Sop Analisis Csp

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sop Analisis Csp as PDF for free.

More details

  • Words: 6,007
  • Pages: 31
ALUR PEMBAHASAN ANALISIS HASIL PEMETAAN SWADAYA TIP – JRF REKOMPAK DMC PANGANDARAN DAFTAR ANALISIS :

ANALISIS POTENSI DAN MASALAH KAWASAN   

Analisis Sosial Masyarakat Analisis Ekonomi Masyarakat Analisis Lingkungan Permukiman

ANALISIS TATA RUANG DESA     

Analisis Kondisi Zona Desa Analisis Kondisi Topografi Desa dan Tingkat Kerapatan Wilayah Analisis Kondisi Pola Permukiman Analisis Kondisi Infrastruktur Desa Analisis Area Konservasi

ANALISIS KERAWANAN BENCANA  

Analisis Penilaian akan Kerentanan Wilayah Bencana Analisis Penilaian Kapabilitas Komunitas

LAMPIRAN DARI PETUNJUK PRAKTIS ANALISIS HASIL PEMETAAN SWADAYA UNTUK TIM INTI PERENCANA – JRF REKOMPAK DMC PANGANDARAN

ANALISIS POTENSI DAN MASALAH KAWASAN ANALISIS SOSIAL MASYARAKAT ALUR PEMBAHASAN

Pendidikan Dasar

dibandingka Pelayanan Kesehatan

S P M kepanjangan dari Standar Pelayanan Minimum

Hipotesis Awal atau Kesimpulan Awal dari beberapa indikator yang lemah dan kurang

S

W O T

A B A

B

C

D

E

C

A, B, C, D, E merupakan akar permasalahan dari beberapa hipotesis awal yang ada.

S O T

W

D E

Cara bagaimana menganalisis dengan pohon masalah, SWOT, dan SWOT quadrant terlampir dengan modul ini.

ANALISIS EKONOMI MASYARAKAT ALUR PEMBAHASAN Kelengkapan data dan Kalender siklus

Produksi Komoditas Unggulan Januari

September

Maret

Juli

Kalender Siklus Mata Pencaharian

Kalender Siklus Komoditas Unggulan Berbasis Masa Tanam

Kesejahteraan Keluarga Miskin : Pendapatan, Biaya Hidup Kebutuhan Dasar, dan Biaya Sharing Produksi Pemasukan / Pendapatan

Kebutuhan Biaya Hidup dan Biaya Sharing Produksi

S

W O T

A B

GAP

C

Hipotesis Awal

D E

Pohon Masalah

S O T

W

ANALISIS LINGKUNGAN PERMUKIMAN ALUR PEMBAHASAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI SAAT NORMAL VERSUS KETERSEDIAAN AIR BERSIH Okt

Kebutuhan air bersih di saat normal Kalender siklus pada musim apa saja terjadi kekurangan suplai air

Des

April

Ketersediaan air bersih

GAP Kalender siklus pasokan sumber air atau suplai air

Standar Kebutuhan Air Bersih versi WHO

Jun

masalah

Solusi sumber air alternatif Pengelolaan sumber air yang ada

Catatan : Kebutuhan air bersih normal, perhatikan questionaire dari nomer 2 sampai dengan nomer 7. Ketersediaan air bersih, perhatikan jaringan air bersih berikut sumber air bersih di peta kondisi. Standar kebutuhan air bersih versi WHO, diperlukan sebagai pembanding apakah kebutuhan dan ketersediaan air sudah tercukupi secara layak.

ALUR PEMBAHASAN PENYEBARAN SARANA MCK UMUM, KETERSEDIAAN SARANA MCK UMUM, DAN POLA PERILAKU AKTIVITAS MCK KHUSUSNYA KELUARGA PRA SEJAHTERA Okt

Penyebaran & ketersediaan MCK di tiap rumah

Kalender siklus akan ketersediaan air bersih di setiap MCK umum

April

perbandingan pelayanan

Ketersediaan MCK Umum   

Pola aktivitas masyarakat dalam penggunaan MCK umum

Cakupan pelayanan MCK Persebaran fasilitas Kelengkapan dan kelayakan sarana fisik MCK

Catatan : Perhatikan sumber data yang berasal dari pemetaan dan pendataan hasil Pemetaan Swadaya, disertai questionaire

PENYEBARAN SARANA SAMPAH, SISTEM PEMBUANGAN SAMPAH, DAN PEMANFAATAN SAMPAH

Penyebaran & ketersediaan tempat sampah di tiap rumah

Pola pemanfaatan sampah oleh masyarakat (daur ulang)

Ketersediaan sarana pembuangan sampah di desa

Pola aktivitas masyarakat dalam mengelola pembuangan sampah

  

Cakupan pelayanan sarana pembuangan sampah Persebaran sarana pembuangan sampah yang ada di desa Sistem pembuangan sampah dari pembuangan sampah warga masyarakat sampai ke sarana pembuangan sampah di desa.

Catatan : Perhatikan sumber data yang berasal dari pemetaan dan pendataan hasil Pemetaan Swadaya, disertai questionaire

ANALISIS TATA RUANG DESA ANALISIS KONDISI ZONA DESA ALUR PEMBAHASAN TABEL PERSANDINGAN

PERATURAN PERUNDANGAN

PETA – PETA DOK.PERENCANAAN

KOMPILASI

SUPERIMPOSED

KESELARASAN PENGGUNAAN LAHAN ALTERNATIF RENCANA PEMBANGUNAN

ARAH PERENCANAAN & PENGEMBANGAN DESA

Catatan : Kondisi Existing Desa perlu didukung dengan peta hasil pemetaan swadaya dan foto-foto yang ada.

KONDISI EXISTING DESA

ANALISIS KONDISI TOPOGRAFI DESA DAN TINGKAT KERAPATAN WILAYAH ALUR PEMBAHASAN KONTEKS MITIGASI BENCANA TINGKAT KERAPATAN WILAYAH

KONDISI TOPOGRAFI DESA

WILAYAH AMAN UNTUK EVAKUASI

POTENSI JUMLAH JIWA YG DIEVAKUASI

DAYA TAMPUNG WILAYAH EVAKUASI

POTENSI & MASALAH WILAYAH EVAKUASI

JANGKAUAN & KETINGGIAN AMAN

ANALISIS KONDISI POLA PERMUKIMAN ALUR PEMBAHASAN

PERENC & PENGEMB POLA PERMUKIMAN

POLA PERMUKIMAN WIL. PESISIR

POLA PERMUKIMAN EXISTING

PERATURAN PERUNDANGAN

POLA PERMUKIMAN WIL. NON PESISIR

DISKUSI & KESEPAKATAN MASYARAKAT

PUSAT-PUSAT PERGERAKAN AKTIVITAS MASYARAKAT

Catatan : Kompilasi peraturan perundangan yang sesuai dan masih berlaku untuk pedoman pembangunan dan perencanaan pola permukiman di wilayah pesisir.

ANALISIS KONDISI INFRASTRUKTUR DESA ALUR PEMBAHASAN

KONTEKS MITIGASI BENCANA

KRITERIA AKAN BOBOT INFRASTRUKTUR YG MENDUKUNG DESA BERBASIS MITIGASI

PENILAIAN KELAYAKAN SECARA TEKNIS & FISIK

EXISTING INFRASTRUKTUR DESA

KESIAPAN & MULTIFUNGSI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT (SUSTAINABLE DEVELOPMENT) Catatan : Penilaian kelayakan secara teknis dan fisik berpedoman pada buku penilaian baik dan buruk infrastruktur yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Kriteria akan bobot infrastruktur yang mendukung desa berbasis mitigasi bencana didiskusikan dengan semua anggota TIP dan disepakati oleh seluruh anggota TIP.

ANALISIS AREA KONSERVASI ALUR PEMBAHASAN

KONTEKS MITIGASI BENCANA

PENILAIAN KELESTARIAN & PELESTARIAN LINGKUNGAN

KRITERIA AKAN BOBOT AREA KONSERVASI YG MENDUKUNG DESA BERBASIS MITIGASI

EXISTING AREA KONSERVASI DI DESA

KESIAPAN & MULTIFUNGSI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT (SUSTAINABLE DEVELOPMENT)

ANALISIS KERAWANAN BENCANA PENILAIAN AKAN KERENTANAN WILAYAH BENCANA ALUR PEMBAHASAN KERENTANAN ALAM AKAN POTENSI KEBENCANAAN

KONDISI KERENTANAN ALAM

RIWAYAT KEBENCANAAN

PENILAIAN AKAN RESIKO & DAMPAK KEBENCANAAN

KEWASPADAAN & KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT

LANGKAH ANTISIPASI UNTUK MITIGASI BENCANA SECARA TEKNIS DAN MANAJEMEN

PENILAIAN KAPABILITAS KOMUNITAS ALUR PEMBAHASAN

REKAP QUESTIONAIRE DARI NOMER 18 -30

disandingkan

Pedoman Mitigasi Bencana Bakornas

Hipotesis Awal atau Kesimpulan Awal dari beberapa indikator yang lemah dan kurang

S

W

O

T

S

A

O

B

T

W

C D E

Cara bagaimana menganalisis dengan pohon masalah, SWOT, dan SWOT quadrant terlampir dengan modul ini.

PETUNJUK PRAKTIS ANALISIS HASIL PEMETAAN SWADAYA TIP – JRF REKOMPAK DMC PANGANDARAN DAFTAR ANALISIS :

ANALISIS POTENSI DAN MASALAH KAWASAN   

Analisis Sosial Masyarakat Analisis Ekonomi Masyarakat Analisis Lingkungan Permukiman

ANALISIS TATA RUANG DESA     

Analisis Kondisi Zona Desa Analisis Kondisi Topografi Desa dan Tingkat Kerapatan Wilayah Analisis Kondisi Pola Permukiman Analisis Kondisi Infrastruktur Desa Analisis Area Konservasi

ANALISIS KERAWANAN BENCANA  

Analisis Penilaian akan Kerentanan Wilayah Bencana Analisis Penilaian Kapabilitas Komunitas

Ada 3 kelompok analisis, yang harus dilakukan secara runut dan berurutan. Akan sangat terlihat di hasil akhir, apakah analisis dilakukan secara tepat atau tidak. Analisis dapat dinilai tepat apabila : Dilakukan atas dasar sumber data dan acuan (referensi), tidak hanya semata-mata didasarkan asumsi belaka. 1. Sumber data dan acuan dapat dipertanggungjawabkan. 2. Metode dan teknik analisis yang digunakan berfungsi secara logis. 3. Hasil analisis terukur oleh kondisi, data, dan dapat diumpan balik (feed back) dengan hipotesis atau kesimpulan awal. Butuh ketelitian, ketajaman berpikir, dan runut dalam melakukan diskusi dengan masyarakat (TIP).

ANALISIS POTENSI DAN MASALAH KAWASAN ANALISIS SOSIAL MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN CSP UNTUK KEBUTUHAN SUB BAB 5.1.1 ASPEK KAJIAN Pendidikan dasar 9 tahun untuk anak-anak usia sekolah. Pelayanan Kesehatan untuk masyarakat. DATA YANG DIBUTUHKAN DAN SUMBER DATA Pendidikan dasar 9 tahun untuk anak-anak usia sekolah : 1. Jumlah sarana sekolah dan tingkat pendidikan Tabel Tambahan 2. Lokasi sarana sekolah Tabel Tambahan 3. Jumlah ruang kelas dan daya tampungnya Tabel Tambahan 4. Jumlah anak putus sekolah Tabel Tambahan 5. Jumlah anak tidak sekolah Tabel Monografi 6. SPM (Standar Pelayanan Minimum) Pendidikan Dasar 9 Tahun Kabupaten Ciamis. Pelayanan Kesehatan untuk masyarakat : 1. Jumlah sarana kesehatan yang ada di desa 2. Jumlah Bidan di desa 3. Jumlah persalinan yang dibantu tenaga kesehatan dari keseluruhan persalinan yang ada. 4. Jumlah kasus kematian bayi 5. Situasi gizi balita yang ada di desa 6. Rumah dengan air bersih dan atau jamban 7. Wabah penyakit menular yang ada di desa Semua data di atas untuk bidang Pelayanan Kesehatan untuk masyarakat diperoleh dari sumber data susulan atau tabel tambahan. 8. Daftar questionaire nomer 15 sampai dengan 17. 9. SPM (Standar Pelayanan Minimum) Pelayanan Kesehatan Kabupaten Ciamis. METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN Pohon Masalah Quadrant SWOT LANGKAH-LANGKAH UNTUK MELAKUKAN ANALISIS Pendidikan dasar ( tahun untuk anak-anak usia sekolah : 1. Semua data di tabel di-input yang kemudian disandingkan dan dibandingkan dengan data acuan SPM (Standar Pelayanan Minimum) di bidang Pendidikan. 2. Dilihat hasil perbandingan antara SPM dengan data yang ada, apakah semua indikator telah memenuhi semua persyaratan SPM bidang pendidikan dasar.

3. Apabila ada salah satu, beberapa, atau bahkan semua indikator menunjukkan kelemahan atau kekurangan dibandingkan SPM (Standar Pelayanan Minimum) maka di tiap indikator yang menunjukkan kelemahan atau kekurangan tersebut dibuat suatu hipotesis awal. Untuk mengetahui akar permasalahan dari hipotesis awal, kemudian dilakukan analisis pohon masalah dari setiap indikator yang menunjukkan kelemahan atau kekurangan tersebut. 4. Setelah dilakukan analisis pohon masalah, maka akan ditemukan akar permasalahan. Akar permasalahan biasanya merupakan suatu bentuk negative statements, yang kemudian dimodifikasi menjadi kalimat positif. Kalimat positif inilah yang harus dijabarkan ke dalam bagan SWOT (S-Kekuatan, W-Kelemahan, O-Peluang, T-Ancaman). Penjabaran diusahakan sebanyak mungkin dilakukan secara terperinci. 5. Penjabaran yang terperinci akan sangat memudahkan untuk dilakukan analisis Quadran SWOT. 6. Hasil analisis pemecahan ini akan menghasilkan beberapa rekomendasi, yang nantinya akan ditindaklanjuti dalam melakukan pembahasan di bab selanjutnya. Pelayanan Kesehatan untuk masyarakat : 1. Semua data di tabel di-input yang kemudian disandingkan dan dibandingkan dengan data acuan SPM (Standar Pelayanan Minimum) di bidang Pelayanan Kesehatan. 2. Dilihat hasil perbandingan antara SPM dengan data yang ada, apakah semua indikator telah memenuhi semua persyaratan SPM bidang pendidikan dasar. 3. Apabila ada salah satu, beberapa, atau bahkan semua indikator menunjukkan kelemahan atau kekurangan dibandingkan SPM (Standar Pelayanan Minimum) maka di tiap indikator yang menunjukkan kelemahan atau kekurangan tersebut dibuat suatu hipotesis awal. Untuk mengetahui akar permasalahan dari hipotesis awal, kemudian dilakukan analisis pohon masalah dari setiap indikator yang menunjukkan kelemahan atau kekurangan tersebut. 4. Hal yang sama juga dilakukan untuk data yang bersumber dari questionaire. Dari 3 questionaire, diambil jawaban yang sekiranya dominan untuk kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan metode pohon masalah. 5. Setelah dilakukan analisis pohon masalah, maka akan ditemukan akar permasalahan. Akar permasalahan biasanya merupakan suatu bentuk negative statements, yang kemudian dimodifikasi menjadi kalimat positif. Kalimat positif inilah yang harus dijabarkan ke dalam bagan SWOT (S-Kekuatan, W-Kelemahan, O-Peluang, T-Ancaman). Penjabaran diusahakan sebanyak mungkin dilakukan secara terperinci. 6. Penjabaran yang terperinci akan sangat memudahkan untuk dilakukan analisis Quadran SWOT. 7. Hasil analisis pemecahan ini akan menghasilkan beberapa rekomendasi, yang nantinya akan ditindaklanjuti dalam melakukan pembahasan di bab selanjutnya.

ANALISIS EKONOMI MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN CSP UNTUK KEBUTUHAN SUB BAB 5.1.2 ASPEK KAJIAN Produksi Komoditas Unggulan di Desa. Pendapatan, biaya kebutuhan hidup dasar masyarakat keluarga pra sejahtera, dan biaya sharing produksi masyarakat keluarga pra sejahtera. DATA YANG DIBUTUHKAN DAN SUMBER DATA Produksi Komoditas Unggulan di Desa : 1. Kalender siklus produksi komoditas unggulan berbasis tanam 2. Nama dan jenis komoditas unggulan yang ada di desa 3. Kuantitas dan biaya produksi 4. Daya serap pasar 5. Potensi peningkatan kapasitas produksi 6. Perkiraan nilai omzet per bulan 7. Potensi pengembangan komoditas unggulan yang belum tergarap Semua data di atas untuk Produksi Komoditas Unggulan di Desa diperoleh dari data tambahan, yakni berupa tabel dan kalender siklus. Pendapatan, Biaya Kebutuhan Hidup Dasar, dan Biaya Sharing Produksi Masyarakat Keluarga Pra Sejahtera : 1. Jumlah keluarga pra sejahtera 2. Jumlah penduduk pra sejahtera 3. Jumlah pasangan suami istri dan penduduk usia produktif yang bekerja. 4. Status mata pencaharian (formal atau informal) 5. Kalender siklus mata pencaharian 6. Biaya sharing produksi apabila ada usaha kecil skala rumah tangga di dalam kehidupan keluarga pra sejahtera. 7. Daftar kebutuhan hidup dasar keluarga pra sejahtera selama sebulan. Semua data di atas untuk bidang Pelayanan Kesehatan untuk masyarakat diperoleh dari sumber data susulan atau tabel tambahan. 8. Mata pencaharian penduduk desa Tabel Monografi METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN Pohon Masalah SWOT Quadrant SWOT LANGKAH-LANGKAH UNTUK MELAKUKAN ANALISIS 1. Semua data yang ada mengenai data komoditas unggulan di-input untuk dilihat seberapa signifikan selisih antara produksi komoditas unggulan saat ini dengan prediksi jumlah potensi yang ada di dalamnya. 2. Selisih yang signifikan akan menjadi sangat penting dan bermanfaat bagi adanya peluang untuk meningkatkan perekonomian desa dan taraf hidup masyarakatnya.

Peluang ini nantinya akan menjadi salah satu variabel dalam melakukan analisis SWOT. 3. Input semua data mengenai kalender siklus mata pencaharian keluarga pra sejahtera, pendapatan keluarga pra sejahtera disertai dengan pengeluaran ratarata kebutuhan hidup sehari-hari selama sebulan dan biaya sharing produksi apabila memang ada produksi industri skala rumah tangga atau usaha agrobisnis dalam aktivitas ekonomi keluarga pra sejahtera tersebut. 4. Gap (jurang pemisah) antara pendapatan dengan kebutuhan hidup dasar ditambah biaya sharing produksi menjadi hal yang perlu dianalisis untuk diketahui apa dan bagaimana akar permasalahan yang ada. Analisis ini menggunakan metode pohon masalah. 5. Di poin ini kedua alur bertemu, alur kondisi dan hasil analisis produksi komoditas unggulan sebagai alur yang pertama, sedangkan alur kondisi dan analisis mengenai pendapatan dan pengeluaran keluarga pra sejahtera sebagai alur kedua. Alur pertama hanyalah sebagai variabel-variabel ke dalam SWOT, sementara hasil analisis pohon masalah di alur kedua masih perlu dinilai dan dianalisis dengan metode SWOT dan quadran SWOT. 6. Hasil analisis tersebut akan menghasilkan beberapa rekomendasi, yang nantinya akan ditindaklanjuti dalam melakukan pembahasan mengenai intervensi strategis di bab selanjutnya (Bab 7). ANALISIS LINGKUNGAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN CSP UNTUK KEBUTUHAN SUB BAB 5.1.3 ASPEK KAJIAN Ketersediaan dan kebutuhan air di Desa. Penyebaran sarana MCK umum, ketersediaan MCK di setiap rumah penduduk, dan pola perilaku aktivitas MCK di masyarakat di desa. Penyebaran sarana sampah, sistem pembuangan sampah dan pemanfaat sampah di tengah-tengah lingkungan masyarakat desa. KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR DI DESA DATA YANG DIBUTUHKAN DAN SUMBER DATA 1. Kalender siklus ketersediaan air dalam rentang waktu 1 tahun untuk sumber air di desa (tidak untuk sumur di rumah), berikut pemanfaatan airnya dalam 1 tahun. 2. Jumlah sumber air di desa berikut lokasi titik mata air dan jangkauan pelayanannya. 3. Pemanfaatan kuantitas normal debit air per hari (dalam satuan drum), semua sumber air (mata air untuk konsumsi masyarakat desa) dalam 1 desa. 4. Cara pemanfaatan dan pengelolaan sumber air bersih di desa. Semua data di atas untuk ketersediaan dan kebutuhan air di desa diperoleh dari data tambahan dan peta hasil transect, adapun data tambahan berupa tabel dan kalender siklus. 5. Kebutuhan akan air bersih untuk penggunaan sehari-hari oleh masyarakat khususnya oleh para keluarga pra sejahtera. 6. Sumber air yang termanfaatkan oleh masyarakat di desa, khususnya oleh keluarga pra sejahtera.

Data-data di atas diperoleh dari nomer questionaire 2 sampai nomer 7. 7. Standar Kebutuhan Air versi WHO. METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN Komparasi dan deskripsi LANGKAH-LANGKAH UNTUK MELAKUKAN ANALISIS 1. Semua data mengenai ketersediaan air dari kalender siklus, sumber air di desa, berikut pemanfaatan kuantitas di saat normal dan di saat yang sangat terbatas diperhitungkan jumlah debit airnya. Penghitungan jumlah debit ketersediaan air sebaiknya dilakukan secara sederhana dan praktis, dihitung dari konsumsi air yang digunakan oleh masyarakat. Jumlah debit ketersediaan air dihitung dengan satuan drum per hari untuk semua sumber air di desa yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa. 2. Buat skema waktu pada saat-saat ketersediaan air dirasakan kritis oleh masyarakat desa. Lakukan penghitungan jumlah debit air (drum per hari) untuk mengetahui ketersediaan air secara maksimal di desa pada kondisi yang sangat terbatas (musim kering). 3. Input data secara teliti dan hati-hati dari jawaban questionaire nomer 4,5,6,dan 7 mengenai suplai pemenuhan kebutuhan akan air selain dari mata air atau sumber air. Adakah sumber air yang diperoleh bukan air bersih terasa dominan? Misalnya diperoleh dari sungai. Bagaimana cara penggunaannya? Dan untuk keperluan apakah air dari sungai tersebut? Apakah mereka hanya dalam kondisi secara terpaksa saja dalam menggunakan air sungai? 4. Bandingkan antara ketersediaan akan air dengan kebutuhan akan air dalam keadaan normal oleh masyarakat desa. Bandingkan juga keduanya pada saat kondisi musim kering. Gunakan perbandingan keduanya dengan kalender siklus. Apakah timbul masalah? Bagaimanakah perbandingannya? Apakah cukup, lebih dari cukup, atau malah kurang dari cukup? 5. Kemudian perlu dilakukan perbandingan dengan kebutuhan air menurut standar WHO. Hal ini perlu dilakukan karena standar WHO merupakan standar ideal, juga untuk mengetahui apakah terlalu berbeda jauh perbandingannya dengan standar yang dimiliki oleh WHO. 6. Hasil analisis komparasi tersebut akan menghasilkan beberapa negative statements, yang nantinya akan ditindaklanjuti dalam memberikan rekomendasi atau intervensi strategis di bab selanjutnya (Bab 7). PENYEBARAN SARANA MCK UMUM, KETERSEDIAAN SARANA MCK UMUM, DAN POLA PERILAKU AKTIVITAS MCK KHUSUSNYA KELUARGA PRA SEJAHTERA DATA YANG DIBUTUHKAN DAN SUMBER DATA 1. Kalender siklus ketersediaan air di sarana MCK umum dalam rentang waktu 1 tahun, berikut pemanfaatan airnya dalam 1 tahun. 2. Jumlah rumah penduduk khususnya keluarga pra sejahtera yang tanpa dilengkapi sarana MCK. 3. Jumlah sarana MCK umum yang ada di desa berikut cakupan pelayanannya.

Semua data di atas untuk penyebaran MCK, ketersediaan MCK, dan pola perilaku aktivitas MCK di desa diperoleh dari data tambahan dan peta hasil transect. 4. Pola perilaku masyarakat khususnya dalam hal pemanfaatan sarana MCK. Data-data di atas diperoleh dari nomer questionaire 9. 5. Rasio Pelayanan MCK Umum terhadap jumlah penduduk ??????? METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN Komparasi dan deskripsi LANGKAH-LANGKAH UNTUK MELAKUKAN ANALISIS 1. Semua data mengenai ketersediaan air di semua sarana MCK yang ada di desa dari kalender siklus di-input data yang ada. Pada saat musim apa saja ketersediaan air di sarana MCK menjadi sangat terbatas dan bagaimana pengaruhnya dalam hal pemanfaatan sarana MCK. 2. Bandingkan jumlah rumah penduduk tanpa MCK dengan rumah yang dilengkapi MCK. Apakah rasionya sangat tinggi? Di wilayah sekitar mana sajakah tingkat konsentrasi rumah yang tanpa dilengkapi MCK dirasa cukup tinggi? 3. Khusus untuk wilayah dimana konsentrasi rumah yang tanpa dilengkapi MCK dirasa cukup tinggi, bagaimanakah pola perilaku pemanfaatan sarana MCK umum dan bagaimana mereka melakukan aktivitas MCK sehari-hari? Analisis ini sekaligus juga untuk mamafaatkan data dari hasil pertanyaan questionaire nomer 9. 4. Input penyebaran lokasi sarana MCK di peta dan dilihat bagaimana jangkauan cakupan pelayanannya. Dengan data mengenai rumah tanpa MCK, apakah dirasa telah mencukupi lokasi, jumlah, dan cakupan pelayanan sarana MCK umum yang ada saat ini? Bagaimanakah perbandingan rata-rata antara setiap sarana MCK umum dengan jumlah rumah yang tanpa MCK? 5. Input foto kondisi sarana umum MCK di saat pemetaan swadaya dengan metode transect, bagaimanakah kondisinya? Apakah ciri-ciri fisik dari kondisinya telah mencukupi syarat untuk dilakukannya kegiatan MCK? Yang sering kita lupa tentang kegiatan MCK, terkadang kita hanya fokus mengenai kegiatan kakusnya saja, padahal perlu kita perhatikan akan kelengkapan sarana kran umum dan bak untuk kegiatan mandi dan cuci, yang juga sangat penting selain masalah kakus. 6. Hasil analisis komparasi dan deskripsi tersebut akan menghasilkan beberapa negative statements, yang nantinya akan ditindaklanjuti dalam memberikan rekomendasi atau intervensi strategis di bab selanjutnya (Bab 7). PENYEBARAN SARANA SAMPAH, SISTEM PEMBUANGAN SAMPAH, DAN PEMANFAATAN SAMPAH DATA YANG DIBUTUHKAN DAN SUMBER DATA 1. Lokasi-lokasi sarana sampah yang ada di desa, terlihat dari peta dan tabel hasil pemetaan swadaya dengan metode transect. 2. Kondisi tempat sampah, cakupan pelayanan, daya tampung, dan jenis penampungan, seperti yang ada di tabel pemetaan swadaya. 3. Pertanyaan questionaire nomer 8.

METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN Komparasi dan deskripsi LANGKAH-LANGKAH UNTUK MELAKUKAN ANALISIS 1. Dilihat kondisi dan cakupan pelayanan dari lokasi sarana pembuangan sampah yang ada. Apakah daya tampung sarana sampah cukup memadai dengan cakup pelayanannya? Bagaimanakah pengelolaan sarana sampah tersebut? 2. Dilihat dari hasil tabel pemetaan swadaya dan kondisi yang ada mengenai sarana pembuangan sampah untuk umum, maka perlu diperhatikan sistem pembuangannya, apakah secara kolektif melalui petugas dinas kebersihan, tukang sampah bayaran, ataukah perorangan dengan kesadaran sendiri membuang sampah ke tempat pembuangan sampah sementara di desa? 3. Pengelolaan sampah oleh keluarga pra sejahtera, ini dapat terlihat dari hasil rekap pertanyaan questionaire nomer 8. Cara seperti apakah yang sekiranya sangat dominan mereka lakukan? Mengapa dominan seperti itu? Apabila menurut peraturan dan kesehatan lingkungan, apakah dibenarkan dengan cara demikian (dominan)? 4. Pemanfaatan sampah oleh masyarakat, topik ini dapat dilakukan dengan diskusi bersama masyarakat (Tim Inti Perencana). Bagaimana masyarakat memandang isu pemanfaatan sampah dilihat dari isu lingkungan dan alternatif usaha. 5. Hasil analisis komparasi dan deskripsi di atas diharapkan akan menghasilkan beberapa negative statements, yang nantinya akan ditindaklanjuti dalam memberikan rekomendasi atau intervensi strategis di bab selanjutnya (Bab 7).

ANALISIS TATA RUANG DESA ANALISIS KONDISI ZONA DESA DALAM PENYUSUNAN CSP UNTUK KEBUTUHAN SUB BAB 5.2.1 ASPEK KAJIAN Tata Guna Lahan Desa. Kompilasi Peraturan Perundangan Tata Ruang dan Mitigasi Bencana. Persandingan (superimposed) beberapa peta dari dokumen perencanaan yang telah ada. DATA YANG DIBUTUHKAN DAN SUMBER DATA 1. Peta tata guna lahan hasil dari pemetaan swadaya dengan menggunakan metode transect dan peta dokumen desa. 2. Beberapa peraturan perundangan dan dokumen perencanaan yang ada, adapun beberapa diantaranya yakni : UU no: 26 / 2007 Penataan Ruang UU no: 24 / 2007 Mitigasi Bencana UU no: 25 / 2004 Sistem Pembangunan Nasional UU no: 23 / 1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup UU no: 4 / 1992 Perumahan dan Permukiman PP no: 21 / 2008 Penyelenggaraan Penganggulangan Bencana PP 47 / 2007 Air Limbah dan Lokasi Air PP 4 / 2001 Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Lahan. Permen PU no. 06/PRT/m/2007 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Permendagri no: 26 / 2007 Perencanaan Pembangunan Desa. Permendagri no : 27 / 2007 Kebutuhan Sarana Prasarana Penanggulangan Bencana. Kepmen no: 10 /2002 LH Kawasan Pesisir 3. Dokumen Perencanaan di Tingkat Propinsi maupun Kabupaten : RTRWP Jawa Barat RPJP Jawa Barat RPJM Jawa Barat RTRWK Kabupaten Ciamis RUTRK / RDTRK Kab. Ciamis RP4D Rencana Induk Kawasan Pariwisata METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN Kompilasi data mengenai peraturan perundangan, komparasi peta wilayah dengan metode superimposed, dan deskripsi LANGKAH-LANGKAH UNTUK MELAKUKAN ANALISIS 1. Buat suatu tabel sebagai persiapan untuk mewadahi hasil kompilasi dan persandingan antara peta hasil transect dengan beberapa peta dari dokumen perencanaan yang ada.

2. Kompilasikan semua data mengenai peraturan perundangan yang sekiranya dapat sebagai dasar atau acuan untuk melakukan analisis dan perencanaan desa nantinya. Kompilasikan data peraturan perundangan yang sekiranya saling melengkapi dan menunjang dari berbagai sisi aspek kajian, seperti aspek mitigasi bencana, aspek penataan ruang, aspek sistem pembangunan nasional, dan aspek lain yang terkait. 3. Tampilkan beberapa peta dari dokumen perencanaan yang telah ada untuk kemudian dilakukan teknik superimposed. Dengan dilakukan teknik superimposed akan terbentuk beberapa zona irisan yang terpadu, sehingga akan muncul suatu kesimpulan beberapa zona yang ada di wilayah desa untuk dilakukan analisis keruangan. 4. Analisis keruangan desa dengan beberapa hasil kompilasi peraturan perundangan yang telah dilakukan di poin nomer 2. Dibuat suatu diskusi dengan masyarakat dalam hal ini dengan Tim Inti Perencana mengenai kompilasi peraturan perundangan tersebut dan beberapa dokumen perencanaan yang telah ada. 5. Hasil analisis dari diskusi Tim Inti Perencana, akan menentukan beberapa rumusan, kebijakan, dan pertimbangan bagi perencanaan wilayah desa yang dibutuhkan oleh masyarakat desa setidaknya dalam jangka waktu 5 tahun ke depan. ANALISIS KONDISI TOPOGRAFI DESA DAN TINGKAT KERAPATAN WILAYAH DALAM PENYUSUNAN CSP UNTUK KEBUTUHAN SUB BAB 5.2.2 ASPEK KAJIAN Keterangan elevasi di beberapa wilayah di desa yang berkontur. Kerapatan suatu wilayah, yakni mengenai jumlah penduduk dalam suatu luasan wilayah dan kepadatan bangunan dalam suatu wilayah yang telah disepakati. Korelasi antara topografi dan tingkat kerapatan wilayah dalam konteks mitigasi bencana. DATA YANG DIBUTUHKAN DAN SUMBER DATA 1. Peta dasar yang menampilkan informasi garis-garis kontur suatu wilayah desa. 2. Peta tematik kondisi topografi dan tingkat kerapatan wilayah di desa hasil pemetaan swadaya dengan metode transect. 3. Foto-foto selama pemetaan swadaya dengan metode transect dilakukan. 4. Buku acuan yakni Pedoman Pembangunan Bangunan Gedung di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam : Building Code Propinsi NAD. METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN Melakukan analisis dengan metode 5W+1H mengenai coretan yang penuh informasi di peta tematik hasil pemetaan swadaya.

LANGKAH-LANGKAH UNTUK MELAKUKAN ANALISIS 1. Pastikan keterangan elevasi wilayah yang berkontur telah diinformasikan secara lengkap di dalam peta, khususnya di sekitar wilayah yang memiliki kerapatan wilayah sangat tinggi. 2. Pastikan juga keterangan secara lengkap mengenai kerapatan suatu wilayah di dalam peta yakni berupa informasi akan kepadatan penduduk per suatu luasan wilayah (blok permukiman) dan kerapatan bangunan dalam suatu luasan wilayah tertentu (blok permukiman). 3. Amati dan hitung jarak antara blok permukiman yang sekiranya memiliki kerapatan wilayah cukup tinggi dengan dataran tinggi yang terdekat. 4. Hitung mengenai prakiraan luasan dataran tinggi tersebut berikut fungsi dari lahan dataran tinggi yang dimaksud. 5. Dalam konteks mitigasi bencana, dilakukan pembahasan dan diskusi dengan Tim Inti Perencana mengenai kelayakan, jangkauan daya tampung, dan aksesibilitas dataran tinggi yang terdekat terhadap suatu wilayah yang memiliki kerapatan wilayah yang cukup tinggi. 6. Dataran tinggi dalam konteks mitigasi bencana dimaksudkan sebagai tempat evakuasi, dihitung akan kapasitas daya tampungnya. Dengan cara penghitungan luas dataran tinggi berbanding (dibagi) luas standar kebutuhan ruang per orang, maka akan dihasilkan berapa jumlah orang ideal yang dapat dievakuasi. Luas dataran tinggi Luas standar kebutuhan ruang per orang

= ………………………. orang

7. Dilakukan pembahasan mengenai skala prioritas akan dataran tinggi mana sajakah yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat evakuasi khususnya yang memiliki jangkauan dan aksesibilitas dekat dengan tingkat kerapatan suatu wilayah yang cukup tinggi. Skala prioritas menampilkan beberapa alasan dan deskripsi yang bersifat positif. ANALISIS KONDISI POLA PERMUKIMAN DALAM PENYUSUNAN CSP UNTUK KEBUTUHAN SUB BAB 5.2.3 ASPEK KAJIAN Membahas pola permukiman yang memiliki kepadatan yang cukup tinggi. Mengamati sistem pergerakan penduduk menuju pusat-pusat aktivitas warga. Khusus di wilayah pesisir, diamati mengenai kepadatan pola permukiman, arah pergerakan aktivitas warga, persandingan dengan peraturan perundangan dan pedoman mengenai penataan dan perencanaan pola permukiman di wilayah pesisir.

DATA YANG DIBUTUHKAN DAN SUMBER DATA 1. Peta dasar yang menampilkan informasi blok-blok massa dari suatu pola permukiman (kalau ada)1. 2. Peta tematik kondisi pola permukiman di desa hasil pemetaan swadaya dengan metode transect. 3. Foto-foto selama pemetaan swadaya dengan metode transect dilakukan. 4. Peraturan perundangan dan pedoman mengenai penataan dan perencanaan pola permukiman di kawasan wilayah pesisir. METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN Melakukan analisis dengan metode 5W+1H mengenai coretan yang penuh informasi di peta tematik hasil pemetaan swadaya. Membuat persandingan antara kondisi pola permukiman dengan kriteria penilaian pola permukiman menurut masyarakat (untuk pola permukiman di wilayah non pesisir) dan dengan peraturan perundangan (untuk pola permukiman di wilayah pesisir). LANGKAH-LANGKAH UNTUK MELAKUKAN ANALISIS 1. Pastikan keterangan mengenai pola permukiman telah dilengkapi dengan gambar blok-blok massa di peta hasil pemetaan swadaya atau kalau sudah ada di peta dasar. 2. Pastikan juga keterangan secara lengkap mengenai pusat-pusat aktivitas masyarakat yang ada di dalamnya, pusat aktivitas bisa beragam seperti pusat aktivitas perekonomian, sosial kemasyarakatan, ataupun sosial keagamaan sehingga gambar dan letak fasilitas sosial dan fasilitas umum perlu diinformasikan secara detil. 3. Untuk pola permukiman yang tidak berada di wilayah pesisir, ajak diskusi masyarakat dalam hal ini Tim Inti Perencana, untuk bersama-sama merumuskan suatu kriteria atau penilaian menurut masyarakat untuk menata dan merencanakan suatu pola permukiman yang ideal. 4. Perlu dilakukan zoom positif (pembesaran) terhadap wilayah yang memiliki kerapatan tinggi akan pola permukimannya, agar lebih jelas untuk mempelajari pola pergerakan aktivitas masyarakat yang tinggal. 5. Khusus untuk wilayah pesisir, buat tabel persandingan antara kondisi pola permukiman yang ada dengan pola permukiman yang ideal menurut peraturan perundangan atau pedoman mengenai penataan dan perencanaan pola permukiman di kawasan pesisir. 6. Amati bagaimana pergerakan aktivitas warga yang sekiranya sangat dominan dengan intensitas aktivitas yang cukup tinggi. Khusus di wilayah pesisir, perlu diinformasikan apakah pola aktivitas di pola permukiman ini punya ciri khas atau karakter yang berbeda dengan pola permukiman yang berada di tempat lain (non wilayah pesisir). 7. Hasil pengamatan dan analisis dari kondisi pola permukiman ini maka dibuatlah suatu kesimpulan mengenai 1

Diperlukan usaha tambahan untuk menggambar kepadatan pola permukiman, apabila di dalam peta tidak ditemukan atau tidak informasi sama sekali mengenai blok-blok massa suatu pola permukiman. Peta seperti ini ditemui peta wilayah di desa-desa di Kecamatan Cijulang dan Kecamatan Cimerak.

Penilaian kondisi pola permukiman yang ada dibandingkan dengan peraturan perundangan dan pedoman (untuk pola permukiman di wilayah pesisir), serta dengan penilaian hasil rumusan masyarakat (untuk pola permukiman di wilayah non pesisir). Deskripsi mengenai komparasi pola permukiman ini cukup dibuat suatu tabel. Pola pergerakan aktivitas masyarakat di desa, yang dominan dan memiliki intensitas yang cukup tinggi ke pusat-pusat aktivitas masyarakat, perlu tergambar secara jelas di dalam peta. ANALISIS KONDISI INFRASTRUKTUR DESA DALAM PENYUSUNAN CSP UNTUK KEBUTUHAN SUB BAB 5.2.4 ASPEK KAJIAN Membahas kondisi infrastruktur desa yang ada saat ini. Memberikan bobot penilaian terhadap kondisi infrastruktur di desa yang mendukung penataan dan perencanaan desa berbasis mitigasi bencana. DATA YANG DIBUTUHKAN DAN SUMBER DATA 1. Peta tematik kondisi infrastruktur di desa hasil pemetaan swadaya dengan metode transect. 2. Rekap tabel mengenai kondisi infrastruktur di desa dengan metode pendataan. 3. Foto-foto selama pemetaan swadaya dengan metode transect dilakukan. 4. Daftar Gambar Infrastruktur Baik dan Buruk, yang diterbitkan oleh World Bank Office Jakarta hasil supervisi khusus untuk Program Pengembangan Kecamatan (PPK). 5. Daftar kriteria atau penilaian akan infrastruktur di desa yang mendukung penataan dan perencanaan desa yang berbasis mitigasi bencana. Daftar kriteria ini hasil diskusi dan disusun bersama-sama dengan masyarakat. METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN Melakukan analisis dengan metode komparasi dan penilaian antara kondisi infrastruktur di desa dengan buku daftar gambar infrastruktur baik dan buruk dan kriteria infrastruktur yang mendukung penataan dan perencanaan desa berbasis mitigasi bencana. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MELAKUKAN ANALISIS 1. Pastikan kondisi jaringan ataupun lokasi infrastruktur di desa telah lengkap tercantum dan tergambar di peta. Kalau dirasa informasi yang ditampilkan terlalu padat hanya dalam 1 peta, maka dapat dilakukan ke dalam beberapa peta dibedakan menurut kelompok infrastruktur yang ada. 2. Deskripsi kondisi infrastruktur di desa dilengkapi dengan foto-foto hasil pemetaan swadaya metode transect. Foto-foto dalam ukuran kecil (± 2R) ditampilkan di dalam peta berikut narasinya. Narasi sebaiknya bersumber dari rekap tabel kondisi infrastruktur desa hasil pemetaan swadaya dengan metode pendataan. Dengan demikian diharapkan narasi dari kondisi infrastruktur di desa dapat terukur.

3. Tabel-tabel mengenai kondisi infrastruktur desa dilampirkan ke dalam analisis kondisi infrastruktur di desa ini. 4. Perlu disusun daftar penilaian dan kriteria mengenai infrastruktur desa yang mendukung penataan dan perencanaan desa berbasis mitigasi bencana. Penyusunan ini melibatkan seluruh anggota Tim Inti Perencanaan. 5. Perlu dibuat tabel, dimana penilaian dari daftar yang telah disepakati dan didiskusikan dengan seluruh anggota Tim Inti Perencana, dengan item yang dinilai adalah kondisi dari infrastruktur desa tersebut. 6. Analisis akan menghasilkan suatu gambaran kondisi infrastruktur yang memiliki bobot urgensi rehabilitasi dan atau rekonstruksi, memiliki nilai fungsi mitigasi bencana, serta nilai manfaat terhadap kebutuhan masyarakat sehari-hari. ANALISIS KONDISI AREA KONSERVASI DALAM PENYUSUNAN CSP UNTUK KEBUTUHAN SUB BAB 5.2.5 ASPEK KAJIAN Membahas kondisi area konservasi di desa saat ini. Membuat suatu daftar yang berisi beberapa identifikasi tingkat kerusakan dan nilai manfaat akan pelestarian dari area konservasi yang ada di desa selama ini. Memberikan bobot penilaian terhadap kondisi area konservasi yang memberikan manfaat secara nyata dan langsung, serta pengaruh terhadap penataan dan perencanaan desa yang berbasis mitigasi bencana. DATA YANG DIBUTUHKAN DAN SUMBER DATA 1. Peta tematik kondisi area konservasi di desa hasil pemetaan swadaya dengan metode transect. 2. Rekap tabel mengenai kondisi area konservasi di desa dengan metode pendataan. 3. Foto-foto selama pemetaan swadaya dengan metode transect dilakukan. 4. Kompilasi beberapa peraturan perundangan dan pedoman mengenai kelestarian dan pelestarian lingkungan hidup. 5. Daftar kriteria atau penilaian akan area konservasi di desa yang mendukung penataan dan perencanaan desa yang berbasis mitigasi bencana. Daftar kriteria ini hasil diskusi dan disusun bersama-sama dengan masyarakat. METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN Melakukan analisis dengan metode komparasi dan penilaian antara kondisi area konservasi di desa dengan hasil kompilasi peraturan perundangan dan pedoman mengenai kelestarian dan pelestarian lingkungan hidup, serta dengan kriteria area konservasi yang seperti apa dan bagaimana yang mendukung penataan dan perencanaan desa berbasis mitigasi bencana. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MELAKUKAN ANALISIS 1. Pastikan kondisi area konservasi di desa telah lengkap tercantum dan tergambar di peta. Kalau dirasa informasi yang ditampilkan terlalu padat hanya dalam 1 peta,

maka dapat dilakukan ke dalam beberapa peta dibedakan menurut jenis area konservasi yang ada. 2. Deskripsi kondisi area konservasi di desa dilengkapi dengan foto-foto hasil pemetaan swadaya metode transect. Foto-foto dalam ukuran kecil (± 2R) ditampilkan di dalam peta berikut narasinya. Narasi sebaiknya bersumber dari rekap tabel kondisi area konservasi di desa hasil pemetaan swadaya dengan metode pendataan. Dengan demikian diharapkan narasi dari kondisi area konservasi di desa dapat terukur. 3. Tabel mengenai kondisi area konservasi di desa dilampirkan ke dalam analisis kondisi area konservasi di desa ini. 4. Perlu disusun daftar penilaian dan kriteria mengenai area konservasi di desa yang mendukung penataan dan perencanaan desa berbasis mitigasi bencana. Penyusunan ini melibatkan seluruh anggota Tim Inti Perencanaan. 5. Perlu dibuat tabel, dimana penilaian dari daftar yang telah disepakati dan didiskusikan dengan seluruh anggota Tim Inti Perencana, dengan item yang dinilai adalah kondisi dari area konservasi desa tersebut. 6. Analisis akan menghasilkan suatu gambaran kondisi area konservasi yang memiliki bobot urgensi rehabilitasi, revitalisasi, dan atau rekonstruksi, memiliki nilai fungsi mitigasi bencana, serta nilai manfaat terhadap kebutuhan masyarakat sehari-hari.

ANALISIS KERAWANAN BENCANA ANALISIS PENILAIAN AKAN KERENTANAN WILAYAH BENCANA DALAM PENYUSUNAN CSP UNTUK KEBUTUHAN SUB BAB 5.3.1 ASPEK KAJIAN Kerentanan wilayah bencana yang didasarkan atas riwayat kebencanaan dan potensi kondisi kerentanan alam. Kesiapsiagaan akan perencanaan sarana prasarana dalam melakukan antisipasi terhadap kemungkinan kebencanaan yang akan terjadi. Prediksi akan dampak bencana apabila terjadi kebencanaan di sekitar wilayah rawan bencana. DATA YANG DIBUTUHKAN DAN SUMBER DATA 1. Peta tematik kondisi kerawanan bencana di desa hasil pemetaan swadaya dengan metode transect. 2. Rekap tabel mengenai riwayat kebencanaan di desa dengan metode pendataan. 3. Foto-foto selama pemetaan swadaya dengan metode transect dilakukan mengenai potensi kondisi kerentanan alam. 4. Hasil diskusi mengenai penilaian kondisi alam yang aman dari adanya kemungkinan potensi terjadinya kebencanaan. METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN Melakukan analisis dengan metode 5W+1H mengenai coretan yang penuh informasi di peta tematik hasil pemetaan swadaya. Membuat persandingan antara kondisi kerentanan alam yang ada dengan penilaian kondisi alam yang aman hasil dari diskusi. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MELAKUKAN ANALISIS 1. Pastikan semua wilayah rawan bencana yang didasarkan atas riwayat kebencanaan dan kondisi kerentanan alam di desa telah lengkap tercantum dan tergambar di peta. Kalau dirasa informasi yang ditampilkan terlalu padat hanya dalam 1 peta, maka dapat dilakukan ke dalam beberapa peta dibedakan menurut jenis kemungkinan kebencanaan yang akan terjadi. 2. Deskripsi khususnya mengenai kondisi kerentanan alam yang ada di desa dilengkapi dengan foto-foto hasil pemetaan swadaya metode transect. Foto-foto dalam ukuran kecil (± 2R) ditampilkan di dalam peta berikut narasinya. Narasi sebaiknya bersumber dari rekap tabel riwayat kebencanaan di desa hasil pemetaan swadaya dengan metode pendataan. Untuk kondisi kerentanan alam, mungkin dapat dideskripsikan kondisi secara fisik atau pola aktivitas masyarakat yang justru mendorong akan adanya potensi kebencanaan di wilayah tersebut. Dengan demikian diharapkan narasi dari kondisi wilayah rawan bencana di desa dapat terukur. 3. Tabel mengenai riwayat kebencanaan di desa dilampirkan ke dalam analisis penilaian akan kerentanan wilayah bencana di desa ini.

4. Perlu disusun daftar penilaian dan kriteria mengenai kemungkinan potensi terjadinya kebencanaan di wilayah yang rentan bencana, berikut cara antisipasi dan penanggulangannya. Penyusunan ini melibatkan seluruh anggota Tim Inti Perencanaan. 5. Perlu dibuat tabel, dimana penilaian dari daftar yang telah disepakati dan didiskusikan dengan seluruh anggota Tim Inti Perencana, dengan item yang dinilai adalah kondisi dari kerentanan wilayah bencana di desa tersebut. 6. Analisis akan menghasilkan suatu gambaran kondisi wilayah kerentanan bencana yang memiliki bobot urgensi penanggulangan mengingat potensi kemungkinan kebencanaan yang sangat tinggi dan dampak kebencanaan yang sangat berbahaya dan beresiko bagi masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah tersebut. ANALISIS PENILAIAN KAPABILITAS KOMUNITAS DALAM PENYUSUNAN CSP UNTUK KEBUTUHAN SUB BAB 5.3.2 ASPEK KAJIAN Kesiapsiagaan dan tingkat kewaspadaan masyarakat dalam menghadapi kemungkinan terjadinya kebencanaan. Kemampuan masyarakat dalam mengkoordinasikan diri pada saat situasi darurat akibat kebencanaan yang telah terjadi. Pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai apa yang harus dilakukan dan bagaimana mewaspadai kemungkinan terjadinya kebencanaan sebagai bagian tindakan dalam melakukan mitigasi bencana. DATA YANG DIBUTUHKAN DAN SUMBER DATA 1. Rekap questionaire dari nomer 18 sampai nomer 30. 2. Beberapa buku pedoman mengenai karakteristik kebencanaan, penanggulangan kebencanaan, dan menghadapi situasi darurat dari IDEP, Bakornas, atau dari peraturan perundangan sebagai buku pegangan. METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN Melakukan penilaian dari beberapa aspek yang ada di dalam questionaire. Melakukan analisis dengan metode SWOT dan quadran SWOT. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MELAKUKAN ANALISIS 1. Pastikan telah dilakukan rekap secara lengkap terhadap questionaire khususnya dari nomer 18 sampai dengan nomer 30. Buat tabel atau diagram mengenai jumlah responden yang menjawab setiap pertanyaan questionaire dari tingkat RT sampai ke tingkat desa. 2. Dari hasil rekap jawaban responden, berdiskusi bersama dengan TIP (Tim Inti Perencanaan) untuk membuat suatu hipotesis awal dan atau penilaian awal dengan membandingkan kondisi yang ada dengan buku pedoman akan mitigasi bencana mengenai :  Kebencanaan yang sering terjadi (rutin secara berkala atau acak)  Sikap atau pola aktivitas masyarakat dalam menghadapi kemungkinan terjadinya kebencanaan

Skenario kebencanaan dengan segala kemungkinan dampak yang diakibatkan.  Pilihan akan organisasi yang tepat yang ada di desa untuk melakukan pengorganisasian akan kebencanaan, berikut apa dan bagaimana distribusi bantuan kepada korban kebencanaan.  Kesiapan sistem peringatan dini pra kebencanaan dan alat telekomunikasi pasca kebencanaan.  Situasi tanggap darurat pasca kebencanaan. 3. Hasil diskusi berupa hipotesis dan penilaian awal ini kemudian dilakukan analisis SWOT, dijabarkan ke dalam bagan dan kemudian dilakukan quadrant SWOT. Penjabaran yang terperinci akan sangat memudahkan untuk dilakukan analisis Quadran SWOT. 4. Hasil analisis akan menghasilkan beberapa negative statements, yang nantinya akan ditindaklanjuti dalam memberikan rekomendasi di bab selanjutnya (Bab VI dan Bab VII). 

Related Documents

Sop Analisis Csp
June 2020 1
Csp
May 2020 18
M5-csp
November 2019 25
Preguntas Csp
May 2020 13
Csp 2009 Result
May 2020 5