Titi Ampal.docx

  • Uploaded by: amalia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Titi Ampal.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 861
  • Pages: 3
Cristy Indah Permatati 11170960000055

Kontoversi Kehalalan Produk Makanan yang Beredar di Indonesia Halal merupakan sesuatu yang diperbolehkan dalam hukum islam, yang dimana apabila sudah halal maka dipastikan thoyyib. Mengkonsumsi makanan halal merupakan perintah dari Allah, mencirikan kita sebagai seorang muslim, dan terhindar drai bujukan syaitan. Sebagaimana Allah berfirman sebagai berikut : “Wahai sekalain manusia makanlah sebagaian dari makanan yang ada di bumi ini, yang halal dan baik dan janganlah kamu menuruti jejak langkah setan, sesungguhnya setan itu adalah musuh kamu yang nyata. (QS: Al-Baqarah:168) demikian juga Allah berfirman, “ Dan Allah telah menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk. (QS Al A’raf :157). Indonesia merupaka salah satu negara denngan penduduk mayoritas muslim di dalamnya. Tentu kehalalan mutu pangan menjadi salah stu bagian penting dalam keseharian. Nilai kehalalan dapat ditinjau dari berbagai aspek penilaian dasar. Seperti bahan utama yang digunakan, proses pembuatan, bahan dan media pembantu dan lain sebagainya. Berikut terdapat salah satu contoh makanan yang sangat lazim dijumpai dan dikonsumsi bagi khalayak umum. Beberapa waktu lalu mencuat kontroversia mengenai produk tersebut yang diragukan kehalalannya yang ditinjau dari beberapa aspek. 1. Pringles (keripik kentang)

a. Latar belakang Pringles merupakan jenis keripik kentang. Produk ini berdiri tahun 1967. Menurut paten, produk ini bermarkas di Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat. Pringles memiliki logo yang sangat khas yakni seorang pria berkumis tebal yang memakai dasi kupu-kupu berwarna

merah. Pringles menjadi sangat terkenal karena rancangan dari kemasannya serta bentuk dari keripiknya. Tabungnya merupakan tabung karton dengan lapisan alumunium foil di bagian dalamnya, dan sebuah penutup tabung yang terbuat dari plastik; Sementara keripiknya dibuat berbentuk pelana. Hal ini memungkinkan kripik tersusun bertumpuk dengan sangat rapi sehingga kripik tidak mudah hancur pada saat terjadi goncangan. Dua keistimewaan dari Pringles ini, banyak ditiru oleh para pesaingnya. Di Indonesia, Pringles diimpor dan didistribusikan oleh Procter & Gamble. Produk banyak tersedia di berbagai berbagai jaringan pasar swalayan, dengan beberapa rasa hanya tersedia (atau pernah tersedia) pada satu jaringan pasar swalayan tertentu. Pringles merupakan salah satu dari sedikit merek camilan impor asal Amerika Serikat. Satu hal yang penting untuk diperhatikan pada kemasan Pringles yang beredar di Indonesia ialah label kandungan gizi ditutupi oleh distributor dengan stiker yang sewarna dengan warna tabung (yang berisikan nama rasa, berat bersih, nomor registrasi BPOM RI, nama produsen, nama distributor, komposisi, informasi kode produksi, dan informasi tanggal kedaluwarsa). Tindakan ini mempersulit orang yang ingin mengetahui kandungan gizi dari Pringles. b. Pembahasan Pringles merupakan sebuah makanan ringan dari kentang yang berbentuk keripik. Kontoversi pringles ini mencuat dari rasa yang dikeluarkan saat ramadhan lalu, yaitu bacon. Hal itu disampaikan oleh salah satu seorang muslim yang menyadari kejanggalan dari varian rasa springles tersebut. Bacon sendiri dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai daging babi yang di asapkan dan digaramkan. Hal tersebut berarti, varian rasa pringles ini tidak dapat dikonsumsi dan dimasukkan dalam kategori makanan halal. Pada dasarnya keripik kentang merupakan makanan yang halal untuk dikonsumsi. Namun varian rasa bacon yang dipermasalahkan dalam keraguan label halal untuk pringles. Walaupun varian lain seperti keju dan seaweed tidak terkait dalam varian bacon, bukan tidak meutup kemungkinan adanya atau ikut tercampurnya sesuatu yang tidak seharusnya karena pemakaian alat bersama untuk pembuatannya. 2. Marshmallow

a. Latar belakang Secara tradisional, marshmallow dibuat dari ekstrak akar tanaman marshmallow yang merupakan sejenis tanaman herba bernama Latin Althea officinalis. Pada akhir abad ke-19 pembuatan marshmallow secara komersial dan industrial mulai dikembangkan dan tidak lagi menggunakan akar tanaman marshmallow. Bahan utama yang digunakan untuk membuat marshmallow modern adalah gelatin, putih telur, gula atau sirup jagung, dan flavoring. Produk yang dihasilkan dapat dicetak menjadi berbagai macam bentuk tergantung jenis marshmallow yang dihasilkan. Tipe marshmallow yang umum diproduksi adalah extruded marshmallow, deposited marshmallow, cut marshmallow, grained marshmallow, nougat, marshmallow-meringues, dan biscuit and wafer fillings. Pada prinsipnya, pembuatan marshmallow adalah menghasilkan gelembung udara secara cepat dan menjerapnya sehingga terbentuk busa yang stabil (aerated confections). Dalam hal ini gelatin memiliki peran yang sangat besar yaitu : menurunkan tegangan permukaan lapisan pertemuan udara-cairan sehingga memudahkan pembentukan busa; menstabilkan busa yang terbentuk dengan cara meningkatkan kekentalan; membentuk busa karena sifat jel-nya; sifat koloid-nya mencegah terjadinya kristalisasi gula sehingga produk yang dihasilkan lembut dan tahan lama. b. Pembahasan Nilai kehalalan marshmallow ini mencuat ke ranah publik yang diduga karena berasal dari kontoversi bahan baku dan pembuatannya. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan marshmallow yaitu gelatin yang dimana gelatin ini dihasilkan dari jaringan ikat hewan, baik dari sapi maupun babi. Apabila gelatin yang digunakan berasal dari babi maka sudah jelas dipastikan statusnya haram untuk dikonsumsi. Untuk gelatin yang terbuat dari sapi dapat ditelusuri lebih lanjut bagaimana cara mendapatkan gelatin tersebut dari seekor sapi. Sesuaikah dengan syariat dalam penyembelihan sapi yang akan digunakan tersebut. Itulah sebabnya marshmallow diragukan dari segi bahan dan prosesnya. Selain itu hal yang harus diwaspadai dikarenakan tidak terteranya kejelasan gelatin yang digunakan dalam komposisi produk, sehingga konsumen sudah pasti dibuat kebingungan. Hal ini jelas bahwa kehalalan marshmallow sulit dipastikan dan rawan akan status halalnya. “produk marshmallow merupakan produk yang sangat rawan kehalalannya. Sebagai konsumen Muslim yang kritis, suatu produk yang meragukan hendaknya ditinggalkan. Meski bentuk, warna, aroma, dan penampilan marshmallow begitu menggoda, jika kepastian kehalalannya tidak dapat ditemukan maka satu-satunya pilihan adalah meninggalkannya.” Ir Muti Arintawati MSi, auditor LP POM MUI.

Related Documents

Titi
July 2020 10
Titi Ampal.docx
May 2020 17
Tbp 9 Titi
July 2020 9
Tbp 7 Titi
July 2020 6
Jadwal Kuliah Titi
December 2019 31

More Documents from "Elena Vatrici"