Serpihan Suasana

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Serpihan Suasana as PDF for free.

More details

  • Words: 875
  • Pages: 4
Koleksi Artikel dari Biasawae Community Copyleft  2004 biasawae.com

Serpihan Suasana Sumber : Berbagai Sumber



!

"

Koleksi Artikel dari Biasawae Community Copyleft  2004 biasawae.com Siang ini mendung tebal di langit barat, dan akan segera berarak menjadi putih langit sepanjang jendela kamarku. Aku terbaring dengan tubuh lebih memanas, sejak sore kemarin. Sementara pikiran tentangmu terus saja lindap. Mungkin memang beginilah jadinya, kamu kembali ke rumah bahagiamu, dan aku kembali ke jalanku. Pagi tadi rasanya begitu berat, melepasmu dari benakku. Sudah seminggu aku mencoba, dan semua berjalan baik. Pertemuan terakhir sempat membuatku ragu. Apakah semua akan menjadi lebih baik setelah itu? Dan perasaan bersalah yang mendera. Tapi aku tak bisa menghindarinya. Hanya terpikir satu hal ketika itu, bahwa mungkin ketika aku mulai bisa melakukannya, justru kamu yang butuh ditemani. Hampir tak ada hal lain buatku, selain bahwa mungkin saja kamu justru butuh kekuatan seperti yang sudah aku dapatkan minggu-minggu terakhir ini. Hingga sebuah lirik lagu sederhana itu kemudian ada pula membersitkan rinduku padamu kembali. Aku tahu, kali ini bahkan kamu anggap semuanya sudah tidak berarti apa-apa lagi. Tidak apa, mungkin karena begitu banyak cerita seputar aku yang begitu mengerikan buatmu. Mungkin tak semua sisi dari cerita-cerita itu salah, ada bagian-bagian yang memang terjadi. Dan ada pula bagian yang justru lebih sedap diceritakan lagi oleh mereka karena hal-hal yang telah kutegaskan. Tiba-tiba kita menjadi begitu asing. Kamu begitu dingin dan jauh. Humor kita membeku dan senyum manismu melayang jauh. Letakkanlah sesuatu di atas benar dan salah, maka tidak ada cara lain selain hukum dan norma yang dijadikan pegangan. Tapi sungguhkah kita selalu mengerti dengan cara seperti itu? Aku tidak, entah denganmu. Maafkan aku jika telah begitu menyakitkanmu. Sungguh, baru kali ini rasanya seperti ada yang begitu saja dibetot ketika aku benar sadar bahwa semua tidak berarti apa-apa lagi. Dan semua yang indah itu hanya tinggalkan sesal yang tak putus buatmu. Ketika kamu melangkah menjauh pagi tadi, tinggal growong besar padaku. Kamu benar sayang, aku bahkan hanya mampu bermimpi membawamu pergi jauh. Tidak dengan semua yang kamu sebutkan itu, "tidak" karena kekonyolanku sendiri. Kemudian baru aku tersadar ternyata eksistensimu sudah begitu jauh di pikiranku. Aku kutuki diri sendiri, karena tak mampu membuatku tahu diri sejak awal. Sementara bagian lain dariku memang tahu, aku bahkan tak peduli apapun ketika keindahan dan rasa sayang itu menyerbu. Meski terlarang, toh aku menyambutnya dengan riang. Simpati itu sudah begitu jauh berubah menjadi rasa dekat yang lekat di hati.

Koleksi Artikel dari Biasawae Community Copyleft  2004 biasawae.com Malam, kamu begitu cantik, dan aku tertawakan diri sendiri, karena ternyata kusimpan rasa cemburuku atas semua yang memilikimu. Apakah lantas aku sudah menjadi posesif? Entahlah, barangkali itu memang tak terhindarkan, ketika rindu menghujamku begitu dalam. Ada yang lepas dari suasana, ketika begitu banyak hal bahkan tak bisa kita ucapkan ketika berhadapan. Apa yang kamu harap dari kemurnian sayang? Begitu sakitkah ketika kamu tahu aku lebih mengerikan dalam cerita-cerita dari yang kamu duga. Aku tak akan membela diri untuk ini. Aku memang terbuat dari komposisi ego, ketaksempurnaan dan pikiran liar. Aku memuja kebebasan, yang sebenarnya cuma seolah-olah saja kita miliki. Meski begitu, slogan kebebasan itu tak berlaku untuk apa yang begitu indah kurasakan seperti saat aku dekat denganmu. Barangkali tak setahumu aku menipumu, begitu kamu pikir seperti ucapan "selamat" dan "terserah" yang kamu ulang-ulang di akhir pertemuan. Barangkali tak setahuku, kamu menipuku, meski aku duga itu hanya caramu untuk membuatku lebih mengerti. Betapa ngilu rasanya, melepasmu dengan cara seperti ini. Kalau saja ada yang bisa kulakukan untuk mengurangi sakitmu karena semua cerita tentangku itu. Tapi tak ada lagi yang bisa kulakukan, karena semua tak berarti apa-apa lagi buatmu. Tinggal sesalmu, atas apa yang semua yang terjadi atas kita. Sebutlah apapun sayang, kutuk dan sesalkan semua yang pernah terjadi atas kita, aku pilih menjadi bodoh dan tolol saja asal masih bisa mengenangnya seindah yang sekarang kurasakan. Pagi tadi sayangku, kita berkerumuk di pinggir danau dan membasuh luka-luka -pisau belatimu menggores kulit dada-. Melihat kau berkerumuk seperti memandang bayangku sendiri: Mengapa kita di sini? Mungkin kemarin kita begitu capek dan bergulingan hingga lupa penyesalan. Hari mekar dan bercahaya: Yang ada sorga. Neraka adalah rasa pahit di mulut waktu bangun pagi. Kau rasakah sayangku? Jari yang meraba ingin bicara tentang hari yang panjang dan damba yang membara. Begitu jauh kita mengembara. Apakah kesetiaan, apakah kemurnian, apakah janji, jika kenangan tak punya arti. Tenggelam aku dalam kenanaran tubuh dan lupakan diri. Ah, rabalah dada sebelah ini. Disitu hati ngilu dan growong oleh rindu dan rasa kosong. Dimana berakhir pembicaraan? Di ruang dalam atau di ujung subuh atau waktu terbaring menanti ketika makin beku mimpi-mimpi. Apakah tanda pembicaraan? Sisa makan dan minum di meja atau gayut lelah mata dan rasa lunglai di tubuh. Apakah hasil pembicaraan? Rasa sesal atau lepas diri dari semua yang pernah begitu berarti. Rasa indah adalah mengalami, kalau saja semua seperti di film yang berakhir tanpa perlu kesimpulan. Ah, saat ini aku ingin diam dan merasakan kelembutan pada tangan yang tergenggam erat dan senyum yang aku rindu, meski

Koleksi Artikel dari Biasawae Community Copyleft  2004 biasawae.com semua cuma tersisa di seberang kenangan. Dalam keheningan, detik waktu adalah pilu yang menggores kalbu. Barangkali aku masih bisa dapatkan kenikmatan dalam kekosongan yang melarutkan rasa sayang dalam keabadian.

Jakarta, Agustus 2001 Semoga kurnia Allah selalu menyelimuti kelembutanmu

Related Documents

Serpihan Suasana
June 2020 17
Serpihan Sesal
May 2020 11
Jenis Serpihan
December 2019 19
Serpihan Hati
June 2020 21
Suasana Hari Raya
October 2019 35
Suasana Di Bilik Darjah
August 2019 20