Masalah waris, bagi umat Islam tidak saja merupakan proses penerusan atau pengoperan hak dari seseorang terhadap keturunannya, melainkan merupakan salah satu ibadah yang pihak-pihak penerima warisnya telah ditentukan. Sehubungan dengan hal diatas, dapatlah dikatakan bahwa dalam Islam, hukum kewarisan akan dapat dilaksanakan apabila memenuhi 3 (tiga) rukun waris yakni : 1.
Pewaris (Muwarrits)
2.
Ahli Waris (Warits)
3.
Harta Warisan (Tirkah) Kewarisan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam sistem
hukum dan sosial islam. Kewarisan tidak semata-mata sebuah “proses peralihan kekayaan / kekuasaan", dalam pandangan Islam, setiap ketentuan hukum memiliki cakupan integral yang ditujukan untuk menciptakan keseimbangan antara aspek duniawi dan ukhrawi, ibadah dan muamalah, peradaban dan kebudayaan, serta agama dan negara. Sebab hanya dengan demikian Islam sebagai revealed Religion (agama samawi) telah menunjukkan cakupannya yang universal dengan mengatur pola hidup, baik dalam bentuk interaksi horizontal antara sesame manusia maupuninteraksi vertikan transcendental. Karena itu pula hukum Islam diciptakan dalam rangka mempersiapkan standar yang kongkret dan bukan sekedar ditujukan untuk menekankan pada aturan formil yang seringkali dipermainkan oleh sejumlah kepentingan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hukum kewarisan Islam berlaku untuk umat Islam di mana saja di dunia ini. Sungguhpun demikian corak suatu negara Islam dan kehidupan masyarakat di negara tersebut memberi pengaruh atas hukum kewarisan di daerah (Negara) itu, yang sifat pengaruhnya terbatas. Artinya pengaruh itu adalah pengaruh terbatas yang tidak dapat melampaui garis pokok dari ketentuan hukum kewarisan Islam tersebut. Namun pengaruh tadi dapat terjadi pada bagian-bagian yang berasal dari ijtihad atau pendapat ahli-ahli Islam sendiri.