SUPERHERO
Saya suka nonton film superhero. Dan beberapa waktu ini saya nonton lebih sering. Dare Devil, Spiderman, Batman, The Punisher, sampai Superman adalah superhero yang pernah saya lihat aksinya. Dan mungkin tak banyak orang yang sadar bahwa film-film superhero itu bukan hanya sekadar pertunjukan special effect yang detail dan adegan-adegan yang menegangkan. Lebih dari itu, film-film itu juga memberikan pelajaran kepada kita. Dari film-film itulah saya banyak belajar memahami tanggung jawab, menentukan pilihan, merenungkan masa lalu dan menerawang masa depan, keberanian, ketegasan, dan beberapa sikap positif lainnya. Para superhero selalu bersembunyi dibalik topengnya. Itu semua dilakukan untuk melindungi orang-orang terdekat yang mereka sayangi. Analogi yang umum mengatakannnya demikian, tapi kalau kita pahami lebih dalam analogi ini tak sepenuhnya benar (saya tak mau mengatakan itu salah). Begini analisis saya, sebenarnya mereka bukannya bersembunyi di balik topeng dan kostum superheronya. Mereka justeru bersembunyi dengan wajah dan jati diri yang sudah sering terlihat oleh orang banyak. Saya ambil contoh Batman. Ia bukanlah Bruce Wayne yang memakai kostum kelelawar untuk menutupi identitasnya, tapi justeru Batmanlah yang bersembunyi di balik wajah seorang Bruce Wayne. Saya belajar tentang jati diri di sini. Bahwa kita bukanlah sekadar orang biasa dengan kostum atau apa yang sering orang lain lihat dari tampilan fisik kita. Jati diri kita yang sebenarnya adalah cerminan atas apa yang kita lakukan dan setiap langkah yang kita pilih. Jadi, Batman bukanlah seorang Bruce Wayne yang memakai kostum kelelawar atau milyader kaya pemilik Wayne Interprise. Batman adalah setiap tekad dan gerakan untuk menegakkan keadilan dan menyelamatkan sebanyak mungkin orang. Atau Spiderman bukanlah seorang Peter Parker dengan kostum jaring dan kekuatan laba-labanya. Spiderman adalah setiap gerakan dan tanggung jawab yang mencegah merajalelanya ketidakbenaran. Secara lebih filosofis, jati diri kita adalah setiap tindakan dan pilihan kita untuk orang lain dan diri kita sendiri. Selain itu ada pelajaran lain yang saya dapat. Bahwa membela dan menegakkan keadilan terkadang adalah sebuah kesalahan dan pilihan yang berat. Berbuat adil bukan berarti selalu dilakukan dengan cara yang “bersih”. Kadang kita harus menempuh jalan yang sama sekali berbeda. Mengapa bisa demikian? Lihatlah apa yang dilakukan Batman atau Spiderman. Mereka berniat baik membasmi kejahatan dan mengembalikan ketentraman kota. Tapi menurut hukum, tindakan yang mereka lakukan adalah main hakim sendiri. Dan tentu saja tidak pernah diperkenankan oleh undang-undang konvensional manapun di bumi. Bahkan lebih ekstrem lagi, yang mereka lakukan adalah sama dengan para kriminala itu sendiri, bahkan sampai menimbulkan kerusakan massal. Mungkin hal itu memang cuma fiktif saja. Tapi bukan berarti itu semua tak bisa kita pilih. Terkadang memang keadilan itu kejam. Baik Peter Parker maupun Bruce Wayne sebenarnya juga orang kebanyakan yang hidup dalam komunitasnya. Mereka hidup di tengah-tengah hiruk-pikuk kota dan memegang tanggung jawab atas apa yang mereka miliki. Sekuat apapun superhero itu, tetap saja mereka manusia. Di sini saya belajar tentang pilihan dan tanggung jawab. Peter Parker, Bruce Wayne, dan Clark Kent punya kehidupan pribadi dan orang-orang yang
dicintai juga. Kekuatan besar yang mereka miliki telah dengan sangat bijak mereka manfaatkan untuk membela kebenaran. Tapi itu bukannya tidak punya konsekuensi. Ancaman terbesar mereka bukanlah musuh-musuh mereka, tapi justeru orang-orang terkasih mereka. Ketika Green Goblin tahu bahwa Spiderman dan Peter parker adalah jati diri yang sama, maka yang dilakukan untuk melumpuhkan Spiderman bukan dengan jalan menyerangnyasecara langsung. Akan lebih efektif bila yang diserang dulu adalah Mary Jane atau Bibi May, orang-orang yang sangat dicintai Peter Parker/Spiderman. Dan selalu saja, menyelamatkan orang orang terkasih itu juga dihadapkan pada ancaman terhadap keselamatan orang banyak. Di sinilah pilihan pelik itu, menyelamatkan kehidupan pribadi (dalam hal ini digambarkan dengan menyelamatkan kekasihnya) atau menyelamatkan orang-orang tak berdosa dan tak tahu apa-apa yang jadi korban kejahatan. Hal itu selalu saja terjadi bersamaan. Semua superhero akhirnya harus memilih mengorbankan kehidupan pribadinya atau tanggung jawabnya. Ini bukan pilihan mudah. Tapi pada intinya saya menangkap sesuatu yang begitu urgen dari itu semua. Dalam Spiderman 2 saya kutip kata-kata ini : “Seirang kekuatan yang besar, terdapat tanggung jawab yang besar”. Secara universal, yang disebut “kekuatan yang besar” bisa juga berarti jabatan, profesi, kedudukan kita dalam sebuah organisasi, kekayaan, kecerdasan, atau apalah itu. Kita selalu punya tanggung jawab. Mandalawangi, 9 Juli 2009