi servikal pada sendi faset( lateral & posterior)7 Beberapa struktur lainnya disekitar tulang meliputi otot, pembuluh darah, trachea, esophagus dan serabut – serabut saraf. Kumpulan ligamen,tendon dan otot membantu menyokong dan menstabilkan tulang servikal.Ligamen berfungsi mencegah pergerakan berlebihan yang dapat berakibat pada cedera fatal,juga menghubungkan tulang satu dengan tulang 128

lainnya.Dikenal dua ligamen utama,intrasegmental yang mengelilingi tiap vertebra dan intersegmental yang mengelilingi beberapa vertebra secara bersamaan. mentum flavum,interspinosus (interspinale) dan intertransversa termasuk dalam sistim ligamen intrasegmental,sedangkan ligamentum longitudinal anterior dan posterior serta supraspinosus termasuk dalam sistim ligamen intersegmental.11,12,17 J Med Nus Vol. 24 No.2 April-Juni 2005

Gambar

2. Ligamentum Intrasegmental dan Intersegmental .7

Medulla spinalis yang keluar dari batang otak dilindungi oleh tulang servikal, juga tulang belakang lainnya dalam foramen vertebralis,bersama dengan cairan serebrospinalis dan meninges(duramater, arachnoid dan piamater).Pada daerah servikal, medulla spinalis memberikan delapan pasang akar saraf,dinamakan sesuai tempat keluarnya dari kanalis spinalis yang dilaluinya yaitu C1sampai C8. 6,12,23

PATOBIOMEKANIK Mekanisme trauma ini akibat adanya fleksi dan rotasi namun sebagian besar berpendapat akibat hiperfleksi yang hebat sehingga integritas dari ligamen pada servikal menghilang, termasuk pada sambungan sendi faset,menimbulkan robekan ligamen dan dislokasi sendi

normal

– sendi faset. Biasanya disertai dengan fraktur pada corpus vertebra yang terlibat.1,4,24 Pergerakan diantara dua permukaan sendi vertebra,termasuk vertebra servikalis, dapat dianalisa mengggunakan metode “instant center”dari Reuleaux, khususnya pada pergerakan fleksi,ekstensi atau lateral fleksi.Pada keadaan normal tulang servikal, instant center saat fleksi dan ekstensi berada di anterior vertebra di bawahnya dari vertebra yang bergerak. Dengan analisis instant center dapat menerangkan bahwa saat fleksi dan ekstensi terjadi juga pergerakan tangensial (gliding) pada sendi fasetal, foramen intervertebralis melebar pada saat fleksi dan saat ekstensi menyempit. .Namun pada keadaan abnormal seperti adanya kerusakan ligament,arah instant center berubah menjadi di posterior.17

Patologis

Gambar 3. Pergerakan sendi faset pada keadaan normal & patologiKompresi & distraksi menyebabkan arah instant center berubah Pada dislokasi interfasetal bilateral (BID) arah instant center berubah karena dislokasi kedua sendi faset pada tingkat yang sama, tejadi akibat hiperfleksi yang hebat sehingga mengakibatkan robeknya seluruh struktur ligament dari kolumna anterior, media, dan posterior.Akibatnya massa artikular dari vertebra yang terlibat bergeser ke superior dan anterior lalu melewati prosessus artikularis superior vertebra dibawahnya.Massa artikular yang mengalami dislokasi bersandar pada foramen intervertebral sehingga faset inferior dari vertebra yang terkena akan berada di anterior faset superior dibawahnya.2,3,5,11 J Med Nus Vol. 24 No.2 April-Juni 2005

Trauma ini dapat terjadi sebagian/parsial atau total/ komplit. Pada dislokasi inkomplit/partial,vertebra yang mengalami dislokasi bergeser ke anterior kurang dari setengah diameter anteroposterior korpus vertebra. Tepi posteroinferior faset inferior vertebra yang terkena menyentuh tepi atas prosessus artikularis superior vertebra di bawahnya.Beatson dkk melaporkan bahwa dislokasi interfasetal bilateral(BID) komplit terjadi bila robekan total kompleks ligament dan discus intervertebralis mengakibatkan pergeseran ke anterior setengah atau lebih dari diameter anteroposterior vertebra yang mengalami dislokasi.1,5 129

Gejala klinik relatif tergantung luasnya kerusakan yang terjadi (Frankel E sampai A). Biasanya disertai fraktur pada satu atau dua corpus vertebra yang terlibat. Berdasarkan mekanisme cedera,digolongkan dalam trauma hiperfleksi dan ditinjau dari kestabilannya, bersifat tidak stabil karena pada saat terjadinya trauma komponen ligamentoskeletal tidak utuh lagi sehingga memungkinkan terjadinya pergeseran satu segmen vertebra servikalis terhadap lainnya dan beresiko tinggi terjadi kerusakan medulla spinalis.Kadang-kadang dislokasi interfasetal bilateral (BID) disebut juga “double locked” tetapi sebenarnya merupakan penamaan yang tidak tepat karena “double locked” mengesankan suatu cedera yang stabil.3,5,9,14 DIAGNOSIS Diagnosis didasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologis.Pada pasien sadar, usia dewasa,kooperatif, maka anamnesis akurat dan pemeriksaan fisik sangat berguna,sedangkan pada pasien tidak sadar yang diduga menderita cedera tulang belakang pada umumnya dan cedera servikal pada khususnya , harus dianggap menderita cedera tulang belakang, sampai terbukti tidak melalui pemeriksaan lanjutan.3,13 Pada penderita dilakukan pemeriksaaan neurologis lengkap,menentukan kekuatan motorik dan derajat kelumpuhan bila ada juga lokasi cedera.Selalu terdapat adanya nyeri leher,disertai kaku leher,gangguan gerak pasca trauma oleh karena spasme otot-otot paravertebral serta nyeri pada palpasi di bagian belakang leher, terutama daerah prosessus spinosus. Juga dilakukan pemeriksaan sensorik (eksteroseptif dan propioseptif ) guna menentukan topik segmen medulla spinalis yang terkena.Penentuan topik dan lokasi sangat perlu sehingga arahan pemeriksaan radiologis dapat dilakukan dengan akurat dan dapat menentukan prognosis penderita.1,3,21 Penilaian status neurologis yang sederhana dan mudah dapat menggunakan skala Frankel, yaitu : 3,20 Frankel A : Defisit neurologi yang komplit. Frankel B : Hanya terdapat fungsi sensorik pada distal cedera Frankel C : Sebagian motorik nonfungsional pada distal cedera. Frankel D : Motorik fungsional pada distal cedera Frankel E : Normal. Adapula yang mengelompokkan berdasar stabilitas klinis dan status neurologis:3,14

Kelompok I Kelompok II

: Klinis stabil tanpa defisit neurologis. : Klinis stabil, dengan defisit neurologis myelopati / radikulopati. Kelompok III : Klinis tidak stabil,GCS 1-4, hemodinamik tidak stabil, gangguan pernapasan, hematoma mediastinum, multiple trauma, neuro baik. Kelompok V : Klinis tidak stabil, defisit neurologis. Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiologi tergantung kondisi pasien, termasuk status neurologi, tipe dan besarnya kekuatan yang menjadi penyebabnya.Pemeriksaan ini meliputi foto polos, tomografi konvensional, tomografi komputer, mielografi,dan MRI.Pemeriksaan USG dan Kedokteran nuklir jarang dipakai untuk mendeteksi cedera servikal.Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan setelah stabilisasi dari cedera yang mengancam jiwa dan harus tetap diimobilisasi sampai selesai dilakukannya imejing yang definitif.3,13 A. FOTO POLOS Survey di Amerika menyebutkan bahwa dilakukan foto polos tulang belakang pada pasien dengan trauma tumpul berat sebagai prosedur rutin (96%), serta menjadi standar pemeriksaan untuk kasus dengan trauma vertebra akut.3 Foto polos yang pertama dilakukan pada pasien adalah proyeksi lateral(cross-table lateral)dan anteroposterior(AP). Spesifisitas posisi cross-table lateral mencapai 97 % untuk semua kasus trauma servikal.Jika kondisi memungkinkan dipertimbangkan melakukan posisi oblik dan pillar..dengan meminimalkan manipulasi .1,3,13 Gambaran radiologis yang khas pada posisi lateral (cross-table lateral) adalah tampak pergeseran ke anterior dari vertebra yang terlibat paling sedikit setengah (50%) diameter anteroposterior dari korpus vertebra dan juga tampak dislokasi total sendi apofiseal vertebra tersebut.1,3,4,10

Skematis dislokasi fasetal bilateral. Tampak adanya “locking”, juga dapat disertai avulsi fraktur korpus vertebra dibawahnya. Dislokasi faset bilateral pada proyeksi lateral.Tampak peregeseran ke ant.C2 terhadap C3 dengan faset inferior C2 berada pada faset artikular superior C3.22

Pada posisi anteroposterior (AP) gambaran radiologis berupa pelebaran jarak interspinosus di level yang mengalami kerusakan menandakan adanya kerusakan ligamen.3,1323 Posisi oblik memperlihatkan massa artikularis yang tampak pada foramen intervertebralis, dapat menentukan derajat peregseran dan validitas dislokasi.12 Proyeksi oblik paling baik memperlihatkan foramen intervertebralis,pedikel, prosessus artikularis dan terpenting adalah lamina inferior serta superior faset artikular, yang sering tumpang tindih dengan struktur lain.Adanya penyempitan ruang interlaminar dicurigai terjadi subluksasi vertebra.4,14,27

Disamping itu evalusi pada jaringan lunak penting menilai ada tidaknya emfisema subkutis.Ruang prevertebral harus dinilai untuk menunjukkan derajat cedera atau kecurigaan trauma ligamen atau trauma tulang yang tersembunyi.Normalnya ruang prevertebra C2 tidak lebih 7mm, C3-C4 tidak lebih 5mm, C6 tidak lebih 22 mm. B. TOMOGRAFI KOMPUTER ( Ct-Scan ) Tomografi Komputer harus dilakukan apabila integritas tulang vertebra masih diragukan setelah foto polos atau bila pada foto polos tidak dijumpai kelainan tetapi terdapat kecurigaan adanya fraktur atau ada rencana operasi. Tomografi Komputer juga untuk menentukan fraktur dan ekstensi fragmen frakturnya ke dalam kanalis spinalis. Jaringan paraspinal , termasuk saluran napas, dapat terlihat dengan baik pada tomografi komputer, tetapi jaringan lunak intraspinal / medulla spinalis tidak akan tampak dengan jelas kecuali bila digunakan kontras intratekal.

Gambar 6. Proyeksi oblik kanan dan kiri.(skematis BID)11 Penilaian pada foto polos, cedera tulang belakang dikatakan tidak stabil bila :3,14 a. Tampak pelebaran celah interspinosum atau pelebaran sendi faset. b. Ada listesis anterior lebih 3,5 mm. c. Penyempitan atau pelebaran sela diskus (1,7 mm atau lebih). d. Angulasi fokal lebih dari 110 . e. Kompresi vertebra lebih dari 25 %. Penilaian lebar kanalis spinalis penting guna mengetahui terjadinya resiko kompresi medulla spinalis.Berdasarkan Pavlov ratio jarak kanalis spinalis pada proyeksi lateral lebih besar atau kurang lebih sama dengan jarak anteroposterior korpus vertebra depannya, yaitu 1,0 cm atau lebih.Bila Pavlov ratio- nya 0,8 cm atau kurang mengindikasikan penyempitan kanalis spinalis, resiko terjadi kompresi medulla.12

Gambar 8

:

Potongan parasagittal Ct-Scan memperlihatkan interfasetal dislokasi dengan faset inferior C5 berada di anterior faset superior C6.(Gbr.kiri).Potongan axial CtScan memperlihatkan adanya "double facet " sign.

C. MIELOGRAFI

Gambar 7. Pavlov Ratio,normalnya adalah A/B=1,0 cm atau lebih.Bila A/B = 0,8 atau kurang indikasi adanya penyempitan kanalis spinalis.Resiko terjadi kompresi medulla spinalis.21

Mielografi sudah jarang dilakukan,kecuali bila tidak ada MRI. Dilakukan bila terdapat defisit neurologis yang tidak sesuai dengan cedera yang tampak pada foto polos, atau bila defisit neurologis berkembang progresif. Mielografi yang dikombinasi dengan Tomografi Komputer dapat memvisualisaikan medulla spinalis dan radiks spinal dengan baik. Biasanya dilakukan setelah 4 jam paska mielografi.

D. MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI) Merupakan pemeriksaan superior terhadap tekhnik diagnostik lainnya untuk mengevaluasi pasien dengan

defisit neurologis, memperlihatkan cedera medulla spinalis mulai dari edema sampai transeksi komplit.Tanpa MRI cedera ligament sulit terdeteksi dan tidak dapat ditangani tepat sehingga akan mempengaruhi stabilitas tulang vertebra dan fungsi neurologisnya. Saat ini, MRI, banyak dipakai pada cedera vertebra seperti pada dislokasi faset unilateral atau bilateral, fraktur prosessus transverses, terutama bila melewati foramen transversum.

spinali(5),edema paravertebral posterior atauhemorrhage, dan kemungkinan rusaknya ligamentum interspinosus.

DIAGNOSIS BANDING Dislokasi interfasetal bilateral didiagnosis banding dengan dengan beberapa bentuk trauma pada cervical seperti subluksasi anterior, dislokasi fasetal unilateral dan fraktur Hangman. Kepustakaan lain mendiagnosis banding trauma ini berdasarkan meknisme trauma dan derajat kestabilan.3,-5,11 Subluksasi anterior terjadi karena trauma hiperfleksi sehingga terjadi robekan pada ligamentum posterior dan subluksasi sendi-sendi interfasetal.Fleksi ini bersifat tidak stabil.Gambaran radiologik berupa angulasi posterior (kifosis) local pada tempat kerusakan ligamentum serta juga tampak pelebaran ruang interspinosus dan subluksasi sendi apofisial.

Pasien 20 thn, wanita dengan post kll. Potongan midsagittal T2W pada MRI memperlihatkan subluksasi dari C5-C6 dengan cedera pada medulla(tampak angulasi dan deformitas)1

Mekanisme & gambar skematis subluksasi anterior11 Dislokasi fasetal unilateral terjadi karena trauma fleksi atau kombinasi fleksi-rotasi sehingga terjadi dislokasi pada salah satu faset vertebra. Ligamentum posterior dan kapsul sendi fasetal rusak.Pada gambaran radiologik tampak dislokasi anterior korpus vertebra 25%-33% dimana vertebra diatas rotasi terhadap vertebra dibawahnya.

PENATALAKSANAAN

Pada potongan mid-sagital MRI diperlihatkan dengan baik disrupsi dari ligamentum longitudinal anterior dan posterior.1

Penanganan yang baik sejak awal mutlak diperlukan.Pada posisi fleksi, jaringan syaraf lebih mudah terjepit namun hiperekstensi menyebabkan lamina yang patah atau ligamentum flavum lebih menekan myelum.Sebaiknya evakuasi,penderita diletakkan pada posisi stabilisasi longitudinal,dagu agak keatas dan bagian belakang leher diganjal bantal kecil guna memelihara lordosis leher.Dengan “cervical stabilization –traction board” dapat dicapai fiksasi tubuh bersama dengan leher serta kepala penderita yang lebih sempurna.Pada dislokasi interfasetal bilateral penanganan dilanjutkan dengan reduksi dan stabilisasi berupa pemasangan fusi posterior.Pemasangan fusi anterior diperlukan jika dikhawatirkan terjadi resubluksasi post operatif.Dan bila ada kompresi radiks spinalis maka dilakukan foraminotomy.11,25,26

Gambar 10. Dislokasi interfasetal bilateral ( BID) terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.Sagittal gradient-echo MRI(TR/TE,510/35; flip angle, 20°)didapatkan pada 0.3-T MR scanner memperlihatkan prevertebral edema atau hemoragik (1),robeknya ligamentum longitudinal posterior(2), dan ligamentum longitudinalanterior(3),herniasi diskus intervertebralis akibattrauma hebat (4),kontusi dan kompresi medulla

Gambar 14. Post reduksi, evaluasi polos & MRI

foto

dengan foto

Fraktur Hangman terjadi akibat hiperekstensi menyebabkan dislokasi anterior C2 terhadap C3 dengan fraktur pada pars interartikular.Gambaran radiologi trauma ini dibagi tiga tipe(berdasar penilaian pada crosstable lateral).Tipe I tampak pergeseran minimal bilateral pada daerah fraktur.Tipe II, tampak pelebaran diskus posterior dan penyempitan diskus anterior, kadang disertai angulasi dari axis.Tipe III yaitu tipe II disertai dengan dislokasi faset bilateral.Trauma ini pertama kali ditemukan pada orang yang tergantung, dipopulerkan pertama kali oleh Wood-Jones.Namun Grogono dan Schneider ternyata menemukan gambaran ini pada korban kecelakaan mobil.

DAFTAR RUJUKAN 1.

Anonimous ., Bilateral Interfacetal Dislocation. Available from http/www.wheelessonline.com / February 25, 2005.

2.

Anonimous., Uth.tmc.edu.

3.

Budyatmoko B, Renowaty A., Peran imejing pada trauma tulang belakang , Makalah PKB , Makassar, Oktober 2004.

4.

Belaval E.,Fracture, Servical spine. http//www.hugston .com/January 19, 2005.

5.

Buadul L,Westesson PL.,Neuroradiology case of the week.Case 32.Available from http//www.urmc.rochester .edu/1999.

6.

Bridwell K., Nerve Structure of the Spine . Available from http//www.SpineUniverse.com/September, 2004.

7.

Bridwell K. , Facet Joints of the Spine Anatomy. Available from http//www.Spine Universe.com/April, 2005.

8.

Benedith PF, et all., MR Imaging Findings in Spinal Ligamentous Injury.Pictorial Essay.Am. Journal Radiology,2000;175;661-665. Available from http//www. Ajronline.org/1999-2000.

9.

Dandy DJ, Edwards DJ., Cervical Spine Injuries, Essensial Orthopaedics and Trauma . 4thed..New York ; Churchill Livingstone , 2003; 147 – 153.

Cervical

Spine.

Available

from

http//www.

Available

from

10. Ekayuda I., Tulang . Dalam ; Rasjad S, Kartoleksono S, Ekayuda I.eds.Radiologi Diagnostik. Edisi ketiga .Jakarta ; Balai penerbit FKUI, 1995; 50-58. 11. Ekayuda I., Trauma tulang belakang leher, Jakarta 1982; 1-25.

12. Eidelson SG., Cervical Spine Anatomy & Spinal Column., An Integral Part of the Human Body .Part 1& 2.Available from http//www.SpineUniverse.Com/ December 28, 2002. 13. Graber MA, Marry K., Cervical Spine Radiographs in the Trauma Patient.Radiology Decision- Making. Am.Family Physician , 1999; 59; 2.Available from http//www.aafp.org/ January 15, 1999. 14. Harris JH,Harris WH., Spine,T he Radiology of Emergency Medicine, 2nded.Baltimore:William & Wilkins,1978;98-120 15. Meschan I.,Spine and Cervical Nervous System,Roentgen Sign in Diagnostic Imaging.Philadelphia;W.B.Saunders Company,1985; 64-69. 16. Meschan I, Ott DJ.,Cervical Spine Injuries ,Introduction to Diagnostic Imaging. Philadelphia: W.B.Saunders Company,1984; 183-184. 17. Moskovich R., Biomechanics of the cervical spine in : Nordin M, Frankel VH. Eds Basic Biomechanics of the Muskuloskeletal System, 3ed. Philadelphia ; Lippincot , William and Wilkins, 2001 ; 287 – 313. 18. Parker L., Cervical Spine Fractures. Available from http//www. Hugston .com. 19. Rasjad C. Trauma Vertebra Cervicalis, Ilmu Bedah Ortopedi, eds 2. Bintang Lamumpatue, Makassar , 2003; 470 -474. 20. Rae MR,Esser M.,Neurological Examination &Grading. Practical Fracture Treatmen.4ed.Churchill Livingstone, 2002; 231 – 247.

134

21. Rae MR.,The Cervical Spine,Clinical Orthopaedic Examination. 5ed.Philadelphia:Churchill Livingstone, 2004; 33- 47. 22. Sutton D.,Skeletal Trauma,Teexbook of Radiology and Medical Imaging.7ed.London:Churchill-Livingstone,2002; 1389-1398. 23. Stauffer ES, Kalifer H, Kling TF., Fractures and Dislocations of the Spine, Fractures in Adults. Vol.2.Philadelphia ; Lippincot Company ,1984 ; 987 – 999. 24. Stern JE., Cervical Spine Injury , Trauma Radiology Companion. Methods, Guidelines, and Imaging Fundamentals. Phialdelphia ; Lippincott Williams & Wilkins, 1998;104-109. 25. Sjamsuhidajat R., Sistim Muskuloskeletal .Dalam Sjamsuhidajat R, Wim De Jong.Eds.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi kedua Jakarta; EGC, 2004; 870-874. 26. Tay BK, et all., Fractures & Joint Injuries.Current Surgical Diagnosis & Treatment, ed. Kay LW, Doherty GM. 11 eds.Mc Graw Hill, New York, 2003; 1117 –1123. 27. White AA, Panjabi MM., Lateral & Oblik of C-Spine, Biomechanical Analysis of Clinical Stability in the Cervical Spine. Clin.Orthp Rell Ress 1975; 109; 85-96.Available from http// www.Wheeless Textbook of Orthopaedics

J Med Nus Vol. 24 No.2 April-Juni 2005

Related Documents

Tp
April 2020 36
Tp
June 2020 29
Tp
November 2019 70
Tp
November 2019 74
Tp
May 2020 32