Sigalovada Sutta ( 27-01-2019 )

  • Uploaded by: Sion Gunadhamma
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sigalovada Sutta ( 27-01-2019 ) as PDF for free.

More details

  • Words: 1,637
  • Pages: 14
SIGALOVADA SUTTA ( Khotbah Untuk Perumah Tangga )

Empat cacat dalam tingkah laku yang harus disingkirkan : 1) Membunuh, 2) Mencuri, 3) Kecabulan, 4) Kata-kata dusta. Empat dorongan yang membuat orang melakukan perbuatan jahat: 1) Nafsu, 2) Kebencian, 3) Kebodohan, 4) Ketakutan. Enam saluran untuk menghamburkan kekayaan : 1) Ketagihan minum-minuman yang memabukkan; 2) Sering berkeluyuran di jalan pada waktu yang tidak tepat; 3) Mengejar tempat-tempat pelesiran; 4) Gemar berjudi; 5) Mempunyai pergaulan yang buruk; 6) Kebiasaan menganggur.

Terdapat enam bahaya, duhai kepala keluarga yang muda belia, terhadap ketagihan pada minumminuman yang memabukkan: a) Kehilangan harta; b) Bertambahnya percekcokan; c) Mudah terkena penyakit; d) Kehilangan watak yang baik; e) Menampakkan diri secara tidak pantas; f) Melemahkan daya pikir atau kecerdasan. Terdapat enam bahaya, duhai kepala keluarga yang muda belia, karena berkeluyuran pada waktu yang tidak tepat: a) Diri sendiri tanpa penjagaan dan perlindungan; b) Anak isteri tiada penjagaan dan perlindungan; c) Harta bendanya tiada penjagaan dan perlindungan; d) Lebih jauh lagi ia dituduh melakukan berbagai tindakan kejahatan (yang belum jelas); e) Menjadi sasaran segala macam desas-desus; f) Ia akan mengalami banyak kesulitan. Terdapat enam bahaya, duhai kepala keluarga yang muda belia, dari mencari tempat-tempat pelesiran. Ia akan terus menerus berpikir: a) Di manakah ada tari-tarian? b) Di manakah ada nyanyi-nyanyian? c) Di manakah ada musik? d) Di manakah ada pertunjukan? e) Di manakah ada gendang dan tambu?

f)

Di manakah ada bunyi-bunyian?

Terdapat enam bahaya, duhai kepala keluarga yang muda belia, bagi orang yang gemar berjudi: a) Jika menang, ia memperoleh kebencian; b) Jika kalah, ia tangisi harta bendanya yang telah hilang; c) Hartanya yang nyata dihamburkan; d) Di pengadilan kata-katanya tidak berharga; e) Dipandang rendah oleh sabahat-sahabat dan pejabat-pejabatPemerintah. f) Ia tidak disukai oleh orang-orang yang mencari menantu laki-laki, karena mereka akan berkata: 'Seorang penjudi tidak akan sanggup memelihara isterinya'. Terdapat enam bahaya, duhai kepala keluarga muda belia, dari pergaulan buruk: a) Setiap penjudi merupakan sahabat kawannya; b) Setiap pemogok merupakan sahabat kawannya; c) Setiap pemabuk merupakan sahabat kawannya;

yang dan dan dan

d) Setiap penipu merupakan sahabat dan kawannya; e) Setiap tukang memperdayai merupakan sahabat dan kawannya; f) Setiap tukang berkelahi merupakan sahabat dan kawannya. Terdapat enam bahaya, duhai kepala keluarga yang muda belia, dari kebiasaan menganggur: a) Ia berkata: 'Terlalu dingin' dan ia tidak bekerja; b) Ia berkata: 'Terlalu panas' dan ia tidak bekerja; c) Ia berkata: 'Terlalu pagi' dan ia tidak bekerja; d) Ia berkata: 'Terlalu siang' dan ia tidak bekerja; e) Ia berkata: 'Aku terlalu lapar' dan ia tidak bekerja; f) Ia berkata: 'Terlalu kenyang' dan ia tidak bekerja.

Terdapat empat macam manusia, yang harus dianggap sebagai musuh, yang berpura-pura menjadi sahabat, yaitu: 1) Orang yang sangat tamak; 2) Orang yang banyak bicara, tetapi tidak berbuat sesuatu; 3) Penjilat; 4) Pemboros.

Dari mereka ini, orang yang pertama disebutkan diatas, ada empat dasar untuk menganggap mereka sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat, yaitu: a) Sangat tamak; b) Memberi sedikit meminta banyak; c) Melakukan kewajibannya karena takut; d) Hanya ingat pada kepentingannya sendiri.

Terhadap orang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat sesuatu atas empat alasan untuk dipandang sebagai musuh yang berpura-pura sebagai sahabat, yaitu: a) Ia menyebutkan persahabatan di masa lampau; b) Ia menyebutkan persahabatan untuk masa yang akan datang; c) Ia berusaha mendapatkan kesayangan seseorang dengan kata-kata kosong; d) Jika ada kesempatan untuk memberikan jasa kepada seseorang, ia menyatakan tidak sanggup. Terhadap orang penjilat ada empat alasan untuk memandang mereka sebagai musuh yang berpurapura sebagai sahabat, yaitu: a) Ia menyetujui hal-hal yang salah dan

b) Menjauhkan diri dari hal-hal yang baik; c) Ia memuji engkau dihadapan seseorang dan d) Bicara buruk tentang diri seseorang dihadapan orang lain. Terhadap orang pemboros ada empat alasan untuk memandang mereka sebagai musuh yang berpura-pura sebagai sahabat, yaitu: a) Ia menjadi kawanmu, jika engkau menyerah pada minuman keras; b) Ia menjadi kawanmu, jika engkau berkeluyuran di jalanan pada waktu yang tidak tepat; c) Ia menjadi kawanmu, jika engkau mencari pertunjukan pentas dan tempat-tempat pelesiran; d) Ia menjadi kawanmu, jika engkau gemar berjudi." Ada empat jenis, duhai kepala keluarga yang muda belia, sahabat-sahabat yang harus dipandang sebagai sahabat dengan berhati tulus: 1) Penolong; 2) Sahabat di waktu senang dan susah; 3) Sahabat yang memberi nasihat yang baik; 4) Sahabat yang simpati. Atas empat dasar sahabat yang menolong harus dipandang sebagai sahabat yang berhati tulus, yaitu:

a) Ia menjaga dirimu sewaktu kamu tidak siap; b) Ia menjaga milikmu sewaktu engkau lengah; c) Ia menjadi pelindungmu sewaktu engkau sedang ketakutan; d) Jika engkau melakukan tugas, ia memberikan bekal dua kali lipat (dari yang kamu perlukan). Atas empat dasar sahabat di waktu senang dan susah yang harus dipandang sebagai sahabat yagn berhati tulus, yaitu: a) Ia menceritakan rahasia-rahasia kepadamu; b) Ia tidak menceritakan rahasia itu kepada orang lain; c) Di dalam kesusahan ia tidak akan meninggalkanmu; d) Untuk membela dirimu, ia bersedia mengorbankan nyawanya. Atas empat dasar sahabat yang menasihatkan apa yang harus engkau lakukan sebagai yang berhati tulus, yaitu: a) Ia mencegah engkau berbuat salah; b) Ia menganjurkan engkau berbuat yang benar; c) Ia memberitahukan apa yang belum pernah engkau dengar; d) Ia tunjukkan padamu jalan ke surga. Atas empat dasar sahabat yang bersimpati harus dipandang berhati tulus: a) Ia tidak merasa senang atas kesusahanmu;

b) Ia merasa senang akan kejayaanmu; c) Ia cegah orang lain bicara jelek tentang dirimu; d) Ia sanjung setiap orang yang memuji dirimu."

Keenam arah harus dipandang sebagai berikut: 1) Ibu dan ayah sebagai arah timur; 2) Para guru sebagai arah selatan; 3) Istri dan anak sebagai arah barat; 4) Sahabat dan kawan sebagai arah utara; 5) Pelayan dan buruh sebagai arah bawah; 6) Petapa dan brahmana sebagai arah atas. Dalam lima cara seorang anak memperlakuklan orang tuannya sebagai arah timur: a) Dahulu aku ditunjang oleh mereka, sekarang aku akan menjadi penunjang mereka; b) Aku akan menjalankan kewajibanku terhadap mereka; c) Aku akan pertahankan kehormatan keluargaku; d) Aku akan mengurus warisanku; e) Aku akan mengatur pemberian sesaji kepada sanak keluargaku yang telah meninggal.

Dalam lima cara orang tua yang diperlalukan demikian, sebagai arah timur menunjukkan kecintaan mereka kepada anak-anaknya: a) Mereka mencegah ia berbuat kejahatan; b) Mereka mendorong supaya ia berbuat baik; c) Mereka melatih ia dalam suatu pekerjaan; d) Mereka melaksanakan perkawinan yang pantas bagi anaknya; e) Dan menyerahkan warisan pada waktunya. Dalam lima cara siswa-siswa harus memperlakukan guru mereka sebagai arah selatan: a) Dengan bangun dari tempat duduk mereka (memberi hormat); b) Dengan melayani mereka c) Dengan tekad baik untuk belajar; d) Dengan memberikan persembahan kepada mereka; e) Dan dengan memberikan perhatian sewaktu diberi pelajaran. Dan dalam lima cara, guru akan diperlakukan demikian sebagai arah selatan akan berbuat kepada murid-muridnya: a) Mereka melatih siswa itu sedemikian rupa, sehingga ia terlatih dengan baik. b) Mereka membuat ia menguasai apa yang telah diajarkan;

c)

Mereka mengajarkan secara mendalam ilmu pengetahuan dan kesenian; d) Mereka bicara baik tentang muridnya di antara sahabat dan kawan-kawannya; e) Mereka melengkapi muridnya demi keamanan dalam setiap arah. Dalam lima cara seorang isteri harus diperlakukan sebagai arah barat oleh suaminya: a) Dengan perhatian; b) Dengan keramah-tamahan; c) Dengan kesetiaan; d) Dengan menyerahkan kekuasaan kepadanya; e) Dengan memberikan barang-barang perhiasan kepadanya. Dalam lima cara ini sang isteri membalas cinta suaminya sebagai arah barat: a) Kewajiban-kewajibannya dilakukan dengan sebaik-baiknya b) Berlaku ramah-tamah kepada sanak keluarga dari kedua pihak; c) Dengan kesetiaan d) Menjaga barang-barang yang ia bawa e) Pandai dan rajin mengurus segala pekerjaan rumah tangga. Dalam lima cara anggota keluarga memperlakukan sahabat dan kawannya sebagai arah utara: a) Dengan murah hati;

b) Ramah tamah; c) Berbuat untuk kebahagiaan mereka d) Memperlakukan mereka memperlakukan diri sendiri. e) Menepati janji

bagaikan

Diperlakukan dalam lima cara ini, sebagai arah utara, sahabat dan kawan-kawan akan mencintainya: a) Melindunginya, jika ia tidak siaga. b) Dan dalam keadaan yang demikian menjaga harta bendanya; c) Dalam bahaya ia dapat berlindung pada mereka; d) Mereka tidak akan meninggalkan dia dalam kesulitan; e) Mereka menghormati keluargannya. Dalam lima cara majikan akan memperlakukan pelayan dan buruhnya sebagai arah bawah: a) Memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan mereka; b) Memberikan makanan dan upah kepada mereka; c) Merawat mereka sewaktu sakit; d) Membagi mereka makanan yang istimewa; e) Memberikan mereka liburan pada waktu tertentu.

Diperlakukan dalam lima cara itu, pelayan dan pekerja akan menjunjung majikan mereka dalam lima cara: a) Mereka bangun lebih pagi daripada majikan mereka; b) Mereka beristirahat setelah majikan mereka beristirahat; c) Mereka puas dengan apa yang diberikan kepada mereka; d) Mereka melakukan kewajiban mereka dengan baik; e) Dimana saja mereka akan memuji majikan mereka. Ada lima cara seorang anggota keluarga harus memperlakukan para samana dan brahmana sebagai arah atas: a) Dengan perbuatan yang ramah tamah; b) Dengan ucapan yang ramah tamah; c) Dengan pikiran yang bersih; d) Membuka pintu bagi mereka; e) Memberikan mereka keperluan hidup. Diperlakukan demikian sebagai arah atas, para samana (petapa) dan brahmana memperlakukan para anggota keluarga itu dalam enam cara: a) Mereka mencegah anggota keluarga melakukan kejahatan; b) Mereka menganjurkan ia berbuat kebaikan; c) Pikiran mereka selalu terjaga terhadapnya;

d) Mereka ajarkan apa yang belum pernah ia dengar; e) Mereka memperjelas apa yang telah ia dengar; f) Mereka menunjukkan jalan kehidupan ke surga. Dalam enam cara ini para petapa dan brahmana memperlihatkan cinta-kasih mereka kepada gharavasa. "Ibu dan ayah adalah arah timur. Dan guru-guru adalah arah selatan. Isteri dan anak-anak arah barat. Sahabat dan kerabat arah utara. Pelayan dan buruh arah bawah Dan arah atas adalah para petapa dan brahmana. Orang yang menjalani kehidupan berkeluarga harus menghormati keenam arah ini. Orang yang bajik dan bijaksana, Lemah lembut dan sungguh-sungguh Rendah hati dan penurut, Ia yang demikian akan memperoleh kehormatan. Ia yang bersemangat dan tidak malas Tidak tergoncang oleh kemalangan Perilaku yang tidak tercela dan cerdas, Ia yang demikian akan memperoleh kehormatan. Orang yang ramah dan bersahabat, Terbuka dan tidak mementingkan diri sendiri, Seorang penurut, penasihat, pemimpin, Ia yang demikian akan memperoleh kehormatan.

Dermawan, ucapan yang ramah, Hidup penuh pengabdian, Berada di atas semua golongan. Selama keadaan menghendakinya.

Related Documents


More Documents from ""

December 2019 6
Elektro.docx
December 2019 22
Sola Panel.docx
December 2019 30