MEMBANGUN PAKTA SOSIAL SEBAGAI MODEL TRIPATRIT IDEAL
Sofian M. Asgart & Stanley A. Prasetyo
state
CS
Market Our Problem
Trikotomi Kepentingan Negara: -Menciptakan kesejahteraan rakyat -Mendorong laju ekonomi -Menjaga ketertiban dan kestabilan politik -Memenuhi (fulfil) HAM
Buruh: -Terpenuhinya hak atas pekerjaan -Mendapat upah dan kesejahteraan yang layak -Bisa menyelaurkan aspirasi melalui hak berserikat -Bisa meningkatkan karier
Pengusaha: -Mendapatkan keuntungan atas investasi yang ditanam -Adanya kesapstian hukum dalam hal berusaha -Bisa menjual produk bermutu secara meluas -Meningkatkan daya saing
Trikotomi Situasi Negara: Ekonomi masih “terpuruk”; Pemerintahan tak tegas; Muncul perda-perda restribusi yang membebani investasi; Daya saing lemah; Birokrasi menghambat; Tak cukup menyediakan infrastuktur; Harga minyak dunia terus membumbung
Buruh:
Pengusaha:
Upah rendah; Tak ada jaminan sosial/kesejahteraan; Lapangan kerja terbatas; Ketrampilan kurang
Dukungan kebijakan ekspor kurang; Bahan impor mahal; Pajak mencekik; Banyak pungli; Tak ada kepastian hukum; Tuntutan/ancaman mogok buruh
Perbedaan z
Pengusaha Asing:
z
z
Berorientasi pada daya saing (buruh murah, investasi murah) Keuntungan masuk ke negara asal si pengusaha atau mengalir ke negara tempat investasi baru si pengusaha Tak memeiliki kepentingan dengan kestabilan eknomi==lebih terfokus pada orientasi profit
z
z
z
z
z
Pengusaha Nasional: Menciptakan lapangan pekerjaan Keuntungan digunakan untuk reinvestasi kembali (tetap berada di tanah air) Mendukung kestabilan ekonomi nasional
Perlunya Kesadaran Akan Peran Ideal Para Pihak z
z
z
Tugas Negara: Mewujudkan impian masyarakat Î Negara adil makmur (Mukadimmah UUD 45) dan demokrasi (cita-cita reformasi 1998) Î regulator, moderator Tugas Masyarakat: Menjadi warganegara yang taat hukum dan ikut mendukung usaha-usaha negara dalam mewujudkan impian masyarakat Î menjalankan politik kewarganegaraan Tugas Pengusaha: Membantu mewujudkan perekonomian yang sehat, daya saing, membayar pajak pada negara, mendukung kestabilan politik Î implementor ekonomi
keunikan wilayah
dll
daya saing
ekonomi
RI
budaya
Politik State Situation
Negatif
Positif
Hukum perburuhan - ??? -
Kepentingan Buruh
?
-Investasi
Kepentingan Pengusaha
?
-Perbankan -Perda
Retribusi
Perangkat Perundangan
Persoalan Perburuhan Riset DEMOS (2003-2005)
Hasil riset nasional Demos tahun 2003 – 2005 antara lain menyimpulkan bahwa demokrasi di Indonesia menghadapi persoalan serius, terutama pada isu lemahnya representasi politik rakyat
Lemahnya representasi ini juga terjadi pada kelompok buruh
Potret Buruh Angkatan Kerja
102 Juta
Buruh Formal
43 Juta
Buruh Berserikat
4,7 Juta
Σ Representasi
11 -12 %
Σ Representasi (Eropa)
> 40 %
Σ Representasi (Skandinavia)
͌≈ 80 %
Mengapa harus ada social pact ? Hubungan Industrial tak Sehat
Salah satu kegagalan tidak mulusnya hubungan industrial di Indonesia adalah karena rendahnya rasa saling percaya (mutual distrust) antara buruh dengan pengusaha
Buruh selalu melihat pengusaha adalah pembohong yang selalu mendeklarasikan kerugian sementara pengusaha memandang serikat buruh sebagai pihak yang tahunya hanya menuntut tanpa peduli dengan kesulitan pengusaha Kondisi tak menentu seperti itu bukan hanya merugikan kelompok buruh semata, namun juga akan merugikan semua komponen baik pengusaha, pemerintah, maupun perekonomian nasional secara keseluruhan
Apa itu Pakta Sosial ?
Pakta-sosial (social pact) secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah hasil yang didapat dari proses dialog pada level nasional mengenai issuissu bersama yang berkaitan dengan masalah kebijakan sosial dan ekonomi diantara pihak pengusaha, pekerja (buruh), dan pemerintah. Pada tataran praksisnya, pakta sosial ini dapat mewujud dalam beragam aktivitas, seperti negosiasi dan pengambilan keputusan bersama (concertation). Pada akhirnya, pakta-sosial ini diharapkan menghasilkan konsensus, setelah pihak-pihak yang terlibat melakukan terobosan dan mendamaikan kepentingan-kepentingan yang berbeda untuk mendapatkan titik temu yang dapat disepakati bersama. Prof. Olle Törnquist (2006)
Pakta Sosial, untuk apa dan siapa ? Jika mengacu pengalaman beberapa negara, terutama di negara-negara Skandinavia, pada dasarnya semua model pakta-sosial yang ada secara fundamental berbasis pada kepentingan ekonomi bersama dari aspek yang sangat penting dan strategis, baik dari sudut modal atau pengusaha, dari sudut organisasi buruh, maupun dari sudut kepentingan ekonomi nasional yang lebih luas. Karena itu, model pakta-sosial tidak memperhadapkan kepentingan pengusaha di satu sisi dengan kepentingan serikat buruh di sisi lain secara vis a vis. Sebaliknya, pakta-sosial berupaya mencari benang merah bersama menuju kondisi win-winsolution bagi para pihak, sehingga tercipta kondisi ekonomi yang baik dalam konteks social walfare system yang menguntungkan semua komponen tripatrit.
Tripatrit: Wacana dan Praksis Realitas: * pengusaha-pemerintah dituduh berkolaborasi * kondisi buruh underdog * suasana dis-trust * budaya dialog rendah
Tripatrit, Wacana dan Praksis Idealitas: * Masing-masing pihak punya posisi yang seimbang * Masing-masing pihak saling pro-aktif * Good faith negotiation * Mengupayakan Pakta sosial sebagai model ideal
Prasyarat dan Agenda:
• Semua
pihak melakukan evaluasi dan introspeksi.
• Semua pihak “meluruskan” pola pikir dan membangun good will. • Membudayakan dialog untuk mencari solusi bersama. • Menjadikan fakta sosial sebagai salah satu model alternatif dengan melakukan komparasi pengalaman negara lain. • Mencoba memulai dari yang nyata, bukan dari yang mungkin.
5 Putaran KDSP
• Kesulitan
menentukan topik dan tema yang bisa disepakati bersama. • Kesulitan mempertemukan semua komponen dalam waktu yang sama. • Kesulitan menghasilkan kesepakatan yang bisa mengikat kepentingan bersama. • Harapan terciptanya dialog dan komunikasi yang semakin cair diantara komponen tripatrit. • Keterbatasan Demos (waktu, dana, dan mandat lembaga).
5 Prinsip Negosiasi Harvard * Bedakan antara individu dan permasalahannya. * Konsentrasi pada kepentingan bersama, bukan pada posisi personal. * Kembangkan pilihan-pilihan dimana semua pihak akan diuntungkan (win-win solution) dalam beberapa hal. * Kembangkan pilihan-pilihan dimana semua pihak akan diuntungkan dalam banyak hal dan pastikan untuk menggunakan kriteria yang objektif. * Putuskan atau tolak sebuah solusi dengan membandingkannya dengan alternatif terbaik.
Sumber: Modul Pelatihan ”Komunikasi dan Persepsi”, Friedrich Ebert Stiftung (FES), 2006.
?
?
? ?
?
? ? ?
?
?