Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan bergulirnya zaman, kebudayaan terus berkembang, akan tetapi ada dua sisi yang timbul dari berkembangnya kebudayaan tersebut, yaitu sisi negatif dan sisi positif. Seperti yang kita lihat sekarang telah banyak terjadi permasalahan yang melanda negeri kita ini diantaranya meningkatnya tingkat kejahatan, hal tersebut merupakan suatu permasalahan yang harus kita selesaikan. Selain itu banyak juga permasalahan lain yang terjadi disekitar kita tidak hanya kejahatan saja. Penulis kuatir jika hal ini terus berlanjut akan mengakibatkan suatu dampak yang buruk bagi generasi selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut penulis berusaha menyusun makalah ini dengan berdasarkan rujukan-rujukan yang didapat dari media cetak, media elektronik ( Internet ), akan tetapi penulisan makalah ini hanya berkisar pada masalah-masalah yang terjadi disatu daerah yaitu daerah cianjur 1.2 Ruang Lingkup Permasalahan Makalah ini mencakup tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi didalam kehidupan bermasyarakat didaerah cianjur, dampak dari permasalah tersebut dilihat dari segi positif dan segi negatifnya, sebab-sebab munculnya permasalahan, jenis-jenis permasalahan dan apa saja yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan tersebut.
1
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan makalah ini adalah: -
Untuk memenuhi salah satu tugas akademik mata kuliah Ilmu sosial Dasar, jurusan tekhnik elektro Sekolah Tinggi Sains dan Teknologi Indonesia (ST INTEN)
-
Mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi disekitar kita khususnya dikota cianjur, sehingga dapat dicapai jalan keluar untuk memecahkan permasalahan tersebut.
-
Menambah wawasan dalam kehidupan bersosial disuatu daerah dan kebudayaankebudayaan yang terdapat didaerah tersebut khususnya didaerah cianjur
1.4 Sistematika Penulisan Penulisan makalah ini dibagi kedalam beberapa BAB dengan sistematika Sebagai berikut: -
BAB I : Pendahuluan, dalam bab ini dibahas tentang latar belakang masalah,ruang lingkup permasalahan, maksud dan tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
-
BAB II : Pengertian Kebudayaan, dalam bab ini dibahas tentang pengertian budaya, budaya bangsa dan integrasi perkembangan budaya daerah
-
BAB III: Permasalahan social budaya, pada bab ini dibahas tentang permasalahan-permasalahan yang terjdi dimasyarakat dan cara pemecahannya
-
BAB IV : Gerbang Marhamah, pembahasan dalam bab ini adalah berkisar tentang gerbang marhamah, visi-misi, tujuan dan hambatan yang dihadapi oleh masyarakat cianjur
2
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur -
BAB V : Kesimpulan.
BAB II PENGERTIAN KEBUDAYAAN
3
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta budhayah yang artinya yakni bentuk jamak dari budhi yang berarti akal, jadi kebudayaan adalah hasil budi atau akal manusia, untuk mencapai kesempurnaan. Budaya dapat juga diartikan sebagai budi yang berarti akal sehat yang selalu mengeluarkan ide-ide baru ataupun pikiran-pikiran baru untuk berkarya, dan daya yang berarti kekuatan untuk mendorong akal, mengeluarkan ide-ide yang membawa karyakaryanya dari manusia itu sendiri. Pada hakekatnya kebudayaan harus mengandung sifat-sifat keluhuran dan kehalusan, dimana sifat tersebut merupakan salah satu unsur yang menentukan tinggi rendahnya
nilai-nilai hakiki dari kebudayaan tersebut. Manusia sebagaimana
rendahnyapun peradabannya, tetap merupakan makhluk budaya, karena tata lakunya sebagian besar diatur oleh akal pikiran (budi), sebaliknya makhluk-makhluk budaya, karena ketinggian nalurinya tidak akan bisa menggunakan daya ciptanya. Manusia mempunyai unsur-unsur yang tumbuh dalam diri manusia yaitu yang menjadi penggerak jiwanya yaitu Geest (semangat), Will (kemauan), daad (tindakan) atau disebut juga ectacorporal yaitu penemuan-penemuan manusia yang diberikan oleh tuhan. Budaya suatu bangsa dapat diukur pula dari besar kuatnya ketiga daya penggerak tadi, karena pada intinya kebudayaan merupakan totalitas pikiran, karsa dan hasil karya manusia maka ruang lingkupnya hampir-hampir tak terbatas meliputi bidang-bidang seni, bahasa, kesehatan, ekonomi, hukum, pendidikan teknologi dan sebagainya.
2.1 Kebudayaan Bangsa
4
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur Kebangsaan kita adalah Indonesia dan kebudayaan kita kebudayaan Indonesia. Kebudayaan bukan saja ciri atau identitas dari bangsa melainkan menjadi sumber dari ketahanan bangsa itu dan lagipula budayalah yang membentuk bangsa ini. Kalau kita jabarkan kebudayaan itu menyangkut bidang-bidang: 1. Religi
: bermoral agama, bermental takwa,menghormati kesucian.
2. Rohaniah
: bersifat etis (susila), berkeprimanusiaan atau halus perasaan.
3. Spiritual
: memperdalam rasa seni ( estetis ) cinta kebenaran, keadilan, jujur,
kreatif, patriotik dan democratik. 4. Intelektual : berilmu pengetahuan tinggi, cerdas, terampil dapat hidup berdiri sendiri. 5. Material : cukup sandang pangan dan mempunyai tempat tinggal. 6. Fisik : sehat jasmani dan tajam panca indera. Itulah gambaran manusia Indonesia yang terbentuk oleh pengembangan budayanya. Bagaimanakah cara pengembangan kebudayaan Indonesia agar tersentuh hakekat kehidupan bangsa yang sejati. Sebagaimana sudah disepakati bersama tujuan pembangunan kita ialah membangun manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Dalam upaya merealisasi cita-cita kehidupan bersama berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Dari segi manusianya, peningkatan kualitas kehidupan hanya akan terjadi bilamana ia mampu mengembangkan kapasitasnya, meningkatkan mutu dirinya. Proses peningkatan mutu bisa terhambat bilamana sistem-sistem kemasyarakatan yang berlaku, seperti sistem politik dan sistem ekonomi, menghalang-halanginya. Sebaliknya proses peningkatan mutu dan kapasitas sistem-sistem kemasyarakatan
5
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur juga bisa terhambat bilamana mutu dan kapasitas manusia-manusia yang menjadi anggotanya tidak mampu berkembang.
Manusia adalah titik sentral dari
pembangunan. Oleh karena itu persoalan manusia erat kaitannya dengan sosial budaya, antara lain dalam hubungan sistem nilai yang mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya, dari situ muncullah relevansi dari sosial budaya sebagai suatu aspek yang sangat essensi pula sifatnya dalam proses pembangunan.
2.2 Integrasi Kebudayaan Daerah dan Pertumbuhan Dalam Perkembangan Budaya Nasional Tiap-tiap daerah mempunyai corak dan warna kebudayaan sendiri tetapi didalam persatuan nasional kepentingan itu diintegrasikan kedalam budaya nasional. Pertumbuhan budaya daerah harus mempunyai arti memupuk dan meningkatkan nilainya yang harus terus dipertahankan sehingga merupakan akar kuat didalam pengintegrasian kedalam tubuh budaya nasional. Karena itu adalah wajar masing-masing daerah hidup dalam budayanya. Misalnya ditiap daerah dikembangkan bahasa daerah, karena bahasa daerah itu bahasa yang paling efektif yang digunakan sebagai sarana komunikasi
diantara
sesama daerah. Tetapi mereka juga harus paham dengan bahasa nasional karena mereka tidak terpisahkan dari kesatuan dan persatuan bangsa. Rasa nasionalisme adalah cermin dari solidaritas, sedangkan integrasi berdasarkan solidaritas adalah sarat utama. Kita tidak boleh mengklaim suatu kebudayaan daerah menjadi kebudayaan nasional, karena dianggap tinggi nilainya. Karena tinggi rendahnya budaya daerah mempunyai aturan dan norma sendiri-sendiri.
6
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur
BAB III PERMASALAHAN SOSIAL BUDAYA
7
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur Sebelum kita menelaah lebih lanjut permasalahan sosial budaya, barang kali ada baiknya kalau kita memahami perkaitan antara pembangunan dan ketahanan nasional. “ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yag merupakan integrasi dari tiaptiap aspek kehidupan bangsa dan negara. Ketahanan nasional paada hakekatnya adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa
untuk dapat menjamin
kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara.” Perkaitan antara pembangunan dan ketahanan nasional diungkapkan sebagai berikut : “dalam pandangan ini maka ketahanan nasional perlu dipupuk terus menerus untuk tetap memungkinkan jalannya pembangunan nasional dan agar dapat secara efektif dielakan hambatan-hambatan, tantangan-tantangan, ancamanancaman dan gangguan yang timbul baik dari luar maupun dari dalam” bertambah maju manusia maka bertambah meningkat pula kualitas dan mutu sistem-sistem kemasyarakatannya diperkirakan akan menambah kuat rasa solidaritas nasionalnya sebagai satu bangsa. Salah satu faktor yang banyak menentukan pengembangan rasa solidaritas ialah rasa keadilan. Rasa keadilan itu tidak hanya menyangkut masalah materi atau kebendaan. Sikap yang mau benar sendiri, sok pintar sendiri, apalagi kalau sampai mematikan pendapat orang lain secara paksa juga akan melukai rasa keadilan, apabila rasa keadilan terluka maka akan menghasilkan sikap yang saling tidak percaya, sikap tertutup, saling curiga dan saling bermusuhan yang kalau dibiarkan akan menghasilkan kerunyaman. Rasa solidaritas kita nasioanal kita akan bisa ditingkatkan bilamana kita bisa mengembangkan rasa keadilan secara merata didalam berbagai aspek kehidupan bangsa kita yang dilandasi oleh sikap saling keterbukaan dan kepercayaan.
8
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur Sebenarnya rasa keadilan ini sudah tercantum didalam pancasila, jadi kualitas beragama kita, kemanusiaan kita, persatuan atau integrasi nasional kita, demokrasi politik kita demokrasi ekonomi dan sosial kita, antara lain dapat diukur dari kualitas keadilan yang mampu kita ciptakan dan kembangkan. Permasalahan seperti peningkatan mutu rasa keadilan hanya mungkin dipecahkan kalau bangsa kita berhasil mengembangkan pemikiran-pemikiran baru. Pengembangan pemikiran antara lain berkaitan dengan sistem nilai budaya yang berlaku yang mempengaruhi pola berpikir, sikap dan tingkah laku. Sistem nilai budaya itu sendiri lahir dari kondisi sosial budaya yang berlaku. Jadi kalau kita berbicara tentang pengembangan social budaya itu juga berarti pengembangan sistem nilai budaya. Dalam proses pengembangan sistem nilai budaya tentu terjadi perubahan-perubahan. Sebagian dari nilai-nilai lama mungkin ditinggalkan, sedangkan sejumlah nilai-nilai baru dimasukan. Itulah suasana transisi. Akan tetapi, suasan transisi, seperti yang kini sedang kita alami dalam proses pembangunan ini, biasanya penuh persoalan, godaan dan cobaan, oleh karena itu sebagian nilai-nilai dianggap tidak relevan, sedangkan nilai-nilai baru yang muncul belum dihayati betul, hal itu bisa menggoyahkan dan merapuhkan mental orang. Rasa kehawatiran yang berlebihan juga bisa mendorong orang untuk mencari tempat perlindungan atau sesuatu yang dapat dijadikan sebagai gantungan. Rasa kekhawatiran yang berlebihan juga bisa mendorong orang untuk mencari tempat perlindungan pada kejayaan masa lampau. Ia berupaya mengembalikan pemikirannya kedalam lubanglubang tradisional, dan melalui itu ia menutup dirinya terhadap segala hal yang datangnya
9
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur dari luar. Hal inilah yang akan mengakibatkan munculnya permasalahan-permasalahan baru, yang memerlukan solusi ekstra.
3.1 Permasalahan Sosial Budaya Di Cianjur Jumlah peristiwa kejahatan yang mencakup pencurian kendaran bermotor, pencurian dengan kekerasan, penipuan, penggelapan uang dan penyalah gunaan obatobatan terlarang menunjukan peningkatan, hal tersebut terungkap dalam laporan akhir tahun 2001 yang disampaikan kepala kepolisian wilayah (polwil) bogor komisaris besar Nanan Sukarna kepada Pers. Berdasarkan hal tersebut diatas maka pemerintah kabupaten cianjur berusaha menerapkan syariat islam, dengan menerapkan suatu gerakan yang dinamakan dengan gerakan pembangunan masyarakat yang berakhlakul karimah ( Gerbang Marhamah ) Dalam hal ini bupati cianjur Ir H Wasidi Swastomo Msi, menyerukan kapada seluruh pejabat dan pegawai dilingkungan pemerintah dikabupaten cianjur agar mengenakan pakaian islami dan diminta mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk mengikutinya. Imbauan seperti itu belum pernah dilakukan bupati sebelumnya. Itu adalah salah satu strategi untuk membangun sisi spiritual di daerah cianjur. Wasidi mengatakan, pembangunan spiritual bidang agama akan berdampak terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Gerakan itu mendorong dan mengajak orang yang beragama Islam menjadi Islam yang sungguh-sungguh. Melalui Gerbang Marhamah (gerakan pembangunan masyarakat ber-ahlaqul karimah), kata Wasidi, kualitas SDM bisa ditingkatkan. Karyawan diharapkan bekerja sungguh-sungguh, tidak berbohong, dan 10
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur tentu saja tidak korupsi. Selain itu, Wasidi juga minta perhatian seluruh pegawai di lingkungan kerjanya memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat dan terus menyosialisasikan gerakan ahlaqul karimah dalam berbagai kesempatan. Gebrakan peningkatan keberagamaan itu hanya ditujukan untuk yang beragama Islam. Menurut Wasidi, hal itu sudah dibicarakan dengan tokoh agama non-Islam dan mereka tidak berkeberatan. Kesan yang kemudian muncul adalah warna Islam lebih dominan. Apalagi Cianjur sebelumnya sudah mendapat julukan "Kota Santri", sebuah nama yang menggambarkan banyak santri (pelajar pondok pesantren). Tanpa melihat angka statistik, orang bisa menebak bahwa mayoritas penduduk Cianjur beragama Islam. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cianjur berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, 99,23 persen dari 1.946.405 penduduk Kabupaten Cianjur beragama Islam. Sisanya, Katolik 0,18 persen, Protestan 0,34 persen, Hindu 0,11 persen, Buddha 0,13 persen, dan lain-lainya 0,01 persen.
Gaung penerapan syariat Islam di
daerah ini sempat menyebar ke seluruh Nusantara. Menteri Dalam Negeri sempat berkomentar, perempuan dilarang keluar malam di Cianjur. Namun, komentar itu diluruskan Bupati Wasidi, "Tidak benar, kalau dikatakan perempuan tidak boleh keluar malam." Meski menjadi bahan perbincangan, bupati cianjur Wasidi Swastomo yang mendapat dukungan Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Islam (LPPI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Cianjur tetap meneruskan program ini. Gebrakan Wasidi secara diam-diam dikembangkan di daerah lain. Kabupaten Bandung yang sama-
11
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur sama berada di Jawa Barat menginstruksikan seluruh perempuan pegawai yang beragama Islam di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung untuk mengenakan jilbab. Penerapan syariat islam ini sudah dimulai sejak tanggal 26 maret 2002, selain masalah anjuran pemakain jilbab, larangan judi, prostitusi dan persoalan tempat makanhiburan di bulan ramadhan juga akan dibangun suatu proyek percontohan sebuah “perkampungan islam” yang menerapkan “syariat islam” berdasarkan alqur’an dan hadist. Menurut Nur Khalik Ridwan penulis buku Islam borjuis islam ploretal dan pluralisme borjuis, sensitivitas kepada rakyat dengan menerapkan syariat islam tidak produktif ditinjau dari dua segi. Kedua segi itu ialah: Pertama, justru membodohkan rakyat dengan kredo-kredo atas nama Islam. Padahal, rakyat tidak diberi ruang untuk memperdebatkan hakikat persoalan jilbab, prostitusi, dan hiburan malam dengan "perkampungan Islam", serta "syariat Islam" itu sendiri secara cerdas. Kedua, dikatakan tidak produktif karena akan mengalihkan persoalan-persoalan nyata yang dihadapi daerah dan pemerintah daerah berkait dengan otonomi. Masyarakat di daerah-daerah ini akan dialihkan untuk tidak memperdebatkan bagaimana mandulnya kinerja hokum, lambannya instansi pemerintah yang melayani kepentingan sipil, tidak trengginasnya kinerja kepolisian daerah, dan seterusnya. Tentu saja, pengalihan persoalan ini menjadi sebuah tragedi bagi rakyat. 12
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur Sedangkan maksud dari bupati cianjur dengan diadakannya
gerakan
pembangunan masyarakat yang berakhlakul karimah ialah agar tatanan kehidupan masyarakat cianjur dapat lebih baik dari sekarang, dan jumlah angka kejahatan yang terjadi di daerah cianjur dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan.
BAB IV GERBANG MARHAMAH 13
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur
4.1 Potensi dan Peluang Gerbang Marhamah Menurut sensus penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Cianjur telah mencapai angka hampir 1.946.405 jiwa tersebar di 26 kecamatan. Menurut agama yang dianut sebanyak 1.931.394 jiwa memeluk agama Islam, Protestan sebanyak 6.693 jiwa, Katolik sebanyak 3.592 jiwa, Hindu sebanyak 2.109 jiwa, Budha sebanyak 2.463 jiwa dan lainnya sebanyak 154 jiwa. Secara kuantitatif, besarnya jumlah penduduk yang beragama Islam sekaligus merupakan potensi yang diharapkan akan banyak menunjang pelaksanaan Gerbang Marhamah. Banyaknya sarana keagamaan tercatat tidak kurang dari 4.462 mesjid jami, 13.850 mushola dan langgar dan 663 Pondok Pesantren adalah potensi besar yang mesti diperhitungkan dalam memobilisasi dukungan pelaksanaan Gerbang Marhamah di Kabupaten Cianjur. Selain itu di Kabupaten Cianjur tercatat tidak kurang 1.668 Taman Pendidikan AlQur'an, 473 Taman Kanak-kanak Al-Qur'an, 59 Raudhatul Athfal dan 4.099 Majelis Taklim disamping sejumlah lembaga pendidikan lainnya. Juga tercatat tidak kurang dari 4.169 Ulama, 4.046 Juru Da'wah, 9.965 Khotib Jum'at dan 510 penyuluh penerangan agama Islam, kesemuanya merupakan unsun atau potensi yang dapat mendukung pelaksanaan Gerbang Marhamah. Termasuk potensi penting lainnya di Kabupaten Cianjur telah hadir sejumlah lembaga pendidikan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi, disamping telah hadir sejumlah LSM.
14
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur Melalui kiprah dan gerakan mereka pulalah, misi pelaksanaan Gerbang Marhamah di Kabupaten Cianjur diharapkan dapat dengan mudah dikembangkan dan dibudayakan. Memperkuat potensi yang ada, terdapat pula sejumlah peluang besar yang diharapkan akan banyak memberikan kontribusi besar terhadap kelancaran pelaksanaan Gerbang Marhamah di Kabupaten Cianjur. Peluang itu antara lain meliputi : 1. Komitmen masyarakat Cianjur yang ditandai dengan lahirnya deklarasi Umat Islam Cianjur untuk meningkatkan pengamalan syariat islam pada tanggal 1 Muharam 1422 Hijriah tahun 2001. 2. Iklim dan spirit Otonomi Daerah yang memungkinkan setiap daerah merumuskan sendiri kebijakan pembangunan yang akan dilakukan di daerahnya. 3. Lahirnya paradigma pemerintahan baru yang lebih banyak menempatkan rakyat didaerah bukan hanya sebagai subjek atau pelaku pembangunan, tetapi juga sebagai sumber informasi tempat banyak gagasan-gagasan pembangunan lahir. Sesungguhnya masih begitu banyak potensi dan peluang lain yang bisa diinventarisir dan didayagunakan dalam rangka mendukung pelaksanaan Gerbang Marhamah, baik itu potensi yang berkait dengan sumber-sumber material atau non material resources. Intinya, bagaimana seluruh potensi dan peluang yang ada itu dimobilisasi dan didayagunakan mendukung sekaligus meminimalkan hambatan dan tantangan yang dihadapi 4.2 Visi, Misi Kebijakan dan Strategi (Gerbang Marhamah ) 4.2.1 Visi
15
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur Mewujudkan Masyarakat Cianjur yang berakhlakul Karimah sebagai landasan bagi terwujudnya Cianjur Sugih Mukti yang Islami. Landasan visi ini adalah Firman Allah SWT dalam al'quran (surat An-Nahl ayat 182). 4.2.2 Misi Guna mewujudkan visi tersebut, dirumuskan tiga misi pokok Gerakan Pembangunan Masyarakat Berakhlakul Karimah sebagai berikut : 1. Melakukan upaya dan langkah untuk mewujudkan pribadi atau individu berakhlakul karimah sebagai landasan bagi terwujudnya keluarga sakinah. 2. Melakukan upaya dan langkah untuk membangun keluarga sakinah sebagai landasan bagi terwujudnya masyarakat Marhamah. 3. Melakukan upaya dan langkah untuk mewujudkan masyarakat Marhamah, masyarakat yang penuh kasih sayang. 4.2.3 Kebijakan Pembangunan sumber daya manusia Islami sebagai modal utama yang dipersiapkan mendukung kelancaran pembangunan untuk kesejahteraan umat. 4.2.4 Strategi Sebuah strategi merupakan rencana yang berkaitan dengan cara bagaimana sebuah kegiatan akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi, misi dan kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam rangka pelaksanaan Gerbang Marhamah, telah dirumuskan tujuh strategi pokok : 16
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur 1. Membangun situasi dan lingkungan yang kondusif bagi terciptanya perilaku akhlakul karimah dilingkungan aparat dan masyarakat 2. Membangun motivasi dan kesadaran setiap individu muslim akan pentingnya sikap dan perilaku akhlakul karimah 3. Memadukan kebijakan dan pelaksanaan Gerbang Marhamah kedalam kebijakan dan pelaksanaan program pembangunan Kabupaten Cianjur 4. Membangun kelompok pelopor (penteladana) sebagai penggerak akhlakul karimah dari kalangan aparatur pemerintah, ulama, mubaligh dan masyarakat. 5. Penggalian dan penggalangan potensi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan, baik sumber-sumber material (material resources) maupun sumber-sumber non material (non-material resources) 6. Menggalang kerjasama dan kemitraan dengan berbagai lembaga yang ada, baik lembaga pemerintah maupun lembaga masyarakat. 7. Melembagakan dan membudayakan sikap dan perilaku akhlakul karimah dalam seluruh aspek hidup dan kehidupan.
4.3 Tantangan dan Hambatan Gerbang Marhamah Secara jujur harus diakui, disamping banyak sekali potensi dan peluang yang bisa digali dalam rangka membumikan pelaksanaan Gerbang Marhamah, namun juga tidak sedikit tantangan dan hambatan yang harus dihadapi dan diperhitungkan 17
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur Diantanranya belum ada komitmen kuat yang didukung oleh seluruh komponen masyarakat. Inti dalam sebuah gerakan adalah keterlibatan dan kebersamaan diantara banyak pihak. Kondisi ini diperburuk oleh masih adanya penilaian dan kecurigaan berlebihan pihak luar yang muncul akibat masih adanya kekeliruan mereka dalam mempersepsi konsep pelaksanaan syariat Islam yang akan dilaksanakan di Kabupaten Cianjur. Diluar tantangan itu secara jujur harus diakui pula masih banyak hambatan yang ada dan melekat pada (Umat Islam) Cianjur sendiri. Secara umum, hambatan itu antara lain meliputi : 1. Secara kualitatif, potensi umat yang ada di Kabupaten Cianjur masih berada pada posisi yang secara umum masih lemah. Masih rendahnya rata-rata angka melanjutkan pendidikan, rendahnya derajat kesehatan serta rendahnya rata-rata angka pendapatan adalah merupakan tantangan berat tersendiri yang perlu mendapatkan perhatian utama. 2. Kualitas keberagamaan sebagai umat Islam di Cianjur belum sepenuhnya memenuhi, kalaupun tidak layak disebut masih jauh dari yang diharapkan. Masih banyaknya muncul sikap dan perilaku sebagian umat yang kadang-kadang berseberangan dengan nilai-nilai lihur Islam yang dianutnya, adalah merupakan tantangan berat lain yang harus diperhitungkan. Sesungguhnya masih banyak tantangan lain yang akan dihadapi dalam proses pelaksanaan Gerbang Marhamah di Kabupaten Cianjur. Namun intinya, bagaimana setiap hambatan dan tantangan itu mampu diperhitungkan dalam setiap gerak pelaksanaannya. 18
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur Lebih jauh lagi, bagaimana hambatan dan tantangan itu justru dirubah dijadikan sebagai sebuah peluang untuk memperkuat tekad dan semangat.
BAB V KESIMPULAN
Dalam kehidupan bermasyarakat tidak akan lepas dari berbagai permasalahan sosial dan budaya yang muncul baik dari dalam maupun dari luar. Kita tidak dapat
19
Tinjauan permasalahan kebudayaan cianjur menghindar dari suatu permasalahan yang dapat kita lakukan adalah hadapi dan pikirkan bagaimana cara pemecahan dari permasalahan tersebut. Seperti yang telah saya uraikan sebelumnya permasalahan yang terdapat di cianjur, yaitu semakin tingginya tingkat kejahatan yang terjadi. Hal tersebut terjadi karena terlukanya keadilan. Pemecahan dari permasalahan itu ada dalam diri kita sendiri. Oleh karena itu daerah cianjur berusaha membina kembali akhlak-akhlak masyarakat secara perlahan-lahan. Gerbang marhamah itulah salah satu jalan yang ditempuh oleh bupati cianjur untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi didaerah cianjur. Dengan menerapkan nilai-nilai islami dimasyarakat diharapkan keadaan masyarakat yang membaik dan berkurangnya angka kejahatan, sehingga akan tercapainya kehidupan masyarakat yang berakhlakul karimah.
20