Skenario Cs 2.docx

  • Uploaded by: violin multri
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Skenario Cs 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,602
  • Pages: 10
BLOK HARD TISSUE SURGERY CASE STUDY-2 SELF LEARNING REPORT Teknik ekstraksi

Tutor :

Disusun Oleh: Vania Putri Nauli Silalahi G1G013052

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN JURUSAN KEDOKTERAN GIGI PURWOKERTO 2016

Teknik Ekstraksi

1. Skenario A Seorang pasien anak perempuan berusia 8 tahun datang bersama ibunya ke klinik dokter gigi swasta untuk memeriksakan gigi atas depannya yang berdesakan. Ibu pasien mengaku bahwa gigi atas depan tersebut belum pernah tanggal namun ada gigi baru tumbuh di belakang gigi sulungnya. Dari pemeriksaan, diketahui adanya gigi 51 dan 61 yang belum tanggal dan lukasi derajat 2, gigi 11 dan 21 sedang erupsi di bagian palatal dari gigi insisiv sentral sulung. Tidak terdapat lubang pada gigi tersebut dan tidak ada pembengkakan pada gusi. Pemeriksaan testernal CE (-), tesperkusi (-), tespalpasi (-). Kondisi umum pasien dalam baik. Alergi obat disangkal. Dokter gigi memutuskan untuk mencabut gigi 51 dan 61 tersebut. a. Apa diagnosa dan rencana perawatan pada skenario di atas? b. Apa saja teknik anestesi pada skenario di atas? c. Apa saja prosedur ekstraksi pada skenario di atas?

Pembahasan: a. Diagnose: gigi 51 dan 61 mengalami lukasi derajat 2 Rencana perawatan: ekstraksi gigi pada gigi 51 dan 61 b. Teknik anestesi: Teknik anestesi menggunakan anestesi topikal benzokain pada gigi 51 dan 61. Nervus yang akan terkena pada saat di anestesi topikal adalah nervus nasopalatina dan nervus insisivus.

c. Prosedur ekstraksi: a) Preopertaif: i. Alat dan bahan: -

Syrnge

-

benzokain

-

Tang mahkota anterior pada rahang atas gigi desidui

-

Kapas dan kassa

-

Betadine

-

Elevator (rootpick)

-

Bone kuret

-

Sonde

-

Kaca mulut

ii. Posisi pasien dan operator duduk Posisi pasien semi tidur dan operator duduk pada arah jam 08.00 atau jam 09.00 karena yang akan di cabut adalah gigi anterior

b) Perioperatif i.

Melihat aspek pskilogis, tumbuh kembang pada pasien

ii.

Meminta persetujuan kepada orang tua atau wali

iii.

Setelah itu menjelaskan kepada pasien yang akan dilakukan secara detail agar pasien tidak bingung atau bertanya pada saat melakukan pencabutan

iv.

Peralatan yang akan digunakan untuk ekstraksi di siapkan terlebih dahulu, alat tersebut jangan terlihat oleh pasien

v.

Posisi duduk dokter searah jam 08.00 dan 09.00 dan tinggi kursi pasien setara dengan bahu dokter, serta duduk pasien semi tidur, mandibular sejajar dengan lantai.

vi.

Setelah itu gigi di rektrak dan di beri povidone iodine 10%

vii. Setelah diberi povidone iodine, gunakan kapas untuk mengoleskan anestesi topikal kepada daerah yang akan di ekstraksi viii. Setelah tunggu 1-2 menit sampai bibir pasien terasa kebas, lalu mulai mengekstraksi gigi dengan tang mahkota anterior pada rahang atas gigi desidui ix.

Lalu gigi di ekstraksi menggunakan tang tersebut dan setelah selesai diberi kapas yang telah ada betadine agar tidak terlalu sakit

c) Pastoperatif Setelah melakukan pencabutan pasien diberi kapas yang ada betadine supaya menghambat darah yang masih keluar dan setelah di rumah pasien di anjurkan kumur dengan betadine atau air dingin jika darah masih mengalur terus. Jika darah tidak berhenti walau sudah di kumur dengan air es maka dokter menyarankan untuk kembali ke dokter gigi dan setidaknya control 2 minggu setelah melakukan pencabutan.

2. Skenario B Seorang pasien laki-laki berusia 50 tahun datang ke dokter gigi sebuah puskesmas dengan keluhan gigi belakang kiri rahang atas goyang sekitar 3 bulan lalu dan ingin dicabut. Pasien merasa terganggu dengan kondisi gigi tersebut terutama saat makan. Keadaan umum pasien baik. Pasien mengaku rutin meminum captopril sehingga tekanan darahnya konstan pada 130/90 mmHg. Pada pemeriksaan obyektif ditemukan gigi molar pertama kiri rahang atas lukasi derajat 3, terlihat resesi gingiva sampai dengan bifurkasi yang diduga akibat hilangnya gigi molar pertama kiri bawah yang telah lama dicabut, tes perkusi (-) dan tes palpasi (-). Tidak terdapat pembengkakan pada gusi. Tidak ada riwayat alergi obat. Dokter gigi memutuskan untuk mengambil gigi tersebut.

a. Apa diagnosa dan rencana perawatan pada skenario di atas? b. Apa saja teknik anestesi pada skenario di atas? c. Apa saja prosedur ekstraksi pada skenario di atas? Pembahasan: a. Diagnose: terdapat resesi gingiva pada molar pertama kiri rahang atas dan mengalami lukasi derajat 3 Rencana perawatan: ekstraksi b. Teknik anestesi: Teknik anestesi yang digunakan pada kasus ini adalah infiltrasi dengan bahannya yaitu pehacain. Pehacain yang berisi lidokain dan adrenalin. Nervus yang akan teranestesi adalah nervus alveolaris posterior, dan nervus bukal mayus. c. Prosedur ekstraksi: a) Preoperatif: i.

ii.

Alat dan bahan: -

Syrnge

-

Pehacaine

-

Kapas

-

Betadine

-

Bone kuret

-

Gunting jaringan

-

Jarum dan benang

-

Tang mahkota posterior rahang atas gigi permanen

-

Sonde

-

Kaca mulut

-

Pinset

-

Elevator

-

Luksvator

Posisi pasien duduk dan operator duduk:

Posisi dokter arah jam 08.00 atau 09.00 dan posisi duduk pasien semi tidur serta tinggi kursi serata dengan bahu dokter, karena akan mencabut gigi rahang atas supaya lebih enak untuk mencabutnya.

b) Perioperatif: i.

Meminta persetujuan kepada pasien

ii.

Setelah itu menjelaskan kepada pasien yang akan dilakukan secara detail agar pasien tidak bingung atau bertanya pada saat melakukan pencabutan

iii.

Peralatan yang akan digunakan untuk ekstraksi di siapkan terlebih dahulu, alat tersebut jangan terlihat oleh pasien

iv.

Posisi dokter arah jam 08.00 atau 09.00 dan posisi duduk pasien semi tidur dan tinggi kursi serata dengan bahu dokter.

v.

Setelah itu gigi di rektrak dan di beri povidone iodine 10%

vi.

Siapkan syrnge yang sudah terisi dengan bahan pehacain

vii. Lalu injeksikan pada gigi molar pertama sebelah kiri rahang atas bagian bukal dan palatal, tunggu sekitar 5 menit. Lamanya atau onset pada bahan pehacain tersebut adalah 1,5 - 3 jam viii. Lalu gigi di ekstraksi menggunakan tang mahkota posterior rahang atas yang memiliki ciri-ciri tangnya membentuk sudut 90o dan di satu paruhnya terdapat takik, paruh yang lain bulat. Ketika di tutup tidak berkontak, paruh yang terdapat takiknya itu yang di arahkan kepada daerah yang bifurkasi atau pada daerah bukal. ix.

Setelah dilakukan pencabutan dilakukan jahitan agar gusi atau gingiva bersatu dan diberi betadine

c) Postoperatif:

Setelah melakukan pencabutan pasien diberi kapas yang ada betadine supaya menghambat darah yang masih keluar dan setelah dirumah pasien di anjurkan kumur dengan betadine kumur atau air dingin jika darah masih mengalur terus. Jika darah tidak berhenti walau sudah di kumur dengan air es maka dokter menyarankan untuk kembali ke dokter gigi terdekatdan setidaknya kontrol 2-3 minggu setelah melakukan pencabutan.

3. Skenario C Seorang pasien laki-laki berusia 33 tahun datang ke klinik dokter gigi dengan keluhan dua gigi kanan bawahnya berlubang besar. Dua gigi tersebut awalnya berlubang setahun yang lalu dan sedang dalam perawatan saluran akar 2 bulan ini. Namun pasien menghendaki gigi-gigi tersebut untuk dicabut karena akhir-akhir ini sering merasakan sakit terutama ketika malam hari. Pasien mengaku kapas dan tambalan sementara yang digunakan untuk perawatan saluran akar tersebut telah hilang saat makan. Hasil pemeriksaan intra oral terlihat mahkota gigi 44 dan 45 masih utuh namun berlubang besar di tengahnya, tes perkusi (-), tes palpasi (-). Tidak ada pembengkakan gusi. Keadaan umum dan vital sign dalam batas normal. Riwayat penyakit sistemik dan alergi obat disangkal. Dokter gigi memutuskan akan mencabut gigi tersebut. a. Apa diagnosa dan rencana perawatan pada skenario di atas? b. Apa saja teknik anestesi pada skenario di atas? c. Apa saja prosedur ekstraksi pada skenario di atas? Pembahasan: a. Diagnose: karies pada gigi 44 dan 45 Rencana perawatan: ekstraksi gigi 44 dan 45 b. Teknik anestesi: Teknik anestesi yang digunakan pada kasus diatas adalah anestesi infiltrasi, pada teknik ini menggunakan bahan pehacain yang berisi

lidokain dan adrenalin. Yang teranastesi adalah nervus bukalis longus cabang nervus mentalis dan nervus lingualis.

c. Prosedur ekstraksi: a) Preoperatif: i.

ii.

Alat dan bahan: -

Syringe

-

Pehacaine

-

Kapas

-

Betadine

-

Bone kuret

-

Gunting jaringan

-

Jarum dan benang

-

Tang mahkota posterior rahang atas gigi permanen

-

Sonde

-

Kaca mulut

-

Pinset

-

Elevator

-

Luksvator

Posisi duduk pasien dan operator Posisi dokter arah jam 07.00 atau 09.00 dan posisi duduk pasien semi tidur serta tinggi kursi serata dengan bahu dokter, karena akan mencabut gigi rahang atas supaya lebih enak untuk mencabutnya.

b) Perioperatif i.

Meminta persetujuan kepada pasien

ii.

Setelah itu menjelaskan kepada pasien yang akan dilakukan secara detail agar pasien tidak bingung atau bertanya pada saat melakukan pencabutan

iii.

Peralatan yang akan digunakan untuk ekstraksi di siapkan terlebih dahulu, alat tersebut jangan terlihat oleh pasien

iv.

Posisi dokter arah jam 07.00 atau 09.00 dan posisi duduk pasien semi tidur dan tinggi kursi serata dengan dada dokter.

v.

Setelah itu gigi di rektrak dan di beri povidone iodine 10%

vi.

Siapkan syrnge yang sudah terisi dengan bahan pehacain

vii.

Lalu injeksikan pada gigi premolar sebelah kanan pada rahang bawah bagian bukal dan lingual, tunggu sekitar 5 menit. Lamanya atau onset pada bahan pehacain tersebut adalah 1,5 - 3 jam.

viii.

Setelah pasien terasa kebas dan tidak terasa apapun atau mati rasa pada daerah yang telah di anestesikan maka langsung dilakukan pencabutan

ix.

Lalu gigi di ekstraksi menggunakan tang mahkota posterior rahang bawah yang memiliki ciri-ciri tangnya membentuk sudut 90o dan pada paruhnya berbentuk bulat. Ketika di tutup tidak berkontak, paruh yang terdapat takiknya itu yang di arahkan kepada daerah yang bifurkasi atau pada daerah bukal.

x.

Setelah dilakukan pencabutan dilakukan jahitan agar gusi atau gingiva bersatu dan diberi betadine.

c) Postoperatif Setelah melakukan pencabutan pasien diberi kapas yang ada betadine supaya menghambat darah yang masih keluar dan setelah dirumah pasien di anjurkan kumur dengan betadine kumur atau air dingin jika darah masih mengalur terus. Jika darah tidak berhenti walau sudah di kumur dengan air es maka dokter

menyarankan untuk kembali ke dokter gigi terdekat dan setidaknya kontrol 2-3 minggu setelah melakukan pencabutan.

Daftar pustaka Foster, T. D., 1997, Buku Ajar Ortodonsi, Jakarta; EGC Howe, G. L., 1999, Pencabutan Gigi Geligi (The Ectraction of teeth), Jakarta; EGC

Related Documents

Skenario Cs 2.docx
May 2020 3
Cs
November 2019 57
Cs
October 2019 46
Cs
May 2020 36
Cs
May 2020 38
Cs
June 2020 35

More Documents from "PCO-ELECT"

Skenario Cs 2.docx
May 2020 3
Mus.ppt
November 2019 12
Klsa.docx
November 2019 14
Gambar Wuduk - Bulatkan.pdf
November 2019 18
Greensleeves-2.pdf
June 2020 2
E-br1m.pdf
November 2019 14