Step 3.doc

  • Uploaded by: Agung Wahyudi
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Step 3.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 666
  • Pages: 5
1. Mengapa pasien mengalami penurunan kesadaran? Pasien mengalami penurunan kesadaran yang bisa diakibatkan oleh adanya gangguan pada Retricular Activating System (RAS).

Gangguan pada Retricular Activating System (RAS)

Disfungsi otak difus

Efek langsung pada batang otak

Metabolik

Lesi pada batang otak

Cedera korteks dan subkorteks bilateral

Lesi di thalamus

Efek kompresi pada batang otak

Masa tumor Abous Perdarahan intraserebral subdural/epidural

Meningitis

Etiologi a. Gangguan sirkulasi darah di otak (Serebrum, serebellum dan pons) - Perdarahan - Trombosis - Emboli - Stroke b. Infeksi (Meningitis infeksi) c. Gangguan metabolisme d. Neoplasma e. Trauma f. Epilepsi g. Intoksikasi h. Gangguan elektrolit dan endokrin (Sudoyo, 2009). 2. Apa yang harus dilakukan oleh dokter? Dokter jaga harus memilah pasien berdasarkan kegawat daruratannya, dengan meggunakan prinsip triase, yaitu ada 3 sebagai berkut : 1. Jalan Napas (Airway) 2. Pernafasan (Breathing) 3. Sirkulasi (Circulation) Prinsip triase ini juga disebut sebagai ABC approach yang. Adapun langkahlangkah yang perlu diperhatikan dalam prinsip triase : 1. Amati keadaan umum, apakah composmentis, somnolent, apatis dan lain sebagainya.

2. Airway. Lakukan obervasi, pada gerakan dada, apabila gerakan dada seimbagan. Apakah rasa rumah dlu kalau sendirian. 3. Breathing. Lakukan observasi kemampuan mengembang paru, apabila tidak bisa mengembang spontan maka mungkin terjadi gangguan fungsi paru sehinggaakan dilakukan tindakan untuk bantuan napas. 4. Kaji sirkulasi. Lakukan kajian denyut nadi dilakukan palpasi di nadi radialis, apabila tidak teraba gunakan nadi brachialis kalau tidak dikaroti, apabilatidak teraba terdapat gangguan fungsi jantung. 5. Pengukuran tanda vital : TD, Nadi, Suhu, dan Jumlah pernafasan (Cone et al,2009). 3. Bagaimana hubungan penyakit dahulu dengan keluhan? Pada kasus diatas, diketahui bahwa pasien merupakan seorang laki-laki berusia 53 tahun yang memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus yang tidak terkontrol sudah sejak lama. Kondisi kelebihan kadar gula dalam darah yang terjadi pada orang dewasa tua, bisanya disebabkan oleh penyakit DM tipe 2, kondisi dimana kadar insulin tidak mencukupi untuk mengikat gula dan mengantarkannya kedalam sel untuk dijadikan energi.

Penurunan insulin secara absolut mengakibatkan

terjadinya lipolisis dan ketogenesis. Asam acetoacetat yang merupakan hasil pemecahan lemak akan menumpuk menyebabkan terjadinya asidosis metabolik. Untuk mengatasi asidosis ini, tubuh pasien akan merespon mengeluarkan CO2 dengan hiperventilasi (pernafasan yang cepat dan dalam) tipe kusmaull. Sedangkan penimbunan

badan

keton

menyebabkan

keseimbangan

elektrolit

terganggu

(Soewondo, 2009). Tekanan darah pasien juga sangat tinggi, yaitu 240/ 140 mmHg. Tekanan darah yang dimana tekanan diastolik > 120 bisa digolongkan sebagai Krisis Hipertensi. Pada pasien ini krisis hipertensi digolongkan menjadi krisis hipertensi emergensi karena adanya resiko terhadap organ-organ vital seperti otak, jantung, dan ginjal. Krisis hipertensi pada pasien ini bisa berkomplikasi ke organ penting apabila tidak segera ditangani dengan baik. Peningkatan tekanan darah ke otak dapat menyebabkan meningginya permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan pecahnya dinding kapiler, oedem di otak, peningkatan tekanan intrakranial sehingga bisa pasien tidak sadar. Apabila tidak ditangani < 24 jam akan menyebabkan kelainan yang irreversibel. Pada jantung, dapat menyebabkan pecahnya arteri coronaria hingga terjadi iskemik dan infark myokard. Sedangkan pada ginjal bisa menyebabkan gagal ginjal. Pada pasien

ini resiko terjadinya komplikasi meningkat karena pasien juga menderita DM dan hipertensi yang tidak terkontrol (Roesma, 2009). 4. Bagaimana hubungan glibenclamide dengan keluhan? Glibenclamide memiliki mekanisme untuk meningkatkan sekresi insulin oelh sel β pankreas yang memiliki durasi aksi – panjang. A. Farmakodinamik Memiliki efek hipoglikemik yang poten (Potensi 200x lebih kuat dari tolbutamid). Durasi kerja 24 jam, dimetabolisme di hati, disekresi melalui ginjal dan feses. Dosis glibenclamide permulaan diberikan 1x/hari 2,5-5 mg, bila perlu ditingkatkan setiap minggu sampai maksimal 2x/hari 10 mg (Dipiro, 2008). (DiPiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L. M. 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 7th edition. USA: The McGraw - Hill Companies, Inc. p. 1205–1242.)

B. Farmakokinetik Glibenclamide → insulin sekretagogeus

Interaksi dengan ATP sensitif K+ chanel

Depolarisasi membran

Kanal Ca++ terbuka

Rangsangan granulasi berisi insulin

Sekresi insulin

pada sekenario Sensitisasi dan pemakaian insulin

Glukosa serum dan mattriks diambil

Hipoglikemi

Stimulasi autonom adrenergik

Berkeringat

Tremor

Palpitasi

Volume serum otak berkurang

Elektrolit serum berlebih

Gangguan keseimbangan elektrolit

Penurunan kesadaran

((Sudoyo, 2009) 5. Apa saja kemungkinan kegawat daruratan?

Takikardi

Related Documents

Development Units.3doc
November 2019 26
Step
June 2020 11
Step
June 2020 13
Step
May 2020 13
Step By Step
November 2019 33
Tunics Step By Step
November 2019 36

More Documents from ""