Skripsi Bab I-v

  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Skripsi Bab I-v as PDF for free.

More details

  • Words: 17,274
  • Pages: 89
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan sastrawan, tidak datang dengan sendirinya. Sastrawan adalah bagian masyarakat yang menyadari perlunya berkomunikasi dengan manusia lain. Dengan demikian, sastrawan memerlukan pendengar atau pembaca untuk memahami hasil karyanya sebagai salah satu bentuk komunikasi. Sehubungan dengan hal itu, sastrawan berusaha menciptakan dunia rekaan berdasarkan kemampuan imajinasinya. Di dalam proses komunikasi semacam itu, sastrawan adalah pengirim pesan lewat karya sastranya sedangkan pendengar atau pembaca adalah penerima pesan. Untuk lebih memperkenalkan karya sastra kepada masyarakat, perlu diadakan pembelajaran sastra. Oleh karena itu, pembelajaran sastra diadakan di lembaga-lembaga pendidikan, terutama di sekolah. Pembelajaran sastra di sekolah tidak hanya bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan tentang apresiasi sastra, tetapi juga bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dan keterampilan menciptakan/memproduksi atau menulis karya sastra. Dalam pelaksanaannya, pengajaran sastra sering diarahkan pada aspek pengetahuan saja. Materi yang diberikan kepada siswa hanya sampai pada pengetahuan tentang pengertian dan jenis karya sastra, periodisasi sastra Indonesia, nama-nama sastrawan dan karya-karyanya, dan materi-materi lain yang hanya mencakup aspek kognitif saja. Adapun pembelajaran mengapresiasi dan memproduksi karya sastra (melalui kegiatan menulis karya sastra) yang mencakup

1

2

aspek afektif dan psikomotorik masih sangat kurang porsinya. Karya sastra sendiri merupakan salah satu genre dari lingkup yang lebih luas, yakni seni. Dalam perkembangan tiap-tiap genre seni, acap kali terjadi dialog antargenre seni. Dialog tersebut menghasilkan suatu bentuk kolaborasi seni. Sebagai contoh adalah kolaborasi antara seni rupa dengan seni sastra menghasilkan bentuk kaligrafi, kolaborasi antara seni gerak dengan seni musik menghasilkan seni tari. Begitu pula dengan seni lagu. Lagu merupakan kolaborasi antara seni musik dengan seni sastra, khususnya puisi. Puisi merupakan salah satu genre sastra sedangkan sastra sendiri adalah bagian dari seni. Menurut Sudaryat dan Natasasmita (1987: 170), keindahan puisi terletak pada persamaan bunyi (rima, sajak) dan iramanya yang indah. Dengan demikian, sangat dimungkinkan terjadinya kolaborasi antara seni sastra (puisi) dengan seni musik. Keduanya (musik dan puisi) saling mendukung satu sama lain, baik isi maupun bentuknya. Keindahan puisi akan lebih terasa kalau dilagukan, misalnya dalam bentuk musikalisasi puisi. Begitu pula keindahan musik (lagu) akan terasa bermakna kalau dibahasakan (dengan puisi), dalam bentuk lirik lagu. Adanya kolaborasi antargenre seni, seperti seni musik dengan seni sastra (puisi), akan menghasilkan karya-karya kreatif. Dalam usaha menghasilkan karyakarya kreatif yang berupa puisi, baik yang berkolaborasi menjadi lirik lagu maupun yang independen sebagai puisi dapat melalui kegiatan menulis kreatif karya sastra berbentuk puisi. Kegiatan menulis puisi itu sendiri tidak datang dengan sendirinya melainkan melalui proses. Proses menghasilkan karya puisi dapat melalui kegiatan menyimak dan membaca terlebih dahulu.

87

3

Tidak dipungkiri bahwa puisi adalah seni yang bermediakan bahasa. Dalam pengajaran bahasa dan sastra, di sekolah diberikan empat jenis keterampilan

berbahasa.

Keempat

jenis

keterampilan

tersebut

adalah

mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Penguasaan keterampilan berbahasa tersebut terjadi secara bertahap. Awalnya, anak mengenal bahasa melalui menyimak. Setelah menyimak, anak tersebut berusaha untuk berbicara menirukan bahasa yang disimak. Tahap berikutnya, anak akan berlatih membaca dan berusaha untuk mengenal bentuk tulisan (wacana). Setelah itu, ia akan berusaha untuk menulis. Jadi, antarkeempat keterampilan berbahasa tersebut memiliki keterkaitan yang erat. Empat keterampilan tersebut merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal (Tarigan 1986: 2). Hubungan antarjenis keterampilan berbahasa ini sangat berkaitan dengan proses penciptaan puisi. Proses kreatif menulis puisi berkaitan dengan kegiatan menyimak, misalnya menyimak lagu. Mengingat, lagu erat kaitannya dengan lirik dan lirik itu sendiri identik dengan puisi. Dengan membiasakan diri menyimak lagu, penyimak akan mendapatkan referensi untuk kemudian diaplikasikan atau dituangkan kembali dalam bentuk puisi. Dengan menyimak lagu, setidak-tidaknya penulis puisi mendapatkan referensi tentang lirik, irama, ritme, dan kosakata – yang merupakan unsur-unsur penting yang terkandung dalam puisi – melalui lirik lagu yang disimak. Proses kreatif menulis puisi juga berkaitan dengan kegiatan membaca, utamanya membaca kreatif. Menurut Harras dan Sulistyaningsih (1997: 2.30), membaca kreatif memerlukan pencermatan ide-ide yang dikemukakan penulis

87

4

kemudian dibandingkan dengan ide-ide sejenis yang mungkin berbeda. Dengan membaca kreatif, akan didapatkan ide baru yang diaplikasikan pembaca setelah kegiatan membaca itu dalam bentuk aktivitas yang akan meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam proses menulis puisi, aktivitas yang dimaksud setelah membaca kreatif adalah kegiatan menulis puisi itu sendiri berdasarkan ide-ide yang didapatkan dari bahan bacaan. Mengapa kegiatan menulis harus diajarkan? Sebab menulis dapat memberikan berbagai manfaat. Menurut Akhadiah (1995: 1), ada beberapa manfaat menulis. Menulis dapat menambah wawasan mengenai suatu topik karena penulis mencari sumber informasi tentang topik tersebut. Menulis merupakan sarana mengembangkan daya pikir atau nalar dengan mengumpulkan fakta, menghubungkannya, kemudian menarik kesimpulan. Menulis juga dapat memperjelas sesuatu kepada diri penulis karena gagasan-gagasan yang semula masih berserakan dan tidak runtut di dalam pikiran, dapat dituangkan secara runtut dan sistematis. Melalui kegiatan menulis, sebuah gagasan akan dapat dinilai dengan mudah. Manfaat menulis yang lainnya adalah dapat memecahkan masalah dengan lebih mudah, memberi dorongan untuk belajar secara aktif, dan membiasakan diri berpikir dan berbahasa secara tertib. Mengingat kemampuan menulis merupakan sebuah keterampilan penting yang harus dikuasai oleh siswa, perlu

adanya

pembinaan

dan

pengembangan

secara

intensif

dan

berkesinambungan. Lebih khusus lagi, Jabrohim dkk (2003: 67) mengemukakan bahwa menulis kreatif sastra (puisi) merupakan suatu kegiatan seseorang “intelektual”

87

5

yang menuntut seorang penulis harus benar-benar cerdas, menguasai bahasa, luas wawasannya, sekaligus peka perasaannya. Syarat-syarat tersebut menjadikan hasil penulisan puisi berbobot intelektual, tidak sekedar bait-bait kenes, cengeng, dan sentimental. Menulis puisi juga dapat menggabungkan antara pengembangan fakta-fakta empirik dengan daya imajinasi menjadi sebuah tulisan yang bermakna bagi manusia yang mempunyai kesadaran eksistensial. Hal ini akan tercapai apabila penulis puisi (penyair) banyak mengasah kepekaan kritisnya dan banyak melaksanakan proses kreatif. Proses kreatif menulis puisi memberikan hasil yang positif bagi para siswa. Dengan menulis puisi, siswa dilatih untuk tidak meremehkan pengalamanpengalamannya. Segala sesuatu yang dilihat dan dialaminya selalu tidak luput dari perhatiannya. Dia menjadikan semua yang dilihat, didengar, dan dirasa sebagai sesuatu yang bermakna bagi manusia. Wujud perhatian dan usaha menjadikan pengalaman-pengalaman itu sebagai sesuatu yang bermakna bagi manusia di antaranya adalah menuangkan atau menuliskan apa yang dialaminya ke dalam bentuk puisi (Jabrohim dkk, 2003: 31). Dengan demikian, ternyata untuk menghasilkan suatu karya puisi diperlukan serentetan tahapan proses kreatif, tidak semata-mata asal menulis. Proses kreatif yang akan dilalui penulis puisi, apalagi penulis yang masih dalam taraf pemula, harus dipelajari terlebih dahulu. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran proses kreatif menulis puisi. Pengajaran menulis, khususnya penulisan kreatif sastra (puisi) ini menarik untuk dijadikan suatu penelitian. Tentu saja penelitian tersebut dapat dilakukan

87

6

dengan melihat beberapa aspek. Salah satu aspek yang dapat diteliti adalah bagaimana proses kreatif menulis puisi siswa. Adakah hubungannya dengan kegiatan menyimak lagu dan membaca kreatif sebagai rentetan proses menulis puisi sehingga menghasilkan karya puisi? Kemudian, seberapa besarkah kontribusi kebiasaan menyimak dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi? Hal inilah yang mendorong penelitian ini, yakni untuk meneliti seberapa besar sumbangan atau kontribusi kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa. Sasaran penelitian adalah siswa kelas XII SMA Negeri 1 Parakan kabupaten Temanggung tahun ajaran 2006/2007 mengingat siswa yang notabene berusia remaja tentunya menyukai dan membiasakan diri mendengarkan musik atau lagu, terutama yang sesuai dengan kondisi psikis mereka. Selain itu, usia remaja adalah usia yang penuh kreativitas, termasuk kreativitas dalam membaca (membaca kreatif). Alasan ini diperkuat pula oleh pendapat Rumini, dkk. (1993: 38) bahwa remaja awal atau umur 12/13 tahun – 17/18 tahun dilihat dari segi mental, khususnya kemampuan pikirnya sudah mulai sempurna/kritis dan dapat melakukan abstraksi. SMA Negeri 1 Parakan yang terletak di Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung Propinsi Jawa Tengah dipilih sebagai tempat penelitian karena di SMA tersebut belum pernah dilakukan penelitian yang serupa.

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, ternyata

87

7

penelitian ini mengandung beberapa permasalahan yang dapat diteliti. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut. Adakah hubungan antara kebiasaan menyimak lagu dengan kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan? Adakah hubungan antara kebiasaan menyimak lagu dengan membaca kreatif siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan? Adakah hubungan antara membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan? Adakah hubungan antara kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan? Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi hubungan kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan? Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan? Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan? Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan?

Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah seperti tersebut di atas, masalah yang timbul cukup kompleks sehingga tidak

87

8

memungkinkan untuk membahas semua masalah yang ada. Oleh karena itu, perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian lebih terfokus. Adapun permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan besarnya kontribusi kebiasaan menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan, (2) mendeskripsikan besarnya kontribusi kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan, dan (3) mendeskripsikan besarnya kontribusi kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan.

Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan? Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan? Seberapa besarkah kontribusi kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan? Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah, pembatasan masalah, dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui dan mendeskripsikan besarnya kontribusi kebiasaan menyimak lagu

87

9

terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan; mengetahui dan mendeskripsikan besarnya kontribusi kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan; mengetahui dan mendeskripsikan besarnya kontribusi kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan. Manfaat Penelitian Penelitian ini berada dalam lingkup kebiasaan menyimak lagu, membaca kreatif, dan kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. Teoritis Penelitian ini berguna sebagai informasi untuk mengoptimalkan kebiasaan menyimak lagu dan membaca kreatif dalam hubungannya dengan kemampuan menulis puisi, khususnya bagi para siswa SMA di sekolah dan masyarakat pada umumnya. Penelitian ini juga berguna untuk memberikan sumbangan bagi pengajaran apresiasi sastra, khususnya puisi, melalui pemanfaatan media lagu. Penelitian ini berguna pula untuk mengembangkan keterampilan menyimak dan membaca, khususnya membaca kreatif untuk mendukung keterampilan menulis kreatif sastra (puisi). Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi landasan atau dasar dan sumber informasi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan upaya meningkatkan kebiasaan menyimak lagu, mengoptimalkan kebiasaan membaca kreatif, dan kemampuan

87

10

menulis puisi.

G. Batasan Istilah Untuk memperoleh kejelasan konsep dan kesatuan pandangan dalam pembahasan, berikut ini dikemukakan pembatasan istilah untuk tiap-tiap variabel dalam penelitian ini. Kebiasaan adalah sesuatu yang telah biasa dilakukan. Menyimak ialah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang menggunakan indera pendengar dengan intensif, interpretatif, dan apresiatif untuk memperoleh informasi atau pesan. Lagu ialah ragam suara yang berirama atau nyanyian, biasanya dengan disertai lirik yang bergaya puitis. Kebiasaan menyimak lagu merupakan kecenderungan individu untuk lebih memperhatikan dan menyenangi lagu-lagu dengan mendengarkannya melalui radio, tape recorder, atau televisi, atau media lain dan biasanya dilakukan secara rutin atau teratur. Membaca adalah suatu kegiatan untuk memperoleh dan memahami informasi dalam tulisan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. Membaca kreatif yaitu proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang baru dalam bacaan kemudian diterapkan dalam kehidupan sehingga menghasilkan perubahan atau sesuatu yang berguna pada diri pembaca. Menulis ialah kegiatan menuangkan gagasan, ide, atau pendapat yang akan

87

11

disampaikan kepada orang lain (pembaca) melalui media bahasa tulis untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud oleh penulis. Puisi ialah salah satu genre karya sastra yang biasanya terdiri atas satu atau beberapa larik/baris yang membentuk kesatuan berupa bait dan membentuk kesatuan makna serta mempunyai nilai estetik. Menulis puisi merupakan kegiatan menuangkan ide dan imajinasi dalam bentuk puisi untuk mencapai efek keindahan atau estetis. Kemampuan menulis puisi yaitu kemampuan seseorang untuk menuangkan ide dan imajinasi dalam bentuk tulisan puisi.

87

12

12

BAB II KAJIAN TEORI

Deskripsi Teori Keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis menjadi aspek penting dalam belajar bahasa dan sastra Indonesia. Keempat keterampilan berbahasa tersebut tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan lainnya. Keempat keterampilan tersebut juga mempunyai kedudukan yang saling mendukung dalam pencapaian keterampilan berbahasa seseorang. Dalam pengajaran keterampilan berbahasa, satu aspek keterampilan berhubungan dengan aspek keterampilan yang lain dalam kedudukan sejajar. Walaupun demikian, pemerolehan berbahasa secara umum dikuasai secara bertahap, yaitu mula-mula menyimak, berbicara, membaca, kemudian menulis.

1. Hakikat Menyimak Lagu Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Salah satu kegiatan menyimak yang berhubungan erat dengan ragam bahasa sastra adalah menyimak lagu. Mengingat, lagu memuat lirik-lirik yang ragam bahasanya mirip dengan salah satu genre sastra, yaitu puisi. Berikut ini akan dipaparkan pengertian dan hakikat menyimak, lagu, dan hakikat menyimak lagu itu sendiri.

a. Hakikat Menyimak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 1066), menyimak berarti mendengarkan (memperhatikan) apa yang diucapkan atau dibaca orang atau

87

13

meninjau (memeriksa, mempelajari) dengan teliti. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa menyimak merupakan kegiatan mendengarkan. Hanya bedanya, dalam kegiatan mendengarkan, kegiatan menerima bunyi ujaran melalui indra pendengar tidak secara intensif dan interpretatif. Sementara itu, Tarigan (1987: 28) mengidentifikasi bahwa menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan. Kegiatan itu dilakukan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi serta menangkap isi atau pesan yang disampaikan oleh penulisnya dengan media bahasa lisan. Menurut Suriamiharja (1996: 12-13), menyimak merupakan kegiatan melakukan proses pemahaman yang berarti menambah pengetahuan. Kegiatan menyimak berperan sebagai: (1) dasar belajar bahasa, (2) penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis, (3) pelancar komunikasi lisan, dan (4) penambahan informasi. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat diketahui bahwa menyimak

merupakan

salah

satu

aspek

keterampilan

berbahasa

yang

menggunakan indera pendengar dengan intensif, interpretatif, dan apresiatif untuk memperoleh informasi atau pesan. Lagu Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 624), lagu berarti ragam suara yang berirama (dalam bercakap, bernyanyi, membaca, dan sebagainya), nyanyian, atau ragam nyanyi (musik, gamelan, dan sebagainya). Di dalam lagu biasanya terdapat lirik lagu yang menggunakan kata-kata puitis. Oleh karena itu,

87

14

lagu sangat berhubungan dengan puisi karena keduanya sama-sama mempunyai unsur irama. Sakdiyah (2002) mengutip pendapat Maley yang menyatakan bahwa lagu dan puisi sangatlah berirama. Unsur irama ini merupakan petunjuk susunan atau struktur pesan yang terdapat di dalam lagu atau puisi. Sakdiyah (2002) juga menyatakan bahwa lagu dapat dianggap sebagai suatu alat dan bahan yang efektif untuk pengajaran apresiasi puisi. Hal ini sejalan dengan pendapat Orlova yang dikutip Sakdiyah (2002), yang menyebutkan bahwa lagu dianggap sebagai suatu alat yang efektif untuk pengajaran bahasa. Untuk mendukung pendapatnya tersebut, Orlova juga mengemukakan beberapa alasan antara lain: (1) lagu dapat menampilkan fungsi yang berbeda dalam pengajaran bahasa (terutama puisi), (2) lagu dapat menjadi pendorong untuk melakukan percakapan di kelas, (3) lagu dapat memotivasi suatu pendekatan emosional untuk belajar bahasa, (4) lewat lagu siswa dapat mengekspresikan sikapnya terhadap apa-apa yang telah dia dengar, dan (5) lagu juga dapat membantu perkembangan estetis seseorang. Berdasarkan uraian tersebut, lagu berhubungan erat dengan puisi. Lagu dapat dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran puisi, baik pembelajaran apresiasi maupun penulisan kreatif puisi. Penggunaan media lagu akan menambah ketertarikan siswa dalam belajar sastra terutama puisi. Menyimak Lagu Menyimak lagu adalah suatu kegiatan mendengarkan secara intensif dan interpretatif suatu pesan yang berbentuk lagu. Adapun kebiasaan menyimak lagu merupakan kegiatan menyimak lagu yang dilakukan terus-menerus dan telah

87

15

menjadi suatu kebiasaan. Kegiatan

menyimak

lagu

yang

telah

menjadi

kebiasaan

akan

menumbuhkan pengalaman musikal. Pengalaman ini sangat berguna bagi siswa. Pengalaman musikal ini dapat digunakan sebagai salah satu sarana pembelajaran menulis kreatif puisi.

2. Hakikat Membaca Kreatif Membaca juga termasuk salah satu keterampilan berbahasa. Kegiatan membaca kreatif, sebagai salah satu tingkatan dalam keterampilan membaca, mempunyai peran yang besar dalam penciptaan sebuah karya sastra, khususnya puisi. Berikut ini dijelaskan hakikat membaca, tujuan membaca, dan pengertian membaca kreatif.

a. Pengertian Membaca Menurut Hodgoson yang dikutip oleh Tarigan (1987: 7), membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media bahasa tulis. Dijelaskan pula bahwa membaca dapat dianggap sebagai proses untuk memahami hal tersirat dan melibatkan pikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis. Saat melakukan kegiatan membaca, pembaca memerlukan kejelian untuk mengetahui isi yang tersurat sekaligus yang tersirat. Finochiaro dan Bonomo seperti dikutip oleh Tarigan (1987: 8), secara singkat menjelaskan bahwa reading

87

16

adalah bringing meaning and getting meaning from printed or written material, memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahasa tertulis. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Lado dalam tulisan Tarigan (1987: 9) bahwa membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya. Di lain pihak, Sugirin (1997: 3) menyatakan bahwa membaca adalah memahami isi buku sesuai dengan yang dimaksud oleh penulisnya. Pemahaman akan suatu isi buku atau bacaan merupakan hasil dari proses membaca, yaitu proses interaksi antara pembaca dan penulis. Paham akan suatu isi bacaan merupakan indikator kemampuan pembaca dalam memahami teks. Dengan demikian, kemampuan membaca pada dasarnya berkaitan dengan tingkat pemahaman dalam membaca sedangkan pemahaman terhadap suatu bacaan sangat dipengaruhi oleh faktor kebiasaan membaca. Berdasarkan beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan untuk memperoleh dan memahami informasi dalam tulisan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis.

b. Tujuan Membaca Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan (Tarigan, 1987: 9). Anderson lewat Tarigan (1987: 9-10) mengemukakan tujuan membaca adalah untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details facts), memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas), mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization), menyimpulkan

87

17

(reading for inference), mengklasifikasikan (reading to classify), mengevaluasi (reading to evaluate), membandingkan (reading to compare or contrast).

c. Membaca Kreatif Harras dan Sulistyaningsih (1997: 2.29) mengutip dari Dictionary of Reading menyebutkan bahwa membaca kreatif (creative reading) merupakan proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan yang baru yang terdapat dalam bacaan dengan mengidentifikasi gagasan yang menonjol atau mengkombinasikan pengetahuan yang sebelumnya pernah didapatkan. Pembaca kreatif dituntut untuk cermat dalam menyikapi ide-ide dari bahan bacaan. Setelah itu, pembaca kreatif harus membandingkannya dengan ide sejenis yang mungkin berbeda. Membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca. Hal ini disebabkan oleh tuntutan bahwa setelah membaca, seseorang harus menerapkannya untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Menurut Nurhadi seperti dikutip oleh Harras dan Sulistyaningsih (1997: 2.30), ciri-ciri pembaca kreatif ialah: (1) kegiatan membaca tidak berhenti pada saat menutup buku, (2) mampu menerapkan bahan bacaan untuk kepentingan hidupnya, (3) muncul perubahan sikap dan perilaku setelah membaca, (4) hasil membaca berlaku sepanjang masa, (5) kritis dan kreatif dalam menilai bahan-bahan bacaan, (6) mampu memecahkan masalah kehidupan berdasarkan hasil bacaan yang telah dibaca. Sejalan dengan pendapat di atas, Jabrohim dkk (2003: 72 – 75) secara

87

18

lebih umum memperinci ciri-ciri orang kreatif, yaitu; (1) keterbukaan terhadap pengalaman baru dan mudah bereaksi alternatif-alternatif baru mengenai suatu keadaan, (2) keluwesan (fleksibel) dalam berpikir artinya ia dapat memilih dan mengetahui berbagai pendekatan yang mungkin dapat dipergunakan dalam memecahkan suatu persoalan tanpa mengabaikan tujuan utamanya, (3) kebebasan dalam mengemukakan pendapat, cenderung tidak suka berdiam diri terhadap keadaan sebagaimana adanya yang kurang memuaskan, dan cenderung ingin membuat bentuk yang baru dari suatu objek yang diamatinya, (4) imajinatif, dan berpendapat bahwa tidak ada yang tidak mungkin terjadi, (5) perhatiannya yang besar pada kegiatan cipta-mencipta suatu karya kreatif, (6) keteguhan dalam mengajukan pendapat atau pandangan, dan (7) kemandiriannya dalam mengambil keputusan. Dalam Kompas Cyber Media (2005) disebutkan lebih spesifik bahwa ciriciri pembaca kreatif adalah: (1) Kegiatan membaca yang dilakukan tidak berhenti sampai pada saat ia selesai membaca buku, (2) Ia mampu menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan sehari-hari, (3) Muncul perubahan sikap serta tingkah laku setelah proses membaca dilakukan, (4) Hasil membaca akan berlaku dan diingat sepanjang masa, (5) Mampu menilai secara kritis dan kreatif bahanbahan bacaannya, (6) Mampu memilih atau menentukan bahan bacaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan atau minatnya, (7) Mampu memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang sedang dihadapi dengan menggunakan bacaan sebagai pegangan, (8) Tampak kemajuan dalam cara berpikir atau cara pandang terhadap suatu masalah, (9) Terbentuk kematangan dalam cara pandang, sikap, dan cara

87

19

berpikir, (10) Tampak wawasan semakin jauh ke depan dan mampu membuat analisis sederhana terhadap suatu persoalan, (11) Ada peningkatan dalam prestasi atau profesionalisme kerja, (12) Semakin berpikir praktis dan pragmatis dalam segala persoalan, (13) Semakin kaya ide baik dalam meningkatkan mutu maupun membuat terobosan baru dalam memecahkan persoalan, (14) Semakin kuat dorongan untuk membaca dan mencari terus sumber-sumber baru, dan (15) Semakin enak diajak bertukar pikiran atau pengalaman karena ia semakin kaya wawasan. Ciri-ciri pembaca kreatif tersebut di atas tidak akan dimiliki oleh seseorang tanpa adanya suatu pembiasaan. Kegiatan membaca kreatif harus menjadi sebuah kebiasaan agar ciri-ciri tersebut di atas dapat tercapai. Kebiasaan membaca kreatif akan memberikan banyak manfaat yang positif bagi diri pembaca. Untuk memicu daya kreatif, ada empat langkah yang ditawarkan: (1) berjanjilah untuk membaca secara kreatif setiap hari, (2) membaca secara sedikit demi sedikit, (3) bacalah sesuatu dari beragam sumber bacaan, (4) terapkan apa yang dibaca dalam kehidupan sehari-hari (Kisyani dan Laksono, 2002). Pada sisi lain, menurut Kisyani dan Laksono (2002), membaca buku merupakan kegiatan yang memasukkan kata-kata dan ide ke dalam diri seseorang (pembaca). Semakin berkualitas kata-kata dan ide yang masuk dalam diri pembaca, semakin berkualitaslah pembaca itu. Tulisan yang berkualitas akan mendorong timbulnya gagasan cemerlang, tambahan kosakata, dan hal-hal penting lainnya. Semua itu akan diserap otak dan disimpan serta dipancarkan ke

87

20

seluruh tubuh. Lewat kata dan ide yang berkualitas, pembaca dapat meneruskan dan menindaklanjuti hasil bacaannya pada tahap menulis dan berbicara kepada orang lain untuk membaca atau mendengarkan apa yang dia tulis dan ujarkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada intinya kegiatan membaca kreatif adalah suatu proses membaca yang memerlukan follow up (tindak lanjut), yakni berupa penerapan terhadap apa yang dibaca dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Adapun bentuk follow up tersebut bermacam-macam. Sebagai contoh, setelah kita membaca teks lirik lagu secara kreatif kita dapat menuangkan kembali ide yang terdapat dalam teks lagu itu ke dalam bentuk puisi. Contoh lain misalnya, setelah kita membaca suatu cerpen secara kreatif kita dapat membuat sebuah film berdasarkan cerita di dalam cerpen tersebut.

3. Hakikat Kemampuan Menulis Puisi Puisi sebagai salah satu genre sastra, sebagian besar diciptakan dan dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan dituangkannya hasil penciptaan puisi dalam bentuk tulisan, puisi akan lebih bertahan lama daripada hanya diciptakan dan disampaikan dalam bentuk lisan. Dengan demikian, sangat jelas bahwa aktivitas penciptaan karya sastra beserta proses kreatifnya berkaitan erat dengan keterampilan menulis, mengingat karya sastra adalah salah satu genre seni yang bermediakan bahasa. Berikut ini dipaparkan pengertian menulis, tujuan dan manfaat menulis, hakikat puisi, pengertian menulis puisi, dan penilaian keterampilan menulis puisi.

87

21

a. Pengertian Menulis Keterampilan

menulis

merupakan

suatu

keterampilan

untuk

mengungkapkan ide, pikiran, perasaan kepada orang lain. Melalui tulisan, seseorang dapat berkomunikasi tanpa berhadap-hadapan langsung. Menurut Hastuti (1992), keterampilan menulis adalah keterampilan yang sangat

kompleks.

Menulis

melibatkan

cara

berpikir

dan

kemampuan

mengungkapkan pikiran gagasan, perasaan dalam bentuk bahasa tertulis dengan memperhatikan beberapa syarat, yaitu: (1) keteraturan gagasan, (2) kemampuan menyusun kalimat yang jelas dan efektif, (3) keterampilan menyusun paragraf, (4) menguasai teknik penulisan seperti penemuan tanda baca (pungtuasi), dan (5) memiliki sejumlah kata yang diperlukan. Tarigan (1986: 21) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan salah satu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambanglambang grafik tersebut. Menulis bukan sekedar menggambarkan huruf-huruf, tetapi juga menyampaikan pesan melalui gambar huruf-huruf tersebut berupa karangan. Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan ide, pendapat, pengalaman disusun secara sistematis dan logis. Keterampilan menulis dibutuhkan untuk merekam, meyakinkan, memberitahukan, serta mempengaruhi orang lain. Semua tujuan hanya dapat diperoleh apabila disusun dan disampaikan dengan jelas. Menurut Akhadiah (1995: 2), menulis dapat didefinisikan sebagai: (1) merupakan suatu bentuk komunikasi, (2) merupakan proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan, (3)

87

22

merupakan bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap; dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, serta situasi yang menyertai percakapan, (4) merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan alat-alat penjelas serta ejaan dan tanda baca, (5) merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis

kepada khalayak

pembaca yang dibatasi oleh jarak,tempat, dan waktu. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah salah satu bentuk komunikasi untuk menyampaikan ide secara teratur dan sistematik melalui bahasa tulis dengan tujuan tertentu.

b. Tujuan dan Manfaat Menulis Hakim (1995) menyatakan bahwa keterampilan menulis menjadi salah cara untuk berkomunikasi, karena dalam pengertian tersebut muncul adanya kesan pengiriman dan penerimaan pesan. Dengan demikian, tulisan harus dapat dibaca dan mudah dipahami agar penerima pesan dapat menangkap pesan secara baik dan benar. Hipple (dalam Tarigan, 1987: 309-311) mengemukakan tujuan menulis yang meliputi: (1) penugasan, (2) altruistik, (3) persuasif, (4) informasional tujuan penerangan, (5) pernyataan diri, (6) kreatif, dan (7) pemecahan masalah. Selain memiliki tujuan, kegiatan menulis dapat memberikan berbagai manfaat. Menurut Akhadiah (1995: 1), beberapa manfaat menulis adalah: (1) wawasan mengenai suatu topik bertambah karena penulis mencari sumber informasi tentang topik tersebut, (2) mengembangkan daya pikir atau nalar

87

23

dengan mengumpulkan fakta, menghubungkan, kemudian menarik kesimpulan, (3) memperjelas sesuatu kepada diri penulis karena gagasan-gagasan yang semula masih berserakan di dalam pikiran, dituangkan secara runtut dan sistematis, (4) dengan mudah dapat menilai gagasan karena gagasan tersebut sudah berbentuk sesuatu yang riil dan dapat dilihat secara langsung, (5) dapat memecahkan masalah dengan lebih mudah, (6) memberi dorongan untuk belajar secara aktif, dan (7) membiasakan diri berpikir dan berbahasa secara tertib. Manfaat-manfaat menulis tersebut akan dapat dirasakan jika penulis mempunyai tujuan yang jelas dalam menulis.

c. Hakikat Puisi Puisi merupakan salah satu genre sastra. Pengertian puisi sungguh beragam dan masih sering dipertanyakan. Beberapa ahli sastra merumuskan pengertian puisi dengan menggunakan berbagai pendekatan. Padahal, satu pendekatan saja tidak mungkin mencakup seluruh aspek yang terdapat dalam puisi. Oleh karena itu, wajar jika satu pengertian yang dikemukakan seorang ahli berbeda dengan pengertian yang dilontarkan oleh ahli yang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 903), puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait atau merupakan gubahan di bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus.

87

24

Sumardjo dan Saini K.M. menggolongkan puisi sebagai karya sastra imajinatif. Puisi merupakan jaringan irama dan bunyi serta jaringan citra dan lambang. Sementara itu, Pradopo (2002: 7) menyatakan bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting dan digubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 1993 : 7). Sementara itu, Sayuti (2002: 3 – 4) menyatakan bahwa secara sederhana puisi

dapat

dirumuskan

sebagai

“sebentuk

pengucapan

bahasa

yang

memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengar-pendengarnya”. Luxemburg dkk. (1986: 175) menyatakan bahwa teks puisi ialah teks-teks monolog yang isinya tidak pertama-tama sebuah alur. Teks puisi bercirikan penyajian tipografik tertentu. Definisi ini tidak hanya mencakup jenis-jenis sastra, melainkan juga ungkapan bahasa yang bersifat pepatah, pesan iklan, semboyan

87

25

politik, syair lagu-lagu pop, dan doa-doa. Adapun A. Richard seperti dikutip Tarigan (1991: 9) menyatakan bahwa hakikat puisi mengandung makna keseluruhan yang merupakan perpaduan dari tema, perasaan, nada, dan amanat. Dengan demikian, hakekat puisi menurut Richards terdiri atas (1) tema/makna (sense), (2) rasa (feeling), (3) nada (tone), dan (4) amanat/tujuan/maksud (intention) (Tarigan, 1991: 10). Hal ini sejalan dengan Sumardjo dan Saini K.M. (1997: 124-125) yang menyatakan 4 arti puisi, yakni arti lugas (gagasan penyair), perasaan penyair, nada, dan itikad. Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra harus mengandung fungsi estetik yang ada dalam setiap penciptaan karya sastra. Wellek dan Warren (1968: 25) mengemukakan bahwa paling baik kita memandang kesusastraan sebagai karya yang di dalamnya fungsi estetikanya dominan, yaitu fungsi seninya yang berkuasa. Tanpa fungsi seni, karya kebahasaan tidak dapat disebut sebagai karya (seni) sastra. Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra. Oleh karena itu, fungsi estetiknya dominan, artinya di dalamnya terdapat unsur-unsur keindahan. Unsurunsur keindahan ini merupakan unsur-unsur kepuitisan, misalnya persajakan, diksi (pilihan kata), irama, dan gaya bahasa. Gaya bahasa dalam puisi meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus yang bertujuan untuk mendapatkan efek tertentu, yakni efek estetikanya atau aspek kepuitisannya (Pradopo, 1994: 47). Jenis-jenis gaya bahasa itu meliputi semua aspek bahasa, yaitu bunyi, kata, kalimat, dan wacana yang dipergunakan secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu itu. Semua itu merupakan aspek estetika atau aspek keindahan puisi.

87

26

Berdasarkan pengertian-pengertian puisi di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi ialah hasil imajinasi dan gagasan penyair yang dituangkan dalam bentuk tipografi yang spesifik.

Menulis Puisi Menulis puisi merupakan salah satu bentuk menulis kreatif. Menulis puisi adalah suatu kegiatan intelektual, yakni kegiatan yang menuntut seseorang harus benar-benar cerdas, menguasai bahasa, luas wawasannya, dan peka perasaannya. Menulis

puisi bermula dari

proses

kreatif, yakni

mengimajikan

atau

mengembangkan fakta-fakta empirik yang kemudian diwujudkan dalam bentuk puisi. Kemudian, untuk menuangkannya menjadi sebentuk puisi, kita harus terlebih dahulu memahami unsur-unsur pembentuk puisi (Jabrohim dkk., 2003: 31-33). Adapun unsur-unsur pembangun puisi menurut Jabrohim dkk. (2003: 3557) ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, tipografi, dan sarana retorika. Tarigan (1991: 28) menyatakan bahwa metode puisi terdiri atas (1) diksi, (2) imaji/imagery, (3) kata nyata, (4) majas, (5) ritme dan rima. Hal ini sejalan dengan unsur-unsur puisi yang disebutkan oleh Sayuti. Sayuti (2002) menyebutkan bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam puisi meliputi bunyi dan aspek-aspeknya, diksi, citraan, bahasa kias, sarana retorik, wujud visual, dan makna puisi. Kedua pendapat tersebut didukung oleh Waluyo (1987: 27) yang menyatakan bahwa struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-

87

27

sama membangun bait-bait puisi. Selanjutnya, bait-bait itu membangun kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai sebuah wacana. Struktur fisik ini merupakan medium pengungkap struktur batin puisi. Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam struktur fisik puisi menurut Waluyo adalah (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) majas (meliputi lambang dan kiasan), (5) versifikasi (meliputi rima,ritma, dan metrum), (6) tipografi, dan (7) sarana retorika. Dengan demikian ada tujuh macam unsur yang termasuk struktur fisik. Adapun struktur batin puisi menurut Waluyo terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra, khususnya puisi. Agar mencapai diksi yang baik, seorang penulis harus memahami secara lebih baik masalah kata dan maknanya, tahu bagaimana memperluas dan mengaktifkan kosakata, harus mampu memilih kata yang tepat yang sesuai dengan situasi yang dihadapinya, dan harus mengenali dengan baik macam corak gaya bahasa sesuai dengan tujuan penulisan. Adapun pengimajian berguna untuk memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup gambaran dalam pikiran dan pengindraan, untuk menarik perhatian, dan untuk memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair. Gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental, dan bahasa yang menggambarkannya biasa disebut dengan istilah citra atau imaji. adapun cara membentuk kesan mental atau gambaran sesuatu biasa disebut dengan istilah citraan (imagery). Hal-hal yang berkaitan dengan citra ataupun

87

28

citraan disebut pencitraan atau pengimajian. Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Di sini, penyair berusaha mengkonkretkan katakata. Maksudnya, kata-kata itu diupayakan agar dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Dalam hubungannya dengan pengimajian, kata konkret merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian. Bahasa figuratif dapat disebut juga sebagai majas. Bahasa puisi dapat membuat puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Adapun versifikasi meliputi ritma, rima, dan metrum. Secara umum, ritma dikenal sebagai irama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi, atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi. Jika fonetik itu berpadu dengan ritma, maka akan mampu mempertegas makna puisi. Rima meliputi onomatope (tiruan terhadap bunyi-bunyi), bentuk intern pola bunyi (misalnya: aliterasi, asonansi, persamaan akhir, peramaan awal, sajak berulang, sajak penuh), intonasi, repetisi bunyi atau kata, dan persamaan bunyi. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh jumlah suku kata yang tetap, tekanan yang tetap, dan alun suara menaik dan menurun yang tetap. Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Dalam prosa, baik fiksi maupun

87

29

bukan, baris-baris kata atau kalimat membentuk sebuah periodisitas. Namun, dalam puisi tidak demikian halnya. Baris-baris dalam puisi membentuk sebuah periodisitas yang khas yang disebut bait. Dalam kaitannya dengan puisi, sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran. Dengan muslihat itu, para penyair berusaha menarik perhatian, pikiran, sehingga pembaca berkontemplasi dan tersugesti atas apa yang dikemukakan penyair. Pada umumnya, sarana retorika menimbulkan ketegangan puitis karena pembaca harus memikirkan efek apa yang ditimbulkan dan dimaksud oleh penyairnya. Jenis sarana retorika itu bermacammacam. Selain terdapat struktur fisik dalam puisi, Waluyo juga menjelaskan tentang struktur batin yang terdapat dalam puisi. Menurut Waluyo, struktur batin mencakup tema, perasaan penyair, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat. Keempat unsur itu menyatu dalam ujud penyampaian bahasa penyair. Tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang dan menjadi dasar bagi puisi yang diciptakan penyair. Tema puisi berhubungan erat dengan penyairnya, terutama pada konsep-konsep yang diimajinasikannya. Tarigan (1991: 10) mengemukakan bahwa setiap puisi mengandung suatu “subject matter” yang dikemukakan atau ditonjolkan. Makna yang terkandung dalam “subject matter” itulah yang dimaksudkan dengan istilah tema. Tema sering kali dituangkan atau disampaikan oleh penyairnya secara implisit, tidak disebutkan secara gamblang dalam puisi. Rasa adalah sikap sang penyair terhadap pokok permasalahan yang

87

30

terkandung dalam puisinya (Tarigan, 1991: 11). Perasaan penyair ikut terekspresikan dalam puisi. Oleh karena itulah, suatu tema yang sama sering kali menghasilkan puisi yang berbeda, tergantung suasana perasaan penyair yang menciptakan puisi itu. Nada dalam puisi adalah sikap penyair kepada pembaca (Jabrohim dkk, 2003: 66). Hal ini sesuai dengan pernyataan Tarigan (1991: 18) bahwa nada adalah sikap sang penyair terhadap pembacanya atau dengan kata lain sikap sang penyair terhadap para penikmat karyanya. Dalam menulis puisi, penyair bisa bersikap menggurui, mengejek, menasihati, atau menyindir meski kadang sikap itu disamarkan melalui gaya bahasa dan sarana retorika yang dipakai dalam puisi. Amanat atau tujuan dalam puisi ialah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya Amanat berbeda dengan tema. Dalam puisi, tema berkaitan dengan arti sedangkan amanat berkaitan dengan makna karya sastra. Arti puisi bersifat lugas, objektif, dan khusus sedangkan makna bersifat kias, subjektif, dan umum (Jabrohim dkk, 2003: 67). Stephen Spender melalui Tarigan (1991: 48) menyebutkan lima hal yang diperlukan dalam menciptakan suatu puisi, yakni: (1) konsentrasi/consentration, (2) inspirasi/inspiration, (3) kenangan/memory, (4) keyakinan/faith, (5) lagu/song. Kelima unsur ini akan sangat berperan dalam menciptakan atau menulis puisi.

Penilaian Keterampilan Menulis Puisi Menurut Arifin yang dikutip Suriamiharja dkk (1996: 5), keterampilan menulis dapat dilihat melalui jalan tes; karena tes merupakan suatu cara dalam

87

31

rangka kegiatan evaluasi, yang di dalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh siswa, kemudian pekerjaan dan jawaban itu akan menghasilkan nilai tentang perilaku siswa tersebut. Nurgiyantoro (2001: 298 – 305) mengungkapkan bahwa cara menilai kemampuan menulis adalah melalui jalan tes. Namun, ditegaskan olehnya bahwa penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistik, impresif, dan selintas; yaitu penilaian yang bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari membaca karangan siswa secara selintas. Selain penilaian yang bersifat holistik, diperlukan pula penilaian secara analitis agar guru dalam memberikan nilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi lebih rinci tentang kemampuan siswanya. Penilaian dengan pendekatan analitis merinci tulisan dalam kategori tertentu. Pengkategorian itu sangatlah bervariasi, bergantung pada jenis tulisan itu sendiri. Namun, pada pokoknya pengkategorian hendaknya meliputi: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, keterampilan tulisan, dan kebersihan, dan (5) respon afektif guru terhadap karya tulis. Nurgiyantoro (2001: 306) mencontohkan model penilaian dengan pemberian skala terhadap kategori-kategori seperti yang disebutkan di atas, berikut ini. Tabel 1: Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala 1-10 No Aspek yang dinilai 1. Kualitas dan ruang lingkup isi 2. Organisasi dan penyajian isi 3. Gaya dan bentuk bahasa

Tingkatan skala 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

87

32

4. 5.

Mekanik tata bahasa, ejaan, kerapian tulisan Respons afektif guru terhadap karangan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah skor.............

Selain model di atas, terdapat pendekatan analisis lain yang dikemukakan Halim (lewat Nurgiyantoro, 2001: 306), meliputi: (1) isi gagasan yang dikemukakan, (2) organisasi isi, (3) tata bahasa dan pola kalimat, (4) pilihan struktur dan kosakata, dan (5) ejaan. Nurgiyantoro (2001: 307) memberikan contoh model penilaian tiap-tiap unsur dengan kemungkinan skor maksimum 100. Tabel 2: Model Penilain Tugas Menulis dengan Pembobotan Tiap-tiap Unsur No 1. 2. 3. 4. 5.

Unsur yang dinilai Isi gagasan yang dikemukakan Organisasi isi Tata bahasa Gaya: pilihan struktur dan kosakata Ejaan Jumlah

Skor maksimum 35 25 20 15 5 100

Skor siswa ......... ......... ......... ......... ......... .........

Selain kedua model penilaian di atas, terdapat model lain yang lebih rinci dalam melakukan penyekoran sehingga lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penyekoran, model ini menggunakan skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada setiap aspek yang dinilai. Model ini banyak dipergunakan pada program ESL (English as a Second Language). Bentuk model penilaian yang dimaksud, oleh Nurgiyantoro (2001: 307–308) yang dimodifikasi dari Hartfield dkk dicontohkan sebagai berikut.

87

33

Tabel 3: Model Penilaian Karangan pada Program English as a Second Language (ESL) PROFIL PENILAIAN KARANGAN NAMA SISWA : JUDUL : SKOR KRITERIA 27 – 30 SANGAT BAIK – SEMPURNA: padat informasi * substansif * pengembangan tesis tuntas * relevan dengan permasalahan dan tuntas 22 – 26 CUKUP BAIK – BAIK: informasi cukup * substansi cukup * I pengembangan tesis terbatas * relevan dengan masalah tetapi tak S lengkap I 17 – 21 SEDANG – CUKUP: informasi terbatas * sustansi kurang * pengembangan tesis tidak cukup * permasalahan tak cukup 13 – 16 SANGAT KURANG: tak berisi * tak ada substansi * tak ada pengembangan tesis * tak ada permasalahan O 18 – 20 SANGAT BAIK – SEMPURNA: ekspresi lancar * gagasan R diungkapkan dengan jelas * padat * tertata dengan baik * urutan logis * G kohesif A 14 – 17 CUKUP – BAIK: kurang lancar * kurang terorganisasi tetapi ide utama N terlihat * bahan pendukung terbatas * urutan logis tetapi tak lengkap I 10 – 13 SEDANG – CUKUP: tak lancar * gagasan kacau * terpotong-potong * S urutan dan pengembangan tak logis A 7–9 SENGAT KURANG: tak komunikatif * tak terorganisasi * tak layak S nilai I K 18 – 20 SANGAT BAIK – SEMPURNA: pemanfaatan potensi kata canggih * O pilihan kata dan ungkapan tepat * menguasai pembentukan kata S 14 – 17 CUKUP – BAIK: pemanfaatan potensi kata agak canggih * pilihan kata A dan ungkapan kadang-kadang kurang tidak tepat tetapi tak mengganggu K 10 – 13 SEDANG – CUKUP: pemanfaatan potensi kata terbatas * sering terjadi A kesalahan penggunaan kosakata dan dapat merusak makna T 7–9 SANGAT KURANG: pemanfaatan potensi kata asal-asalan * A pengetahuan tentang kosakata rendah * tak layak nilai P 22 – 25 SANGAT BAIK – SEMPURNA: konstruksi kompleks tetapi efektif * E hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan N 18 – 21 CUKUP – BAIK: konstruksi sederhana tetapi efektif * kesalahan kecil G pada konstruksi kompleks * terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tak kabur B 11 – 17 SEDANG – CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat A * makna membingungkan atau kabur H 5 – 10 SANGAT KURANG: tak menguasai aturan sintaksis * terdapat banyak A kesalahan * tak komunikatif * tak layak nilai S A M SANGAT BAIK – SEMPURNA: menguasai aturan penulisan * hanya terdapat E beberapa kesalahan ejaan K CUKUP BAIK: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tak mengaburkan A makna N SEDANG – CUKUP: sering terjadi kesalahan ejaan * makna membingungkan atau I kabur K 2 SANGAT KURANG: tak menguasai aturan penulisan * terdapat banyak kesalahan ejaan * tulisan tak terbaca * tak layak nilai JUMLAH: PENILAI: KOMENTAR:

87

34

Penilaian terhadap kemampuan menulis puisi dirasakan sulit oleh berbagai kalangan. Penentuan kriteria penilaian juga mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan oleh sulitnya menentukan kisi-kisi penilaian yang dapat mencakup semua aspek yang terdapat dalam puisi. Bentuk tulisan puisi memang sangat bervariasi sehingga untuk menentukan kriteria penilaian tes menulis puisi menjadi sulit. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan digunakan kriteria yang sekiranya dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis puisi. Adapun kisi-kisi penilaian tes menulis puisi memuat unsur-unsur yang terdapat dalam puisi, yakni bentuk (metode) dan isi (hakekat) puisi sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut. Tabel 4: Kisi-kisi Penilaian Tes Menulis Puisi Aspek Bentuk

Isi

Indikator Diksi Pengimajian dan Kata Konkret Majas Versifikasi Tipografi Sarana Retorika Kesatuan tema Nada Rasa Amanat/tujuan

Kerangka Pikir Sumbangan Kebiasaan Menyimak Lagu terhadap Kemampuan Menulis Puisi Hubungan antara lagu dengan puisi jelas sangat erat. Salah satu unsur yang menonjol dalam puisi ialah ritme dan nada. Unsur tersebut juga terdapat dalam

87

35

lagu. Bahkan Tarigan (1991: 5) mengemukakan bahwa salah satu maksud utama puisi pada umumnya “not to speak but to sing”, “bukan berbicara tetapi berdendang”. Dengan membiasakan diri menyimak lagu, tentunya penyimak akan mendapatkan referensi tentang irama yang dapat digunakan sebagai modal untuk menulis puisi. Penyimak bahkan akan mendapatkan kosakata melalui lirik lagu yang disimak. Kosakata yang terdapat dalam lirik lagu tentunya mengandung gaya bahasa yang tinggi. Kosakata tersebut juga menjadi modal bagi seseorang untuk menulis puisi. Dengan demikian, kebiasaan menyimak lagu akan memberikan kontribusi terhadap kemampuan menulis puisi siswa. Semakin besar intensitas menyiak lagu seorang siswa akan semakin banyak kosakata yang didapat, semakin matang pengalaman musikal yang didapat, dan semakin banyak pula pengalaman estetik. Semua itu dapat menjadi penyumbang dalam menulis puisi. Sumbangan Kebiasaan Membaca Kreatif terhadap Kemampuan Menulis Puisi Membaca kreatif pada hakikatnya adalah menerapkan hasil bacaannya dalam kehidupan sehari-hari. Hasil kreativitas membaca dapat diterapkan dalam bentuk tulisan. Semakin banyak kita membaca dengan kreatif, semakin banyak hasil menulis kreatif. Sebab, dengan membaca, kita akan mendapatkan bahan untuk menulis. Salah satu bentuk menulis kreatif ialah menulis puisi. Dalam menulis puisi, diperlukan suatu proses kreatif. Salah satunya ialah melalui membaca kreatif. Sebagai contoh ialah membaca teks lagu atau membaca cerita. Hasil

87

36

bacaan itu dapat dimodifikasi menjadi sebuah tulisan puisi. Tentu saja dalam memodifikasi bahan bacaan itu memerlukan teknik membaca, yaitu dengan membaca kreatif. Dengan demikian, antara membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi mempunyai hubungan yang erat. Seseorang tidak akan mempunyai kemampuan yang baik untuk menulis tanpa kebiasaan membaca. Apalagi menulis puisi yang memerlukan proses kreatif terlebih dahulu. Membaca kreatif dapat dijadikan sebuah proses kreatif dalam menulis puisi. Jadi, kebiasaan membaca kreatif akan memberikan sumbangan terhadap kemampuan menulis puisi melalui proses kreatif menulis puisi yang didahului dengan proses kreatif dalam membaca. Sumbangan Kebiasaan Menyimak Lagu dan Kebiasaan Membaca Kreatif terhadap Kemampuan Menulis Puisi Anak mengenal bahasa melalui menyimak. Setelah menyimak anak tersebut berusaha untuk berbicara menirukan bahasa yang disimak. Tahap berikutnya, anak akan berlatih membaca dan berusaha untuk mengenal bentuk tulisan (wacana). Setelah itu, ia akan berusaha untuk menulis. Dengan kebiasaan menyimak lagu misalnya, pemerolehan kosakata dan model atau bentuk puisi yang diperoleh dari lirik lagu serta irama lagu akan menjadi sebuah kontribusi yang signifikan dalam proses kreatif menulis puisi. Proses kreatif menulis puisi itu akan semakin sempurna dengan kegiatan membaca kreatif. Hasil bacaan lirik lagu atau bacaan cerita dapat menjadi kontribusi dalam menulis puisi.

87

37

Dengan demikian, keberhasilan menulis kreatif karya sastra khususnya puisi berhubungan dengan kegiatan menyimak dan membaca. Kesanggupan mengamalkan pemerolehannya dari kegiatan menyimak lagu dan membaca kreatif merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam kegiatan menulis puisi. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa menyimak lagu dan membaca kreatif memberikan sumbangan yang signifikan terhadap kemampuan menulis puisi.

Pengajuan Hipotesis Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah: terdapat sumbangan yang efektif kebiasaan menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan, terdapat sumbangan yang efektif kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan, terdapat sumbangan yang efektif kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMAN 1 Parakan.

87

X2 X1

Y 38

BAB III METODE PENELITIAN Desain Penelitian Sesuai dengan tujuannya, penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain regresi, yakni pada prinsipnya hampir sama dengan korelasi karena mencari hubungan antarvariabel. Namun dalam desain regresi, kekuatan arah hubungan sudah jelas, mana yang dipandang sebagai variabel bebas dan mana yang dipandang sebagai variabel terikat. Penelitian ini menggunakan desain ex post facto. Penelitian ini hanya mengambil data yang telah tersedia dan tidak melakukan tindakan di lapangan. Peneliti tidak perlu memberikan perlakuan terhadap sampel penelitian tetapi tinggal melihat efeknya pada variabel terikat. Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini. Kebiasaan menyimak lagu (X 1) dan membaca kreatif (X2) merupakan variabel bebas sedangkan kemampuan menulis puisi (Y) merupakan variabel terikat. Hubungan antarvariabel dapat digambarkan dalam desain penelitian sebagai berikut.

Gambar 1: Desain penelitian Keterangan: X1 = kebiasaan menyimak lagu X2 = kebiasaan membaca kreatif

87

39 38

Y

= kemampuan menulis puisi

Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan menyimak lagu (X1) dan kebiasaan membaca kreatif (X2). 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis puisi (Y).

Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian Menurut Arikunto (1996: 115) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Selanjutnya, populasi ditinjau dari jumlahnya terdiri atas (1) jumlah terhingga, dan (2) jumlah tidak terhingga. Populasi jumlah terhingga terdiri atas elemen dengan jumlah tertentu sedangkan populasi jumlah tak terhingga adalah elemen yang sukar dicari batasnya. Populasi penelitian ini termasuk dalam populasi jumlah terhingga karena yang menjadi populasi sudah diketahui jumlahnya, yaitu siswa kelas XII SMA Negeri 1 Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah tahun ajaran 2006/2007. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMA Negeri 1 Parakan, Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah tahun ajaran 2006/2007 yang berjumlah 187 siswa dan terbagi dalam 5 kelas.

87

40

Adapun distribusi populasi penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

No 1. 2. 3. 4. 5.

Tabel 5: Distribusi populasi penelitian Kelas Jumlah siswa XI IPA 1 40 XI IPA 2 39 XI IPS 1 36 XI IPS 2 35 XI IPS 3 37 Total 187

Sampel Penelitian Menurut Sugiyono (2005: 56), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk menentukan berapa besarnya sampel yang harus diambil, digunakan Nomogram Harry King. Harry King menghitung sampel tidak hanya didasarkan kesalahan 5% saja, tetapi bervariasi sampai 15% (Sugiyono, 2005: 62). Dengan taraf signifikansi 5%, maka jumlah sampel yang diambil sebesar 60% sehingga jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 60% x 187 = 112,2 dan dibulatkan menjadi 113. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling atau cluster sampling. Suyata (1994: 34) mengemukakan bahwa cluster sampling ialah prosedur seleksi sampel yang unit seleksinya berupa klaster (kelas-kelas atau kelompok-kelompok). Pengambilan sampel dengan metode ini karena populasi telah terkelompok ke dalam bentuk kelas-kelas. Metode cluster sampling digunakan agar peneliti lebih mudah dan praktis dalam mengumpulkan data, dengan tidak mengabaikan bahwa setiap anggota populasi mendapatkan

87

41

kesempatan yang sama untuk sampel. Tiga kelas dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu kelas XII IPA 1, XII IPS 1, dan XII IPS 3 dengan jumlah siswa 113. Alasan pengambilan sampel ketiga kelas tersebut karena berdasarkan pengamatan peneliti dan penilaian pihak sekolah, kriteria siswa dalam ketiga kelas tersebut dapat mewakili seluruh populasi.

Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, digunakan teknik kuesioner dan tes. Kuesioner merupakan satu perangkat pertanyaan atau pernyataan tentang suatu hal dipakai untuk menjaring data yang sifatnya informatif faktual atau yang bersifat fakta konkret (Suyata, 1994: 38). Teknik kuesioner atau angket ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif. Jenis angket dalam penelitian ini adalah: 1) angket tertutup, artinya responden tinggal memilih jawaban yang disediakan, 2) angket langsung, yaitu responden menjawab secara langsung, 3) angket jenis check list (responden memberi tanda √). Alasan pemilihan angket atau kuesioner sebagai teknik pengumpulan data karena: 1) subjek merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, 2) apa yang dinyatakan subjek merupakan sesuatu yang benar dan dapat dipercaya, dan 3) subjek dapat menginterpretasikan pertanyaan dengan mudah. Adapun tes digunakan untuk menunjuk semua jenis instrumen yang dirancang untuk mengukur kemampuan seseorang dalam bidang tertentu (Suyata, 1994: 39). Dalam penelitian ini, metode tes digunakan untuk mengumpulkan data

87

42

kemampuan menulis puisi, yakni dengan menggunakan tes kemampuan menulis puisi. Instrumen Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan tiga instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen tersebut meliputi instrumen kebiasaan menyimak lagu, instrumen kebiasaan membaca kreatif, dan instrumen kemampuan menulis puisi. Adapun jenis instrumen yang digunakan berupa kuesioner atau angket dan tes. a. Instrumen Kebiasaan Menyimak Lagu Instrumen untuk memperoleh data mengenai kebiasaan menyimak lagu berbentuk angket. Isi angket ini berhubungan dengan faktor kebiasaan menyimak lagu dan diukur dengan kisi-kisi sebagai berikut: (1) perhatian terhadap lagu, (2) waktu dan intensitas mengikuti lagu, (3) keseriusan mengikuti lagu, (4) manfaat mengikuti lagu, dan (5) kesan terhadap lagu. Kelima hal tersebut dijadikan indikator dalam kisi-kisi instrumen. Setiap indikator diberi porsi 7 butir pertanyaan. Dengan demikian, jumlah pertanyaan dalam instrumen kebiasaan menyimak lagu adalah 35 butir pertanyaan. Setiap butir terdiri atas empat jawaban alternatif. Agar data yang diperoleh berupa data kuantitatif, setiap jawaban diberi skor. Skor pengukuran yang digunakan adalah model skala likert yang dilakukan dengan menyediakan skala jawaban terhadap suatu pernyataan/pertanyaan yang diberikan (Nurgiyantoro, 2001: 328). Skala jawaban SL (selalu) dengan skor 4, SR (sering) dengan skor 3, KD (kadang-kadang) dengan skor 2, dan TP (tidak pernah) dengan skor 1.

87

43

Penyekoran ini tidak mutlak, artinya jika pertanyaan negatif maka skala penyekoran dibalik menjadi SL (selalu) dengan skor 1, SR (sering) dengan skor 2, KD (kadang-kadang) dengan skor 3, dan TP (tidak pernah) dengan skor 4. Sebaran butir-butir pertanyaan dapat dilihat pada tabel kisi-kisi instrumen kebiasaan menyimak lagu berikut. Tabel 6: Kisi-kisi Instrumen Kebiasaan Menyimak Lagu 1 Aspek Kebiasaan menyimak lagu

Indikator Perhatian terhadap lagu

Butir 1–7

Waktu dan intensitas menyimak lagu Keseriusan mengikuti lagu Manfaat menyimak lagu Kesan terhadap lagu

8–14 15–21 22–28 29–35 Total

∑ Butir 7 7 7 7 7 35

b. Instrumen Kebiasaan Membaca Kreatif Untuk memperoleh data mengenai kebiasaan membaca kreatif juga digunakan instrumen berupa angket. Adapun kisi-kisi instrumen angket yang berhubungan dengan kebiasaan membaca kreatif ialah (1) waktu dan intensitas membaca kreatif, (2) keseriusan membaca kreatif, (3) manfaat membaca kreatif, (4) kesan yang diperoleh setelah membaca kreatif, (5) hasil membaca kreatif. Setiap indikator diberi porsi 7 butir pertanyaan. Dengan demikian, jumlah pertanyaan dalam instrumen kebiasaan membaca kreatif adalah 35 butir pertanyaan. Instrumen kebiasaan membaca kreatif juga menggunakan empat alternatif jawaban dengan kriteria penyekoran seperti yang digunakan pada penyekoran instrumen kebiasaan menyimak lagu. Adapun penjabaran tiap-tiap indikator ke

87

44

dalam butir pertanyaan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7: Kisi-kisi Instrumen Kebiasaan Membaca Kreatif 1 Aspek Kebiasaan membaca kreatif

Indikator Waktu dan intensitas membaca kreatif

Butir 1–7

∑ Butir 7

Keseriusan membaca kreatif Manfaat membaca kreatif Kesan yang diperoleh setelah membaca kreatif Hasil membaca kreatif.

8–14 15–21 22–28

7 7

29–35 Total

7 7 35

c. Instrumen Kemampuan Menulis Puisi Instrumen untuk memperoleh data mengenai kemampuan menulis puisi berupa tes kemampuan menulis puisi. Tes kemampuan menulis puisi dibuat dalam bentuk tes esai. Penilaiannya dilakukan dengan berpedoman pada rambu-rambu penilaian tes menulis puisi. Adapun kisi-kisi penilaian menulis puisi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 8: Kisi-kisi Penilaian Tes Kemampuan Menulis Puisi Aspek Indikator B Diksi Baik Penggunaan diksi sesuai dengan situasi yang E : digambarkan dalam puisi. N T U K Sedang Penggunaan diksi kurang sesuai dengan : situasi yang digambarkan dalam puisi. Kurang Penggunaan diksi tidak sesuai dengan situasi : yang digambarkan dalam puisi. Pengimajia Baik Adanya pengimajian dan kata konkret yang n & Kata : mampu menciptakan kesan indrawi kepada Konkret pembaca. Sedang Adanya pengimajian dan kata konkret namun : tidak mampu menciptakan kesan indrawi.

87

Skor 8 – 10

4–7 0–3 8 – 10 4–7

45

Majas

Versifikasi

Tipografi

Sarana Retorika

I Tema S I

Rasa

Nada

Kurang : Baik : Sedang : Kurang : Baik : Sedang : Kurang : Baik : Sedang : Kurang : Baik : Sedang : Kurang : Baik : Sedang : Kurang : Baik : Sedang : Kurang : Baik : Sedang :

Tidak ada pengimajian dan kata konkret.

0–3

Adanya penggunaan majas dan mampu menciptakan kekuatan ekspresi. Adanya penggunaan majas namun kurang mampu menciptakan kekuatan ekspresi. Tidak adanya penggunaan majas.

8 – 10

Adanya unsur versifikasi yang meliputi ritma, rima, dan metrum dan dikembangkan secara kreatif. Ada unsur versifikasi namun tidak dikembangkan secara kreatif. Tidak ada unsur versifikasi.

8 – 10

Tipografi puisi dikembangkan secara kreatif.

8 – 10

Tipografi dikembangkan kurang kreatif.

4–7

Tidak ada unsur tipografi.

0–3

Adanya sarana retorika yang dikembangkan secara kretif sehingga membuat pembaca berpikir tentang efek yang dimaksudkan penulis. Adanya sarana retorika namun tidak dikembangkan secara kreatif. Tidak ada unsur sarana retorika.

8 – 10

Isi puisi sesuai dengan tema yang telah ditentukan, isi puisi konsisten dengan tema.

8 – 10

Isi puisi kurang relevan dan kurang konsisten dengan tema. Isi puisi tidak relevan dan tidak konsisten dengan tema. Adanya unsur suasana perasaan yang kuat dalam puisi. Adanya unsur suasana perasaan dalam puisi namun kurang kuat. Tidak adanya unsur suasana perasaan dalam puisi. Adanya nada/sikap penulis yang kuat dalam puisi. Adanya nada/sikap penulis namun kurang kuat dalam puisi.

4–7

87

4–7 0–3

4–7 0–3

4–7 0–3

0–3 8 – 10 4–7 0–3 8 – 10 4–7

46

Amanat

Kurang : Baik : Sedang : Kurang :

Tidak ada nada/sikap penulis dalam puisi.

0–3

Adanya penyampaian amanat, baik tersurat maupun tersirat. Adanya penyampaian amanat, namun tidak sesuai dengan tema. Tidak adanya penyampaian amanat.

8 – 10 4–7 0–3

Total : 0 – 100 2. Uji Coba Instrumen Agar instrumen yang dipersiapkan untuk mengumpulkan data penelitian benar-benar mengukur apa yang hendak diukur, dilakukan ujicoba instrumen terhadap populasi. Tujuannya adalah untuk menguji validitas dan realibitas. Arikunto (1996: 158) mengatakan bahwa instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid dan reliabel. Instrumen penelitian kebiasaan yang berupa 35 butir soal diujicobakan di kelas yang tidak dijadikan sampel penelitian. Ujicoba instrumen dilakukan di kelas XII IPS 2 SMA Negeri 1 Parakan pada hari Jumat, tanggal 3 November 2006 selama 2 jam pelajaran atau 90 menit. Ujicoba dilakukan pada 35 siswa. Selanjutnya, instrumen penelitian ini dievaluasi. Evaluasi dilakukan agar validitas dan reliabilitas sebuah instrumen dapat diketahui. Validitas Instrumen Instrumen penelitian dikatakan valid apabila dapat mengungkap data secara tepat atas variabel yang diteliti. Validitas konstruk (construct validity) digunakan untuk menguji kelayakan instrumen kebiasaan sedangkan pengujian instrumen tes kemampuan menulis puisi menggunakan validitas isi.

87

47

Untuk mengukur validitas butir soal, penelitian ini menggunakan korelasi product moment dari Pearson pada taraf signifikansi 5%. Kriteria uji validitas adalah apabila harga rhitung setelah dikonsultasikan dengan rtabel hasilnya sama atau lebih besar pada taraf signifikansi 5%, maka butir soal tersebut valid. Akan tetapi, jika harga rhitung setelah dikonsultasikan dengan rtabel harganya lebih kecil pada taraf signifikansi 5%, maka butir soal tersebut dinyatakan gugur. Pengujian

kelayakan

instrumen

tes

kemampuan

menulis

puisi

menggunakan uji validitas isi. Menurut Nurgiyantoro (2001: 103), kesahihan isi menunjukkan pada pengertian apakah alat tes itu mempunyai kesejajaran (sesuai) dengan tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang diajarkan. Untuk mengetahui apakah instrumen tersebut mempunyai kesahihan isi, instrumen tersebut dikonsultasikan terlebih dahulu kepada orang yang ahli (expert judgement), dalam hal ini dengan dosen pembimbing dan guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Berdasarkan hasil uji validitas pada instrumen kebiasaan menyimak lagu dengan jasa komputer Program SPSS, 26 butir pertanyaan dinyatakan sahih/valid dan 9 butir dinyatakan gugur. Butir yang dinyatakan sahih yaitu butir nomor 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, dan 34 sedangkan butir yang dinyatakan gugur yaitu butir nomor 1, 3, 6, 12, 13, 15, 19, 25, dan 35. Ringkasan hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 9: Ringkasan Hasil Uji Validitas Instrumen Kebiasaan Menyimak Lagu No. Butir

rhitung

rtabel

Keterangan

87

Status Butir

48

0,287 0,462 0,165 0,564 0,351 -0,138 0,340 0,468 0,730 0,634 0,605 0,264 0,013 0,350 0,186 0,436 0,592 0,556 0,222 0,341 0,470 0,627 0,546 0,537 0,264 0,440 0,491 0,584 0,453 0,643 0,393 0,492 0,335 0,372 0,014

0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334

rhitung < rtabel rhitung > rtabel rhitung < rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung < rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung < rtabel rhitung < rtabel rhitung > rtabel rhitung < rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung < rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung < rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung < rtabel

Gugur Sahih/Valid Gugur Sahih/Valid Sahih/Valid Gugur Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Gugur Gugur Sahih/Valid Gugur Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Gugur Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Gugur Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Gugur

Hasil uji validitas instrumen kebiasaan membaca kreatif dengan jasa komputer Program SPSS adalah 26 butir soal dinyatakan sahih/valid dan 9 butir

87

49

dinyatakan gugur. Butir pertanyaan yang dinyatakan sahih yaitu butir nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 25, 26, 27, 28, 29, , 31, 32, 33, 34, dan 35 sedangkan butir pertanyaan yang dinyatakan gugur adalah butir nomor 9, 11, 15, 20, 21, 22, 23, 24, dan 30. Ringkasan hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 10: Ringkasan Hasil Uji Validitas Instrumen Kebiasaan Membaca Kreatif No. Butir

rhitung 0,448 0,508 0,509 0,469 0,562 0,620 0,584 0,335 0,184 0,632 0,112 0,421 0,608 0,524 0,115 0,372 0,414 0,526 0,534 0,299 0,235 0,292 0,173 0,170 0,344 0,417 0,594

rtabel 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334

Keterangan rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung < rtabel rhitung > rtabel rhitung < rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung < rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung < rtabel rhitung < rtabel rhitung < rtabel rhitung < rtabel rhitung < rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel

87

Status Butir Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Gugur Sahih/Valid Gugur Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Gugur Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Gugur Gugur Gugur Gugur Gugur Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid

50

0,508 0,379 0,048 0,406 0,484 0,371 0,500 0,335

0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334 0,334

rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung < rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel rhitung > rtabel

Sahih/Valid Sahih/Valid Gugur Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid Sahih/Valid

Setelah diperoleh butir-butir soal yang sahih, penulis menyusun kembali kisi-kisi instrumen kebiasaan menyimak lagu dan instrumen kebiasaan membaca kreatif yang semula tiap-tiap instrumen berjumlah 35 butir soal menjadi 26 butir soal. Adapun kisi-kisi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 11: Kisi-kisi Instrumen Kebiasaan Menyimak Lagu 2 Aspek Kebiasaan menyimak lagu

Indikator Perhatian terhadap lagu Waktu dan intensitas menyimak lagu Keseriusan mengikuti lagu Manfaat menyimak lagu Kesan terhadap lagu

Butir 1–4 5–9 10 – 14 15 – 20 21 – 26 Total

∑ Butir 4 5 5 6 6 26

Tabel 12: Kisi-kisi Instrumen Kebiasaan Membaca Kreatif 2 Aspek Kebiasaan membaca kreatif

Indikator Waktu dan intensitas membaca kreatif Keseriusan membaca kreatif Manfaat membaca kreatif Kesan yang diperoleh setelah membaca kreatif Hasil membaca kreatif.

87

Butir 1–7 8 – 12 13 – 16 17 – 20 21 – 26 Total

∑ Butir 7 5 4 4 6 26

51

Reliabilitas Instrumen Reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Reliabel artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas menunjuk pada keterandalan pada sesuatu (Arikunto, 2002: 154). Instrumen dikatakan reliabel jika menunjukkan hasil yang tetap walaupun diujikan oleh siapa saja dan kapan saja. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik alpha cronbach. Suatu konstruk dinyatakan reliabel apabila memberikan nilai alpha cronbach > 0,60 (Nurgiyantoro dkk, 2000: 312). Teknik ini digunakan untuk mengetahui indeks reliabilitas alat ukur yang memerlukan jawaban bukan benar salah, melainkan semua jawaban benar, yang membedakan jawaban satu dengan lainnya hanyalah peringkat kebenarannya itu. Adapun kategori nilai r menurut Arikunto (2002: 171) dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 13: Kategori Nilai r Menurut Arikunto Nomor 1. 2. 3. 4. 5.

Koefisien Korelasi 0.800 – 1.000 0.600 – 0.800 0.400 – 0.600 0.200 – 0.400 0.000 – 0.200

Kategori Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan jasa komputer program SPSS diperoleh koefisien alpha untuk variabel kebiasaan menyimak lagu sebesar 0,884 (> 0,60). Jika diinterpretasikan dengan kategori nilai alpha menurut Arikunto di atas, harga ini tergolong kategori sangat tinggi. Adapun untuk variabel kebiasaan membaca kreatif diperoleh harga koefisien alpha sebesar 0,882

87

52

(> 0,60). Jika diinterpretasikan dengan kategori nilai alpha menurut Arikunto di atas, harga ini juga tergolong kategori sangat tinggi. Oleh karena itu, instrumen dalam penelitian ini dapat dinyatakan reliabel. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji linieritas, dan uji multikolinieritas. Untuk mempercepat proses, pelaksanaan uji prasyarat analisis ini menggunakan program komputer SPSS. a. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah segala yang diselidiki mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk uji ini, digunakan teknik uji normalitas Kolmogorov Smirnov (uji K-S). Untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data tiap-tiap variabel, nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hasil hitungan dibandingkan dengan taraf signifikansi yang digunakan, yakni 5% atau 0,05. Adapun interpretasinya adalah sebagai berikut: Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hasil hitungan lebih besar dari 0,05, berarti distribusi frekuensi data penelitian normal. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hasil hitungan lebih kecil dari 0,05, berarti distribusi frekuensi data penelitian tidak normal. b. Uji Linieritas

87

53

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan apakah hubungan tersebut linier atau tidak. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. RK reg Freg = RK res Freg = harga untuk garis regresi RKreg = rerata kuadrat regresi RKres = rerata kuadrat residu (Nurgiyantoro, 2000: 251) Interpretasi rumus tersebut adalah sebagai berikut. jika Freg hitung lebih besar dari Freg pada tabel, maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier. Jika Freg hitung lebih kecil dari Freg pada tabel, maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat bersifat tidak linier.

c. Uji Multikolinieritas Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah antarvariabel bebas terdapat multikolinieritas atau tidak. Adanya hubungan yang linier antarvariabel independen akan menimbulkan kesulitan dalam memisahkan pengaruh tiap-tiap variabel independen secara individu terhadap variabel dependennya (Sudarmanto, 2005: 137). Interpretasi uji ini dapat menggunakan perbandingan harga koefisien signifikansi hasil hitungan dengan koefisien signifikansi yang digunakan. Jika

87

54

koefisien signifikansi antarvariabel bebas (sig. 2-tailed) lebih besar daripada koefisien signifikansi yang ditentukan (5%) maka antara keduanya tidak terjadi multikolinieritas.

2. Pengujian Hipotesis Setelah uji prasyarat terpenuhi, langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis sebagai berikut. a. Analisis Statistik dengan Korelasi Parsial Teknik korelasi parsial dimaksudkan untuk melihat hubungan satu variabel bebas dengan variabel terikat tanpa melihat variabel lain. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut. ry1 − (ry 2 xr12 ) 2

ry 1-2 =

2

(1 − ry 2 )(1 − r12 ) ry 2 − (ry1 xr12 ) 2

ry 2-1 =

2

(1 − ry1 )(1 − r12 )

Keterangan: ry1-2 ry2-1 ry1 ry2 r12

= = = = =

koefisien korelasi antara Y dengan X1, dengan kontrol X2 koefisien korelasi antara Y dengan X2, dengan kontrol X1 korelasi antara variabel Y dengan variabel X1 korelasi antara variabel Y dengan variabel X2 korelasi antara variabel X1 dan X2

(Nurgiyantoro dkk, 2000: 143). Derajat kebebasan untuk menguji korelasi parsial jenjang pertama adalah n-3, dengan taraf signifikansi 5 %, hipotesis alternatif diterima jika thitung lebih

87

55

besar dari ttabel.

Analisis Regresi Dua Prediktor Analisis regresi dua prediktor digunakan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan menyimak lagu (X1) dan kebiasaan membaca kreatif (X2) secara bersama-sama terhadap kemampuan menulis puisi (Y). Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut. R 2 ( N − m − 1) 2 Freg = m(1 − R ) Freg R N m

= Harga F garis regresi = Koefisien korelasi antara kriterium dan prediktor = Jumlah subjek (cacah kasus) = Jumlah variabel prediktor (X)

(Nurgiyantoro dkk, 2000: 271). Adapun interpretasinya adalah sebagai berikut: Jika nilai Fhitung pada taraf signifikansi 5% lebih besar dari Ftabel, maka terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi. Jika nilai Fhitung pada taraf signifikansi 5% lebih kecil dari Ftabel, maka tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi. c. Persamaan Garis Regresi Persamaan garis regresi digunakan untuk memprediksikan harga variabel

87

56

kriterium (Y) berdasarkan variabel-variabel prediktor (X1, X2). Hubungan antara variabel X dengan variabel Y dilukiskan dalam sebuah garis yang disebut dengan garis regresi. Persamaan garis regresi untuk dua variabel prediktor adalah sebagai berikut: Yˆ

= a + b1 X 1 − b2 X 2

X1 X2 b1 b2

: Variabel prediktor 1 : Variabel prediktor 2 : Koefisien prediktor 1 : Koefisien prediktor 2

(Nurgiyantoro dkk, 2000: 236) d. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif Setelah diketahui adanya hubungan tiap-tiap variabel bebas (X1, X2) dengan variabel terikat (Y), langkah selanjutnya adalah menentukan besarnya sumbangan relatif (relative contribution) dan sumbangan efektif (effective contribution) variabel bebas terhadap variabel terikat. Besarnya sumbangan relatif dan sumbangan efektif dinyatakan dalam persentase. Jika diketahui terdapat sumbangan efektif variabel bebas terhadap variabel terikat, maka hipotesis penelitian ini dapat dibuktikan. Adapun rumus untuk mencari besarnya sumbangan relatif dan sumbangan efektif adalah sebagai berikut. Besarnya Sumbangan Relatif JKreg X1 SRX1 =

x 100% JKreg Total

87

57

JKreg X2 SRX2 =

x 100% JKreg Total

Keterangan: SRX1 SRX2 JKreg X1 JKreg X2 JKreg Total

: sumbangan relatif variabel X1 : sumbangan relatif variabel X2 : jumlah kuadrat regresi variabel X1 : jumlah kuadrat regresi variabel X2 : jumlah kuadrat regresi total

Besarnya Sumbangan Efektif SR X1 SE X1 =

x koefisien determinasi 100 SR X2

SE X2 =

x koefisien determinasi 100

keterangan: SE X1 SE X2

: sumbangan efektif variabel X1 : sumbangan efektif variabel X2

(Sudarmanto, 2005: 218).

87

58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang telah dilakukan akan disajikan pada bab ini. Adapun hasil penelitian disajikan secara berturut-turut, yaitu deskripsi data, hasil uji persyaratan analisis, hasil pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. 57 Deskripsi Data Penelitian Penelitian ini mengambil populasi siswa kelas XII SMA Negeri 1 Parakan Kabupaten Temanggung Tahun Ajaran 2006/2007 dengan sampel 113 dari 187 populasi. Sampel yang diambil adalah kelas XII IPA 1 (40 siswa), XII IPS 1 (36 siswa), dan XII IPS 3 (37 siswa). Untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik setiap variabel, digunakan analisis statistik deskriptif. Analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS 11.5 for Windows. Berikut ini akan disajikan deskripsi data yang meliputi nilai mean, median, mode, dan distribusi frekuensi bergolong dari setiap variabel. Variabel Kebiasaan Menyimak Lagu Untuk mengungkapkan kebiasaan menyimak lagu dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah angket tertutup yang berisi 26 butir pertanyaan. Skor yang digunakan antara 4 – 1. Skor tertinggi yang mungkin dicapai oleh siswa adalah 104 sedangkan skor terendah yang mungkin dicapai adalah 26. Berdasarkan pemerolehan data penelitian, terdapat nilai tertinggi 87 dan nilai terendah 38. Berdasarkan perhitungan analisis statistik dengan komputer program SPSS

87

59

11.5 diperoleh nilai mean 63,5, median 63, mode 55, dan standard deviasi 10,41. Hasil perhitungan selengkapnya terdapat di lampiran. Tabel 14: Distribusi Frekuensi Data Kebiasaan Menyimak Lagu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Interval 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 – 79 79 – 84 85 – 89

Batas nyata F 34,5 – 39,5 1 39,5 – 44,5 2 44,5 – 49,5 3 49,5 – 54,5 17 54,5 – 59,5 20 59,5 – 64,5 20 64,5 – 69,5 19 69,5 – 74,5 14 74,5 – 79,5 5 79,5 – 84,5 8 84,5 – 89,5 4 Total 113

X 37 42 47 52 57 62 67 72 77 82 87 682

F.X 37 84 141 884 1140 1240 1273 1008 385 656 348 7196

F relatif % 0,88 1,77 2,65 15,04 17,70 17,70 16,81 12,39 4,42 7,08 3,54 100

Untuk memperjelas distribusi tersebut, dapat digambarkan dengan histogram sebagai berikut. Gambar 2: Histogram Distribusi Frekuensi Kebiasaan Menyimak Lagu Frekuensi Kebiasaan Menyim ak Lagu

25

20 20 20

17

19 14

15

8

10 5

1

2

5

3

4

0 ,5 35

9 ,5 4 ,5 9 ,5 4 ,5 9 ,5 4 ,5 9 ,5 4 ,5 9 ,5 4 ,5 9 ,5 -3 -4 -4 -5 -5 -6 -6 -7 -7 -8 -8 ,5 ,5 ,5 ,5 ,5 ,5 ,5 ,5 ,5 ,5 39 44 49 54 59 64 69 74 79 84

Berdasarkan histogram data kebiasaan menyimak lagu di atas, terlihat

87

60

bahwa kelompok yang mempunyai frekuensi terbanyak adalah pada interval 55 – 59 dan 60 – 64 dengan jumlah frekuensi absolutnya 20 dan frekuensi relatifnya adalah 17,70%. Bila dibedakan menjadi tiga berdasarkan nilai rata-rata ideal, sebaran data untuk tiap-tiap kategori dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 15: Distribusi Frekuensi Data Kebiasaan Menyimak Lagu Berdasarkan Nilai Ideal Interval 78,115 ke atas 46,885 – 78,115 46,885 ke bawah

Kategori Tinggi Sedang Rendah

F 12 97 4

Fr% 10,62 85,84 3,45

Adapun rumus untuk mengelompokkan kategori nilai tersebut adalah: kategori tinggi > dari (M + 1.5 . SD) kategori sedang antara (M + 1.5 . SD) sampai (M - 1.5 . SD) kategori rendah < dari (M - 1.5 . SD) Keterangan: M : nilai rata-rata ideal yang nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai tertinggi dengan nilai terendah dibagi dua SD : standard deviasi Tabel tersebut menunjukkan bahwa 12 (10,62%) siswa mempunyai kebiasaan tinggi dalam menyimak lagu, 97 (85,84%) siswa tergolong mempunyai kebiasaan menyimak lagu sedang, dan 4 (3,45%) siswa tergolong rendah kebiasaan menyimak lagunya. Adapun nilai rata-rata siswa atau mean adalah 63,5. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan menyimak lagu siswa berada pada kategori sedang, yaitu 85,84% pada interval 46,885 – 78.

87

61

Variabel Kebiasaan Membaca Kreatif Untuk mengungkapkan kebiasaan membaca kreatif, penelitian ini menggunakan instrumen berupa angket yang terdiri atas 26 butir pertanyaan. Nilai skor yang digunakan antara 4 – 1. Sama halnya dengan instrumen kebiasaan menyimak lagu, skor tertinggi yang mungkin dicapai oleh siswa adalah 104 sedangkan skor terendah yang mungkin dicapai adalah 26. Berdasarkan pemerolehan data penelitian, terdapat nilai tertinggi 94 dan nilai terendah 44. Dari perhitungan analisis statistik dengan komputer program SPSS 11.5, diperoleh nilai mean 66,0, median 66, mode 66, dan standar deviasi 10,22. Hasil perhitungan selengkapnya terdapat di lampiran. Tabel 16: Distribusi Frekuensi Data Kebiasaan Membaca Kreatif No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Interval Batas nyata 40 – 44 39,5 – 44,5 45 – 49 44,5 – 49,5 50 – 54 49,5 – 54,5 55 – 59 54,5 – 59,5 60 – 64 59,5 – 64,5 65 – 69 64,5 – 69,5 70 – 74 69,5 – 74,5 75 - 79 74,5 – 79,5 80 – 84 79,5 – 84,5 85 – 89 84,5 – 89,5 90 – 94 89,5 – 94,5 Total

F 1 3 13 15 19 20 19 13 5 3 2 113

X 42 47 52 57 62 67 72 77 82 87 92 737

F.X 42 141 676 855 1178 1340 1368 1001 410 261 184 7456

F relatif % 0,88 2,65 11,50 13,27 16,81 17,70 16,81 11,50 4,42 2,65 1,77 100

Untuk memperjelas distribusi tersebut, dapat digambarkan dengan histogram sebagai berikut. Gambar 3: Histogram Distribusi Frekuensi Kebiasaan Membaca Kreatif

87

62

Frekuensi Kebiasaan Membaca Kreatif 25

20

19

20

15

13

15

19 13

10 5

5

3

1

3

2

0 ,5 39

-4

4,5

,5 44

-4

9,5

,5 49

-5

4,5

,5 54

-5

9,5

,5 59

-6

4,5

,5 64

-6

9,5

,5 69

-7

4,5

,5 74

-7

9,5

,5 79

-8

4,5

,5 84

-8

9,5

,5 89

-9

4,5

Berdasarkan histogram data kebiasaan membaca kreatif di atas, kelompok yang mempunyai frekuensi terbanyak terdapat pada interval 65 - 69, jumlah frekuensi absolutnya 20 dan frekuensi relatifnya 17,70%. Apabila dibedakan menjadi tiga berdasarkan nilai rata-rata ideal maka sebaran data untuk tiap-tiap kategori dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 17: Distribusi Frekuensi Data Kebiasaan Membaca Kreatif Berdasarkan Nilai Ideal Interval 84,33 ke atas 53,67 – 84,33 53,67 ke bawah

Kategori Tinggi Sedang Rendah

F 5 94 14

Fr% 4,42 83,19 12,39

Adapun rumus untuk mengelompokkan kategori nilai tersebut adalah: kategori tinggi > dari (M + 1.5. SD) kategori sedang antara (M + 1.5. SD) sampai (M-1.5. SD) kategori rendah < dari (M - 1.5. SD) Keterangan: M

: nilai rata-rata ideal yang nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai

87

63

tertinggi dengan nilai terendah dibagi dua SD : standar deviasi Tabel tersebut menunjukkan bahwa 5 (4,42%) siswa mempunyai kebiasaan membaca kreatif yang tinggi, 94 (83,19%) siswa tergolong mempunyai kebiasaan membaca kreatif sedang, dan 14 (12,39%) siswa tergolong rendah kemampuan membaca kreatifnya. Adapun nilai rata-rata siswa atau mean adalah 66,0. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan membaca kreatif siswa berada pada kategori sedang, yaitu 83,19% pada interval 53,67 – 84,33.

Variabel Kemampuan Menulis Puisi Untuk mengungkapkan hasil kemampuan menulis puisi siswa, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes menulis puisi. Nilai tertinggi yang diberikan bernilai 100 sedangkan nilai terendah adalah 0. Berdasarkan pemerolehan data penelitian, nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 90 dan nilai terendah 54. Berdasarkan perhitungan analisis statistik dengan komputer program SPSS 11.5, diperoleh nilai mean 73,1, median 74, mode 75, dan standar deviasi 8,78. Hasil perhitungan selengkapnya terdapat di lampiran. Adapun distribusi frekuensi data kemampuan menulis puisi siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 18: Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Menulis Puisi No 1 2 3 4

Interval Batas nyata 50 – 54 49,5 – 54,5 55 – 59 54,5 – 59,5 60 – 64 59,5 – 64,5 65 – 69 64,5 – 69,5

F 1 7 14 19

87

X 52 57 62 67

F.X 52 399 868 1273

F relatif % 0,88 6,19 12,39 16,81

64

5 6 7 8 9

70 – 74 75 - 79 80 – 84 85 – 89 90 – 94

69,5 – 74,5 74,5 – 79,5 79,5 – 84,5 84,5 – 89,5 89,5 – 94,5 Total

20 21 22 6 3 113

72 77 82 87 92 648

1440 1617 1804 522 276 8251

17,70 18,58 19,47 5,31 2,65 100

Untuk memperjelas distribusi tersebut dapat digambarkan dengan histogram sebagai berikut. Gambar 4: Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis Puisi Frekuensi Kemampuan Menulis Puisi 25 20

22

21

20

19 14

15 10

7

5

6 3

1

0 ,5 49

-5

4,5

,5 54

-5

9,5

,5 59

-6

4,5

,5 64

-6

9,5

,5 69

-7

4,5

,5 74

-7

9,5

,5 79

-8

4,5

,5 84

-8

9,5

,5 89

-9

4,5

Berdasarkan histogram data kemampuan menulis puisi, terlihat bahwa kelompok yang mempunyai frekuensi terbanyak adalah pada interval 80 – 84, jumlah frekuensi absolutnya 22, dan frekuensi relatifnya 19,47%. Bila dibedakan menjadi tiga berdasarkan nilai rata-rata ideal maka sebaran data untuk tiap kategori terlihat pada tabel berikut. Tabel 19: Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Menulis Puisi Berdasarkan Nilai Ideal Interval 85,17 ke atas 58,83 - 85,17

Kategori Tinggi Sedang

F 8 99

87

Fr% 7,08 87,61

65

58,83 ke bawah

Rendah

6

5,31

Adapun rumus untuk mengelompokkan kategori nilai tersebut adalah: kategori tinggi > dari (M+1.5. SD) kategori sedang antara (M+1.5. SD) sampai (M-1.5. SD) kategori rendah < dari (M-1.5. SD) Keterangan: M : nilai rata-rata ideal yang nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai tertinggi dengan nilai terendah dibagi dua SD : standard deviasi Tabel tersebut menunjukkan bahwa 8 (7,08%) siswa mempunyai kemampuan tinggi dalam menulis puisi, 99 (87,61%) siswa tergolong mempunyai kemampuan sedang dalam menulis puisi, dan 6 (5,31%) siswa tergolong rendah kemampuan menulis puisinya. Adapun nilai rata-rata siswa atau mean adalah 73,1. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi siswa berada pada kategori sedang, yaitu 87,61% pada interval 58,83 - 85,17. Hasil Uji Prasyarat Analisis Sebelum menguji hipotesis dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis data yang meliputi uji normalitas, uji linieritas, dan uji multikolinieritas. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah segala yang diselidiki mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk uji ini, digunakan teknik uji normalitas Kolmogorov Smirnov (uji K-S).

87

66

Untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data tiap-tiap variabel, nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hasil hitungan dibandingkan dengan taraf signifikansi yang digunakan, yakni 5% atau 0,05. Adapun interpretasinya adalah sebagai berikut: Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau P hasil hitungan lebih besar dari 0,05, berarti distribusi frekuensi data penelitian normal. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau P hasil hitungan lebih kecil dari 0,05, berarti distribusi frekuensi data penelitian tidak normal. Setelah dianalisis dengan komputer Program SPSS 11.5, didapatkan hasil seperti pada tabel berikut ini. Tabel 20: Ringkasan Hasil Uji Normalitas No

Variabel

Taraf signifikansi 5%

P

Kriteria

Ket.

0,733 P > 0,05

Normal

1.

Kebiasaan menyimak lagu

2.

Kebiasaan Membaca Kreatif

5%

0,954 P > 0,05

Normal

3.

Kemampuan menulis Puisi

5%

0,685 P > 0,05

Normal

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau nilai P (probabilitas) hitung tiap-tiap variabel berada di atas taraf signifikansi yang ditetapkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebaran ketiga variabel penelitian ini adalah normal. Uji Linieritas Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier. Untuk menguji hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikatnya (Y), dilakukan dengan uji

87

67

signifikansi F. Uji linieritas antara kebiasaan menyimak lagu dengan kemampuan menulis puisi Hasil uji linieritas variabel kebiasaan menyimak lagu (X1) dengan kemampuan menulis puisi (Y) menggunakan program SPSS 11.5 dapat dilihat pada tabel 21 berikut. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran 8. Tabel 21: Ringkasan Hasil Uji Linieritas Df

Db

Freg Hitung

Freg Tabel

38 73

1

1,031

1,568

Koefisien Signifikans i 0,446

Taraf Signifikans i 5%

Keterangan Linier

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Freg hitung sebesar 1,031. Data tersebut kemudian dikonsultasikan pada Freg tabel dengan taraf signifikansi 5%. Dari tabel F diperoleh nilai Freg tabel sebesar 1,568. Adapun interpretasi uji linieritas ini adalah jika Freg hitung lebih kecil dari nilai Freg tabel maka hubungan tersebut bersifat linier, begitu pula sebaliknya. Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa nilai Freg hitung < Freg tabel (1,031 < 1,568). Jadi, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kebiasaan menyimak lagu dengan kemampuan menulis puisi bersifat linier. Interpretasi hasil uji linieritas juga dapat menggunakan koefisien signifikansi dari Deviation from Linearity yang didapatkan. Jika nilai koefisien signifikansi yang didapatkan lebih besar dari taraf signifikansi yang digunakan (dalam penelitian ini adalah 5% atau 0,05) maka model regresi penelitian bersifat

87

68

linier, begitu pula sebaliknya (Sudarmanto, 2005: 135). Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa koefisien signifikansi yang didapatkan lebih besar dari taraf signifikansi yang digunakan (0,446 > 0,005). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel kebiasaan menyimak lagu (X1) dengan variabel kemampuan menulis puisi (Y) bersifat linier. Uji linieritas sumbangan antara kebiasaan membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi Hasil uji linieritas variabel kebiasaan membaca kreatif (X2) terhadap kemampuan menulis puisi (Y) dengan bantuan komputer program SPSS 11.5 dapat dilihat pada tabel 22 berikut. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran. Tabel 22: Ringkasan Hasil Uji Linieritas Df

Db

Freg Hitung

Freg Tabel

39 72

1

0,813

1,566

Koefisien Signifikans i 0,757

Taraf Signifikans i 5%

Keterangan Linier

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Freg hitung sebesar 0,813. Data tersebut kemudian dikonsultasikan pada Freg tabel dengan derajat pembagi (denumerator) derajat kebebasan dengan taraf signifikansi 5%. Dari tabel F diperoleh nilai Freg tabel sebesar 1,566. Adapun interpretasi uji linieritas ini adalah jika F hitung lebih kecil dari nilai F tabel maka sumbangan tersebut bersifat linier dan sebaliknya. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai F hitung < F tabel (0,813 < 1,566). Jadi, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kebiasaan

87

69

membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi linier. Berdasarkan tabel di atas, terlihat pula bahwa koefisien signifikansi yang didapatkan lebih besar dari taraf signifikansi yang digunakan (0,757 > 0,005). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel kebiasaan membaca kreatif (X2) dengan variabel kemampuan menulis puisi (Y) bersifat linier. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah antarvariabel bebas terjadi kolinier. Interpretasi uji ini dapat menggunakan perbandingan harga koefisien signifikansi hasil hitungan dengan koefisien signifikansi yang digunakan. Jika koefisien signifikansi antarvariabel bebas (sig. 2-tailed) lebih besar daripada koefisien signifikansi yang ditentukan (5%) maka antara keduanya tidak terjadi multikolinieritas. Setelah dianalisis dengan menggunakan Program SPSS 11.5, dapat diketahui koefisien korelasi antarvariabel bebas ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 23: Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas Korelasi AntarVariabel Bebas X1-X2

N

sig. 2-tailed

113

0,006

Taraf Keterangan Signifikansi 0,005 Tidak terjadi korelasi antarvariabel.

Berdasarkan hasil uji multikolinieritas, didapatkan koefisien signifikansi sebesar 0,06. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa antarvariabel independen (kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif) tidak terjadi multikolinieritas karena nilai koefisien signifikansinya lebih besar dari taraf

87

70

signifikansi (0,06 > 0,05). Hasil Pengujian Hipotesis Setelah melakukan uji prasyarat analisis, langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Karena ketiga uji prasyarat analisis di atas telah berhasil dilalui, analisis pengujian hipotesis dapat dilakukan. Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara atas permasalahan yang dirumuskan. Oleh karena itu, hipotesis perlu diuji kebenarannya secara empiris agar data yang dikumpulkan dapat menjawab atau menolak hipotesis yang diajukan. Untuk menguji hipotesis penelitian ini, dilakukan analisis hubungan antarvariabel bebas terhadap variabel terikat terlebih dahulu. Adapun hubungan antara kebiasaan menyimak lagu dengan kemampuan menulis puisi, kebiasaan membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi, serta variabel kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi adalah sebagai berikut. Hubungan antara Kebiasaan Menyimak Lagu dengan Kemampuan Menulis Puisi Analisis korelasi parsial dilakukan untuk mengetahui bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan menyimak lagu secara terpisah dengan kemampuan menulis puisi. Dari hasil penghitungan korelasi parsial berdasarkan analisis komputer dengan program SPSS 11.5, diperoleh koefisien korelasi antara variabel kebiasaan menyimak lagu (X1) terhadap variabel kemampuan menulis puisi (Y) dengan dikontrol variabel kebiasaan membaca kreatif (X2) atau koefisien rx1-2y sebesar 0,233. Nilai r tabel dengan N = 113 pada taraf signifikansi 0,05 adalah

87

71

0,185. Nilai r hasil penghitungan tersebut pada taraf signifikansi 0,05 lebih besar daripada r tabel (0,233 > 0,185). Dengan demikian, terdapat hubungan antara kebiasaan menyimak lagu dengan kemampuan menulis puisi. Hubungan antara Kebiasaan Membaca Kreatif dengan Kemampuan Menulis Puisi Untuk mengetahui bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan membaca kreatif secara terpisah dengan kemampuan menulis puisi, dilakukan analisis korelasi parsial. Dari hasil penghitungan korelasi parsial berdasarkan analisis komputer dengan program SPSS 11.5, diperoleh koefisien korelasi antara variabel kebiasaan membaca kreatif (X2) terhadap variabel kemampuan menulis puisi (Y) dengan dikontrol variabel kebiasaan menyimak lagu (X1) atau koefisien rx2-1y sebesar 0,247. Nilai r tabel dengan N = 113 pada taraf signifikansi 0,05 adalah 0,185. Nilai r hasil penghitungan tersebut pada taraf signifikansi 0,05 lebih besar dari r tabel (0,247 > 0,185). Oleh karena itu, terbukti bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi. Hubungan antara Kebiasaan Menyimak Lagu dan Kebiasaan Membaca Kreatif dengan Kemampuan Menulis Puisi Untuk mengetahui adanya hubungan antara kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi, dilakukan analisis regresi dengan dua prediktor atau analisis regresi ganda. Berdasarkan hasil analisis regresi ganda, didapat Freg sebesar 9,033 dan koefisien determinan (R2)

87

72

sebesar 0,141 seperti tertera pada lampiran yang selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 24: Ringkasan Analisis Regresi Ganda Dua Prediktor antara Kebiasaan Menyimak Lagu dan Kebiasaan Membaca Kreatif dengan Kemampuan Menulis Puisi Sumber Regresi Residu Total

JK 1217,072 7410,433 8627,504

Db 2 110 112

RK 608,536 67,368

R 0,37 6

R2 0,141

Fhitung 9,033

Ftabel 3,077

P 0,000

Keterangan: JK db RK Fhit

: jumlah kuadrat : derajat kebebasan : rerata kuadrat : F hasil analisis Berdasarkan tabel tersebut, tampak bahwa besarnya R adalah 0,376 yang

berarti bahwa kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif secara bersama-sama memiliki hubungan sebesar 37,6% terhadap kemampuan menulis puisi. Selanjutnya, dilakukan uji keberartian regresi dengan tabel statistik F. Jika nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5%, db pembilang 2, dan db penyebut 113 maka nilai F regresi signifikan. Berdasarkan tabel 24 di atas, diketahui bahwa Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel atau 9,033 > 3.077. Adapun nilai probabilitas atau nilai P sebesar 0,000 jauh lebih kecil daripada taraf signifikansi yang digunakan (0,05) atau 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa nilai F regresi signifikan. Dengan kata lain, model regresi ini dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan menulis puisi atau dapat dikatakan bahwa variabel

87

73

kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif secara bersama-sama berpengaruh terhadap kemampuan menulis puisi. Dengan analisis regresi, diketahui pula koefisien regresi beta 0 (koefisien konstanta) = 46,974, koefisien beta 1 = 0,194, dan koefisien beta 2 = 0,210 sehingga persamaan garis regresi dapat ditentukan, yaitu Y = 46,974 + 0,194 X1 + 0,210 X2. Persamaan garis regresi tersebut mempunyai arti bahwa kenaikan skor kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif signifikan untuk memprediksi peningkatan kemampuan menulis puisi siswa. Berdasarkan analisis regresi ganda dengan program SPSS 11.5, didapat koefisien determinan (R2) sebesar 0,141. Hal ini berarti bahwa 14,1% kemampuan menulis puisi ditentukan oleh variabel kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif. Adapun 85,9% kemampuan menulis puisi ditentukan oleh variabel prediktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis komputer, diperoleh sumbangan relatif (SR) tiap-tiap variabel prediktor terhadap variabel kriterium. Besar sumbangan relatif variabel kebiasaan menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi adalah 47,52% dan sumbangan relatif variabel kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi adalah 52,48%. Dengan demikian, dapat ditentukan besarnya sumbangan efektif (SE) tiap-tiap variabel prediktor sebagai berikut. Sumbangan efektif kebiasaan menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi SE X1 = 0,4752 X 0,141 = 0,0670 = 6,70% Sumbangan efektif kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis

87

74

puisi SE X2 = 0,5248 X 0,141 = 0,0740 = 7,40% Jika dijumlahkan, sumbangan efektif kedua variabel prediktor tersebut akan menghasilkan besarnya koefisien determinan (R2). SE X1 + SE X2 = R2 6,70% + 7,40% = 14,1% Berdasarkan penghitungan-penghitungan di atas, dapat diketahui bahwa: terdapat sumbangan efektif kebiasaan menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi sebesar 6,70%, terdapat sumbangan efektif kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi sebesar 7,40%, dan terdapat sumbangan efektif kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif secara bersama-sama terhadap kemampuan menulis puisi sebesar 14,1%. Dengan demikian, hipotesis penelitian ini terbukti dan dapat diterima.

Pembahasan Hasil Penelitian Sumbangan antara kebiasaan menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas XII SMA Negeri 1 Parakan Berdasarkan deskripsi data variabel kebiasaan menyimak lagu, dapat diketahui bahwa kelompok yang mempunyai frekuensi terbanyak terdapat pada interval 55 – 59 dan 60 – 64 dengan jumlah frekuensi absolut 20 dan frekuensi relatif 17,70%. Apabila subjek penelitian dibedakan menjadi dua berdasarkan mean ideal, yakni sebesar 62,5 (dengan menjumlahkan skor tertinggi dengan skor

87

75

terendah kemudian dibagi dua), maka siswa yang memiliki kebiasaan menyimak lagu yang tinggi sebanyak 57 siswa atau 50,44% dan siswa yang memiliki kebiasaan menyimak lagu yang rendah sebanyak 56 siswa atau 49,56%. Apabila dibedakan menjadi tiga berdasarkan nilai rata-rata ideal maka sebaran data untuk tiap-tiap kategori dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 25: Distribusi Frekuensi Data Kebiasaan Membaca Kreatif Berdasarkan Nilai Ideal Interval 84,33 ke atas 53,67 – 84,33 53,67 ke bawah

Kategori Tinggi Sedang Rendah

F 5 94 14

Fr% 4,42 83,19 12,39

Tabel tersebut menunjukkan bahwa 5 (4,42%) siswa mempunyai kebiasaan membaca kreatif yang tinggi, 94 (83,19%) siswa tergolong mempunyai kebiasaan membaca kreatif sedang, dan 14 (12,39%) siswa tergolong rendah kemampuan membaca kreatifnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan membaca kreatif siswa berada pada kategori sedang, yaitu 83,19% pada interval 53,67 – 84,33. Hasil pengujian hipotesis pertama membuktikan bahwa terdapat sumbangan yang efektif antara kebiasaan menyimak lagu dengan kemampuan menulis puisi siswa kelas XII SMA Negeri 1 Parakan. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis korelasi parsial rx1-2y = 0,233 signifikan pada taraf signifikansi 5% atau rx1-2y lebih besar dari r tabel (0,233 > 0,185). Variabel kebiasaan menyimak lagu memberikan sumbangan efektif sebesar 6,70% terhadap kemampuan menulis puisi. Dengan demikian, semakin tinggi kebiasaan menyimak lagu siswa akan

87

76

semakin tinggi pula kemampuan menulis puisinya. Hal ini sesuai dengan kajian teori dan kerangka pikir yang telah dirumuskan bahwa hubungan antara lagu dengan puisi jelas sangat erat. Salah satu unsur yang menonjol dalam puisi ialah ritme dan nada. Unsur tersebut juga terdapat dalam lagu. Dengan membiasakan diri menyimak lagu, tentunya penyimak akan mendapatkan referensi tentang irama dan ritme yang dapat digunakan sebagai modal untuk menulis puisi. Penyimak bahkan akan mendapatkan kosakata melalui lirik lagu yang disimak. Kosakata yang terdapat dalam lirik lagu tentunya mengandung gaya bahasa yang tinggi. Kosakata tersebut juga menjadi modal bagi seseorang untuk menulis puisi. Kebiasaan menyimak lagu akan memberikan kontribusi terhadap kemampuan menulis puisi siswa. Semakin besar intensitas menyiak lagu seorang siswa akan semakin banyak kosakata yang didapat, semakin matang pengalaman musikal yang didapat, dan semakin banyak pula pengalaman estetik yang dirasakan. Semua itu dapat menjadi penyumbang dalam menulis puisi. Maka dari itu, semakin tinggi kebiasaan menyimak lagu akan semakin tinggi pula kemampuan menulis puisinya. Sumbangan kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas XII SMA Negeri 1 Parakan Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dibahas di atas, dapat diketahui bahwa kebiasaan membaca kreatif siswa kelas XII SMA Negeri 1 Parakan tergolong sedang. Kelompok yang mempunyai frekuensi terbanyak adalah pada interval 65 – 69 dengan jumlah frekuensi absolut 20 serta frekuensi

87

77

relatif 17,70%. Apabila subjek penelitian dibedakan menjadi dua berdasarkan mean ideal sebesar 69 (dengan menjumlahkan skor tertinggi dengan skor terendah kemudian dibagi dua), maka siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam kebiasaan membaca kreatif sebanyak 48 siswa atau 42,48% dan siswa yang memiliki kemampuan yang rendah dalam kebiasaan membaca kreatif sebanyak 65 siswa atau 57,52%. Apabila dibedakan menjadi tiga berdasarkan skor ideal, sebaran data untuk tiap-tiap kategori dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 26: Distribusi Frekuensi Data Kebiasaan membaca kreatif Berdasarkan Skor Ideal Interval 84,33 ke atas 53,67 – 84,33 53,67 ke bawah

Kategori Tinggi Sedang Rendah

F 5 94 14

Fr% 4,42 83,19 12,39

Tabel tersebut menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai kebiasaan membaca kreatif yang tinggi adalah 5 (4,42%) siswa, 94 (83,19%) siswa tergolong mempunyai kebiasaan membaca kreatif sedang, dan 14 (12,39%) siswa tergolong rendah kemampuan membaca pemahamannya. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan membaca kreatif siswa berada pada kategori sedang, yaitu 83,19% pada interval 53,67 – 84,33. Hasil pengujian hipotesis kedua membuktikan bahwa terdapat sumbangan yang efektif kebiasaan membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi siswa kelas XII SMA Negeri 1 Parakan. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis korelasi parsial. Koefisien korelasi antara variabel kebiasaan membaca kreatif (X2) terhadap variabel kemampuan menulis puisi (Y) dengan dikontrol variabel kebiasaan menyimak lagu (X1) atau koefisien rx2-1y sebesar 0,247. adapun nilai r

87

78

tabel dengan N = 113 pada taraf signifikansi 5% adalah 0,185. Nilai rx2-1y jika dibandingkan dengan r tabel maka hasilnya signifikan karena rx2-1y lebih besar daripada r tabel (0,247 > 0,185). Dengan demikian, terbukti bahwa terdapat sumbangan yang efektif antara kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi. Adapun besarnya sumbangan efektif kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi adalah 7,40%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kebiasaan membaca kreatif siswa akan semakin tinggi pula kemampuan menulis puisinya. Hasil penelitian ini sesuai dengan kajian teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan. Membaca kreatif pada hakikatnya adalah menerapkan hasil bacaannya dalam kehidupan sehari-hari. Hasil kreativitas membaca dapat diterapkan dalam bentuk tulisan. Semakin tinggi intensitas membaca kreatif, semakin tinggi pula hasil menulis kreatif. Sebab, dengan membaca, seseorang akan mendapatkan bahan untuk menulis. Salah satu bentuk menulis kreatif ialah menulis puisi. Dalam menulis puisi, diperlukan suatu proses kreatif. Salah satunya ialah melalui membaca kreatif. Sebagai contoh ialah membaca teks lagu atau membaca cerita. Hasil bacaan itu dapat dimodifikasi menjadi sebuah tulisan puisi. Tentu saja dalam memodifikasi bahan bacaan itu memerlukan teknik membaca, yaitu dengan membaca kreatif. Oleh karena itu, antara membaca kreatif dengan kemampuan menulis puisi mempunyai hubungan yang erat. Seseorang tidak akan mempunyai kemampuan yang baik dalam menulis tanpa kebiasaan membaca, apalagi menulis

87

79

puisi yang memerlukan proses kreatif terlebih dahulu. Membaca kreatif dapat dijadikan sebuah proses kreatif dalam menulis puisi. Jadi, kebiasaan membaca kreatif dapat memberikan sumbangan terhadap kemampuan menulis puisi melalui proses kreatif menulis puisi yang didahului dengan proses kreatif dalam membaca. Semakin tinggi kebiasaan seseorang dalam membaca kreatif akan semakin tinggi kemampuan menulis puisinya. Sumbangan kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas XII SMA Negeri 1 Parakan Berdasarkan deskripsi data kemampuan menulis puisi, terlihat bahwa kelompok yang mempunyai frekuensi terbanyak adalah pada interval 65 – 69 dengan jumlah

frekuensi absolut 20 serta frekuensi relatif 17,70%. Apabila

subjek penelitian dibedakan menjadi dua berdasarkan mean ideal sebesar 72 (dengan menjumlahkan skor tertinggi dengan skor terendah kemudian dibagi dua), maka siswa yang memiliki kemampuan menulis puisi dengan kategori tinggi sebanyak 67 siswa atau 59,23% dan siswa yang memiliki kemampuan menulis puisi dengan kategori rendah sebanyak 46 siswa atau 40,71%. Apabila dibedakan menjadi tiga berdasarkan skor ideal, maka sebaran data untuk tiap-tiap kategori dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 27: Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Menulis Puisi Berdasarkan Skor Ideal Interval 85,17 ke atas 58,83 - 85,17 58,83 ke bawah

Kategori Tinggi Sedang Rendah

F 8 99 6

Fr% 7,08 87,61 5,31

Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan

87

80

menulis puisi dengan kategori tinggi sebanyak adalah 8 (7,08%) siswa, 99 (87,61%) siswa tergolong mempunyai kemampuan menulis puisi sedang, sementara 6 (5,31%) siswa tergolong rendah kemampuan menulis puisi. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi siswa berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 99 atau 87,61% dari keseluruhan sampel pada interval 58,83 - 85,17. Hasil pengujian hipotesis ketiga membuktikan bahwa terdapat sumbangan yang efektif antara kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif secara bersama-sama terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas XII SMA Negeri 1 Parakan. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis regresi ganda. Berdasarkan analisis regresi ganda, diketahui bahwa F hitung lebih besar dari F tabel, yaitu 9,033 > 3,077 pada taraf signifikansi 5% dengan db pembilang 2 dan db penyebut 113. Berdasarkan analisis regresi ganda, diperoleh besarnya R adalah 0,376 yang berarti bahwa kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif secara bersama-sama memiliki hubungan sebesar 37,6% terhadap kemampuan menulis puisi. Adapun koefisien determinan (R2) sebesar 0,141 yang menandakan bahwa 14,1% kemampuan menulis puisi siswa ditentukan oleh variabel kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif secara bersama-sama. Persamaan garis regresi dalam penelitian ini adalah Y = 46,974 + 0,194 X1 + 0,210 X2. Persamaan tersebut menandakan bahwa kenaikan skor kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif signifikan untuk memprediksi peningkatan kemampuan menulis puisi siswa.

87

81

Untuk mengetahui besarnya sumbangan efektif dan kedekatan hubungan kedua variabel prediktor (X1 dan X2) dengan variabel kriterium (Y), dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 28: Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif Y X1 X2 X1X2

SR% 47,52 52,48 100,00

SE% 6,70 7,40 14,11

Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa sumbangan efektif kebiasaan menyimak lagu (X1) terhadap kemampuan menulis puisi siswa (Y) sebesar 6,70% sedangkan sumbangan efektif kebiasaan membaca kreatif (X2) terhadap kemampuan menulis puisi (Y) sebesar 7,40%. Sementara itu, jumlah sumbangan efektif kedua prediktor (X1 dan X2) secara bersama-sama sebesar 14,11%. Hal ini menunjukkan bahwa 14,11% dari skor varians kemampuan menulis puisi (Y) secara efektif dapat dijelaskan oleh kombinasi sumbangan dari skor kebiasaan menyimak lagu (X1) dan skor kebiasaan membaca kreatif (X2), 85,89% selebihnya dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain selain kedua variabel prediktor tersebut yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Adanya variabel-variabel lain itu kemungkinan dipengaruhi oleh perbedaan kriteria dalam penilaian kemampuan menulis puisi, perbedaan pengetahuan tentang teknik penulisan yang tepat, perbedaan kategori dan indikator-indikator variabel tersebut, dan sebagainya. Hasil penelitian ini sesuai dengan kajian teori yang telah diuraikan. Kegiatan menulis puisi merupakan salah satu bentuk menulis kreatif. Proses

87

82

kreatif menulis puisi dapat dilalui dengan jalan menyimak dan membaca. Dengan kebiasaan menyimak lagu, pemerolehan kosakata dan model atau bentuk puisi yang diperoleh dari lirik lagu serta irama lagu akan menjadi sebuah kontribusi yang signifikan dalam proses kreatif menulis puisi. Proses kreatif menulis puisi itu akan semakin sempurna dengan kegiatan membaca kreatif. Hasil pembacaan secara kreatif terhadap lirik lagu, bacaan cerita, dan lain-lain dapat menjadi kontribusi dalam menulis puisi. Dengan membaca kreatif, seseorang akan mendapatkan bekal ide kreatif, kosakata atau diksi, citraan,

untuk dijadikan

modal dalam kegiatan menulis puisi. Keberhasilan menulis kreatif karya sastra, khususnya puisi berhubungan erat dengan kegiatan menyimak dan membaca. Penerapan hasil kegiatan menyimak lagu dan membaca kreatif merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam kegiatan menulis puisi. Dengan demikian, semakin tinggi kegiatan menyimak lagu dan membaca kreatif akan semakin tinggi pula kemampuan menulis puisi. Hal ini berarti bahwa kegiatan menyimak lagu dan membaca kreatif memberikan kontribusi yang efektif dan signifikan terhadap kemampuan menulis puisi seseorang. Dengan memperhatikan hal-hal di atas, dapat diketahui bahwa faktor kebiasaan membaca kreatif ternyata memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap pencapaian kemampuan menulis puisi apabila dibandingkan dengan kebiasaan menyimak lagu. Mengingat masih sedikitnya sumbangan efektif dari kedua variabel bebas (yakni sebesar 14,11%), hasil penelitian ini perlu dijadikan bahan diskusi untuk mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi

87

83

kemampuan menulis puisi. Perlu dicari pula besarnya kontribusi kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif sebagai kontributor bagi variabel terikat selain kemampuan menulis puisi. Hal ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah kontribusi kedua variabel tersebut terhadap kemampuan menulis puisi lebih besar bila dibandingkan dengan kontribusi variabel kriterium yang lain.

87

84

BAB V PENUTUP Kesimpulan

83

Berdasarkan analisis hasil penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Terdapat sumbangan yang efektif kebiasaan menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Parakan Kabupaten Temanggung Tahun Ajaran 2006/2007 dengan r hitung 0,233 dan r tabel 0,185 pada taraf signifikansi 5%, besarnya sumbangan efektif 6,70%. Dengan demikian, semakin tinggi kebiasaan menyimak lagu siswa, akan makin tinggi pula tingkat kemampuan siswa dalam menulis puisi, demikian pula sebaliknya. Terdapat sumbangan yang efektif kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Parakan Kabupaten Temanggung Tahun Ajaran 2006/2007 dengan r hitung 0,247 dan r tabel 0,185 pada taraf signifikansi 5%, besarnya sumbangan 7,40%. Dengan demikian, semakin tinggi kebiasaan siswa dalam membaca kreatif, akan semakin tinggi pula tingkat kemampuan siswa dalam menulis puisi, demikian pula sebaliknya. Terdapat sumbangan yang efektif kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif secara bersama-sama terhadap kemampuan menulis puisi siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Parakan Kabupaten Temanggung Tahun Ajaran 2006/2007 dengan F hitung 9,033 dan F tabel 3,077 pada taraf

87

85

signifikansi 5%, serta R hitung 0,376. Adapun besarnya sumbangan efektif adalah 14,11%. Dengan demikian, makin tinggi kebiasaan siswa dalam membaca cerita dan menulis karangan, akan makin tinggi pula tingkat kemampuan siswa dalam menulis narasi ekspositoris, demikian pula sebaliknya. Dengan meninjau hal-hal di atas, dapat diketahui bahwa kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif sangat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan menulis puisi sehingga perlu mendapatkan perhatian dan tindak lanjut sebagai pengembangannya agar dapat membantu dan menunjang peningkatan kemampuan menulis puisi siswa.

Implikasi Penelitian Berdasarkan fakta-fakta yang terkumpul berupa skor responden yang telah dianalisis, ternyata terdapat sumbangan yang efektif antara kebiasaan menyimak lagu dan kebiasaan membaca kreatif terhadap kemampuan menulis puisi. Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. Dengan adanya hubungan dan kontribusi tersebut, guru diharapkan banyak memberikan tugas menyimak dan membaca agar siswa terlatih dan terbiasa sehingga dapat meningkat kemampuan menulisnya, khususnya menulis puisi. Dengan adanya hubungan dan kontribusi tersebut, siswa diharapkan selalu membiasakan diri untuk menyimak dan membaca dengan penuh kesadaran, tanpa adanya paksaan dari siapa pun. Siswa diharapkan menerapkan hasil

87

86

menyimak dan membaca dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kegiatan menulis puisi.

Saran-saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah diuraikan, saransaran yang dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan sebagai berikut.

Bagi Guru Guru diharapkan untuk mampu mengambil manfaat dari kebiasaan menyimak lagu siswanya dengan memotivasi siswanya untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi. Guru diharapkan untuk selalu menanamkan kebiasaan siswa dalam membaca secara berkesinambungan untuk meningkatkan kemampuan menulis puisinya. Guru diharapkan untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi siswanya dengan banyak memberikan tugas menyimak dan membaca terlebih dahulu secara berkesinambungan, khususnya menulis puisi.

Bagi Siswa Siswa hendaknya selalu membiasakan diri untuk memanfaatkan hasil menyimak, sebagai modal untuk menemukan ide sehingga dapat meningkatkan kemampuan menulis puisinya. Kegiatan menyimak lagu tidak hanya sekedar menikmatinya tetapi dapat digunakan sebagai sarana proses kreatif dalam menulis puisi.

87

87

Siswa hendaknya selalu membiasakan diri untuk membaca, terutama membaca kreatif

dan

menjadikannya

sebagai

kebutuhan

demi

meningkatkan

kemampuan menulis puisinya. Siswa hendaknya selalu meningkatkan kemampuan menulis puisinya dengan melakukan proses kreatif yang berkesinambungan. Proses kreatif tersebut dapat melalui kegiatan menyimak lagu dan membaca kreatif.

87

88 87 DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, S. dkk. 1995. Menulis. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Hadi, Sutrisno. 1994. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset. . 2000. Analisis Regresi.Yogyakarta: Andi Offset. . 2002. Metodologi Research Jilid 3. Yogyakarta: Andi Offset. Hakim A.A, dkk. 1995. Teknik Mengarang. Yogyakarta: Kanisius. Harras, Kholid dan Sulistianingsih, Lilis. 1997/1998. Membaca I. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Hastuti, S. 1992. Konsep-konsep Dasar Pengajaran Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya. Jabrohim, dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kisyani dan Laksono. 2002. “Membaca Dan Menulis Buku/Tulisan secara Menyenangkan”, http://www.mizan.com/portal/template/BacaArtikel/ Luxemburg, Jan van dkk. 1986. Pengantar Ilmu sastra. Jakarta: Gramedia. Nurgiyantoro, Burhan, dkk. 2002. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE UGM. Pradopo, Rakhmat Djoko. 2002. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rumini, Sri. 1997. Proyek Pengembangan Buku dan Minat Baca (Buku 1). Jakarta: DEPDIKBUD Proyek Pembinaan Buku dan Minat Baca. Sakdiyah, Mislinatul. 2002. “Menggauli Puisi Lewat Lagu”, http://www.cybersastra.net/galeri esai gelar karya esai cybersastra.htm / Santoso, Singgih. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS Versi 11.5. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia. Sayuti, Suminto A. 2002. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media.

87

89

Sudarmanto, Gunawan R. 2005. Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sudaryat, Ndang dan Natasasmita, Hanapi. 1987. Ringkasan Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Ganeca Exact. Sugirin.1997. “Hakikat Membaca dan Implikasinya bagi Pengajaran” Diksi (Majalah Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Seni),13, V, hlm.111.Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni UNY. Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Suriamiharja, Agus, dkk. 1996/1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah bagian Proyek Penataran Guru SLTP Stara D III. Sumardjo, Jakob dan K.M., Saini. 1997. Apresiasi Kesustraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya. Suyata, Pujiati. 1994. Metodologi Penelitian Pengajaran Bahasa: Suatu pendekatan Kuantitatif. Yogyakarta: FPBS IKIP. Tarigan, Henry Guntur. 1987. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. . 1987. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. . 1987. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. . 1991. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Tim Redaksi KBBI. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Waluyo. Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi, Jakarta : Erlangga. -------- . 2005. “Membaca Kreatif Menggapai Sukses” . http://www.kompas.com/

87

Related Documents

Yanto Skripsi Bab Iv
April 2020 23
Skripsi-bab Iv
May 2020 15
Bab Iv Skripsi
July 2020 18
Bab Iv Skripsi
December 2019 33
Bab Skripsi
August 2019 54