Rib A 1

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rib A 1 as PDF for free.

More details

  • Words: 1,901
  • Pages: 8
RIBA DAN BUNGA BANK Pengertian Riba Menurut bahasa riba berarti tambahan (ziyadah-Arab, addition-Inggris), sedangkan menurut istilah, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok sebagai syarat terjadinya suatu taransaksi. Sedangkan menurut Al Jurjani merumuskan riba sebagai kalebihan / tambahan pembayaran tanpa ada ganti / imbalan, yang disyaratkan bagi salah seorang dari dua orang yang membuat akad (transaksi). Konsep Riba dalam Perspektif Nonmuslim Riba bukan hanya persoalan dalam masyarakat islam, tetapi berbagai kalangan diluar islam pun memandang serius persoalan ini. Masalah riba telah menjadi bahan bahasan kalangan Yahudi, Yunani demikian juga Romawi. Ada beberapa alasanmengapa pandangan dari kalangan nonmuslim tersebut dikaji, alasan tersebut antara lain: 1. Agama islam mengimani dan menghormati Nabi Ibrahim, Ishak, Musa dan Isa. Nabi-nabi tersebut juga diimani oleh Yahudi dan Nasrani. Islam juga mengakui kedua kau ini sebagai Ahli Kitab, karena kaum Yahudi dikaruniai oleh Allah SWT kitab Taurat, sedangkan kaum Kristiani dikaruniai kitab Injil. 2. Pemikiran kaum Yahudi dan Kristiani perlu dikaji karena sangat banyak tulisan mengenai bunga yang dibuat para pemuka agama tersebut. 3. Pendapat orang-orang Yahudi dan Romawi juga perlu diperhatikan karena mereka memberikan kontribusi yang besar bagi peradaban umat manusia. Pendapat mereka juga banyak mempengaruhi orang-orang Yahudi dan Kristen serta islam dalam memberikan argumentasi sehubungan dengan riba. Dampak Riba Adapun dampak dari praktek riba antara lain : 1. Menyebabkan eksploitasi (pemerasan) oleh si kaya terhadap si miskin. 2. Modal besar yang dikuasai pemilik modal tidak disalurkan kepada usaha-usaha yang produktif, tetapi justru disalirkan dalam perkreditan berbunga yang belum produktif. 3. Dapat menyebankan kebangkrutan usaha. Jenis-Jenis Riba Riba Fudul  Penukaran dua barang sejenis dalam jumlah yang tidak sama. Contoh : menukar 2 gram emas dengan 2,5 gram emas yang sama.

1

Riba Qardi  Riba dalam bentuk hutang piutang atau pinjaman dengan syarat ada tambahan atau keuntungan bagi yang memberi pinjaman. Contoh : si A memberikan pinjaman uang Rp 10.000 kepada si B dengan syarat si B harus mengembalikan sebesar Rp 11.000. Riba Yad  Riba yang dilakukan dalam transaksi jual beli yang belum diserah terimakan namun oleh si pembeli sudah dijual lagi kepada orang lain. Contoh : si A menjual motor kepada si B tetapi si B belum menerima motor tersebut, tetapi si B sudah menjual motor tersebut kepada si C Riba Nasa (Nasiah)  Riba dengan cara melipat gandakan tambahan karena penundaan waktu pembayaran. Contoh : si A memberikan pinjaman kepada si B sebesar Rp 100.000 dan harus dikembalikan minggu depan, dan ketika sudah jatuh tempo si B tidak bisa mengembalikannya maka si A memperpanjang waktu pembayarannya menjadi satu minggu lagi dengan syarat si B harus mengembalikan sebesar Rp 110.000. Dalil yang Melarang Riba QS Al Baqarah ayat 275

Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil

2

riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. QS Al Baqarah ayat 276

Artinya : Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. (Qs Al Baqarah : 276) QS Al Baqarah ayat 278

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. (Qs Al Baqarah : 278) Sabda Rasulallah SAW

﴿ ‫عن جابر قال لعن رسولل صلى ال عليه وسلم اكل الربا ومؤكله وكاتبه وشاهديه وقال هم سواء‬ ‫﴾رواه المسلم‬ Artinya : Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melaknat pemakan riba, yang mewakilinya, penulisnya, dan dua orang saksinya. Beliau bersabda: "Mereka itu sama." (HR Muslim).

‫لعن ال اكل الربا ومؤكله وكاتبه وشاهده وهم يعلمون والواصلة والمستوصلة والواشمة والمستوشمة‬ ‫﴾والنامصة والمتنمصة ﴿رواه الطبرانى‬ Artinya : Allah mengutuk riba, orang yang memakannya, yang memberikan makanan, penulisnya, yang menyaksikannya, mereka yang mengetahui, orang yang memfasilitasi, orang yang menusuk tubuhnya dengan jarum sehingga hitam bekasnya, yang meminta tusuk dengan jarum (tato), yang mencabut rambut dan meminta dicabutkan rambutnya (HR. Tabrani)

3

Persoalan Bunga Bank Bunga bank yang diterapkan oleh bank-bank konvensional pada dasarnya merupakan tambahan yang diambil dari prosentase dana yang disalurkan kepada kreditor melalui produk-produk penyaluran dana yang disediakan atau dana yang ditanam (saving). Sistem bunga ini digunakan, baik untuk biaya opersional bank maupun untuk kompensasi nasabah penanam modal. Dengan demikian para nasabah, baik yang menabung, deposito, giro ataupun pemakai produk bank lainnya, juga mendapatkan kompensasi bunga berupa tambahan prosentase dari dana yang ditanam (saving). Dewasa ini juga terdapat bank yang dalam opersionalnya tidak memakai system bunga, namun memakai prinsip-prinsip syariah sehingga dapat terbebas dari bunga. Inilah yang dikenal dengan Bank Syariah. Beberapa perbedaan antara sistem bunga dengan prinsip syariah yang diterapkan oleh bank konvensional dan bank syariah dalam memberikan pendanaan kepada nasabah antara lain sebagai berikut :

No

Pokok-pokok Perbedaan

Sistem Bunga

Prinsip Syariah

1.

Dasar perjanjian Perjanjian pengenaan bunga Perjanjian imbalan penentuan bunga / tidak berdasadkan keuntungan / berdasarkan pada imbalan kerugian. keuntungan / kerugian.

2.

Dasar perhitungan Persentase tertentu dari total Besarnya nisbah bagi hasil bunga / imbalan danayang dipinjamkan kepada didasarkan atas jumlah nasabah keuntungan yang diperoleh nasabah.

3.

Kewajiban a. Pembayaran bunga tetap a. Pembayaran imbalan pembayaran bunga / harus dibayar dilakukan apabila imbalan nasabah memeperoleh keuntungan. Sebaliknya bila rugi, jumlah kerugian / resiko ditanggung kedua belah pihak. b. Besarnya pembayaran b. Besarnya imbalan bunga oleh nasabah berubah sesuai dengan jumlahnya tetap meskipun besar-kecilnya keuntungan nasabah lebih keuntungan yang didapat besar dari jumlah nasabah keuntungan yang diperkirakan

4.

Persyaratan pembiayaan

5.

jaminan Pembiayaan umumnya Persyaratan jaminan tidak memerlukan penyerahan mutlak diperlukan. jaminan berupa barang / harta nasabah

Obyek pembiayaan

Jenis usaha yang dibiayai tidak Jenis usaha yang dibiayai dibedakan, sepanjang harus dengan ketentuan memenuhi persyaratan syariah. (bankable)

4

6.

Pandangan prinsip Pembayaran / pengenaan bunga Pembayaran syariah terhadap oleh kreditur kepada nasabah berdasarkan sistem bunga dianggap haram sifatnya halal

bagi

imbalan hasil

Pendapat Ulama Tentang Bunga Bank 1.

PP Muhammadiyah PP Muhammadiyah melaui Majlis Tarjih Muhammadiyah tahun 1968 sudah membuat keputusan mengenai keharaman riba dan mengamanatkan kepada PP Muhammadiyah untuk menusahakan terwujudnya konsepsi sistem perekonomian, khususnya lembaga perbankan yang sesuai dengan kaidah isalam.

2.

PB NU PB NU melalui Lajnah Bahsul Masa’il NU yang bersidang di Bandar Lampung pada tahun 1982 memutuskan bahwa bunga bank haram dan merekomendasikan berdirinya bank syariah dengan sistem tanpa bunga.

3.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) MUI melalui Dewan Syariah Nasional (DSN) pada tahun 2000 mengeluarkan fatwa bahwa bunga bank tidak sesuai dengan syariah. Selanjutnya pada tanggal 16 Desember 2003 kembali MUI mengeluarkan fatwa, kali ini lebih tegas dengan menyatakan bahwa bunga bank adalah haram.

4.

Pendapat Abu Zahra, Guru Besar pada Fakultas Hukum Universitas Cairo, Abul A’la Al Maududi (Pakistan), Muhammad Abdullah Al A’rabi, Penasihat Hukum pada Islamic Congress Cairo dan lain-lain yang menyatakan bahwa bunga bank itu ruba nasiah, yang dilarang oleh islam.

5.

Pendapat A. Hasan, pendiri dan pemimpin pesantren Bangil (Persis) yang menerangkan bahwa bunga bank yang seperti di Negara kita kita ini bukan riba yang diharamkan, karena tidak bersifat ganda sebagaimana seperti yang dinyatakan dalam surat Ali Imran ayat 130 : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.

5

Cara Memberantas Riba Riba merupakan salah satu yang harus diperangi oleh masyarakat muslim, karena itu seluruh umat muslim harus berusaha untuk mengurangi bahkan memberantas segala bentuk-bentuk dari praktek riba dalam segala bidang. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk memerangi dari praktek riba itu di antaranya adalah sebagai berikut : 1. Menyuburkan dan memakmurkan sedekah, karena memang sedekah sangat dianjurkan sekali dalam agama islam (QS. Al Baqarah : 276) 2. Dana dari sedekah tadi digunakan untuk memfasilitasi segala bidang-bidang yang telah terkena paraktik riba, sehingga dengan bantuan dari dana sedekah tersebut masyarakat dituntut untuk menggunakan uangnya untuk keperluan-keperluan yang produktif saja dan bukan digunakan untuk keperluan yang bersifat konsumtif. 3. Mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai penggunaan dana syariah yang dapat digunakan untuk mendanai proyek dan kegiatan yang bisa didanai secara syariah, misalnya mengenai asuransi syariah dan perkreditan syariah 4. Memanfaatkan bunga dari bank untuk kepentingan masyarakat umum, karena jika bunga bank yang haram itu tidak diambil maka bunga tersebut akan digunakan lagi oleh bank untuk mendanai proyek-proyek yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Karena hakikatnya bunga bank itu berasal dari masyarakat umum, sehingga pemenfaatanya juga harus diberikan untuk memfasilitasi masyarakat umum dan bukan untuk digunakan secara pribadi. Cara Menggalakkan Jual-Beli Sebagaiman yang tercantum dalam surat Al Baqarah ayat 275, bahwasanya Allah SWT menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Maka sudah sepantasnya kita sebagai masyarakat muslim menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT tersebut. Untuk itu perlu digalakkan dalam masyarakat untuk mebiasakan jual-beli dengan prinsip syariah dan bukan menggunakan prinsisp riba. Adapun cara menggalakkannya antara lain sebagai berikut : 1. Menyadarkan masyarakat akan bahaya riba bagi masyarakat lainnya, sehingga mengajak masyarakat untuk melaksanakan perintah Allah SWT tadi menjadi prioritas yang diutamakan 2. Membangun warung, toko atau pasar-pasar yang dekat dari lingkungan masyarakat sehingga mudah dijangkau. 3. memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai jual-beli yang sesuai dengan ajaran agama. 4. Memberikan bantuan kepada masyarakat yang ingin mendirikan toko dengan sisitem yang sesuai dengan syariah

6

Pertanyaan dan Jawaban 1. Apakah dalam melakukan pembelian kendaraan bermotor juga termasuk riba ? Jawab : Tidak. Karena selisih harga yang ditawarkan oleh toko untuk pembelian secara kredit daripada pembelian secara tunai didasarkan pada Time Value of Money (nilai waktu uang), sehingga tambahan harga tersebut bukan merupakan bagian dari praktik riba. Selain itu juga kesepakatan harganya telah disepakati sebelum taransaksi terjadi 2. Mengapa bunga bank (tabungan) diharamkan? Jawab :  Seperti pada pengerian riba di atas ”Riba adalah tambahan dari harta pokok”. Dari pengertian di atas sudah dapat diambil kesimpulan, karena ada tambahan dari harta kita semula tanpa kita berbuat apa-apa dan tanpa bersusah payah dan tambahan itu bukan didapat dari hasil persekutuan atau lainnya maka tambahan itu diharamkan.  Dari cara bank memperoleh dana untuk memberikan bunga dilakukan melalui cara-cara yang tidak disyariatkan dalam agama, baik melaui pemaksaan, penyitaan maupun cara yang diharamkan oleh agama sekalipun seperti memberikan pinjaman uang untuk pembangunan tempat-tempat maksiat atau yang lainnya yang tidak dipikirkan oleh bank bagaimana cara nasabah

tersebut

dapat

mengembalikan

pinjamannya,

bank

hanya

mementingkan nasabah tersebut dapat mengembalikan pinjamannya saja 3. Apakah jika seseorang meminjam uang yang dalam pengembalianya si peminjam dengan sekarela memberikan kelebihan yang disyaratkan oleh yang meminjamkan uang juga termasuk praktik riba ? Jawab : Ya, itu termasuk riba. Karena riba merupakan tambahan dari harta pokok sebagai syarat terjadinya suatu transaksi. Meskipun si peminjam dengan sukarela memberikan tambahan yang disyaratkan oleh yang meminjamkan, itu karena perjanjian / akad pemberian tambahan terjadi sebelum transaksi dan sudah diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak. Lain hanya jika si peminjam memberikan tambahan pada saat ia mengembalikan uang dan tambahanya itu bukan didasarkan atas persyaratan yang disyaratkan oleh yang meminjamkan namun semata-mata sebagai ucapan terima kasih saja maka hal itu tidak diharamkan dalam agama

7

Daftar Pustaka Antonio, Muhammad syafi’i. 2001. Bank syariah dari teori ke praktik. Jakarta: Gema Insani Press Muslih, Mohammad dan Drs. Nur Hadi Ikhsan. 2007. Fiqih untuk Kelas IX Madrasah Tsanawiyah. Jakarta : Yudhistira Siamat, Dahlan. 2001. Managemen Lembaga Keuangan (Edisi Ketiga). Jakarta : FEUI Zuhdi, Masyfuk. 1994. Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam. Jakarta : Haji Masagung.

8

Related Documents

Rib A 1
May 2020 6
Rib A
June 2020 27
Rib A
May 2020 9
Rib A
May 2020 8
Rib
May 2020 13
A Rib June 2007
May 2020 9