LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA PERSERO TERMINAL BBM REWULU
Oleh: Nama : Filipus Lewi Abednego NIM : 140607857
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2017
i
ii
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta perlindungan dan hidayah-Nya kami dapat melaksanaan Tugas Besar Kerja Praktek yang dilakukan di PT Pertamina TBBM Rewulu. Maksud dan tujuan dari Kerja Praktek adalah menambah wawasan, menambah pengalaman bekerja dengan tim maupun individu, mendalami teori dan solusi dalam mengatasi masalah yang memiliki kaitan dengan distribusi. Kerja praktek ini melatih mahasiswa untuk mencari masalah yang ada dan menyelesaikan masalah tersebut. Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Rizki Yudhistira selaku dosen pembimbing lapangan, Para pekerja yang berada di PT Pertamina TBBM Rewulu yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberi petunjuk dan bantuan kepada penulis saat melakukan penelitian dan penyusunan laporan akhir serta teman - teman penulis satu kelompok maupun satu ruang kerja yang telah banyak memberikan bantuan baik saat melakukan penelitian maupun saat penyusunan laporan akhir. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata - kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Yogyakarta, 6 Desember 2017 Penulis,
Filipus Lewi Abednego
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ii SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK ............................iii KATA PENGANTAR ..........................................................................................iv DAFTAR ISI .......................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ................................................................................1 1.2. Tujuan .............................................................................................1 1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek ...............................2
BAB 2 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan ...........................................................3 2.2. Struktur Organisasi ..........................................................................4 2.3. Manajemen Perusahaan..................................................................9 2.3.1. Visi Misi Perusahaan .............................................................9 2.3.2. Misi Perusahaan ....................................................................9 2.3.3. Tata Nilai Perusahaan ...........................................................10 2.3.4. Ketenagakerjaan Perusahaan................................................10 2.3.5. Pemasaran Produk ................................................................11 2.3.6. Fasilitas Perusahaan .............................................................11
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS PERUSAHAAN 3.1. Proses Bisinis Perusahaan atau Unit Usaha atau Departemen .......13 3.2. Layanan Yang Diberikan .................................................................16 3.3. Proses Operasi ................................................................................17 3.4. Fasilitas Operasi ..............................................................................17
v
BAB 4 TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA 4.1. Lingkup Pekerjaan ...........................................................................28 4.2. Tanggungjawab dan Wewenang dalam Pekerjaan ..........................29 4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan.................................................29 4.4. Hasil Pekerjaan ...............................................................................31 4.4.1. Observasi / Pengamatan .......................................................31 4.4.2. Identifikasi Masalah ...............................................................31 4.4.3. Data Pengamatan ..................................................................33 4.4.4. Analisis Data..........................................................................34 4.4.5. Penyusunan Layout ...............................................................40
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan......................................................................................42 5.2. Saran...............................................................................................43
LAMPIRAN ........................................................................................................44
vi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk melaksanakan kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY memandang kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi mahasiswa untuk mengenali suasana di industri serta menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan etos kerja profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri. Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa Teknik Industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan pemecahanan masalah. Oleh karena itu, dalam kerja praktek kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah: 1. Mengenali ruang lingkup perusahaan 2. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu 3. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor atau pembimbing lapangan 4. Mengamati perilaku sistem 5. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis 6. Melaksanakan ujian kerja praktek 1.2. Tujuan Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah: 1. Melatih kedisiplinan. 2. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan dalam perusahaan. 3. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja. 4. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan menjalankan bisnis. 5. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada di perusahaan. 6. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.
1
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek Kerja Praktek ini akan dilaksanakan terhitung mulai tanggal 3 Juli 2017 sampai dengan 5 Juli 2017 di PT. Pertamina Persero TBBM (Terminal Bahan Bakar Minyak) Rewulu, Jl. Wates KM. 10, Kec. Sedayu, Bantul, DI Yogyakarta. Pelaksanaan Kerja Praktek tersebut kemudian akan dilanjutkan dengan penyusunan laporan Kerja Praktek dan penilaian serta ujian Kerja Praktek. Dalam hal ini kami mengusulkan diri untuk ditempatkan pada Departemen Persediaan (Gudang) dan Departemen Distribusi Namun demikian kami dapat menerima penempatan di departemen lain sejauh sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan kompetensi kami.
2
BAB 2 TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Pertamina (Persero) Terminal Bahan Bakar Minyak Rewulu merupakan salah satu depot yang berlokasi di Jalan Raya Wates, KM. 10, Kec. Sedayu, Bantul, D.I. Yogyakarta. PT. Pertamina (Persero) Terminal Bahan Bakar Minyak Rewulu berperan sebagai depot yang berguna untuk mendistribusikan bahan bakar. Bahan bakar yang didistribusikan di depot ini terdiri dari dua jenis yaitu BBM (Bahan Bakar Minyak) dan BBK (Bahan Bakar Khusus). Bahan Bakar Minyak yang didistribusikan adalah jenis Premium, Pertamax, Pertalite, dan Solar. BBM jenis ini didistribusikan untuk wilayah D.I.Yogyakarta, dan sebagian wilayah Jawa Tengah antara lain kabupaten Magelang, Purworejo, Klaten, serta Temanggung, sedangkan untuk Bahan Bakar Khusus jenis Avtur didistribusikan untuk DPPU (Depot Pengisian Pesawat Udara) Adi Sumarmo di Surakarta dan DPPU Adi Sutjipto di Yogyakarta dan DPPU di Semarang. PT. Pertamina (Persero) Terminal Bahan Bakar Minyak Rewulu adalah salah satu unit operasi suplai dan distribusi yang dibangun tahun 1972 dan beroperasi tahun 1973 dengan luas tanah berkisar 19 Hektar. Terminal Bahan Bakar Minyak Rewulu merupakan depot Marketing Operation Region IV yang bertempat di Semarang. Kegiatan pada PT. Pertamina (Persero) Terminal Bahan Bakar Minyak Rewulu meliputi penerimaan, penyimpanan atau penimbunan, dan penyaluran. Kegiatan penerimaan melalui tiga jalur yaitu melalui pipa, melalui mobil tank (Bridger), dan melalui RTW (Rail Tank Wagon). Kegiatan penyimpanan atau penimbunan menggunakan sebuah tanki dengan kapasitas besar untuk menyimpan bahan bakar hasil dari penerimaan. Kegiatan penyalurannya juga menggunakan tiga jalur yaitu melalui pipa, melalui mobil tank (Bridger), dan melalui RTW (Rail Tank Wagon). Terminal BBM Rewulu sudah banyak meraih penghargaan, seperti:
PROPER Hijau 3 kali berturut-turut (2010, 2011 dan 2012)
Patra Adhikriya Bumi Utama 2 kali (2009 dan 2011)
Akreditasi ISO 14001:2004 sejak tahun 2004, ISO 9001:2008 dan OHSAS 18001:2007
3
POSE (Pertamina Operation Service Excellence) kategori Gold dan Platinum
Penghargaan CSR (Corporate Social Responsibility) dari Gubernur DIY.
Juara I Housekeeping antar Terminal BBM di wilayah Jawa Bagian Tengah tahun 2012
Predikat Gold dalam Pertamina Quality Award Region IV untuk kegiatan Klusterisasi SPBU.
2.2. Struktur Organisasi 2.2.1. Bagan Organisasi Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapakan dan di inginkan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi. Dalam struktur organisasi yang baik yaitu berkaitan dengan wewenang dan pertanggung jawaban apa yang akan di kerjakan.Struktur Organisasi pada PT. Pertamina (Persero) Terminal Bahan Bakar Minyak Rewulu adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1. Bagan Organisasi PT Pertamina TBBM Rewulu
4
2.2.2. Deskripsi Pekerjaan Jumlah karyawan PT. Pertamina Terminal BBM Rewulu Yogyakarta memiliki total 84 pekerja yang terbagi dalam beberapa departemen bagian sebagai berikut:
Operational Head
: 1 orang
Sekretaris Operational Head
: 1 orang
P3 Departement
: 34 orang
Maintenance and Service Departement
: 6 orang
HSE Departement
: 14 orang
Quality and Quantity Departement
: 4 orang
Sales and Services Departement
: 4 orang
GA and Security Departement
: 20 orang
Kemudian dalam setiap bagian atau departemen pekerjaanya, masing-masing pekerja memiliki tugas dan wewenang operasional maupun non operasional yang berbeda-beda. Berikut adalah tugas dan wewenang dari setiap departemen di PT Pertamina TBBM Rewulu: a.
OH (Operation Head) i.
Bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesehatan dari seluruh pekerjaan, kontraktor, tamu dan masyarakat ketika berada di areal TBBM Rewulu
ii.
Bertanggung jawab menciptakan kebijakan mutu dan K3LL (Kesehatan Keselamatan Kerja Lingkup Lingkungan)
iii.
Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa peraturan perundang undangan di bidang mutu dan K3LL berlaku bagi perusahaan telah dilaksanakan atau terpenuhi
iv.
Berwenang dalam menentukan suatu pekerjaan dapat diteruskan atau harus dihentikan berdasarkan penilaian dari aspek dan dampak serta penilaian resiko dari pekerjaan tersebut
v.
Berwenang untuk mengeluarkan laporan ketidaksesuaian
vi.
Berwenang untuk mengambil tindakan tegas terhadap tindakan-tindakan yang dapat membahayakan mutu dan K3LL
vii. b.
Berwenang untuk memberlakukan situasi dalam keadaan darurat Receving, Storage, and Distribution Departement (P3)
i.
Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua proses penerimaan, penimbunan dan penyaluran bahan bakar minyak (BBM) maupun bahan
5
bakar khusus (BBK) telah dilakukan identifikasi aspek, dampak, serta penilaian resiko ii.
Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa seluruh proses yang bisa memberikan resiko terhadap kesehatan, keselamatan pekerja, kontraktor, tamu dan masyarakat sekitar telah dikendalikan
iii.
Bertanggung jawab atas seluruh alat-alat dan ukuran keselamatan, dan apabila terjadi penyimpangan wajib melaporkannya.
iv.
Bertanggung jawab memelihara kesadaran kesehatan dan keselamatans kerja serta lindungan lingkungan dari seluruh pekerja P3 (Penerimaan, Penimbunan, dan Pendistribusian) dan pengelola transportasi BBM/BBK
v.
Bertanggung jawab apabila terjadi ketidaksesuaian di proses
vi.
Berwenang untuk mengeluarkan laporan ketidaksesuaian dan tindak pencegahan serta perbaikannya
vii.
Bertanggung jawab untuk memastikan penerapan sistem manajemen mutu dan K3LL di dalam fungsinya dan memastikan seluruh aspek dan dampak lingkungan
penting
serta
resiko
bahaya
yang
ada
di
areanya
terdokumentasikan, terekam, dan terkendalikan viii.
Memastikan perencanaan dan program peningkatan di area P3 diterapkan secara efektif dan direkan dengan tepat
c.
Maintenance & Service Departement i.
Bertanggung jawab untuk pemeliharaan sarana dan peralatan operasi berfungsi dengan baik dan aman
ii.
Bertanggung jawab untuk melakukan inspeksi terhadap saran dan peralatan operasi agar selalu siap operasi
iii.
Memastikan bahwa kontrak yang dilakukan dengan pihak ketiga sesuai dengan kebijakan mutu dan K3LL perusahaan
iv.
Berwenang untuk mengeluarkan laporan ketidaksesuaian dan tindakan pencegahan atau perbaikan
v.
Bertanggung jawab untuk memastikan penerapan sistem manajemne mutu dan K3LL di fungsinya dan memastikan seluruh aspek dan dampak lingkungan penting dan resiko bahaya yang ada di kerja LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) diterapkan secara efektif dan direkam dengan tepat
6
d.
Supervisor HSE (HSSE/Health Safety Secure and Environment) i.
Memastikan bahwa peraturan yang diacu perusahaan sesuai dengan peraturan yang terbaru
ii.
Bertanggung jawab melakukan evaluasi bahaya-bahaya dari proses yang ada atau yang baru serta sekaligus untuk mengurangi resiko terjadinya
iii.
Bertanggung jawab untuk menetapkan dan mengembangan tanggap darurat
iv.
Berwenang mengeluarkan laporan ketidaksesuaian dan laporan tindakan pengecegahan atau perbaikan
v.
Bertanggung jawab untuk memastikan penerapan sitem manajemen mutu dan K3LL di fungsinya dan memastikan seluruh aspek dan dampak lingkungan penting dan resiko bahaya yang ada di areanya telah terdokumentasikan, direkam, dan dikendalikan
vi.
Memastikan perencanaan dan program peningkatan di area P3 diterapkan secara efektif dan direkam dengan tepat
e.
Quality and Quantity Departement i.
Bertanggung jawab untuk melakukan pengukuran kepuasan pelanggan sebagai tolak ukur kinerja TBBM Rewulu dalam melayani konsumen
ii.
Melaksanakan pengendalian kualitas dan kuantitas minyak di bagian penerimaan, penimbunan, dan penyaluran
iii.
Bertanggung jawab dalam pengawasan dan pengambilan sampel BBM untuk uji mutu di laboratorium mini
iv.
Bertanggung jawab untuk memastikan penerapan sistem manajemen mutu dan K3LL di fungsinya dan memastikan seluruh aspek serta dampak lingkungan, dan apabila terdapat resiko bahaya di area kerjanya makan harus terdokumentasi, direkam, dan dikendalikan
v.
Memastikan perencanaan dan program peningkatan P3 diterapkan secara efektif dan direkam dengan tepat
f.
Sales and Services Departement i.
Beranggung jawab terhadap arah uang yang masuk
ii.
Bertanggung jawab terhadap order BBM dari customer
iii.
Bertanggung
jawab
untuk
pengkonfirmasian
pembayaran
serta
pengkonfirmasian bahwa order telah disetujui atau diterima oleh TBBM Rewulu
7
iv.
Bertanggung jawab terhadap pembuatan mapping, waktu untuk BBM disalurkan
v.
Bertanggung jawab atas rekapan dokumen pengorderan BBM untuk diserahkan kepada P3
g.
GA and Security Departement i.
Berkewajiban untuk menjamin pelayanan administrasi terhadap seluruh pekerja TBBM Rewulu
ii.
Berkewajiban untuk membuat program pengembangan terhadap pekerja TBBM Rewulu
iii.
Bertanggung jawab memastikan pelatihan dan kesadaran aspek K3 diberikan kepada seluruh pekerja serta selalu menjaga rekaman pelatihan
iv.
Bertanggung jawab dalam mengkoordinir pengamanan TBBM Rewulu
v.
Bertanggung
jawab
memastikan
bahwa
seluruh
pekerja
telah
mendapatkan fasilitas APD (Alat Pelindung Diri) yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan vi.
Bertanggung jawab untuk memastikan penerapan sistem manajemen mutu dan K3LL di fungsinya dan memastikan seluruh aspek dan dampak lingkungan penting dan resiko bahaya yang ada di daerahnya terdokumentasi, direkam dan dikendalikan
vii.
Memastikan perencanaan dan program peningkatan di area kerja P3 ditetapkan secara efektif dan direkam dengan tepat
2.3.
Manajemen Perusahaan
2.2.1. Visi “MENJADI UNIT USAHA TERBAIK TANGGUH DAN TERPERCAYA” 2.2.2. Misi 1. Memenuhi Kebutuhan Dan Memasarkan BBM / BBK Di Jawa Tengah Dan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Memasarkan Produk BBM Secara Profesional Dan Kompetitif Yang Berorientasi Kepada Kepuasan Pelanggan. 3. Menciptakan Peluang Bisnis Untuk Mendapatkan Profit Bagi Perusahaan. 4. Menghasilkan Nilai Tambah Bagi Stakehorder.
8
2.2.3. Nilai Perusahan Dalam hal ini PT Pertamina menerapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan perusahaan. Tata nilai Pertamina tersebut yaitu: a.
CLEAN (BERSIH)
Dikelola
secara
professional,
menghindari
benturan
kepentingan,
tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas – asas tata keloa korporasi yang baik. b.
COMPETITVE (KOMPETITIF)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. c.
CONFIDENT (PERCAYA DIRI)
Berperan dalam membangun ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dan membangun kebanggaan bangsa. d.
CUSTOMER FOCUS (FOKUS PADA PELANGGAN)
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. e.
COMMERCIAL (KOMERSIAL)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip – prinsip bisnis yang sehat. f.
CAPABLE (BERKEMAMPUAN)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan. 2.2.4.
Ketenagakerjaan
Dalam hal ini PT Pertamina TBBM Rewulu bekerjasama dengan pihak kedua dan memiliki banyak karyawan. PT Pertamina berkerjasama dengan beberapa Perusahaan, yaitu: a. PT. Patra Niaga Peran utama PT. Patra Niaga adalah mengatur penjadwalan pembogkaran BBM oleh mobil tangki di filling shed untuk di kirimkan ke SPBU / SPBA / SPBN.
9
b. PT. KAI dan Transportir Mobil Tangki Peran utama PT. KAI adalah membantu pengiriman BBM melalui jalur kereta api untuk di kirim dari TBBM Rewulu ke TBBM Madiun dan jalur yang lain adalah menerima BBM dari TBBM Cilacap ke TBBM Rewulu. c. Dinas Metrologi Peran utama Dinas Metrologi adalah melakukan pengecekan atau kalibrasi dan tera ulang untuk mobil tangki. 2.2.5.
Pemasaran
Dalam pemasarannya PT. Pertamina Terminal BBM Rewulu hanya menerima order yang telah sebelumnya disepakati bersama dengan customer, dan apabila ada order lain di luar kesepakatan maka harus melakukan konfirmasi Kantor Pusat Marketing Region IV yang berlokasi di Semarang terlebih dahulu. 2.2.6.
Fasilitas
Dalam hal ini PT Pertamina TBBM Rewulu memiliki beberapa fasilitas yang umum digunakan di berbagai pertamina lainnya, yaitu: a. Pos Satpam Sebuah keamanan sangatlah penting apalagi di bagian minyak dan gas yang sangat mudah terbakar. Tugas satpam pastinya untuk pengamanan dan penjagaan bila ada orang asing datang ke PT. Pertamina TBBM Rewulu. Semua tamu yang akan memasuki kawasan pasti terlebih dahulu dibawa di pos satpam untuk memastikan tujuannya sehingga kawasan tetap aman. b. Masjid Rumah ibadah yang disediakan bagi para karyawan maupun atasan untuk melakukan sholat 5 waktu. Masjid disini tidak terlalu besar ataupun kecil. c. Parkiran Kendaraan Sebuah tempat yang digunakan untuk memarkirkan kendaraan supaya rapi dan terhindar dari panas matahari. Parkiran disini besar dan sesuai dengan karyawan atau atasan atau tamu yang ada. d. Parkiran Sepeda Sebuah tempat yang digunakan untuk memarkirkan sepeda dengan aman dan rapi. e. Toilet Pabrik Toilet disini digunakan karyawan, atasan, dan tamu buang air kecil maupun buang air besar.
10
f. Area Merokok Area merokok disediakan untuk orang – orang yang merokok. Didaerah area merokok terdapat tempat untuk charge handphone. g. Tenda Tunggu Tenda tunggu digunakan untuk para driver beristirahat sambil menunggu panggilan pengisian BBM. h. Gudang Non BBM Gudang ini berfungsi untuk penempatan atau meletakan alat – alat yang tidak terpakai maupun yang masih terpakai seperti valev, pipa, dsb. i. Bengkel Bengkel disini digunakan untuk memperbaiki peralatan yang rusak agar menjadi benar kembali. j. Rumah Generator Listrik Rumah generator listrik berfungsi untuk menjegah terjadinya listrik padam sehingga distribusi dapat terus berjalan sesuai jadwal. k. Lampu Penerangan Lampu penerangan berfungsi untuk menerangi jalanan pada saat malam hari karena PT Pertamina TBBM Rewulu beroperasi selama 24 jam sehingga penerangan sangat dipentingkan. l. Rumah Pompa Pemadam Kebakaran Rumah pompa berfungsi untuk mempercepat keluarnya air yang ada di bak sehingga pengatasian kebakaran lebih cepat dilakukan. m. Bak Air Pemadam Kebakaran Bak Air berfungsi untuk menampung air sehingga bila terjadi kebakaran, air sudah siap digunakan untuk memadamkan kebakaran. n. Peralatan Pemadam Kebakaran Untuk memadamkan api pada saat terjadinya kebakaran maka PT. Pertamina TBBM Rewulu menyediakan beberapa alat pemadaman ringan di setiap lokasi sesuai dengan bahaya yang ada. o. TERA Station TERA Station digunakan untuk pengecekan mobil berkala sehingga mobil tangki layak untuk dioprasikan.
11
BAB 3 TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN 3.1. Proses Bisnis Perusahaan atau Unit Usaha atau Departemen PT. Pertamina TBBM Rewulu adalah salah satu depot pertamina yang berfungsi sebagai penyuplai BBM se- DIY dan Jawa Tengah. Depot merupakan tempat penyimpanan atau penimbunan dari kilang minyak ataupun depot lain. Kemudian BBM yang telah diterima akan disalurkan kembali menuju depot lain atau bisa langsung dikirimkan menuju ke retail. Berikut adalah gambaran aliran BBM secara garis besar dari sumber kilang minyak dan depot depot Pertamina yang mengirimkan BBM ke TBBM Rewulu:
Gambar 3.1. Aliran BBM yang Melewati TBBM Rewulu Dalam proses bisnisnya sendiri, pertamina mempunyai SOP (Standard Operating Procedure) atau dalam pertamina sendiri sering disebut sebagai TKU (Tatanan
12
Kerja Umum). TKU ini digunakan sebagai standar pekerjaraan dalam keseluruhan sistem, ada juga TKI (Tatanan Kerja Individu) yaitu standar atau acuan kerja untuk masing-masing individu atau pekerja. Kemudian masing-masing bagian pekerjaan individu tersebut mempunyai TKPA (Tatanan Kerja Pemakaian Alat) yang digunakan sebagai prosedur penggunaan alat penunjang pekerjaannya, dan untuk keseluruhan SOPnya secara runtut dapat dijabarkan sebagai berikut: 3.1.1. Langkah Pertama: Pengorderan dari retail atau depot lain menggunakan aplikasi MS2 yang sudah terintegrasi secara online. MS2 ini sendiri, merupakan aplikasi yang digunakan untuk menjalin komunikasi antara bagian Sales Services Depot TBBM Rewulu dengan customernya.
Gambar 3.2. Rekap Data Purchase Order TBBM Rewulu Setelah melakukan pengorderan, customer harus terlebih dahulu melakukan pembayaran atas order yang diminta melalui bank yang tersedia, kemudian bank
13
akan mengkonfirmasi ke TBBM Rewulu berupa SO (Sales Order) dan barulah setelah SO di terima oleh bagian Sales Services TBBM Rewulu, data akan di rekap dan kemudian di konfirmasikan kepada customer bahwa pembayaran telah diterima. Dan apabila terdapat kesalahan dalam pengorderan atau kesalahan pada proses pembayaran, Sales Services lah yang bertanggung jawab untuk menyampaikan ke customer atas kesalahan tersebut. 3.1.2. Langkah Kedua Setelah data pengorderan telah direkap dan dikonfirmasikan, maka bagian Sales Services akan memberikan Rencana pengiriman, Purchase Order serta lokasi penerima atau konsinyasinya kepada bidang Distribusi. Kemudian bagian distribusi akan memeriksa dan menandatangani: a. BPP dan dokumen pendukungnya b. Log book pemakaian meter arus dan laporannya c. Berita acara pengisian mobil tangki beda muatan antara volume muatan dengan kapasitas kompartemen mobil tangki d. Laporan realisasi GI penyaluran mobil tangki Kemudian bagian distribusi akan membuat rencana pengiriman H-1 ke SPBU sesuai dengan SMS SPBU ke program MS2 yang telah disepakati sesuai dengan Clusterisasi SPBU. Dan setelah menandatangani surat persetujuan tersebut, maka bagian distribusi akan menyerahkannya segala dokumen kelengkapan pendistribusian kepada Patra Niaga. 3.1.3. Langkah Ketiga Patra Niaga sendiri, adalah anak buah perusahaan Pertamina yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Pemasaran dan Niaga. Dan di TBBM Rewulu sendiri, Patra Niaga lebih bergerak pada bidang pendistribusian melalui jalur darat yaitu mobil tanki. Setelah Patra Niaga mendapatkan surat persetujuan beserta dengan dokumen, maka Patra Niaga akan memerintahkan pekerja yaitu sopir tanki dan kernetnya untuk melakukan pengisian mobil tanki. Setelah mobil tanki sudah terisi, terverifikasi, dan telah diberi surat jalan maka barulah mobil tanki dapat meninggalkan depot untuk kemudian mendistribusikan BBM ke tempat yang sudah ditentukan.
14
RUANG LINGKUP SPBU EKS TBBM REWULU
T.MANGGUNG 14 SPBU MAGELANG 27 SPBU
KEBUMEN 1 SPBU PURWOREJO 14 SPBU
SLEMAN 38 SPBU K.PROGO 12 SPBU JOGJA 21 SPBU
KLATEN 3 SPBU
G. KIDUL 13 SPBU BANTUL 20 SPBU
SPDN 2 SPBU
Gambar 3.3. Lingkup Distribusi TBBM Rewulu 3.2. Layanan Yang Diberikan Pemilihan quality dan quantitas dari bahan bakar yang mumpuni, dan dinilai layak. Produk Bahan Bakar Minyak berupa Pertalite, Pertamax, PertaDex, Dexlite dan bahan bakar subsidi yang terdiri dari premium dan biosolar. Produk Bahan Bakar Khusus yang tidak terkecuali adalah Avtur. Pemberian produk dan layanan yang diberikan tidak terkecuali adalah penyediaan bahan pendukung seperti pelumas dan pelarut, yang dimana produk seperti oli.
15
3.3. Proses Operasi
Gambar 3.4. Diagram Aliran Proses Operasi Proses Operasi yang dimilikioleh PT. Pertamina dalam pendistribusian bahan bakar minyak dan bahan bakar khusus melalui mobil tangki yaitu berawal dari konsumen (SPBU) meminta / membeli bahan bakar yang diinginkan kepada bagian sales service, pada sales service permintaan dari konsumen di data dalam pendataan ini menggunakan software OSDS (Online Sales Distribution System), permintaan tidak langsung diberikan LO atau tidak langsung dipenuhi, bagian sales service mengirim data kepada distribution terkait perihal tentang pendistributian dan pemberian LO, ketika sudah disetujui oleh distribution maka permintaan dari SPBU akan diberikan LO dan permintaan akan diproses lebih lanjut. Bagian Distribution mengirimkan data untuk PT. Patra Niaga untuk menyiapkan angkutan berupa tangki berapa kompartemen dan jalur yang ditentukan oleh pihak PT.Patra Niaga sendiri. Data pemilihan mobil dan tangki dan jalur diberikan lagi kepada bagian distribusi untuk di check. Kemudian data dari PT. Patra Niaga diberikan kepada pihak PT. DSP, yang mengurus sistem NGS (New Gantry System), tugas dari DSP adalah menentukan mobil tangki akan diisi bahan bakar apa saja, dan berapa jumlah nya. Dan PT. Patra Niaga menyiapkan AMT (Sopir mobil tangki) yang ditugaskan untuk mendistribusikan kepada SPBU yang sudah ditentukan.
16
3.4. Fasilitas Operasi 3.4.1. Gate
Gambar 3.5. Gate In / Gate Out Gate merupakan suatu tempat pengecekan mobil tangki, dimana terdapat dua gate yaitu gate-in dan gate-out. Gate-in adalah tempat masuk untuk mobil tangki yang nantinya akan diproses lebih lanjut yaitu pengisian bbm untuk didistribusikan. Sistem dari gate-in ini, driver diminta untuk menunjukkan kartu agar dapat masuk ke dalam area. Driver juga mencetak surat jalan pada mesin yang sudah disediakan. Sedangkan untuk gate-out adalah tempat keluar untuk mobil tangki yang dimana prosedur dalam gate-out ini adalah pengecekan dan penyegelan. Pengecekan mobil tangki yaitu pengecekan bbm dan berapa liter bbm yang akan didistribusikan, ketika bbm yang akan didistribusikan tidak sesuai dengan data maka mobil tangki akan diminta untuk melakukan pengisian ulang secara manual. Dan dalam gate-out ini juga terdapat sistem segel dimana nanti mobil tangki yang sudah lulus verifikasi, maka tangki akan disegel dan siap untuk didistribusikan.
17
3.4.2. Tangki Timbun
Gambar 3.6. Tangki Timbun Tangki timbun adalah suatu tempat yang digunakan untuk penyimpanan atau penimbunan bahan bakar minyak. Bahan bakar minyak yang disimpan di tangki timbun yaitu jenis Premium, Pertamax, Pertalite, dan Solar. Pada Terminal BBM Rewulu terdapat 22 tangki yang masing-masingnya menyimpan bahan bakar yang berbeda. Setiap tangki timbun memiliki kapasitas yang berbeda-beda. Bahan bakar yang disimpan pada tangki merupakan hasil dari pengiriman dari pusat ataupun depot lain. Dan dari ketiga sistem pengiriman yang ada yaitu RTW (Rail Train Wagon), Pipa, dan mobil tangki, semua dari penerimaan akan disimpan di tangki timbun.
18
3.4.3. Mobil Tangki
Gambar 3.7. Mobil Tangki Mobil tangki adalah alat transportasi yang digunakan untuk mendistribusikan bahan bakar minyak. Bahan bakar minyak yang didistribusikan adalah bahan bakar jenis premium, pertalite, pertamax, dan solar. Bahan bakar minyak didistribusikan ke SPBU yang merupakan cakupan area TBBM Rewulu atau didistribusikan ke depot lain. Adapun bahan bakar minyak ini didistribusikan kepada instansi lain untuk keperluan perusahaan. PT. Patra Niaga yang bertugas atau yang bertanggung jawab penuh dalam membawahi mobil tangki, mulai dari mobilnya itu sendiri hingga sopir yang akan mengantarkan atau mendistribusikan bahan bakar minyak.
19
3.4.4. RTW (Rail Train Wagon)
Gambar 3.8. RTW (Rail Train Wagon) Rail train wagon adalah alat pendistribusian bahan bakar dengan menggunakan saluran ketel yang diangkut oleh kereta api. Ada dua jalur utama dalam RTW (Rail Train Wagon) yaitu pengiriman dan penerimaan. Keseluruhan rel yang beroperasi yaitu berjumlah tiga rel kereta, dua rel merupakan penerimaan, dan satu rel merupakan pengiriman. Penerimaan bahan bakar yang menggunakan dua rel kereta, merupakan pengiriman dari dari cilacap. Dan satu rel pengiriman yang berfungsi mengirimkan bahan bakar menuju ke madiun. Produk yang diterima maka akan dilakukan beberapa pengujian terhadap volume, dan kualitasnya. Setelah lulus pengujian maka proses pemompaan dari ketel menuju tangki timbun.Pada Terminal BBM Rewulu sedang dilaksanakan pembangunan shelter yang nanti nya dapat menambah rel yang beroperasi.
20
3.4.5. Pipa
Gambar 3.9. Pipa Pipa adalah jalur pipa yang digunakan untuk menghubungkan pusat - depot, dan depot – depot.Penyaluran menggunakan pipa besar yang biasa disebut dengan C-Y 1 dan C-Y 2. C-Y yang berarti jalur dari Cilacap menuju Yogyakarta. C-Y 1 dan C-Y 2 mempunyai jalur pipa yang berbeda, dimana C-Y 1 yaitu dari TTL (Lomanis), menuju ke Maos, kemudiantujuan terakhir menuju ke Rewulu Yogyakarta. C-Y 2 yaitu dari TTL (Lomanis), menuju ke Rewulu Yogyakarta, kemudian tujuan terakhir menuju ke Boyolali. Bahan bakar yang dikirim dari cilacap yaitu jenis bahan bakar minyak dan khusus. Dimana dalam sekali pengiriman tidak dilakukan satu per satu jenis bahan bakar, melainkan bahan bakar yang dikirim langsung sekaligus. Depot yang dituju hanya mengambil jatah bahan bakar yang sudah disetujui. Ketika bahan bahar sudah sampai maka akan dipisah antar bahan bakar dan akan dipompa menuju tangki timbun nya masing-masing bahan bakar.
21
3.4.6. Pompa
Gambar 3.10. Pompa Pompa berfungsi untuk mendorong atau memompa bahan bakar dari tangki timbun
menuju
filling
shed
yang
kemudian
nanti
akan
didistribusikan
menggunakan RTW (Rail Train Wagon), dan mobil tangki (Bridge). Setiap pompa mempunyai warna yang berbeda-beda, hal ini digunakan untuk mengorganisasi bahan bakar. Warna kuning merupakan premium, warna biru muda merupakan kerosine, warna biru tua merupakan pertamax, warna putih merupakan avtur, warna hijau merupakan fame (campuran), warna abu-abu merupakan solar.
22
3.4.7. Valve
Gambar 3.11. Valve Valve adalah alat untuk mengatur arah aliran minyak dari pusat ke depot maupun dalam penyaluran. Pada Terminal BBM Rewulu sebagian besar valve digunakan untuk mengontrol hidup matinya pipa. Mengatur aliran pipa yang biasa disebut dengan switch pipa. Cara kerja valve diatur oleh control room yang bertugas untuk mengontrol aliran arus pipa yang digunakan dan yang akan dilalui bahan bakar. Adapun valve manual dalam mengetahui jenis bahan bakar apa yang nanti nya akan disimpan ke tangki timbun dan yang akan didistribusikan ke depot selanjutnya.
23
3.4.8. Control Room
Gambar 3.12. Control Room Control Room adalah salah satu ruangan di Terminal TBBM Rewulu yang berfungsi untuk mengontrol proses aliran distribusi. Dimana proses distribusi yaitu penerimaan dari pusat maupun depot lain dan penyaluran ke tiap-tiap fiiling shed yang tersedia. Control room selalu bekerja 24 jam, dimana dibagi dalam tiga shift yang masing-masing shift nya sudah terjadwal. Control room mengontrol semua masuknya kiriman yang dikirim oleh pusat maupun depot. Cara kerja control room yaitu mengatur membuka dan menutup semua valve yang terdapat dalam area tangki timbun. Pada control room terdapat panel-panel untuk mengatur. Masingmasing panel memiliki tiga tombol yaitu tombol merah yaitu membuka valve, hijau yaitu menutup, dan kuning yaitu membuka sebagian. Tugas dari orang control room yaitu mengecek volume bahan bakar yang diterima maupun dikirim dan memantau keluar masuk nya bahan bakar.
24
3.4.9. Filling Shed
Gambar 3.13. Filling Shed Filling Shed adalah alat yang berfungsi sebagai tempat pengisian bahan bakar. Proses pengisian dilakukan dari pengambilan bahan bakar dari tangki timbun yang dipompa menggunakan pompa motor yang langsung menuju ke filling shed. Dari filling shed sendiri akan disalurkan ke mobil tangki (Bridge) dan RTW (Rail Train Wagon) yang nantinya siap untuk didistribusikan ke tujuan menurut dengan masing-masing permintaan jenis bahan bakar. Terminal BBM Rewulu mempunyai filling shed di bagian RTW untuk mengisi tangki kereta, dan 4 bay otomatis dan 8 bay manual yang beroperasi dalam pengisian mobil tangki. Filling shed otomatis lebih efektif karena sudah terintegrasi dimana operator tidak perlu mengatur jumlah keluar nya bahan bakar untuk mengisi tangki. Berbeda dengan bay manual yang dimana operator masih bekerja untuk memastikan bahan bakar yang dimasukkan ke tangki sudah tepat atau belum.
25
3.4.10.
ATG (Automatic Tank Gauging)
Gambar 3.14. ATG Automatic Tank Gauging merupakan alat ukur berupa hardware dan software yang berfungsi untuk memonitor ketinggian, densitas, suhu bahan bakar dalam tangki timbun dan kecepatan aliran bahan bakar dalam pipa. Automatic Tank Gauging dapat dipantau pada software di komputer yang berada di control room. Dengan Automatic Tank Gauging operator lebih mudah memantau catatan bahan bakar yang erdapat dalam tangki, sehingga lebih kecil kemungkinan pengukuran secara manual.
26
BAB 4 TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA 4.1. Lingkup Pekerjaan
Nama Departemen
: P3 (Penerimaan, Penimbunan, dan Penyaluran)
Penempatan
: Distribusi
Deskripsi Departemen
:
Bertanggung
jawab
untuk
memastikan
semua
proses
penerimaan,
penimbunan, dan penyaluran BBM (Bahan Bakar Minyak) / BBK (Bahan Bakar Khusus) telah dilakukan identifikasi aspek dan dampak
Pembimbing
: Rizky Yudhistira
Jabatan Pembimbing
: Sr. Spv Receiving, Storage, and Distribution
Pekerjaan Mahasiswa
:
Lingkup pekerjaan mahasiswa teknik industri ada tiga yaitu perancangan, perbaikan dan implementasi. Dari ketiga tugas tersebut yang paling tepat untuk penulis lakukan di perusahaan tersebut adalah dengan perbaikan. Karena dari hasil identifikasi, masalah yang ditemukan adalah munculnya antrian pada pengisian mobil tangki. Kemudian mahasiswa mengarahkan diri untuk melakukan perbaikan dalam upaya mengatasi adanya antrian pada pengisian mobil tangki. Kemudian masalah itu tadi akan dijadikan projek besar untuk tim, dengan pembagian tugas sebagai berikut:
Pengidentifikasian dan penyelesaian bagian Utilitas Bay Herjuno Asihmirmo
Pengidentifikasian dan penyelesaian bagian Utilitas Arm
Pengidentifikasian dan penyelesaian bagian Variasi Produk
Filipus Lewi Abednego
Dimas Nur Cahyo
Gambar 4.1. Diagram Pembagian Tugas Berdasarkan Projek Besar Dari projek ini nanti akan dihasilkan solusi berupa layout arm pada setiap bay berdasarkan identifikasi dan analisis yang optimal.
27
4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan Dalam hal ini mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk mencari data arm tiap bay dalam 1 hari, kemudian data tersebut diolah untuk dilakukan analisis sehingga hasil analisis yang didapatkan akan mendapatkan solusi untuk memperbaiki permasalah tersebut. Hasil dari solusi tersebut digabungkan dengan hasil dari solusi yang didapat untuk mencari waktu produktifitas tiap bay dan variasi tiap arm. Setelah semua solusi disatukan oleh tim, hasil dari tim penulis akan dijadikan solusi akhir untuk memperbaiki lama waktu pengantrian pengisian BBM / BBK. Hasil perbaikan yang sudah di dapat akan dipresentasikan oleh tim kepada dosen pembimbing lapangan dan rekan kerja di PT Pertamina TBBM Rewulu pada akhir dari kerja praktek disana. Wewenang
yang
diberikan
kepada
penulis
oleh
perusahaan
adalah
diperbolehkannya kami penulis untuk mencari data sekaligus mencari informasi kepada pekerja disana dan kami diberbolehkan juga untuk berkeliling di area Pertamina TBBM Rewulu dengan bebas, sehingga data tersebut didapat sesuai dengan apa yang diinginkan mahasiswa. Pada setiap akhir kerja penulis melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing lapangan mengenai data dan cara untuk menyelesaikan masalah dalam waktu pengantrian pengisian BBM ke mobil tangki. 4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Dalam sub bab ini akan dijelaskan, bagaimana langkah - langkah pekerjaan atau tugas yang telah dilakukan. Tahap awal adalah penulis mulai melakukan observasi ke lapangan area Pertamina TBBM Rewulu bersama tim penulis atau didampingi oleh pembimbing lapangan jika memiliki waktu kosong. Dari hasil observasi tersebut didapatkan adanya masalah pada pengantrian mobil tangki untuk mengisi BBM / BBK. Dari masalah yang didapat tersebut, penilis dan tim akan melakukan perbaikkan supaya pengantrian mobil tangki tidak terlalu lama dan pengoptimalkan pengoprasian bay pada setiap variasi produk BBM / BBK. Input yang akan digunakan dalam menganalisis waktu kerja tiap arm adalah mencari data waktu kerja tiap bay kemudian data tersebut akan dicari utilitas bay
28
tersebut oleh sodara Herjuno Asihmirmo selaku bagian dari tim, data utilitas tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3. Utilitas dari waktu kerja tiap bay akan digunakan untuk membantu penulis dalam mencari data. Penulis melakukan percarian data mengenai waktu kerja tiap arm yang kemudian akan dicari utilitas waktu kerja tiap arm tersebut. Setelah utilitas waktu kerja bay dan utilitas waktu kerja arm didapatkan, maka kedua data tersebut akan diberikan kepada sodara Dimas Nur Cahyo selaku bagian tim untuk dilakukan pengamatan lebih lanjut menggunakan input yang dapat dilihat pada gambar 4.5 Dari hasil gambar 4.3 dan gambar 4.5 tadi akan dijadikan sebagai input untuk analisis layout variasi terbaik bersama dengan tim berdasarkan seluruh hasil analisis yang didapatkan dan penerapan solusi terbaik oleh tim dan pembimbing lapangan sehingga didapatkan hasil layout akhir seperti pada gambar 4.7. Dari metodologi pekerjaan diatas dapat disimpulkan dengan urutan pengerjaan sebagai berikut:
Gambar 4.2. Diagram Proses Metodologi Pekerjaan
29
Penjelasan Diagram Proses Pelaksanaan pekerjaan dimulai dengan melakukan pengamatan pada proses operasi yang terjadi di bagian pengisian mobil tangki. Dari hasil pengamatan tersebut apabila ditemukan adanya masalah maka dari masalah tersebut, akan dicari data yang sesuai dengan kebutuhan untuk berikutnya akan dianalisis. Dan setelah dianalisis maka akan didapatkan beberapa solusi yang akan disimulasikan sehingga didapatkan solusi terbaik. 4.4. Hasil Pekerjaan Dari masalah yang sebelumnya ditemukan, maka akan dilakukan pengamatan mengenai hal apa saja yang berpangaruh di bagian pengisian mobil tangki. 4.4.1. Observasi / Pengamatan Dari pengamatan yang kami peroleh, kami menemukan adanya antrian pada pengisian muatan mobil tangki (bridger).
Gambar 4.1. Antrian Mobil Tangki 4.4.2. Identifikasi Masalah Dari pengamatan yang sebelumnya telah dilakukan, didapatkan masalah yang berupa adanya antrian pada pengisian muatan mobil tangki (bridger). Masalah tersebut kemudian ditarik penjelasan seperti berikut :
30
Dengan adanya perubahan system dari manual yaitu menggunakan filling sheet lama kemudian menggunakan system terotomasi yaitu NGS (New Gantry System), tentunya perubahan ini mempengaruhi system operasi. Hal ini dikarenakan adanya masa transisi atau penyesuaian dari proses operasi lama, menjadi proses operasi yang baru. Proses transisi ini melibatkan adanya perubahan pada penggunaan mesin / alat yang digunakan dalam proses filling, dari yang awalnya 16 mesin filling lama dengan satu produk per mesin, menjadi 4 mesin filling baru dengan multi produk. Proses transisi menuju otomasi ini sangatlah dianjurkan pada era sekarang, apalagi Pertamina juga sudah menjadi salah satu perusahaan yang berkelas dunia. Dengan adanya penggunaan NGS (New Gantry System) maka lossis akan berkurang, kualitas produk akan lebih terjamin, dan dapat mengurangi jumlah SDM. Transisi ini juga memperbaiki flow rate dari 700 liter/min menjadi 2000 liter/min. Tentu antrian ini disebabkan karena adanya ketidak sesuain antara jumlah mobil tangki yang beroprasi dibandingkan dengan jumlah mesin yang beroprasi. Kemudian dari analisis yang kami lakukan, hal lain yang mempengaruhi adanya antrian tadi karena variasi produk pada tiap mesinnya yang kurang optimal. Kemudian ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan untuk menambahkan mesin NGS (New Gantry System), yaitu: a.
Penggantian setting / setup / coding
Dalam system Penggantian coding ini tentulah akan sangat sulit dilakukan, karena dengan menambah satu Bay maka DSP harus melakukan perubahan pada system input serta proses data yang merupakan bagian fatal. Dan apabila terjadi sedikit saja kesalahan maka akan mengganggu seluruh pekerjaan di TBBM Rewulu. b.
Terganggunya proses operasional
Tentu dalam pengaplikasiannya, proses pembangunan Bay baru akan membutuhkan perhatian khusus dari seluruh jajaran operasional, di samping itu pekerjaan seperti perpindahan material dalam pembangunan, serta ruang yang dibutuhkan akan mengganggu proses operasi yang sedang berlangsung. c.
Biaya
Dari segi pertimbangan sendiri, untuk pembuatan satu Bay pertamina membutuhkan dana sebesar 2 miliyar rupiah. Sehingga hal ini menjadi
31
pertimbangan sendiri untuk pertamina lebih memilih pengoptimalan dari mesin yang sudah ada. Dari identifikasi masalah yang dilakukan didapatkan tiga kategori masalah utama yaitu: i.
Ketidakseimbangan utilitas bay
ii.
Ketidakseimbangan utilitas arm
iii.
Variasi pengisian pada mobil tangki
Kemudian dari kategori tersebut, bagian yang dikerjakan oleh penulis dalam tim ini adalah penganalisisan dan pencarian solusi mengenai ketidakseimbangan utilitas arm. 4.4.3. Data Pengamatan Data pengamatan meliputi urutan proses aliran informasi yang telah dijelaskan di bab 3. Data ini didapatkan melalui beberapa tahapan yaitu perijinan dari Operasional Head, kemudian diteruskan untuk pembuatan surat pengantar dari pembimbing lapangan, barulah kemudian menemui staff yang memegang kendali atas data tersebut. a.
Data Thruput BBM / BBK Mobil Tangki Tabel 4.1. Tabel Data Thruput Mobil Tangki
Jenis
Jumlah
PertaDex
Dexlite
Avtur
Pertamax
Pertalite
Premium
Biosolar
26
51
432
544
1416
920
784
(KL)
Data thruput ini nanti akan digunakan sebagai dasar penentuan utilitas pembagian beban kerja tiap bay, karena dapat dilihat dari pengamatan bahwa ada beberapa bay yang mengalami waktu tunggu lebih banyak dibandingkan bay lainnya.
32
b.
Data Arm Tiap Bay Tabel 4.2. Tabel Data Thruput Mobil Tangki ARM
BAY 1
BAY 2
BAY 3
BAY 4
ARM 1
-
Pertamax /
Premium
Biosolar
Premium
-
Premium
Pertalite ARM 2
PertaDex / Dexlite
ARM 3
Avtur
-
Biosolar
-
ARM 4
-
-
Biosolar
Pertamax / Pertalite
Data Arm Tiap Bay ini nanti akan dijadikan acuan atau dasar pemilihan variasi terbaik untuk menentukan solusi akhir. Dalam tabel bay 1 memiliki 2 arm BBM / BBK yang terdiri dari pertadex / dexlite dan avtur, bay 2 memiliki 2 arm BBM yang terdiri dari pertamax / pertalite dan premium, bay 3 memiliki 3 arm BBM yang terdiri dari premium dan 2 biosolar, sedangkan bay 4 memiliki 3 arm BBM yang terdiri dari biosolar, premium, dan pertamax / pertalite. 4.4.4. Analisis Data Dalam hal ini diperlihatkan presentase thruput total BBM / BBK tiap produk yang ada di bay PT Pertamina TBBM Rewulu sebagai berikut :
33
1% 1% 19%
PertaDex
10%
Dexlite
13%
Avtur Pertamax
22%
Pertalite Premium
34%
Biosolar
Gambar 4.2. Persentase Thruput BBM / BBK Kemudian dari persentase tersebut akan dianalisis berapa sebenarnya jumlah arm yang sesuai agar pengeluaran thuruput dapat maksimal sehingga waktu tunggu dapat diminimalkan pada proses operasi. a.
Perhitungan Jumlah Arm Berdasarkan Total Thruput
PT Pertamina TBBM Rewulu memiliki kapasitas arm yang tersedia sebanyak 10 arm dan memiliki variasi jenis BBM / BBK sebanyak 5 arm, berikut adalah variasi arm yang tersedia : •
PertaDex / Dexlite
•
Avtur
•
Pertamax / Pertalite
•
Premium
•
BioSolar
Kapasitas serta variasi tersebut didapatkan dari sub - bab data pengamatan pada tabel 4.2. Kemudian dari data tersebut dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴𝑅𝑀 = 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑇ℎ𝑟𝑢𝑝𝑢𝑡 𝑥 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑅𝑀 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎
34
1.
Perhitungan selang PertaDex / Dexlite PertaDex / Dexlite
= ( 1% + 1% ) x 10 selang
= 0,2 ≈ 1 selang 2.
Perhitungan selang Avtur Avtur
= 10% x 10 selang = 1 selang
3.
Perhitungan selang Premium Premium
= 10% x 10 selang
= 1 selang 4.
Perhitungan selang BioSolar BioSolar
= 19% x 10 selang
= 1,9 ≈ 2 selang 5.
Perhitungan selang Pertamax / Pertalite Pertamax / Petalite
= (13 % + 34 %) x 10 selang
= 4,7 ≈ 4 selang Pada perhitungan data diatas, selang Pertamax / Pertalite mengalami pembulatan ke bawah, hal ini terpaksa dilakukan karena kapasitas selang yang tidak memadai yaitu 10 selang. Dalam perhitungannya sendiri berarti seharusnya Pertamina menyediakan 11 selang apabila disesuaikan dengan perhitungan yang ada. Kemudian dari perhitungan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: Tabel 4.3. Jumlah Variasi Arm tiap Produk
b.
Jenis
PertaDex /
Selang
Dexlite
Jumlah
1
Pertamax /
Avtur
Premium
BioSolar
2
2
Pertalite
1
4
Perhitungan Waktu Kerja Arm tiap Bay
Setelah didapatkan jumlah arm aktual yang dibutuhkan, berikutnya adalah meneliti utilitas tiap bay. Berdasarkan data dari arm aktual yang dibutuhkan, maka akan dibuat variasi yang berbeda agar perbandingan utilitas tiap bay nya menjadi lebih optimal. Berikut adalah hasil pengamatan waktu pengisian tiap bay.
35
Tabel 4.4. Tabel Waktu Operasi Tiap Arm sehari TOTAL TIME PER BAY BAY 1
BAY 2
BAY 3
BAY 4
7:23:50
12:51:36
10:31:09
12:04:01
Kemudian
dari
tabel
diatas
di
buat
perbandingan
utilitasnya
dengan
membandingkan waktu masing masing bay dengan waktu total operasi, maka
JAM OPERASIONAL (%)
didapatkan hasil sebagai berikut:
76.29909191
71.5938494 62.41079816
43.88812895
BAY 1
2
3
4
Gambar 4.3. Perbandingan Utilitas Tiap Bay Dari gambar di atas terlihat jelas bahwa adanya perbedaan dari utilitas waktu pengisian tiap bay, sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengisian belum maksimal dan dapat diperbaiki untuk mendapatkan output yang lebih optimal. c.
Perhitungan Waktu Kerja tiap Arm
Kemudian setelah menemukan waktu kerja tiap bay, akan dicari waktu kerja tiap arm, waktu kerja tiap arm ini merupakan waktu kerja murni tanpa adanya perhitungan waktu pemindahan arm sehingga yang terhitung hanyalah waktu penyaluran thruputnya saja. Dibawah ini adalah tabel total arm yang digunakan :
36
Tabel 4.5. Tabel Waktu Kerja tiap Arm per Bay Arm
BAY 1
BAY 2
BAY 3
BAY 4
Arm 1
‒
11:27:46
5:16:14
2:42:56
Arm 2
1:08:01
1:29:41
‒
2:09:43
Arm 3
5:24:24
‒
6:34:54
10:34:22
Arm 4
‒
‒
3:54:36
‒
Pada tabel diatas terlihat waktu total kerja tiap arm per bay. Dimana terlihat waktu pengoperasian arm tertinggi adalah di bay 2 yaitu pertalite / pertamax yang menggunakan arm selama 11 jam 27 menit 46 detik.
Sedangkan waktu
pengoprasian arm terendah adalah dexlite / pertadex yang menggunakan arm hanya 1 jam 8 menit 1 detik. d.
Presentase Arm tiap Bay
Setelah didapatkan hasil seperti yang ada di tabel 4.5. kemudian dari data tersebut dilakukan perbandingan persentasenya untuk mengetahui arm yang sering dioperasikan dan yang jarang dioperasikan, sehingga didapatkan data sebagai berikut: Bay 1 Arm 2 [ Pertadex / Dexlite ] Bay 1 Arm 3 [ Avtur ]
2% 21% 4%
Bay 2 Arm 1 [ Pertalite / Pertamax ] Bay 2 Arm 2 [ Premium ]
11%
Bay 3 Arm 1 [ Premium ]
5%
23%
Bay 3 Arm 3 [ Biosolar ] Bay 3 Arm 4 [ Biosolar ]
8% 13%
10%
3%
Bay 4 Arm 1 [ Biosolar ] Bay 4 Arm 2 [ Premium ]
Bay 4 Arm 3 [ Pertamax / Pertalite ]
Gambar 4.4. Persentase Waktu Kerja Tiap Arm
37
Pada diagram diatas diperoleh presentase tertinggi adalah BBM Pertalite di bay 2 arm 1 sebesar 23% dan presentasi terendah adalah BBM Pertadex / Dexlite di bay 1 arm 2 sebesar 2%. Hal tersebut terlihat adanya perbedaan penggunaan arm yang sangat drastis. Pada bay 1 sendiri total arm yang digunakan hanya 13%, total arm di bay 2 sebesar 26%, total arm di bay 3 sebesar 31%, dan terakhir total arm di bay 4 sebesar 30% sihingga dapat dilihat bawah total produktifitas arm di bay 1 sangat rendah yang membuat waktu tunggu supir atau pengisian menjadi lama karena bay 1 kurang digunakan dibandingan dengan bay yang lain. e.
Utilitas Arm Tiap Produk
Tahap berikutnya yang dilakukan adalah mencari berapa waktu kerja tiap arm aktual, yang disesuai dengan utilitas tiap produknya, sehingga di dapat sebagai berikut : Tabel 4.6. Tabel Perhitungan Arm per Bay Aktual PertaDex /
Avtur
Pertamax /
Dexlite
Premium
BioSolar
Pertalite
Jumlah
1
1
4
2
2
Utilitas
2%
11%
44%
17%
26%
2%
11%
11%
8,5%
13%
Produk Utilitas Arm Pada tahap ini presentase utilitas produk tertinggi yaitu pertamax / pertalite sebesar 44% dengan menggunakan 4 arm, sedangkan utilitas produk terendah adalah pertadex / dexlite sebesar 2% dengan menggunakan 1 arm. Akan tetapi utilitas arm tertinggi adalah biosolor sebesar 13% dan yang terendah adalah pertadex / dexlite sebesar 2%. f.
Perhitungan Layout tiap Arm
Pada tahap terakhir ini adalah presentase distribusi yang dilakukan arm dalam waktu 1 hari tersebut, presentase arm tiap bay yang beroperasi sebagai berikut :
38
Gambar 4.5. Persentase Penyaluran Thruput tiap Arm Dapat dilihat dari gambar tersebut bahwa persentasenya tidak sesuai dengan tabel aktual yang seharusnya. Hal ini dikarenakan tidak seimbangnya variasi BBM / BBK arm tiap bay yang berpengaruh pada waktu distribusi selesai. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.6 yang memperlihatkan pada bay 3 pengoprasiannya sudah bagus dengan variasi BBM arm totalnya sebesar 31% akan tetapi terjadi permasalahan di bay 1, 2 dan 4. Bay 2 hanya berdominan pada BBM pertamax / pertalite saja yang memiliki presentase sebesar 23% dan bay 4 hanya berdominan pada BBM pertamax / pertalite saja yang memiliki presentase sebesar 21% sedangkan variasi BBM arm lainnya yang ada di bay 2 hanya beroprasi sebesar 3% saja, dan variasi BBM arm lainnya yang berada di bay 4 ada 2 arm yaitu premium sebesar 4% dan biosolar sebesar 5% angka presentase tersebut sangat rendah pengoprasiannya. Dan bay 1 adalah bay yang pengoprasiannya sangat rendah dengan total pengoprasiannya hanya 13% saja. Oleh karena itu layout ini memerlukan perbaikan sehingga pembagian beban kerjanya dapat dioptimalkan. 4.4.5. Penyusunan Layout Pada sub - bab ini, data - data sebelumnya yang telah diolah akan disimpulkan berdasarkan dari seluruh faktor yang mempengaruhi sehingga didapatkan simulasi layout arm per bay yang optimal.
39
Gambar 4.6. Layout Arm per Bay Pertamina Layout gambar 4.6 adalah layout dasar yang dipakai oleh PT. Pertamina TBBM Rewulu. Data – data dari perhitungan utilitas waktu kerja tiap bay dan perhitungan utilitas waktu kerja tiap arm diolah dan dianalisis untuk menentukan variasi arm tiap bay yang optimal, hal ini membuat mobil tangki tidak menunggu lama dan pengiriman tidak terhambat. Data - data yang telah diproses oleh tim penulis mendapatkan satu solusi untuk memperbaiki lama pengantrian yaitu dengan mengubah layout penyusunan jumlah arm dan penyusunan layout bay yang final sebagai berikut:
Gambar 4.7. Layout Arm tiap Bay Final Layout pada gambar 4.7 memiliki perubahan variasi akan tetapi tidak banyak. Pada bay 1 dan bay 4 tidak ada perubahan. Bay 1 tetap dengan produk BBM avtur dan dexlite / pertadex sedangkan bay 4 tetap dengan produk BBM premium, pertalite / pertamax, dan biosoloar. Perbedaan terlihat pada bay 2 yang awalnya produk BBM pertalite / pertamax dan premium berubah menjadi pertalite /
40
pertamax dan pertalite / pertamax, sedagkan bay 3 yang awalnya produk BBM biosolar, premium, dan biosolar berubah menjadi pertalite / pertamax, premium, dan biosolar. Perubahan dari variasi produk tersebut membuat waktu pengantrian mobil tangki menjadi berkurang dan waktu kerja tiap bay dan tiap arm menjadi optimal.
41
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan
1. Kendala terbesar dari penerapan NGS (New Gantry System) adalah munculnya antrian. 2. Antrian mobil tangki terjadi karena perbandingan jumlah bay yang lebih sedikit dari sebelumnya, serta utilitas tiap bay yang tidak merata. 3. Hasil yang didapatkan oleh Herjuno Asihmirmo di bagian Pengoptimalan Utilitas Bay : TOTAL TIME PER BAY BAY 1
BAY 2
BAY 3
BAY 4
7:23:50
12:51:36
10:31:09
12:04:01
4. Hasil yang didapatkan oleh Filipus Lewi Abednego di bagian Pengoptimalan Utilitas Arm :
42
5. Hasil yang didapatkan oleh Dimas Nur Cahyo di bagian Pengoptimalan Variasi Produk :
6.
Pemilihan Layout final dipilih oleh pihak pertamina sendiri dengan pertimbangan tanpa ada penambahan kapasitas selang, tidak ada perubahan letak selang, serta perubahan produk yang dapat dipertimbangan.
5.2. Saran 1.
Ditambahkannya arm tiap bay menjadi 4 arm semua dalam 1 bay, sehingga proses mengisi BBM / BBK menjadi cepat dan waktu pengantrian menjadi lebih rendah.
43
DAFTAR PUSTAKA
44
LAMPIRAN
45