Ri-pikm_bukuii

  • Uploaded by: Alle Zubir
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ri-pikm_bukuii as PDF for free.

More details

  • Words: 19,229
  • Pages: 89
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH 2002 – 2004

BUKU II

Program Pengembangan Industri Kecil Menengah

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI 2003

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Buku II yang merupakan bagian dari Buku I Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil Menengah (RIP-IKM) untuk masa pembangunan Tahun 2002 – 2004 telah selesai disusun. Buku I berisi tentang Kebijakan dan Strategi Umum Pengembangan Industri Kecil Menengah yang disusun dengan tujuan sebagai pedoman umum yang berlaku secara nasional untuk digunakan sebagai arahan ke mana industri kecil menengah akan dikembangkan. Buku II adalah merupakan penjelasan serta penjabaran Buku I, dimana dalam buku ini lebih dibahas dengan rinci tentang hal-hal yang disinggung dalam Buku I. Dalam buku ini dibahas pengertian, prioritas, misi serta sasaran pengembangan komoditi prioritas secara lebih rinci. Buku II memuat Program Pengembangan Industri Kecil Menengah yang terdiri dari 5 (lima) bab utama,yang terdiri atas : Bab I

: Memuat Perhitungan Target Kuantitatif Pengembangan Industri Kecil Menengah.

Bab II

: Memuat Program Pengembangan Industri Kecil Menengah Penggerak Perekonomian Daerah.

Bab III

: Memuat Program Pengembangan Pendukung (Supporting Industry).

Industri

Kecil

Menengah

Bab IV

: Memuat Program Pengembangan Berorientasi Ekspor.

Industri

Kecil

Menengah

Bab V

: Memuat Program Pengembangan Industri Kecil Menengah Inisiatif Baru.

Perlu sedikit diulas bahwa terdapat sedikit perbedaan angka-angka antara angka total PDB, unit usaha dan tenaga kerja, pada Buku I dan Buku II. Perbedaan angka yang dimaksud adalah karena pada Buku I data diambil dari Buku Pengukuran dan Analisis Ekonomi Kinerja Penyerapan Tenaga Kerja, Nilai Tambah dan Ekspor Usaha Kecil Menengah serta Peranannya terhadap Tenaga Kerja Nasional dan Produk Domestik Bruto, hasil kerjasama Proyek Pengembangan Sistem Informasi Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, Kantor Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dengan Badan Pusat Statistik Tahun 2001, sedangkan pada Buku II digunakan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik yang meliputi Survey Usaha Terintegrasi, Profil Usaha Kecil dan Menengah Tidak Berbadan Hukum, Statistik Industri Besar dan Sedang serta hasil monitoring Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah. Bahan-bahan tersebut diolah oleh Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah dalam rangka kebutuhan Buku II ini. Perbedaan terjadi karena Buku I

i

menyajikan PDB, unit usaha dan tenaga kerja, tetapi tidak dapat ditelusuri lebih lanjut untuk mendapatkan data-data menurut komoditi prioritas yang tingkatnya sudah sangat rinci. Selanjutnya kepada semua pihak dan jajaran aparat terkait diharapkan menggunakan acuan program ini dalam melakukan upaya pengembangan industri kecil menengah sesuai dengan tugas dan misinya masing-masing. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati upaya kita dalam mengembangkan industri kecil menengah sehingga dapat mencapai sasaran yang dituju. Amin. Jakarta,

Maret 2003

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

RINI M SUMARNO SOEWANDI

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………

i

Daftar Isi………………………………………………………………………….

iii

Daftar Tabel………………………………………………………………………

vi

Daftar Lampiran ………………………………………………………………….

viii

BAB I.

PERHITUNGAN TARGET KUANTITATIF PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH……………………….… 1 1.1 1.2 1.3

BAB II.

Pendahuluan …………………………………………………. Simulasi Perhitungan Pertumbuhan IKM…………………… Perhitungan Target PDB, Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi IKM………………………………………………….

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PENGGERAK PEREKONOMIAN DAERAH….

1 2 4 8

2.1. Umum………..……………………………………..……….. a. Pengertian, Ciri/Kriteria dan Lingkup Komoditi Prioritas…..….………………..…………………….…. b. Misi Serta Tujuan ……………………………………. c. Target Group Pembinaan dan Pengembangan……..….. d. Kondisi Umum Saat Ini………..……………….……… e. Sasaran Pengembangan Tahun 2003 - 2004…………… f. Arah Pengembangan……………………………..…….. g. Kebijakan Pengembangan………………………..……. h. Strategi Pengembangan…………………………..……. i. Program Pengembangan……………………………..…

8 8 9 9 9 10 11 12 12 13

2.2. Pengembangan IKM Penggerak Perekonomian Daerah Per Kelompok Komoditi ………………………..……………… a. Industri Makanan Ringan ……..……………………… b. Industri Sutera Alam ..………………………………… c. Industri Penyamakan Kulit…….……………………… d. Industri Pengolahan Minyak Sawit (CPO-IKM)……… e. Industri Pupuk (Alam dan Organik)………………….. f. Industri Garam………………………………….……... g. Industri Genteng………………………………………. h. Industri Alsintani dan Pande Besi……………………… i. Pengembangan Motorisasi Kapal Nelayan……….…… j. Industri Kapal ≤100 GT……………..……………….

13 13 15 16 17 19 21 22 23 25 27

iii

k. l. m. BAB III.

28 30 32

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PENDUKUNG (SUPPORTING INDUSTRY)…………

34

3.1. Umum…………………………………………………….…

34

a.

Pengertian, Ciri/Kriteria dan Lingkup Komoditi Prioritas………………………………………………. Misi serta Tujuan……………………………………. Target Group Pembinaan dan Pengembangan ……… Kondisi Umum Saat Ini ..…………………………… Sasaran Pengembangan Tahun 2003-2004………….. Arah Pengembangan ………………………………… Kebijakan Pengembangan…………………………… Strategi Pengembangan……………………………… Program Pengembangan……………………………… Lokasi Pengembangan………………………………..

34 34 35 35 36 37 38 38 39 40

3.2. Pengembangan Kelompok Industri Komoditi Terpilih….

41

b. c. d. e. f. g. h. i. j.

a. b. c. d. BAB IV.

Industri Tenun Tradisional………………..…………… Industri Perhiasan……………………..………………. Industri Kerajinan Anyaman………………….……….

Komponen KBM…………………………………….. Mesin dan Peralatan Pabrik..…………………………. Elektronika…………………………………………… Komponen (Barang Karet dan Plastik)……………….

41 42 43 44

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH BERORIENTASI EKSPOR………….……….………..

45

4.1

Umum…………………………..……….………………….. a. Pengertian, Ciri/Kriteria dan Lingkup Komoditi Prioritas……………………………………………….. b. Misi Serta Tujuan……………..………………………. c. Target Group Pembinaan dan Pengembangan ……….. d. Kondisi Umum Saat Ini ………………..……….…….. e. Sasaran Pengembangan Tahun 2003-2004 ….………….. f. Arah Pengembangan …………………………………. g. Strategi Pengembangan ……………………………… h. Program Pengembangan………………………….…..

45

Pengembangan Kelompok Industri Komoditi Terpilih…. a. Industri Pengolahan Ikan……..……………………….. b. Industri Kerupuk ………………………………..……. c. Industri Barang Jadi Kulit…………………..………… d. Industri Alas Kaki/Sepatu Kulit…………………..….. e. Industri Pakaian Jadi……………………………..…… f. Industri Barang Jadi Tekstil…………………..………. g. Industri Minyak Atsiri..……………………..…………

50 50 52 53 54 55 56 57

4.2

45 46 46 46 47 49 49 49

iv

h. i. j. k. l. m. n. o. p. BAB V.

BAB VI.

Industri Arang Kayu/Tempurung……………….……. Industri Furniture Kayu/Rotan…..……….………….. Industri Batik………….……………….……………… Industri Perhiasan………………………………..……. Industri Sulaman/Bordir………………….…………… Industri Mainan Anak…………………………..…….. Industri Keramik/Gerabah……………………….……. Industri Kerajinan Kayu……………………….……… Industri Kerajinan Anyaman ………………………….

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH INISIATIF BARU….……………………………………

59 60 62 64 65 66 67 69 70

72

5.1. Umum……………………………………………………….. a. Pengertian, Ciri/Kriteria dan Lingkup Komoditi Prioritas……………………………………………….. b. Misi Serta Tujuan……………..…………..………… c. Target Group Pembinaan dan Pengembangan .…..…… d. Kondisi Umum Saat Ini…………..…………..………. e. Sasaran Pengembangan Tahun 2003 – 2004…………. f. Arah Pengembangan………………………………….. g. Kebijakan Pengembangan……………………………. h. Strategi Pengembangan……………………………….. i. Program Pengembangan……………………………….

72

5.2. Pengembangan Kelompok Komoditi………………….….. a. Industri Software Komputer……………………..……. b. Industri Pangan Pengaplikasi Bioteknologi …………. c. Industri Kimia Hasil Pertanian / Perkebunan Pengaplikasi Bioteknologi ……………………… d. Industri Kimia Pemanfaat Limbah Pengaplikasi Bioteknologi…………………………………………..

76 76 78

PENUTUP…………………………………………………………

81

LAMPIRAN – LAMPIRAN …………………………………………………...

72 72 72 73 74 75 75 75 76

79 80

82

---------------------

v

BAB I PERHITUNGAN TARGET KUANTITATIF PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

1.1

PENDAHULUAN Sektor industri Indonesia selama enam Repelita dari tahun 1965 sampai dengan tahun 1999 tumbuh dengan laju rata-rata diatas 10%/tahun, hal ini selaras dengan pertumbuhan PDB ekonomi yang tumbuh dengan rata-rata 7%/tahun. Pada periode ini negara tetangga ASEAN seperti Malaysia dan Thailand tumbuh dengan rata-rata 7,8% dan 7,2%. Krisis telah menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan hebat dimana untuk pertama kalinya sejak 30 tahun, yaitu pada tahun 1998 perekonomian terkontraksi hingga 14,6%. Namun secara berangsur-angsur ekonomi Indonesia mampu membaik kembali walaupun belum dapat mencapai tingkat pertumbuhan sejauh 30 tahun yang lalu, disamping masih berfluktuasi. Tahun 2001 PDB Indonesia hanya tumbuh 3,98% atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2000 yang mencapai 5,19%. Tahun 2002 pertumbuhan sedikit lebih baik dari tahun 2001 dan diharapkan pada tahun 2003 ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5%. Peran PDB sektor industri terhadap PDB Nasional sedikit meningkat dari 25,24% naik menjadi 25,71% dan 26,01% pada tahun 1999, 2000 dan 2001. Namun hal ini tidak diikuti peningkatan peran PDB Industri Kecil Menengah (IKM). Peran PDB sektor ini hanya berkisar antara 38 hingga 39% pada tahun 1999 hingga tahun 2001, sektor industri perannya sangat didominasi oleh industri besar. Hingga saat ini sumbangan sektor industri besar sekitar 61% terhadap PDB sektor industri secara keseluruhan. Propenas 2000 – 2004 menggariskan bahwa salah satu tujuan pembangunan sektor industri adalah pengembangan pengusaha kecil menengah dan koperasi yang mampu memperluas basis ekonomi dan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mempercepat perubahan struktural, yaitu dengan meningkatnya perekonomian daerah dan ketahanan ekonomi nasional. Perubahan struktur dalam pembangunan sektor industri yang dimaksud mencerminkan tuntutan peningkatan pada dimensi jenis maupun skala industri, yaitu bahwa selain sektor ini tumbuh, tetapi juga memiliki struktur yang kuat. Kekuatan struktur tercermin dari sumbangan sektor yang makin berarti dari setiap sub-sub sektor industri yang merupakan elemen-elemen industri. Sub-sub sektor yang dimaksud seperti misalnya sub-sub (cabang industri) pangan, sandang, kimia, engineering dan sebagainya. Kekuatan struktur dimaksud juga mencerminkan bahwa semakin meningkatnya peran sektor IKM terhadap sektor industri secara keseluruhan.

1

Secara kuantitatif apa yang diamanatkan oleh Propenas mengindikasikan bahwa sektor industri harus dibangun sehingga PDB-IKM mampu menyamai atau bahkan melebihi PDB-Industri Besar (IB). Pertanyaan kini yaitu berapa besar pertumbuhan industri kecil, industri menengah dan berapa industri besarnya sendiri, serta kapan kondisi keseimbangan antara peran IKM dan IB tercapai. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dilakukan simulasi untuk menghitung pertumbuhan industri kecil maupun industri menengah yang selanjutnya disebut dengan IKM dalam mencapai target Program Pembangunan Nasional (Propenas) dimaksud dengan asumsi umum dalam simulasi yaitu pertumbuhan ekonomi akan konstan pada tingkat 5% setelah tahun 2004. 1.2

SIMULASI PERHITUNGAN PERTUMBUHAN IKM Proses simulasi untuk menentukan berapa pertumbuhan IKM ke depan untuk mencapai target Propenas disajikan dengan rinci pada Lampiran 1 dan 2. Hasil yang tersaji pada kedua lampiran tersebut adalah merupakan hasil perhitungan dengan proses iterasi sebagai berikut : a.

Iterasi Pertama Asumsi-asumsi awal pada iterasi pertama ditetapkan sebagai berikut : (1) melihat pertumbuhan ekonomi (PDB) pada tahun 1999, 2000 dan 2001, maka diasumsikan bahwa pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2003 dan 2004 adalah sebesar 4% dan 5%, (2) kontribusi PDB Industri terhadap PDB Nasional kedepan adalah tetap sama dengan rata-rata kontribusi industri dari tahun 1997 s/d 2001; (3) kontribusi PDB Industri Kecil (IK) dan Industri Menengah (IM) kedepan terhadap industri nasional adalah sama seperti ratarata kontribusi tahun 1997 s/d 2001; (4) kondisi yang ingin dicapai yaitu kontribusi PDB IB sama dengan PDB Industri-PDB IKM. Dengan kondisi-kondisi yang ditetapkan tersebut, hasil perhitungan memperlihatkan bahwa kondisi yang dikehendaki Propenas tercapai bila pertumbuhan IK 6,6% per tahun dan IM 7,4% per tahun atau IKM secara rata-rata akan tumbuh 6,96%. Dengan kedua laju pertumbuhan ini maka dalam 10 tahun yang akan datang atau pada tahun 2012 akan tercapai keseimbangan antara PDB-IKM dengan PDB-IB. Dalam iterasi ini ternyata PDB IB hanya tumbuh antara 3 s/d 3,45% per tahun, kondisi ini tidak mungkin dan boleh dikatakan terlalu kecil jika dibandingkan dengan fakta bahwa perkembangan industri besar selama 6 Repelita yang lalu selalu tumbuh rata-rata 10% per tahun. Dilain pihak industri kecil berdasarkan pengalaman selama ini pertumbuhannya hanya 1 s/d 2% diatas pertumbuhan ekonomi. Untuk itu pendekatan perhitungan harus disesuaikan dan dicoba pada iterasi berikutnya.

b.

Iterasi Kedua Laju pertumbuhan industri besar diperbesar menjadi 6% (rata-rata tahun 2000 s/d 2001) sedangkan asumsi pertumbuhan IKM tetap dijaga agar tetap 6,96% (= 7%) seperti pada iterasi 1. Ternyata hasilnya memperlihatkan bahwa dalam 10 tahun target Propenas seperti hasil pada iterasi pertama kini tidak lagi dapat dicapai. Hal ini mengindikasikan bahwa perlu pertumbuhan 2

IKM yang lebih besar, sehingga proses iterasi perlu dilanjutkan dengan mencoba merubah skenario pertumbuhan. c.

Iterasi Ketiga Dengan pendekatan yang sama, selanjutnya dilakukan suatu set iterasi dengan mempertimbangkan perilaku industri berdasarkan pengalaman enam Repelita yang lalu. Bila ditetapkan pertumbuhan industri besar antara 7 – 8% (lebih mendekati rata-rata 6 Repelita terdahulu) dan industri menengah 14%, maka keseimbangan IKM dengan IB ternyata dapat tercapai. Secara lengkap sub-iterasi pada iterasi ketiga tersaji dalam Lampiran 1 dan 2. Secara lengkap ringkasan dari hasil iterasi tersaji pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Set Iterasi Ketiga Pertumbuhan IK, IM dan IB serta Ketercapaian Keseimbangan IKM dan IB PERTUMBUHAN (%)

ITERASI KE TIGA SUB-ITERASI KE

IK

IM

IB

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 9 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10

10 12 12 14 14 14 14 10 12 12 14 14 14 10 12 12 14 14 14 10 10 12 12 14 14 14 10 10 12 12 12 14 14 14 14

7,8,9,10 7 8,9,10 7 8 9 10 7,8,9,10 7 8,9,10 7 8 10 7,8,9,10 7 8,9,10 7 8 10 7 8,9,10 7 9,10 7 8 10 7 8,9,10 7 8 9,10 7 8 9 10

KESEIMBANGAN IKM = IB TERCAPAI PADA TAHUN KE ~ 18 ~ 12 16 22 ~ ~ 16 ~ 14 18 ~ ~ 15 ~ 13 17 ~ 18 ~ 14 ~ 12 16 ~ 15 ~ 12 17 ~ 10 13 18 ~

3

d.

Hasil yang Diperoleh Dengan mempertimbangkan bahwa angka ideal untuk industri kecil adalah pada tingkat sebesar 7% dan industri besar pada tingkat sekitar 8%, serta keinginan untuk mencapai keseimbangan struktur seperti yang ditargetkan oleh Propenas harus dipenuhi, maka iterasi ketiga diatas menginformasikan bahwa yang harus dipacu adalah industri menengah dengan angka pertumbuhan sebesar 14%. Dengan kondisi ini diharapkan pada tahun 2020 atau 18 tahun yang akan datang kondisi keseimbangan yang dimaksud dapat tercapai. Angka-angka ini selanjutnya akan dijadikan pegangan menghitung pertumbuhan IKM kedepan dengan pendekatan pada asumsi pertumbuhan seperti yang tersaji Tabel 1.2. Tabel 1.2 Pola Perhitungan Target Pertumbuhan IK, IM , IB TAHUN

JENIS INDUSTRI

1.3

2003

2004

2005

………

2020

Industri Kecil

7%

7%

7%

………

7%

Industri Menengah

10%

12%

14%

………

14%

Industri Besar

7%

7%

8%

………

8%

PERHITUNGAN TARGET PDB, UNIT USAHA, TENAGA KERJA DAN NILAI PRODUKSI IKM Untuk menghitung target PDB tahun 2003 dan 2004 akan digunakan PDB industri kecil menengah tahun 1998-2001 sebagaimana yang tersaji pada Tabel 1.3 Tabel 1.3 Perkembangan PDB IKM tahun 1998-2001 Menurut Harga Konstan tahun 1993 (Rp. juta) NO.

URAIAN

INDUSTRI KECIL MENENGAH 1. IKM Pangan

1998

1999

2000

2001

32.822.602 9.740.100

33.863.614 9.015.405

36.184.500 8.367.506

38.260.098 8.908.343

3.473.659

3.908.628

5.274.767

5.808.898

2.

IKM Sandang

3.

IKM Kimia Bahan Bangunan

12.123.331

12.655.929

12.421.721

12.593.841

4.

IKM Logam dan Elektronika

4.969.321

5.186.752

6.237.814

6.741.450

5.

IKM Kerajinan

2.516.190

3.096.900

3.882.692

4.207.566

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah Ditjen IDKM)

PDB IKM tahun 1998-2001 yang tersaji dalam Tabel 1.3. selanjutnya diaplikasikan untuk menghitung proyeksi PDB IKM tahun 2003 dan 2004 dengan laju pertumbuhan IK sebesar 7% dan IM 9% untuk tahun 2003, dan 12% untuk tahun 2004, sedangkan IB dihitung dengan laju pertumbuhan 7% untuk tahun 2003 dan 2004, yang hasilnya tersaji pada Tabel 1.4. 4

Tabel 1.4 Proyeksi PDB IKM tahun 2002-2004 (Rp. juta) NO.

URAIAN

INDUSTRI KECIL MENENGAH

2002

2003

2004

40.766.940

44.165.566

48.256.216

9.485.260

10.368.239

11.034.393

1.

IKM Pangan

2.

IKM Sandang

6.231.785

6.898.363

7.357.271

3.

IKM Kimia Bahan Bangunan

13.239.012

13.743.705

15.169.328

4.

IKM Logam dan Elektronika

7.260.082

8.123.745

9.226.785

5.

IKM Kerajinan

4.550.802

5.031.513

5.468.440

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Ditjen IDKM

Sama hasilnya seperti perhitungan PDB proyeksi perkembangan unit usaha serta tenaga kerja industri kecil menengah untuk tahun 2003 dan 2004 dihitung berdasarkan angka populasi unit usaha, tenaga kerja dan nilai produksi tahun 1998-2004 seperti yang tersaji pada Tabel 1.5 s/d Tabel 1.10. Tabel 1.5. Perkembangan Unit Usaha Industri Kecil Menengah tahun 1998-2001 (unit) NO.

URAIAN

INDUSTRI KECIL MENENGAH 1. 2. 3. 4. 5.

IKM Pangan IKM Sandang IKM Kimia Bahan Bangunan IKM Logam dan Elektronika IKM Kerajinan

1998

1999

2000

2001

2.114.400

2.536.220

2.724.670

2.885.820

721.490 175.995 422.077 61.030 733.809

838.947 223.089 522.777 60.145 891.262

897.629 213.497 548.278 59.634 1.005.632

950.325 303.767 536.760 57.733 1.037.235

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Ditjen IDKM

Tabel 1.6. Proyeksi Unit Usaha Industri Kecil Menengah tahun 2002-2004 (unit) NO.

URAIAN

INDUSTRI KECIL MENENGAH

2002

2003

2004

2.901.454

2.988.519

3.078.202

1.

IKM Pangan

978.834

1.008.199

1.038.445

2.

IKM Sandang

312.880

322.267

331.935

3.

IKM Kimia Bahan Bangunan

552.863

569.449

586.533

4.

IKM Logam dan Elektronika

61.853

63.730

65.669

5.

IKM Kerajinan

995.024

1.024.874

1.055.621

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Ditjen IDKM

5

Tabel 1.7 Perkembangan Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah tahun 1998-2001 (ribu orang) NO.

URAIAN

INDUSTRI KECIL MENENGAH

1998

1999

2000

2001

8.329,53

10.135,52

10.708,42

11.363,76

1.

IKM Pangan

2.457,95

3.064,56

3.129,10

3.342,45

2.

IKM Sandang

1.628,59

1.848,93

1.813,05

2.116,91

3.

IKM Kimia Bahan Bangunan

2.307,80

2.797,42

2.990,08

3.023,25

4.

IKM Logam dan Elektronika

590,08

626,06

614,46

655,51

5.

IKM Kerajinan

1.345,11

1.798,55

2.161,73

2.225,64

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Ditjen IDKM

Tabel 1.8 Proyeksi Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah tahun 2002-2004 (ribu orang) NO.

URAIAN

2002

INDUSTRI KECIL MENENGAH

2003

2004

11.919,15

12.515,11

13.140,86

1.

IKM Pangan

3.509,57

3.685,05

3.869,30

2.

IKM Sandang

2.222,76

2.333,90

2.450,59

3.

IKM Kimia Bahan Bangunan

3.174,42

3.333,14

3.499,79

4.

IKM Logam dan Elektronika

688,28

722,70

758,83

5.

IKM Kerajinan

2.324,12

2.440,33

2.562,34

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Ditjen IDKM

Tabel 1.9 Perkembangan Nilai Produksi Industri Kecil Menengah tahun 1998-2001 Menurut Harga Konstan tahun 1993 (Rp juta) NO.

URAIAN

INDUSTRI KECIL MENENGAH

1998

1999

2000

2001

87.777.433

93.606.297

100.453.677

94.893.822

1.

IKM Pangan

31.993.127

28.653.283

28.930.188

27.589.516

2.

IKM Sandang

9.548.948

11.502.744

15.413.056

15.996.143

3.

IKM Kimia Bahan Bangunan

28.746.039

30.223.172

33.865.111

28.720.149

4.

IKM Logam dan Elektronika

11.711.649

12.075.717

14.038.876

15.473.954

5.

IKM Kerajinan

5.777.670

11.151.381

8.206.446

7.114.060

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Ditjen IDKM

6

Tabel 1.10 Proyeksi Nilai Produksi Industri Kecil Menengah tahun 2002-2004 Menurut Harga Konstan tahun 1993 (Rp juta) NO.

URAIAN

INDUSTRI KECIL MENENGAH

2002

2003

2004

103.163.702

112.218.793

122.140.657

1.

IKM Pangan

29.763.182

32.108.159

34.637.953

2.

IKM Sandang

17.346.925

18.813.552

20.406.110

3.

IKM Kimia Bahan Bangunan

30.862.385

33.176.451

35.677.001

4.

IKM Logam dan Elektronika

17.383.219

19.546.402

21.998.667

5.

IKM Kerajinan

7.807.991

8.574.230

9.420.926

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Ditjen IDKM

7

BAB II PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PENGGERAK PEREKONOMIAN DAERAH

2.1. UMUM a.

Pengertian, Ciri/Kriteria dan Lingkup Komoditi Prioritas 1)

Pengertian: IKM Penggerak Perekonomian Daerah adalah industri yang memproduksi barang dan jasa yang menggunakan bahan baku utamanya berbasis pada pendayagunaan sumber daya alam, bakat dan karya seni tradisional dari daerah setempat.

2)

Ciri/Kriteria: (1) (2) (3) (4) (5)

(6) (7) (8) 3)

Bahan bakunya mudah diperoleh, utamanya karena tersedia di daerah. Menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan alih teknologi. Keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun temurun. Bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Peluang pasar cukup luas, sebagian besar produknya terserap di pasar lokal/domestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi untuk diekspor. Beberapa komoditi tertentu memiliki ciri khas terkait dengan karya seni budaya daerah setempat Melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat. Secara ekonomis menguntungkan.

Lingkup Komoditi Prioritas : (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Makanan ringan. Sutera alam. Penyamakan kulit. Minyak sawit (CPO-IKM). Pupuk (alam dan organik). Garam. Genteng. Alsintani dan pande besi. Kapal < 100 GT. 8

(10) (11) (12) (13) (14) b.

Misi serta Tujuan 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)

c.

Memanfaatkan potensi SDA andalan lokal secara optimal, masyarakat IKM setempat dan sebagai pemasok utama pasar lokal. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Memperluas kesempatan kerja (mengurangi pengangguran). Melestarikan dan mengembangkan seni tradisional budaya daerah. Mengisi kebutuhan pasar lokal, domestik dan ekspor. Meningkatkan perolehan devisa. Memajukan daerah.

Target Group Pembinaan dan Pengembangan 1) 2)

d.

Motorisasi kapal nelayan. Alat pertanian tradisional. Tenun tradisional. Perhiasan. Anyaman.

Sasaran pembinaan kelompok masyarakat meliputi: petani, nelayan, masyarakat pedesaan dan kelompok pencari kerja lainnya. Sasaran lokasi pengembangan yang secara geografis memerlukan penanganan yang lebih intensif antara lain: daerah perbatasan, daerah terbelakang, Kawasan Timur Indonesia, kantong-kantong pengangguran di perkotaan serta daerah pedesaan yang potensial untuk dibina.

Kondisi Umum Saat Ini 1)

Lingkungan Internal Kekuatan (1) (2) (3) (4) (5)

Bahan baku tersedia di pasaran setempat/mudah diperoleh. Keterampilan dasar sudah dimiliki secara turun temurun. Teknologi tersedia dan mudah untuk dikuasai atau ditransfer. Dapat dijadikan usaha andalan/mata pencaharian masyarakat banyak. Adanya dukungan kebijakan dan program dari swasta maupun semua tataran pemerintahan.

Kelemahan (1) (2) (3) (4)

Manajemen, teknologi dan mesin/peralatan yang digunakan masih sederhana sehingga kurang efisien. Mutu produk beragam dan belum ada standarisasi. Akses informasi pasar masih terbatas/belum dikuasai. Kemasan belum memenuhi persyaratan teknis dan tidak menarik konsumen. 9

2)

Lingkungan Eksternal Peluang (1) (2) (3)

Pangsa pasar dalam negeri cukup luas. Fundamental ekonomi makro Indonesia mulai membaik Dapat dikembangkan untuk pasar ekspor.

Tantangan/Ancaman (1) (2) (3) (4) (5)

e.

Daya saing produk masih lemah. Persaingan semakin ketat baik dari produksi dalam negeri maupun barang impor. Iklim usaha belum kondusif bila dibandingkan fasilitasi negaranegara pesaing terhadap IKM-nya. Kebijakan pemerintah di berbagai bidang seperti tarif BBM, tarif transport dan tarif listrik telah meningkatkan biaya yang tidak kecil. Pemahaman/interpretasi otoda belum terstandardisasi antar daerah menjadikan iklim usaha tidak kondusif.

Sasaran Pengembangan Tahun 2003 - 2004 1)

Kualitatif (1) (2) (3) (4) (5)

(6) (7) (8) (9) 2)

Tersedianya informasi peluang pasar dalam negeri untuk berbagai kelompok dan komoditi industri dengan teknologi sederhana. Terbukanya kesempatan usaha baru dengan bahan baku berbasis SDA setempat. Meningkatnya nilai tambah/pendapatan yang diterima perajin. Mengurangi pengangguran. Meningkatnya daya saing industri dengan melakukan penerapan teknologi produksi sederhana dan mudah dikuasai untuk diversifikasi produk dan desain dalam membuat inovasi. Tersedianya bahan baku alternatif yang dapat dijadikan sebagai pilihan. Meningkatnya bantuan permodalan, perpajakan, dan insentif lainnya. Meningkatnya informasi untuk pengembangan manajemen maupun mutu produk. Tumbuh dan berkembangnya perekonomian daerah.

Kuantitatif Sasaran kuantitatif pengembangan industri penggerak perekonomian daerah dapat dilihat pada Tabel 2.1 :

10

Tabel 2.1 Sasaran Peningkatan Jumlah Unit Usaha, Penyerapan Tenaga Kerja dan Nilai Produksi IKM Penggerak Perekonomian Daerah tahun 2003 - 2004 UNIT USAHA (Unit) NO

INDUSTRI

1 2 3

2003

2004

Posisi 2002

Proyeksi 2003

2004

Posisi 2002

Proyeksi 2003

2004

66.28 8

68.277

70.325

240.650

252.680

265.310

1.996.2 01

2.154.3 14

2.324.9 53

Sutera Alam

32.54 7

33.524

34.530

187.870

197.260

207.120

347.898

374.068

402.212

386

398

405

12.050

12.650

13.280

141.367

148.638

156.279

10

10

11

10.330

10.850

11.390

1.114.6 07

1.222.6 13

1.341.0 84

CPO-IKM

5

Pupuk

412

425

437

9.660

10.150

10.660

142.133

152.407

163.481

6

Garam

2.866

2.952

3.041

30.190

31.700

33.290

156.239

170.333

185.734

Genteng

197.9 09

203.846

209.962

941.710

988.800

1.038.2 40

3.870.1 77

4.095.5 05

4.334.3 13

8

Alsintani

404

416

429

5.230

5.490

5.760

32.403

36.214

40.506

9

Motorisasi Kapal Nelayan

2.516

2.591

2.669

17.110

17.960

18.860

83.604

91.003

99.166

10

Kapal < 100 GT

2.010

2.070

2.132

26.370

27.690

29.070

350.150

386.214

426.446

11

Mesin alat pertanian tradisional

24.32 4

25.054

25.806

66.360

69.680

73.160

467.352

496.130

526.721

Tenun Tradisional

185.4 58

191.021

196.752

381.840

400.930

420.980

1.119.1 54

1.219.6 50

1.329.4 61

Perhiasan

18.95 5

19.524

20.110

49.400

51.870

54.460

866.379

947.801

1.037.2 94

Anyaman

659.9 67

679.766

700.159

1.087.8 10

1.142.2 00

1.199.3 10

1.567.7 96

1.705.6 22

1.855.7 96

7

12 13 14

f.

Proyeksi

NILAI PRODUKSI (Juta Rp.)

Makanan Ringan

Penyamakan Kulit

4

Posisi 2002

TENAGA KERJA (Orang)

Arah Pengembangan Pengembangan IKM penggerak perekonomian daerah diarahkan pada : 1)

Menetapkan suatu kerangka kebijakan pengembangan IKM penggerak perekonomian daerah yang selaras antara kebijakan pengembangan IKM nasional dan kebijakan pembangunan di daerah.

2)

Meningkatkan IKM penggerak pembangunan daerah di bidang teknologi, manajemen dan kualitas SDM yang didukung oleh berbagai pihak: Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD dan lembagalembaga terkait.

3)

Memperluas kesempatan berusaha dan kesempatan kerja di daerah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di daerah. 11

4)

g.

Memperluas jangkauan pasar, dari lokal menjadi pasar antar provinsi bahkan pasar ekspor melalui peningkatan daya saing dan informasi pasar luar negeri.

Kebijakan Pengembangan Untuk mewujudkan visi, misi dan arah pengembangan IKM penggerak perekonomian daerah ditetapkan kebijakan sebagai berikut :

h.

1)

Pengembangan industri ditekankan pada upaya optimalisasi penggunaan sumber daya alam lokal untuk meningkatkan nilai tambah, memperkuat struktur industri, memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan memperkuat daya saing produk terutama dalam pasar bebas AFTA tahun 2003.

2)

Selalu mengacu kepada pengaruh lingkungan internal dan eksternal, yaitu faktor-faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimiliki masing-masing komoditi terpilih dari kelompok IKM penggerak perekonomian daerah.

3)

Memperkuat struktur industri melalui hubungan vertikal hulu hilir antara pemasok/penghasil dengan pengguna bahan baku dan hubungan kemitraan antara lembaga terkait dengan IKM atau antara perusahaan besar dengan IKM terpilih.

4)

Menciptakan iklim usaha yang semakin kondusif, antara lain: kemudahan-kemudahan yang dituangkan dalam peraturan perundangundangan, fasilitasi untuk dukungan akses permodalan, akses pasar, akses teknologi informasi, peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan.

Strategi Pengembangan Berdasarkan misi yang diemban, strategi pengembangan industri ini ditempuh melalui 2 langkah, yaitu: 1)

Meningkatkan Permintaan (Pull Factors): (1)

(2)

(3) 2)

Memperkuat hubungan kemitraan antara IKM (yang termasuk penggerak perekonomian daerah) dengan industri besar/BUMN maupun lembaga-lembaga pendukung permodalan dan pemasaran. Menciptakan kebijakan iklim usaha yang lebih kondusif seperti: peraturan pajak, bea masuk, distribusi, pemberian insentif, kemudahan kredit, dll. Memberikan dukungan litbang dan prasarana serta fasilitasi promosi dan pemasaran baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Meningkatkan Pengembangan Usaha (Push Factors): (1)

Menjaga kontinuitas dan standarisasi mutu bahan baku. 12

(2) (3) (4)

Memperbaiki dan meningkatkan produktivitas mesin/peralatan. Meningkatkan kualitas SDM. Fasilitasi akses permodalan, informasi dan pemasaran.

Penerapan strategi disesuaikan dengan kemampuan internal (kekuatan dan kelemahan) di IKM masing-masing daerah serta faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) untuk setiap komoditi IKM penggerak perekonomian daerah. i.

Program Pengembangan 1)

Pengembangan Teknologi (1) Pengenalan/sosialisasi teknologi pengolahan yang lebih baik. (2) Bantuan peralatan pengolahan bagi IKM tertentu. (3) Fasilitasi pengembangan mutu.

2)

Peningkatan kualitas SDM (1) (2) (3)

3)

Memberi bimbingan dan pelatihan teknis/keterampilan peningkatan manajemen. Sosialisasi peraturan-peraturan menyangkut IKM. Sosialisasi penemuan balai-balai penelitian.

dan

Fasilitasi Bantuan Permodalan Fasilitasi akses terhadap lembaga permodalan Bank/Non Bank.

4)

Bantuan Pemasaran (1) (2) (3)

5)

Fasilitasi pendirian trading house. Fasilitasi penyediaan informasi pasar dan peningkatan teknologi informasi. Fasilitasi untuk mengikuti pameran.

Memfasilitasi Kerjasama/Kemitraan Fasilitasi kemitraan antara BUMN/Swasta besar dengan IKM.

6)

Iklim dan Sarana Usaha (1) (2)

7)

Fasilitasi penyediaan sarana dan prasarana usaha. Penyusunan dan peninjauan kembali kebijakan dan peraturan yang membantu IKM (penciptaan iklim usaha yang kondusif).

Pemanfaatan hasil Litbang dan Peningkatan Mutu Produk (1) (2)

Penyediaan jasa pengujian dan assessment mutu produk. Sosialisasi penemuan yang baru dari Balai-balai Litbang.

2.2. PENGEMBANGAN IKM PENGGERAK PEREKONOMIAN DAERAH PER KELOMPOK KOMODITI.

13

a.

Industri Makanan Ringan 1)

Keadaan Spesifik (1) (2) (3) (4) (5) (6)

2)

Kurang memperhatikan aspek higienis. Masih ada penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) tidak benar/bahan tambahan yang dilarang. Pengelolaan/manajemen usaha masih sederhana. Mutu sangat beragam dan masih banyak yang belum memenuhi standar. Kemasan sangat sederhana, tidak menarik dan label tidak sesuai dengan isi. Masuknya produk-produk makanan ringan dari negara lain yang mempunyai daya saing cukup tinggi.

Sasaran Pengembangan Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja yang ingin dicapai pada tahun 2003-2004, tersaji pada Tabel 2.2 : Tabel 2.2 Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Makanan Ringan tahun 2003 – 2004 N O.

3)

INDIKATOR

POSISI 2002

SASARAN

2003

2004

LAJU PERTUM BUHAN/THN

1.

Nilai Tambah (Rp. Juta)

532.508

581.400

619.926

7,86%

2.

Nilai Produksi (Rp Juta)

1.996.20 1

2.154.31 4

2.324.95 3

7,88%

3.

Unit Usaha (Unit)

66.288

68.277

70.325

3,00%

4.

Tenaga Kerja (Orang)

240.650

252.680

265.310

5,00%

Program Pengembangan tahun 2003 - 2004 (1)

Peningkatan Mutu Produk dan Kemasan IKM Makanan Ringan. (a). Fasilitasi pengadaan peralatan produksi makanan ringan. (b). Bimbingan dan sertifikasi sistem mutu. (c). Pengembangan klinik pelayanan kemasan dan label.

(2)

Peningkatan Sumber Daya Pemberdayaan IKM Makanan Ringan (a). TOT-GMP bagi aparat pembina di daerah. (b). TOT cleaner production industri kecil menengah pangan.

(3)

Pengembangan Promosi dan Pemasaran IKM Makanan Ringan. 14

(a). Partisipasi pamasaran. (b). Penyediaan dan penyusunan informasi bisnis IKM makanan ringan. (c). Fasilitasi pendirian pusat pelayanan bisnis makanan ringan.

(4)

4)

Lokasi Pengembangan (1) (2) (3) (4) (5)

b.

Pengembangan Iklim Usaha IKM Makanan Ringan. (a). Fasilitasi kerjasama antara IKM dengan perusahaan besar. (b). Pemasyarakatan peraturan mengenai makanan ringan. Deli Serdang – Sumatera Utara. Tanjung Karang – Lampung. Ciamis, Bandung – Jawa Barat. Kebumen, Salatiga - Jawa Tengah. Kota Yogyakarta – DI Yogyakarta.

Industri Sutera Alam 1)

Keadaan Spesifik (1) (2) (3) (4) (5) (6)

2)

Tingkat utilitas produksi benang sutera rendah. Belum menggunakan teknologi tepat guna yang memadai. Bahan baku kokon yang berasal dari petani tidak mampu memenuhi kebutuhan industri pemintalan baik kualitas maupun kuantitas. Bahan baku benang yang berasal dari industri pemintalan tidak mampu memenuhi permintaan industri pertenunan. Ancaman negara pesaing (China, Thailand dan India). Harga produk sutera impor lebih murah.

Sasaran Pengembangan Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja tahun 2003 – 2004 yang ingin dicapai, tersaji pada Tabel 2.3 berikut : Tabel 2.3 Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Sutera Alam tahun 2003 – 2004 N O.

INDIKATOR

POSISI 2002

SASARAN

2003

2004

LAJU PERTUM BUHAN/THN

1.

Nilai Tambah (Rp. Juta)

91.286

98.768

105.650

8,66%

2.

Nilai Produksi (Rp Juta)

347.898

374.068

402.212

8,48%

15

3)

3.

Unit Usaha (Unit)

4.

Tenaga Kerja (Orang)

(6) (7) (8) (9)

34.530

3,00%

187.870

197.260

207.120

5,00%

Penerapan teknologi tepat guna. Fasilitasi kemitraan suplai bahan baku. Pengembangan desain. Bantuan tenaga ahli desain dan pengembangan produk sutera. Penerapan teknis pencelupan dengan menggunakan cat warna alam dan alternatif lainnya Promosi Pemasaran Promosi penggunaan merek sendiri dan pendaftaran HaKI. Pengembangan BDS. Pengembangan layanan informasi.

Lokasi Pengembangan (1) (2) (3) (4) (5) (6)

c.

33.524

Program Pengembangan (1) (2) (3) (4) (5)

4)

32.547

Kab. Wajo, Enrekang, Soppeng – Sulawesi Selatan. Kab. Garut, Sukabumi, Tasik Malaya – Jawa Barat. Kab. Boyolali, Purworejo, Magelang, Banyumas, Pemalang – Jawa Tengah. Kab. Sleman, Kota Yogyakarta – DI. Yogyakarta. Kab. Tanah Datar – Sumatera Barat. Kota Denpasar – Bali.

Industri Penyamakan Kulit 1)

Keadaan Spesifik (1) (2) (3) (4) (5) (6)

2)

Tingkat utilitas produksi penyamakan rendah. Suplai kulit mentah dalam negeri terbatas. Mesin peralatan umumnya relatif tua. Kualitas produksi kulit samak belum memenuhi persyaratan industri besar. Persaingan yang ketat dengan negara pesaing, seperti: Korea. Pencemaran lingkungan.

Sasaran Pengembangan Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja tahun 2003 – 2004, disajikan pada Tabel 2.4 berikut :

16

Tabel 2.4 Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha, Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Penyamakan Kulit tahun 2003 – 2004 SASARAN NO.

3)

POSISI 2002

2003

2004

LAJU PERTUM BUHAN/THN

1.

Nilai Tambah (Rp. Juta)

43.379

48.907

47.968

8,66%

2.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

141.367

148.636

156.279

8,46%

3.

Unit Usaha (Unit)

386

398

405

3,00%

4.

Tenaga Kerja (Orang)

12.050

12.650

13.280

5,00%

Program Pengembangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

4)

INDIKATOR

Fasilitasi pengadaan bahan baku dari berbagai sumber di luar negeri. Fasilitasi kemitraan dalam rangka peningkatan produksi dan pemasaran. Fasilitasi relokasi industri. Penyusunan panduan pengolahan limbah. Penerapan cleaner production/teknologi produksi bersih. Penerapan Sertifikasi Penerapan Sistem Mutu (SPSM)/ISO 9000. Fasilitasi pendirian sarana untuk proses penyamakan kulit, dari kulit mentah hingga menjadi wet blue (beam house). Diversifikasi bahan baku kulit hewan lain seperti: kulit ikan, kulit reptil dan lainnya.

Lokasi Pengembangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Kab. Padang Panjang – Sumatera Barat. Kota Jakarta Barat –DKI Jakarta Kab. Sukaregang (Garut) – Jawa Barat. Kab. Batang – Jawa Tengah. Kab. Bantul, Kota Yogyakarta – DI. Yogyakarta. Kab. Magetan – Jawa Timur. Kab. Kupang – Nusa Tenggara Timur. Kota Medan – Sumatera Utara. 17

(9) d.

Papua

Industri Pengolahan Minyak Sawit (CPO-IKM) Hasil dari pengolahan minyak sawit ini misalnya adalah minyak goreng sawit, sabun, margarine, oleo kimia, bio gas, bio diesel, dan bio lubricant. 1)

Keadaan Spesifik (1) (2)

(3)

(4) (5)

(6) (7)

2)

CPO digunakan sebagai bahan baku utama untuk produk industri minyak. Posisi tawar petani/pekebun kelapa sawit rakyat rendah, karena hasil TBS perkebunan rakyat masih diolah pada pabrik pengolahan industri besar. Keinginan petani perkebunan rakyat dan dunia usaha untuk mengelola pabrik CPO mini sangat besar. Luas areal perkebunan rakyat ± 1 juta Ha akan mampu menghasilkan 3 juta ton CPO per tahun apabila memiliki industri pengolah CPO IKM sendiri dengan kapasitas/skala antara 500 kilo TBS per jam sampai dengan 3 ton TBS per jam. Telah mulai dihasilkan teknologi tepat guna permesinan CPO Mini dalam negeri yang telah terandalkan. Sebuah pabrik mini akan dapat menyerap tenaga kerja ± 20 orang per unit dengan melibatkan ± 200 kepala keluarga sehingga mampu menumbuhkan usaha baru. Akan menjadi penggerak sektor ekonomi lainnya di daerah. Bantuan mesin dan peralatan pendirian minyak goreng terpadu dari produk olahan CPO

Sasaran Pengembangan Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja tahun 2003–2004 disajikan pada Tabel 2.5 berikut Tabel 2.5 Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja Pengolahan Minyak Sawit (CPO-IKM) tahun 2003 – 2004 SASARAN NO.

INDIKATOR

1.

Nilai Tambah (Rp. Juta)

2.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

3.

Unit Usaha (Unit)

POSISI 2002

2003

LAJU PERTUM BUHAN/THN

2004

275.241

283.842

331.349

7,04%

1.114.607

1.222.613

1.341.084

7,52%

10

10

11

3,00%

18

4.

3)

10.330

10.850

11.390

5,00%

Program Pengembangan (1) (2) (3) (4) (5) (6)

4)

Tenaga Kerja (Orang)

Promosi investasi mini plant CPO IKM. Kajian pemasaran/perdagangan dan distribusi CPO IKM. Pilot project pendirian industri minyak goreng terpadu dari produk olahan CPO, di Kab. Pasaman, Deli Serdang dan Lampung Selatan. Pilot project pendirian industri CPO – IKM terpadu di Kab. Lampung Selatan, Mamuju, Pasir dan Sanggau. Pengembangan industri pupuk kompos berbahan baku tandan kelapa sawit. Pengembangan industri biodiesel dan biolubricant bahan baku CPO untuk skala IKM.

Lokasi Pengembangan (1)

Kab. Aceh Selatan, Kab. Aceh Timur, Kab. Aceh Barat, Kab. Aceh Utara – Nanggore Aceh Darusalam. (2) Kab. Tapanuli Selatan, Kab. Tapanuli Tengah, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Labuhan batu, Kab. Asahan, Kab. Simalungun, Kab. Deli Serdang – Sumatera Utara. (3) Kab. Pesisir Selatan, Kab. Sawahlunto/Sijunjung, Kab. Pasaman, Kab. Solok, Kab. Agam – Sumatera Barat. (4) Kab. Batanghari, Kab. Bungo Tebo, Kab. Tanjung Jabung, Kab. Sarolangun Bangko – Jambi. (5) Kab. Bengkulu Utara, Kab. Bengkulu Selatan – Bengkulu. (6) Kab. Lampung Selatan, Kab. Lampung Tengah. Kab. Lampung Utara, Kab. Lampung Barat, Kab. Tulang Bawang – Lampung. (7) Kab. Sanggau, Kab. Ketapang, Kab. Sintang, Kab. Sambas, Kab. Pontianak – Kalimantan Barat. (8) Kab. Kota Waringin Barat, Kab. Kota Waringin Timur, Kab. Barito Utara – Kalimantan Tengah. (9) Kab. Pasir, Kab. Kutai – Kalimantan Timur. (10) Kab. Poso - Sulawesi Tengah. (11) Kab. Luwu, Kab. Mamuju – Sulawesi Selatan. (12) Kab. Manokwari, Kab. Jayapura – Papua . e.

Industri Pupuk (Alam dan Organik) 1)

Keadaan Spesifik (1) (2) (3)

Mutu produk pupuk skala kecil menengah belum terjamin konsistensi kandungan haranya. Masih sederhananya peralatan produksi yang dimiliki IKM. Belum disosialisasikannya standar mutu (SNI) pupuk IKM.

19

(4)

Berkembangnya agro industri, meningkatkan kebutuhan penyediaan pupuk alternatif yang diproduksi oleh produsen pupuk skala kecil menengah. Perlu adanya pengaturan yang serasi antara produsen pupuk besar dengan produsen pupuk IKM. Masih lemah didalam masalah permodalan

(5) (6) 2)

Sasaran Pengembangan Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja tahun 2003 – 2004 disajikan pada Tabel 2.6 berikut Tabel 2.6 Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha, Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Pupuk tahun 2003 – 2004 SASARAN NO.

3)

2003

2004

LAJU PERTUM BUHAN/THN

1.

Nilai Tambah (Rp. Juta)

30.325

31.357

35.777

7,04%

2.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

142.133

152.407

163.481

7,52%

3.

Unit Usaha (Unit)

412

425

437

3,00%

4.

Tenaga Kerja (Orang)

9.660

10.150

10.660

5,00%

Program Pengembangan (1) (2) (3) (4) (5) (6)

4)

INDIKATOR

POSISI 2002

Peningkatan keterampilan pembuatan pupuk IKM. Sosialisai SNI pupuk IKM di wilayah Jawa dan Sumatera. Pengadaan peralatan dan sarana laboratorium uji pupuk di Jatim (Kab. Sidoarjo). Peningkatan kemitraan antara pengusaha pupuk IKM dengan BUMN Pupuk dan PTP Menghilangkan peraturan yang menghambat peredaran pupuk IKM dalam upaya mendukung sektor pertanian dan perkebunan. Fasilitasi sertifikasi SNI khususnya SNI wajib bagi IKM pupuk.

Lokasi Pengembangan (1) Provinsi NAD (2) Provinsi Sumatera Utara. (3) Provinsi Lampung. (4) Provinsi Banten (5) Provinsi DKI Jakarta (6) Provinsi Jawa Barat. (7) Provinsi Jawa Tengah. (8) Provinsi DI. Yogyakarta. 20

(9) (10) (11) (12) (13) (14) f.

Provinsi Jawa Timur. Provinsi Bali Provinsi Nusa Tenggara Barat Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Sulawesi Tengah Provinsi Sulawesi Selatan

Industri Garam 1)

Keadaan Spesifik (1) Umumnya kualitas garam rakyat masih rendah, sehingga tidak dapat diproses secara langsung untuk garam beryodium (garam konsumsi). (2) Peralatan produksi garam beryodium (IKM) masih sederhana. (3) Masih kurangnya kesadaran produsen garam beryodium untuk produksi sesuai dengan SNI 01-3556-1994. (4) Masih adanya produsen garam beryodium yang belum memiliki ijin industri tetapi telah memasarkan hasil produksinya. (5) Masih rendahnya kesadaran konsumen untuk mengkonsumsi garam beryodium. (6) Kualitas garam impor lebih baik dan harganya lebih murah, sehingga impor garam curah dari luar negeri, khususnya Australia, India dan RRC makin meningkat dari tahun ke tahun.

2)

Sasaran Pengembangan Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja tahun 2003–2004 disajikan pada Tabel 2.7 berikut: Tabel 2.7 Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Garam tahun 2003 – 2004 SASARAN NO.

3)

INDIKATOR

POSISI 2002

2003

2004

LAJU PERTUM BUHAN/THN

1.

Nilai Tambah (Rp. Juta)

51.852

53.703

60.452

7,04%

2.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

156.239

170.333

185.734

7,52%

3.

Unit Usaha (Unit)

2.866

2.952

3.041

3,00%

4.

Tenaga Kerja (Orang)

30.190

31.700

33.290

5,00%

Program Pengembangan (1)

Membantu peningkatan produktivitas dan kualitas garam rakyat di NTB, NTT, Sulteng, NAD. 21

(2) (3) (4) (5) 4)

Lokasi Pengembangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

g.

Peningkatan kemampuan pengemasan dan yodisasi untuk IKM garam di provinsi NTT, NTB, Sulteng, NAD. Pelatihan peningkatan mutu IKM garam di provinsi Jabar, Banten, Jateng dan Jatim. Sosialisasi penerapan mutu garam beryodium terhadap petani produsen dan pedagang di 2 provinsi (Jatim, Jateng). Monitoring dan evaluasi industri IKM garam yang tidak memiliki ijin. Kab. Aceh Utara, Kab. Pidie – Nanggroe Aceh Darusalam Kab./Kota Tangerang – Banten DKI Jakarta. Kab. Indramayu, Kab. Cirebon – Jawa Barat. Kab. Pati, Kab. Rembang – Jawa Tengah. Kab. Sampang, Kab. Pamekasan, Kab. Pasuruan – Jawa Timur. Kab. Bima, Kab, Sumbawa – Nusa Tenggara Barat. Kab. Ngada, Kab. Ende – Nusa Tenggara Timur. Kab. Takalar, Kab. Jeneponto – Sulawesi Selatan.

Industri Genteng 1)

Keadaan Spesifik (1) (2) (3) (4) (5)

2)

Umumnya kualitas genteng yang diproduksi IKM mutunya masih rendah. Peralatan dan mesin produksi yang digunakan IKM masih sederhana. Masih kurangnya kesadaran produsen genteng dalam menerapkan SNI. Diberlakukannya perdagangan bebas akan memberikan peluang produk genteng untuk memperluas pemasarannya. Masuknya produk genteng terutama dari Itali perlu diwaspadai oleh industri genteng dalam negeri.

Sasaran Pengembangan Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja tahun 2003–2004 disajikan pada Tabel 2.8 berikut: Tabel 2.8 Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Genteng tahun 2003 – 2004 NO.

INDIKATOR

POSISI 2002

SASARAN

2003

2004

LAJU PERTUM BUHAN/THN

22

3)

(3) (4)

2.602.114

2.709.748

2.911.136

7,04%

2.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

3.870.177

4.095.505

4.334.313

7,52%

3.

Unit Usaha (Unit)

197.909

203.846

209.962

3,00%

4.

Tenaga Kerja (Orang)

941.710

988.800

1.038.240

5,00%

Sosialisasi dan penerapan SNI genteng Meningkatkan mutu dan desain produk melalui penyediaan tenaga ahli, instruktur dan fasilitator. Melaksanakan pelatihan teknis, magang dan studi banding untuk meningkatkan kemampuan teknis dan desain. Fasilitasi akses permodalan dan pemasaran.

Lokasi Pengembangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

h.

Nilai Tambah (Rp. Juta)

Program Pengembangan (1) (2)

4)

1.

Kab. Cirebon – Jawa Barat. Kab. Jepara – Jawa Tengah. Kab. Malang – Jawa Timur. Kab. Bima – Nusa Tenggara Barat. Kab. Deli Serdang – Sumatera Utara. Kab. Makasar – Sulawesi Selatan. Kab. Pandeglang – Banten. Kab. Bantul – DI Yogyakarta.

Industri Alsintani dan Pande Besi 1)

Keadaan Spesifik (1)

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Memproduksi alat-alat dan mesin-mesin pertanian baik dengan menggunakan teknologi tepat guna maupun modern, dalam rangka membantu meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Produk-produk tersebut antara lain: hand tractor, reaper, tresher dan casava mills. Pandai besi membuat alat-alat pertanian yang berskala kecil dan dilaksanakan dengan teknologi sederhana seperti: cangkul, sekop Masih berorientasi pada pasar dalam negeri. SDM yang handal sesuai dengan kebutuhan sulit ditemukan. Penguasaan teknologi manufaktur modern jumlahnya masih terbatas. Untuk mencapai kualitas ekspor, produk dibanyak sektor belum memadai. Tingkat kepercayaan konsumen akan kualitas dan keandalan produk dalam negeri, terlebih lagi IKM belum juga membaik.

23

(9)

Globalisasi memaksa produk IKM langsung harus berbenturan dengan produk-produk perusahaan multinasional. (10) Tuntutan masyarakat/konsumen akan mutu produk/hasil produksi yang kian tinggi dengan bench-mark pada produk-produk luar negeri. (11) Minat bekerja generasi muda di industri alsintani terus berkurang. 2)

Sasaran Pengembangan Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja tahun 2003–2004 disajikan pada Tabel 2.9 berikut Tabel 2.9 Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Alsintani tahun 2003 – 2004 NO.

3)

INDIKATOR

POSISI 2002

SASARAN

2003

2004

LAJU PERTUM BUHAN/THN

1.

Nilai Tambah (Rp. Juta)

13.054

14.198

15.705

12,73%

2.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

32.403

36.214

40.506

12,49%

3.

Unit Usaha (Unit)

404

416

429

3,04%

4.

Tenaga Kerja (Orang)

5.230

5.490

5.760

5,00%

Program Pengembangan Alsintani (1) (2)

(3) (4) (5)

(6)

Memperkenalkan desain-desain dan prototipe sederhana tetapi bermanfaat (teknologi tepat guna). Mendorong bengkel-bengkel alsintani untuk memproduksi alat-alat tersebut bekerjasama antar IKM dan atau menjalin kemitraan dengan industri besar pemegang merek. Meningkatkan mutu produk melalui bantuan penyediaan tenaga ahli dan instruktur serta fasilitator. Sosialisasi dan penerapan Gugus Kendali Mutu (GKM) dan Standardisasi seperti SNI dan ISO-9000. Melaksanakan pelatihan teknis, magang, studi banding dan sejenisnya untuk lebih meningkatkan kemampuan teknis dan memperkenalkan budaya manufaktur. Fasilitasi pertemuan-pertemuan (business matching) diantara para pengusaha IKM yang saling terkait dan saling membutuhkan dalam peningkatan bisnisnya.

24

(7) (8)

Penguatan pasar spesifik alsintani di daerah-daerah Sumatera Selatan, DKI Jakarta dan Jawa Timur. Memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya bagi kelompok IKM Alsintani untuk memperkuat kelembagaan dalam kaitan pengembangan usaha.

Pande Besi (1) (2) (3) (4) (5) 4)

i.

Memberikan bantuan tenaga ahli untuk teknologi tepat guna pande besi dan peningkatan Quality, Cost dan Delivery (QCD). Membantu akses pinjaman modal dana bergulir. Fasilitasi pembangunan pasar spesifik alat pertanian. Fasilitasi pasar alat pertanian di BUMN dan pembelian pemerintah lainnya. Membantu akses kemudahan pengadaan bahan baku.

Lokasi Pengembangan (1)

Bengkel Alsintani : Kota Bukittinggi (Sumbar); Kab. Sidrap, Pinrang (Sulsel); Kab. Pringsewu (Lampung); Kab. Serang (Banten); Kab. Bandung (Jabar); Kab. Kulonprogo (DIY); dan Kab. Pasuruan (Jatim).

(2)

Bengkel Pande Besi : Kab. Labuhan Batu, Simalungun, Nias, Tapanuli Selatan (Sumut); Kab. 50 Koto, Agam, Pasaman (Sumbar); Kota Palembang, Kab. OKI (Sumsel); Kab. Serang, Lebak (Banten); Kab. Garut, Majalengka, Bogor, Sukabumi (Jabar); Kab. Pati, Kudus, Banjarnegara, Wonosobo (Jateng); Kab. Bondowoso, Pamekasan, Lumajang, Jombang, Blitar, Bangkalan (Jatim); Kab. Karang Asem, Klungkung, Gianyar, Tabanan (Bali); Kab. Sumbawa, Lombok Tengah (NTB); Kab. Manggarai, Sumba Barat, Kota Kupang (NTT); Kab. Hulu Sungai Selatan (Kalsel); Kab. Bolaang Mongondow, Sangir Talaud (Sulut); Kab. Buton (Sultra); Kab. Poso (Sulteng) dan Kab. Gorontalo (Gorontalo).

Pengembangan Motorisasi Kapal Nelayan 1)

Keadaan Spesifik (1) (2)

(3)

Penggunaan kapal nelayan bermotor kecil < 100 GT belum berkembang. Sebagai sarana mekanisasi/modernisasi dengan harga yang terjangkau oleh nelayan sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Adanya saingan produk motor penggerak dari luar negeri menjadi ancaman.

25

(4) (5) (6) (7) (8)

2)

Teknologi yang dikembangkan perajin kapal kayu masih tradisional. Fasilitas penunjang galangan serta peralatan produksi sebagian besar masih manual. Peraturan tentang penyediaan kayu sebagai konstruksi kapal belum ada. Terbatasnya jangkauan pelayanan/operasi kapal karena disamping ukuran kapal kecil juga karena belum dimotorisasi. Kemampuan permodalan perajin kapal kayu maupun nelayan pemilik kapal rendah.

Sasaran Pengembangan Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja tahun 2003 – 2004 disajikan pada Tabel 2.10 berikut : Tabel 2.10 Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Produksi Motorisasi Kapal Nelayan tahun 2003 – 2004 NO.

3)

POSISI 2002

SASARAN

2003

2004

LAJU PERTUM BUHAN/THN

1.

Nilai Tambah (Rp. Juta)

41.250

44.684

49.240

12,73%

2.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

83.604

91.003

99.166

12,49%

3.

Unit Usaha (Unit)

2.516

2.591

2.669

3,04%

4.

Tenaga Kerja (Orang)

17.110

17.960

18.860

5,00%

Program Pengembangan (1) (2) (3) (4)

4)

INDIKATOR

Demo teknologi, temu bisnis, akses pasar IKM. Bantuan tenaga ahli/kerjasama dengan industri motor penggerak < 100 GT. Mapping penggunaan motor penggerak pada kapal nelayan. Penumbuhan bengkel perawatan dan perbaikan.

Lokasi Pengembangan (1) (2) (3) (4)

Kab. Bagansiapiapi - Riau. Kab. Kuala Tungkal - Jambi. Kab. OKI, Kota Palembang - Sumsel. Kab. Belitung - Babel. 26

(5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) j.

Kab. Lampung Selatan - Lampung. Kab. Indramayu - Jabar. Kab. Serang - Banten. Kab. Tegal - Jateng. Kab. Banyuwangi - Jatim. Kab. Badung - Bali. Kab. Lombok Barat - NTB. Kota Samarinda - Kaltim. Kota Banjarmasin - Kalsel. Kota Pontianak - Kalbar. Kab. Bulukumba - Sulsel. Kab. Donggala - Sultra. Kota Kendari - Sultra. Kota Menado - Sulut. Kab. Kota Baru - Maluku Utara. Kota Jayapura - Papua.

Industri Kapal ≤ 100 GT 1)

Keadaan Spesifik (1) (2) (3) (4) (5)

2)

Kurang tenaga trampil di bidang teknik produksi (sangat tradisional). Peralatan produksi sederhana/manual. Konstruksi tradisional. Kualitas pembuatan kapal belum memenuhi standar kelaikan BKI. Bahan baku kayu, fiberglass, aluminium, ferrocement, atau laminasi.

Sasaran Pengembangan Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja tahun 2003 – 2004 disajikan pada Tabel 2.11 berikut : Tabel 2.11 Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Kapal <100 GT tahun 2003 – 2004 SASARAN NO.

1.

INDIKATOR

Nilai Tambah (Rp. Juta)

POSISI 2002

167.501

2003

2004

182.474

202.152

LAJU PERTUM BUHAN/THN

12,73%

27

3)

Nilai Produksi (Rp. Juta)

3.

Unit Usaha (Unit)

4.

Tenaga Kerja (Orang)

350.150

386.214

426.466

12,49%

2.010

2.070

2.132

3,04%

26.370

27.690

29.070

5,00%

Program Pengembangan (1)

Mendorong penggunaan standar BKI dalam pembuatan kontruksi kapal kayu; yang meliputi antara lain : • Menyusun panduan konstruksi kapal kayu berdasarkan BKI. • Sosialisasi panduan konstruksi ke IKM kapal kayu. • Mendorong pelatihan pembuatan kapal kayu berdasarkan BKI dibeberapa daerah potensi melalui temu usaha bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten/Kota.

(2)

Memberikan fasilitasi pemasaran kapal seperti ke perusahaan KOPELRA, Himpunan Nelayan Indonesia (HNI), dan lain-lain. Melakukan sinergi program lain yang mendukung langsung ekonomi daerah (transportasi laut, pengembangan galangan kapal, motorisasi, elektronisasi kapal, peningkatan SDM dll). Bantuan tenaga ahli.

(3)

(4) 4)

2.

Lokasi Pengembangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

Kota Medan, Kab.Belawan-Sumut. Kab. Bengkalis, Kota Pekanbaru-Riau. Kota Padang-Sumbar Kota Pelembang-Sumsel. Kab. Belitung-Babel Kab. Cirebon-Jabar Kab. Serang-Banten Kota Jakarta Utara-DKI Jakarta Kab Batang-Jateng Kab. Banyuwangi-Jatim Kab. Badung-Bali Kab Lombok Barat-NTB Kota Samarinda-Kaltim Kota Banjarmasin, Sanggata-Kalimantan Selatan. Kota Palangkaraya-Kalimantan Tengah Kota Pontianak-Kalimantan Barat Kab. Bulukumba-Sulawesi Selatan Kab. Buton-Sulawesi Tenggara Kota Manado-Sulawesi Utara 28

(20) Kab. Gorontalo-Gorontalo k.

Industri Tenun Tradisional 1)

Keadaan Spesifik (1) (2) (3) (4)

2)

Sebagai bahan dasar adibusana/busana resmi dan kebutuhan interior serta cinderamata. Desain didominasi corak tradisional yang cenderung bertahan dalam pola-pola tetap. Sering terjadi kelangkaan bahan baku. Memerlukan desainer yang cukup banyak

Sasaran Pengembangan Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja tahun 2003 – 2004 disajikan pada Tabel 2.12 berikut : Tabel 2.12 Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Tenun Tradisional tahun 2003 – 2004 SASARAN NO.

3)

INDIKATOR

POSISI 2002

LAJU PERTUM BUHAN/THN

2003

2004

664.786

714.900

9,62%

1.119.154 1.219.650 1.329.461

9,84%

1.

Nilai Tambah (Rp. Juta)

602.817

2.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

3.

Unit Usaha (Unit)

185.458

191.021

196.752

3,00%

4.

Tenaga Kerja (Orang)

381.840

400.930

420.980

5,00%

Program Pengembangan (1)

Promosi dan Pemasaran (a) Partisipasi pameran. (b) Uji coba pasar melalui outlet. (c) Penyusunan sistem informasi dan kit-kit promosi.

(2)

Pengembangan SDM (a) Diklat dalam pengembangan desain dan teknik produksi. (b) Magang bagi pengusaha tenun. (c) Bantuan tenaga ahli desain dan teknik produksi dalam rangka diversifikasi produk.

(3)

Pengembangan produksi dan teknologi 29

(a) (b)

4)

(4)

Pengembangan permodalan serta fasilitasi akses ke sumber-sumber permodalan.

(5)

Pengembangan kemitraan melalui temu usaha dengan instansi terkait dalam rangka pemasaran dan fasilitasi perolehan bahan baku.

(6)

Pemetaan produk indikasi geografis.

Lokasi Pengembangan (1) (2) (3) (4) (5)

l.

Sosialisasi standard mutu bahan baku. Sosialisasi dan bimbingan HaKI.

Songket dari Kota Palembang - Sumatera Selatan; Kota Bukittinggi-Sumatera Barat Tapis dari Kota Bandar Lampung – Lampung; Kabupaten Agam – Sumatera Barat Ulos dari Kab. Tapanuli Utara, Kab. Toba Samosir – Sumatera Utara Tenun cak-cak dari Kabupaten Gianyar - Bali. Tenun ikat dari NTT; Kabupaten Jepara – Jawa Tengah; Kabupaten Wajo; Kabupaten Luwu Utara; Kabupaten Toraja; Kabupaten Mamasa; Kabupaten Mamuju; Kabupaten Goa/Takalar – Sulawesi Selatan; Kabupaten Buton; Kabupaten Kendari – Sulawesi Tenggara; Kabupaten Lombok Barat; Kabupaten Lombok Timur NTB

Industri Perhiasan 1)

Keadaan Spesifik (1) (2) (3) (4)

Memiliki nilai budaya dan seni tradisional yang tinggi. Belum mampu bersaing dengan negara-negara lain. Mesin dan peralatan produksi belum memadai. Produksi monoton/statis umumnya berupa sejenis batu akik (cobochon). (5) Diversifikasi produk terbatas dengan desain yang kurang inovatif. (6) Mutu dan desain belum sepenuhnya sesuai permintaan selera pasar. (7) Informasi pasar terbatas. (8) Kurang mampu mengakses pasar langsung melalui teknologi informasi. (9) Standarisasi mutu bahan belum ada. (10) Peluang pasar dalam negeri dan luar negeri masih belum terbuka luas. (11) Desain produk dan diversifikasi produk akan sangat beragam bila didukung oleh mesin dan peralatan yang memadai. 2)

Sasaran Pengembangan

30

Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja tahun 2003 – 2004 disajikan pada Tabel 2.13 berikut :

Tabel 2.13 Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Perhiasan tahun 2003 – 2004 SASARAN NO.

3)

INDIKATOR

POSISI 2002

2003

2004

LAJU PERTUM BUHAN/THN

1.

Nilai Tambah (Rp. Juta)

234.072

258.971

282.232

9,62%

2.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

606.465

663.461

726.106

9,84%

3.

Unit Usaha (Unit)

13.269

13.667

14.077

3,00%

4.

Tenaga Kerja (Orang)

34.580

36.309

38.122

5,00%

Program Pengembangan (1)

Promosi dan pemasaran, seperti : (a) Peningkatan jumlah pameran di dalam dan luar negeri. (b) Promosi potensi batu mulia di pusat-pusat wisata kerjasama dengan PHRI dan sektor pariwisata. (c) Penyusunan sistem informasi

(2)

Mengoptimalkan potensi sumber daya alam batu mulia yang belum digali dengan meningkatkan peran tenaga ahli dibidang pertambangan.

(3)

Pengembangan keahlian tenaga kerja, khususnya dalam bidang : (a) Peningkatan kemampuan penggosok batu mulia. (b) Pengembangan kemampuan diversifikasi produk melalui penyediaan bantuan tenaga ahli dan desainer.

(4)

Pengembangan produksi dan teknologi (a) Peningkatan kemampuan penerapan manajemen mutu. (b) Pengembangan desain. (c) Bimbingan dan penyuluhan penerapan HaKI.

31

4)

(5)

Pengembangan kemitraan peningkatan sistem subkontraktor dengan para eksportir dan industri besar yang saling menguntungkan.

(6)

Peningkatan pemasaran)

faktor-faktor

eksternal

(iklim

dan

(a)

Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam upaya perlindungan terhadap eksploitasi pengiriman bahan mentah batu mulia ke luar negeri yang belum diolah.

(b)

Mengupayakan Pengembangan Kawasan Khusus Industri Perhiasan

Lokasi Pengembangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

m.

dukungan

Kab. Sukabumi, Kab. Garut-Jawa Barat. Kab. Pacitan-Jawa Timur. Kab. Ketapang-Kalimantan Barat. Kab. Langkat-Sumatera Utara. Kab. Pesisir Selatan-Sumatera Barat. Kab. Sarko-Jambi. Kab. Pidie, Kab. Aceh Tenggara-NAD. Pulau Bacan- Maluku Utara. Kab Banjar, Kota Banjar Baru-Kalimantan Selatan

Industri Kerajinan Anyaman 1)

Keadaan Spesifik (1) (2) (3) (4)

2)

Bercorak nilai budaya dan seni tradisional. Mutu belum konsisten. Persaingan dengan produk negara lain sangat ketat. Dampak negatif dengan masuknya pedagang/investor asing ke sentra.

Sasaran Pengembangan Sasaran peningkatan jumlah Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja tahun 2003 – 2004 disajikan pada Tabel 2.14 berikut : Tabel 2.14 Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Nilai Produksi, Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Menengah Kerajinan Anyaman tahun 2003 – 2004 SASARAN NO.

INDIKATOR

POSISI 2002

2003

2004

LAJU PERTUM BUHAN/THN

32

3)

4)

1.

Nilai Tambah (Rp. Juta)

1.069.554 1.178.611 1.263.481

9,26%

2.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

1.567.796 1.705.622 1.855.796

9,84%

3.

Unit Usaha (Unit)

4.

Tenaga Kerja (Orang)

659.967

679.766

700.159

3,00%

1.087.810 1.142.200 1.199.310

5,00%

Program Pengembangan Anyaman Rotan, Bambu, Mendong, Purun dan Agel. (1)

Promosi dan pemasaran (a). Peningkatan jumlah pameran di dalam dan di luar negeri (b). Uji coba pasar

(2)

Pengembangan SDM (a) Pengembangan desain melalui bantuan tenaga ahli (b) Pengembangan kemampuan manajemen usaha (c) Pengembangan wirausaha baru.

(3)

Pengembangan produksi dan teknologi (a) Sosialisasi standard mutu bahan baku dan mutu produk (b) Sosialisasi dan fasilitasi penerapan HaKI. (c) Peningkatan teknologi, proses pengawetan bahan baku serta finishing.

(4)

Pengembangan permodalan khususnya bantuan modal kerja.

(5)

Pengembangan kemitraan dengan perusahaan besar dalam membantu pengembangan pasar, khususnya pemasaran ke luar negeri.

Lokasi Pengembangan (1). (2). (3). (4). (5). (6). (7). (8). (9). (10). (11). (12). (13). (14). (15).

Kab. Langkat-Sumatera Utara. Kab. Solok-Sumatera Barat. Kab. Tanjung Jabung-Jambi. Kab. Rejang Lebong-Bengkulu. Kab. Musi Banyuasin-Sumatera Selatan. Kab. Lampung Selatan-Lampung. Kab. Belitung-Bangka Belitung. Kab. Garut-Jawa Barat. Kab. Magelang-Jawa Tengah. Kab. Kulon Progo-DI. Yogyakarta. Kab. Ponorogo-Jawa Timur. Kab. Sambas-Kalimantan Barat. Kab. Palangkaraya-Kalimantan Tengah. Kab. Tapin-Kalimantan Selatan. Kab. Donggala-Sulawesi Tengah.

33

(16). (17). (18). (19). (20). (21).

Kab. Kendari-Sulawesi Tenggara. Kab. Gowa-Sulawesi Selatan. Kab. Gorontalo-Gorontalo. Kab. Bangli-Bali. Kab. Lombok Tengah, Kab. Lombok Timur, Kab. Dompu-NTB. Kab. Timor Tengah Selatan, NTT.

34

BAB III PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PENDUKUNG (SUPPORTING INDUSTRY)

3.1. UMUM a.

Pengertian, Ciri/Kriteria dan Lingkup Komoditi Prioritas 1)

Pengertian: Industri pendukung (supporting industry) adalah industri yang membuat barang dan jasa bukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri tetapi dijual ke pasar bebas atau industri lain untuk mendukung produk akhirnya yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.

2)

Ciri/Kriteria (1) (2) (3) (4)

3)

Lingkup Komoditi Prioritas (1) (2) (3) (4)

b.

Hasil produksinya dipasok ke pasar bebas/ke industri lain. Terjadi peningkatan nilai tambah. Bersifat substitusi impor. Pada umumnya berfungsi sebagai subcontracting Komponen Kendaraan Bermotor (Roda 4 dan Roda 2), Jasa Reparasi, Jasa Rekondisi. Komponen Permesinan (Mesin Tekstil/Migas, Permesinan Sederhana), Bengkel Perakitan, Reparasi/Maintenance. Komponen Elektronika (Alat Komunikasi, Panel dan Gear Listrik, Alat Rumah Sakit, Alat Bangunan/Rumah. Komponen barang-barang karet dan plastik.

Misi serta Tujuan 1) 2) 3) 4) 5) 6)

Menciptakan industri pendukung untuk memenuhi kebutuhan konsumen industri dan komponen after market. Memfasilitasi akses IKM komponen dalam negeri dengan distributor global komponen. Memfasilitasi IKM Pendukung dengan para pemasok komponen dunia, seperti Delphi dan lain sebagainya. Mengurangi impor komponen. Memperkuat struktur industri. Menciptakan lapangan kerja baru.

34

c.

Target Group Pembinaan dan Pengembangan 1) 2) 3) 4)

d.

IKM dan bengkel komponen alat angkut (KBM-R4, KBM-R2, kapal dan lain-lain). IKM dan bengkel komponen peralatan dan mesin (CPO, pupuk, tekstil, migas dan lain-lain). IKM dan bengkel elektronika (alat komunikasi, alat rumah sakit, panel listrik, gear listrik, pendingin dan lain-lain). Bengkel perbaikan dan pemeliharaan (jasa service, toko onderdil dan lain-lain).

Kondisi Umum Saat Ini 1)

Peluang pasar industri pendukung, impor komponen, suku cadang dan elektronika cukup besar dari US $ 3.492,15 juta tahun 1999 meningkat menjadi US $ 5.454,78 juta pada tahun 2000. Dengan membaiknya perekonomian maka impor akan semakin besar. Impor Komponen Tahun 1999-2000 tersaji pada Tabel 3.1 : Tabel 3.1 Impor Komponen tahun 1999 - 2000 US $ Juta NO

2)

KOMODITI

1999

2000

LAJU PERTUM BUHAN/THN

1

Komponen dan suku cadang

2.601,3

4.176,0

60.53%

2

Komponen elektronika/alat2 listrik

890,85

1.278,78

43.55%

Lingkungan yang Berpengaruh Lingkungan Internal Kekuatan (1)

(2) (3) (4) (5)

Industri pendukung dalam negeri telah mampu memasok 80% komponen sepeda motor, 40% kendaraan roda empat, serta sebagian komponen elektronika dan pemeliharaan pabrikpabrik. Adanya komitmen pemerintah yang tinggi untuk mendorong industri pendukung. Tenaga kerja yang cukup bersaing. Adanya dukungan lembaga penelitian dari Balai-balai Besar yang mendukung industri supporting. Telah mampu memasok industri sepeda motor dengan kandungan lokal yang sudah tinggi (80%).

Kelemahan Bidang Manajemen (1)

Perusahaan umumnya dikelola secara usaha keluarga. 35

(2) (3) (4) (5) (6)

Pengetahuan tentang strategi pemasaran sangat minim dan kurang aktif melakukan kegiatan promosi pemasaran. Kurang motivasi untuk mengembangkan teori-teori manajemen di dalam perusahaannya. Pelatihan yang diadakan di dalam perusahaan masih dilakukan secara sederhana. Keterlambatan pengiriman barang (delivery) sering terjadi. Sistem quality control (QC) pada umumnya belum dikuasai (masih lemah).

Bidang Teknologi (1) (2)

Penerapan teknologi dan pengendalian produksi secara modern sangat kurang. Belum terbiasa melaksanakan budaya manufakturing sesuai teknologi yang digunakan.

Lingkungan Eksternal Peluang di Dalam Negeri (1)

(2) (3)

Potensi pasar yang cukup besar, impor barang modal dan permesinan tahun 1995 sebesar US$ 8,61 milyar dan tahun 2000 sebesar US$ 4,68 milyar, dengan peningkatan rata-rata 17,95% per tahun. Liberalisasi perdagangan dunia khususnya AFTA (regional). Adanya trend Global Sourcing di industri otomotif, permesinan dan elektronika.

Ancaman (1) (2) (3) (4) (5) (6)

e.

Masalah keamanan dan ketidakpastian hukum yang mengakibatkan menyusutnya investasi. Masalah ketenagakerjaan (kenaikan UMP/UMK). Kurs rupiah terhadap mata uang asing (US $) yang tidak stabil. Persaingan yang ketat dan insentif yang lebih menarik dari negara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Cina. Posisi prinsipal dan buyers yang banyak menentukan penggunaan industri pendukung. Birokrasi yang masih menghambat dan menimbulkan ekonomi biaya tinggi.

Sasaran Pengembangan Tahun 2003-2004 1)

Kualitatif (1) (2) (3)

Adanya kesempatan kerja baru sebagai akibat dari hasil ekspansi produksi komponen dan sub komponen. Berkurangnya impor komponen. Meningkatnya daya saing industri perakitan dan komponen dengan meningkatkan jumlah pembuatan komponen di dalam negeri dengan mutu tinggi dan efisiensi biaya produksi. 36

(4) (5) (6)

2)

Meningkatnya basis kemampuan teknologi sehingga memperkuat infrastruktur teknologi. Meningkatnya teknologi proses dan desain produk Meningkatnya bantuan permodalan, perpajakan dan insentif lainnya.

Kuantitatif Sasaran kuantitatif pengembangan industri pendukung tahun 2002 2004 tersaji pada Tabel 3.2 : Tabel 3.2 Sasaran Pengembangan Industri Pendukung tahun 2002-2004 SASARAN PENGEMBANGAN INDUSTRI

2002

2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

1. Komponen: - Kendaraan bermotor

- Mesin & peralatan pabrik

- Elektronika

2. Komponen (barang karet dan plastik)

f.

-

Nilai Tambah (Rp. Juta)

659.938

740.482

842.587

12,73 %

-

Nilai Produksi (Rp. Juta)

1.238.971

1.401.918

1.586.584

12,49 %

-

Unit usaha

834

859

885

3,04 %

-

Tenaga kerja

50.200

52.710

55.350

5,00 %

-

Nilai Tambah (Rp. Juta)

244.459

266.326

295.061

12,73 %

-

Nilai Produksi (Rp. Juta)

394.515

438.964

488.877

12,49 %

-

Unit Usaha (Unit)

721

743

765

3,04 %

-

Tenaga Kerja

28.850

30.290

31.810

5,00 %

-

Nilai Tambah (Rp. Juta)

547.929

611.603

692.730

12,73 %

-

Nilai Produksi (Rp. Juta)

1.345.452

1.522.114

1.722.306

12,49 %

-

Unit Usaha

2.292

2.361

2.432

3,04 %

-

Tenaga Kerja

56.580

59.410

62.380

5,00 %

-

Nilai Tambah (Rp. Juta)

839.120

865.967

1.004.356

7,04 %

-

Nilai produksi (Rp. Juta)

2.722.209

2.980.132

3.262.720

7,52 %

-

Jumlah unit usaha

-

Tenaga kerja

13.886

14.302

14.731

3,00 %

229.300

240.760

252.800

5,00 %

Arah Pengembangan 1)

2) 3) 4) 5)

Pengembangan industri pendukung diarahkan untuk meningkatkan dan menumbuhkan IKM atau bengkel-bengkel di dalam negeri, agar mampu memproduksi komponen-komponen yang masih banyak di impor, khususnya KBM-R4 dan komponen permesinan. Penumbuhan rancang bangun permesinan baru hasil reverse engineering yang dapat diproduksi dan dijual di dalam negeri. Peningkatan kemampuan bengkel-bengkel perbaikan dan pemeliharaan untuk keperluan industri-industri BUMN/besar. Penumbuhan wirausaha-wirausaha baru permesinan modern. Penumbuhan IKM/bengkel logam dan mesin berorientasi ekspor.

37

g.

Kebijakan Pengembangan Kebijakan pengembangan industri pendukung ditetapkan berdasarkan prinsip-prinsip, sebagai berikut: 1)

2) 3)

4)

5)

h.

Pengembangan industri ditekankan pada mekanisme pasar dalam upaya meningkatkan daya saing yang cukup untuk memasuki pasar internasional. Industri pendukung yang dikembangkan diutamakan pada industri yang berskala kecil menengah. Pengembangan industri diarahkan untuk memperkuat struktur industri melalui hubungan vertikal antara industri pendukung dengan para assembler dan para pemasok komponen skala global. Melibatkan secara aktif perusahaan besar dalam rangka menarik supporting industry-nya di luar negeri untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Meningkatkan iklim usaha yang semakin kondusif serta menyediakan fasilitas dan kemudahan lainnya.

Strategi Pengembangan Dengan memperhatikan berbagai hambatan baik ditingkat internal maupun eksternal perusahaan dapat dilakukan langkah sebagai berikut : 1)

Meningkatkan Pemintaan (Pull Factors) (1) (2)

2)

Meningkatkan Upaya Pengembangan (Push Factors) (1)

(2)

3)

Strategi untuk memperkuat hubungan kemitraan antara perakit dan pasar cuku cadang dengan pembuat komponen. Strategi untuk mengembangkan permintaan pasar/industri untuk mengisi pasar suku cadang dan (pengembangan industri sepeda motor, elektronika konsumsi, kendaraan roda 4 sektor transportasi, mendorong lokalisasi komponen) serta pasar IKM mesin dan peralatan pabrik. Strategi untuk mengembangkan infrastruktur teknologi, distribusi dan pemasaran perkuatan MIDC, menarik investasi baru, QS-9000, perkuat database, perkuat jaringan keteknikan nasional, pasar mesin dan peralatan pabrik IKM. Strategi untuk mengembangkan infrastruktur ekonomi, jalan listrik, telepon dan air (peraturan konsisten, suplai tenaga kerja berkualitas, insentif perpajakan).

Pendekatan yang dilakukan: Pendekatan I Menetapkan suatu kerangka kebijakan pengembangan industri pendukung yang dapat diterima semua pihak.

38

Pendekatan II Meningkatkan kemampuan industri pendukung dalam bidang teknologi produksi dan keterampilan manajemen. Dalam hal ini perlu adanya dukungan dari Pemerintah, dukungan dari assemblers, distributor dan bengkel-bengkel after market serta organisasiorganisasi lainnya. Pendekatan III Meningkatkan volume dan nilai sub kontrak industri pendukung dari assemblers, transfer teknologi dari assemblers kepada sub kontrak akan mendorong informasi untuk promosi bisnis sub kontrak, seperti informasi pembeli, informasi penjual, kebutuhan pasar juga akan dipacu perkembangannya. i.

Program Pengembangan 1)

Peningkatan dukungan teknis dan kemampuan R&D, melalui: peningkatan promosi, transfer teknologi, penumbuhan dunia usahabaru industri kecil permesinan modern.

2)

Peningkatan kemampuan manajemen dengan mengadopsi dan sertifikasi QS 9000.

3)

Peningkatan kemampuan pengembangan produk/komponen berupa peningkatan kemampuan komponen lokal oleh assembler.

4)

Penyediaan dukungan keuangan melalui two step loan komersial bantuan ADB sebesar US $ 85 juta.

5)

Revitalisasi Kemampuan (BBLM/MIDC):

Balai

Besar

Logam

dan

Mesin

(1)

Mendidik bidang teknologi kunci yang masih lemah, pendidikan kewirausahaan dan manajerial serta meningkatkan kemampuan UPT-UPT logam di Sukabumi, Tegal dan Surabaya untuk menjadi rujukan dibidang permesinan modern.

(2)

Peningkatan jaringan kerja dengan Balai-balai latihan kerja Depnaker.

6)

Penataan kembali lingkungan industri untuk didorong menjadi lingkungan industri komponen serta mendorong kawasan industri swasta dalam rangka menyediakan lingkungan industri di dalam kawasan.

7)

Peningkatan dukungan sistem tarif dan perpajakan melalui penataan pajak yang kurang mendukung inisiatif para assembler eksportir untuk membeli komponen dan bahan baku dari dalam negeri.

8)

Peningkatan akses terhadap pasar internasional melalui peningkatan hubungan dengan perusahaan komponen dunia yang melaksanakan global sourcing seperti dengan Delphi dan lain sebagainya. 39

9)

j.

Promosi pasar dan investasi, untuk mendorong IKM komponen luar negeri bermitra dengan IKM dalam negeri dan penanaman modal di Indonesia (promosi di Jepang, Korea, Taiwan).

Lokasi Pengembangan 1)

Komponen permesinan dan peralatan pabrik dari logam, karet, plastik di : (1). (2). (3). (4). (5). (6). (7). (8). (9). (10).

Kota Medan-Sumatera Utara Kota Padang-Sumatera Barat DKI Jakarta Kota Cilegon, Kab. Tangerang, Serang-Banten Kota Bandung, Kab. Kuningan-Jawa Barat Kota Semarang, Kab. Tegal, Boyolali, Ceper-Jawa Tengah DI Yogyakarta Kota Surabaya, Kab. Pasuruan, Gresik, Sidoarjo-Jawa Timue Kota Banjarmasin-Kalimantan Selatan Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kab. Bontang- Kalimantan Timur (11). Kota Makasar-Sulawesi Selatan 2)

Komponen elektronika di (1). (2). (3). (4).

3)

Komponen kendaraan bermotor dari logam, karet, plastik di : (1). (2). (3). (4). (5). (6). (7). (8).

4)

Kota Batam-Riau DKI Jakarta Kota Bandung, Kab. Kuningan-Jawa Barat Kota Surabaya, Kab. Pasuruan, Gresik, Sidoarjo-Jawa Timur

Kota Medan-Sumatera Utara DKI Jakarta Kab. Tangerang, Serang-Banten Kota Bandung, Kab. Kuningan-Jawa Barat Kota Semarang, Kab. Tegal, Boyolali, Ceper-Jawa Tengah DI Yogyakarta Kota Surabaya, Kab. Pasuruan, Gresik, Sidoarjo-Jawa Timur Kota Makasar-Sulawesi Selatan

Produk barang jadi karet dan plastik di: (1). (2). (3). (4). (5). (6). (7).

Kota Medan-Sumatera Utara Kota Palembang-Sumatera Selatan DKI Jakarta Kota Bandung, Kab. Kuningan-Jawa Barat Kota Semarang, Kab. Tegal, Boyolali, Ceper-Jawa Tengah DI Yogyakarta Kota Surabaya, Kab. Pasuruan, Gresik, Sidoarjo-Jawa Timur

40

3.2. PENGEMBANGAN KELOMPOK INDUSTRI KOMODITI TERPILIH. a.

Komponen Kendaraan Bermotor (KBM) : 1).

Keadaan Spesifik. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

2).

Sebagian besar masih dikerjakan oleh industri menengah dan besar, karena sifat teknologinya. Memerlukan skala ekonomi yang tinggi untuk efisiensi. Adanya persyaratan yang ketat dibidang standarisasi mutu. Mahalnya harga bahan baku Banyaknya produk impor ilegal Peluang pasar sangat besar dalam negeri Produksi sebagian besar untuk after market Sistim pembayaran yang memberatkan produsen. Budaya kerja menufacturing belum memasyarakat di industri kecil

Sasaran Pengembangan Sasaran peningkatan jumlah unit usaha, tenaga kerja dan nilai produksi tahun 2003 – 2004 tertera pada Tabel berikut. Tabel 3.3 Sasaran Peningkatan Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Komponen KBM tahun 2003 – 2004

INDIKATOR - Unit Usaha (unit) - Tenaga Kerja (orang) - Nilai Produksi (Rp. Juta)

POSISI 2002

SASARAN 2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN/TAHUN

834

859

885

3,04 %

50.200

52.710

55.350

5,00 %

1.238.971

1.401.918

1.586.584

12,49 %

3). Program Pengembangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Lokalisasi komponen Promosi investasi Peningkatan penerapan standardisasi Mengembangkan bursa komponen Meningkatkan pendekatan kemitraan dengan prinsipal Memperkuat MIDC dan UPT Logam Mendorong kerjasama dengan industri komponen global.

41

4). Lokasi Pengembangan : (1). (2). (3). (4). (5). (6).

DKI Jakarta Bogor, Sukabumi, Bandung-Jawa Barat Tangerang-Banten Tegal, Klaten-Jawa Tengah Yogyakarta-DI Yogyakarta Sidoarjo, Pasuruan-Jawa Timur

b. Mesin dan Peralatan Pabrik 1). Keadaan Spesifik. (1) (2) (3)

Bahan baku spesifik sulit didapat Peralatan, permesinan dan SDM yang ada belum tersedia optimal. Engineering company dengan coverage penguasaan teknologi yang kurang bervariasi.

2). Sasaran Pengembangan Sasaran peningkatan jumlah unit usaha, tenaga kerja dan nilai produksi tahun 2003 – 2004 tertera pada Tabel berikut. Tabel 3.4 Sasaran Peningkatan Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Mesin dan Peralatan Pabrik tahun 2003 – 2004 SASARAN INDIKATOR - Unit Usaha (unit) - Tenaga Kerja (orang) - Nilai Produksi (Rp. Juta)

3).

2003

2004

LAJU PERTUMBUH AN/TAHUN

721

743

765

3,04 %

28.850

30.290

31.810

5,00 %

394.515

438.964

488.877

12,49 %

Program Pengembangan (1) (2) (3) (4)

4).

POSISI 2002

Mengembangkan permintaan pasar , Mengembangkan infra struktur teknologi, distribusi dan perkuatan MIDC dan UPT Logam serta menarik investasi baru. Mengembangkan Reverse Engineering Menumbuhkan Wira Usaha baru

Lokasi pengembangan (1). Kota Medan-Sumatera Utara (2). DKI Jakarta (3). Tangerang-Banten 42

(4). (5). (6). (7). (8).

Bogor, Bekasi, Sukabumi, Bandung-Jawa Barat Tegal, Klaten, Semarang-Jawa Tengah DI Yogyakarta Sidoarjo-Jawa Timur Kota Makasar- Sulawesi Selatan

c. Elektronika. 1).

Keadaan Spesifik. (1) (2)

2).

Share pasar domestik yang cenderung semakin tertekan. Banyaknya industri Multi National Company yang melakukan relokasi yang berakibat kurangnya aktifitas sub contracting.

Sasaran Pengembangan Sasaran peningkatan jumlah unit usaha, tenaga kerja dan nilai produksi tahun 2003 – 2004 tertera pada Tabel berikut. Tabel 3.5 Sasaran Peningkatan Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Elektronika tahun 2003 – 2004

INDIKATOR - Unit Usaha (unit) - Tenaga Kerja (orang) - Nilai Produksi (Rp. Juta)

3).

SASARAN 2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN PER TAHUN

2.292

2.361

2.432

3,04 %

56.580

59.410

62.380

5,00 %

1.345.452

1.522.114

1.722.306

12,49 %

Program Pengembangan (1) (2) (3)

4).

POSISI 2002

Mengembangkan industri penunjang pembuat komponen elektronika. Mendorong transfer teknologi dari industri perakit ke sub contractornya. Pemanfaatan infra struktur Teknologi Informasi yang ada.

Lokasi Pengembangan : (1). (2). (3). (4). (5).

Kota Batam DKI Jakarta Tangerang-Banten Bogor, Bekasi, Kuningan, Bandung-Jawa Barat Kota Surabaya, Pasuruan, Gresik, Sidoarjo-Jawa Timur

43

d. Komponen (Barang Karet dan Plastik). 1).

Keadaan Spesifik. (1) (2)

2)

Bahan baku sebagian besar tergantung pada impor Keterbatasan Teknologi Produksi

Sasaran Pengembangan Sasaran peningkatan jumlah unit usaha, tenaga kerja dan nilai produksi tahun 2003 – 2004 tertera pada Tabel berikut. Tabel 3.6 Sasaran Peningkatan Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Komponen (Barang Karet dan Plastik) tahun 2003 – 2004 SASARAN INDIKATOR

POSISI 2002

- Unit Usaha (unit) - Tenaga Kerja (orang) - Nilai Produksi (Rp. Juta)

3).

2004

13.886

14.302

14.731

3,00 %

229.300

240.760

252.800

5,00 %

2.722.209

2.980.132

3.262.800

7,52 %

Program Pengembangan (1) (2) (3) (4)

4).

2003

LAJU PERTUMBUHAN PER TAHUN

Peningkatan kemampuan SDM Peningkatan Akses Permodalan Peningkatan akses Pasar Peningkatan standardisasi produk

Lokasi Pengembangan (1). (2). (3). (4). (5). (6).

Kota Medan-Sumatera Utara Kota Palembang-Sumatera Selatan Bandung, Kuningan-Jawa Barat Semarang, Tegal-Jawa Tengah DI Yogyakarta, Kota Surabaya, Pasuruan, Gresik, Kab. Sidoarjo-Jawa Timur.

44

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH BERORIENTASI EKSPOR

4.1. UMUM a.

Pengertian, Ciri/Kriteria dan Lingkup Komoditi Prioritas 1)

Pengertian : Industri kecil dan menengah berorientasi ekspor adalah industri yang memiliki daya saing yang cukup sehingga produknya mampu mengisi pasar internasional baik dilakukan sendiri maupun oleh pedagang/ mediator.

2)

Ciri/Kriteria (1) (2) (3) (4)

3)

Memiliki daya saing cukup. Berbasis SDA dalam negeri. Padat karya, menyerap banyak tenaga kerja. Peluang pasar luas.

Lingkup Komoditi Prioritas (1)

Pangan - Ikan Olahan. - Kerupuk.

(2)

Sandang - Barang Jadi Kulit. - Sepatu/ Alas Kaki. - Pakaian Jadi. - Barang Jadi Tekstil.

(3)

Kimia dan Bahan Bangunan (KBB) - Minyak Atsiri. - Arang Kayu/Tempurung. - Furniture Kayu. - Furniture Rotan.

(4)

Kerajinan - Perhiasan. - Sulaman Bordir. - Mainan Anak. - Keramik/Gerabah. - Kerajinan Kayu.

45

- Kerajinan Anyaman. - Batik. b.

Misi Serta Tujuan 1) 2) 3) 4) 5)

c.

Target Group Pembinaan dan Pengembangan 1)

2)

d.

Mendorong IKM yang memiliki kemampuan diversifikasi produk ekspor yang bernilai tambah lebih tinggi. Meningkatkan perolehan devisa. Memacu IKM lainnya untuk meningkatkan daya saing. Memperluas lapangan kerja. Menciptakan hubungan bisnis (networking) antara IKM lokal dengan pemasok dunia.

Target group pembinaan adalah pengusaha industri kecil menengah yang produk dan proses produksinya sudah mampu memenuhi persyaratan QCD atau dapat dengan mudah dibina sehingga memenuhi ketentuan dan persyaratan ekspor. Para pedagang/trader yang menjembatani produsen industri kecil menengah dengah pasar ekspor.

Kondisi Umum Saat Ini 1)

Gambaran keadaan Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Produksi yang merupakan potensi yang dapat digerakkan untuk ekspor serta Nilai Ekspor1) tahun 2001 dari IKM berorientasi ekspor, tersaji dalam Tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Produksi dan Nilai Ekspor IKM Berorientasi Ekspor tahun 2001 Unit Usaha Cabang Industri

1)

Unit

Tenaga Kerja

%

Orang

Nilai Produksi

%

Juta Rp

%

1. Pangan 2. Sandang

950.325 303.767

33,6 1

3.342.45 0

31,22 19,77

27.589.5 16

34,7 4

3. Kimia dan Bahan Banguna n 4. Kerajinan

536.760

2.116.91 0 3.023.25 0

28,23

1.037.23 5

10,7 4 18,9 8

15.996.1 43 28.720.1 49

20,1 4 36,1 6

36,6 7

2.225.64 0

7.114.06 0

8,96

Jumlah

2.828.08

100,

10.708.2

79.419.8

100,

20,78

100,00

Nilai Ekspor IK US$ Juta 62,46 1.546,3 7 123,21

% 2,90 71,89 5,73 19,48

418,88

2.150,9

100,00

Catatan : Nilai ekspor dari komoditi terpilih oleh karena sangat sulit untuk dipisahkan dari nilai ekspor industri besar dihitung berdasarkan suatu rasio tertentu dari keduanya. Rasio diambil dari sampling yang dilakukan terhadap sejumlah besar perusahaan IKM dan IB dari komoditi terpilih tersebut.

46

7

2)

00

50

68

00

2

Keadaan lingkungan yang mempengaruhi Lingkungan Internal Kekuatan (1) (2) (3)

Bahan baku (sebagian besar) tersedia di dalam negeri. Tersedianya tenaga kerja dengan keterampilan dasar yang tinggi. Dukungan Pemerintah.

Kelemahan (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kemampuan dalam mengakses pasar masih terbatas. Belum adanya sistem/perdagangan yang dapat mendeteksi perubahan selera pasar, agar diketahui secara cepat oleh perajin. Mutu belum konsisten. Pemahaman dan penerapan HaKI masih terbatas. Belum adanya trading house yang dapat membantu pemasaran di luar negeri. Bantuan keuangan untuk ekspor belum tersedia.

Lingkungan Eksternal Peluang (1)

(2)

Peluang pasar di pasaran dunia cukup besar, saham ekspor Indonesia relatif masih kecil (0,1% s/d 4%) terhadap pasar dunia. Kerjasama perdagangan regional (AFTA) maupun internasional (WTO).

Ancaman (1) (2) (3) (4) (5)

e.

Munculnya negara berkembang pesaing baru. Perubahan pola konsumen global. Meningkatnya biaya tenaga kerja, energi, dll. Muncul isu-isu non trade yang menjadi hambatan perdagangan, seperti isu ecolabeling dan isu non trade lainnya. Penyelundupan bahan-bahan baku (seperti kayu, rotan, dll), sangat membantu negara-negara pesaing Indonesia.

Sasaran Pengembangan Tahun 2003 – 2004 1)

Kualitatitf (1)

Bertambahnya jumlah perusahaan yang mampu membuat produk yang memenuhi permintaan ekspor (memenuhi persyaratan QCD)

47

(2)

Meningkatnya produktivitas dan effisiensi IKM binaan sehingga mampu memenuhi persyaratan permitaan ekspor. Berkurangnya jumlah dan nilai impor dari produk orientasi ekspor dipasaran. Meningkatnya minat, volume dan nilai ekspor para eksportir produk IKM. Penghematan devisa.

(3) (4) (5) 2)

Kuantitatif Sasaran kuantitatif pengembangan industri berorientasi ekspor dapat dilihat pada Tabel 4.2 : Tabel 4.2 Sasaran Kuantitatif Nilai Ekspor Pengembangan Industri Kecil Berorientasi Ekspor ( Juta US $) NO

JENIS KOMODITI

1

Ikan Olahan

2

Kerupuk

3

Barang jadi kulit

4

Sepatu kulit/alas kaki

5

Pakaian jadi

6

Barang jadi tekstil

7

POSISI 2002

SASARAN

2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

53,86

57,77

62,10

7,37 %

6,77

7,44

8,26

10,50 %

192,63

223,45

261,43

16,50 %

31,92

34,15

36,88

7,50 %

1.039,00

1.184,46

1.362,13

14,50 %

127,16

155,14

193,92

23,49 %

Minyak atsiri

74,18

77,15

81,01

4,50 %

8

Arang kayu/tempurung

21,10

21,95

23,10

4,62 %

9

Furniture kayu/rotan

120,70

144,84

176,70

21,00 %

10

Batik

383,69

460,43

561,72

21,00 %

11

Perhiasan emas/perak

115,07

119,67

125,36

4,37 %

12

Sulaman bordir

5,13

6,03

7,23

18,74 %

13

Mainan anak

102,42

122,90

153,63

22,47 %

14

Keramik/gerabah

15,56

17,89

21,02

16,24 %

15

Kerajinan kayu

135,73

152,70

175,60

13,74 %

16

Kerajinan anyaman

88,50

103,99

124,79

18,74 %

2.513,42

2.889,96

3.374,88

16,23 %

Total

48

f.

Arah Pengembangan Pengembangan IKM berorientasi ekspor diarahkan untuk meningkatkan volume dan nilai ekspor IKM, baik yang selama ini secara potensial mempunyai kinerja ekspor yang tinggi maupun produk-produk yang berpotensi dapat diekspor melalui peningkatan berbagai faktor internal dan eksternal perusahaan agar dayasaingnya di luar negeri meningkat. Selain itu juga akan didorong kemampuan mengakses pasar ekspor dalam rangka membantu persaingan pasar ekspor yang semakin ketat.

g.

Strategi Pengembangan 1)

Meningkatkan permintaan pasar ( pull factors). (1) (2) (3) (4) (5)

(6) 2)

Membuka outlet-outlet pemasaran untuk produk ekspor di dalam dan luar negeri. Meningkatkan bisnis intelejen dan marketing di luar negri. Meningkatkan promosi dan pemasaran melalui pameran di luar negeri dan pameran internasional di dalam negeri Melakukan kemitraan usaha dengan trader/eksportir besar Memperbaiki iklim usaha perdagangan luar negeri agar para pedagang tentengan kecil dengan mudah dan murah keluar masuk Indonesia. Peningkatan intensitas komunikasi dengan Atperindag dan ITPC

Meningkatkan kemampuan produksi perusahaan (push factors). (1) Meningkatkan produktivitas dan effisiensi perusahaan IKM (2) Meningkatkan kemampuan teknis produksi IKM melalui service centre, Bisnis Development Centre maupun bantuan langsung keperusahaan. (3) Meningkatkan kemampuan diversifikasi produk dan berkembangnya desain/ produk baru (4) Fasilitasi permodalan ( modal investasi dan modal kerja). (5) Peningkatan manajemen mutu ditingkat perusahaan.

h.

Program Pengembangan 1)

Peningkatan Effisiensi dan Produktivitas (1) (2)

2)

Restrukturisasi permesinan. Peningkatan proses produksi yang lebih effisien serta teknologi baru.

Peningkatan Pasar Ekspor (1)

Promosi dan pemasaran di Bali, serta lokasi-lokasi strategis ekspor lainnya. 49

(2) (3) (4) 3)

Pengembangan trading house. Peningkatan kemampuan SDM bidang ekspor. Pengembangan kemitraan dengan BUMN pengekspor.

industri

Peningkatan Mutu (1) (2) (3) (4)

4)

dan

Pengembangan desain. Peningkatan penerapan GMP. Peningkatan kualitas kemasan. Peningkatan kemampuan SDM bidang mutu.

Bantuan Permodalan (1) (2)

Kredit Ekspor. Penjaminan/asuransi kredit.

4.2. PENGEMBANGAN KELOMPOK INDUSTRI KOMODITI TERPILIH a.

Industri Pengolahan Ikan 1)

Lingkup Komoditi (1) (2) (3) (4)

2)

Ikan kering/ikan asin. Ikan asap. Ikan pindang. Ikan olahan lainnya.

Keadaan Spesifik (1)

Memiliki prospek peluang pasar yang baik karena bahan baku ikan cukup tersedia. Kemampuan ekspor relatif masih rendah. Banyak pesaing dari negara lain. Teknologi sudah dikuasai. Menyerap banyak tenaga kerja.

(2) (3) (4) (5) 3)

Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan ekspor industri pengolahan ikan tahun 2003 – 2004 tersaji pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Pengolahan Ikan tahun 2003 - 2004 NO

URAIAN

1.

Nilai Ekspor IK (US $ juta)

2.

POSISI 2002

SASARAN 2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

53,86

57,77

62,10

7,37 %

Nilai Tambah (Rp. Juta)

347.224

380.321

403.422

7,86 %

3.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

2.036.075

2.195.505

2.367.425

7,88 %

4.

Unit Usaha (Unit)

11.705

12.056

12.418

3,00 %

50

5.

4)

5)

Tenaga Kerja (Orang)

144.660

151.890

159.480

5,00 %

Program Pengembangan tahun 2003-2004 (1)

Peningkatan Mutu Produk dan Kemasan IKM Pengolahan Ikan. - Fasilitasi pengadaan peralatan. - Sertifikasi sistem mutu. - Pengembangan pusat pelayanan kemasan dan label produk ikan olahan.

(2)

Peningkatan Sumber Daya IKM Pengolahan Ikan. - TOT-GMP bagi aparat pembina di Daerah. - TOT Cleaner Production Industri Kecil Menengah Pengolahan Ikan. - Pengembangan Business Development Service Provider (BDSP). - Fasilitasi magang pengusaha ikan olahan di dalam maupun di luar negeri.

(3)

Pengembangan Promosi dan Pemasaran IKM Pengolahan Ikan. - Pameran produk IK pengolahan ikan yang diproduksi dengan baik. - Partisipasi pameran di dalam dan luar negeri. - Penyediaan dan penyusunan informasi bisnis IKM pengolahan ikan. - Pengembangan forum konsultasi ekspor bisnis IKM ikan olahan.

(4)

Pengembangan Iklim Usaha IKM pengolahan ikan.. - Fasilitasi kerjasama pembinaan dengan perusahaan Besar. - Fasilitasi kemitraan antara IKM pengolahan ikan dengan perusahaan besar. - Sosialisasi peraturan tentang pangan berkaitan dengan produk ikan olahan dari dalam dan luar negeri kepada IKM pengolahan ikan.

Lokasi Pengembangan Industri pengeringan/penggaraman (1). Kab. Asahan, Kab. Tapanuli Tengah, Kab. Sibolga-Sumatera Utara. (2). Kab. Bengkalis, Kab. Indragiri Hilir-Riau. (3). Kab. Rembang, Kab. Pekalongan, Kab. Tegal, Kab. Pati, Kab. Cilacap- Jawa Tengah. (4). Kab. Sumenep, Kab. Tuban, Kab. Sidoarjo-Jawa Timur. (5). Kab. Barru, Kab. Wajo-Sulawesi Selatan. Industri pengasapan ikan

51

(1). Kab. Cilacap, Kab. Batang, Kab. Pekalongan, Kab. Semarang, Kab. Rembang-Jawa Tengah. (2). Kab. Minahasa, Kab. Manado-Sulawesi Utara. (3). Kab. Maluku Utara-Maluku Utara.

b.

Industri Kerupuk 1)

Lingkup Komoditi Terpilih/ Prioritas (1) (2)

2)

Kerupuk hewani khususnya kerupuk ikan dan kerupuk udang. Kerupuk non hewani seperti kerupuk bawang.

Keadaan Spesifik (1) (2) (3) (4)

3)

Memiliki peluang pasar yang cukup luas. Bahan baku lokal cukup tersedia. Teknologi sudah dikuasai. Menyerap banyak tenaga kerja.

Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan Ekspor IKM kerupuk tahun 2003 – 2004, tersaji pada Tabel 4.4 Tabel 4.4 Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Kerupuk tahun 2003 – 2004 NO

4)

URAIAN

1.

Nilai Ekspor IK (US $ juta)

2.

POSISI 2002

SASARAN 2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

6,77

7,44

8,26

10,50 %

Nilai Tambah (Rp. Juta)

1.063.790

1.160.304

1.239.186

7,86 %

3.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

3.222.586

3.478.362

3.754.441

7,88 %

4.

Unit Usaha (Unit)

135.630

139.699

143.890

3,00 %

5.

Tenaga Kerja (Orang)

489.420

513.890

539.580

5,00 %

Program Pengembangan tahun 2003-2004 (1)

Peningkatan mutu produk dan kemasan IKM Kerupuk - Fasilitasi pengadaan peralatan. - Sertifikasi sistem mutu. - Pengembangan klinik pelayanan kemasan, label dan merek.

(2)

Peningkatan sumber daya IKM Kerupuk. - TOT-GMP bagi aparat pembina di daerah. - TOT Cleaner Production industri kecil kerupuk. - Fasilitasi magang pengusaha kerupuk di luar negeri.

52

5)

(3)

Pengembangan promosi dan pemasaran IKM Kerupuk. - Mengikuti pameran internasional produk IK kerupuk yang diproduksi dengan baik. - Penyediaan informasi melalui penyusunan dan penyebaran direktori, leaflet, booklet dan audio visual IKM kerupuk. - Pengembangan pusat pelayanan bisnis industri kerupuk. - Pengembangan forum konsultasi bisnis IKM kerupuk.

(4)

Pengembangan iklim usaha IKM Kerupuk. - Fasilitasi kemitraan antara IKM kerupuk dengan perusahaan besar, khususnya untuk membantu pemasaran ke luar negeri.

Lokasi Pengembangan (1). (2). (3). (4).

c.

Kab. Sidoarjo - Jawa Timur. Kab. Palembang - Sumatera Selatan. Kab. Tegal, Kab. Pekalongan - Jawa Tengah. Kab. Cirebon, Kab. Indramayu – Jawa Barat.

Industri Barang Jadi Kulit 1)

Keadaan Spesifik (1) (2) (3) (4)

2)

Peluang pasar domestik maupun ekspor cukup luas. Menyerap banyak tenaga kerja. Bahan baku cukup tersedia. Ada dukungan lembaga pendidikan dan pengembangan.

Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan ekspor IKM Barang Jadi Kulit tahun 2003 – 2004 tersaji pada Tabel 4.5: Tabel 4.5 Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Barang Jadi Kulit tahun 2003 – 2004 NO

3)

URAIAN

1.

Nilai Ekspor IK (US $ juta)

2.

POSISI 2002

SASARAN 2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

192,63

223,45

261,43

16,50 %

Nilai Tambah (Rp. Juta)

349.058

352.168

356.280

16,11 %

3.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

793.313

800.382

809.728

15,9 %

4.

Unit Usaha (Unit)

2.088

2.150

2.215

3,00 %

5.

Tenaga Kerja (Orang)

20.350

21.370

22.430

5,00 %

Program Pengembangan (1) (2) (3)

Fasilitasi pengembangan pasar spesifik barang jadi kulit. Fasilitasi pengembangan trading house. Peningkatan kemampuan SDM.

53

(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 4)

d.

Fasilitasi restrukturisasi peralatan. Penerapan SPSM/ISO 9000. Bantuan tenaga ahli desain. Promosi penggunaan merek sendiri dan pendaftaran HaKI. Promosi pemasaran/partisipasi pameran. Pengembangan BDS. Pengembangan layanan informasi.

Lokasi Pengembangan (1) Kab. Bogor, Garut, Kota Bandung – Jawa Barat. (2) Kab. Sidoarjo – Jawa Timur. (3) Kab. Bantul – DI. Yogyakarta. (4) Kota Jakarta Timur – DKI. Jakarta. (5) Kota Denpasar – Bali. (6) Kota Bukittinggi – Sumatera Barat. (7) Kab. Tebing Tinggi – Sumatera Utara.

Industri Alas Kaki/Sepatu Kulit 1)

Keadaan Spesifik (1) Bahan baku cukup tersedia. (2) Peluang pasar domestik/dalam rangka mendukung ekspor cukup besar. (3) Menyerap banyak tenaga kerja. (4) Nilai tambah tinggi.

2)

Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan ekspor IKM Alas Kaki/Sepatu Kulit tahun 2003 – 2004 yang ingin dicapai tersaji pada Tabel 4.6 Tabel 4.6. Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Alas Kaki/Sepatu Kulit tahun 2003 – 2004

3)

NO

URAIAN

1.

Nilai Ekspor IK (US $ juta)

2.

POSISI 2002

SASARAN

2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

31,92

34,15

36,88

16,69 %

Nilai Tambah (Rp. Juta)

384.241

419.656

448.455

8,66 %

3.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

1.314.019

1.417.395

1.529.001

8,46 %

4.

Unit Usaha (Unit)

15.035

15.486

15.950

3,00 %

5.

Tenaga Kerja (Orang)

117.610

123.490

129.670

5,00 %

Program Pengembangan (1) (2) (3)

Fasilitasi pengembangan pasar spesifik. Promosi pemasaran/partisipasi pameran. Promosi penggunaan merek sendiri dan pendaftaran HaKI. 54

(4) (5) (6)

Peningkatan kemampuan SDM dibidang produksi. Fasilitasi bantuan permodalan serta bantuan tenaga ahli. Pembangunan Indonesia Footwear Service Centre (IFSC) di Sidoarjo. Penerapan SPSM/ISO 9000. Pengembangan BDS. Pengembangan layanan informasi.

(7) (8) (9) 4)

Lokasi Pengembangan (1) (2) (3) (4)

e.

Kab. Bogor, Kota Bandung – Jawa Barat. Kab. Sidoarjo, Kab. Mojokerto, Kota Surabaya – Jawa Timur. Kota Medan – Sumatera Utara. Kota Jakarta Timur – DKI. Jakarta.

Industri Pakaian Jadi 1)

Keadaan Spesifik (1) (2) (3) (4) (5)

2)

Peluang pasar domestik/ekspor cukup luas. Bahan baku cukup tersedia. Teknologi relatif sederhana dan sudah dikuasai. Menyerap banyak tenaga kerja. Adanya dukungan Litbang/Balai Besar Tekstil.

Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan ekspor IKM Pakaian Jadi tahun 2003 – 2004 yang ingin dicapai tersaji pada Tabel 4.7 Tabel 4.7 Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Pakaian Jadi tahun 2003 – 2004

NO

3)

URAIAN

POSISI 2002

SASARAN

LAJU PERTUMBUHAN/THN

2003

2004

1.039,00

1.184,46

1.362,13

14,50 %

1.

Nilai Ekspor IK (US $ juta)

2.

Nilai Tambah (Rp. Juta)

2.666.930

2.927.811

3.127.038

8,66 %

3.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

7.656.219

8.268.537

8.930.507

8,46 %

4.

Unit Usaha (Unit)

108.252

111.500

114..850

3,00 %

5.

Tenaga Kerja (Orang)

765.580

803.860

844.050

5,00 %

Program Pengembangan (1) (2) (3)

Peningkatan mutu dan desain. Fasilitasi pengembangan trading house. Fasilitasi kemitraan dalam rangka peningkatan produksi dan pemasaran ekspor. 55

(4) (5) (6) (7) (8) (9) 4)

Promosi penggunaan merek sendiri dan pendaftaran HaKI. Promosi pemasaran/partisipasi pameran. Fasilitasi modernisasi mesin dan peralatan. Penerapan SPSM/ISO 9000. Pengembangan BDS. Pengembangan layanan informasi.

Lokasi Pengembangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Kab. Deli Serdang – Sumatera Utara. Kota Bukittinggi – Sumatera Barat Kab. Bandung – Jawa Barat. Kota Tangerang – Banten. Kota Jakarta Selatan, Kota Jakarta Barat – DKI Jakarta. Kab. Pekalongan, Pemalang, Semarang, Kudus – Jawa Tengah. Kab. Probolinggo, Malang, Pasuruan, Tulung Agung – Jawa Timur. Kota Yogyakarta – DI. Yogyakarta.

(8) f.

Industri Barang Jadi Tekstil 1) Keadaan Spesifik (1) (2) (3) (4) (5) (6) 2)

Bahan baku cukup tersedia. Tenaga kerja tersedia. Adanya dukungan Litbang. Teknologi produksi relatif mudah dikuasai. Menyerap banyak tenaga kerja. Pangsa pasar dalam negeri untuk mendukung ekspor cukup besar.

Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan ekspor IKM Barang Jadi Tekstil, tahun 2003 – 2004 yang ingin dicapai tersaji pada Tabel 4.8 : Tabel 4.8 Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Barang Jadi Tekstil tahun 2003 – 2004 NO

3)

URAIAN

1.

Nilai Ekspor IK (US $ juta)

2.

POSISI 2002

SASARAN 2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

127,16

155,14

193,92

23,49 %

Nilai Tambah (Rp. Juta)

1.164.927

1.480.603

1.898.421

16,11 %

3.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

2.617.814

3.327.198

4.266.116

15,9 %

4.

Unit Usaha (Unit)

25.990

26.770

27.573

3,00 %

5.

Tenaga Kerja (Orang)

172.310

180.930

189.980

5,00 %

Program Pengembangan (1) Pengembangan desain dan diversifikasi produk. 56

(2) (3) (4) (5) 3)

Fasilitasi kemitraan bahan baku dan pemasaran. Promosi pemasaran/partisipasi pameran. Pengembangan BDS. Pengembangan layanan informasi.

Lokasi Pengembangan (1) (2) (3) (4) (5)

g.

Kab. Bandung – Jawa Barat. Kota Jakarta Selatan – DKI Jakarta. Kab. Jepara, Pekalongan – Jawa Tengah. Kota Pasuruan – Jawa Timur. Kab. Gianyar, Kota Denpasar – Bali.

Industri Minyak Atsiri 1)

Keadaan Spesifik (1)

Laju pertumbuhan perdagangan dunia minyak atsiri : 9,38%, sedangkan laju pertumbuhan minyak atsiri Indonesia hanya 0,12%. Market share minyak nilam Indonesia di pasar dunia lebih kecil dari 50% yang seharusnya dapat mencapai di atas 80%, minyak akar wangi sekitar 10% yang seharusnya dapat mencapai di atas 40% dan minyak kenanga lebih kecil dari 15% yang seharusnya dapat mencapai di atas 45%. SNI minyak atsiri sudah dimasyarakatkan. Engineering company BPPT, BALITRO, Balai Industri, Perguruan Tinggi dan jasa perbengkelan mempunyai kemampuan dalam merekayasa teknologi unit destilasi minyak atsiri. Pembinaan dan pengembangan industri minyak atsiri belum terintegrasi. Mampu menumbuhkan industri baru dan menggerakkan sektor ekonomi lainnya.

(2)

(3) (4)

(5) (6) 2)

Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan ekspor IKM minyak atsiri tahun 2003 – 2004, tersaji pada Tabel 4.9 : Tabel 4.9 Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Minyak Atsiri tahun 2003 – 2004 NO

URAIAN

1.

Nilai Ekspor IK (US $ juta)

2.

POSISI 2002

SASARAN 2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

74,18

77,15

81,01

4,50 %

Nilai Tambah (Rp. Juta)

125.668

134.034

151.639

7,04 %

3.

Nilai Produksi (Rp.Juta)

321.782

353.489

388.322

7,52 %

4.

Unit Usaha (Unit)

217

223

230

3,00 %

5.

Tenaga Kerja (Orang)

6.820

7.160

7.520

5,00 %

57

3)

4)

Program Pengembangan (1)

Peningkatan Promosi dan Pemasaran (a). Merintis marketing arm serta ekspor langsung dari IKM ke luar negeri (b). Merintis kerjasama pemasaran ke luar negeri. (c). Penyusunan informasi bisnis

(2)

Peningkatan SDM (a). Magang para pengusaha minyak atsiri ke Jawa Barat dan Jawa Timur.

(3)

Peningkatan Mutu dan Teknologi (a). Rumusan dan revisi SNI minyak Atsiri. (b). Pendirian laboratorium mini minyak atsiri di Kab. Garut dan Blitar. (c). Mengaktifkan penyulingan minyak atsiri di Provinsi NAD untuk meningkatkan mutu ekspor minyak atsiri. (d). Kajian alat penyulingan dengan rendemen > 2% (e). Pembinaan langsung dengan bantuan tenaga ahli di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Lokasi Pengembangan Minyak Nilam: (1). Kab. Aceh Selatan, Kab. Aceh Utara, Kab. Aceh Barat – NAD (2). Kab. Dairi, Kab. Nias – Sumatera Utara (3). Kab. Solok, Mentawai, Kab. Pasaman – Sumatera Barat (4). Kab. Kuningan – Jawa Barat. Minyak Sereh Wangi: (1). Kab. Sukabumi – Jawa Barat (2). Kab. Karanganyar – Jawa Tengah (3). Kab. Banjar Baru – Kalimantan Selatan (4). Kab. Soppeng – Sulawesi Selatan (5). Kab. Fak-fak - Papua. Minyak Cengkeh: (1). Kab. Banyumas – Jawa Tengah (2). Kab. Kulonprogo – DI Yogyakarta. Minyak Akar Wangi: (1). Kab. Garut – Jawa Barat Minyak Pala: (1). Kab. Aceh Selatan – NAD (2). Kab. Deli Serdang – Sumatera Utara (3). Kota Bukit Tinggi – Sumatera Barat (4). Kab. Cianjur, Sukabumi – Jawa Barat Minyak Kenanga: (1). Kab. Kuningan – Jawa Barat (2). Kab. Boyolali – Jawa Tengah

58

(3). Kab. Blitar – Jawa Timur Minyak Jahe: (1). Kab. Cirebon, Sukabumi – Jawa Barat Minyak Kayu Putih: (1). Kab. Lamongan- Jawa Timur (2). Maluku Utara (3). Pulau Buru - Maluku h.

Industri Arang Kayu/Tempurung 1)

Keadaan Spesifik (1) (2)

Bahan baku tersedia dengan melimpah. Peluang pasar dalam negeri dalam mendukung ekspor cukup besar. Teknologi sederhana mudah dikuasai. Menjadi sumber devisa dan sumber pendapatan asli daerah bagi daerah penghasil kelapa.

(3) (4) 2)

Keadaan Industri Saat Ini (1)

Jumlah unit usaha secara nasional tahun 2002 adalah 449 perusahaan. Jumlah tenaga kerja yang diserap: 7.070 orang. Luas areal tanaman kelapa: 3,6 Juta hektare dengan produksi 2,7 Juta ton per tahun. Tempurung kelapa yang dihasilkan: 325.098,1 ton per tahun. Ekspor arang tempurung tahun 1999 US $ 23,48 juta (menempati ranking ke 2 setelah RRC). Namun kecenderungan ekspor tersebut menurun karena terbatasnya modal, daya saing rendah dan terbatasnya informasi pasar.

(2) (3) (4) (5)

3)

Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan ekspor IKM arang kayu/tempurung tahun 2003 – 2004, tersaji pada Tabel 4.10 Tabel 4.10 Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Arang Kayu/Tempurung tahun 2003 – 2004 NO

URAIAN

1.

Nilai Ekspor IK(US $ juta)

2.

POSISI 2002

SASARAN 2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

21,10

21,95

23,10

4,62 %

Nilai Tambah (Rp. Juta)

79.339

82.534

89.488

7,04 %

3.

Nilai Produksi (Rp.Juta)

224.583

238.070

252.402

7,52 %

4.

Unit Usaha (Unit)

449

463

477

3,00 %

59

5.

4)

Tenaga Kerja (Orang)

7.070

7.420

7.790

5,00 %

Program Pengembangan (1)

Peningkatan SDM (a).

(2)

Pelatihan teknis produksi dan pengadaan peralatan inkubator.

Peningkatan Mutu dan Teknologi (a).

Pengadaan peralatan tungku bakar (drum kiln) arang tempurung untuk provinsi Lampung (Bandar Lampung), Sumatera Barat (Padang Pariaman), Jawa Barat (Bekasi), Banten (Lebak), Jambi (Kuala Tungkal), Kalimantan Selatan (Barito Kuala) dan Sulawesi Selatan (Makassar). (b). Penerapan standard mutu produk (c). Pembinaan langsung melalui tenaga ahli 5)

Lokasi Pengembangan (1). (2). (3). (4). (5). (6). (7).

i.

Kab. Padang Pariaman – Sumatera Barat Kab. Kuala Tungkal, Kab. Jambi - Jambi Kab. Bandar Lampung – Lampung Kab. Bekasi– Jawa Barat Kab. Lebak - Banten Kab. Barito Kuala – Kalimantan Selatan Kota Manado – Sulawesi Utara.

Industri Furniture Kayu / Rotan Furniture Kayu 1)

Keadaan Spesifik (1) (2) (3) (4)

2)

Bahan baku walau cukup tersedia, tetapi seringkali tidak mudah diperoleh oleh IKM. Pangsa pasar dalam negeri maupun ekspor terbuka luas. Menyerap banyak tenaga kerja. Menghasilkan devisa cukup besar.

Program Pengembangan (1)

Peningkatan Promosi dan Pemasaran (a). Pendirian pusat desain dan pemasaran produk furnitur kayu (b). Penyusunan profil industri meubel kayu.

(2)

Peningkatan SDM 60

(a).

Pelatihan pengembangan desain meubel kayu di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. (b). Pelatihan peningkatan manajemen pemasaran dan keuangan.

(3)

Peningkatan Mutu dan Teknologi (a).

Bantuan tenaga ahli untuk IKM furniture kayu terpilih dalam rangka peningkatan mutu dan desain (b). Pengadaan peralatan pengawetan dan pengeringan kayu (Kiln Driyer) (c). Fasilitasi penerapan ekolabel produk mebel kayu. 3)

Lokasi Pengembangan (1). (2). (3). (4). (5). (6). (7). (8).

Kota Jambi - Jambi DKI Jakarta Kab. Cirebon, Kab. Sumedang – Jawa Barat Kab. Jepara, Blora, Sukoharjo, Klaten- Jawa Tengah Kab. Pasuruan – Jawa Timur Kota Pontianak – Kalimantan Barat Kota Banjarmasin – Kalimantan Selatan Kota Samarinda – Kalimantan Timur

Furniture Rotan 1)

Keadaan Spesifik (1) (2) (3) (4) (5) (6)

2)

Bahan baku yang tersedia cukup melimpah. Peluang pasar dalam negeri dalam mendukung ekspor cukup besar. Teknologi secara sederhana mudah dikuasai. Menjadi sumber devisa dan sumber pendapatan asli daerah. Bersifat padat karya/ menyerap banyak tenaga kerja. Menjadi penggerak sektor ekonomi lainnya.

Keadaan Industri tahun 2000 (1) (2) (3) (4)

Jumlah IKM: 548 perusahaan. Investasi Rp. 944 Milyar. Tenaga Kerja yang diserap 198.990 orang. Nilai ekspor tahun 2001 US $ 67,52 Pengembangan

(1)

Peningkatan Promosi dan Pemasaran (a). Pendirian pusat desain pemasaran furniture rotan. (b). Kajian distribusi bahan baku rotan lintas daerah dalam rangka peningkatan ekspor industri rotan. (c). Pelatihan manajemen pemasaran, produksi dan keuangan bagi UKM rotan.

Juta

Program

61

(2)

3)

Peningkatan Mutu dan Teknologi. (a). Sosialisasi dan bimbingan penerapan HaKI untuk produk furniture rotan. (b). Optimalisasi mesin pengolahan rotan dalam rangka peningkatan kemampuan centra furniture rotan di Hulu sungai Utara (Amuntai) Kalimantan Selatan. (c). Pengadaan peralatan finishing. (d). Pembinaan langsung melalui tenaga ahli.

Lokasi Pengembangan (1). (2). (3). (4).

5)

Sentra mebel rotan : Tegal Wangi-Cirebon-Jawa Barat Sentra mebel rotan : Kecamatan Menganti-Gresik-Jawa Timur Sentra Rotan : Kab. Donggala-Sulawesi Tengah Sentra Rotan : Kab. Mona-Sulawesi Tenggara.

Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan ekspor IKM furniture kayu / rotan tahun 2003 – 2004, tersaji pada Tabel 4.11 berikut. Tabel 4.11 Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Furniture Kayu / Rotan tahun 2003 – 2004 NO

j.

URAIAN

1.

Nilai Ekspor IK (US $ juta)

2.

POSISI 2002

SASARAN 2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

120,70

144,84

176,70

21,00 %

Nilai Tambah (Rp. Juta)

3.604.071

3.751.486

4.045.960

7,04 %

3.

Nilai Produksi (Rp.Juta)

7.680.590

8.144.674

8.638.094

7,52 %

4.

Unit Usaha (Unit)

198.373

204.324

210.454

3,00 %

5.

Tenaga Kerja (Orang)

812.530

853.150

895.810

5,00 %

Industri Batik 1)

Keadaan Spesifik (1) (2) (3) (4) (5)

2)

Basis produksi tersebar di 17 propinsi. Bersifat padat karya/ menyerap banyak tenaga kerja. Adanya dukungan litbang (balai) dan kelembagaan yang cukup kuat (Koperasi, Yayasan, dll). Pangsa pasar dalam negeri cukup besar untuk mendukung kemampuan ekspor. Peluang pasar ekspor cukup besar.

Sasaran Pengembangan 62

Sasaran pengembangan ekspor IKM batik tahun 2003 – 2004, tersaji pada Tabel 4.12

Tabel 4.12 Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Batik tahun 2003 – 2004 NO

3)

URAIAN

1.

Nilai Ekspor IK(US $ juta)

2.

POSISI 2002

SASARAN 2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

383,69

460,43

561,72

21,00 %

Nilai Tambah (Rp. Juta)

866.023

923.368

1.001.278

16,11 %

3.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

1.842.601

1.964.613

2.130.378

8,46 %

4.

Unit Usaha (Unit)

36.027

37.108

38.221

3,00 %

5.

Tenaga Kerja (Orang)

578.820

607.770

638.150

5,00 %

Program Pengembangan (1)

Promosi dan pemasaran (a). Penyusunan informasi industri. (b). Pemetaan produk indikasi geografis dan pengetahuan tradisional. (c). Promosi dan peningkatan pasar diantaranya melalui partisipasi pameran di dalam dan luar negeri. (d). Bimbingan/pemanfaatan teknologi informasi untuk melakukan akses pasar di luar negeri.

(2)

Pengembangan SDM (a). Bantuan tenaga ahli proses desain dan finishing. (b). Pelatihan informasi, mutu dan desain teknologi. (c). Peningkatan jenis dan desain kemasan diantaranya melalui pelatihan dan bantuan tenaga ahli. (d). Peningkatan kemampuan SDM bidang tata niaga di negara tujuan ekspor.

(3)

Pengembangan produksi dan teknologi (a). Peningkatan apresiasi, penerapan dan sosialisasi ISO 9000. (b). Peningkatan penerapan dan sosialisasi HaKI. (c). Pengembangan desain. (d). Bantuan teknis pencelupan dan pewarnaan dengan menggunakan zat pewarna alami (zat warna nabati) dan pencampur warna untuk zat warna buatan. (e). Perlindungan batik motif khas daerah melalui HaKI. 63

(f). (g).

4)

k.

Penerapan standar mutu produk. Bantuan kemudahan pengadaan bahan baku kain sutera.

(4)

Pengembangan permodalan (a). Dukungan perbankan/lembaga keuangan (misal ventura) serta lembaga penjamin (trading house).

(5)

Pengembangan kemitraan (a). Fasilitasi kemitraan dengan eksportir dan PHRI.

Lokasi Pengembangan (1). Kota Jambi. (2). Kota Jakarta Selatan, Jakarta Pusat – DKI Jakarta (3). Kab. Indramayu, Kab. Cirebon – Jawa Barat (4). Kab. Pekalongan, Kota Surakarta – Jawa Tengah (5). Kab. Sleman, Kota Yogyakarta – DI Yogyakarta (6). Kab. Sidoarjo, Kab. Bangkalan, Kab. Pamekasan, Kab. TubanJawa Timur (7). Kab. Gianyar – Bali

Industri Perhiasan 1)

Keadaan Spesifik (1) (2)

Bahan baku tersedia dalam jumlah yang memadai. Peluang pasar dalam negeri cukup besar untuk mendorong kemampuan ekspor. Menjadi sumber devisa dan sumber pendapatan asli daerah. Padat karya yang/menyerap banyak tenaga kerja.

(3) (4) 2)

Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan ekspor IKM perhiasan tahun 2003 – 2004, tersaji pada Tabel 4.13 berikut. Tabel 4.13 Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Perhiasan tahun 2003 – 2004 NO

3)

URAIAN

1.

Nilai Ekspor IK (US $ juta)

2.

POSISI 2002

SASARAN 2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

115,07

119,67

125,36

4,37 %

Nilai Tambah (Rp.Juta)

100.317

110.988

120.957

9,62 %

3.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

259.941

284.340

311.188

9,84 %

4.

Unit Usaha (Unit)

5.687

5.857

6.033

3,00 %

5.

Tenaga Kerja (Orang)

14.820

15.561

16.338

5,00 %

Program Pengembangan (1) Promosi dan pemasaran (a). Mengikuti pameran/promosi nasional dan internasional. (b). Membangun portal sistim informasi untuk ekspor. 64

(c). Mengikuti perlombaan desain di luar negeri (d). Studi banding bagi para pengusaha/perajin ke luar negeri (e). Promosi melalui media cetak, leaflet dan katalog

4)

l.

(2)

Pengembangan SDM (a). Peningkatan kemampuan dibidang desain. (b). Peningkatan kemampuan bidang ekspor-impor dan teknik negosiasi. (c). Peningkatan keterampilan di bidang mutu produk. (d). Peningkatan kemampuan mengasah batu mulia.

(3)

Pengembangan produksi dan teknologi (a). Peningkatan kemampuan sistem manajemen mutu. (b). Peningkatan kesadaran serta dorongan mengaplikasikan tentang HaKI. (c). Bantuan mesin/peralatan untuk meningkatkan mutu penggosokan batu mulia (d). Penguatan peran perguruan tinggi dalam teknik perencanaan/pembuatan perhiasan CAD/CAM serta penjaminan kualitas batu mulia.

(4)

Pengembangan bantuan permodalan

(5)

Pengembangan kemitraan (a). Peningkatan kemitraan dengan perusahaan besar untuk merintis pasar ekspor dan transfer pengetahuan tentang desain. (b). Kemitraan dengan penghasil bahan baku dan pemasaran. (c). Fasilitasi kemitraan dengan instansi terkait dalam rangka pemanfaatan asuransi dan pembiayaan ekspor (d). Mengadakan kerja sama dengan negara-negara yang unggul dalam desain dan model

(6)

Peningkatan dukungan faktor-faktor eksternal (iklim dan pemasaran) (a)

Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam upaya perlindungan terhadap eksploitasi pengiriman bahan mentah batu mulia ke luar negeri yang belum diolah

(b)

Mengupayakan tersedianya pengembangan industri perhiasan

kawasan

khusus

Lokasi Pengembangan (1). Kota Bandung – Jawa Barat (2). Kota Gede, Kota Yogyakarta – DI Yogyakarta (3). Kota Surabaya, Kab. Pasuruan – Jawa Timur (4). Desa Celuk Kab. Gianyar – Bali

Industri Sulaman/Bordir 1)

Keadaan Spesifik (1) Bahan baku tekstil cukup tersedia.

65

(2) (3) (4) 2)

Bersifat padat karya serta menyerap banyak tenaga kerja. Teknologi sederhana dan relatif sudah dikuasai. Tenaga terampil cukup tersedia.

Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan ekspor IKM sulaman/bordir tahun 2003 – 2004, tersaji pada Tabel 4.14 Tabel 4.14 Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Sulaman/Bordir tahun 2003 – 2004 NO

m.

URAIAN

1.

Nilai Ekspor IK (US $ juta)

2.

POSISI 2002

SASARAN 2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

5,13

6,03

7,23

18,74 %

Nilai Tambah (Rp.Juta)

188.780

209.053

228.685

9,62 %

3.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

312.922

345.295

381.287

9,84% %

4.

Unit Usaha (Unit)

18.148

18.693

19.253

3,00 %

5.

Tenaga Kerja (Orang)

58.690

61.620

64.700

5,00 %

3)

Program Pengembangan (1) Promosi dan pemasaran (a). Penyusunan data base sistem informasi industri sulaman/bordir. (b). Sosialisasi dan pameran hasil Indonesia Good Design Selection. (c). Peningkatan pemasaran diantaranya melalui pameran di dalam/di luar negeri. (2) Pengembangan SDM (a). Peningkatan kemampuan teknologi proses, khususnya melalui bantuan tenaga ahli pengembangan desain. (b). Pengembangan kemampuan di bidang teknologi informasi. (c). Peningkatan kemampuan tentang prosedur ekspor. (3) Pengembangan produksi dan teknologi (a). Peningkatan penerapan sistem manajemen mutu. (b). Peningkatan kesadaran dan penerapan HaKI. (4) Pengembangan terhadap akses permodalan

4)

Lokasi Pengembangan (1). Kab. Agam, Kota Bukit Tinggi – Sumatera Barat (2). Kota Jakarta Timur – DKI Jakarta (3). Kab. Tasikmalaya – Jawa Barat

Industri Mainan Anak 1)

Keadaan Spesifik (1) Bahan baku khususnya dari kayu cukup tersedia. 66

(2)

Jumlah tenaga kerja terampil dan berbakat cukup banyak dan memadai. Investasi yang diperlukan relatif tidak besar. Peluang pasar dalam negeri maupun ekspor cukup luas.

(3) (4) 2)

Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan ekspor IKM mainan anak Tahun 2003 - 2004 dapat dilihat pada Tabel 4.15 Tabel 4.15 Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Mainan Anak tahun 2003 – 2004 NO

3)

URAIAN

POSISI 2002

2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

SASARAN

1.

Ekspor IK (US $ juta)

102,42

122,90

153,63

22,47 %

2.

Nilai Tambah (Rp.Juta)

41.575

46.504

52.936

9,62 %

3.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

70.556

79.837

90.404

9,84 %

4.

Unit Usaha (Unit)

18.680

19.240

19.820

3,00 %

5.

Tenaga Kerja (Orang)

9.900

10.390

10.910

5,00 %

Program Pengembangan (1)

Promosi dan pemasaran (a). Peningkatan pemasaran diantaranya melalui fasilitasi pameran dan promosi dalam dan luar negeri. (b). Peningkatan peluang investasi industri mainan anak dan industri penunjang untuk memperkuat ekspor.

(2)

Pengembangan SDM (a). Peningkatan kemampuan melalui bantuan Tenaga Ahli bidang proses produksi, desain dan finishing. (b). Peningkatan pengembangan desain dan diversifikasi produk. (c). Bantuan tenaga ahli bagi pengembangan di bidang pemasaran dan Teknologi Informasi.

(3)

Pengembangan produksi dan teknologi (a). Peningkatan standard mutu bahan baku. (b). Peningkatan dan pemanfaatan HaKI. (c). Peningkatan dan pemanfaatan sistem manajemen mutu.

(4)

Pengembangan permodalan melalui fasilitasi kerjasama dengan lembaga keuangan dan asuransi dalam rangka permodalan.

(5)

Pengembangan kemitraan (a). Fasilitasi dalam rangka peningkatan kemitraan dengan eksportir dan PHRI. (b). Fasilitasi peningkatan kerjasama kemitraan dengan industri penghasil bahan baku dan pemasaran. 67

4)

Lokasi Pengembangan (1). Kab. Bogor, Bekasi, Sukabumi – Jawa Barat

n.

Industri Keramik dan Gerabah 1)

Keadaan Spesifik (1) (2) (3) (4)

Deposit bahan baku cukup tersedia di beberapa daerah. Tenaga terampil dan mudah dilatih cukup tersedia. Teknologi relatif mudah dikuasai. Peluang pasar dalam negeri dalam rangka peningkatan ekspor cukup besar. Bersifat padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja. Sektor pariwisata merupakan industri penarik yang cukup besar untuk ekspor.

(5) (6) 2)

Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan ekspor IKM keramik/gerabah tahun 2003 – 2004 tersaji pada Tabel 4.16 : Tabel 4.16 Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Keramik/Gerabah tahun 2003 – 2004 NO

3)

URAIAN

1.

Nilai Ekspor IK (US $ juta)

2.

POSISI 2002

SASARAN 2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

15,56

17,89

21,02

16,24 %

Nilai Tambah (Rp.Juta)

357.940

394.783

424.753

9,62 %

3.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

481.045

524.753

572.586

9,84 %

4.

Unit Usaha (Unit)

27.066

27.878

28.715

3,00 %

5.

Tenaga Kerja (Orang)

109.340

114.800

120.540

5,00 %

Program Pengembangan (1)

Peningkatan pemasaran diantaranya melalui (a). Promosi dan pemasaran. (b). Uji coba pasar. (c). Peningkatan partisipasi pameran dalam dan luar negeri.

(2)

Pengembangan SDM, diantaranya melalui : (a). Bantuan Tenaga Ahli bidang desain dan teknologi. (b). Bantuan Tenaga Ahli bidang teknologi informasi, serta Diklat teknologi informasi.

(3)

Pengembangan produksi dan teknologi, diantaranya melalui : (a). Pengembangan diversifiksi produk/desain. 68

(b). Sosialisasi hasil riset, Litbang. (c). Pemanfaatan teknologi informasi secara optimal. (d). Lomba desain cinderamata. (4)

4)

Peningkatan kemitraan dengan memfasilitasi sistem pembinaan terpadu (Pembina/LSM, akses pasar, pendanaan dan technical expert).

Lokasi Pengembangan (1). Desa Pleret, Kab. Purwakarta – Jawa Barat (2). Desa Kasongan, Kab. Bantul – DI Yogyakarta (3). Banyumulek Lombok Barat – Nusa Tenggara Barat.

o.

Industri Kerajinan Kayu 1)

Keadaan Spesifik (1) (2) (3)

2)

Teknologi sudah dikuasai. Peluang pasar khususnya ekspor cukup luas. Padat karya serta menyerap banyak tenaga kerja.

Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan ekspor IKM kerajinan kayu tahun 2003 – 2004 tersaji pada Tabel 4.17 Tabel 4.17 Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Kerajinan Kayu tahun 2003 – 2004 NO

3)

URAIAN

POSISI 2002

SASARAN

LAJU PERTUMBUHAN/THN

2003

2004

135,73

152,70

175,60

13,74 %

1.

Nilai Ekspor IK (US $ juta)

2.

Nilai Tambah (Rp.Juta)

398.630

440.728

478.957

9,62 %

3.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

680.951

747.309

820.572

9,84 %

4.

Unit Usaha (Unit)

33.237

34.234

35.261

3,00 %

5.

Tenaga Kerja (Orang)

94.070

98.770

103.710

5,00 %

Program Pengembangan (1)

Peningkatan promosi dan pemasaran, diantaranya : (a). Partisipasi pameran dalam dan luar negeri. (b). Peningkatan sistem informasi. (c). Fasilitasi jaringan bisnis dengan PHRI. (d). Uji coba pasar.

(2)

Pengembangan SDM melalui : (a). Peningkatan dan pengembangan mutu dan desain.

69

(b). Peningkatan kemampuan teknologi proses dan diversifikasi produk. (c). Peningkatan kemampuan untuk mengakses sistem teknologi informasi. (d). Peningkatan tentang tata cara dan prosedur ekspor. (3)

Pengembangan produksi dan teknologi, diantaranya melalui : (a). Sosialisasi bantuan pendaftaran dan penerapan HaKI. (b). Peningkatan kesadaran dan pemanfaatan manajemen mutu. (c).

4)

Peningkatan teknologi, desain dan finishing, termasuk diversifikasi produk/desain.

(4)

Pengembangan permodalan

(5)

Pengembangan kemitraan melalui kemitraan UKM dengan eksportir dan perusahaan besar lainnya.

Lokasi Pengembangan (1). Kota Jakarta Pusat, Jakarta Selatan – DKI Jakarta (2). Kab. Subang – Jawa Barat (3). Kab. Badung - Bali

p.

Industri Kerajinan Anyaman 1)

Keadaan Spesifik (1) (2)

Bahan baku cukup tersedia. Bersifat padat karya serta menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Teknologi relatif sederhana dan sudah dikuasai. Tradisi membuat anyaman sudah dilaksanakan turun temurun. Peluang pasar baik regional maupun ekspor cukup besar.

(3) (4) (5) 2)

Sasaran Pengembangan Sasaran pengembangan ekspor IKM kerajinan anyaman tahun 2003 – 2004 tersaji pada Tabel 4.18 Tabel 4.18 Sasaran Pengembangan Ekspor IKM Kerajinan Anyaman tahun 2003 – 2004 NO

URAIAN

1.

Nilai Ekspor IK (US $ Juta)

2.

POSISI 2002

SASARAN 2003

2004

LAJU PERTUMBUHAN/THN

88,50

103,99

124,79

18,74 %

Nilai Tambah (Rp.Juta)

450.847

496.620

531.496

9,62 %

3.

Nilai Produksi (Rp. Juta)

650.127

705.887

766.435

9,84 %

4.

Unit Usaha (Unit)

71.195

73.331

75.531

3,00 %

70

5.

3)

Tenaga Kerja (Orang)

257.050

269.910

283.400

5,00 %

Program Pengembangan Program pengembangan untuk komoditi ekspor anyaman rotan dan mendong adalah sebagai berikut :

4)

(1)

Peningkatan promosi dan pemasaran (a). Peningkatn jumlah pameran di dalam dan di luar negeri. (b). Melaksanakan fasilitasi jaringan bisnis dengan eksportir. (c). Melaksanakan uji coba pasar.

(2)

Pengembangan SDM (a). Pengembanga desain melalui bantuan tenaga ahli. (b). Pengembangan kemampuan manajemen usaha dan ekspor.

(3)

Pengembangan produksi dan teknologi (a). Melaksanakan sosialisasi serta fasilitasi penerapan HaKI. (b). Meningkatkan standar mutu produksi. (c). Meningkatkan penerapan PMT/GKM. (d). Peningkatan teknologi proses pengawetan bahan baku.

(4)

Pengembangan permodalan serta pendanaan khususnya dalam rangka ekspor.

(5)

Pengembangan kemitraan dengan perusahaan besar dan eksportir dalam rangka peningkatan mutu dan perluasan pasar ekspor.

Lokasi Pengembangan Anyaman rotan : (1). Kab. Cirebon – Jawa (2). Kab. Lombok Tengah, Lombok Barat – Nusa Tenggara Barat Anyaman bambu : (1). Kab. Garut – Jawa Barat (2). Kab. Sleman – DI Yogyakarta (3). Kab. Ponorogo – Jawa Timur. Anyaman mendong, Purun, Agel, dll : (1). Kab. Tasikmalaya – Jawa Barat (2). Kab. Pekalongan – Jawa Tengah (3). Kab. Kulon Progo – DI Yogyakarta

71

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH INISIATIF BARU

5.1

UMUM a.

Pengertian, Ciri/Kriteria dan Lingkup Komoditi Prioritas 1)

Pengertian : Industri kecil menengah inisiatif baru merupakan suatu usaha untuk mengembangkan industri berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (knowledge- base) yang menghasilkan nilai tambah yang tinggi.

2)

Ciri/Kriteria Kelompok industri ini dicirikan oleh penggunaan teknologinya yang tergolong maju/tinggi, yang pada umumnya merupakan cabang/jenis industri yang akan berkembang pesat di masa mendatang. Ruang lingkup teknologi berkisar pada pemanfaatan teknologi informasi, pemanfaatan material baru, teknologi nano serta bio-teknologi.

3)

Lingkup Komoditi Prioritas (1) (2)

b.

Industri yang menghasilkan produk/memberikan jasa layanan di bidang teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Industri bioteknologi berskala kecil.

Misi Serta Tujuan Pengembangan industri misi/tujuan untuk : 1)

2) 3)

c.

kecil

menengah

inisiatif

baru

mempunyai

Mendorong tumbuh dan berkembangnya industri yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai wahana modernisasi industri di masa depan, sehingga akan mendinamisasi pertumbuhan industri nasional. Meningkatkan sumbangan nilai tambah industri kecil menengah secara lebih progresif. Mendorong tumbuhnya peluang-peluang industri baru di bidang teknologi informasi, serta mendorong tumbuhnya industri yang mengolah sumber daya alam dalam negeri yang terbarukan.

Target Group Pembinaan dan Pengembangan 1)

Lulusan (fresh graduate) bidang informatika, biologi dan kimia dari perguruan tinggi.

72

2)

d.

Pemilihan didasarkan pada pertimbangan bahwa di daerah yang di kembangkan tersebut banyak terdapat perguruan tinggi yang mampu untuk melahirkan usahawan baru di bidang industri ICT dan bio teknologi.

Kondisi Umum Saat ini Industri Information and Communication Technology (ICT) 1) 2)

Dibandingkan dengan negara Filipina dan Thailand, Indonesia masih tertinggal. Besarnya peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan industri software komputer.

Industri Bioteknologi 1) 2)

Industri kecil menengah yang tergolong ke dalam kelompok ini belum banyak berkembang. Potensi sumber daya alam sebagai bahan baku yang akan dikembangkan cukup beragam, serta SDM (lulusan perguruan tinggi) di bidang ini cukup andal.

Kekuatan dan Kelemahan Industri Information and Communication Technology (ICT) 1)

Kekuatan (1)

Peluang pasar sangat luas dan terus berkembang, indikasinya: (a)

(b)

(c) (d)

(e)

(f)

(g)

Budget dunia untuk belanja teknologi informasi (IT) sebesar US $ 2.1 T (1999) dan diperkirakan meningkat menjadi US $ 3 T (2003) dengan pertumbuhan 9% per tahun. Prediksi untuk Indonesia US $ 1.13 T dengan pertumbuhan 9% per tahun (sumber: prospek bisnis TI di Indonesia, Setio B. Agung ResTI-TELKOM, Agustus 2000). Banyak sekolah yang menghasilkan lulusan yang baik dalam bidang informatika. Kesempatan terbuka luas karena sejalan dengan programprogram lain yang sedang digalakkan, seperti: ECommerce dan E-Government. Makro ekonomi Indonesia menunjukkan kemajuan yang cukup tinggi sehingga akan mendorong pertumbuhan permintaan akan produk-produk. Terdapat kecenderungan pergeseran basis produksi hardware dan software ke negara yang banyak tersedia tenaga kerja semi skill dan memiliki programmer yang berbakat. Adanya pembangunan telematika Indonesia (untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan aplikasi telematika).

73

(h) (i) 2)

Kemampuan kreasi content cukup kuat. Terletak di geostationer dan telah mengoperasikan satelit.

berpengalaman

Kelemahan (1) (2) (3) (4)

Kesadaran (Awarness) masyarakat terhadap tuntutan penerapan IT dalam usaha belum tinggi/merata. Belum mendapat dukungan yang memadai dari hukum, perundangan, standarisasi dan budaya informasi. Penguasaan teknologi produk dan manufactur masih lemah. Kurangnya promosi kemampuan SDM Indonesia di bidang IT.

Industri Bioteknologi 1)

Kekuatan (1) (2) (3) (4)

2)

Kelemahan (1) (2)

(3)

e.

SDM di bidang ini mulai tersedia. Sumber daya alam dan hayati sebagai bahan baku cukup beragam dan tersedia. Tersedianya hasil penelitian dan pengembangan yang sudah pada tahap aplikasi Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap aspek kesehatan dan lingkungan. Persepsi masyarakat bahwa industri bioteknologi hanya bisa dikerjakan dalam skala industri besar. Untuk memulai usaha ini diperlukan "start-up capital", sedangkan calon pelaku usaha ini adalah para lulusan perguruan tinggi yang belum mempunyai modal dan pengalaman usaha. Ada kecenderungan kurang mempercayai hasil penelitian dan pengembangan (litbang) lokal dibandingkan dengan luar negeri sehingga cenderung untuk membeli produk litbang luar negeri.

Sasaran Pengembangan Tahun 2003-2004 1)

Jenis Industri (1) (2)

Industri software komputer. Industri bioteknologi

Lulusan (fresh graduate) dari: (1) (2) (3) 2)

Sekolah Informatika. Sekolah dengan dasar biologi, kimia, pertanian dan teknologi pertanian yang kuat Tenaga terdidik dan berpengalaman eks-PHK (akibat pemutusan hubungan kerja).

Wilayah Utama Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara. 74

3)

Jumlah Unit Usaha: (1) (2)

f.

g.

Industri software komputer 75 unit usaha. Industri bioteknologi 25 unit usaha.

Arah Pengembangan 1)

Pengembangan industri kecil menengah inisiatif baru diarahkan untuk dapat dijadikan wahana bagi penerapan inovasi-inovasi iptek modern yang ditujukan untuk memperluas kegiatan industri yang unggul kompetitif di masa depan.

2)

Pengembangan industri kecil menengah inisiatif baru diutamakan pada upaya mendorong faktor-faktor "supply-push", terutama dari segi SDM intelektual yang inovatif dibantu dengan dukungan sumber daya, prasarana/sarana dan iklim yang menunjang termasuk fasilitasi untuk pengembangan pasar.

Kebijakan Pengembangan Untuk mencapai visi, misi yang telah ditetapkan maka kebijakan pengembangan industri inisiatif baru sebagai berikut :

h.

1)

Pengembangan industri ditekankan pada upaya optimalisasi penggunaan tenaga-tenaga lulusan (fresh-graduate) dari Sekolah Informatika, Sekolah dengan dasar biologi dan kimia yang kuat, tenaga terdidik dan berpengalaman eks-PHK.

2)

Mengacu kepada pengaruh lingkungan internal dan eksternal, yaitu faktor-faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimiliki masing-masing komoditi terpilih kelompok inisiatif baru.

3)

Menciptakan iklim usaha yang semakin kondusif, antara lain: kemudahan-kemudahan dan fasilitasi untuk dukungan akses permodalan, akses pasar, akses teknologi informasi, peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan.

Strategi Pengembangan 1)

Menciptakan Permintaan (Pull Factors). (1) (2) (3)

2)

Meningkatkan kesadaran bahwa potensi pasar dikedua bidang ini cukup besar. Mendorong perusahaan besar untuk menspin-off kegiatan IT dan reseachnya menjadi perusahaan-perusahaan yang mandiri. Mendorong perusahaan besar untuk melakukan out-sourcing.

Memperkuat Upaya Pengembangan (Push Factors). Mengembangkan program inkubator dikedua bidang yang akan menyediakan (1) (2)

Fasilitasi permodalan. Meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial. 75

(3) (4) i.

Memberikan bantuan peralatan produksi/teknologi. Membantu pemasaran dengan perusahaan besar dan luar negeri.

Program Pengembangan 1) 2) 3) 4)

Program inkubator. Program peningkatan pasar. Mencari mitra luar negeri yang akan membantu. Merumuskan insentif yang menunjang akselerasi tumbuhnya industri.

5.2. PENGEMBANGAN KELOMPOK KOMODITI a.

Industri Software Komputer 1)

Keadaan Spesifik (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2)

Sasaran Pengembangan (1) (2)

(3) 3)

Merupakan industri yang relatif baru. Bagi pemula relatif tidak memerlukan investasi yang besar. Dapat dilakukan oleh beberapa orang saja (usaha kecil). Indonesia relatif tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga. Peluang pasar cukup luas dan berkembang. Memiliki sekolah-sekolah yang menghasilkan SDM yang cukup baik di bidang tersebut. Mempunyai tenaga sangat terdidik dan pengalaman/wawasan luas (eks PHK) di bidang bisnis yang cukup potensial untuk dikembangkan di bidang industri tersebut. Lulusan (fresh graduate) bidang informatika dari perguruan tinggi. Daerah yang memiliki banyak perguruan tinggi yang mampu untuk melahirkan usahawan baru di bidang informatika. Daerah tersebut harus memiliki tingkat perkembangan perekonomian yang tinggi sehingga pasar cukup besar di bidang software komputer. Target jumlah unit usaha industri software komputer 75 unit usaha.

Program Pengembangan (1)

Sosialisasi program (a) (b)

(c)

Memilih perguruan tinggi dan melakukan sosialisasi program ke perguruan tinggi tersebut. Melakukan sosialisasi program ke industri software komputer yang besar yang diharapkan dapat menjadi pemberi order. Melakukan sosialisasi ke pemerintah daerah guna mendapatkan dukungan dalam pengembangan selanjutnya.

76

(2)

(3)

Promosi dan Pemasaran (a)

Mengadakan kerjasama untuk inisiasi wira usaha baru software komputer, dengan perguruan tinggi terpilih dan dengan industri software komputer yang besar.

(b)

Promosi kemampuan perusahaan software komputer bersangkutan ke dunia usaha untuk memperluas pasar.

(c)

Bantuan penerapan sistem mutu dan sertifikasi dalam rangka perluasan pasar.

Peningkatan kemampuan SDM (a) (b) (c)

(d) (4)

Pelatihan, baik aspek kewirausahaan, manajerial maupun teknis. Bimbingan usaha. Mengikutsertakan wira usaha baru tersebut ke dalam seminar/kursus/pendidikan/pelatihan, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk meningkatkan kemampuan dan wawasannya. Bekerjasama dengan negara maju untuk “menset-up” model pelatihan bagi peningkatan SDM.

Pendirian Prototype (a)

Set-up inkubator : o Rekruitment calon pengusaha. o Penyusunan kurikulum. o Pengadaan fasilitas usaha (untuk digunakan secara gratis oleh para calon wira usaha selama maksimal 1 tahun), antara lain ; ü Ruangan kantor dan tempat kerja. ü Peralatan (komputer dan furniture).

(b)

Program Inkubator : o

Pelatihan yang diperlukan (termasuk kewirausahaaan).

sesuai

kurikulum

o

Membuka hubungan kerja dengan industri software komputer yang besar untuk mendapat "order".

o

Bimbingan teknis dan usaha oleh perguruan tinggi asal peserta dan industri besar pemberi order.

o

Bantuan permodalan (modal kerja dan investasi) untuk keluar dari inkubator. Pada tahap ini diberlakukan sistim "matching grant", yaitu : 25% kebutuhan modal kerja disediakan oleh calon pengusaha dengan pinjaman dari LPT Indak yang harus dikembalikan dan sisanya disediakan berupa grant oleh proyek pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten/kota). 77

(c) (5)

Bekarjasama dengan negara maju untuk mengadopsi sistem yang telah berjalan.

Penerapan HaKI Bantuan penerapan Hak atas Kepemilikan Intelektual (HaKI).

(6) 4)

Monitoring dan evaluasi.

Lokasi Pengembangan Wilayah Utama pengembangan meliputi : (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

b.

Sumatera Utara. DKI Jakarta. Jawa Barat. Jawa Tengah. DI Yogyakarta. Jawa Timur. Sulawesi Selatan. Sulawesi Utara. Bali.

Industri Pangan Pengaplikasi Bioteknolgi 1)

Ciri Spesifik (1)

(2) (3) (4) 2)

Sasaran Pengembangan (1) (2)

3)

Industri pangan hasil fermentasi yang memberikan manfaat tambahan nutrisi, meningkatkan kesehatan pencernaan ; atau pengolahan lebih lanjut Peluang pasar cenderung meningkat Investasi yang dibutuhkan relatif tidak besar Beberapa contoh produk yang termasuk dalam golongan ini antara lain yoghurt, keju dan Single Cell Protein (SCP) Lulusan perguruan tinggi (fresh graduate) biologi, kimia atau teknologi pangan. Para pemodal (investor)

Program Pengembangan (1)

(2)

Sosialisasi Program (a)

Memilih perguruan tinggi dan melaksanakan sosialisasi program kepada perguruan tinggi terpilih tersebut

(b)

Melakukan sosialisasi ke pemerintah daerah guna mendapatkan dukungan dalam pengembangan selanjutnya.

Promosi dan Pemasaran Promosi investasi (melalui : workshop, temu investor dan koordinasi program dengan pemerintah daerah serta lembaga keuangan).

(3)

Penumbuhan Wirausaha Baru 78

4)

Lokasi Pengembangan Wilayah utama sebagai awal pengembangan : (1) Jawa Timur (2) Jawa Tengah (3) Jawa Barat (4) Sumatera Utara (5) Nusa Tenggara Barat

c.

Industri Kimia Pemanfaat Hasil Pertanian/Perkebunan Pengaplikasi Bioteknologi 1)

Ciri Spesifik (1) (2) (3) (4)

2)

Sasaran Pengembangan (1) (2)

3)

Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk keperluan pertanian, industri dan rumah tangga Peluang pasar cukup baik dengan harga bersaing Investasi yang dibutuhkan relatif tidak besar Beberapa contoh produk yang termasuk dalam golongan ini antara lain alkohol, asam sitrat dan biopestisida

Lulusan perguruan tinggi (fresh graduate) biologi atau kimia. Para pemodal (investor).

Program Pengembangan (1)

Sosialisasi program (a)

(b) (2)

Memilih perguruan tinggi dan lembaga penelitian dan pengembangan; serta melaksanakan sosialisasi program kepada lembaga terpilih tersebut Melakukan sosialisasi ke Pemerintah Daerah guna mendapatkan dukungan dalam pengembangan selanjutnya.

Promosi dan Pemasaran Promosi investasi (melalui : workshop, temu investor dan koordinasi program dengan Pemerintah Daerah dan Lembaga Keuangan).

(3) Penumbuhan Wirausaha Baru 4)

Lokasi Pengembangan Wilayah utama sebagai awal pengembangan : (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Daerah Istimewa Yogyakarta Sumatera Utara Lampung 79

d.

Industri Kimia Pemanfaat Limbah Pengaplikasi Bioteknologi 1).

Ciri Spesifik (1) (2) (3) (4)

2).

Sasaran Pengembangan (1) (2)

3).

Pengolahan langsung limbah-limbah organik hasil pertanian/ perkebunan Menghasilkan produk-produk kimia Investasi yang dibutuhkan relatif tidak besar Beberapa contoh produk yang termasuk golongan ini antara lain: pupuk dan lumpur aktif

Lulusan perguruan tinggi (Fresh Graduate) biologi atau kimia Para pemodal investor

Program Pengembangan (1)

Sosialisasi Program (a)

(b) (2)

Memilih perguruan tinggi dan lembaga penelitian dan pengembangan; serta melaksanakan sosialisasi program kepada lembaga terpilih tersebut Melakukan sosialisasi ke pemerintah daerah guna mendapatkan dukungan dalam pengembangan selanjutnya

Promosi Pemasaran Promosi investasi (melalui : workshop, temu investor dan koordinasi program dengan pemerintah daerah dan lembaga keuangan).

(3)

4).

Penumbuhan Wirausaha Baru

Lokasi Pengembangan Wilayah utama sebagai awal pengembangan : (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat DI Yogyakarta Sumatera Utara Lampung

80

BAB VI PENUTUP

Penjabaran RIP-IKM kedalam program pengembangan sebagaimana yang diuraikan dalam buku ini, menunjukkan bahwa pengembangan industri kecil menengah sangat luas, tidak boleh dilaksanakan secara terkotak-kotak namun harus dilaksanakan secara tersinergi serta menuntut komitmen dan upaya yang sungguh-sungguh dari seluruh pihak yang bertanggungjawab dalam penanganan kelompok industri ini. Tanpa itu semua, program pengembangan industri kecil menengah ini tidak akan membuahkan hasil yang berarti dan hanya akan membuahkan pemborosan. Industri kecil menegah adalah merupakan lingkungan yang dinamis, oleh karenanya program pengembangan industri kecil menengah ini akan senantiasa diperbaiki, disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan yang terjadi. Untuk itu RIP-IKM yang terdiri atas Buku I dan II ini masih akan dilenkapi dengan sebuah buku tambahan yaitu Buku III yang akan mengupas analisis SWOT untuk masing-masing komoditi di setiap lokasi pengembangan (kabupaten/kota). Mengingat cepatnya dinamika perkembangan yang harus diantisipasi maka Buku III juga akan sangat cepat berubah. Oleh karenanya Buku III tidak dipublikasikan, tetapi hanya merupakan pegangan bagi aparat pembina di lingkungan Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah serta diharapkan juga para jajaran Dinas Perindustrian dan Perdagangan di daerah, yang akan direvisi setiap 3 sampai dengan 6 bulan. Untuk lebih melengkapi tuntutan akan sebuah perencanaan yang lengkap, dalam lampiran Buku II ini disajikan juga sebuah matrik tentang perkiraan sasaran makro pengembangan IKM yang diperkirakan dapat dicapai hingga tahun 2004. Perkiraan ini dihitung dengan mengikuti dan menyesuaikan sasaran makro ekonomi, seperti pertumbuhan PDB dan sebagainya yang ditetapkan dalam PROPENAS serta REPETA. Akhirnya, diharapkan dengan adanya Buku I dan II RIP-IKM dapat dicapai sinergi dan optimalisasi penggunaan sumber daya dalam pengembangan industri kecil menengah, dan industri yang dimaksud dapat tumbuh menjadi kekuatan sebagaimana misi serta tujuanyang tersirat dalam PROPENAS, REPETA maupun RIP-IKM. Amien.

ooo O ooo

81

LAMPIRAN - LAMPIRAN

82

More Documents from "Alle Zubir"

Ri-pikm_bukui
May 2020 20
Ri-pikm_bukuii
May 2020 15
89605128_2016-05.pdf
November 2019 14
Receipt (1).pdf
November 2019 18