Sistemik-1.docx

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sistemik-1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 933
  • Pages: 6
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Crohn’s disease adalah penyakit inflamasi usus kronis kambuhan dengan pathogenesis yang belum diketahui. Etiologi CD multifaktoral, melibatkan lingkungan, genetik, imun, dan interaksi mikroba. Crohn’s disease dapat melibatkan beberapa segmen dari saluran pencernaan dan lesi oral yang konsisten dengan granulomatosa ulser dianggap sebagai manifestasi ektraintestinal yang penting. Lesi oral tanpa keterlibatan gastrointestinal jarang di temukan. Lesi oral seperti ulser granulomatosa dan stomatitis dinggap penting karena bisa mewakili manifestasi awal crohn’s disease. Lesi oral terkait CD terkadang dikategorikan dalam spectrum granulomatosis orofasial dan prevalensi lesi oral bervariasi dari 0-9%.

BAB 2 LAPORAN KASUS 2.1. Kasus 1 Laki-laki 60 tahun Afrika-Amerika datang ke klinik orofasial dan pengobatan oral di Universitas California Selatan., Ostrow School of Dentistry, mengeluhkan rasa sakit di mulutnya diperburuk dengan makanan pedas. Pasien melaporkan bahwa 3 dekade sebelumnya dia punya ulser oral yang serupa dan dapat sembuh dengan cepat, tetapi dalam beberapa tahun terakhir memiliki peningkatan dalam keparahan. Riwayat kesehatan medisnya terungkap CD yang didiagnosis secara kebetulan selama proses operasi usus buntu beberapa tahun setelah timbulnya lesi oral. Pasien melaporkan gejala Gastrointestinal samar sebelum timbulnya lesi oral. Dia juga melaporkan bahwa bagian dari usus halusnya yang dianggap terkena CD diangkat setelah appendectomy dan pemeriksaan mikroskopis mengkonfirmasi diagnose CD. Sejak tindakan bedah, tidak ada terdapat gejala dan CD nya telah diremisi, dan dia tidak menerima pengobatan atau terapi untuk CD. Riwayat kesehatan pasien juga menderita hipertensi dan gastroeosopageal reflux. Pengobatan hipertensinya olmesartan dan amlodipine, dan esomeprazole untuk pengobatan reflux. Tinjauan sistemik tidak berkontribusi. Pemeriksaan pada kepala dan leher, ulserasi multiple yang dalam dengan penampilan seperti cobblestone pada mukosa bukal dan labial terlihat jelas ukuran lesi 3x3 cm diameter terkecil hingga 15x15cm diameter terbesar. Selain itu, fissure yang dalam 1 cm ditemukan pada bibir antara vermilion border dan vestibule oral dan pasien mengeluhkan penampilan yang tidak estetis. Ulser oral ditutupi oleh distinct pseudomembran putih keabu-abuan, dan sakit saat di palpasi. Secara klinis diagnosa banding termasuk orofasial granulomatosis, pyostomatotis vegetan, non spesifik chronic ulseration, deep fungal infection, tuberculosis dan imun-mediated oral disease seperti pemphigus. Pasien setuju untuk dilakukan biopsy insisi umtuk menentukan diagnose definitive. Irisan biopsy dari lesi mukosa bukal dibawah anestesi local dan dibagi menjadi 2 bagian,bagian 1 ditempatkan dalam formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologi dan bagian 2 dalam larutan Michel’s untuk evaluasi imunoflouresen. Sesi pewarnaan hematoksilin – eosin mengungkapkan mukosa oral dengan jaringan ikat dan dasar granulasi yang mengandung agregat padat dari sel inflamasi kronis dengan granuloma non- necrotizing formation.

Diagnosis banding secara histopatologi dari oral granulomatosa termasuk mycobacterial, deep fungal, atau lesi sypiliticdan juga orofasial granulomatosis. Pemeriksaan imunofloresens negative untuk aktifitas imun, mengesampingkan penyakit autoimun oral seperti pempigus atau pempigoid. Pemeriksaan asam periodic Schiff dan pewarnaan cepat asam negative untuk jamur atau spesies mycobacterial. Memberikan hasil pasien dirujuk ke ahli gastroenterology untuk evaluasi dan pemeriksaan klinis termasuk pemeriksaan darah lengkap, analisis tinja, endoskopi, yang mengungkapkan tidak ada temuan signifikan atau bukti CD. Pemeriksaan alergi negative. Perawatan dimulai dengan potent topical kortikosteroid untuk lesi oral sejak tidak ditemukan tanda dan gejala sistemik. Lesi oral dirawat dengan topical floucinonide gel (0,05%) dan deksametasone obat kumur (0,5 mg/5 ml) 4x sehari selama 2 minggu. Untuk unestetic deep fissure, pembedahan dilakukan untuk menghilangkan tepi luka dan untuk mencapai penutupan primer.

Foto klinis mukosa bukal kanan pada pasien Crohn’s disease, menunjukkan ulserasi kronis seperti coble stone dengan pembentukan pseudomembran dan arsitektur seperti granuloma.

Temuan histopatologis menunjukkan epitel oral di atasnya dengan jaringan ikat di bawahnya yang mengandung agregat padat sel inflamasi kronis.

2.2. Kasus 2 Laki-laki 36 tahun melaporkan adanya pembengkakan wajah. Pembengkakan wajah pertama kali deketahui 13 tahun yang lalu yang secara bertahap ukurannya meningkat diikuti pembengkakan bibir atas dan bawah. Dokter telah memberikan resep obat, tidak diketahui oleh pasien, yang memperburuk pembengkakan. Pasien telah menghentikan pengobatan dan tidak melapor kr dokter. Pembengkakan secara bertahap berkurang tanpa perawatan tetapi tidak hilang sama sekali. Pasien menghindari makanan asam (tamarin) dan mangga muda karena tampaknya memperburuk pembengkakan. Namun, pembengkakan muali bertambah besar dalam enam bulan terakhir. Medical history tidak ada berkontribusi kecuali 6 bulan terakhir sembelit sesekali. Pemeriksaan klinis menunjukkan pembengkakan difus di sepertiga wajah bawah dan pembesaran bibir atas dan bawah. Pembengkakan difus, non-tender, dan tanpa brul atau pulrasi. Angular selitis, eritema yang menyebar di dekat sudut mulut sebelah kanan. Pemeriksaan kelenjer getah bening biasa saja. Pada pemeriksaan intra oral, multiple hiperplastik lipatan mukosa yang membengkak membentuk penampilan seperti cobblestone pada mukosa bukal kanan dan kiri, dengan generalized bead seperti hyperplasia gingival pada bagian labial dan bukal dan palatal hyperplasia termasuk rugae palatine yang menonjol. Berdasarkan history pasien dan pemeriksaan klinis, diagnosis bandingnya CD, sarcoidosis, dan orofasial granulomatosis. Pemeriksaan hematologis mengungkapkan peningkatan sedimentasi rate eritrosit (ESR) 25mm dalam 1 jam. Radiografi dada tidak mengungkapkan sesuatu yang signifikan. Biopsy insisi pada mukosa labial kiri dan kanan memperlihatkan edema superfisial lamina propria denagn pembuluh limfatik yang melebar. Limfosit tersebar secara difus dan berkelompok dengan fibrous aggregate yang tersebar pada non- granuloma. Pada pewarnaan fotomikrograp hematoxilin dan eosin memperlihatkan parakeratinezed stratified squamosa epithelium dengan pembentukan granuloma dibawah tampilan scanner dan tampilan daya rendah. Tampilan daya tinggi menunjukan tersebar aggregate dari granuloma non-caseting dimana tipikal small consisting dari magropag, sel epitheloid dikelilingi oleh limfatik dan sel plasma yang tersebar, menunjukkan lesi granulomatosa. Pemeriksaan colonoskopi disarakan pada saat konsultasi dengan ahli gastroenterology mengungkapkan area

inflamasi yang menyebar dan eritema

melibatkan secum dan ascending colon. Lebih lanjut, banyak daerah biopsy yang mengungkapkan sel-sel inflamasi kronis seperti limfatik dan sel plasma menunjukkan colitis.

Foto klinis menunjukkan pembesaran wajah dan bibir yang menyebar

Foto intraoral menunjukkan pembesaran gingival

Foto intraoral menunjukkan penampilan batu bulat dengan lipatan mukosa yang hiperplastik di sisi kiri mukosa bukal

Foto intraoral menunjukkan hiperplasia mukosa palatal