SOLOPOS - Pusat Dokumentasi
Page 1 of 2
62/2326 62/2326-OQ$GLVXFLSWR6ROR
386$7'2.80(17$6, *UL\D
7HOS)D[ (PDLO3XVGRN#VRORSRVQHW
Edisi : 2/13/2009, H
:RQRJLUL
Pemkab kesulitan dana hancurkan batu Longsor terjang dua kecamatan Wonogiri (Espos) Tanah longsor terus berlangsung di Wonogiri. Kali ini, longsor terjadi di Kecamatan Karangtengah dan Tirtomoyo, menerjang empat rumah. Sementara itu, Pemkab kesulitan dana untuk menghancurkan sembilan batu raksasa di Dusun Mesu, Desa Botor, Jatiroto dengan menggunakan dinamit. Menurut Camat Tirtomoyo, Tardjo Harsono, tanah longsor menimpa rumah Suroto, warga Saten, Genengharjo, Kamis (12/2) pukul 04.00 WIB. Pada saat yang bersamaan, tanah longsor juga menimpa rumah Yanto Raharjo, warga Banyakprodo dan sumur umum di Lingkungan Wonolopo. “Kerugian material akibat bencana tersebut mencapai Rp 7 juta. Warga bekerja bakti membersihk longsoran tanah,” katanya. Terpisah, Camat Karangtengah, Joko Triyono mengatakan longsor juga melanda dua rumah di De Ngambarsari dan Desa Purwoharjo. Dua rumah itu milik Suratman dan Suyanto. Taksiran kerugia material mencapai Rp 8 juta. “Kejadian tanah longsor di Karangtengah terjadi Kamis dini hari. Kejadian tersebut sudah kami laporkan ke Pemkab Wonogiri. Kemudian, masyarakat sudah kerja bakti bersih-bersih puing longsoran,” ujarnya saat ditemui Espos di Wonogiri. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri kesulitan dana untuk menghancurkan sembilan batu raksasa di Dusun Mesu, Desa Boto, Kecamatan Jatiroto. Pemkab sendiri segera membahas wacana relokasi bagi belasan warga yang terancam tanah longsor. Butuh Rp 360 J Menurut Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Wonogiri, Gatot Gunawan, dana yang dibutuhkan untuk menghancurkan satu batu mencapai Rp 40 juta. Padahal, jumlah batu besar yang menganc penduduk mencapai sembilan buah. Total dana yang dibutuhkan Rp 360 juta. ”Sampai saat ini kami masih memikirkan untung ruginya kalau batu-batu besar itu dihancurkan. Rincian dana Rp 40 juta itu digunakan untuk pengeboran, pembelian dinamit, tenaga dan lain sebagainya,” jelasnya saat ditemui wartawan di gedung BPR/BKK Wonogiri. Lebih lanjut dia mengatakan, ancaman tanah longsor yang mengakibatkan melorotnya batu besar permukiman warga memang harus segera ditangani. Sedianya, persoalan tersebut dilaporkan kepada Bupati terlebih dahulu. ”Dalam waktu dekat masalah ini akan kami laporkan dan selanjutnya akan dilakukan pembahasan ujarnya. Disinggung tentang wacana relokasi bagi warga yang terancam bahaya tanah longsor, Gatot menerangkan pembahasan belum diarahkan ke sana. Beberapa daerah di Wonogiri yang teranca tanah longsor selain Jatiroto adalah Kecamatan Tirtomoyo. ”Memang persoalan pokoknya adalah dana. Soal relokasi, kami belum memikirkannya,” jelasnya. Camat Jatiroto, Ristanti, menyatakan Desa Boto merupakan daerah rawan longsor. Sejak puluhan tahun lalu, daer0ah yang berada di perbukitan itu dikenal sebagai daerah tambang emas. ”Kalau keterangan yang saya dapat dari warga memang penggalian tanah di Boto sudah parah. Akhirnya, usaha penambangan itu ditutup beberapa tahun yang lalu, lantaran dianggap membahayakan lingkungan,” terang dia. Dia mengatakan, terdapat belasan keluarga yang rumahnya terancam tanah longsor. Oleh karena musim hujan masih berlangsung, keluarga tersebut diungsikan ke tempat yang dinilai lebih aman. Ponco Suseno
&RS\ULJKW62/23263XVDW'RNXPHQWDVL$OO5LJKWV5HVHUYHG
http://www.solopos.co.id/sp_search_detail_tamu.asp?id=260614
2/24/2009
SOLOPOS - Pusat Dokumentasi
Page 2 of 2
6RIW0HGLD6ROXVL,QIRUPDWLND
0LVL
http://www.solopos.co.id/sp_search_detail_tamu.asp?id=260614
2/24/2009