SOSROKARTONO
" Ing donya mung kebak kangelan, sing ora gelem kangelan aja ing donya. " " Di dunia penuh dengan kesusahan, yang tidak mau susah jangan di dunia. " Quote: Originally Posted by Suzaku Musha
1
Sekilas Biografi Raden Mas Panji Sosrokartono lahir di Mayong pada hari Rabu Pahing tanggal 10 April 1877 M. Beliau adalah putera R.M. Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Semenjak kecil beliau sudah mempunyai keistimewaan, beliau cerdas dan mempunyai kemampuan membaca masa depan. Kakak dari ibu kita Kartini ini, setelah tamat dari Eropesche Lagere School di Jepara, melanjutkan pendidikannya ke H.B.S. di Semarang. Pada tahun 1898 meneruskan sekolahnya ke negeri Belanda. Mula-mula masuk di sekolah Teknik Tinggi di Leiden, tetapi merasa tidak cocok, sehingga pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur. Beliau merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan ke negeri Belanda, yang pada urutannya disusul oleh putera-putera Indonesia lainnya. Dengan menggenggam gelar Docterandus in de Oostersche Talen dari Perguruan Tinggi Leiden, beliau mengembara ke seluruh Eropa, menjelajahi pelbagai pekerjaan. Pada tahun 1917, koran Amerika The New York Herald Tribune, di kota Wina, Ibukota Austria, membuka lowongan kerja sebagai wartawan perang untuk meliput Perang Dunia I. Salah satu tes adalah menyingkat-padatkan sebuah berita dalam bahasa Perancis yang panjangnya satu kolom menjadi berita yang terdiri atas kurang lebih 30 kata, dan harus ditulis dalam 4 bahasa yaitu Inggris, Spanyol, Rusia dan Perancis sendiri. Drs Raden Mas Panji Sosrokartono, putra Bumiputra yang ikut melamar, berhasil memeras berita itu menjadi 27 kata, sedangkan para pelamar lainnya lebih dari 30 kata. Persyaratan lainnya juga bisa dipenuhi oleh RMP Sosrokartono sehingga akhirnya ia terpilih sebagai wartawan perang surat kabar bergengsi Amerika, The New York Herald Tribune. Agar supaya pekerjaannya lancar ia juga diberi pangkat Mayor oleh Panglima Perang Amerika Serikat. RMP Sosrokartono seorang poliglot, ahli banyak bahasa. Ia menguasai 24 bahasa asing dan 10 bahasa suku di tanah Nusantara. Sebelum ia menjadi wartawan the New York Herald Tribune, ia bekerja sebagai penterjemah di Wina, ibukota Austria. Di Wina ia terkenal sebagai seorang “jenius dari Timur”. Ia juga bekerja sebagai wartawan beberapa surat kabar dan majalah di Eropa. Di dalam buku ‘Memoir’ Drs Muhammad Hatta diceritakan kalau RMP Sosrokartono mendapat gaji 1250 Dollar dari surat kabar Amerika. Dengan gaji sebesar itu ia dapat hidup mewah di Eropa. Sebelum Perang Dunia I berakhir, pada bulan November 1918, RMP Sosrokartono terpilih oleh blok Sekutu menjadi penterjemah tunggal, karena ia satu-satunya pelamar yang memenuhi syaratsyarat mereka yaitu ahli bahasa dan budaya di Eropa dan juga bukan bangsa Eropa. Dalam ‘Memoir’ tulisan Drs Muhammad Hatta ditulis kalau RMP Sosrokartono juga menguasai bahasa Basque, menjadi penterjemah pasukan Sekutu kala melewati daerah suku Basque. Suku Basque adalah salah satu suku yang hidup di Spanyol. Ketika Perang Dunia I menjelang akhir, diadakan perundingan perdamaian rahasia antara pihak yang bertikai. Pihak-pihak yang berunding naik kereta api yang kemudian berhenti di hutan Compaigne di Perancis Selatan. Di dalam kereta api, pihak yang bertikai melakukan perundingan perdamaian rahasia. Di sekitar tempat perundingan telah dijaga ketat oleh tentara dan tidak sembarangan orang apalagi wartawan boleh mendekati tempat perundingan dalam radius 1 km. Semua hasil perundingan perdamaian rahasia tidak boleh disiarkan, dikenakan embargo sampai perundingan yang resmi berlangsung. Dalam Sejarah Dunia, Perundingan Perdamaian Perang Dunia ke I yang resmi berlangsung di kota Versailles, di Perancis. Ketika banyak wartawan yang mencium adanya ‘perundingan perdamaian rahasia’ masih sibuk mencari informasi, koran Amerika The New York Herald Tribune ternyata telah berhasil memuat hasil perundingan rahasia tersebut. Penulisnya ‘anonim’, cuma menggunakan kode pengenal ‘Bintang Tiga’. Kode tersebut di kalangan wartawan Perang Dunia ke I dikenal sebagai kode dari wartawan perang RMP Sosrokartono. Konon tulisan itu menggemparkan Amerika dan juga Eropa. Yang menjadi pertanyaan bagaimana RMP Sosrokartono bisa mendapat hasil perundingan perdamaian yang amat dirahasiakan dan dijaga ketat? Apakah RMP Sosrokartono menjadi 2
penterjemah dalam perundingan rahasia tersebut? Kalau ia menjadi penterjemah dalam perundingan rahasia itu lalu bagaimana ia menyelundupkan beritanya keluar? Seandainya ia tidak menjadi penterjemah dalam perundingan perdamaian rahasia itu, sebagai wartawan perang, bagaimana caranya ia bisa mendapat hasil perundingan perdamaian rahasia tersebut? Sayangnya dalam buku Biografi RMP Sosrokartono tidak ada informasi mengenai hal ini. Namun tak dapat disangkal lagi, berita tulisan RMP Sosrokartono di koran New York Herald Tribune mengenai hasil perdamaian rahasia Perang Dunia I itu merupakan salah satu prestasi luar biasa Sosrokartono sebagai wartawan perang. Tahun 1919 didirikan Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations) atas prakarsa Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson. Dari tahun 1919 sampai 1921, RMP Sosrokartono, anak Bumiputra, mampu menjabat sebagai Kepala Penterjemah untuk semua bahasa yang digunakan di Liga BangsaBangsa. Ia berhasil mengalahkan poliglot-poliglot dari Eropa dan Amerika sehingga meraih jabatan tersebut. Liga Bangsa-Bangsa kemudian berubah nama menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Organization) pada tahun 1921. Tahun 1919 RMP Sosrokartono juga diangkat menjadi Atase Kebudayaan di Kedutaan Besar Perancis di Belanda.
Sampai suatu ketika terdengar berita tentang sakitnya seorang anak berumur ± 12 tahun. Anak itu adalah anak dari kenalannya yang menderita sakit keras, yang tak kunjung sembuh meki sudah diobati oleh beberapa dokter. Dengan dorongan hati yang penuh dengan cinta kasih dan hasrat yang besar untuk meringankan penderitaan orang lain, saat itu juga beliau menjenguk anak kenalannya yang sakit parah itu. Sesampainya di sana, beliau langsung meletakkan tangannya di atas dahi anak itu dan terjadilah sebuah keajaiban. Tiba-tiba si bocah yang sakit itu mulai membaik dengan hitungan detik, dan hari itu juga ia pun sembuh. Kejadian itu membuat orang-orang yang tengah hadir di sana terheran-heran, termasuk juga dokterdokter yang telah gagal menyembuhkan penyakit anak itu. Setelah itu, ada seorang ahli Psychiatrie 3
dan Hypnose yang menjelaskan bahwa sebenarnya Drs. R.M.P. Sosrokartono mempunyai daya pesoonalijke magneetisme yang besar sekali yang tak disadari olehnya. Mendengar penjelasan tersebut, akhirnya beliau merenungkan dirinya dan memutuskan menghentikan pekerjaannya di Jenewa dan pergi ke Paris untuk belajar Psychometrie dan Psychotecniek di sebuah perguruan tinggi di kota itu. Akan tetapi, karena beliau adalah lulusan Bahasa dan Sastra, maka di sana beliau hanya diterima sebagai toehoorder saja, sebab di Perguruan Tinggi tersebut secara khusus hanya disediakan untuk mahasiswa-mahasiswa lulusan medisch dokter. Beliau kecewa, karena di sana beliau hanya dapat mengikuti mata kuliah yang sangat terbatas, tidak sesuai dengan harapan beliau. Di sela-sela hati yang digendam kecewa, datanglah ilham untuk kembali saja ke tanah airnya. RMP Sosrokartono pulang ke tanah air tahun 1925. Ia kemudian menetap di kota Bandung. Supaya RMP Sosrokartono tidak ikut kegiatan politik yang sedang marak saat itu. RMP Sosrokartono kemudian ditawari berbagai jabatan dari Pemerintah Kolonial Belanda seperti jabatan Bupati, Adviseur Voor Inlandse Zaken dan Direktur pada Museum Bataviaasch Genootschaap Van Kunsten en Wetenschappen di Jakarta. Namun tawaran jabatan itu ditolak RMP Sosrokartono. RMP Sosrokartono memilih menjadi Kepala Sekolah di Perguruan Taman Siswa, nationale Middlebare School yang baru didirikan di Bandung. Guru-guru di sekolah Taman Siswa itu antara lain Ir Soekarno, Dr Samsi, Mr Sunario dan Mr Usman Sastroamidjoyo. RMP Sosrokartono juga ikut aktif dalam kegiatan politik saat zaman pergerakan nasional Indonesia. Kegiatan Sosrokartono dapat dilihat dari laporan para pejabat kolonial Belanda. Dalam laporan rahasia tahun 1962 yang dibuat Van Der Plas pejabat Adviseur Voor Inlandse Zaken tertulis kalau Drs Sosrokartono termasuk pelopor gerakan nasional Indonesia dan tidak dapat dipercaya oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Laporan ‘Komisi Istimewa’ yang terdiri Herwerden dan Toxopeus langsung kepada Ratu Wilhelmina berisikan kalau Sosrokartono penganjur swadesi dan sangat berbahaya bagi berlangsungnya ketentraman dan kedamaian di Hindia Belanda. Tahun 1927, RMP Sosrokartono terpaksa keluar dari Perguruan Taman Siswa karena tekanan Pemerintah Kolonial Belanda terhadapnya sudah tak tertahankan lagi. RMP Sosrokartono kemudian sering melakukan ‘tarak brata’, tidak mau menikmati kemewahan, bahkan dalam beberapa hari di tiap harinya beliau hanya makan dua buah cabe atau sebuah pisang. Selanjutnya ia jadi suka berpuasa tanpa berbuka dan bersahur, dan juga tidak tidur selama berhari-hari, biasanya sampai 40 hari lebih. Dan pada 30 April 1930 ia mulai mengadakan penyembuhan spiritual dengan air putih yang dilakukan di tempat tinggalnya di Jalan Pungkur Bandung (sekarang Jl Dewi Sartika), yang kemudian disebut Darus Salam (Tempat Nan Damai). Orang Jawa yang berobat kepadanya menyebut beliau ‘Ndoro Sosro’, Orang Sunda menyebutnya ‘Dokter Cai’ atau ‘Juragan Dokter Cai Pengeran’ atau Dokter Alif, Orang Belanda dan Indo Belanda menyebutnya ‘Oom Sos’ dan kalangan kedokteran menyebutnya ‘Wonder Dokter’ (bahasa Belanda artinya dokter ajaib). Beliau tidak menikah, tidak punya murid dan wakil. Pada hari Jum'at Pahing, tanggal 8 februari 1952 di rumah Jl. Pungkur No. 19 Bandung, yang terkenal dengan sebutan Dar-Oes-Salam, Drs. R.M.P. Sosrokartono kembali ke Sang Pencipta dengan tenang, tentram. Presiden Soekarno memerintahkan AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) untuk mengantarkan jenazah RMP Sosrokartono dengan pesawat terbang militer ke kota Semarang. Jenazahnya kemudian dimakamkan di pemakaman keluarga Sedhomukti di kota Kudus. Dalam buku Biografi RMP Sosrokartono tulisan Solichin Salam, Mr Ahmad Soebardjo, mantan ketua organisasi Perhimpunan Indonesia di Belanda, berkomentar kalau 4
Drs Sosrokartono memang luar biasa di segala bidang kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Sosrokartono senantiasa dicurigai oleh penjajah karena pengaruhnya di masyarakat Indonesia sangat besar. Dan Drs Sosrokartono dapat dibanggakan sebagai Putra Indonesia Sejati. Kutipan komentar Prof Mr Muhammad Yamin tentang RMP Sosrokartono, “..seorang putera Indonesia yang pernah berjuang, menderita dan mendapat kemenangan sampai pulang ke pangkuan bumi di makam Sedhomukti, setelah bekerja dengan menggerakkan perbagai tenaga untuk kebahagiaan manusia dan kemajuan bangsa. Bapak Sosrokartono adalah penganjur orang berilmu yang mengendalikan tenaga jasmani dan rohani untuk kebahagiaan Indonesia dan dunia, “ Kutipan komentar Bung Karno tentang RMP Sosrokartono. “..Drs Sosrokartono almarhum adalah salah seorang sahabat saya dan beliau adalah seorang putera Indonesia yang besar, “ Bpk Ahmad Soebardjo, Bpk Muhammad Yamin dan Bung Karno adalah pahlawan-pahlawan Indonesia. Komentar-komentar mereka menunjukkan kalau RMP Sosrokartono seorang tokoh Indonesia yang besar. Raden Mas Panji Sosrokartono adalah pahlawan Indonesia yang kurang dikenal oleh masyarakat Indonesia sendiri. Banyak orang menyepelekan jabatan Sosrokartono sebagai Kepala Penerjamah di Liga Bangsa-Bangsa. Padahal jabatan itu yang sangat prestisius. Penterjemah di organisasi kelas dunia seperti Liga Bangsa-Bangsa pasti seorang ahli bahasa luar biasa. Menjadi penterjemah bertaraf internasional itu susah sekali. Apalagi kalau berhasil bekerja sebagai penterjemah di lembaga dunia seperti Liga Bangsa-Bangsa yang sekarang namanya Perserikatan Bangsa Bangsa
Mandor Klungsu Quote: Originally Posted by Suzaku Musha
"... para Pangeran ingkang sesami rawuh perlu manggihi pun Klungsu, ..." "... para pangeran yang berdatangan perlu menemui si Klungsu, ..." "Salam alaikum, Kula pun Mandor Klungsu." "Salam alaikum, Saya si Mandor Klungsu." 5
"Taklimi pun Mandhor ... Pak Klungsu." "Taklimnya Mandhor ... Pak Klungsu." "Salam taklimipun lan padonganipun. Pak Klungsu." "Salam taklimnya dan do'anya. Pak Klungsu." Kutipan- kutipan di atas menunjukkan bahwa Drs. R.M.P. Sosrokartono menyebut dirinya sebagai "Mandor Klungsu". Klungsu artinya biji asam, bentuknya kecil tapi keras (kuat) yang ketika ditanam dan dirawat sebaik-baiknya, maka akan menjelma sebuah pohon yang besar-kekar, berdaun rimbun dan berbuah lebat. Bukan sekedar biji buah asam, melainkan kepala/pimpinannya. Pohon asam mulai dari pohon sampai bijinya, semua dapat dimanfaatkan. Selain itu, mempunyai sifat kokoh dan tegar. Ketika melihat kiprahnya sehari-hari, maka beliau hanya seorang Mandor, Mandor Klungsu, yang harus menjalankan perintah Sang Pimpinan (Tuhan), serta mempertanggungjawabkan semua karyanya selama itu kepada Tuhannya. "Kula dermi ngelampahi kemawon." Maksudnya, "Saya hanya menjalankan saja." "Namung madosi barang ingkang sae, sedaya kula sumanggaken dhateng Gusti." Maksudnya, "Saya hanya mencari sesuatu yang baik, semuanya saya serahkan kepada Tuhan." "Kula saged nindhakaken ibadat inggih punika kuwajiban bakti lan suwita kula dhateng sesami." Maksudnya, "Saya bisa menjalankan ibadah, yaitu kewajiban berbakti dan pengabdian saya kepada sesama."
Jaka Pring Quote: Originally Posted by Suzaku Musha
"... Nyuwun pangestunipun para sedherek dhumateng pun Djoko Pring." 6
"... mohon do'a restunya saudara-saudara untuk si Jaka Pring." "Saking Ulun, Djoko Pring." "Dari saya, Jaka Pring." Selain untuk dijadikan nama, Drs. R.M.P Sosrokartono juga pernah menuliskannya sebagai berikut: "Pring padha pring Weruh padha weruh Eling tanpa nyanding." Artinya, "Bambu sama-sama bambu, tahu sama-sama tahu, ingat tanpa mendekat." Versi lain berbunyi: "Susah padha susah; seneng padha seneng; eling padha eling; pring padha pring." Artinya, "Susah sama-sama susah; senang sama-sama senang; ingat sama-sama ingat; bambu samasama bambu." Jaka adalah jejaka/laki-laki yang belum (tidak) menikah dan Pring adalah bambu. Pohon bambu adalah pohon yang sekujur tubuhnya dapat dimanfaatkan oleh siapa saja yang berkepentingan dengannya. Pohon Bambu dapat dimanfaatkan untuk membuat rumah, mulai dari tiang, atap, dinding, pagar, sampai atap-atapnya. Bukankah orang-orang dahulu menjadikan daun bambu sebagai genteng rumah mereka? Ranting-rantingnya dapat dijadikan kayu bakar atau pagar. Bambu dapat digunakan untuk membuat balai-balai, sangkar, keranjang, tempayan, tembikar, kursi, dll. Cikal bakal dari pohon bambu dapat dimanfaatkan untuk sayur/dimakan. Yang jelas, semuanya dapat dimanfaatkan, semuanya dapat difungsikan atau dibutuhkan sesuai kehendak orang yang bersangkutan. Satu hal lagi, jenis bambu itu bermacam-macam. Sesuai dengan hajat seseorang dalam memfungsikan bambu, maka ia mempunyai pilihan terhadap jenis bambu yang mana ia butuhkan. Apakah bambu pethung, bambu ori, bambu wuluh, bambu apus dan lain sebagainya. Kutipan di atas juga mengutarakan bahwa, apapun jenis kita, bangsa kita, agama kita, ras, warna kulit, perbedaan bahasa dan suku kita, kita tetap sama, sama-sama tahu, sama-sama manusia. Apapun jenis, warna dan bentuknya bambu, tetap bambu. Tak ada perbedaan, semua sama belaka. Manusia yang satu dengan manusia yang lain adalah sama. Seperti ketika beliau melakukan perjalanan ke luar Jawa, kemudian beliau bertemu oleh sekian jenis manusia dengan status sosial yang berbeda. Bagi beliau, semua manusia disejajarkan. Sikap egalitarisme tetap dijaga dan dilestarikan. Dalam kondisi dan situasi bagaimanapun dan di manapun, ingat akan keterciptaan, teringat akan sesama, saling mengingatkan dan ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Pemurah. Ketika manusia itu ingat kepada Tuhannya, maka Tuhanpun akan ingat kepadanya.
Guru Sejati "Murid, gurune pribadi Guru, muride pribadi Pamulangane, sengsarane sesami Ganjarane, ayu lan arume sesami." Artinya, "Murid gurunya diri pribadi. Guru, muridnya diri pribadi. Tempat belajarnya/pelajarannya, penderitaan sesama. Balasannya, kebaikan dan keharuman sesama." Untaian itu mengandung pengertian bahwa sesungguhnya dalam diri seseorang terdapat seorang guru dan diri seseorang itu sendiri menjadi murid, murid dari guru sejati. Sebab, pada intinya, segala bentuk ilmu dan pengetahuan itu hanya datang dari Tuhan, karena guru selain Tuhan itu hanya sebagai perantara belaka.
7
"Sinau ngarosake lan nyumerepi tunggalipun manungsa, tunggalipun rasa, tunggalipun asal lan maksudipun agesang." Artinya, "Perlu belajar ikut merasakan dan mengetahui bahwa manusia itu satu, rasa itu satu, berasal dari tempat yang sama, dan belajar memahami arti dari tujuan hidup." "Tansah anglampahi dados muriding agesang." Artinya, "Selalu menjalani jadi murid kehidupan/sesama hidup." Kehidupan itulah sang guru, karena kehidupan itu juga mengajarkan kepada kita.
Sang Alif Quote: Originally Posted by Suzaku Musha
"... Ping kalihipun perlu babat lan ngatur papan kangge masang Alif. (Masang Alif punika inggih kedah mawi sarana lampah. Boten kenging kok lajeng dipun canthelaken kemawon, lajeng dipun tilar kados mepe rasukan)." Artinya, "Yang keduanya perlu membuka dan mengatur tempat untuk memasang Alif. (Memasang Alif itu harus dengan sarana penghayatan. Tidak boleh hanya dicantolkan begitu saja, lalu ditinggal layaknya menjemur pakaian.) "Ngawula dateng kawulaning Gusti lan memayu ayuning urip, ..." Maksudnya adalah mengabdi kepada abdinya Tuhan dan memperbaiki keindahan hidup. Diungkapkan bahwa Drs. R.M.P. Sosrokartono memiliki tiga buah Alif, yaitu : 1. Sang Alif warna hitam, dengan dasar putih. 2. Sang Alif warna putih, dengan dasar biru muda. 3. Sand Alif warna putih, dengan dasar merah. Ketika melayani dan mengobati orang-orang yang sakit, Drs. R.M.P. Sosrokartono selalu berdiri. Beilau kuat sekali berdiri berjam-jam atau berhari-hari. Setelah mengobati orang-orang sampai 8
pukul 12 malam, Dar-Oes-Salam ditutup. Namun beliau tidak langsung tidur, beliau seringkali bermain catur sampai jam 3, 4 pagi, itupun beliau lakukan sambil berdiri.
Kanthong Bolong "Nulung pepadhane, ora nganggo mikir wayah, wadhuk, kanthong. Yen ana isi lumuntur marang sesami." Artinya, "Menolong sesama, tidak perlu memakai pikiran waktu, perut, saku. Jika (saku) berisi mengalir kepada sesama." Dengan demikian, maksud dari "Ilmu Kanthong Bolong" adalah sebuah pengetahuan konkrit tentang sebentuk tempat yang selalu kosong, yang secara pasti tempat itu tak pernah membiarkan sesuatu yang dimilikinya tetap ada, karena tempat itu berlobang, maka apapun yang ditaruh di sana selalu mengalir, sehingga menjadi kosong dan sunyi dari apa saja. "Nulung tiyang kula tindakaken ing pundi-pundi, sak mangsa-mangsa, sak wanci-wanci." Maksudnya, menolong orang itu dilaksanakan di mana-mana, sewaktu-waktu, kapan saja.
Sugih Tanpa Bandha "Sugih tanpa bandha. Digdaya tanpa hadji. Ngalurug tanpa bala. Menang tanpa ngasoraken." Artinya, "Kaya tanpa harta. Sakti tanpa azimat. Menyerang tanpa balatentara. Menang tanpa merendahkan." Demikianlah kata-kata mutiara yang tertera pada salah satu batu nisan makam Drs. R.M.P. Sosrokartono di Sidhomukti Kudus. Ajaran Drs. R.M.P. Sosrokartono ini tidak mengajak orang-orang Indonesia jadi orang yang melarat, miskin, tak punya harta, sehingga mudah dipermainkan oleh mereka yang berharta. Tapi sesungguhnya, kembali pada penjelasan bahwa orang kaya itu bukanlah karena banyak harta bendanya, melainkan orang kaya itu adalah orang yang kaya hatinya, yang kaya mentalnya. “Puji kula mboten sanes namung sugih-sugeng-seneng-ipun sesami.” Maksudnya, si miskin akan akan tetap jadi miskin atau makin miskin karena bermental miskin. Bukankah orang kaya itu orang yang sudah tak lagi membutuhkan sesuatu, karena semuanya telah terpenuhi? Meskipun anda tak berharta, tapi anda sudah merasa cukup dengan apa yang anda dapatkan di dunia ini, maka andalah orang kaya itu. Sebaliknya, meskipun anda banyak berharta, tapi anda masih menginginkan dan membutuhkan sesuatu yang begini dan begitu, maka anda bukanlah orang kya, karena anda masih fakir (butuh) dan kebutuhan anda belum tercukupi.
Digdaya Tanpa Aji “Ajinipun inggih boten sanes namung aji tekad; ilmunipun ilmu pasrah; rapalipun adilipun Gusti.” Artinya, “Ajiannya tidak lain hanyalah ajian tekad, ilmunya ilmu pasrah, manteranya keadlan Tuhan.” 9
Perbuatan taat dan meninggalkan maksiat itulah sumber energi yang dapat membuat seseorang sakti mandraguna, disamping kemampuan diri mengekang gejolak syahwat dan dari perintah nafsu yang buruk. Rumusan beliau “Digdaya tanpa Aji” ada pada tiga tahapan, yaitu : Tekad Tekad adalah sifat yang merujuk pada semangat dan keberanian diri dalam menghadapi segala masalah, seperti rekayasa hidup, fitnah dan bujukan dunia. Tekad ada karena ada niat, sementara segala sesuatu itu tergantung pada niatnya. Jika niatnya itu baik, maka baiklah jadinya. Selain itu, dengan tekad manusia dapat menyelesaikan tugas-tugasnya. Tekad bukan berarti spekulasi miring, tapi lebih mengarah pada sikap tidak takut pada apapun dan siapapun, sehingga hasil yang dicapaipun menjadi maksimal. Tekad dapat dijadikan senjata, yakni senjata psikis dalam menghadapi setiap masalah. Oleh karena itu tekad dapat dijadikan ajian, azimat pamungkas dalam segala urusan. Untuk mendapatkan “aji tekad” tidak perlu melakukan laku (tirakat), tidak pula belajar ilmu kanuragan dahulu, tetapi “aji tekad” dapat diperoleh dengan menanam keberanian, kepasrahan, keadilan dan niat yang baik dalam diri. Pasrah Ilmu pasrah dapat juga disebut ilmu tawakal. Memasrahkan diri sepenuhnya kepada Yang Maha Kuasa. Ilmu tawakal ini bisa diperoleh dengan menanamkan pemahaman dalam diri bahwa tak ada kuasa dan daya selain kuasa dan daya Tuhan Yang Maha Agung. Hidup dan mati itu urusan Tuhan, sukses dan gagal atas kehendak Tuhan. Intinya, menyerahkan permasalahan hidup ini kepada Tuhan, karena Dialah sebaik-baiknya Wakil. Pasrahkan jiwa dan raga kepada-Nya; Dibalik tawakkal ada keselamatan, karena ketika manusia telah menyerahkan hidup-matinya, segala urusannya kepada Yang Maha Esa, maka Dialah yang akan melindungi dan menyelamatkannya dari bahaya dan bencana. Keadilan Keadilan disini adalah lafal, kata/tanda yang disandarkan kepada Tuhan. Keadilan ini sulit didapat dan sulit dipraktekkan, kaena keadilan adalah puncak dari kebaikan. Ketika manusia tak dapat berbuat adil, maka Tuhanlah yang akan memberikan keadilan. Keadilan Tuhan ini sangat menakutkan, karena Yang Maha Adil itu takkan memandang siapa yang akan diadili, sehingga keadilan benar-benar ditegakkan. Ketika keadilan-Nya telah berbicara, maka kebenaranlah yang ada. Ketika keadilan Tuhan telah menjadi ucapan seseorang dalam denyut kehidupannya, maka kebenaran dan kebaikanlah yang diperolehnya. “Tanpa aji, tanpa ilmu, kula boten gadhah ajrih, sebab payung kula Gusti kula, tameng kula inggih Gusti kula.” Artinya, “Tanpa ajian, tanpa ilmu (kanuragan), saya tidak takut, sebab payung atau pelindung saya adalah Tuhan dan perisai saya juga hanya Tuhan.”
Bertempur Tanpa Pasukan "Ngalurug tanpa Bala" adalah merupakan sebagian kebenaran hidup yang harus dihayati dan diamalkan, karena ungkapan ini merujuk pada istilah berkarya dengan tangan sendiri. Tak perlu bantuan, tak perlu teriak-teriak meminta pertolongan, karena diri pribadi sudah dapat mengatasi apa yang dialami. Sesungguhnya musuh manusia adalah setan, baik setan manusia maupun setan jin, maka kepada keduanyalah manusia harus melakukan perlawanan. Sekali lagi, setan-setan itulah yang harus dilawan, diperangi, dan kalau bisa, dimusnahkan saja. Dengan bekal teksd dan keberanian yang suci, maka tak ada yang tak dapat dihancurkan, karena semua mahluk akan binasa kecuali DzatNya. 10
Kasih sayang dapat melunakkan musuh, dapat menolong, dapat dijadikan pelindung, dan dengan tekad asih, kita tidak akan merasa takut terhadap siapapun dan apapun. "Ingkang kula dalaken dede tekad pamrih, ananging tekad asih." Artinya, "Yang saya pergunakan bukan tekad pamrih, tapi tekad asih." "Anglurug tanpa bala, tanpa gaman; Ambedhah, tanpa perang tanpa pedhang." Maksudnnya, mengejar (musuh) tanpa tentara, tanpa senjata; menundukkan (musuh) tanpa perang tanpa pedang.Tak perlu teman, tak perlu senjata. Hindarilah peperangan, pertarungan, atau kekerasan. Yakinlah bahwa orang yang berjalan dengan membawa cinta kasih kepada sesama mahluk akan senantiasa mendapatkan pertolongan dan perlindungan Tuhan. Meskipun manusia tidak mencari masalah atau musuh, permasalahan atau musuh itu datang dengan sendirinya dan akan meniupkan gangguan-gangguan. Akan tetapi, permasalahan dan musuh yang ada di dalam diri kita sendiri. Tekanan batin, penderitaan mental, atau nafsu-nafsu kotor yang menghuni lembah diri kita itulah permasalahan dan musuh kita yang berat lagi membahayakan, karena tak tampak tetapi dapat kita rasakan. Nafsu-nafsu jahat yang menghuni diri manusia bermacam-macam. Nafsu-nafsu itulah yang pada umumnya membuat manusia menjadi sombong, kikir, dengki, jahat dan segala bentuk sifat buruk sering bercokol dalam dirinya, sehingga kehinaan dan kenestapaanlah yang diperoleh, bukan kemuliaan dan keselamatan. Maka, sangat elegan jika Drs. R.M.P. Sosrokartono mencetuskan rumusan "Ngalurug tanpa Bala" yang mempunyai muatan ajaran spiritual dalam rangka menghalau segala bentuk keburukan yang ada didalam diri manusia, supaya manusia tidak menjadi hina, karena barang siapa yang dikalahkan dengan hawa nafsunya maka kehinaanlah yang akan bersanding mesra dengannya.
Trimah Mawi Pasrah "Trimah mawi pasrah. Suwung pamrih, tebih ajrih. Langgeng tan ana susah, tan ana seneng. Antheng mantheng sugeng jeneng." Artinya, "Menerima dengan pasrah. Tiada pamrih, jauh dari takut. Abadi tiada duka, tiada suka. Tenang memusat, bahagia bertakhta." Konsep "trimah mawi Pasrah", oleh Drs. R. M. P. Sosrokartono, diperjelas dengan apa yang pernah beliau katakan di bawah ini : "Ikhlas marang apa sing wes kelakon. Trimah apa kang dilakoni. Pasrah marang apa bakal ana." Artinya, "Ikhlas terhadap apa yang telah terjadi. Menerima apa yang dijalani. Pasrah terhadap apa yang akan ada." Jadi, selain bergandengan dengan ilmu sabar, ilmu pasrah dan ilmu trimah juga bergandengan dengan ilmu ikhlas, tidak mencari pamrih, tidak karena ingin dipuji, tidak pamer kepada orang lain. Apa yang telah terjadi, biarlah terjadi, karena kepasrahan akan membawa keridhaan, dan keridhaan akan membawa keikhlasan, dan itulah sabar, sebuah sifat yang sangat disukai oleh Tuhan. "Trimah mawi Pasrah" juga dapat diartikan bahwa manusia hanya dapat berusaha, sedangkan Tuhanlah yang menentukan segalanya. Oleh karena itu, janganlah terlalu menyesali nasib, karena dibalik derita ada bahagia, dibalik kesusahan ada kemudahan. Yang pasrah akan mendapat kemudahan, yang ridha akan mendapatkan ganti, yang sabar akan mendapatkan kemuliaan dan yang ikhlas akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan hati. 11
Suwung Pamrih Tebih Ajrih " ... Suwung pamrih, suwung ajrih, namung madosi barang ingkang sae, sedaya kula sumanggaken dhateng Gusti ... " Artinya, " ... Tiada pamrih, tiada takut, hanya mencari sesuatu yang baik, semua saya serahkan kepada Tuhan ... " "Yen kula ajrih, kenging dipun wastani ngandut pamrih utawi ancas ingkang boten sae." Artinya, "Jika saya takut, boleh dikatakan (bahwa saya) menyimpan pamrih atau niat yang tidak baik." "Luh ingkang medal sangking manah punika, dede luh ipun tangis pamrih, nanging luh peresanipun manah suwung pamrih." Artinya, "Air mata yang keluar dari hati ini, bukanlah air matanya tangis pamrih, tetapi air mata perasan hati yang kosong pamrih." Ketika anda menangis, menangislah karena syukur dan ikhlas, bukan karena menginginkan imbalan yang tak kunjung tiba. Apalah artinya menantikan imbalan, jika semua yang ada tak mengizinkan. Apalah artinya tangisan hanya gara-gara ingin dipuji, dibalas atau diberi, jika kemuliaan jauh dari kita. Yang terpenting adalah kedamaian, ketentraman, aman, kebahagiaan dan kemuliaan. Pamrih itu hanya membuat seseorang menjadi penakut, picik, menderita, menjenuhkan, bahkan dapat membuat orang menjadi hina. Apalah artinya berpegang kepada kesementaraan, jika di alam baka kita dicambuk derita ?!
Padhang Ing Petheng " ... Wosipun inggih punika ngupadosi padhang ing peteng; seneng ing sengsara, tunggaling sewu yuta ... " Artinya, "Yang jelas adalah mencari terang di dalam gelap; senang dalam kesengsaraan, ribuan juta contohnya." Apa saja yang ada di dunia ini relatif. Di bumi ini selalu ada dualisme, seperti padhang-peteng; seneng-sengsara; sehat-sakit; hujan-panas dan lain sebagainya. Demikianlah yang namanya kehidupan. Peteng terus itu tidak ada. Padhang terus juga tidak ada. Seneng terus itu juga tidak ada. Sengsara terus itupun tidak ada. Oleh karena itu, yang bertentangan itu dibutuhkan dalam kehidupan ini. Dengan adanya panjang, kita tahu pendek; dengan adanya sakit, kita bisa merasakan sehat. Dengan mengetahui baik, maka kita tahu apa itu buruk. Hujan dan panas, keduanya dibutuhkan dalam kehidupan ini. Kalau orang tidak mau peteng dan selalu ingin yang padhang saja, apa jadinya dunia ini? Kapan kita istirahat, kapan kita tidur? Kalau peteng terus, apa saja yang semula tumbuh pasti mati. Sebab tidak terkena sinarnya matahari. Kalau panas terus, bumi ini akan kering kerontang, kematian akan tersebar di muka bumi. Kalau hujan terus, pasti terjadi banjir di mana-mana. Daratan akan tenggelam, kelaparan melanda dunia disertai kematian umat manusia. Dimana-mana yang ada cuma air! Apa jadinya bumi ini? Senang dan sengsara harus diterima seperti apa adanya, karena kedua-duanya membawa manfaat dan didalamnya ada hikmah yang tersembunyi. Janganlah kita terikat atau terbelenggu oleh senang dan susah. Jika kesengsaraan datang, terimalah. Jika kesenangan datang, sambutlah. Mengapa? Supaya hidup ini dapat dijalani dengan tenang. Di manapun anda temukan kegelapan, maka terangilah. Di manapun anda temukan kesengsaraan, maka berilah kesenangan. Janganlah berhenti melakukan tugas itu, karena berjuta-juta yang 12
membutuhkan cahaya terang dan sinar kebahagiaan.
Catur Murti Catur itu empat, sedangkan Murti itu penjelmaan. Jadi yang dimaksudkan adalah empat yang dijelmakan menjadi satu. Menurut Aksan, Catur Murti adalah bersatunya empat faal, yaitu pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan. Berawal dari keinginan atau kehendak (perasaan), itulah yang menyebabkan berpikir dan tindak lanjutnya adalah berkata, terakhir berbuat. Pikiranlah yang mendorong kita untuk berkata maupun berbuat. Sekarang tergantung kepada pikirannya. Kalau pikirannya baik/benar, maka akan mengeluarkan kata-kata yang baik/benar. Kalau pikirannya baik/benar, akan mendorong untuk berbuat baik/benar. Jika pikirannya jahat/tidak benar, akan mendorong orang untuk berkata yang jahat dan berbuat jahat. Kebencian jangan diberi kesempatan untuk merajalela di alam pikiran kita. Kita harus menjinakkan kebencian yang ada di dalam pikiran kita, kemudian kita pudarkan atau kita kecilkan, agar pikiran jahat itu dapat kita hilangkan. Kalau sudah begitu, jangan diingat-ingat lagi orang yang pernah membuat anda jadi benci. KAta-katanya, perilakunya, jangan diingat lagi. Dengan berjalannya waktu, anda akan melupakan itu semuanya. Berterima kasihlah kepada Tuhan, karena anda dikaruniai sifat lupa, kalau anda tidak diberi lupa, maka anda akan ingat segala-galanya, apakah anda tidak bertambah pusing? Ada kalanya kita menggunakan pikiran yang baik, namun masih dianggap kurang cukup. Menggunakan perasaan yang baik pun masih ada kekurangannya. Sebagai contoh : Anda sedang berjalan dengan seorang teman. Kebetulan teman itu tidak punya uang sama sekali. Dan sama-sama lapar, tetapi uang anda hanya Rp 2000. Anda mampir di warung, nasi satu piring Rp 2000. jadi yang makan hanya anda sendiri. Sebab, uang itu adalah uang anda sendiri dan anda sangat lapar. Teman anda menunggu sambil berdiri, di luar warung. Sampai hatikah anda berbuat begitu? Contoh lainnya : Uang Rp 2000 anda berikan kepada teman anda, teman anda yang makan. Anda hanya duduk saja di dalam warung, sambil mengamati teman anda yang sedang menikmati makanannya. Pada contoh yang pertama, anda egoistis. Sekalipun berpikir benar. Pada contoh yang kedua, anda adalah orang gila yang baik hati. Sekalipun berperasaan benar. Nah, coba anda mencari makanan yang harganya Rp 1000 saja. Anda dan teman anda sama-sama dapat makan. Anda makan tidak kenyang, tetapi sudah makan. Teman anda tidak kelaparan. Jadi sebelum anda berbuat, pikiran yang benar harus diselaraskan dengan perasaan yang benar. Artinya, ada unsur penyelarasan. Dengan begitu, dalam konteks tersebut, perbuatan anda adalah "Perbuatan benar". Dengan demikian, Catur Murti itu merupakan kesatuan, tidak boleh dipisahkan, jangan ambil protholannya saja, ambillah kesatuannya, keseluruhannya. itu baru namanya Catur Murti. Selain itu, Catur Murti bukan hanya sekedar dihafalkan, tapi harus dihayati dan diamalkan. Berlatih Catur murti tanpa berhenti, baru ada manfaatnya. Sehingga menyatu dengan jiwa kita, sehingga kita terbiasakan untuk berpikir benar, berperasaan benar, berkata benar dan berbuat benar. Dalam situai dan kondisi apapun reaksi kita jadi cepat dan dalam mengambil keputusan bisa dengan tepat dan benar. Tuhan telah memberi kita 2 buah mata, 2 buah telinga dan 1 mulut. 2 buah mata, artinya banyak-
13
banyaklah melihat. 2 buah telinga, artinya banyak-banyaklah mendengar. 1 buah mulut, kalau tidak perlu sebaiknya ditutup. Sebab mulut adalah pintu gerbang yang mendatangkan bahaya. Benci (kebencian) Hidup ini jadi tegang dan gelisah. Kebencian dapat melahirkan dendam. Dendam dapat melahirkan ketidaktenangan. Gelisah dan gundah gulana itu juga akibat dari sebuah kebencian. Serakah Keserakahan menyebabkan hati kita tertutup. Hati yang tertutup tidak dapat melihat kepentingan orang lain, tidak dapat merasakan penderitaan orang lain. Yang dipikirkan hanya kepentingan, kesenangan dan keselamatan dirinya sendiri. Iri Hati Orang yang iri hati selalu merasa tidak senang, jika orang lain senang. Ia tidak merasa bahagia kalau orang lain bahagia. Ia merasa kecil hati melihat orang lain sukses. Orang yang iri hati itu hatinya kerdil, karena ia tidak mau menerima kenyataan dengan lapang dada atau mengakui kesuksesan orang lain, kegembiraan orang lain, kebahagiaan orang lain. Orang iri hati cepat sekali untuk memfitnah orang, menggunjing atau menjelekkan orang lain yang sukses. Fitnah Selama kita benar, jangan takut terhadap fitnah. Kalau kita tak berbuat yang neko-neko, kita merasa benar, tak perlu memikirkan fitnah itu. Biarkan saja, diamkan saja dan hadapi dengan kesabaran. Bodoh (kebodohan) Bilamana kita sedang marah, sedang membenci, sedang iri hati, sedang serakah, pada saat itu kita dalam keadaan bodoh, yang artinya tidak punya kemampuan untuk mengendalikan diri/lepas kontrol. Saat itu pikiran kita jadi gelap, tidak sadar, tidak bijaksana, kita jadi bodoh (tidak seperti biasanya, cerdas, bijaksana). Karena bodoh, ada kemungkinan kita memukul atau membunuh tanpa kesadaran. Melakukan hal-hal membahayakan untuk diri sendiri dan orang lain, dan kita pun menderita lahir batin. Kita baru sadar, setelah itu semua terjadi. Kesadaran yang datangnya terlambat.
Mutiara-mutiara "... Kula badhe nyobi prabotanipun wong lanang, inggih punika: bares, mantep, wani. ..." "... Saya akan mencoba identitas seorang lelaki, yaitu: jujur, mantab, wani ..." "Boten kenging tiyang jaler ngunduri utawi nyingkiri bebaya utami, saha cidra dhateng pengajeng-ajeng lan kepercadosipun sesami." Intinya, seorang pemberani jangan takut menghadapi apapun.. "Yen kapergok aja mlayu." ..dan jika bertemu suatu bahaya, jangan lari. (Bertanggungjawab) "Ing donya mung kebak kangelan, seng ora gelem kangelan aja ing donya." "Di dunia penuh dengan kesusahan, yang tidak mau susah jangan di dunia." "Ajinipun inggih boten sanes naming aji tekad, ilmunipun ilmu pasrah, rapalipun adiling Gusti." Intinya, tak perlu mempelajari ajian-ajian, cukup dengan tekad yang baik, dengan kepasrahan yang benar dan selalu berlindung di bawah sifat adil tuhan. "Kula bade ngukur dedeg kula, nimbang botin kamantepan, njajagi gayuhanipun budi." Intinya, di dalam sebuah pengembaraan, sebaiknya seseorang juga perlu mempertimbangkan keyakinan yang dimilikinya dan mendalami raihan budi. Sejauh mana keyakinan dan raihan budinya, dapat dilihat setelah seseorang menjalani pengembaraan, karena di sanalah kedua hal tersebut dapat teruji dan terbukti. "Pakerti asor numusi anak putu lan mbekta kasengsarane tiyang katah." Intinya, harus tahu bahwa perbuatan atau akhlak yang buruk dapat terwarisi oleh sang anak dan dapat mendatangkan kesengsaraan orang lain. 14
"Aja dumeh, tepa slira, ngerti kuwalat." Intinya, janganlah merasa hebat. Terhadap siapapun harus tenggang rasa. Dan harus tahu kena tuah (semisal hukum karma). "Wani mengku: anteping ati, kencenging pikir, boboting kekuatane." Intinya, kemantapan dan kekuatan hati, pikiran yang kuat atau teguh dan bobotnya kekuatan harus dimiliki. "Nekad: Kekendelan, ngluwihi kekuatan." Intinya, bertekad bahwa kepastian (di dalam diri) itu melebihi kekuatan. "Dede tekad pamrih, nanging tekad asih." Intinya, berdasarkan pada tekad asih, bukan tekad pamrih. "Tiyang mlampah punika, sangunipun lan gembolanipun satunggal, inggih punika : "maksudipun"." Intinya, orang berjalan hanya mempunyai satu bekal, yaitu niat. "Barang sanesipun saged dipun wastani ngriribedi lan ngrawati lampah, kenging dipun wastani ugi : Ngendoni niyat utawi "ngeker ancas lan tujuning lampah"." Intinya, barang lainnya selain niat yang baik, hanya akan menjadi penghalang dan memperberat langkah, dapat juga dinamakan sesuatu yang bisa mengendorkan niat, bisa memutar tujuan perjalanan. Gara-gara mencari sesuatu yang tak jelas, niat seseorang dapat berubah. "Ingkang tansah dados ancasipun lampah kula mboten sanes namung sunyi pamrih, puji kula mboten sanes namung sugih, senengipun sesami." Intinya, dalam menjalankan tugasnya niat beliau tak lain adalah sunyi pamrih, tidak mencari imbalan, sedangkan puji beliau adalah puji cukup, selamat dan kesenangan orang lain. "Prabot kula boten sanes badan lan budi." Intinya, atribut yang hanya bisa dibawa kapan saja adalah badan dan budi. "Nyebar wiji sederekan lan wiji utamining kejawen ing manca negari." Intinya, benih-benih persaudaraan dan keutamaan orang Jawa-lah yang harus diperjuangkan. Itu jika anda orang Jawa. Jika bukan, ya keutamaan bangsa anda yang harus anda perjuangkan, sebarkan ke mana saja anda berada. Namun yang terpenting disini ialah persaudaraan bukan permusuhan. (Perlu diingat bahwa sewaktu beliau menulis mutiara-mutiara ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia belum berdiri.) "Tumraping kula piyambak, kejawi urun batos, raos, kula kedah wani urun badan, urun dada, urun bahu." Intinya, memberikan pertolongan kepada sesama, bahkan dalam sebuah pengembaraan, selain menyumbangkan batin dan rasa, juga harus berani menyumbangkan badan, dada dan bahu. Sekujur tubuh, lahir dan batin harus bersedia disumbangkan demi kebahagiaan bersama. "Ngawula dateng kawulaning Gusti lan memayu ayuning urip, tanpa pamrih tanpa ajrih, jejeg mantep, mawi pasrah. Sebab payung kula Gusti kula, tameng kula inggih Gusti kula." Intinya, dalam menjalani kehidupan disarankan mengabdikan diri kepada abdinya Tuhan, menyempurnakan kebahagiaan hidup, tanpa pamrih tanpa takut, tegak, mantap dengan jalan tawakkal. Sebab, yang patut dijadikan tempat berlindung dan bergantung hanyalah Tuhan. "Yen kula mundur sebab ajrih, kula kenging dipun wastani kirang dhateng Gusti." Intinya, seseorang yang mundur dari sebuah pertempuran (perjalanan dalam hidupan) karena takut, itu dapat dinilai sebagai orang yang kurang pasrah kepada Tuhan. "Angungkup kabeh, anyandak siji." Intinya, semuanya harus diraih, tapi hanya satu yang menjadi sumbernya, yaitu ridha Ilahi. "Ambuka netra, tegesipun anutup netra. Anggelar pemandeng, tegesipun angringkes pemantheng." Intinya, mata yang dibuka adalah mata yang ditutup. Meluaskan pandangan adalah konsentrasi. Mata bathinlah yang harus diutamakan, agar tidak mudah tergiur oleh gemerlap dunia yang hanyalah semu.
15
"Perlunipun lan maksudipun inggih punika nyukani urunan piwulang, pitedah lan tulada dhateng para sederek ing ngriki, ingkang asor inggih ingkang luhur, ingkang mlarat ingkang sugih." Intinya, semua yang dilakukan itu dijadikan pelajaran untuk diri sendiri dan orang lain, sebagai petunjuk bersama, bahwa sesungguhnya yang hina itulah yang luhur, yang miskin itulah yang kaya. Penampilan seseorang tidak dapat dijadikan pertanda, melainkan apakah ada yang baik dibalik penampilan yang baik, atu mungkin orang yang seakan baik tapi berhati jahat. Quote: Originally Posted by WitGedhangMabur " Je moet leren om te doorvoelen. dat het leven een is, Ti. Alles is in dat ene. En dat leven is juist in jou. Onthou dat. Alles is in jou. En jij, je ben in alles. . . . . " Quote: Originally Posted by zeth "Kamu harus belajar untuk merasakan. bahwa kehidupan itu adalah satu, Ti. Semuanya ada didalam satuan itu. Dan kehidupan itu justru ada di dalam mu. Ingatlah. Semuanya ada didalam mu Dan kamu, kamu adalah semuanya" "Ikhlas marang apa sing wis kelakon. Trimah apa kang dilakoni. Pasrah marang apa kang bakal ana. " Artinya, ikhlas terhadap apa yang telah dijalani. Menerima apa yang sedang dialami. Pasrah terhadap apa yang akan dihadapi. "Jen kersa njangoni, sampun njangoni uwas, nanging njangoni mantep lan pasrah. Punika sangunipun wong lanang."
16
Kepustakaan Quote: Originally Posted by Suzaku Musha
• • • • • • •
Indy G. Hakim, Tafsir Surat-surat & Mutiara-mutiara Drs. R.M.P. Sosrokartono, (Pustaka Kaona, April 2008) Pa' Roesno, Karena Panggilan Ibu Sejati : Riwayat Hidup dari Drs. R.M.P. Sosrokartono, (Djakarta : 1954) Panitya Buku Riwayat Drs. R.M.P. Sosrokartono, Kempalan Serat-serat : Drs. Sosrokartono, (Surabaya : Panitya Buku Riwayat Drs. R.M.P. Sosrokartono, 1992) Serat Saking Medan, 12 Mei 1931 dalam Suxmantojo, Kempalan Serat-serat Drs. R.M.P. Sosrokartono Serat Saking Binjei, 5 Juli 1931 Serat Saking Binjei, 9 Juli 1931 Serat Saking Tanjung Pura (Langkat), 26 Oct. 1931 17
• • • • • • • • •
Serat Saking Tanjung Pura, 11 Oct. 1931 Djoko Pring, "Aji Pring", (Binjei, 12 Nov. 1931) Djoko Pring, Omong Kosong, (Binjei, 12 Nov. 1931) R. Mohammad Ali, Ilmu Kantong Bolong, Ilmu Kantong Kosong, Ilmu Sunji Drs. R.M.P. Sosrokartono Djoko Pring, Lampah lan Maksudipun, (Binjei 12 Nov. 1931) Blog Arienda @ http://arienda.livejournal.com/ Blog Inggra @ http://parandaru.multiply.com/journal/item/1/Coba_direnungkan_saja Blog Wib @ http://wib711.multiply.com/photos/album/226 Artikel Ir. Budi Setiaji di Kedaulatan Rakyat @ http://222.124.164.132/web/detail.php?sid=174451&actmenu=39
Quote: Originally Posted by Suzaku Musha sudah tak beredar mas di toko2 buku kaya gitu, saya dapatnya di toko buku bekas dan kuno di Solo. 1. Kempalan serat-serat (Drs. R.M.P. Sosrokartono), cetakan asli thn.1992 2. Ilmu dan laku, fotokopian thn.88 3. Ilmu kantong kosong, ilmu kantong bolong, ilmu sunji, fotokopian th 66
18
Notes : Perjalanan Hidup. Drs. R.M.P. Sosrokartono lahir pada tanggal 10 April 1877 dan wafat pada tanggal 8 Februari 1952. Berdasarkan sistem kalender Jawa Saka lahir pada tanggal dengan weton kelahiran Rabu Pahing. Tempat kelahirannya di kaki G. Muria - Jawa Tengah, tepatnya di suatu kota kecil bernama Mayong. Sejak masa kanak-kanak sudah tampak bakat supranaturalnya. RA. Kartini, seorang pahlawan nasional yang juga adik kandung dari Sosrokartono menyampaikan suatu cerita yang didengar dari ibunya. Waktu itu Sosrokartono masih berusia 3 tahun. Suatu hari Ibundanya, RMA. Ngasirah melihat Sosrokartono kecil sibuk mengumpulkan mainan-mainannya. Saat ditanya mengapa sibuk mengumpulkan mainan, Sosrokartono kecil menjawab : "Kita akan pindah ke Jepara". Beberapa bulan kemudian, keluarga Sosrokartono pindah dari Mayong-Rembang ke Jepara. Kepindahannya karena Ayahanda Sosrokartono, RM Adipati Aryo Samingoen Sosroningrat mendapat promosi jabatan menjadi Bupati di Jepara. Pada umur 20 tahun, Sosrokartono berangkat ke Eropa untuk belajar di High Technical School di Delft- Belanda. Kemudian pindah ke Universitas Leiden dan mengambil studi tentang Sastra dan Filsafat, namun tidak menyelesaikan disertasinya. Sosrokartono kemudian menjadi koresponden berita harian Amerika The New York Herald. Selama hampir 29 tahun lamanya beliau berkeliling Eropa, utamanya sebagai Jurnalis. Wartawan kawakan Rosihan Anwar menyatakan bahwa Sosrokartono adalah koresponden pertama Indonesia yang meliput Perang Dunia I ( 1914-1918 ). Gajinya saat itu, menurut Mohammad Hatta sebesar US$1 ,250 per bulan. Dengan gaji sebesar itu seseorang dapat hidup bak jutawan, namun Sosrokartono tetap hidup seperti orang biasa tidak bermewah-mewahan. Agar dapat bebas meliput di medan perang, dia diangkat sebagai tentara dan diberi pangkat Mayor oleh Sekutu, tetapi menolak untuk dipersenjatai. Masa setelah perang, Sosrokartono bekerja di Kedutaan Perancis di Hague. Selain itu juga bekerja sebagai penerjemah di Liga Bangsa-Bangsa yang baru dibentuk di Jenewa-Swiss. Kemampuan bahasa Sosrokartono luar biasa, sebagian orang menyatakan dia menguasai secara baik 26 bahasa, tetapi ada yang menyatakan 17 macam bahasa, termasuk bahasa: Latin, Yunani, Rusia, Sansekerta, Cina, Jepang, Arab, Perancis, Belanda, Jerman, Spanyol, Slavia dsb. Hatta pernah menyatakan, Sosrokartono juga lancar menguasai bahasa etnik Basque di Spanyol. Karena kemampuan bahasanya, Sosrokartono diundang dalam Konggres ke-25 Bahasa dan Sastra Belanda di tahun 1899, atas referensi dari mentornya di Universitas Leiden Prof.Dr. J.H.C. Kern. Konggres yang berlangsung di Gent-Belgia ini membahas mengenai keberadaan bahasa dan satra Belanda di berbagai negara. Sewaktu diberi kesempatan berbicara di depan Konggres, Sosrokartono berkata: "Dengan tegas saya menyatakan akan menjadi musuh bagi siapa saja yang akan mengubah kami (Hindia Timur) menjadi orang Eropa atau setengah negara Eropa dan juga siapa saja yang akan menginjak-injak adat dan tradisi kami yang suci dan adiluhung. Selama matahari dan bulan masih bersinar, saya akan menentangnya!" Setelah 29 tahun di Eropa sejak tahun 1897 , Sosrokartono kembali ke Indonesia pada tahun 1926 , kemudian mendirikan perpustakaan "Panti Sastra" di Tegal bersama dengan adik kandungnya RA. Kardinah. Sesuai dengan panggilan hatinya, Sosrokartono kemudian pindah ke Bandung dan mendirikan Darussalam di Jalan Pungkur 7. Selain itu dia juga memimpin Sekolah Menengah Taman Siswa di Bandung. Sesaat sampai di tanah kelahiran yang demikian dicintainya, Pemerintah Kolonial yang kuatir terhadap dirinya menuduh Sosrokartono sebagai komunis. "Itu merupakan fitnah yang sangat jahat yang belum pernah saya alami tetapi saya tidak memiliki kekuatan apapun untuk melawannya," tulis Sosrokartono dalam suratnya kepada Mrs. Abendanon. Selanjutnya dalam surat tersebut Sosrokartono menulis : "Tetapi untukmu, wanita yang terhormat (Mrs. Abendanon), saya bersumpah demi pusara Ayahku dan Kartini bahwa saya tidak pernah memeluk komunisme sebelumnya atau sekarang. Tak ada apapun yang saya inginkan kecuali hanya bekerja untuk mendidik bangsa kami seperti yang Kartini cita-citakan". Selama di Darussalam, tamu-tamu berbagai bangsa tak pernah berhenti datang dan pergi untuk berdiskusi berbagai hal, ataupun meminta pertolongan beliau untuk membantu menyembuhkan berbagai penyakit dan menyelesaikan bermacam masalah kehidupan. Sukarno juga sering terlihat datang untuk belajar bahasa selain berdiskusi mengenai berbagai hal. Kemampuan penyembuhannya diketahui dunia saat di Perancis diminta untuk menyembuhkan seorang anak kecil. Sosrokartono hanya meletakkan tangannya di 19
dahi anak tesebut, dan berdoa; seketika anak kecil tersebut sembuh. Bahkan seorang Paramoedya Ananta Toer yang skeptis terhadap kemampuan spiritual perlu menuliskan dalam "Panggil Aku Kartini" (Hasta Mitra, 1997 ) : disekitar tahun 1930an seorang Dokter berkebangsaan Belanda di Rumah Sakit Umum Jakarta (CBZ, sekarang RSU Dr. Cipto Mangoenkusumo) menuliskan laporan yang berisi kesaksian bahwa Sosrokartono mampu menyembuhkan seorang wanita yang menurut ilmu kedokteran sudah tidak dapat ditolong lagi. Wanita itu sembuh setelah minum air putih pemberian Sosrokartono. Suryatie Ganie, cucu perempuan RA Sulastri Tjokrohadi Sosro yang merupakan saudara tua Sosrokartono menceritakan kemampuan Sosrokartono dalam membaca pikiran orang. Di tanah air selain sibuk menerima tamu yang datang ke Darussalam, Sosrokartono juga sering melakukan perjalanan. Beberapa yang tercatat dalam kumpulan suratnya, dia mendatangi ke berbagai daerah dan kerajaan di Sumatera. Disana melakukan pelayanan penyembuhan terhadap masyarakat dan anggota kerajaan. Banyak kisah menarik yang ditulis dalam surat- suratnya, salah satunya adalah bagaimana sibuknya Raja, Permaisuri dan anggota kerajaan lainnya di Tanah Sumatera tersebut melayani dirinya. Dengan maksud untuk menghormatinya, maka dimasakan sajian khusus ala Jawa oleh Permaisuri, namun dengan halus semua makanan yang enak-enak tersebut ditolak oleh Sosrokartono. Dia lebih memilih makan cabe tiap harinya, dan minum air putih. Seperti disaksikan banyak orang, Sosrokartono hampir setiap saat berpuasa, bila tidak dia hanya minum santan sedikit. Waktu istirahatnya sangat pendek, setiap saat selalu disibukkan oleh orang-orang yang minta tolong disembuhkan dan dipecahkan masalahnya. Dalam melayani, dia tidak pernah membedakan warna kulit, kebangsaan, agama dan kepercayaan. Dia juga dikenal sebagai penyayang binatang dan tumbuhan. Baginya dalam setiap makhluk hidup memiliki percikan Ke-Ilahian dari Tuhan Yang Maha Esa. Sumber : Serat2 RMP.Sosrokartono; Tempo; Arti Alif Notes : Kaum bangsawan di Belanda menjulukinya Pangeran dari Tanah Jawa, DE Mooie Sos atau Sos yang ganteng. Raden Mas Panji Sosrokartono, kakak R.A. Kartini, selama 29 tahun, sejak 1897, mengembara ke Eropa. Ia bergaul dengan kalangan intelektual dan bangsawan di sana. Mahasiswa Universitas Leiden itu kemudian menjadi wartawan perang Indonesia pertama pada Perang Dunia I. R.M. Sosrokartono lahir pada tanggal 10 April 1877 di Mayong. Beliau adalah anak ketiga dari delapan bersaudara putra pasangan Bupati Jepara, R.M. Aryo Sosroningrat dengan Mas Ajeng Ngasirah. Ia kakak kandung R.A. Kartini yang paling disayangi. Setelah menamatkan Hogere Burger School (setingkat SMA) di Semarang. Menurut artikel Koentjoro Purbopranoto berjudul Ter nagedachtenis van Drs. R.M.P. Sosrokartono (Pemikiran-pemikiran Drs. R.M.P. Sosrokartono) yang dimuat dalam majalah Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde vol. 129 (1973), awalnya ia masuk sekolah teknik di Delft. Tidak betah, ia pindah ke fakultas sastra dan filsafat di Leiden. Untuk masuk ke Leiden ia harus menempuh ujian negara di bidang bahasa Latin dan Yunani. Ketika dirinya pindah ke Belanda untuk meneruskan kuliah, RA Kartini adalah orang yang paling kehilangan. Selama di Belanda, RA Kartini selalu menceritakan dan meminta pendapat dari kakaknya tersebut. DE Mooie Sos atau Sos yang ganteng. Begitulah Raden Mas Panji Sosrokartono dipanggil semasa tinggal di Eropa selama 29 tahun. Panggilan lain: De Javanese Prins atau Pangeran dari Tanah Jawa. Kecakapan Sosrokartono dalam berbahasa dan bergaul adalah faktor utama yang menyebabkan orang-orang asing cepat berteman dengannya. Seniman Belanda Van Eeden dalam buku hariannya 4 Mei 1915 menulis perihal kekagumannya pada Sosrokartono. "Ia orang Jawa yang simpatik, sangat terpelajar. Ia sama sekali tidak tertutup atau pendiam. Saya lebih merasakannya sebagai bangsa saya sendiri daripada gerombolan Eropa yang berkeluyuran di Scheveningen itu," tulis Van Eeden seperti dikutip Elisabeth Keesing dalam Betapa Besar Pun Sebuah Sangkar: Hidup, Suratan dan Karya Kartini terbitan PT Djambatan perwakilan KITLV pada 1996. Pembimbing utama Kartono di Leiden adalah Profesor Dr Johan Hendrik Kern, seorang Orientalis. Ia segera menjadi murid kesayangan Kern. Meski baru pindah kampus, Kern sudah menyuruhnya bicara di Kongres Sastra Belanda di Gent, Belgia, pada September 1899. Kartono membawakan pidato Het Nederlandsch in Indie (Bahasa Belanda di Hindia Belanda). Seruan 20
patriotik agar Belanda mengajarkan bahasanya lebih luas bagi rakyat Jawa itu dimuat di majalah bulanan Neerlandia sebulan kemudian. Nama lain seperti Van Vollenhoven, guru besar ilmu hukum di Leiden dan ahli Sanskerta Speyer, serta guru besar De Groot dan Niewenhuis ikut mengajarnya, selain juga ahli bahasa Arab dan agama Islam, Snouck Hurgronje. Saat menerima gelar doctorandus dalam bidang sastra dan bahasa, Keesing menyebutkan Kartono memakai topi bulat dan kerah tinggi, laiknya politisi pada masa itu. Semua literatur tentang Kartono menyinggung kemampuannya yang luar biasa dalam bidang bahasa. Siti Soemandari dalam Biografi Kartini menyebut kemampuan bahasa Kartono mencapai 17 bahasa asing. Buku Drs. RMP Sosrokartono, Sebuah Biografi karya Solichin Salam (terbitan Yayasan Pendidikan Sosrokartono, 1979) menambah sepuluh bahasa Tanah Air ke jumlah itu. "Kemampuan inilah yang membantu perjalanan hidupnya di Eropa di kemudian hari," Koentjoro menulis. Studinya belum lagi selesai di Belanda ketika Kartono merantau ke Belgia, Jerman, Prancis, Swiss, dan Austria sebagai koresponden harian Amerika The New York Herald selama Perang Dunia I (1914-1918). Buku Mono Perjuangan Jiwa Besar Kaliber Internasional, Drs. R.M.P. Sosrokartono karangan Ki Sumidi Adisasmita terbitan 1972 menyebut, Kartono menjadi satu-satunya mahasiswa yang lulus tes koran itu. Ia dites menerjemahkan artikel panjang menjadi satu kolom berisi 27 kata dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Rusia. The New York Herald adalah koran yang diterbitkan di New York dan bertahan hidup dari 1835 sampai 1924. Pada Perang Dunia I, koran ini juga terbit dalam edisi Eropa. Surat kabar ini kemudian melakukan merger dengan The New York Tribune, menjadi The New York Herald Tribune yang terbit sampai hari ini. Ketika bertugas dalam medan perang, Kartono diberi pangkat mayor oleh pihak Sekutu. Tapi ia menolak membawa senjata. "Saya tidak akan menyerang orang, karena itu saya pun tak akan diserang. Jadi apa perlunya membawa senjata?" kata Kartono, seperti dikutip dalam naskah Drs. RMP Sosrokartono, Sarjono-Satrya Pinandita karya Amin Singgih. Salah satu keberhasilan Kartono sebagai wartawan perang adalah ketika ia memuat hasil perundingan antara Jerman yang kalah perang dan Prancis yang menang perang. Perundingan antara Stresman yang mewakili Jerman dan Foch yang mewakili Prancis itu berlangsung secara rahasia di sebuah gerbong kereta api di hutan Campienne, Prancis, dan dijaga sangat ketat. Nama penulis berita itu tak disebutkan, selain kode tiga bintang, kode samaran Kartono. Kemampuan bahasa Kartono juga mengantarnya menjadi juru bahasa tunggal di Volken Bond atau Liga Bangsa-Bangsa, tak lama setelah Perang Dunia I usai. Tapi Amin Singgih mengutip kegeraman Kartono terhadap politik organisasi cikal bakal PBB itu, yang ia nilai tak netral. Dia meninggalkan Jenewa, tempat Volken Bond bermarkas, dan pindah ke Prancis untuk menjadi mahasiswa pendengar di Universitas Sorbonne, jurusan psikometri dan psikoteknik. Kartono tertarik mempelajari ilmu kejiwaan setelah mendapat rekomendasi dari seorang dokter di Jenewa. Kebetulan dokter itu melihat Kartono menyembuhkan seorang anak kerabatnya, berusia 12 tahun, yang tak sadarkan diri setelah terserang demam tinggi. Sang dokter kemudian menganjurkannya sekolah di Sorbonne. Tapi Kartono tak lama kuliah di Sorbonne. Pada 1921, pemerintah Prancis mengangkatnya sebagai pegawai tinggi dengan jabatan atase Kedutaan Besar Prancis di Den Haag. Kartono membawa pulang surat pengangkatannya dan menunjukkannya kepada Ki Sumidi pada 1931. Di periode 1920-an inilah Ki Sumidi menyebut Kartono telah menerima banyak uang hingga puluhan ribu poundsterling. Uang itu tersimpan di bank Swiss. "Hingga sekarang tak ada yang mengurus," Ki Sumidi menulis. Cerita ini paralel dengan cerita Dahlan Abdullah kepada Mohammad Hatta. Wakil presiden pertama RI itu dalam buku Memoir terbitan Tirta Mas Indonesia pada 1979 menulis, menurut Dahlan, pendapatan Sosrokartono pada masa itu mencapai US$ 1.250 per bulan. "Dengan gaji sebanyak itu, ia dapat hidup sebagai miliuner di Wina," tulis Hatta. Namun berita tentang kekayaan di bank Swiss ini bertolak belakang dengan perkara utang Kartono yang disinggung Keesing. Sumber beritanya adalah pasangan Abendanon. Dan dari mereka pula berita tentang utang-utang Kartono sampai ke Jepara (baca: Hurgronje dan Sang Kakak yang Malang). Hatta mengetahui cerita Kartono dalam perjalanannya bersama Dahlan ke Wina pada Januari 1922. Menurut Dahlan, ada seorang Indonesia yang sudah lama tinggal di Wina, yakni kakak almarhum Raden Ajeng Kartini. Dahlan mengatakan, "Sosrokartono sangat pintar dan tergolong manusia jenial." Dalam Memoir Hatta yang memuat penuturan Dahlan juga menyebut bahwa Sosrokartono tak pernah ikut serta dalam Indische 21
Vereeniging, cikal bakal Perhimpunan Indonesia. Dahlan pun tak merasa perlu mengajak Hatta mengunjungi seniornya itu di Wina. Padahal di semua literatur tentang Sosrokartono, kakak Kartini itu disebut ikut mendirikan Indische Vereeniging di Belanda pada awal abad ke-20 itu. Solichin Salam mengutip dokumen pendirian Indische pada 1908berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging (1922) dan Perhimpunan Indonesia (1925)yang membubuhkan nama Sosrokartono bersama Hussein Djajadiningrat, Noto Soeroto, Notodiningrat, dan Soemitro Kolopaking di antaranya. Buku tipis Drs. RMP Sosrokartono, Menumbuhkan Sikap Patriotisme, Membangun Karakter Bangsa karya Aksan (terbitan Grasindo, 2005) mengutip saat Indonesische mengirim buku Sumbangsih kepada Boedi Oetomo, nama Sosrokartono terdapat di redaksi penyusun buku. Namanya juga tercantum dalam daftar dewan redaksi harian Bintang Timoer yang terbit di Belanda pada 1903, pimpinan Drs. Abdoel Rivai. Perjalanan Sosro berakhir di Southampton, Inggris, saat ia menulis surat perpisahan kepada pasangan Abendanon dari kapal Grotius, 5 Juli 1925. Surat ini beserta dua surat lainnya dimuat di Surat-surat Adik R.A. Kartini terbitan Djambatan 2005. Dalam surat itu, De Mooie Sos yang tengah berada dalam perjalanan pulang ke Jawa memohon maaf tak sempat berpamitan kepada pasangan Abendanon yang tinggal di Amsterdam. Di Jawa, kata Kartono, "Saya bertekad memperbaiki dan menyelamatkan kehidupan saya. Ada keinginan dan kemauan, dan di atas itu ambisi, untuk menyumbangkan pengalaman-pengalaman yang telah saya dapat kepada bangsa saya." Pulang ke Indonesia pada 1926, ia dituduh komunis oleh pemerintah jajahan. Sosrokartono kemudian memilih mendirikan perpustakaan ?Panti Sastra? di Tegal bersama sang adik, R.A. Kardinah. Kemudian ia menetap di Bandung, mendirikan perpustakaan Dar-essalam di Jalan Pungkur 7. Ia juga diangkat sebagai Kepala Sekolah Nationale Middelbare School (Sekolah Menengah Nasional) oleh para aktivis Taman Siswa. Di perpustakaan itulah Sosrokartono kerap didatangi Soekarno, yang ingin belajar bahasa padanya. Ia memiliki bakat supernatural sejak usia 3 tahun. Adik-adik Kartini yang mendengar kisah sang ibu menceritakan, pada suatu hari Sosrokartono mengumpulkan benda-benda mainannya. Waktu ditanya mengapa ia mengumpulkan mainannya, ia menjawab, ?Mau pindah ke Jepara.? Beberapa bulan kemudian keluarga Sosroningrat pindah dari Mayong Rembang ke Jepara lantaran ayah Sosrokartono itu diangkat dari jabatan Wedana Mayong menjadi Bupati Jepara. Ketika masih di Prancis, Sosrokartono pernah dimintai tolong menyembuhkan seorang anak yang sakit. Sosrokartono hanya meletakkan tangan di dahi si anak dan membaca doa, sang anak sembuh. Dalam Panggil Aku Kartini Saja (Hasta Mitra, Jakarta, 1997), Pramoedya Ananta Toer menuliskan, pada 1930-an seorang dokter Belanda di RSUP (CBZ) Jakarta menulis laporan dalam salah satu koran tentang pengalamannya menyaksikan Sosrokartono menyembuhkan wanita melahirkan yang menurut para dokter tak tertolong lagi. Wanita itu sembuh setelah minum air putih yang diberikan Sosrokartono. Kemampuan menyembuhkan kemudian semakin berkembang ketika Sosrokartono tinggal di Bandung. Ia juga pernah diundang Sultan Langkat untuk mengobati anggota keluarga kerajaan yang sakit. Sisi spiritual Sosrokartono, termasuk memberikan ajaran-ajaran hidup dalam bahasa Jawa, di kemudian hari melahirkan para ? pengikut?. Paguyuban Sosrokartanan, komunitas pencinta Sosrokartono, kini telah ada di empat kota: Jakarta, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. Pada setiap pengobatan, Kartono biasanya memberikan air putih dan secarik kertas bertulisan huruf Alif (singkatan dari Allah) kepada pasien. Kartini Pudjiarto masih menyimpan lukisan sederhana berbingkai kayu yang berisi goresan Alif di kertas putih pemberian Eyang Sosro. "Katanya buat jaga-jaga," ujar Kartini. Ada pula secarik kertas putih yang berisi nasihat Eyang Sosro bertulisan "Sugih tanpa banda / Digdaya tanpa aji / Nglurug tanpa bala / Menang tanpa ngasorake" (Kaya tanpa harta/ Sakti tanpa azimat/ Menyerbu tanpa pasukan/ Menang tanpa merendahkan yang dikalahkan) yang ditempel dengan selotip di dinding. Ia juga menyimpan tongkat Kartono, yang merupakan jatah warisan keluarga yang dibagi-bagi setelah sang eyang meninggal. Air putih, huruf Alif, nasihat-nasihat hidup yang ia tulis dalam bahasa Jawa, dan laku berpuasa berhari-hari, adalah bagian dari "wajah mistik" Sosrokartono, orang Indonesia pertama yang terjun ke medan peperangan di Perang Dunia I di Eropa sebagai wartawan. Ucapanucapan Sosrokartono • Saya minta dengan sangat dan bersungguh-sungguh, hendaklah kepada insulinde ditumpahkan cinta kasih, cinta kasih yang wajib diberikan kepadanya sebagai hak miliknya. Hai, kamu bangsa 22
penjajah, pada tangan kirimu kamu menggenggam lambang utusan/ajaran untuk damai di antara sesama manusia, dengan tangan kananmu kamu memegang tongkat lambang peradaban, maka dari itu hidupkanlah rasa persaudaraan antara bangsamu dan bangsa yang engkau jajah!? - Pidato Sosrokartono dalam Kongres ke-25 Bahasa dan Sastra Belanda di Gent, Belgia, 29 Agustus 1899. • Masih saja ada orang yang, meski telah memiliki masa dinas di Hindia selama bertahun-tahun, tidak mengambil pelajaran dari situ dan beranggapan dapat memperlakukan tiap orang pribumi sebagai kuli?. Birokrat-birokrat dan otokrat-otokrat yang telah ?jatuh ke atas? (orang tak berbobot yang naik menduduki jabatan tinggi) tidak kami butuhkan di Hindia. - Surat Sosrokartono kepada Tuan dan Nyonya Abendanon, 14 Juli 1925. • Nun di suatu masa nanti, Terusan Suez bakal bermandikan darah, tapi yang berkobar dahsyat di Benua Asia dan Afrika. Akhirnya kedua benua akan berpaut menyatu-padu di kota ini.?--Ucapan Sosrokartono pada usia 40 tahun dalam Wajah Bandung Tempo Doeloe karangan Haryoto Kunto. • Sampaikan kepada Bung Karno, Dik, bahwa perjuangan kemerdekaan ini memerlukan waktu yang lama, akan banyak berjatuhan korban, diiringi oleh kerusuhan-kerusuhan dan kekacauan, tetapi akhirnya Indonesia merdeka juga. Saya akan membantu, tetapi Bung Karno harus eling? - Ucapan Sosrokartono kepada Dr R. Suharto, dokter pribadi Bung Karno, suatu malam menjelang kemerdekaan Indonesia, dalam Dr R. Suharto Saksi Sejarah terbitan PT. Gunung Agung, Jakarta. • Sugih tanpa banda, Digdaya tanpa aji, Nglurug tanpa bala, Menang tanpa ngasorake? (Kaya tanpa harta, Sakti tanpa azimat, Menyerbu tanpa pasukan, Menang tanpa merendahkan yang dikalahkan) Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?p=32927369#post32927369
23