Syeikh Ahmad Zarrouq
Syeikh Ahmad Zarrouq Tempat Kelahiran dan masa kecilnya : Syeikh Ahmad Zarrouq dilahirkan di kota Fas di daerah Maroko, pada hari kamis tanggal 28 Muharram, tahun 846 H. Kedua orang tuanya meninggal sewaktu ia masih kecil maka ia dijaga dan dididik oleh neneknya. Neneknya itu selalu membawa Syeikh Ahmad menemui seorang ulama shaleh Syeikh Abi Muhammad al-’Abdus setiap kali neneknya pergi belajar ke majlis gurunya itu, dengan ditemani oleh dua saudarinya yang lain, Fatimah dan Ummu Hani. Seakan-akan, nenek Syekh Ahmad ingin agar iabelajar menenggak ’susu’ ilmu fiqh dan pengetahuan hingga dapat membantu dalam membentuk pertumbuhan raga, ruh, akal, dan pemikirannya. Memang betul, Syekh Ahmad tumbuh besar sebagai pecinta ilmu dan pengetahuan. Dimana selanjutnya, lingkungan ilmiah dan shaleh ini memiliki pengaruh besar dalam kehidupannya sehingga ketika usianya belum genap 16 tahun, ia telah mampu mempelajari bahkan menghafal matan-matan ilmu tauhid, fiqh, dan ilmu-ilmu syariat lainnya dari beberapa syeikh dan ulama di kota Fas tersebut. Pada akhirnya, ia menyerahkan dirinya sepenuhnya untuk melakukan perjalanan demi mencari ilmu dan menyelami ilmu-ilmu syariat lainnya. Kisah Perjalanan Syeikh Ahmad : Syeikh Ahmad pernah pergi ke tunisia, ia masuk ke dalam lingkungan azZaituniyyah dan belajar dari para ulama Tunisia, serta meneguk semua ilmu dari mereka. Setelah itu, ia ingin sekali menuju tempat berkumpulnya para ulama, sekaligu tempat yang menjadi perhatian berbagai ulama fiqh, yaitu al-Azhar asySyariif maka ia pun segera pergi ke Mesir dan tinggal di al-Azhar selama kurang lebih tujuh tahun. Selama itu, ia menimba ilmu dari sumbernya langsung dan mengais ilmu dari tempatnya langsung sehingga ia mampu mengambil berbagai ilmu dari para ulamanya secara teori maupun praktek, mulai dari ilmu fiqh, tafsir, hadits, tauhid, tasawwuf, hingga belajar suluk, akhlak, ibadah, dan ketakwaan seperti halnya ilmu-ilmu lainnya dan masih banyak lagi. Selanjutnya, setelah banyak menimba ilmu dan pengetahuan, ia dihinggapi rasa rindu para ahli ibadah dan zuhud maka ia pun segera menuju Baitul Haram untuk menunaikan ibadah haji sekaligus berziarah ke makam Nabi saw. Setelah selesai, Syekh Ahmad kembali lagi ke kota kelarihannya, Fas. Di kota itulah, ia mulai menyebarkan apa saja yang telah ia pelajari selama ini sebagai bentuk pengabdian kepada tanah kelahirannya. Namun, setiap orang yang mendapatkan kenikmatan pasti ada saja orang yang mendengkinya sehingga ia harus mengalami beberapa masa kelam yang telah diatur oleh musuhmusuhnya. Lantas, gurunya di az-Zaitun menasehatinya agar ia segera meninggalkan kota Fas maka Syekh Ahmad segera kembali ke Mesir dan www.tris.co.nr
1
Syeikh Ahmad Zarrouq menetap di sana selama beberapa waktu lamanya. Selama di Mesir, Syekh Ahmad mencoba untuk menekuni ilmu tasawwuf dan sejak saat itulah, ia baru sadar bahwa ilmu dan hasilnya tidak ada manfaat dan tujuannya lagi kecuali jika dapat membawa pemiliknya kepada jalan menuju Allah, ia juga mengetahui bahwa buah dari ilmu adalah mempraktekkannya. Syekh Ahmad yakin bahwa derajat tertinggi bagi orang-orang yang sedang menapaki jalan pengenalan Tuhan adalah ihsan dan berusaha merubah semua hadits Rasulullah saw. ke dalam setiap pekerjaan. Syekh Ahmad juga melihat bahwa tasawwuf yang benar adalah yang selamat dari sifat terlalu kurang ataupun terlalu berlebihan, juga jauh dari mitos-mitos, bid’ah, kebohongan, ataupun imajinasi belaka. Setelah sekian waktu, Syekh Ahmad belum melepaskan juga jiwa petualangnya. Karena itulah, ketika ia ingin melakukan khalwat dan ibadah maka ia memilih pergi menuju kota Awgolah, jauhnya sekitar 400 km dari kota Bengazay, sematamata memfokuskan dirinya untuk ibadah dan ketakwaan. Peninggalanpeninggalan Syekh Ahmad masih tetap terjaga hingga sekarang, dimana ditemukan masjid atsariy yang dikatakan bahwa Syekh Ahmad pernah menjadi imam di masjid itu. Masjdi atsariy ini memiliki atap yang berbeda dengan bentuk arsitektur yang unik dan sesuai dengan iklim padang pasir sekitarnya. Beberapa penduduk oase itu tidak mengetahui sama sekali tentang keilmuan Syekh Zarruq. Mereka hanya mengetahuinya sebagai wali yang memiliki berbagai karamah ataupun kelebihan-kelebihan lainnya. Inilah yang dinamakan kebodohan ganda ketika mengenal sosok seorang Syekh Ahmad. Sayangnya, banyak dari penduduk negeri kita juga yang ikut dengan mereka, dimana mereka sama sekali tidak mengetahui kemampuan ataupun keilmuan beliau. Akhirya, Syekh Ahmad memilih untuk menetap dan mengakhiri rangkaian perjalanannya di kota Mishratah, terletak 200 km sebelah timur kota Tripoli, kota yang berada di pinggir pantai. Guru-gurunya : Syekh Zarruq banyak menemani orang-orang mulia yang sangat banyak, baik itu ahli fiqh ataupun ulama. Diantara mereka adalah al-Qawriy dan al-Mujashiy alKabir. Syekh Ahmad belajar qira’ah kepada mereka dengan berpedoman pada riwayat Nafi’ al-Madaniy. Berikutnya, Syekh Ali as-Sathiy dan Abdullah alFakhkhar, Syekh Ahmad belajar kepada mereka tulisan Ibnu Abi Zaid alQayrawaniy dalam fiqh Maliki dengan menyeluruh, baik membaca, berdiskusi, ataupun mentahqiqnya. Lalu Syekh Abdurrahman al-Majd, padanya Syekh Ahmad mengambil ilmu dari Risalah al-Qadasiyyah dan akidah ath-Thusiy dalam tasawwuf dan tauhid. Syekh Zarruq menyebutkan bahwa ia mendapatkan penerangan dari al-Qawriy, juga sempat mendengarkan kitab Bukhari, serta kefaqihannya dalam berbagai hukum Abdul Haq ash-Shughra, Jami’ at-Turmudziy, dan semua syekh tadi dan yang lainnya termasuk diantara para ulama daerah barat Islam. Adapun ulama www.tris.co.nr
2
Syeikh Ahmad Zarrouq daerah timur Islam adalah Nur as-Sanhuriy, al-Hafizh ad-Damiriy, dan al-Hafizh as-Sakhawiy. Seperti yang dikatakan dalam bukunya, adh-Dhaw’u al-Laami’ tentang Syekh Zarruq, “Ia menetap selam satu tahun dengan bersibuk diri pada al-Jawjuriy dan lainnya dalam bidang ilmu bahasa Arab, Ushul dan lainnya. Syekh Zarruq juga sempat membaca kitab Bulughul Maram kepadanya dan membahas tentang istilah-istilah yang dia baca sampai ia bertemu denganku di Mekkah pada tahun 894 H, hingga ia memiliki banyak pengikut, pecinta, dan karya-karya.” Murid-muridnya : Diantara orang yang menimba ilmu dan mendapatkan ilmu pengetahuan dari Syekh Zarruq adalah imam Qasthalaniy, pemiliki kitab Irsyaad as-Saariy fi Sarh Shahiihil Bukhari dan lainnya, al-Haththab al-Kabir Syaarih Mukhtashar Khaliil, dan al-Kharuubiy ash-Shaghiir. Berikutnya, murid-murid beliau di daerah Hijaz adalah Zainuddin al-Qasthanthiiniy, Syekh Abdul Wahab asy-Sya’raniy, pemiliki kitab al-Miizan fil Fiqh. Selanjutnya, ulama beliau dari Libya adalah Syekh Abdus Salam al-Asmar al-Faytuuriy. Adapun orang yang selalu menemaninya seperti bayang-bayang dia sendiri adalah Syamsuddin al-Laqaniy dan Nashiruddin, dua bersaudara. Keduanya telah meninggalkan negeri mereka dan melakukan hijrah agar tetap dapat ikut bersama Syekh dan hidup bersamanya di kota Mishrathah. Karya-karyanya : Syekh Zarruq banyak meluangkan usahanya dalam menyelami dan menyaring ilmu-ilmu syariat hingga layak disebut sebagai keanehan dan keunikan. Siapa saja yang membaca daftar karya-karyanya maka akan mengetahui bahwa orang ini termasuk pusat ilmu pengetahuan Islam, sekaligus pemilik ilmu yang luas. Ia juga memiliki banyak referensi di mana waktu itu buku-buku hanyalah bertuliskan tangan saja. Ia juga seorang kritikus lihai dan penjelas untuk berbagai khazanah keilmuan. Syekh memiliki jasa dalam pencarian dan pembuktian. Ia juga pandai dalam mengklasifikasikan bidang-bidang ilmu hingga seakan-akan ia pernah belajar ilmu kajian dan penulisan. Ia juga memerangi bid’ah pada metodemetode dakwah, sekaligus memiliki pengalaman luas dalam mengetahui sebabsebab bid’ah dan solusi pemusnahannya. Beberapa Buku Beliau yang sudah Dicetak : · Syarh Risalah Ibnu Abi Zaid terdiri dari dua juz termasuk di dalamnya Syarh Ibnu Najiy. Banyak para ulama yang mengandalkan penjelasanpenjelasannya sekaligus memuji isi buku ini, termasuk diantaranya al-’Adawiy dalam Hasiyah ‘ala Risalah-nya. ·
Syarh al-Hikam al-’Athaaiyyah.
·
An-Nashiihah al-Kaafiyah li man Khashshahullah bil ‘Afiyah. www.tris.co.nr
3
Syeikh Ahmad Zarrouq · Al-Wazhiifah az-Zarruuqiyyah termasuk beberapa ide pemikiran dan mendapat banyak perhatian dari para penulis dan pencetak. ·
Qawaa’id at-Tashawwwuf
Beberapa Buku yang masih Bertuliskan Tangan : Karya-karyanya masih terkurung dalam dinding-dinding tinggi seperti halnya makhthuthat Islam lainnya. Buku-buku itu tidak mendapatkan perhatian khusus dari para penulis dan pengkaji, ataupun peranan penerbit di negeri kita. Saya masih berharap semoga Allah membantu agar ada orang yang dapat mengeluarkan karya-karya tersebut menuju cahaya pengetahuan sehingga kita memiliki perpustakaan Islam Al-Qur’an khusus Libya. Namun sayang, buku-buku yang sudah dicetak pun dan ditulis oleh para ulama negeri ini tidak didapatkan pada perpustakaan ini, sedang para penerbit tidak berusaha untuk mencetak ulang. Sedangkan beberapa ucapan yang tidak ada artinya, diwan syair belaka, dan cerita-cerita yang melemahkan akhlak, serta buku-buku yang mengajak kepada kehancuran moral dan perpecahan sosial terus dicetak dan didistribusikan, serta muncul dalam gambar-gambar dan baju yang menyita perhatian orang yang memandang dan dapat menggerakkan hatinya. Akan tetapi, buku-buku yang terbilang sebagai mutiara tetap saja terpendam, hilang di perut bumi sebagai barang simpanan. Berapa banyak ikan yang muncul dan terlihat di permukaan memiliki bau yang busuk, sedang berapa banyak jasad yang ada di permukaan bumi muncul hingga membuat orang-orang dan negeri ini terganggu. Tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah swt. Hal minimal yang dapat kami persembahkan untuk sosok Syekh ini adalah menyebutkan beberapa buku bertulisan tangannya, setelah menyebutkan sebelumnya beberapa buku yang telah dicetak, yaitu ·
Manaasik al-Hajj fil Fiqh
·
Syarh al-Qithabiyyah fil Fiqh
·
Syarh ad-Daqaa’iq wal Haqaa’iq lit Talmasaniy
·
Syarh al-Waghlisiyyah
·
Ta’liiq ‘Alal Bukhari
·
Ta’liiq ‘Ala Muslim
·
Syarh Mukhtashar Khaliil www.tris.co.nr
4
Syeikh Ahmad Zarrouq ·
Al-Bida’ wal Hawaadits
·
Ilm Mushthalah al-Hadits
… dan masih banyak lagi. Penutup : Setelah sekian zuhud, ibadah, amal, pengasahan, kajian, perjalanan, dan keliling maka tibalah bagi ruh faqih ini untuk bertemu dan naik menuju sang Pencipta. Syekh meninggal di kota Mishrathah dan dimakamkan di sana, kuburan dikenal hingga sekarang. Beliau meninggal pada tahun 899 H di daerah yang bernama Zarruq. Semoga Allah membalasnya atas keislaman dan fiqh Islam yang beliau luangkan.
Sumber : www.rohimuddin.com
www.tris.co.nr
5