KEAMANAN SELAT MALAKA SUGENG, SE, MSi Suspimjemenhan III TA. 2008 Selat Malaka merupakan jalur yang padat dan sarat kepentingan, sebagai salah satu dari 250 selat di dunia, selat ini memiliki nilai komersial yang strategis dan termasuk dalam 13 selat paling strategis. Dua belas selat lainnya adalah Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Denmark, Osumi-kaikyo, Selat Dover, Selat Gibraltar, Bab el Mandeb, Selat Hormuz, Selat Balabac, Selat Surigao, Selat Bering, dan Selat Magellan. Sama pentingnya seperti Terusan Suez atau Terusan Panama, Selat Malaka dengan panjang 500 mil membentuk jalur pelayaran terusan antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta menghubungkan tiga dari negara-negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia: India, Indonesia dan China. Sebanyak 50.000 kapal melintasi Selat Malaka setiap tahunnya, mengangkut antara seperlima dan seperempat perdagangan laut dunia. Sebanyak setengah dari minyak yang diangkut oleh kapal tanker melintasi selat ini. Dan selama berabad-abad, selat ini menjadi satu-satunya pintu gerbang utama untuk pelayaran menuju ke kawasan Timur. Tingginya nilai komersial dan ke strategisan selat ini, menyebabkan kawasan ini menjadi sangat rawan terhadap adanya terorisme dan pembajakan. Selain pengaturan navigasi laut yang komprehensif, pengamanan Selat Malaka menjadi sangat penting guna mencegah kejahatan transnasional dan ancaman terorisme, tanggung jawab dan otoritas pengamanan Selat Malaka adalah urusan Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Sikap Indonesia dalam menghadapi isu pengelolaan keamanan di Selat Malaka dipengaruhi oleh banyak hal yang merupakan cerminan dari kepentingan nasional dan kebijakan luar negeri Indonesia. Apabila dilihat dari kepentingan nasionalnya, maka Indonesia menolak adanya intervensi pasukan asing terutama dari Amerika Serikat semata - mata untuk menjaga kestabilan politik didalam negeri. Kestabilan politik dalam negeri secara tidak Iangsung akan mempengaruhi kondisi dalam negeri Indonesia dimana Indonesia sedang melakukan transformasi politik, menghadapi berbagai macam permasalahan dalam negeri seperti Pemerintahan yang tidak stabil, perekonomian yang rapuh, gerakan pemisahan diri, konflik etnis dan religius yang mengancam demokrasi. Selain itu, dengan tidak melibatkan pasukan asing, Indonesia ingin menunjukkan kepada dunia luar bahwa dengan keadaan peralatan dan ekonomi yang serba terbatas Indonesia masih mampu memberikan rasa aman di Selat Malaka yang menjadi tanggung jawabnya. Rasa aman inilah yang diharapkan pada akhirnya dapat memperbaiki iklim investasi di Inonesia dan memancing investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia yang pada akhirnya tentu saja dapat menggairahkan kembali perekonomian di Indonesia. Sementara itu, dari segi kebijakan luar negeri dapat dilihat bahwa penempatan pasukan asing dan pelaksanaan operasi khusus didalam wilayah Indonesia bertetangan dengan salah satu prinsip kebijakan luar negeri Indonesia yaitu tidak berpihak atau non blok. Dan yang paling penting adalah bahwa penolakan Indonesia terhadap penempatan pasukan asing di Selat Malaka karena bertentangan dengan hukum internasional dimana didalam UNCLOS sudah diatur tentang negara - negara mana saja yang berwenang dalam mengamankan Selat Malaka. Alasan atas penolakan hadirnya kekuatan asing dikarenakan akan berpengaruh terhadap kedaulatan negara, hak berdaulat dan yurisdiksi yang merupakan elemen utama dan sama pentingnya dengan kepentingan nasional Indonesia. Upaya mencari dan menemukan metode pendekatan guna menjaga keamanan di Selat Malaka haruslah dengan cara - cara
yang tidak memperlemah arti dari kedaulatan itu sendiri. Tidak boleh ada kompromi yang perlu dibuat yang pada akhirnya hanya akan melemahkan kedaulatan ketiga negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Kajian atas sikap Indonesia terhadap keamanan Selat Malaka memang patut didukung, karena ini menyangkut kehormatan bangsa, namun demikian jika kita melihat banyaknya peluang yang mungkin terjadi jika keamanan selain dilakukan bersama antara Indonesia, Malaysia, dan Singapura juga dilakukan oleh negara-negara lainnya yang juga memiliki kepentingan atas selat Malaka, hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa aman bersama yang kelanjutannya adalah hubungan antar negara yang kondusif. Sebagai contoh adalah adanya keinginan Amerika untuk menempatkan pasukan khusus atau satuan marinir Amerika dalam menjaga keamanan Selat Malaka, yang belakangan sering diganggu oleh aksi perompakan, memang ini jika ditinjau secara mendalam, akan menimbulkan kekhawatiran akan memancing radikalisasi dan militansi di kalangan masyarakat Asia Tenggara yang terkenal moderat. Namun jika kemudian kita kaji kembali, mungkin kekhawatiran ini dapat ditekan dengan cara melibatkan banyak negara dalam rangka pengamanan selat malaka, sehingga Amerika tidak akan melakukan tindakan yang arogan. Peluang lain yang mungkin diperoleh jika kita memberikan peluang keamanan bersama adalah terjaminnya tingkat keamanan di selat Malaka, sehingga jalur ini benar-benar bermanfaat bagi kepentingan negara-negara yang memanfaatkan Selat Malaka. Demikian yang dapat saya sampaikan terkait dengan kajian lingkungan strategis tentang keamanan selat Malaka. Kepada Yth. Kabadiklat Dephan. Mohon ijin menyampaikan tulisan ini melalui blog bapak, karena kesulitan dalam penggunaan e-mail. Terima kasih.