Tol Smg Btg
Proyek Tol Bakrie Kisruh JAKARTA -- Niat Grup Bakrie menguasai proyek jalan tol Batang-Semarang terancam kisruh. PT Karya Trampil Mandiri (KTM), pemenang tender proyek tol tersebut pada 1992, merasa dipinggirkan sehingga mengancam akan menggugat investor proyek tol itu. Kuasa Hukum KTM, Dwi Heri Sulistiawan, mengatakan sampai saat ini masih ada masalah internal di PT Marga Setiapuritama, investor jalan tol tersebut. Salah satunya adalah pemilik lama tak dilibatkan. "Padahal KTM pemenang tender, tapi ketika akan digarap malah ditinggalkan," katanya kemarin. Sayangnya, Dwi enggan menjelaskan masalah tersebut. Cerita ini bermula pada 1992 saat KTM memenangi tender proyek tol pemerintah. Untuk mewujudkan proyek itu, KTM lantas membentuk konsorsium bersama PT Bayuen Permata Sari, yang memegang 55 persen saham dan PT Intsia Pasifik Permai (40 persen). Perusahaan gabungan itu diberi nama PT Marga Setiapuritama, dan KTM punya 5 persen saham. Pada 2000, PT Intsia Pasifik Permai mengalihkan saham ke PT Intsia Persada Permai. Intsia dikendalikan oleh Michael Li, warga Kanada. Namun, setelah 15 tahun berjalan, proyek mangkrak. Konsorsium tak juga memperoleh dana untuk membangun tol sepanjang 75 kilometer itu. Pemerintah marah dan mengancam bakal mencabut kontrak jika sampai 21 Juli tahun lalu tak juga beres pendanaannya. Lantas datanglah Grup Bakrie sebagai dewa penolong. Ia menggandeng Credit Suisse First Boston (CSFB)--bank investasi yang selalu dipakai Bakrie--sebagai penyandang dana proyek tersebut. Agar meyakinkan, penandatanganan pembiayaan digeber pada tengah malam menjelang tenggat 21 Juli berakhir. Setelah 8 bulan lewat, Grup Bakrie mulai menunjukkan "taring". Saat rapat umum pemegang saham digelar Rabu pekan lalu, mereka resmi mengambil alih pendanaan dan manajemen Marga Setiapuritama. Setelah proyek selesai, Bakrie akan mengakuisisi sedikitnya 65 persen saham. "Saat ini pemegang saham masih yang lama," kata Harya Hidayat, eksekutif Grup Bakrie, pekan lalu. Manajemen pun dirombak. Orang-orang Bakrie duduk di posisi strategis, yakni Harya sebagai presiden direktur, Amri Aswono Putro (direktur keuangan), dan Sumantri Kusumonegoro (direktur teknik). Kursi komisaris utama juga diduduki Hiramsyah S. Thaib, Presiden Direktur Bakrieland Development Tbk. Sedangkan dari Marga Setiapuritama diwakili oleh D. Swantopo sebagai direktur. Namun, KTM tak bisa menerima. Mereka mengancam bakal menggugat pemilik lain yang akan menjual saham ke Bakrie. Alasannya, mengacu pada Undang-Undang Perseroan, seharusnya saham ditawarkan dulu kepada pemilik lama. Apalagi KTM sudah berjalan jauh dengan membebaskan lahan dan telah mengumpulkan dana Rp 1.079 triliun dari total kebutuhan investasi Rp 3,5 triliun. Ironisnya lagi, menurut sumber di KTM, mereka tak dilibatkan dalam manajemen baru Marga Setiapuritama. Karena itu, mereka memberi waktu 10 hari terhitung sejak rapat umum pemegang saham pekan lalu. "Jika tak ada respons, kami akan gugat," ujarnya. Namun, pemerintah malah menyambut baik langkah Bakrie. Ketua Badan Pengatur Jalan Tol Nurdin Manurung mempersilakan investor minta bantuan selama tak mengubah komposisi pemilik salam. "Kami justru senang jika ada penjamin jalan tol terbangun." Harya enggan memberi komentar atas ancaman KTM itu karena sedang rapat. Begitupun dengan Anindya Bakrie, ia tak bersedia menjelaskan lantaran tak tahu detail masalahnya. HERI SUSANTO I RIEKE RAHADIANA
Raja Tol Trans-Java
Selain Jasa Marga, Grup Bakrie termasuk investor yang menguasai sebagian besar ruas jalan tol Trans-Java sepanjang 829 kilometer. Setidaknya, empat ruas tol sepanjang 206 km atau 25 persen sudah dan akan jatuh ke tangan Bakrie. 1992 PT Karya Trampil Mandiri (KTM) memenangi tender pengerjaan proyek jalan tol BatangSemarang. Kemudian KTM membentuk konsorsium yang bernama PT Marga Setiapuritama. 2007 20 Juli: Credit Suisse Bank (CSB) berkomitmen mendanai proyek tol Batang-Semarang dengan penjamin Grup Bakrie. PT Marga Setiapuritama juga membayar jaminan pelaksanaan proyek Rp 31 miliar. 21 Juli: Batas waktu yang diberikan Departemen Pekerjaan Umum untuk memutuskan kontrak jika tak ada kepastian pendanaan. 2008 15 Maret: Pemerintah kembali mengancam akan memutuskan kontrak investor jalan tol yang tak segera membangun proyeknya. 23 Maret: Grup Bakrie mengambil alih pendanaan dan manajemen PT Marga Setiapuritama, investor Semarang-Batang.