STOP !!! MANAJEMEN - Sabtu, 7 September 2002
'Oh,tidak,' pikir Ahmad. 'Apa yang sudah dilakukan oleh teman-teman ? Perasaan kok tidak ada sesuatu yang istimewa. Ada apa ya.., kok saya dipanggil Rektorat ?' Dibacanya sekali lagi pesan yang tertempel di lockernya dengan lebih teliti dan seksama. Sebagai seorang Ketua LDK, Ahmad berpikir keras sambil berjalan mondar-mandir di sekretariat yang tidak seberapa luas itu. 'Ini pasti tentang RDK yang belum selesai konsepnya. Pasti RDK, khan udah tinggal 2 bulan lagi. Duh..gimana nich nanti ngomongnya. Alasan apa ya..yang tepat.' Ahmad terus berpikir tanpa berhenti berjalan mondar-mandir kayak setrikaan. Menurut para ahli psikologi kognitif, diantara serangkaian luas respons-respons terhadap kesulitan, satu respons yang bisa sangat melumpuhkan adalah menganggap sesuatu sebagai bencana besar. Menganggap sesuatu sebagai bencana seringkali mencakup merenungi peristiwa-peristiwa yang buruk secara destruktif. Semakin banyak seseorang merenungi peristiwa itu dibenaknya, semakin mengerikanlah jadinya dan semakin berat serta semakin besar akibat-akibat yang mungkin muncul. Bahkan seiring menganggap sesuatu sebagai bencana dapat menimbulkan kerusakan dan penurunan semangat. Semakin Ahmad mencemaskan pesan tersebut dan akibat-akibat yang mungkin terjadi, semakin buruk perasaannya dan semakin kritis situasinya. Ahmad sedang dalam proses memperlakukannya sebagai suatu bencana, dan dengan demikian terciptalah bencana. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghentikan kebiasaan buruk ini. Pertama, katakan 'TIDAK'. Apabila secara tidak sadar anda terbawa dalam penciptaan bencana maka segera katakan 'TIDAK' seraya menggebrakkan tangan kepermukaan benda yang keras. Hal ini terbukti efektif dan sangat baik bila digunakan pada situasi-situasi pribadi. Pengucapan kata 'TIDAK' dengan disertai gebrakan tangan pada sebuah permukaan benda yang keras dapat mengalihkan perhatian syaraf otak anda, dari sebuah lintasan pikiran negatif kemudian akan berhenti dan selanjutnya menuju ke tangan anda yang sakit. Jadi semakin kuat anda menggebrakkan tangan anda maka semakin cepat berhentinya penciptaan bencana dalam pikiran anda. Kedua, pusatkanlah perhatian pada hal-hal yang tidak ada hubungannya sama sekali dan akan sangat membantu bila hal tersebut adalah sesuatu yang menyenangkan. Atau bisa memusatkan pada sebuah benda yang tidak berhubungan. Tindakan ini lebih tidak kentara dibandingkan yang pertama. Ambillah sebuah pensil, kemudian luangkan waktu 30 detik untuk mengamatinya. Cari sesuatu yang detil darinya yang belum pernah anda temukan sebelumnya. Perhatikan warnanya, bentuknya, ukurannya dan sebagainya. Dengan melihat sesuatu yang baru pada pensil tersebut akan mengalihkan perhatian otak anda dari pemikiran yang negatif. Dan bisa pula dengan cara mengalihkan pada sebuah kegiatan yang menyenangkan. Misalnya pada contoh diatas, alangkah baiknya bila Ahmad kemudian memikirkan undangan makan siang yang diterimanya dari seorang koleganya dikampus. Atau segera melakukan kegiatan lainnya, semisal sholat sunnah dua rakaat, tilawah ataupun berolah raga. Hal ini akan membuat perhatian otak tidak lagi tertuju pada pemikiran yg destruktif. Saya mempunyai kebiasaan unik bila saya dalam keadaan pusing, suntuk atau dalam gaulnya disebut bete. Saya akan pergi ke Gramedia [toko buku] atau saya akan pergi ke RSUD dr. Soetomo [rumah sakit], bila saya lagi suntuk. Pergi ke Gramedia, akan memaksa saya untuk membaca buku, dan ini secara otomatis akan sedikit mengalihkan perhatiaan otak saya dari pikiran negatif. Ke toko buku tidaklah harus selalu beli buku namun sekedar membaca buku-buku baru yang tersedia disana. Syukur-syukur bila ternyata ada sebuah buku yang pas dengan kondisi kita shg kita terbantu dalam mencari solusi dari kesulitan yang sadang kita hadapi.
Pergi ke RSUD dr. Soetomo, akan memaksa saya melihat kondisi pasien dan keluarga yang ada disana. Saya akan melihat berbagai kondisi pasien mulai dari yang ringan, setengah ringan bahkan yang berat. Disana saya juga dapat melihat kondisi manusia dalam keadaan kritis ataupun kondisi seorang yang ditinggal mati keluarganya. Hal ini membuat saya akan merasa bersyukur kepada Allah bahwa apa yang menimpa saya tidaklah ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka yang sedang kesusahan. Sehingga saya kembali menemukan semangat dalam diri saya untuk kembali kedalam kehidupan saya yang sebenarnya dan menyelesaikan segala permasalahannya. Kesemua teknik diatas adalah untuk mengalihkan perhatian otak dari pemikiran yang negatif, dan kemudian otak akan menjadi tenang pada titik nol. Bila sudah demikian maka akan lebih jernih dan tenang dalam memikirkan apa tindakan yang harus dilakukan selanjutnya. Wallahu 'alam. Trainer dari Al-Manaar Training Center